Perkembangan Jiwa agama pada masa remaja (1)

Perkembangan Jiwa agama pada masa remaja
TUGAS BERSTRUKTUR
PSIKOLOGI AGAMA

DOSEN PENGAMPU
Drs. Alfian Khairani, M. Pd. I

PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA USIA REMAJA

DISUSUN OLEH :
ASRI SYIR BARQI : 1001290925
AULIA RAHMAH : 1001290810
BASARIAH : 1001290812
EKA MISMINARTI : 1001290817
EMILYA ULFAH : 1001290819

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
BANJARMASIN
2011

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini masalah remaja menjadi hal yang serius, padahal remaja sekarang adalah
pemimpin dimasa depan. Saat-saat remaja adalah saat sulit dalam mendidik, karena remaja sudah
bisa melakukan bantahan saat proses pendidikan. Pertama kali yang bertanggung jawab masalah
bagi remaja disini adalah keluarga, seperti seruan dalam Al-qur’an pada surah At-tahrim ayat 6
yang artinya: wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka .…dst , jelas sudah keluargalah yang seharusnya pertama kali mendidik mereka dengan
akidah yang kuat, sehingga mereka tidak akan terpengaruh oleh hal negatif dari kemajuan
zaman. Tentu keluarga yang mendidik dengan cara Islamlah yang akan membentuk remaja
dengan akidah Islam yang benar dan kuat.

BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA REMAJA
A. Masa Remaja dan Perkembangannya
Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus,
namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses
perkembangan seseorang. Secara jelas masa anak dapat dibedakan dari masa dewasa dan masa

tua. Anak masih harus banyak belajar untuk dapat memperoleh tempat dalam masyarakat
sebagai warga negara yang bertanggung jawab dan bahagia.
Anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan
anak-anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau orang tua. Remaja ada di
antara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi fisik
maupun psikisnya.1[1]
B. Teori Tentang Masa Remaja

a.
b.
c.
1.

Dalam hal ini banyak pendapat yang dipengaruhi oleh bangsa Yunani Mesir dan Yahudi
sebalum Masehi, dalam masyarakat itu mengenal adanya masa inisiasi yang berarti masa yang
dating secara mendadak dan bersifat uniform dalam mana pemuda-pemudi menginjak masa
dewasa. Masa remaja merupakan masa perkembangan kematangan pisik (early adolescence), dan
kemudian diikuti masa kematangan emosi (second adolescence), dan diakhiri dengan oleh
perkembangan intelek. Klasifikasi ini sangat mempengaruhi ahli-ahli pada masa modern. Antara
lain: 2[2]

Vives
Comenius
Rousseau
Pentingnya Pendidikan Bagi Remaja
Remaja pada saat ini adalah pemimpin masa yang akan datang, oleh karena itu remaja
harus dididik dengan didikan agama yang benar agar mereka sanggup menjadi pemimpin yang
1[1] Dr. F. J. Monks, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press; 1999), hal 259.
2[2] Dra. Ny. Melly Sri Sulastri Rifai, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bandung,
Bina Aksara; 1983), hal 17-18

ditunggu-tunggu oleh semua umat manusia sekarang dan nanti. Artinya jiwa agama harus
ditanamkan sejak dini.
Dizaman yang penuh dengan pembaharuan sekarang ini tentunya menjadi tantangan
tersendiri bagi pendidik, baik orang tua dirumah dan guru-guru disekolah. Tentu ada beberapa
cara dan metode yang harus dipilih agar remaja menjadi manusia seutuhnya dimasa depan nanti.
Semua makhluk hidup mengalami perkembangan, tak terkecuali manusia. Manusia
mengalami beberapa tahapan dalam perkembangannya. Dimulai dari balita, kanak-kanak,
remaja, dewasa, lalu setengah baya, dan menjadi tua.
Dimulai pada saat pubertas atau dari umur belasan tahun hingga mencapai dua puluh

