LAPORAN PENDAHULUAN POLIOMYELITIS ( 1 )

LAPORAN PENDAHULUAN POLIOMYELITIS(POLIO)
A.Definisi
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan
predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang
otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta
autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus.
Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh
melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir
ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
B. Etiologi
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu:
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa
inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi virus
Golongan : Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia : Picornaviridae
Genus : Enterovirus
Spesies : Poliovirus


C. Tanda dan gejala
Poliomelitis dapat dibagi menjadi empat yaitu:
1.

Poliomielitis Asimtomatis: Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena
daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali. Pada suatu
epidemi diperkirakan terdapat pada 90-95% penduduk dan menyebabkan imunitas terhadap
virus tersebut.

2.

Poliomielitis abortif : Diduga secara klinik hanya pada daerah yang terserang epidemi
terutama yang diketahui kontak denga pasien poliomeilitis yang jelas. Diperkirakan terdapat
4-8% penduduk pada suatu epidemi . Timbul mendadak berlangsung beberapa jam sampai

beberapa hari. Gejela berupa malaise, anoreksia, nause, muntah nyeri kepala, nyeri
tenggorokan, konstipasi dddan nyeri obdemen.
3.


Poliomielitis Non Paralitik: Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif, hanya
nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang
diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk ke dalam fase 2
dengan nyeri otot. . Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi
pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.

4.

Poliomielitis Paralitik: Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu
atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan
paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :

a.

Bentuk spinal: Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh,
diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.

b.

Bentuk bulbar: Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan

pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.

c.

Bentuk bulbospinal: Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.

d.

Bentuk ensefalitik: Dapat disertai dengan gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan
kadang- kadang kejang.

1. Medula spinalis terutama
kornu anterior
2. Batang otak pada nucleus
D. Patway

vestibularis dan inti-inti saraf
Poliovirus
(PV)


cranial serta formasio
retikularis yang mengandung

.

pusat vital
3. Sereblum terutama inti-inti

Melalui mulut
M
enginfeksi saluran usus
(berkembang biak)
Aliran darah

virmis
Ve
4. Otak tengah “midbrain”
rimia virus + DC faecese
beberapa
minggu

terutama
masa kelabu
substansia nigra dan kadangkadang nucleus rubra
5. Talamus dan hipotalamus
6. Palidum
7. Korteks serebri, hanya

sistem saraf pusat

daerah motorik

E. Komplikasi
1. Hiperkalsuria
2. Melena
3. Pelebaran lambung akut
4. Hipertensi ringan
5. Pneumonia
6. Ulkus dekubitus dan emboli paru
7. Psikosis
F. Penatalaksanaan Askep

Untuk mencegah penularan pasien perlu dirawat diruang isolasi dengan perangkap
lengkap kamar isolasi dan memerlukan pengawasan yang teliti, mengingat bahwa virus polio
juga terdapat pada feses pasien, maka jika membuang feses harus betul- betul kedalam lubang
WC dan disiram air sebanyak mungkin.
Masalah pasien yang perlu diperhatikan bahaya terjadi kelumpuhan, gangguan
psikososial, dan kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
1.

Bahaya terjadi kelumpuhan
Penyakit poliomielitis aka selalu menimbulkan kelumpuhan yang sarafnya terkena virus polio
tersebut (kecuali yang ringan tidak). Misal jenis paralitik, kelumpuhan mengenai anggota
gerak terutama kaki. Kelumpuhan tersebut akibat atrofi otot sehingga kaki terlihat kecil
sebelah. Jika polio mengenai bayi dapat terjsdi kelumpuhan otot obdemen, sehingga dapat
terjadi gangguan eliminasi. Untuk mengetahui bagian tubuh mana yang mengalami
kelumpuhan, maka pasien perlu perawatan secara kontinu:

a.

Pasien perlu istirahat ditempat tidur selama 2 minggu atau lebih, tergantung pad jenis
penyakit bentuk polio.


b.

Pernafasan pasien perlu diawasi secara cermat dan sering serta disediakan catatan khusus,
jika pasien dirawat dengan dugaan poliomeilitis bentuk bulbar, pengamatan pernafasan
dilakukan setiap ½- ¼ jam(melihat keadaan pasien.

2.

Gangguan psikososial
Penyakit poliomeilitis akan meninggalkan gejala sisa berupa kelumpuhan anggota
gerak terutama kaki, keadaan ini akan membuat sedih orang tua dan pasien itu sendiri karena
kehilangan kemampuan tuk beraktifitas seperti anak- anak lainnya yang tidak cacat.

Orang tua akan merasa sedih mempunyai anak yang cacat, perlu dijalaskan kepada
orang tua maupun anaknya bahwa aak yang cacat tubuhnya belum tentu kalah pandai dari
pada anak yang lain,orang tua harus memberikan dorongan kepada anaknya agar bersikap
wajar saja dan jika anak sudah sekolah tidak akan terganggu kecerdasannya asal tetapmau
belajar semestinya.
Orang awam menganggap bahwa anak cacat karena disuntik, hal itu harus diterangkan bahwa

kecacatan bukan karena kesalaha pengobatan tetapi memang penyakit tersebut akan demikian
akibatnya, hanya kecacatan berkurang asalkan fisiotrapi dilakukan dengan semestinya.

