Cara bekerja yang baik di laboratorium

K3
*

KESELAMATAN
* KESEHATAN
* KERJA

KESELAMATAN KERJA
• keselamatan
kerja
adalah
merupakan sarana utama untuk
mencegah terjadinya kecelakaan
kerja yang dapat menimbulkan
kerugian
yang
berupa
luka/cidera, cacat atau kematian,
kerugian
harta
benda

dan
kerusakan peralatan/mesin dan
lingkungan secara luas.

Tujuan Penerapan K3

• Melindungi dan menjamin
keselamatan setiap tenaga kerja
dan orang lain di tempat kerja.
• Menjamin setiap sumber produksi
dapat digunakan secara aman
dan efsien.
• Meningkatkan kesejahteraan dan
produktivitas Nasional.

Pengertian (Defnisi) Tempat Kerja
menurut Undang-Undang No 1 Tahun
1970

• Ialah tiap ruangan atau lapangan

baik terbuka atau tertutup, bergerak
maupun menetap dimana terdapat
tenaga kerja yang bekerja atau
sering dimasuki orang bekerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya sebagaimana
diperinci sebagai berikut

Ruang Lingkup K3
K 3 dan hyperkes (Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja ) (Rachman, 1990) :
• 1. Alat pelindung diri (kesehatan kerja)
2. Penyakit Akibat Kerja
3. Sarana Sanitasi Kesehatan kerja
4. Higiene Lingkungan Kerja
5. Epidemiologi Kesehatan (adalah ilmu yang
mempelajari pola
kesehatan dan penyakit serta fakor yang terkait di tingkat
populasi)

• a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua
tempat kerja yang di dalamnya melibatkan aspek
manusia
sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha
yang
dikerjakan.

• a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua
tempat kerja yang di dalamnya melibatkan aspek manusia
sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang
dikerjakan.
• b. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2) Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3) Faktor-faktor lingkungan fsik, biologi, kimiawi, maupun
sosial.
4) Proses produksi
5) Karakteristik dan sifat pekerjaan
6) Teknologi dan metodologi kerja
• c. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak

perencanaan hingga perolehan hasil dari kegiatan
industri barang maupun jasa.
• d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/
perusahaan ikut bertanggung jawab atas keberhasilan
usaha hyperkes.

18 (delapan belas) syarat penerapan keselamatan
kerja di tempat kerja
1. Mencegah & mengurangi kecelakaan kerja.
2. Mencegah, mengurangi & memadamkan
kebakaran.
3. Mencegah & mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.
5. Memberi P3K Kecelakaan Kerja.
6. Memberi APD (Alat Pelindung Diri) pada tenaga
kerja.
7. Mencegah & mengendalikan timbulnya
penyebaran suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, uap, gas, radiasi, kebisingan & getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan Penyakit Akibat


9. Penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Suhu dan kelembaban udara yang baik.
11. Menyediakan ventilasi yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.
13. Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara &
proses kerja.
14. Mengamankan & memperlancar pengangkutan manusia,
binatang, tanaman & barang.
15. Mengamankan & memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan & memperlancar bongkar muat, perlakuan
& penyimpanan barang
17. Mencegah terkena aliran listrik berbahaya.
18. Menyempurnakan keselamatan pekerjaan yang resikonya
bertambah tinggi.

CARA BEKERJA YANG BAIK DI LABORATORIUM
Laboratorium adalah suatu tempat dimana
mahasiswa, dosen, peneliti dan sebagainya,
melakukan pekerjaan percobaan/penelitian

Percobaan yang dilakukan menggunakan:
1.bahan kimia,
2.peralatan gelas
3.instrumentasi khusus
4. Kelengkapan lainnya yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan bila dilakukan dengan
cara yang tidak tepat

BAHAYA APA YANG MUNGKIN TERJADI:









Petugas laboratorium selalu dihadapkan pada bahaya-bahaya
tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik,

peralatan listrik maupun gelas yang digunakan secara rutin. Secara
garis besar bahaya yang dihadapi dalam laboratorium dapat
digolongkan dalam :
1.     Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat / bahan yang mudah
terbakar atau meledak.
2.     Bahan beracun, korosif dan kaustik
3.     Bahaya radiasi
4.     Luka bakar
5.     Syok akibat aliran listrik
6.     Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam
7.     Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usahausaha pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan serta
penerapan disiplin kerja.

Prinsip yang perlu diperhatikan
dalam penyimpanan alat dan
bahan di laboratorium :
• Aman
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan,
atas dasar alat yang mudah dibawa dan mahal harganya

seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci.
Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat
dan bahan sehingga fungsinya berkurang.
• Mudah dicari
Untuk memudahkan mencari letak masing – masing alat
dan bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan
label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak
atau laci). Mudah diambil
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan
perlengkapan seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya
disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia

Cara penyimpanan alat dan
bahan

berdasarkan jenis alat, pokok bahasan,
golongan percobaan dan bahan
pembuat alat :
• Pengelompokan alat – alat fsika berdasarkan
pokok bahasannya seperti : Gaya dan Usaha

(Mekanika), Panas, Bunyi, Gelombang, Optik,
Magnet, Listrik, Ilmu, dan Alat reparasi.
• Pengelompokan alat – alat biologi menurut
golongan percobaannya, seperti : Anatomi,
Fisiologi, Ekologi dan Morfologi.
Pengelompokan alat – alat kimia berdasarkan
bahan pembuat alat tersebut seperti : logam,
kaca, porselen, plastik dan karet.