empat tahun, ada perbedaan dari para pendidik, terkadang masa remaja akan panjang dan kadang
pendek, lingkungan yang mempengaruhinya. Masa remaja cenderung tidak menentu, seorang
anak berumur 10 tahun mungkin saja (atau sudah) mengalami pubertas namun ia sudah bisa
dikatakan remaja dan siap menghadapi dunia orang dewasa.3[3]
Secara etimologis, pakar bahasa mempunyai pendapat bahwa masa remaja dimulai dari
sebelum baligh dan berakhir pada usia baligh.
Beberapa definisi remaja, yaitu:
 Masa pekembangan menuju kematangan jasmani, seksualitas, pikiran, dan emosional.
 Masa terjadinya berbabgai perubahan pada anak, baik itu jasmani, seksualitas, pikiran,
kedewasaan, maupun social. Semua itu merupakan proses perpindahan seseorang dari masa
kanak-kanak dan remaja ke masa dewasa dan kematangan.4[4]
2. Hal-Hal Yang Harus Diberikan Dalam Mendidik Agama Pada Jiwa Remaja
Mendidik anak remaja merupakan hal yang cukup sulit dilakukan, karena remaja
cenderung berubah, tidak tetap pendirian, dan pastinya remaja sudah mulai mengenal dunia luar
yang membuatnya menjadi agak susah di didik, bahkan terkadang ada yang sudah bisa
membantah. Terkadang remaja berprilaku seperti anak kecil dan tak jarang pula yang berprilaku
seperti orang dewasa. Jadi harus memakai cara yang tepat agar pendidikan terhadap remaja
berhasil.
Dalam mendidik anak remaja juga sangat perlu diperhatikan hal-hal seperti dibawah ini:
a. Memberi perhatian dan kasih sayang

Kelembutan dan kasih sayang mempunyai makna pendidikan yang luar biasa pada jiwa
seorang remaja, bahkan tidak hanya remaja, tetapi semua orang. Kasih sayang yang diberikan
orang tua merupakan pengikat jiwa antara sang anak dengan orang tua yang membuat anak
tersebut akan menerima arahan dan bimbingan dari orang tua dan kemudian ia akan
melaksanakanya.
Kebiasaan anak remaja akan mencari perhatian jika tidak diperhatiakan oleh orang
tuanya, tak jarang perbuatan mencari perhatian tersebut mengarah kepada kejahatan. Oleh karena
itu kasih sayang sebagai bentuk perhatian sangat diperlukan. Sebagai bentuk perhatian juga perlu
mengetahui perkembangan anak remaja. Anak remaja sekarang cenderung berkembang
mengikuti zaman yang modern, namun dalam psikologi ada tiga aliran dalam hal-hal yang
mempengaruhi perkembangan seseorang, yaitu:
3[3] Fuady, M. Noor dan Ahmad Muradi. Pendidikan akidah berbasis keluarga. Hal
91.
4[4] Opcit hal. 228

a.

Aliran Nativisme, yang dipelopori Arthur Schopenhauer (1788-1860), aliran ini berendapat
bahwa segala faktor perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa
sejak lahir. Pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil

perkembangannya. Menurut Nativisme pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan.
Jadi kalau benar pendapat tersebut, maka percumalah kita mendidik, atau dengan kata lain:
pendidikan tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan ini disebut pesimisme pedagogis.
b. Aliran Empirisme, yang dipelopori John Locke (1632-1704), aliran ini bertentangan dengan
aliran Nativisme. Mereka berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi dewasa
dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman
yang diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat didikan menjadi apa saja (kearah baik
maupun buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidik-pendidiknya. Dalam pendidikan,
pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme pedagogis. Kaum behavioris juga
sependapat dengan kaum empiris itu. 5[5]
c. Aliran Konvergensi, yang dipelopori oleh William Stern (1871-1929) aliran ini menggabungkan
dua aliran di atas. Konvergensi adalah interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan
dalam proses perkembangan tingkah laku. Hereditas tidak akan berkembang secara wajar apabila
tidak diberi rangsangan dari faktor lingkungan. Sebaliknya rangsangan lingkungan tidak akan
membina perkembangan yang ideal tanpa didasari oleh faktor hereditas. Karenanya penentuan
kepribadian seseorang ditentukan dengan kerja integral antara faktor internal (potensi bawaan)
dan faktor eksternal (lingkungan pendidikan)6[6]
Faktor dari orang tua terkadang lebih dominan, dan memang sangat banyak berpengaruh
dalam perkembangan seorang anak, begitu pula tetang perkembangan jiwa agama anak tersebut,
sebab dalam perkembangan zaman sekarang ini perkembangan jiwa agama seorang anak remaja

