analisis diri menurut teori alfred adler

TUGAS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
ANALISISI DIRI TEORI ALFRED ADLER

MUHAMAD FADHOL TAMIMY
1302105057
PSIKOLOGI B

FAKULTS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014

AUTOBIOGRAFI

Saya Muhamad Fadhol Tamimy, lahir pada tanggal 19 Oktober di kota Semarang, Jawa
tengah. Saya merupakan anak ke 2 dari 6 bersaudara laki-laki. Orang tua saya, bapak bekerja
sebagai administrasi di salah satu perumahan yang berada di kota samarinda sedangkan ibu
merupakan ibu rumah tangga yang baik serta bertanggung jawab.
Pada tahun 1997, saya mengawali pendidikan saya duduk di bangku tk kecil, pada tahun
1998 dikarenakan umur saya yang belum mencukupi beberapa bulan untuk masuk ke jenjang
sekolah dasar menjadikan orang tua memasukan kembali ke tk yang sama dengan bujukan

adanya jenjang “dari tk kecil harus melanjutkan dulu ke tk besar, supaya nanti boleh masuk sd”.
Mungkin andaikan saya tidak dibujuk untuk masuk tk lagi saya bakal ngambek karena memang
pada waktu itu keinginan yang sudah kadung kuat ingin mendapat nilai berbentuk angka ketika
ulangan seperti kakak yang telah dahulu masuk sd. Pada tahun 1999 masuk sd di min 2
samarinda kemudian melanjutkan SMP di SMP Islam Terpadu Madina pada tahun 2005. Tahun
2008 melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah Negeri 2 Samarinda.
Pada tahun 2011 saya melanjutkan kuliah di fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam,
program studi statistika selama 3 semester.
Pada waktu saya berusia 12 tahun, karena saudara saya laki-laki semua terkadang
terdapat suatu persaingan antara saudara, dimana masing-masing kita ingin menunjukan
kekuasaan siapa paling berkuasa di rumah. Dari kesemua saudara laki-laki saya terkadang saya
merasa berbeda secara fisik, ini terlihat kalau warna kulit saya agak kurang putih serta memiliki
tubuh yang paling pendek di antara kakak, serta kedua adik saya yang di bawah saya. Saya
selalu ingin selangkah lebih maju dari saudara-saudara saya. Semua prestasi selalu saya usaha
untuk meraihnya mulai dari akademik dari kelas 1 sd sampai dengan kelas 3 SMA saya
termasuk jajaran peringkat atas di kelas dan otomatis mengungguli saudara saya dari prestasi
akademik. Dari prestasi olahraga saya pernah beberapa kali menjuarai ajang kejuaraan karate
dari tingkat kota hingga tingkat regional provinsi di pulau Kalimantan. Saya pun aktif
mengikuti berbagai organisasi baik itu pramuka maupun organisasi kampus.
Cita-cita saya ingin menjadi dokter, karena saya melihat bahwa dokter salah satu profesi

paling bergengsi yang ada di Indonesia. Hal ini semakin diperkuat manakala kedua orang tua
saya bercita-cita bahwa suatu saat nanti mereka menginginkan salah satu dari anaknya ingin
menjadi seorang dokter. Orang tua saya selalu menceritakan anak tetangga maupun anak dari
pak de yang berprofesi sebagai dokter, sehingga secara tidak sadar saya beranggapan bahwa
tolak ukur keberhasilan sebuah cita-cita adalah dengan menjadi dokter.
Kata orang-orang di sekitar saya maupun teman bahwa saya memiliki kelebihan ketika
berbicara serta berdialog dan enak di ajak ngobrol. Pada tahun 2013 saya memutuskan untuk
mencoba jurusan psikologi dan pindah dari program studi statistika. Ketika tes snmptn saya
tidak langsung mencoba jurusan psikologi karena saya masih penasaran di jurusan kedokteran
Namun apa mau dikata bahkan hingga 5 kali tes saya gagal untuk tembus di jurusan
kedokteran. Akhirnya saya memutuskan bahwa kalaupun saya tidak bisa menjadi seorang
dokter saya harus menjadi seorang yang besar di psikologi begitulah motivasi saya. Mengapa
harus psikologi? Ya karena hobi saya memang berbicara.
KEPRIBADIAN