A. Pengertian
Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat
merusak sistem saraf dan menyebabkan paralysis.
Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak di bawah umur 2
tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti demam yang disertai
panas, muntah dan sakit otot.
Kadang-kadang hanya satu atau beberapa tanda tersebut, namun
sering kali sebagian tubuh menjadi lemah dan lumpuh (paralisis).
Kelumpuhan ini paling sering terjadi pada salah satu atau kedua
kaki. Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil dan
tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh
virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum
tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan
bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta
autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang

disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus
yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut,
menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah
dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot
dan kadang kelumpuhan (paralysis).
Jenis Polio:
• Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu,
dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung. Otot
terasa lembek jika disentuh.
• Polio Paralisis

Kurang dari 1 persen orang yang terinfeksi virus polio berkembang
menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio paralisis
dimulai dengan demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya akan
muncul gejala dan tanda-tanda lain, seperti:
-Sakit kepala
-Kram otot leher dan punggung
-Sembelit/konstipasi
-Sensitif terhadap rasa raba

Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi terinfeksinya,
yaitu:
1. Polio Spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang,
menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan
pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat
menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita
dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan
paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus
menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada
dinding usus dan diangkut ke seluruh tubuh. Poliovirus menyerang
saraf tulang belakang dan motorneuron yang mengontrol gerak
fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti lu. Namun, pada
penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi,
virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf
tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi
sistem saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring
dengan berkembangbiaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus
akan menghancurkan motorneuron. Motorneuron tidak memiliki
kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya

tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.
Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas.
Kondisi ini disebut acute laccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada
sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang
tubuh dan otot pada dada dan perut, disebut quadriplegia. Anakanak dibawah umur 5 tahun biasanya akan menderita kelumpuhan
1 tungkai, sedangkan jika terkena orang dewasa, lebih sering
kelumpuhan terjadi pada kedua lengan dan tungkai.
2. Bulbar polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami
sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung
motorneuron yang mengatur pernapasan dan saraf otak, yang
mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola
mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan
pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang

mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu
proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan
lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus,
paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan
kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita
polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak
dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan
pada saraf otak yang bertugas mengirim ‘perintah bernapas’ ke
paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada
fungsi penelanan; korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya
sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan
trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum
masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan
apabila penderita telah menggunakan ‘paru-paru besi’ (iron lung).
Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah
dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan
udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara
dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara
terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah
pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
Tingkat kematian karena polio bulbar

B. Gambaran Klinis
Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu :
1. Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak
terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak
terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomielitis abortif : Timbul mendadak langsung beberapa jam
sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise,
anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan,
konstipasi dan nyeri abdomen.
3. Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hamper sama dengan
poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih
hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti
penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau
masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini
dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak,
ganglion spinal dan kolumna posterior.
4. Poliomielitis paralitik : Gejala sama pada poliomyelitis non
paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet
atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis

fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya
antara lain :
• Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot
leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak
ekstremitas.
• Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak
dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan
sirkulasi.
• Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk
spinal dan bentuk bulbar.
• Kadang ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium, kesadaran
menurun, tremor dan kadang kejang.
Berikut fase-fase infeksi virus tersebut:
• * stadium akut
• Yaitu fase sejak adanya gejala klinis hingga 2 minggu. Ditandai
dengan suhu tubuh yang meningkat. Kadang disertai sakit kepala
dan muntah-muntah. Kelumpuhan terjadi akibat kerusakan sel-sel
motor neuron di bagian tulang belakang (medula spinalis) lantaran
invasi virus. Kelumpuhan ini bersifat asimetris sehingga cenderung
menimbulkan gangguan bentuk tubuh (deformitas) yang menetap
atau bahkan menjadi lebih berat. Kelumpuhan yang terjadi sebagian
besar pada tungkai kaki (78,6%), sedangkan 41,4% pada lengan.
Kelumpuhan ini berlangsung bertahap sampai sekitar 2 bulan sejak
awal sakit.
• * stadium subakut
• Yaitu fase 2 minggu sampai 2 bulan. Ditandai dengan
menghilangnya demam dalam waktu 24 jam. Kadang disertai
kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Terjadi kelumpuhan anggota
gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi saja.
• * stadium konvalescent
• Yaitu fase pada 2 bulan sampai dengan 2 tahun. Ditandai dengan
pulihnya kekuatan otot yang sebelumnya lemah. Sekitar 50-70
persen fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase akut.
Selanjutnya setelah 2 tahun diperkirakan tidak terjadi lagi
pemulihan kekuatan otot.
• * stadium kronik
• Yaitu lebih dari 2 tahun. Kelumpuhan otot yang terjadi sudah
bersifat permanen.
C. Etiologi
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi
3 yaitu :
1. Brunhilde
2. Lansing

3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan
pengeringan /oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi virus
Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia: Picornaviridae
Genus: Enterovirus
Spesies: Poliovirus

D. Penularan
Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di
dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya,
diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan
pembuluh getah bening.
Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara,
yaitu:
* fekal-oral (dari tinja ke mulut)
Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus
polio yang berasal dari tinja penderita lalu masuk ke mulut orang
yang sehat.
* oral-oral (dari mulut ke mulut)
Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke
mulut orang sehat lainnya.
Sebenarnya, kondisi suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus.
Sebaliknya, pada keadaan beku atau suhu yang rendah justru virus
dapat bertahan hidup bertahun-tahun. Ketahanan virus ini di dalam
tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan
adanya mikroba lain. Virus ini dapat bertahan lama pada air limbah
dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari
sumber penularan.
Meskipun cara penularan utama adalah akibat tercemarnya
lingkungan oleh virus polio dari penderita yang terinfeksi, namun
virus ini sebenarnya hidup di lingkungan yang terbatas. Nah, salah
satu inang atau mahluk hidup perantaranya adalah manusia
secara ringkas, Cara penularannya dapat melalui :
a. Inhalasi
b. Makanan dan minuman
c. Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.