*Penyimpanan alat dan bahan yang perlu
diperhatikan yaitu :
• Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat
higroskopis dan dipasang lampu yang selalu menyala
untuk menjaga agar udara tetap kering dan mencegah
tumbuhnya jamur.
• Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam
bentuk set yang tidak terpasang. Ada alat yang harus
disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan
dan beaker glass. Alat yang memiliki bobot relatif
berat, disimpan pada tempat yang tingginya tidak

melebihi tinggi bahu. Penyimpanan zat kimia harus
diberi label dengan jelas dan disusun menurut abjad.
Zat kimia beracun harus disimpan dalam lemari
terpisah dan terkunci, zat kimia yang mudah menguap
harus disimpan di ruangan terpisah dengan ventilasi
yang baik

Cara menyimpan bahan laboratorium
Sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan,
seperti :
1. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.
2. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
3. Bahan yang dapat berubah ketika terkena matahari langsung, sebaiknya disimpan
dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup.
4. Bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dapat
disimpan dalam botol berwarna bening.
5. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan
lainnya.
6. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat
pula menggunakan botol berkran.

7. Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya secukupnya saja sesuai kebutuhan
praktikum pada saat itu.
8. Sisa bahan praktikum disimpam dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada botol
induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan
sisa praktikum mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi.
9. Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing- masing
bahan.

BEBERAPA BAHAN KIMIA YANG BERBAHAYA
1.
2.

Beracun (Toxic)
Korrosiv (Corrocive)

3.

Mudah terbakar (Flammable):

a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin
b. Tempat penyimpanan mempunyai sirkulasi udara
c. Lokasi penyimpanan dijauhkan dari daerah yang ada bahaya
kebakaran
d. Penyimpanan terpisah dari bahan oksidator kuat bahan
yang mudah menjadi panas
e. Di tempat penyimpanan tersedia alat pemadam api dan
mudah dicapai
f. Singkirkan sumber api dari tempat penyimpanan
g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
h. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde
serta dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan
diperiksa secara periodik
4.
5.

Peledak (Explosive)
Oksidator (oxidation)

1. Syarat Laboratorium yang Baik
• penempatan bahan kimia di raknya untuk
semakin memudahkan mencari bahan kimia
tertentu.
• Alat keselamatan kerja harus selalu
tersedia dan dalam kondisi yang baik.
• Ruangan laboratorium memenuhi standar:
meliputi kondisi ruangan, tata ruangan, kelengkapan
peralatan keselamatan, nomor telepon penting
(pemadam kebakaran, petugas medis), dll.
• Ruangan laboratorium memiliki sistem
ventilasi yang baik. Proses keluar masuk udara
yang stabil. Sirkulasi udara segar yang masuk ke
dalam ruangan. Keduanya harus diperhatikan
dengan baik.

• Ruangan laboratorium harus ditata dengan rapi.
Penempatan bahan kimia dan peralatan percobaan
harus ditata dengan rapi supaya memudahkan untuk
mencarinya. Bila perlu, berikan denah dan panduan
Terutama kotak P3K, alat pemadam api. Berikan juga
nomor telepon penting seperti pemadam kebakaran
dan petugas medis supaya saat terjadi kecelakaan
yang cukup parah dapat ditangani dengan segera.
Berikan juga lembaran tentang cara penggunaan alat
pemadam api dan tata tertib laboratorium.
• Laboratorium harus memiliki jalur evakuasi
yang baik. Laboratorium setidaknya memiliki dua
pintu keluar dengan jarak yang cukup jauh. Bahan
kimia yang berbahaya harus ditempatkan di rak
khusus dan pisahkan dua bahan kimia yang dapat
menimbulkan ledakan bila bereaksi

2. Tata Tertib Keselamatan Kerja
1.Dilarang mengambil atau membawa keluar alat-alat serta bahan
dari laboratorium tanpa seizin petugas laboratorium.
2.Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke
laboratorium.
3.Gunakan alat dan bahan sesuai dengan petunjuk praktikum yang
diberikan.
4.Jangan melakukan eksperimen sebelum mengetahui informasi
mengenai bahaya bahan kimia, alat-alat dan cara pemakaiannya.
5.Bertanyalah jika Anda merasa ragu atau tidak mengerti saat
melakukan percobaan.
6.Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya
untuk memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
7.Pakailah jas laboratorium saat bekerja di laboratorium.
8.Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam
kebakaran, eye shower, respirator dan alat keselamatan kerja yang
lainnya.

9.Jika terjadi kerusakan atau kecelakaan, sebaiknya
segera melaporkannya ke petugas laboratorium.
10.Berhati-hatilah bila bekerja dengan asam kuat reagen
korosif, reagen-reagen yang volatil dan mudah
terbakar.
11.Setiap pekerja di laboratorium harus mengetahui
cara memberi pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K).
12.Buanglah sampah pada tempatnya.
13.Usahakan untuk tidak sendirian di ruang
laboratorium.
14.Jangan bermain-main di dalam ruangan laboratorium.
15.Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
16.Dilarang merokok, makan dan minum di
laboratorium.

