pembahasan pancasila sebagai sumber huku

I.

Pendahuluan

I.1. Latar Belakang
Sejarah mengatakan bahwa pancasila disusun dan terbentuk berdasarkan pemikiran
serta keilmuan yang dimiliki para bapak bangsa, dari berbagai pemikiran banyak kepala
yang dituangkan dalam sebuah pedoman dasar dan pokok aturan bangsa serta memiliki
tujuan yang sama dengan demikian terlahirnya sebuah ideology bangsa Indonesia yang
disebut dengan pancasila.
Pancasila merupakan pedoman dasar

hukum yang berlaku bagi seluruh bangsa

Indonesia yang didalamnya telah tertuang nilai-nilai luhur serta akan terus berkembang
relevansinya seiring dengan perkembangan zaman dan juga sifat pancasila yang tidak
kontekstual atau bisa dibilang berlakunya tidak berdasarkan waktu. Desain khusus dari
para pemikir bangsa menunujukkan bahwa pancasila akan terus berlaku.
Permasalah yang kemudian menjadi suatu tantangan dimana tantangan tersebut
muncul untuk menguji kekokohan pondasi pancasila serta kekuatan yang terkandung
dalam pancasila yang menjadi jati diri bangsa.

Dalam era modernisasi sekarang ini pancasila dihadapkan dengan berbagai tantangan
baik dari dalam maupun luar. Adapun tantangan dari dalam diantaranya berupa berbagai
gerakan separatis yang hendak memisahkan diri dari Negara kesatuan republic Indonesia
yang mengakibatkan munculnya disintegrasi serta mentalis bangsa. Penangganan yang
tidak tepat dan tegas dalam menghadapi gerakan-gerakan tersebut akan menjadi ancaman
serius bagi tetap eksisnya pancasila diindonesia.
Tantangan yang muncul dari luar yaitu arus globalisasi yang masuk dan menggerus
budaya dan kepribadian masyarakat serta sedikti banyak sudah mulai berpindah haluan
dan bahkan merangkak bergeser dari budaya asli masyarakat menjadi budaya asing yang
tidak sesuai dengan jati diri pancasila serta kepribadian bangsa. Jadi untuk menyelesaikan
segala permasalahan yang ada seyokyanya dalam penyelesaian tersebut harus mengacu
kepda pedoman dasar yaitu pancasila, karena pancasila merupakan ideology yang menjadi
poko dasar aturan bangsa yang didesain secara khusus.
Dengan desain yang secara khusus jadi segala permasalahan dan tantangan yang
muncul akan diselesaikan berdasarkan pancasila.
I.2. Rumusan Masalah
 Apa Itu Konsep Dasar dan Pengertian Sumber Hukum
 Bagaimana Pemetaan Sistem Hukum di Dunia
 Apa Maksud dari Pancasila Sebagai Sumber Hukum dari Segala Sumber Hukum


 Bagaimana Tantangan Hukum Pancasila di Masa yang Akan Datang
 Apa Itu Dinamisasi Pancasila Dalam kontek Hukum
I.3. Tujuan
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk mengetahui betapa pentingnya
hukum itu. Dan tentu saja harus dipahami secara mendalam, bukan sekedar mengenal saja.
Karena dalam kehidupan sehari-hari kita akan bertemu dengan berbagai fenomena hukum.
Dengan adanya makalah ini, dimaksudkan agar semua lapisan masyarakat dapat
memahami dari mulai pengertian hukum, konsep hukum, bagaimana pemetaan hukum di
dunia, apa maksud dari pancasila sumber dari segala sumber hukum, bagaimana tantangan
hukum pancasila di masa yang akan datang, dan apa itu dinamisasi pancasila dalam
kontek hukum.

II.
II.1.

Pembahasan

Konsep Dasar dan Pengertian Sumber Hukum

II.1.1. Pengertian

Untuk menjawab pertanyaan apakah hukum itu?Para sarjana hukum, satu dengan yang
lainnya berlainan, bahkan hingga kini masih mencari-cari suatu definisi hukum yang dapat
diterima oleh semua kalangan. Sebagaimana dikemukakan oleh Van Apeldoorn bahwa,
“tidaklah mungkin memberikan suatu definisi tentang apakah hukum itu, adalah sangat
sulit untuk dibuat karena tidak mungkin untuk mengadakannya yang sesuai dengan
kenyataan”. Bahkan hal itu tidak terlepas dari apa yang telah diucapkan Immanuel Kant
beberapa abad yang lalu bahwa, “tidak ada seorang sarjana hukumpun yang mampu
membuat satu definisi hukum yang tepat”.
Namun demikian, walaupun sulit untuk memberikan definisi hukum, terdapat
beberapa pakar hukum yang telah mencoba memberikan definisi hukum dan hal itu
penting untuk dicermati.
Berikut ini adalah definisi-definisi dari berbagai sumber atau pakar hukum :
1. Prof. Dr. Sudikno
Hukum: sekumpulan peraturan-peraturan atau kaidah dalam suatu kehidupan bersama;
keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam kehidupan bersama
yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
2. J.C.T Simorangkir, S.H.
Hukum: peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang menentukan tingkah laku
manusia dalam masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib,
pelanggaran terhadap peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan dengan hukum