Penularan melalui oral berkembambang biak diusus→verimia
virus+DC faecese beberapa minggu.
E. Pencegahan
Cara pencegahan dapat dilalui melalui :
1. Imunisasi
2. jangan masuk daerah endemis
3. jangan melakukan tindakan endemis
Tempatkan anak yang sakit di kamar terpisah, jauh dari anak-anak
lainnya. Ibu harus mencuci tangan setiap kali menyentuhnya.
Perlindungan terbaik terhadap polio ialah dengan memberikan
vaksin polio/pemberian kekebalan.
Seorang anak yang cacat akibat polio harrus makan makanan
bergizi dan melakukan gerak badan untuk memperkuat ototototnya. Selama tahun pertama, sebagian kekuatan dapat pulih
kembali.
Bantulah anak agar belajar berjalan sebaik-baiknya, pasanglah 2
buah tiang, sebagai penyangga dan kemudian buatkan tongkat
penopang.
Cegah Virus Polio dengan Vaksinasi
Hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatan penyakit polio.
Yang paling efektif hanyalah pencegahan dengan cara imunisasi.
Kasus penyakit polio di Sukabumi, Jawa Barat,sangat mengejutkan
pemerintah dan masyarakat. Penyakit yang diakibatkan infeksi virus
ini jelas mencemaskan para orang tua yang punya anak balita
karena begitu mengerikan dampak buruk yang bisa ditimbulkan.
Sayangnya lagi, hingga saat ini belum ditemukan cara
pengobatannya. Yang paling efektif hanyalah pencegahan dengan
cara imunisasi.
Virus polio (poliomyelitis) sangat menular dan tak bisa
disembuhkan. Virus ini menyerang seluruh tubuh (termasuk otot
dan sistem saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang
sifatnya permanen dan kelumpuhan total dalam hitungan jam saja.
Bahkan sekitar 10-15 persen mereka yang terkena polio akhirnya
meninggal karena yang diserang adalah otot pernapasannya.
Virus polio terdiri atas 3 tipe (strain), yaitu tipe 1 (brunhilde), tipe 2
(lanzig) dan tipe 3 (Leon). Tipe 1 seperti yang ditemukan di
Sukabumi adalah yang paling ganas (paralitogenik) dan sering
menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Sedangkan tipe 2
paling jinak

F. Patofisiologi

Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu.
Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama
dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron
dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya
terkena poliomyelitis ialah :
1. Medula spinalis terutama kornu anterior,
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial
serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital,
3. Sereblum terutama inti-inti virmis,
4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra
dan kadang-kadang nucleus rubra,
5. Talamus dan hipotalamus,
6. Palidum dan
7. Korteks serebri, hanya daerah motorik.
G. Komplikasi
1. Hiperkalsuria
2. Melena
3. Pelebaran lambung akut
4. Hipertensi ringan
5. Pneumonia
6. Ulkus dekubitus dan emboli paru
7. Psikosis
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Lab :
• Pemeriksaan darah
• Cairan serebrospinal
• Isolasi virus volio
2. Pemeriksaan radiology
I. Penatalaksanaan Medis
Begitu penyakit mulai timbul, kelumpuhan sering kali tidak
tertangani lagi karena ketidakadaan obat yang dapat
menyembuhkannya.
Antibiotika yang biasanya digunakan untuk membunuh virus juga
tidak mampu berbuat banyak. Rasa sakit dapat diatasi dengan
memberikan aspirin atau acetaminophen, dan mengompres dengan
air hangat pada otot-otot yang sakit
1. Poliomielitis aboratif
• Diberikan analgetk dan sedative
• Diet adekuat

• Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya
dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian
diperiksa neurskeletal secara teliti.
2. Poliomielitis non paralitik
• Sama seperti aborif
• Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan
dengan kompres hangat selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
3. Poliomielitis paralitik
• Perawatan dirumah sakit
• Istirahat total
• Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
• Fisioterafi
• Akupuntur
• Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan.Poliomielitis abortif
diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan
aktifitas dapat dimulai lagi.Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi
dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pemgawasan
yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.
Fase akut :
Analgetik untuk rasa nyeri otot.Lokal diberi pembalut hangat
sebaiknya dipasang footboard (papan penahan pada telapak kaki)
agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai..Pada
poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang relek menelan tergaggu
sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini
kepala anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah
satu sisi.
Sesudah fase akut :
Kontraktur.atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy.
Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.
J. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
2. pemeriksaan fisik
a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Releks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky

MENDETEKSI LUMPUH LAYUH
* Bayi
- Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan posisi tungkai
menekuk pada lutut dan pinggul. Bayi yang lumpuh akan
menunjukkan tungkai lemas dan lutut menyentuh tempat tidur.
- Lakukan rangsangan dengan menggelitik atau menekan dengan
ujung pensil pada telapak kaki bayi. Bila kaki ditarik berarti tidak
terjadi kelumpuhan.
- Pegang bayi pada ketiak dan ayunkan. Bayi normal akan
menunjukkan gerakan kaki menekuk, pada bayi lumpuh tungkai
tergantung lemas.
* Anak besar
- Mintalah anak berjalan dan perhatikan apakah pincang atau tidak.
- Mintalah anak berjalan pada ujung jari atau tumit. Anak yang
mengalami kelumpuhan tidak bisa melakukannya.
- Mintalah anak meloncat pada satu kaki. Anak yang lumpuh tak
bisa melakukannya.
- Mintalah anak berjongkok atau duduk di lantai kemudian bangun
kembali. Anak yang mengalami kelumpuhan akan mencoba berdiri
dengan berpegangan merambat pada tungkainya.
- Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih kecil.

K. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan
muntah
2. Hipertermi b/d proses infeksi
3. resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan
nafas b/d paralysis otot
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
L. Intervensi
Dx 1 :
1.1. Kaji pola makan anak
Mengetahui intake dan output anak
1.2. Berikan makanan secara adekuat
Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang
1.3. Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
1.4. Timbang berat badan

Mengetahui perkembangan anak
1.5. Berikan makanan kesukaan anak
Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih
banyak
1.6. Berikan makanan tapi sering
Mempermudah proses pencernaan
Dx 2 :
2.1. Pantau suhu tubuh
Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih
2.2. jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat
mandi/kompres
Dapat menyebabkan efek neurotoksi
2.3. hindari mengigil
2.4. Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit
Dapat membantu mengurangi demam
Dx 3 :
3.1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah
komplikasi.
3.2. Auskultasi bunyi nafas
Mengetahui adanya bunyi tambahan
3.3. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk
tinggi atau semi fowler
Merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru
3.4. Berikan tambahan oksigen
Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
Dx 4 :
4.1. Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak
mengatasi nyeri
Theknik-theknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan
distraksi dapat membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi
4.2. Libatka orang tua dalam memilih strategi
Karena orang tua adalah yang lebih mengetahui anak
4.3. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis
khusus sebelum nyeri.
Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan
4.4. Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi
selama nyeri
Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus
pada tindakan yang diperlukan
4.5. Berikan analgesic sesuai indikasi.

Dx 5 :
5.1. Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak
Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan
bagi program rehabilitasi.
5.2. Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada)
Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak
5.3. Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
untuk aktif seperti
pemasukan makanan yang tidak adekuat.
Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk
mempertahankan atau meningkatkan mobilitas
5.4. Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman
Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak
untuk berjalan.
Dx 6 :
6.1 Kaji tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat
ansietas(mis.renda,sedang,
parah).
Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang
dipelajari.
6.2 Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga
tanpa menayakan apa
yang dipercaya.
Pasien mugkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
6.3. Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta
oleh keluarga.
Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah
yang dapat
dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
6.4. Hidari harapan –harapan kosong mis ; pertanyaan seperti “
semua akan berjalan
lancar”.
Harapan –harapan palsu akan diintervesikan sebagai kurangnya
pemahaman atau
kejujuran.

I Tumbuh kembang anak usia 0 -5 tahun
Penyimpangan tumbuh kembang anak harus dideteksi sejak dini,
terutama sebelum anak berumur 3 tahun, agar dapat segera di
intervensi (diperbaiki, Red). Apabila deteksi terlambat, yang

menyebabkan penanganan terlambat sehingga penyimpangan akan
sulit untuk diperbaiki
Terdapat beberapa tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan
antara lain masa dalam kandungan (prenatal), masa Neonatal (0 –
28 hari), masa Bayi (6 bulan terjadi stanger anxiety (cemas)
- Menangis keras
- Pergerakan tubuh yang banyak
- Ekspresi wajah yang tidak menyenangkan
2) Masa todler (2-3 tahun)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon
perilaku anak dengan tahapnya.
- Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
- Putus asa menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang
menunjukkan minat bermain, sedih, apatis
- Pengingkaran / denial
- Mulai menerima perpisahan
- Membina hubungan secara dangkal
- Anak mulai menyukai lingkungannya
3) Masa prasekolah (3-6 tahun)
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman, sehingga
menimbulkan reaksi agresif.
- Menolak makan
- Sering bertanya
- Menangis perlahan
- Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
4) Masa sekolah (6-12 tahun)
Perawatan di rumah sakit memaksakan ;
- Meninggalkan lingkungan yang dicintai
- Meninggalkan keluarga
- Kehilangan kelompok sosial, sehingga menimbulkan kecemasan
5) Masa remaja (12-18 tahun)
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya.
Reaksi yang muncul ;
- Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
- Tidak kooperatif dengan petugas
- Bertanya-tanya
- Menarik diri
- Menolak kehadiran orang lain

Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi ;
- Takut
- Cemas
- Perasaan sedih
- Frustasi
Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi
- Marah
- Cemburu
- Benci
- Rasa bersalah
Reaksi lingkungan sosial terhadap hospitalisasi
- Acuh tak acuh
- Terkesan menghindar
Intevensi perawatan dalam mengatasi dampak hospitalisasi
Fokus intervensi keperawatan adalah ;
- Menimalkan stressor
- Memaksimalkan manfaat hospitalisasi
- Memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga
- Mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit
Upaya meminimalkan stressor atau penyebab stress
Dapat dilakukan dengan cara ;
- Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
- Mencegah perasaan kehilangan kontrol
- Mengurangi / menimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh
dan rasa nyeri

Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan
- Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
- Modifikasi ruang perawatan
- Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah, surat
menyurat, bertemu teman sekolah
Mencegah perasaan kehilangan kontrol
- Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif
- Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
- Buat jadwal untuk prosedur terapi, latihan, bermain
Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri

- Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan
prosedur yang menimbulkan rasa nyeri
- Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
- Menghadirkan orang tua bila mungkin
- Tunjukkan sikap empati
- Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan
yang dilakukan melalui cerita dan gambar
- Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis anak
menerima informasi ini dengan terbuka
Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak
- Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan
orang tua untuk belajar
- Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang
penyakit anak
- Meningkatkan kemampuan kontrol diri
- Memberi kesempatan untuk sosialisasi
- Memberi support kepada anggota
Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit
- Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya
- Kenalkan pada pasien yang lain
- Berikan identitas pada anak
- Jelaskan aturan rumah sakit
- Laksanakan pengkajian
- Lakukan pemeriksaan fisik
Dampak hospitalisasi
Dampak hospitalisasi yang dialami bagi anak dan keluarga akan
menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress
tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan
penyakit dan pengobatan
Fakta-fakta tentang polio
1. Polio kebanyakan menyerang anak di bawah lima tahun
2. Di antara 200 infeksi yang menyerang tubuh, hanya satu infeksi
yang bisa menembus sistem imunitas tubuh.
3. Sejak 1988, kasus polio turun drastis sebanyak 99%. Dari
penelitian pada 1997 sampai dengan 2006 hanya ditemukan
sebanyak 350.000 kasus polio di seluruh dunia. Penurunan ini
dikarenakan seluruh lapisan masyarakat dunia bersatu untuk
memberantas penyakit polio
4. Pada 2008, hanya empat negara di dunia yang masih dianggap

berpotensi mengalami epidemik penyakit polio, turun dari 125
negara pada 1988. Keempat negara tersebut adalah Afghanistan,
India, Nigeria, dan Pakistan
5. Kantung-kantung epidemik polio adalah India Bagian Utara,
Nigera Bagian Utara, Perbatasan Afghanistan dan Pakistan
6. Jika ada satu anak yang terinfeksi virus polio, seluruh anak di
dunia berisiko untuk tertular penyakit tersebut. Antara 2003 – 2005
terdapat 25 kasus polio awal yang menyebabkan WHO segera
bertindak untuk menyelamatkan jutaan anak lain.
7. Pendidikan tentang bagaimana melumpuhkan virus polio
memegang peranan penting dalam kesuksesan pemberantasan poli
LAPORAN PENDAHULUAN

1.
DEFINISI IMUNISASI
Imunisasi adalah pemberian kekebalan pada tubuh dengan cara
memasukkan antigen tertentu dalam tubuh.
DEFINISI IMUNISASI POLIO
Imunisasi polio adalah imunisasi untuk mencegah poliomielitis.

2.
1.

MACAM KEKEBALAN
Kekebalan Aktif

-

Dibuat tubuh sendiri akibat antigen.

-

Berlangsung lama – adanya memori imunologik.

-

Misal : Imunisasi penyakit secara alami.

2.

Kekebalan Pasif

-

Dari luar tubuh

-

Tidak lama

-

Misal : Kekebalan janin yang didapat dari ibunya.

RESPON IMUN ADA 2 :
3. Primer

a.
b.

Proses imun pada paparan pertama kali dengan antigen.
Waktu antigen masuk sampai timbul anti bodi lebih lama daripada
respon imun sekunder.

c.

Antibodi berupa 1 gm.

d.

Titer lebih rendah daripada respon imun sekunder.
4. Sekunder

a.
b.

Untuk memberi respon adekuat.
Waktu antigen masuk sampai timbul antibody lebih cepat daripada
respon imun primer.

c.

Antibodi berupa 1 gs.

d.

Titer lebih tinggi daripada respon imun primer.

e.

Perlu imunisasi berulang untuk protektif dan mendapatkan antibody
yang tinggi.
B.

a.

ETIOLOGI IMUNISASI
Punya keinginan mendapat kekebalan tubuh yang maximal.

b.

Keinginan untuk mencegah penyakit tertentu.

c.

Keinginan untuk menghilangkan penyakit tertentu.

5.
2.

JENIS VAKSIN POLIO
Vaksin Salk

a.

Virus dimatikan

b.

Diberikan secara suntikan

3.

Vaksin Sabin

a.

Virus dilemahkan

b.

Diberikan dalam bentuk pil/ cairan

c.

Interval pemberian 0 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan.

d.

Dibagi menjadi 3:

1)

Vaksin yang dapat tidak aktif dengan pemanasan

-

Repikasi dini

-

Respon imun protektif
2) Vaksin yang digunakan segera

-

Dipakai dalam 6 bulan

-

Disimpan dalam suhu 2-8 0C
3) Vaksin dalam jangka lama

-

+ 2 tahun

-

Disimpan dalam suhu 20 0C

6.

EFEK SAMPING IMUNISASI POLIO
Diare

4.

Penanganan : Beri oralit
5.

Kejang
Jarang terjadi

6.

Kelumpuhan
Jarang terjadi

7.
a.

KONTRA INDIKASI
Diare berat

b.

Defiensi umum
Karena imunosupresan

Kortikosteroid selama kehamilan

Kemoteraphy
C.
a.

INTERNAL IMUNISASI POLIO
Imunisasi Polio I
: Segera setelah bayi lahir

b.

Imunisasi Polio II

: Usia 2 bulan

c.

Imunisasi Polio III

: Usia 4 bulan

d.

Imunisasi Polio IV

: Usia 18 bulan – 2 tahun

e.

Imunisasi Polio V

: SD kelas I (usia 5 tahun)

8.
f.

FAKTOR KEBERHASILAN IMUNISASI
Status imunitas tubuh

g.

Faktor vaksin, meliputi:

1.

Kualitas

: - Kadaluarsa atau belum
- Cara penyimpanan – suhu antara 2-8 0C

2.

Kuantitas : - Dosis – 2 tetes per oral
- Jumlah atau jarak pemberian – polio : 4 x
pemberian
c. Faktor genetik

Daftar Pustaka
Fakultas kedokteran universitas indonesia, kapita selecta kedokteran jilid 2,
jakarta, media acucaliptus, 2000.
Dirjen PPM dan PIO, modul latihan petugas imunisasi. Depkes RI. Jakarta:
1992.
George. Imunisasi dalam praktek. Jakarta. Hipocrates. 1992.