3. Alat Keselamatan Kerja
• Berikut adalah alat-alat keselamatan kerja yang ada
di laboratorium. Pastikan semuanya tersedia dan
Anda tahu dimana letaknya.
• Pemadam kebakaran (hidrant)
• Eye washer
• Water shower
• Kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
• Jas Laboratorium
• Peralatan pembersih
• Obat-obatan
• Kapas
• Plaster pembalut

• Animal hazard : Mungkin hewan itu beracun karena telah
disuntik zat-zat hasil eksperimen atau dapat menggigit dan
mencakar Anda.
• Sharp instrument hazard : Cdari benda-benda yang tajam.
• Heat hazard:bahaya yang berasal dari benda yang panas,
akan kepanasan jika menyentuh benda tersebut dalam
keadaan aktif atau menyala.
• Glassware hazard : bahaya yang berasal dari benda yang
mudah pecah
• Chemical hazard : bahaya yang berasal dari bahan kimia.
Bisa saja bahan kimia itu dapat membuat kulit kita gatal
dan iritasi.
• Electrical hazard : bahaya yang berasal dari benda yang
mengeluarkan listrik.

• Eye & face hazard : bahaya yang berasal dari benda-benda yang
dapat membuat iritasi pada mata dan wajah. Gunakan masker atau
pelindung wajah sebelum menggunakan bahan tersebut.
• Fire hazard : bahaya yang berasal dari benda yang mudah
terbakar. Contoh kerosin (minyak tanah) dan spiritus.
• Biohazard : bahaya yang berasal dari bahan biologis. Bahan
tersebut bisa dapat menyebabkan penyakit mematikan seperti
AIDS. Contoh tempat pembuangan jarum suntik.
• Laser radiation hazard adalah bahaya yang berasal dari sinar
laser.
• Radioactive hazard : bahaya yang berasal dari benda radioaktif.
Benda ini dapat mengeluarkan radiasi dan jika terpapar terlalu
lama maka akan menyebabkan kanker.
• Explosive hazard : bahaya yang berasal dari benda yang mudah
meledak. Jauhkan benda tersebut dari api.

5. Cara Memindahkan Bahan Kimia
• Sebelum memindahkan bahan kimia, hal yang harus
dilakukan adalah mengetahui segala informasi tentang
bahan kimia yang akan dipindahkan, cara membawa,
bahaya yang ditimbulkan, dll. Pindahkanlah sesuai
kebutuhan dan jangan berlebihan. Bila ada sisa bahan
kimia, jangan dikembalikan ke tempatnya semula karena
dapat menyebabkan kontaminasi pada bahan kimia asal.
• Untuk memindahkan bahan kimia yang berwujud cair,
pindahkan dengan menggunakan batang pengaduk atau
pipet tetes. Hindari percikan karena bisa menyebabkan
iritasi pada kulit. Jangan menaruh tutup botol diatas meja
supaya tutup botol tidak kotor oleh kotoran di atas meja.
• Untuk memindahkan bahan kimia yang berwujud padat,
gunakan sendok atau alat lain yang tidak terbuat dari
logam. Hindari menggunakan satu sendok untuk
mengambil beberapa jenis zat kimia supaya terhindar dari
kontaminasi

6. Pembuangan Limbah
• limbah dapat mencemari lingkungan. Maka dari itu, kita perlu menangani
limbah dengan tepat. Limbah kimia hendaknya dibuang di tempat khusus
karena beberapa jenis zat kimia sangat berbahaya bagi lingkungan. Buang
segera limbah sehabis melakukan percobaan. Sementara limbah lainnya
seperti kertas, korek api dan lainnya dibuang di tempat sampah.
Sebaiknya pisahkan limbah organik dan non-organik supaya pengolahan
sampahnya lebih mudah.
7. Penanganan Kecelakaan
• Hal yang paling utama adalah jangan panik dan ikuti prosedur
penanganan kecelakaan yang baik dan benar. Cari bantuan petugas
laboratorium untuk membantu. Bila perlu, panggil petugas medis atau
pemadam kebakaran.
• Bila terkena bahan kimia, bersihkan bagian kulit yang terkena bahan kimia
sampai bersih. Kulit yang terkena jangan digaruk supaya tidak menyebar.
Korban dibawa keluar dari laboratorium supaya mendapatkan oksigen.
Bila kondisi cukup parah, panggil petugas kesehatan secepatnya.
• Bila terjadi kebakaran karena bahan kimia atau korsleting listrik, segera
bunyikan alarm tanda bahaya. Jangan langsung disiram dengan air.
Gunakan hidran untuk memadamkan api. Hindari menghirup asap. Bila
kebakaran meluas, segera panggil petugas pemadam kebakaran.

TEKNIK KERJA DI LABORATORIUM
Pertama yang perlu
1. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk
melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan
sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
2. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan
Kimia.
3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu
berhak tinggi.
4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.
Bekerja aman dengan bahan kimia
1.Hindari kontak langsung dengan bahan Kimia.
2.Hindari mengisap langsung uap bahan Kimia.
3.Dilarang mencicipi atau mencium bahan Kimia kecuali ada
perintah khusus.
4.Bahan Kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan
iritasi (perih atau gatal).