tertentu.
3. Prof. DR. E. Utrech, S.H.
Hukum: himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib
kehidupan bermasyarakat yamg seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang
bersangkutan karena pelanggaran petunjuk hidup itu dapat menimbulkan tindakan dari
pihak pemerintah.
4. Frans Magnis Suseno
Hukum: suatu sistem norma-norma yang mengatur kehidupan masyarakat yang
bersama dengan norma lain sebagai norma umum kelakuan manusia.
5. Prof, Muchtar Kusumaatmadja

Hukum: seperangkat asas dan kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam
masyarakat dan meliputi juga lembaga (institusi) dan proses yang mewujudkan
berlakunya kaidah tersebut dalam kenyataan.
6. R.Soeroso,SH
Hukum: himpunan peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk
mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan
melarang
serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang
melanggarnya.

7. AbdulkadirMuhammad,SH
Hukum : segala peraturan tertulis dan tidak tertulis yang mempunyai sanksi yang tegas
terhadap pelanggarnya.
8. Drs.C.S.T.Kansil,SH
Hukum itu mengadakan ketata-tertiban dalam pergaulan manusia, sebagai keamanan
dan ketertiban terpelihara.
9. J.C.T.Simorangkir,SHdanWoerjonoSastropranoto,SH
Hukum itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan
tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan- badan
resmi yang berwajib, pelanggaran-pelanggaran yang dikenai tindakan- tindakan
hukum tertentu.
10. Plato
Hukum merupakan peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun baik yang mengikat
masyarakat.
11. Aristoteles
Hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat
tetapi tetapi juga hakim
12. E.Utrecht
Hukum merupakan himpunan petunjuk hidup - perintah dan larangan yang mengatur
tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh seluruh anggota

masyarakat oleh karena itu pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan
tindakan oleh pemerintah/penguasa itu.
II.1.2. Konsep Hukum
1. Konsep Hukum Hans Kelsen

Teorinya yang “murni” (the pure theory of law) bebas dari elemen-elemen asing
pada kedua jenis teori tradisional, teori tersebut tidak tergantung pada pertimbanganpertimbangan moralitas dan fakta-fakta aktual.
Menurut kelsen, filosofi hukum yang ada pada waktu itu dikatakan telah
terkontaminasi oleh ideologi politik dan moralitas disatu sisi, dan telah mengalami
reduksi karena ilmu pengetahuan disisi yang lain. Sedangkan hukum itu sendiri harus
murni dari elemen-elemen asing yang tidak yuridis. Inilah prinsip metodologis dasarnya
dari konsep Hans kelsen tentang konsep hukum murninya.
Hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang nonyuridis, seperti unsur
sosiologis, politis, historis, bahkan etis. Kelsen memahami pure theory of law-nya
sebagai teori kognisi hukum, teori pengetahuan hukum. Ia berulang-ulang kali menulis
bahwa satu-satunya tujuan pure theory of law adalah kognisi atau pengetahuan tentang
objeknya. Tepatnya ditetapkan sebagai hukum itu sendiri.
Sebagai sebuah teori, ia terutama dimaksudkan untuk mengetahui dan menjelaskan
tujuannya. Teori ini berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan, apa itu hukum dan
bagaimana ia ada, bukan bagaimana ia semestinya ada. Ia merupaka ilmu hukum

(yurisprudensi), bukan politik hukum.
Pure Theory of law adalah teori hukum positif, hanya teori hukum positif, dan bukan
teori tentang sistem hukum tertentu. Pure Theory of Law adalah teori hukum umum,
bukan penafsiran norma-norma hukum Negara tertentu atau hukum internasional.
Namun dia menyajikan teori penafsiran. Positivisme hukum lahir karena tekanan yang
kuat pada fakta sebagai satu-satunya basis pembenaran atau pertanggungjawaban.
Dengan inspirasi dari empirisme filosofis, para pemikir hukum abad ke-19 berusaha
menjadikan hukum menjadi produk ilmiah. Itu berarti, hukum dapat diterima apabila
ilmiah. Hukum adalah karya ilmiyah. Untuk itu hukum harus mendapatkan
pembenarannya dan didukung sepenuhnya oleh fakta empiris.
Bagi kelsen, hukum berurusan dengan bentuk (formal), bukan isi (material). Jadi,
keadilan sebagai isi hukum berada diluar hukum. Suatu hukum dengan demikian dapat
saja tidak adil, tetapi ia tetaplah hukum karena dikeluarkan oleh penguasa.
2. Konsep Hukum John Austin
Ada dua konsep hukum dari john austin yang kami dapatkan dari berbagai buku,
yaitu:
 Konsep hukum bahwa hukum memiliki dua dimensi hukum

 Konsep hukum bahwa hukum adalah sebagai komando (law is command of
sovereign)