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK

Tanggal masuk

: 14-5-2008

Jam

: 08.00 WIB

Tanggal pengkajian

14-5-2008

Jam

: 08.00 WIB

Diagnosa masuk

: Bayi sehat usia 4 bulan dengan imunisasi polio

I.

PENGKAJIAN

A.

Data Subyektif

1.

IDENTITAS (BIODATA)

a.

Anak
Nama anak

: An. Randika

Umur

: 4 bulan

Jenis kelamin
Anak ke
Pendidikan
b.

:♂
:1
:-

Ibu
Nama

: Ny Yuningsih

Umur

: 24 tahun

Suku/bangsa

: Jawa/Indonesia

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: IRT

Penghasilan

:-

Alamat

: Ds.Jambu

cAyah
Nama

: Tn. Rudi

Umur

: 26 tahun

Suku/bangsa

: Jawa/Indonesia

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: swasta

Penghasilan

: Rp 1.000.000,00/ bulan

2.

RIWAYAT KESEHATAN

a.

Riwayat Penyakit Dahulu

-

Penyakit waktu kecil

-

Pernah MRS

: tidak pernah

-

Alergi

: tidak pernah

b.

: sakit batuk pilek biasa

Imunisasi

:

BCG,

DPT1,

DPT2,

Riwayat Penyakit Sekarang

-

Keluhan utama

: tidak ada keluhan,waktunya imunisasi

-

Tindakan pertama

: dibawa ke tempat pelayanan kesehatan

c.

Riwayat Penyakit Keluarga

-

Penyakit keturunan

: tidak ada baik dari ayah atau ibu

-

Penyakit menular

: tidak ada

d.

Riwayat Antenatal

Polio1,

-

Keluhan selama hamil

-

ANC

-

TT

e.

: mual muntah pada awal kehamilan

: di BPS, teratur
: 8x

Riwayat Natal

-

Umur kehamilan

-

Jenis persalinan : spontan

-

Ditolong oleh

: bidan

-

Keadaan bayi

: bayi lahir sehat

-

Penyakit saar persalinan : tidak ada

f.

: 9 bln

Riwayat Neonatal
-

Kondisi bayi

: baik

-

BB waktu lahir : 2800 gram

-

TB waktu lahir

g.

Riwayat Gizi

: 48 cm

-

Pemberian ASI : sewaktu-waktu bila bayi haus/ tanpa dijadwal

-

Pemberian MPASI

-

Makan sehari-hari

h.

: belum
: belum

Riwayat Psikososial

-

Yang mengasuh : orangtua

-

Hub dengan keluarga

-

Hub dengan lingkungan sekitar : baik

i.

: baik

Riwayat Tumbuh Kembang
-

Mengangkat kepala

: 2 bulan

-

Tengkurap

: 2 bulan

-

Duduk

: 4 bulan

-

Gigi tumbuh pertama

-

Merangkak

: belum dapat
: belum dapat

-

Berdiri

-

Berjalan dituntun

: belum dapat

-

Berjalan berpegangan

: belum dapat

-

Berjalan sendiri : belum dapat

-

Berbicara

-

Tidak ngompol : belum dapat

B.
1.

: belum dapat

: belum dapat

Data Obyektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: composmetis

Tanda vital

: Nadi : 140 x/mnt
Suhu : 36 0C
RR

BB sekarang
2.

: 30 x/mnt

: 6800 grm

Pemeriksaan Fisik
Kepala

: warna rambut hitam, kulit kepala bersih

Muka

: tidak pucat dan tidak oedema

Mata

: simetris, konjungtiva tidak anemis, kelopak mata tidak
oedema, sklera tidak ikterus

Hidung

: tidak ada sekret dan polip

Mulut : tidak ada stomatitis, lidah bersih, gusi tidak epulis
Leher

: tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar thyroid

Dada

: simetris, tidak ada wheezing, tidak ada ronchi

Perut

: tidak ada kembung dan nyeri tekan

Genetalia

: tidak ada kelainan

Ekstremitas

: simetris, tidak oedema

Kulit

3.

: turgor baik

Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Motorik kasar

: duduk berpegangan

Motorik halus

: mengambil mainan dengan tangan kanan

Bahasa

: bersuara ma...ma...

4.

Pemeriksaan Laboratorium

5.

Pemeriksaan Penunjang Lain

II.

: tidak dilakukan
: tidak dilakukan

INTERPRETASI DATA
Tgl/Jam
14-5- 2009
08.00 WIB

Dx/Mslh/Kbthn

Data Dasar

Dx: Bayi sehat usia Ds
4 bulan dengan

:-

Ibu mengatakan sekarang
jadwalnya imunisasi polio

imunisasi polio

-

Ibu mengatakan anaknya sehat
dan tidak sakit apapun

Do

:-

KU : baik

-

Kesadaran : composmentis

-

TTV:

N :

140 x/mnt

S

36 0C

:

RR :
-

30 x/mnt

BB : 6,8kg

-

III. INTERVENSI
Tgl/Jam

Dx/Mslh/Kbthn

14-52009

Dx:Bayi sehat
usia 4 bulan

08.05

Dengan
imunisasi

WIB

Intervensi
Tujuan :
Untuk mencegah
penya- kit polio

Rasional

polio

Kriteria :
Bayi
tidak
terkena
penyakit polio
Intervensi :
1. Jelaskan manfaat
imunisasi polio pada
ibu

2.

Jelaskan
tentang
pemberian
polio

1. Mengetahui manfaat
imunisasi polio
sehingga ibu lebih
kooperatif dan
membantu program
imunisasi

pada ibu2. Dengan infor masi
prosedur tenyang
prosedur
imunisasi pemberian
imunisasi
polio ibu dapat merasa
tenang

3.