Memindahkan bahan Kimia cair
1. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan sekaligus telapak tangan
memegang botol tersebut.
2. Tutup botol jangan ditaruh di atas meja karena isi botol dapat terkotori.
3. Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak memercik.

Memindahkan bahan Kimia padat
1. Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan Kimia.
2. Jangan mengeluarkan bahan Kimia secara berlebihan.
3. Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat mengotori
bahan tersebut.

Cara memanaskan larutan menggunakan tabung
1. Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.
2. Api pemanas hendaknya terletak pada bagian atas larutan.
3. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.
4. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya tidak
melukai orang lain maupun dirisendiri

Cara memanaskan larutan menggunakan gelas Kimia
1. Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas Kimia tersebut.
2. Letakkan Batang gelas atau batu didih dalam gelas Kimia untuk mencegah
pemanasan mendadak.
3.Jika gelas Kimia digunakan sebagai penangas air, isilah dengan air. Maksimum
seperampatnya.

Keamanan kerja di laboratorium
1. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.
2. Gunakan peralatan kerja seperti kacamata, jas laboratorium, dan sepatu
tertutup untuk melindungi kaki.
3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.
5. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.
6. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera
keringkan dengan lap basah.
7. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
8. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia.
9. Bila kulit terkena bahan Kimia janganlah digaruk agar tidak tersebar.
10.Pastikan kran gas tidak bocor apabila hendak mengunakan bunsen.
11.Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup sebelum dan sesudah
praktikum selesai.

Penanggulangan Darurat
Terkena bahan kimia
1. Jangan panik.
2. Mintalah bantuan rekan anda yang berada didekat anda.
3. Lihat data MSDS.
4. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci bagian yang
mengalami kontak langsung tersebut dengan air apabila memungkinkan).
5. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
6. Bawa ketempat yang cukup oksigen.
7. Hubungi paramedik secepatnya(dokter, rumah sakit).
Kebakaran
1. Jangan panik.
2. Ambil tabung gas CO2 apabila api masih mungkin dipadamkan.
3. Beritahu teman anda.
4. Hindari mengunakan lift.
5. Hindari mengirup asap secara langsung.
6. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan dikunci).
7. Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat.
8. Hubungi pemadam kebakaran

Gempa bumi
1.Jangan panik.
2.Sebaiknya berlindung dibagian yang
kuat seperti bawah meja, kolong kasur,
lemari.
3.Jauhi bangunan yang tinggi, tempat
penyimpanan zat kimia, kaca.
4.Perhatikan bahaya lain seperti
kebakaran akibat kebocor gas, tersengat
listrik.
5. Jangan gunakan lift.
6. Hubungi pemadam kebakaran, polisi dll.

Database bahan kimia B3
Bahan kimia jenis B3 (berbau, berbahaya, beracun)
dapat diklasifkasikan sebagai berikut :
a. Mudah meledak (explosive)
b. Pengoksidasi (oxidizing)
c. Sangat mudah sekali menyala (highly fammable)
d. Mudah menyala (fammable)
e. Amat sangat beracun (extremely toxic)
f. Sangat beracun (highly toxic)
g. Beracun (moderately toxic)
h. Berbahaya (harmful)
i. Korosif (corrosive)
j. Bersifat iritasi (irritant)
k. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
l. Karsinogenik (carcinogenic)
m. Teratogenik (teratogenic)
n. Mutagenik (mutag)

PENANGANAN LIMBAH
•Pembuangan limbah Setelah selesai melakukan suatu percobaan maka limbah bahan kimia
yang digunakan hendaknya dibuang pada tempat yang disediakan, jangan langsung dibuang ke
pembuangan air kotor (wasbak) karena dapat menimbulkan polusi bagi lingkungan. Limbah zat
organik harus dibuang secara terpisah pada tempat yang tersedia agar dapat didaur ulang,
limbah padat harus dibuang terpisah karena dapat menyebabkan penyumbatan.
• Limbah cair yang tidak berbahaya dapat langsung dibuang. Tetapi harus diencerkan dengan air
secukupnya.
1. Buanglah limbah sisa bahan Kimia setelah selesai
pengamatan.
2. Buanglah limbah sesuai dengan kategori berikut :
a. Limbah cair yang tidak larut dalam air dan limbah
beracun harus dikumpulkan dalam botol
penampung. Botol ini harus tertutup dan
diberi label yang jelas.
b. Limbah padat seperti kertas saring, lakmus, korek api
dan pecahan kaca dibuang pada tempat sampah.
c. Sabun, deterjen dan cairan tidak berbahaya dalam air dapat dibuang
langsung melalui saluran air kotor dan dibilas dengan air secukupnya.
3. Gunakan zat kimia secukupnya












Tempat kerja baik di darat, di permukaan air, di dalam tanah, di dalam air
maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Tempat kerja dimana dibuat, dicoba, dipakai atau yang menggunakan mesin,
pesawat, alat, perkakas, peralatan ataupun instalasi berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran ataupun peledakan.
Dibuat, diolah, digunakan, dijual, diangkut ataupun disimpan bahan atau barang
yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi,
ataupun bersuhu tinggi.
Dikerjakan pembangunan (konstruksi), perbaikan, perawatan, pembersihan
ataupun pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangunan pengairan, saluran atau terowongan bawah tanah, dsb atau dimana
dilakukan pekerjaan persiapan.
Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu ataupun hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan
lapangan kesehatan.
Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam ataupun
bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak ataupun mineral lainnya baik di
permukaan maupun di dalam bumi ataupun di dasar perairan.