Saya merupakan orang yang meluap-luap dalam mengekspresikan emosi, mempunyai
motivasi yang tinggi bila menginginan segala sesuatu. Saya juga orang yang tidak sabaran ketika
menginginkan sesuatu. Saya tergolong orang yang tidak bias diam kalau beraktifitas.
Dalam hal pertemanan, saya termasuk orang yang mudah mencari teman, walaupun
awalnya sering merasa sungkan dan canggung untuk memulai perkenalan. Umumnya orangorang yang pertama kali bertemu saya akan mengira saya adalah orang yang pendiam dan tidak

banyak bicara (dingin). Memang seprti itulah saya jika baru pertama bertemu seseorang, saya
akan lebih banyak diam dan bicara seperlunya saja. Namun keadaan seperti itu tidak seterusnya
terjadi, apabila saya sudah merasa dekat dan terbiasa dengan orang tersebut, sikap saya yang
awalnya canggung dan lebih banyak diam, akan berubah menjadi lebih ceria, semangat dan
banyak bicara.
Ketika bekerja secara kelompok saya lebih memilih untuk mengambil posisi-posisi yang
sentral dikarenakan saya ingin selalu mendominasi di situasi apapun.
ANALISIS KEPRIBADIAN MENURUT ADLER
Berjuang Untuk Meraih Keberhasilan atau Superioritas
Menurut Alfred Adler bahwa kepribadian seseorang mempunyai prinsip yaitu kekuatan
dinamis di balik perilaku manusia adalah berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas.
Adler mereduksi semua motivasi menjadi satu dorongan tunggal- berjuang untuk meraih
keberhasilan atau sperioritas. Dari contoh kasus terlihat bahwa dalam keluarga saya terjadi
persaingan antar saudara secara langsung maupun tak langsung untuk menunjukan dominasi
pengaruh siapa yang paling berkuasa dan berpengaruh. Saya melakukan hal apapun untuk berada
satu langkah lebih maju dari mereka.
Menurut Adler, manusia berjuang demi sebuah tujuan akhir, entah itu superioritas pribadi
atau keberhasilan untuk semua umat manusia. Ketika masih anak-anak saya sering di titipkan di
tetangga sehingga membuat saya tidak begitu dekat dengan kakak saya. Di tambah lagi oleh
perbedaan fisik yang kata orang kakak saya lebih tinggi dan lebih putih dibandingkan saya, hal

ini terkadang membuat saya tidak percaya diri ketika harus berpergian bersama dalam waktu dan
tempat yang bersamaan dengannya. dari keminderan saya terhadap kakak saya yang menurut
saya selalu di lindungi keberuntungan dalam kepribadian, fisik, bahkan karir pekerjaannya
menjadikan saya terkadang menganggap apapun yang saya capai terlihat tidak apa-apanya
dibandingkan apa yang telah dia buat. Bahkan secara tak sadar hubungan kami menjadi kaku
serta terkesan ada sebuah saingan yang harus kita menangkan dalam hal apapun.

Persepsi Subjektif

Prinsip Adler yang kedua adalah persepsi subjektif seseorang membentuk perilaku
keperibadian mereka. Manusia berjuang meraih keunggulan atau keberhasilan untuk mengganti
perasaan inferior. Akan tetapi, sikap juang mereka ditentukan oleh kenyataan, namun oleh
persepsi subjektif mereka akan kenyataan, yaitu oleh fiksi mereka, atau harapan masa depan.
Sejak kecil tetangga yang berada di sekitar lingkungan sering mengatakan bahwa anak
dari bapak dan ibu saya “kok ganteng-ganteng ya, kok bias ya bu?”, sehingga pertanyaan dari
tentangga yang bercanda itu terkadang membuat saya berfikir kalo saya ini memang ganteng
karena telah di lahirkan oleh ibu saya mempunyai anak laki-laki yang ganteng. Hal ini membuat
saya mempunyai pemahaman bahwa saya akan mudah berinteraksi dengan orang lain,
dikarenakan kebanyakan walaupun tidak semua orang yang rupawan di senangi orang lain,
dengan kata lain kepercayaan diri saya tinggi dalam berinteraksi.