Siapkan bayi untuk3.
Mempermudah
pemberian imunisasi
pemberian
imunisasi
oleh petugas kesehatan

4.

Berikan
imunisasi4. Bayi tidak sakit dan
sesuai prosedur
vaksin dapat masuk
secara maksimal

5. Catat pada KMS

5.
Bukti
pemberian
imunisasi
polio
dan
mempermudah
pemberian
pelayanan
berikutnya

IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Jam
14-5-2009
Jam 08.10

Dx/Mslh/
Kbthn

Implementasi

Dx: Bayi sehat 1. menjelaskan manfaat imunisasi
usia 4 bulan
polio pada ibu
dengan
imunisasi
polio
mencegah

WIB

Imunisasi polio

penyakit polio
2. Menjelaskan pada ibutentang
prosedur
pemberian
imunisasi
polioyaitu diberikan secara oral
sebayak 2 tetes
-

diare tidak ada

3.
menyiapkan
bayi
pemberian imunisasi polio
-

untuk

menganjurkan
ibu
untuk
menggendong
bayinya
dan
petugas
kesehatan
membuka
mulut bayi

4. memberikan vaksin polio sesuai
prosedur
-

pipet plastik jangan menempel
pada lidah/ bibir

-

pastikan 2 tetes vaksin polio
masuk ke dalam mulut

- bila diludahkan beri 2 tetes lagi
5. mencatat tanggal pemberian
imunisasi polio selanjutnya pada
KMS yaiyu pada tgl 14-5-2009

V.

EVALUASI
Tgl/Jam

Dx/Mslh/
Kbthn

14-5-2009

Dx: : Bayi sehat
usia 4 bulan
dengan

Jam 08.15
WIB

Evaluasi
S

:-

Ibu mengatakan sudah
paham dengan manfaat dan
efek samping dari imunisasi
polio

-

Ibu mengatakan bayinya
telah
mendapatkan
imunisasi polio IV

Imunisasi polio

O

:-

Vaksin

polio

telah

diberikan
-

A

Dalam KMS tertulis,
imunisasi polio IV tanggal 445-2009

: : Bayi sehat usia 8 bulan
dengan
Imunisasi polio

P

:-

Anjurkan ibu untuk tidak
memberi
susu
selama
30menit setelah pemberian
imunisasi polio

A. Defenisi
Imunisasi berasal dari kata imunne yang artinya kebal, sehingga imunisasi
dapat di definisikan sebagai suatu pencegahan dengan cara sengaja memberikan
perlindungan (kekebalan) kepada seseorang dengan cara memasukkan vaksin
kedalam tubuh. Dengan pemberian vaksin ini diharapkan bila orang tersebut
terpapar dengan kuman atau agen penyakit akan membrikan reaksi sehingga orang
tersebut tidak menjadi sakit atau sakitnya ringan sehingga tidak sampai
menimbulkan kecacatan atau tidak sampai meninggal.
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen yang serupa,
tidak terjadi penyakit (Ranuh,2008).
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan
antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten
terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori
(daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi
untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai
suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen
yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang
pernah dihadapi sebelumnya (Atikah,2010).

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan
antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten
terhadap penyakit tertentu. (Proverawati, 2010)
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhada penyakit tertentu. (Alimul, 2009).
Daftar Imunisasi Yang Diharuskan di Indonesia
No

Vaksin

Pemberian Vaksin

1.
2.
3.
4.
5.

BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis

1x
3x (DPT I, II, III)
4x (Polio I, II, III, IV)
1x
3x (HB I, II, III)

Selang Waktu
Pemberian
4 minggu
4 minggu
1-2 : 4 minggu
2-3 : 5 bulan

Umur
0-11 bulan
2-11 bulan
2-11 bulan
9-11 bulan
2-11 bulan

(Drs, Suryanah, 1996)
B.

Tujuan Imunisasi

1.

Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit
yang sering berjangkit. (Proverawati, 2010)

2.

Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap
penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
(Alimul, 2009).

C.

Manfaat Imunisasi

1.

Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat
atau kematian.

2.

Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong
pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa
kanak-kanak yang nyaman.

3.

Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, mrnciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan negara. (Proverawati, 2010).

D. Jenis-jenis imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efekefek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:
1.

Imunisasi aktif
Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar
nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan
terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan
merespon.

2.

Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian
zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang
dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui
placenta) atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah
masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Atikah,2010).

E.

Macam-macam imunisasi

1.

Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Bacillus Calmette Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium
bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan hasil yang tidak
virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. Vaksinasi BCGmenimbulkan
sensitivitas terhadap tuberkulin, tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi
mengurangi risiko terjadi tuberkulosis berat seperti meningitis TB dan tuberkulosis
milier (Ranuh,2008).

2.

Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)
Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid
difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi
(Departemen Kesehatan RI,2006)

3.

Vaksin hepatitis B
Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan
bersifat in infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula
polymorph) menggunakan teknologi DNA rekombinan

4.

Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)

Vaksin Oral Polio adalah vaksin yang terdiri dari suspense virus poliomyelitis tipe
1,2,3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dibiakkan jaringan ginjal kera
dan distabilkan dengan sukrosa.
5.

Vaksin Campak
Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis
(0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 inektive unit virus strain dan tidak
lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin

F.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Imunisasi

1.

Status imun penjamu

a.

Adanya antibodi spesifik pada penjamu keberhasilan vaksinasi, misalnya:
(1.Campak pada bayi; 2.Kolostrum ASI – Imunoglobulin A polio)

b.