• Dilakukan pengangkutan barang, binatang ataupun manusia baik di darat,
melalui terowongan, di permukaan air, di dalam air maupun di udara
• Dikerjakan bongkar muat barang muatan pada kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun, ataupun gudang.
• Dilakukan penyelaman, pengambilan benda ataupun pekerjaan lain di dalam
air.
• Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah ataupun
perairan.
• Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan.
• Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara ataupun suhu udara yang tinggi
ataupun rendah.
• Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan
benda, terkena lemparan benda, terjatuh ataupun terperosok, hanyut ataupun
terlempar.
• Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur ataupun lubang.
• Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian (yang berhubungan) dengan
tempat kerja tersebut

tenggorokan.Zat beracun mengikuti rute yang sama sebagai
makanan bergerak melalui usus menuju perut.

A. Peralatan pelindung diri
• Laboratorium
kimia
merupakan
tempat kerja yang memiliki banyak
potensi bahaya. Ini meliputi larutan
kimia, ledakan reaksi kimia, dan
panas dari peralatan. Tak heran,
orang yang bekerja di sebuah
laboratorium
kimia
harus
menggunakan peralatan pelindung
diri (personal protective equipment).
Laboratoriumnya
juga
harus
dilengkapi
dengan
alat-alat

1. Jas laboratorium
• Jas laboratorium (lab coat) berfungsi melindungi badan dari percikan
bahan kimia berbahaya. Jenisnya ada dua yaitu jas lab sekali pakai
dan jas lab berkali-kali pakai. Jas lab sekali pakai umumnya
digunakan di laboratorium bilogi dan hewan, sementara jas lab
berkali-kali pakai digunakan di laboratorium kimia.
• Jas lab kimia bisa berupa:
• Flame-resistant lab coat – Jas lab yang bahannya dilapisi material
tahan api. Jas lab jenis ini cocok digunakan untuk mereka yang
bekerja dengan peralatan atau bahan yang mengeluarkan panas,
misalnya peleburan sampel tanah, pembakaran menggunakan tanur
bersuhu tinggi, dan reaksi kimia yang mengeluarkan panas.
• 100% cotton lab coat – Ini adalah jas lab yang biasanya digunakan
di laboratorium kimia umum (misalnya lab kimia pendidikan). Jas lab
ini diperkirakan memiliki umur pakai sekitar satu sampai dua tahun.
Setelah melewati waktu pakai terebut, jas ini rentan rusak karena
pengaruh bahan kimia asam.
• Synthetic/cotton blends – Jas lab ini bisa terbuat dari 100%
poliester atau campuran poliester/cotton. Seperti halnya cotton lab
coat, jas lab ini digunakan di laboratorium kimia umum

2. Kaca mata keselamatan
• Percikan larutan kimia atau panas dapat
membahayakan mata orang yang bekerja di
laboratorium. Oleh karena itu, mereka harus
menggunakan kaca mata khusus yang tahan
terhadap potensi bahaya kimia dan panas. Kaca
mata tersebut terbagi menjadi 2 jenis, yaitu clear
safety glasses dan clear safety goggles.
• Clear safety glasses merupakan kaca mata
keselamatan biasa yang digunakan untuk
melindungi mata dari percikan larutan kimia atau
debu. Sementara itu, clear safety goggles
digunakan untuk melindungi mata dari percikan
bahan kimia atau reaksi kimia berbahaya

• Peralatan pelindung mata ini terdiri dari tiga tipe,
yaitu:
• Direct vented goggles – Umumnya digunakan untuk
melindungi mata dari debu, namun tidak cocok untuk
melindungi mata dari percikan atau uap bahan kimia.
• Indirect vented goggles – Cocok digunakan untuk
melindungi mata dari kilauan cahaya dan debu,
namun tidak cocok untuk melindungi mata dari
percikan bahan kimia.
• Non-vented goggles – Baik digunakan untuk
melindungi mata dari debu, uap, dan percikan bahan
kimia. Selain itu, kaca mata ini juga bisa digunakan
untuk melindungi mata dari gas berbahaya

3. Sepatu
• Sandal atau sepatu sandal dilarang digunakan ketika Anda bekerja
di laboratorium. Mengapa? Karena keduanya tidak bisa melindungi
kaki Anda ketika larutan atau bahan kimia yang tumpah.
• Sepatu biasa umumnya sudah cukup untuk digunakan sebagai
pelindung. Namun, di laboratorium perusahaan besar, sepatu yang
digunakan adalah sepatu keselamatan yang tahan api dan tekanan
tertentu. Selain itu, terkadang disediakan juga plastik alas sepatu
untuk menjaga kebersihan laboratorium jika sepatu tersebut
digunakan untuk keluar dari laboratorium.
4. Pelindung muka
• Seperti namanya, pelindung muka (face shield) digunakan untuk
melindungi muka Anda dari panas, api, dan percikan material
panas. Alat ini biasa digunakan saat mengambil alat laboratorium
yang dipanaskan di tanur suhu tinggi, melebur sampel tanah di
alat peleburan skala lab, dan mengambil peralatan yang
dipanaskan dengan autoclave