Kesatuan dan Self-Consistency dari Kepercayaan dari Kepribadian
Adler berkeyakinan bahwa setiap orang itu unik dan tak terpisahkan, pikiran yang tidak
konsisten itu tidak ada. Pikiran, perasaan, dan tindakan semuanya mengarah pada satu sasaran
dan berfungsi untuk mencapai satu tujuan. Dari kecil hingga sekarang kalau tidur saya terbiasa
untuk pipis dahulu, karena dulu semasa kecil usia sekitar 7-10 tahun saya selalu di biasakan
untuk pipis dahulu karena saya kebetulan sewaktu kecil sangat takut kepada hal-hal yang bersifat
gaib maka saya akan takut manakala saya harus pipis sendirian di kamarmandi yang dalam
bayangan saya nanti bisa saja muncul pocong dari belakang saya. Dan akhirnya saya selalu minta
ditemani orang tua saya kalau mau pipis sebelum tidur, namun kalau orang tua saya tidak mau
mengantar saya dipastikan tidur tanpa pipis dahulu dan pasti ngompol.
Minat Sosial
Prinsip Adler yang keempat adalah nilai dari semua aktivitas manusia harus dilihat dari
sudut pandang minat sosial. Minat social bisa didefinisikan sebagai sikap ketertarikan dengan
umat manusia secara umum maupun sebagai empati untuk setiap anggota masyarakat. Minat
social ini termanifestasi dalam bentuk kerja sama dengan orang lain untuk kemajuan sosial
daripada keuntungan pribadi. Saya memiliki minat kepada segala sesuatu yang berhubungan
dengan kenegaraan, politik, serta cerita yang berhubungan dengan segala hal yang menurut saya
menginspirasi. Hal tersebut dikarenakan dalam keluarga, saya melihat bapak ketika sedang
berbicara kepada kawannya yang datang kerumah maupun kepada teman kerjanya yang
kebetulan saya ada ketika bapak saya ngobrol dengan kawannya, terlihat ekspresif dan

bahasannya menurut saya itu tinggi. Ketika ngobrol dengan saya pun begitu, sehingga saya
terikut gaya ngomong bapak saya yang ekspresif. Saya pun menyalurkan kebiasaan di rumah
dengan cara ikut aktif di dalam organisasi di smp, sma, bahkan hingga saya kuliah di statistika
universitas mulawarman, sampai dengan sekarang.
Gaya Hidup dan Daya Kereatif

Gaya hidup adalah istilah yang digunakan Adler untuk menunjukkan selera hidup
seseorang. Gaya hidup mencakup tujuan seseorang, konsep diri, perasaan terhadap orang lain,
dan sikap terhadap dunia. Gaya hidup adalah hasil interaksi antara keturunan atau bawaan lahir,
lingkungan, dan daya kereatif yang dimiliki seseorang.
Sedangkan daya kratif menurut adler adalah suatu kebebasan untuk menciptakan gaya
hidupnnya sendiri yang pada akhirnya setiap orang bertanggung jawab akan dirinya sendiri dan
bagaimana mereka berprilaku.
Di karenakan sifat saya yang tidak sabaran dalam menginginkan segala sesuatu saya selalu
berusaha mencari cara supaya keinginan saya cepat terwujud. Contoh pada waktu saya berusia
sekitar 5 tahun sekitar tahun 1997, saya memiliki uang receh 300 rupiah karena saya
menginginkan uang yang lebih banyak saya minta tukar kepada ibu saya sontak ibu saya
memberi tahu kalau uang yang saya minta tukar tersebut kurang Rp200. Setelah saya merengek
dan tidak dituruti saya berinisiatif untuk menukarkan di warung terdekat karena dalam bayangan
saya di warung itu pernah saya lihat kalau orang menukarkan uangnya di situ. Dengan kepolosan

saya dan modal nekat saya datang ke warung tersebut dengan maksud menukarkan uang Rp 300
rupiah agar menjadi Rp 500 rupiah, ternyata ketika di sana tetap tidak bias bahkan ibu penjaga
warung mengira saya disuruh orang tua saya.