akan mudah tergerus oleh kekejaman liberalisme kalau tidak ada pondasi dari orang tua. Pondasi
akidah yang kuat tentu diberikan dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Orang tua yang
memberikan kasih sayang sepenuhnya kepada anak remaja akan terlihat berbeda dari orang yang
membiarkan anaknya begitu saja. Anak yang diberikan kasih sayang secara penuh akan
beradaptasi dengan lingkungan sesuai apa yang orang tua ajarkan, sehingga dilingkungan yang
bagaimanapun anak tersebut tetap menjalankan apa yang orang tua ajarkan. Sedangkan
lingkungan hanya beberapa persen mempengaruhi perkembangan jiwa agama anak tersebut
karena pondasi awal orang tua sudah mantap.
b. Memberian suri tauladan yang baik
Suri tauladan yang baik merupakan kebutuhan manusia yang tumbuh dari naluri jiwa
setiap manusia. Dorongan dari dalam jiwa untuk mengikuti tersebut merupakan insting baik
dorongan yang lemah maupun yang kuat. Dorongan yang membuat seorang akan mengikuti
orang lain yang dianggapnya baik. Oleh karena itu Allah menurunkan langsung Rasulullah yang
menjadi suri tauladan yang baik tidak hanya bagi remaja tetapi seluruh manusia, seperti didalam
Al-Qur’an surah Al-Ahzab:21 Allah berfirman, yang artinya: “sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik ………”(Al-Ahzab:21)
5[5] Purwanto, M. Ngalim Drs. MP. Psikologi pendidikan. Hal. 14
6[6]Http://tarbiyah-iainantasari.ac.id. M. Noor Fuady, M.Ag. Dakwah dan pembinaan akidah
remaja.


Memberi contoh yang baik selain merupakan amal jariyah yang akan mengalirkan pahala
terus menerus bagi yang melakukannya juga sebagai tanda kasih sayang kita terhadap orang
terdekat kita dan orang lain dan itu sangat penting. Didalam Al-Qur’an Allah telah
mengisyaratkan pentingnya memberi contoh yang baik, seperti dalam surah 25:74 yang artinya:
Dan orang-orang berkata, “ ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang
yang bertakwa”.
3. Cara Mendidik Perkembangan Jiwa Agama Remaja
Banyak cara dalam mendidik remaja, namun berhasil tidaknya sangat dipengaruhi oleh
pemilihan metodenya. Perkembangan jiwa agama yang benar pada remaja menjadikan remaja
tersebut siap menghadapi masa depannya dengan penuh iman, sedangkan perkembangan jiwa
agama yang salah akan berakibat fatal bagi dirinya dan bahkan orang lain.
Didalam Al-qur-an terdapat dalam firman Allah Swt surah An-Nahl:125 yang artinya:
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al-Nahl : 125)
Nasihat memang sangat diperlukan untuk remaja, akan tetapi memberi nasihat dengan
remaja harus memilih waktu yang tepat. Juga orang yang menyampaikannya pun harus terlihat
sebagai orang yang mantap, dan mempunyai kepribadian yang kuat serta berwibawa. Agar

remaja tergugah hatinya untuk mengikuti nasihat tersebut. Nasihatnya bisa berupa berupa kabar
gembira dan ancaman.





a.

b.