• 5. Masker gas
• Bahan kimia atau reaksi kimia yang dihasilkan bisa mengeluarkan gas
berbahaya. Oleh karena itu, masker gas sangat cocok digunakan oleh
Anda sehingga gas berbahaya tersebut tidak terhirup. Dilihat dari
jenisnya, masker gas bisa berupa masker gas biasa yang terbuat dari
kain dan masker gas khusus yang dilengkapi material penghisap gas
• Masker gas biasa umumnya digunakan untuk keperluan umum,
misalnya membuat larutan standar. Sementara itu, masker gas khusus
digunakan saat menggunakan larutan atau bahan kimia yang memiliki
gas berbahaya, misalnya asam klorida, asam sulfat, dan asam sulfda.
• 6. Kaos tangan
• Kaos tangan (glove) melindungi tangan Anda dari ceceran larutan
kimia yang bisa membuat kulit Anda gatal atau melepuh. Macammacam kaos tangan yang digunakan di lab biasanya terbuat dari karet
alam, nitril, dan neoprena.
• Terkait kaos tangan yang terbuat dari karet alam, ada yang dilengkapi
dengan serbuk khusus dan tanpa serbuk. Serbuk itu umumnya terbuat
dari tepung kanji dan berfungsi untuk melumasi kaos tangan agar
mudah digunakan

• 7. Pelindung telinga
• Alat pelindung diri yang terakhir adalah
pelindung telinga (hear protector). Alat ini lazim
digunakan untuk melindungi teringa dari bising
yang dikeluarkan perlatatan tertentu, misalnya
autoclave, penghalus sample tanah (crusher),
sonikator, dan pencuci alat-alat gelas yang
menggunakan ultrasonik.
• Setiap orang yang terpapar kebisingan dibatasi
dari sisi waktu dan tingkat kebisingan. Batas
kebisingan yang diperbolehkan menurut
Occupational Safety and Health Administration
(OSHA) adalah sebagai berikut

P3K pada kecelakaan kimia
• Luka bakar akibat zat kimia
• Terkena larutan asam
kulit segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus 
dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya 
Selanjutnya cuci dengan 1% Na2CO3
kemudian cuci lagi dengan air 
Keringkan dan olesi dengan salep levertran.
•  Terkena logam natrium atau kalium
Logam yang nempel segera diambil 
Kulit dicuci dengan air mengalir kira-kira selama 15-20 menit 
Netralkan dengan larutan 1% asam asetat 
Dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup
dengan kapas steril atau kapas yang telah dibasahi asam pikrat.
• Terkena bromin
Segera dicuci dengan larutan amonia encer 
 Luka tersebut ditutup dengan pasta Na2CO3.  
•  Terkena phospor 
Kulit yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya 
Kemudian cuci dengan larutan 3% CuSO4.

• Luka bakar akibat benda panas
Diolesi dengan salep minyak ikan atau levertran 
Mencelupkan ke dalam air es secepat mungkin atau
dikompres sampai rasa nyeri agak berkurang
• Luka pada mata
• Terkena percikan larutan asam
• •   Jika terkena percikan asam encer,
• •   Mata dapat dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit
terus-menerus
Dicuci dengan larutan 1% Na2CO3
• Terkena percikan larutan basa
• •    Dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus

• Keracunan
• Keracunan zat melalui pernafasan
• Akibat zat kimia karena menghirup Cl2, HCl,
SO2, NO2, formaldehid, amonia
•  Menghindarkan korban dari lingkungan zat
tersebut, kemudian pindahkan korban ke
tempat  yang berudara segar
•  Jika korban tidak bernafas, segera berikan
pernafasan buatan dengan cara menekan
bagian dada atau pemberian pernafasan
buatan dari mulut ke mulut korban

10 Langkah Membangun Sistem Manajemen Keselamatan dan Keamanan Bahan Kimia

1.Bentuklah Komite Pengawasan Keselamatan dan
Keamanan dan Tunjuk Petugas Pelaksananya.
• Komite pelaksana harus memiliki perwakilan di semua
departement dan diberikan waktu, sumber daya khusus
dan kewenangan yang diperlukan.
2. Kembangkan pernyataan kebijakan dan
keselamatan.
Menetapkan kebijakan formal berarti mendefnisikan,
mendokumentasikan, dan menyetujui sistem
manajemen keselamatan dan keamanan bahan kimia.
• Pernyataan kebijakan formal harus menetapkan harapan
dan menyampaikan keinginan lembaga terhadap seluruh
petugas laboratorium.












3. Terapkan kontrol administratif.
Kontrol administratif menjelaskan peraturan dan prosedur
lembaga tentang praktek keselamatan dan keamanan dan
menetapkan tanggung jawab pada individu yang terlibat.
Kontrol ini meliputi
Peraturan keselamatan umum,
Prosedur kebersihan dan perawatan laboratorium,
Panduan penggunaan bahan dan peralatan, dan
Dokumen lain yang bisa digunakan untuk menyampaikan
peraturan dan harapan kepada semua petugas laboratorium.
4. Identifkasi dan atasi situasi yang sangat berbahaya.
Pelaksanaan evaluasi berbasis resiko akan menentukan dampak
dan kecukupan upaya kontrol yang ada, memprioritaskan
kebutuhan, dan menerapkan tindakan perbaikan berdasarkan
tingkat kepentingan dan sumber daya yang tersedia.
Informasi ini akan memberi dasar bagi terciptanya sistem
manajemen keselamatan yang kokoh, serta membantu
memprioritaskan berbagai upaya untuk meningkatkan
keselamatan dan keamanan.