Maturasi imunologik : neonatus fungsi makrofag, kadar komplemen, aktifasi
optonin.

c.

Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen kurang, hasil vaksinasi ditunda
sampai umur 2 tahun.

d.

Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal secara simultan, bayi
diimunisasi.

e.

Frekuensi penyakit : dampaknya pada neonatus berat imunisasi dapat diberikan
pada neonatus.

f.

Status imunologik (seperti defisiensi imun) respon terhadap vaksin kurang.

2.

Genetik
Secara genetik respon imun manusia terhadap antigen tertentu baik, cukup,
rendah. Keberhasilan vaksinasi tidak 100%.

3.

Kualitas vaksin

a.

Cara pemberian. Misalnya polio oral, imunitas lokal dan sistemik.

b.

Dosis vaksin (1.Tinggi hambatan respon, menimbulkan efek samping; 2.Jika
rendah, maka tidak merangsang sel imunokompeten)

c.

Frekuensi pemberian. Respon imun sekunder Sel efektor aktif lebih cepat, lebih
tinggi produksinya, afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon
imun yang terjadi. Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik
masih tinggi, sedangkan antigen dinetralkan oleh antibodi spesifik maka tidak
merangsang sel imunokompeten.

d.

Ajuvan

(1.Zat

2.Mempertahankan

yang

meningkatkan

antigen

agar

tidak

respon
cepat

imun
hilang;

terhadap

antigen;

3.Mengaktifkan

sel

imunokompeten)
e.

Jenis vaksin. Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik.

f.

Kandungan vaksin (1.Antigen virus; 2.Bakteri; 3.Vaksin yang dilemahkan seperti
polio, campak, BCG.; 4.Vaksin mati : pertusis.; 5.Eksotoksin : toksoid, difteri,
tetanus.; 6.Ajuvan : persenyawaan aluminium.; 7.Cairan pelarut : air, cairan garam
fisiologis, kultur jaringan, telur.).

G. Faktor Yang Dapat Merusak Vaksin Dan Komposisi Vaksin
1.

Panas dapat merusak semua vaksin.

2.

Sinar matahari dapat merusak BCG.

3.

Pembekuan toxoid.

4.

Desinfeksi / antiseptik : sabun. (Marimbi, 2010)

H. Tatacara Pemberian Imunisasi
Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan dianjurkan mengikuti tata cara
seperti berikut:
a.

Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak
divaksinasi.

b.

Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi
reaksi ikutan yang tidak diharapkan.

c.

Baca dengan teliti informasi tentang yang akan diberikan dan jangan lupa
mendapat persetujuan orang tua. Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau
pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi.

d.

Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yang akan diberikan.

e.

Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan.

f.

Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik.

g.

Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan.
Periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya adanya perubahan
warna yang menunjukkan adanya kerusakan.

h.

Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin
lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal (catch up vaccination) bila diperlukan.

i.

Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai pemilihan jarum
suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi penerima vaksin.

j.

Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal seperti berikut:

a)

Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh, apa yang
harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih
berat.

b)

Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.

c)

Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan bidang
P2M.

d)

Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk
mengejar ketinggalan, bila diperlukan.

e)

Dalam situasi vaksinasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pelaksanaannya
dapat bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti di atas yang berpegang pada
prinsip-prinsip higienis, surat persetujuan yang valid, dan pemeriksaan/penilaian
sebelum imunisasi harus dikerjakan.

1.

Penyimpanan
Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan
potensinya. Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur) informasi produk harus
disertakan. Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin harus
didinginkan pada temperatur 2-8oC dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT dan
hepatitis B) menjadi tidak aktif bila beku. Pengguna dinasehatkan untuk melakukan
konsultasi guna mendapatkan informasi khusus vaksin-vaksin individual, karena
beberapa vaksin (polio) dapat disimpan dalam keadaan beku.

2.

Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan
digunakan dalam periode waktu tertentu. Apabila vaksin telah diencerkan, harus
diperiksa

terhadap

tanda-tanda

kerusakan

(warna

dan

kejernihan).

Perlu

diperhatikan bahwa vaksin campak yang telah diencerkan cepat mengalami
perubahan pada suhu kamar. Jarum ukuran 21 yang steril dianjurkan untuk
mengencerkan dan jarum ukuran 23 dengan panjang 25 mm digunakan untuk
menyuntikkan vaksin.
3.

Pembersihan Kulit

Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan namun apabila
kulit telah bersih, antiseptik kulit tidak diperlukan.
4.

Pemberian Suntikan
Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuskular atau subkutan
dalam. Terdapat perkecualian pada dua jenis vaksin yaitu polio diberikan per-oral
dan BCG diberikan dengan suntikan intradermal.

5.
a.

Teknik dan Ukuran Jarum
Para petugas yang melaksanakan vaksinasi harus memahami teknik dasar dan
petunjuk keamanan pemberian vaksin, untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi
dan trauma akibat suntikan yang salah. Pada tiap suntikan harus digunakan tabung
suntikan dan jarum

Dokumen yang terkait

PERANCANGAN MESIN PENGHALUS KAYU ( THICKNESSING PLANER )

25 161 1

UJI AKTIVITAS TONIKUM EKSTRAK ETANOL DAUN MANGKOKAN( Polyscias scutellaria Merr ) dan EKSTRAK ETANOL SEDIAAN SERBUK GINSENG TERHADAP DAYA TAHAN BERENANG MENCIT JANTAN (Musmusculus)

50 334 24

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

JUMLAH DANA DAN KREDIT DARI BANK TABUNGAN MENJADI BANK UMUM PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA ( PERSERO ) CABANG DENPASAR

3 91 12