4. Sikap Remaja Terhadap Agama
Setelah mengetahui faktor-faktor dan unsur-unsur yang mempengaruhi sikap remaja
terhadap agama, maka dapatlah kita bagi sikap tersebut sebagai berikut;7[7]
Percaya turut-turutan;
Percaya dengan kesadaran;
Percaya, tapi agak ragu-ragu (bimbang);
Tidak percaya sama sekali, atau cenderung kepada atheis.
Percaya turut-turutan
Kebanyakan remaja percaya kepada Tuhan dan menjalankan ajaran agama hanya karena

lingkungannya yang beragama, maka mereka ikut percaya dan melaksanakan ibadah dan ajaranajaran agama, sekedar dengan suasana lingkungan di mana ia hidup. Percaya seperti inilah yang
disebut dengan percaya turut-turutan. Mereka seolah-olah apatis, tidak ada perhatian untuk
meningkatkan agama, dan tidak amau aktif dalam kegiatan-kegiatan agama.
Percaya dengan kesadaran
Telah dijelaskan bahwa masa remaja adalah masa di mana perubahan dan kegoncangan terjadi di
segala bidang, yang dimulai dengan perubahan jasmani yang sangat cepat, jauh dari
kesinambungan dan keserasian.
7[7] Prof. Dr. Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta, Bulan Bintang;1970) hal 91

1.
2.
c.

d.

Setelah kegoncangan remaja pertama ini agak reda, yaitu pada umur kira-kira 16 th di mana
pertumbuhan jasmani hampir selesai, kecerdasan juga sudah dapat berfikir lebih matang dan
pengetahuan pun telah bertambah.
Kesadaran agama atau semangat agama pada masa remaja itu, mulai dengan cenderungnya
remaja kepada meninjau dan meneliti kembali caranya beragama di masa kecil dulu.

Biasanya semangat agama itu tidak terjadi sebelum umur 17 atau 18 athun, semangat agama itu
mempunyai 2 bentuk, yaitu:
Semangat positif;
Semangat khurafi.
Kebimbangan beragama
Kebimbangan remaja terhadap agama itu berbeda antara satu dengan lainnya, sesuai dengan
kepribadiannya masing-masing. Ada yang mengalami kebimbangan ringan, yang dengan cepat
dapat diatasi dan ada yang sangat berat sampai pada perubahan agama. Kebimbangan dan
kegoncangan keyakinan yang terjadi sesudah perkembangan kecerdasan selesai.
Tidak percaya kepada Tuhan
Salah satu perkembangan yang mungkin terjadi pada akhir masa remaja adalah mengingkari ujud
Tuhan sama sekali dan menggantinya dengan keyakinan lain. Atau hanya tidak mempercayai
adanya Tuhan saja secara mutlak. Ketidak percayaan yang sungguh-sungguh itu tidak terjadi
sebelum umur 20 tahun.

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan
anak-anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau orang tua. Remaja ada di
antara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi fisik
maupun psikisnya. Masa remaja merupakan masa perkembangan kematangan pisik (early
adolescence), dan kemudian diikuti masa kematangan emosi (second adolescence), dan diakhiri
dengan oleh perkembangan intelek. Beberapa definisi remaja, yaitu:
 Masa pekembangan menuju kematangan jasmani, seksualitas, pikiran, dan emosional.
 Masa terjadinya berbabgai perubahan pada anak, baik itu jasmani, seksualitas, pikiran,
kedewasaan, maupun social. Semua itu merupakan proses perpindahan seseorang dari masa
kanak-kanak dan remaja ke masa dewasa dan kematangan.
Hal- hal yang mendidik remaja ialah:
- Memberi perhatian dan kasih sayang
- Member suri tauladan yang baik
Sikap remaja terhadap agama yaitu:
 Percaya turut-turutan;
 Percaya dengan kesadaran;
 Percaya, tapi agak ragu-ragu (bimbang);
 Tidak percaya sama sekali, atau cenderung kepada atheis.

DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama.1970. (Jakarta: Bulan Bintang).
Fuady, M. Noor dan Ahmad Muradi.Pendidikan akidah berbasis keluarga.2009.(Jakarta:
Antasari Press).
Http://tarbiyah-iainantasari.ac.id. M. Noor Fuady, M.Ag. Dakwah dan pembinaan akidah
remaja.
Rifai, Melly Sri Sulastri. Psikologi Perkembangan Remaja.1983. (Bandung: Bina
Aksara).

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22