5. Evaluasi fasilitas dan atasi kelemahannya.
• Keselamatan dan keamaanan harus dipertimbangkan saat
merancang dan merawat laboratorium dan ruang kerjanya.
Laboratorium harus dirancang untuk memudahkan kerja
experiment serta mengurangi kecelakaan.












6.Terapkan prosedur manajemen bahan kimia.
Manajemen bahan kimia  merupakan komponen yang sangat
penting dari program keselamatan laboratorium.
Manajemen Bahan kimia meliputi:
Prosedur untuk pembelian dan penanganan bahan kimia
Ventilasi yang memadai
Penggunaan peralatan perllindungan diri secara tepat
Peraturan dan prosedur lemba untuk tumpahan dan keadaan
darurat
Penyimpanan bahan kimia,
Pelacakan inventaris bahan kimia,
Pengangkutan dan pengiriman bahan kimia,
Pembuangan limbah bahan kimia.

7. Kenakan peralatan kontrol
tekhnik dan peralatan pelindung
diri.
• Peralatan kontrol tekhnik seperti lemari
asam, merupakan metoda utama untuk
mengontrol bahaya di laboratorium
bahan kimia. Peralatan pelindung diri,
seperti kaca mata pelindung percikan
bahan kimia dan pelindung wajah,
harus melengkapi peralatan kontrol
tekhnik.






8. Rencanakan keadaan darurat.
Langkah langkah pengembangan rencana keadaan darurat
meliputi :
Menilai jenis kecelakaan yang mungkin terjadi
Mengidentifkasi pembuat keputusan dan pemangku
kepentingan serta prioritas laboratorium.
Membuat rencana keadaan darurat yang teridentifkasi dalam
langkah pertama
Melatih staf tentang prosedur yang dijabarkan dalam rencana
tersebut.

9. Identifkasi dan atasi halangan sesuai dengan praktik
terbaik keamanan dan  keselamatan .
• Praktik keamanan dan keselamatan yang baik termasuk meminta
semua petugas senantiasa mematuhi kebijakan dan prosedur.
Namun, mengubah perilaku dan memupuk budaya praktik terbaik
sering kali merupakan upaya yang menantang.
• Lembaga harus mengidentifkasi halangan dan menetapkan insentif
agar petugas laboratorium mematuhi upaya keselamatan dan
keamanan.

10. Latihan, komunikasikan dan bina.
• Cara terbaik untuk mnciptakan budaya
keselamatan di tempat kerja adalah dengan
memberi teladan yang baik sertiap hari dengan
mematuhi dan menegakkan peraturan dan
prosedur keselamatan dan keamanan setiap hari.
• Sangatlah penting untuk membentuk sistem
pelatihan dan pembinaan semua orang yang
bekerja di laboratorium dan terdokumentasi
dengan baik.
• Setiap lembaga harus menentukan saluran
komunikasi yang efektif tentang keselmatan
bahan kimia dengan petugas di semua tingkat
lembaga.








Kombinasi Bahan yang harus
dihindari
bahan dibawah ini berpotensi terjadi
kecelakaan kerja, oleh karenanya harus
dihindari.
a.Natrium atau Kalium dg air
b.Amonium nitrat, serbuk seng dan air
c.Kalium nitrat dg natrium asetat
d.Nitrat dengan ester
e.Peroksida dg magnesium, seng atau
aluminium
f.Benzena atau alkohol dgn uap

Gas Berbahaya
Gas gas tersebut adalah :
• a.Bersifat Iritasi gas HCl, HF, nitrat dan
nitrit, klorin,sulfur dioksida ( cermati
baunya yg nyegrak).
• b.Karbon monoksida sangat mematikan,
semua reaksi yang menghasilkan gas
tersebut dihindari, karena tidak berwarna,
dan tidak berbau
• c.Hidrogen sianida berbau seperti almond
Hidrogen sulfda dikenali dari baunya
Hidrogen selenida (HCN) gas yg sangat
beracun.

• Kebakaran bisa saja terjadi di laboratorium, karena di
dalamnya banyak tersimpan bahan yang mudah
terbakar. Bila terjadi kebakaran maka :
• a.Jangan Panik
• b.Segera bunyikan alarm tanda bahaya
• c.Identifkasi bahan yang terbakar (kelas A;B atau C),
padamkan dg kelas pemadam yang sesuai
( Contoh kebakaran klas B bensin, minyak tanah dll
tidak
boleh disiram dg air)
• d.Hindari menghirup asap secara langsung, gunakan
masker atau tutup hidung dengan sapu tangan.
• e.Tutup pintu untuk menghambat api membesar dg
cepat.
• f.Cari Bantuan Pemadam Kebakaran , oleh karenanya
• No Telpon Pemadam Kebakaran baru di Lab

• Peralatan dan Cara Kerja
• Bekerja dengan alat alat kimia juga berpotensi
terjadinya kecelakaan kerja, karena itu harus
diperhatikan hal hal sebagai berikut :
• a.Botol reagen harus dipegang dg cara pada bagian
label ada pada telapak tangan .
• b.Banyak peralatan terbuat dari gelas , hati hati kena
pecahan kaca. Bila memasukkan gelas pada propkaret gunakan sarung tangan sebagai pelindung.
• c.Ketika menggunakan pembakar spritus hati hati
jangan sampai tumpah di meja karena mudah
terbakar. Jika digunakan bunsen amati keadaan selang
apakah masih baik atau tidak.
• d.Hati hati bila mengencerkan asam sulfat pekat, asam
sulfatlah yang dituang sedikit demi sedikit dalam
air dan bukan sebaliknya

5.Cara Pemanasan Larutan dalam Tabung Reaksi
• Banyak reaksi yang harus dilakukan pemanasan untuk proses
reaksi. Tata cara melakukan pemanasan tabung reaksi adalah :
• a. Isi tabung reaksi sebagian saja, sekitar sepertiganya.
• b. Api pemanas terletak pada bagian bawah larutan.
• c. Goyangkan tabung agar pemanasan merata.
• d. Arah mulut tabung reaksi pada tempat yang kosong agar
percikannya
tidak mengenai orang lain.

6.Cara memanaskan dg gelas Kimia
• Pemanasan yang dilakukan menggunakan gelas kimia ( bukan
tabung reaksi) maka harus memperhatikan aturan sebagai
berikut :
• a.Gunakan kaki tiga sebagai penopang gelas kimia tersebut.
• b.Letakkan batang gelas atau batu didih pada gelas kimia untuk
menghindari pemanasan mendadak.
• c. gelas kimia tersebut berfungsi sbg penagas air , isikan air
seperempatnya saja supaya tidak terjadi tumpahan

Peraturan Keselamatan Kerja
Tujuan Peraturan Keselamatan Kerja
dimaksudkan untuk menjamin :
• a.Kesehatan , keselamatan dan kesejahteraan
orang yg bekerja di laboratorium.
• b.Mencegah orang lain terkena resiko
terganggu kesehatannya akibat kegiatan di
laboratorium.
• c.Mengontrol penyimpanan dan penggunaan
bahan yang mudah terbakar dan beracun
• d.Mengontrol pelepasan bahan berbahaya
(gas) dan zat berbau ke udara, sehingga tidak
berdampak negative terhadap lingkungan.

Aturan umum yang terdapat dalam peraturan itu
menyangkut hal hal sebagai berikut :
• a. Orang yang tak berkepintingan dilarang masuk laboratorium.
• b. Jangan melakukan eksprimen sebelum mengetahui informasi mengenai
bahaya bahan , alat alat dan cara pemakaiannya.
• c. Kenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan saat terjadi kecelakaan kerja.
• d. Harus tau cara pemakaian alat emergensi : pemadam kebakaran, eye
shower, respirator dan alat keselamatan kerja yang lain.
• e. Setiap laboran /Pekerja laboratorium harus tau memberi pertolongan
darurat
• f. Latihan keselamatan harus dipraktekkan secara periodik bukan
dihapalkan .
• g. Dilarang makan minum dan merokok di lab, hal ini berlaku juga untuk
laboran dan kepala Laboratorium.
• h. Terlalu banyak bicara, berkelakar dan lelucon lain ketika bekerja di
laboratorium
• i. Jauhkan alat alat yang tak digunakan, tas, hand phone dan benda lain dari
atas meja kerja

laboratory’s safety equipment

TUGAS
• 1. Apakah yang dimaksud dengan bahaya?
 
• 2. Apa saja jenis-jenis bahaya itu?
 
• 3. Apa saja identifkasi yang harus dilakukan sebelum menyusun
program k3?
 
• 4. Apa saja jenis-jenis bahan berbahaya di laboratorium itu?
• 5. Bagaimana tingkat bahaya keracunan terhadap manusia?
•  6. Apa saja tingkat kadar dalam racun?
 
• 7. Apa saja klasifkasi label untuk bahan bahan berbahaya di
laboratorium?
•  8. Apa saja klasifkasi bahan berbahaya di laboratorium?

Jenis-jenis Bahaya: 

Bahaya Benda Bergerak (kinetic hazards)
• : a. Benda bergerak lurus (linear movement)
Contoh : mesin penempa, mesin
potong, ban
berjalan, mobil, dll.  
• b.  Benda bergerak berputar (rotation)
Contoh : roda, roda gigi, katrol, dll.
c. Benda bergerak tak beraturan
Contoh : debu
d.  Pengangkatan / Pengangkutan
Contoh : beban terlalu berat / cepat

 







Bahaya Benda Diam (static hazards)
: a. Bahaya pebedaan elevasi / gravitasi;  
b. Bahaya air;
c.  Bahaya kerusakan perkakas / sarana kerja;
d. Bahaya konstruksi (jembatan / perancah ambruk dll);
e.Bahaya pemasangan (sambungan / baut tidak kuat dll).

 









Bahaya Benda Fisik (physical hazards):
 a. Cahaya (terang, gelap dll);
b. Bising;
c. Suhu (ruang, benda)
d. Tekanan (tinggi, rendah);     
e. Radiasi elektromagnetis (ultra violet, infra red dll);
f. Radiasi ionisasi (rontgen, radioactive/nuklir dll),
g. Getaran