Dari dua konsep hukum yang dia jelaskan konsep hukum bahwa hukum adalah
komando lebih banyak diperbincangkan dalam pembahasan-pembahasan pada
referens.
John Austin, ahli filsafat hukum inggris, secara umum diakui sebagai ahli hukum
pertama yang memperkenalkan positivisme hukum sebagai sistem. Pemikiran
pokoknya tentang hukum dituangkan dalam karyanya yang berjudul the province of
jurisprudence determind (1832).
 Dua Dimensi dari huku
Menurut John Austin, filsafat hukum memiliki dua tugas penting. Kegagalan
membedakan keduanya, demikian keyakinan Austin sebagaimana dikutip oleh
Murphy dan Coleman, akan menimbulkan kekaburan baik intelek maupun moral.
Kedua tugas ini berkaitan dengan dua dimensi dalam hukum, yakni yurisprudensi
analisis dan yurisprudensi normatif (Murphy & Coleman, 1990: Ronald Dworkin,
1977
a. Yurisprudensi analisis
Berkaitan dengan dimensi yang pertama, tugas filsuf hukum adalah
melakukan analisis tentang konsep dasar dalam hukum dan struktur hukum
sebagaimana adanya. Pertanyaan tentang apa itu hukum, tanggung jawab hukum,
hak dan kewajiban hukum, misalnya, adalah contoh pertanyaan-pertanyaan khas
yang diajukan filsuf atau pemikir hukum sebagai titik tolak dalam menganalisis

dan mencoba memahami konsep dasar tersebut.
b. Yurisprudensi normatif
Dalam buku yang sama dengan yang membahas yurisprudensi analisis
dijelaskan bahwa yurisprudensi normatif berusaha mengevaluasi atau mengkritik
hukum dengan berangkat dari konsep hukum sebagaimana seharusnya.
Pertanyaan-pertanyaan pokok uang diajukan antara lain mengapa hukum disebut
hukum, mengapa kita wajib manaati hukum, manakah batas validitas hukum,
dan sebagainya. Dengan demikian, dimensi yang kedua ini berurusan dengan
dimensi ideal dari hukum.
 Hukum sebagai komando
Menurut John Austin dalam bukunya the province of jurisprudence determind,
hukum harus dipahami sebagai komando, karena semua hukum tidak lain

merupakan kumpulan perintah yang bersifat komando ( laws are commands).
Hukum selalu berwatak komando. Dengan melihat pernyataan itu kita bisa menarik
garis besar dari konsep itu bahwa kata kunci yurisprudensinya adalah komando.
Menurutnya hukum yang berlaku dimasyarakat adalah komando umum dari entitas
politik yang memiliki kedaulatan, the supreme political authority atau pemilik
otoritas polotik yang paling tinggi (sovereign dalam pandangan Austin). Dalam
pendapatnya, Austin memberikan Syarat sovereign agar bisa memegang otoritas

tertinggi, yaitu:
a. Pemegang otoritas haruslah seseorang atau sekelompok orang yang dipatuhi
oleh segenap warganya tanpa terkecuali.
b. Pemegang otoritas ini tidak patuh kepada siapapun (kekebalan hukum)
Dari syarat yang disebutkan di atas menjelaskan bahwa pemegang otoritas
tertinggi adalah seorang atau sekelompok yang menguasai secara mutlak, tidak
berada dibawah penguasa lain.
Menurut Austin hukum adalah sejumlah perintah yang keluar dari seorang yang
berkuasa dalam negara secara memaksakan, dan yang biasanya ditaati. Dari
pernyataan tersebut ada pendapat yang mengatakan tentang latar belakang
konsepnya dipengaruhi hukum yang dilakukan oleh kaisar Justiniaus I. Seorang
kaisar yang memerintah Romawi pada tahun 527-565 M. Dia terkenal karena
mampu mensistematiskan hukum romawi kedalam dua tahap, yaitu: tahap Codex
Iustinianum I (528 M) dan Codex Iustinianum II (534 M). Codex iustinianum ini
menjadi cikal bakal dari berbagai kitab hukum. Berhubungan dengan konsep hukum,
kaisar ini terkenal dengan ungkapannya,: “apa yang menyenangkan pangeran
memiliki kekuatan hukum”. Dari ungkapan tersebut dapat disimpulkan bahwa
hukum merupakan apa saja yang dikehendaki penguasa, dari gambaran singkat ini
terlihat kesamaan arti tentang hukum adalah komando.
3. Konsep Hukum Menurut H.L.A Hart

Konsep hukum hart yang dituangkan pada bukunya the concept of law, menjelaskan
bahwa pertama-tama hukum harus dipahami sebagai sistem peraturan. Dengan
pendapatnya bahwa hukum ternyata adalah suatu sistem peraturan maka bisa di
simpulkan ada sedikit kesamaan antara konsep hukun John Austin, yaitu teori hukum
murni yang memurnikan hukum dari anasir-anasir asing.

Melihat dari pernyataan Hart bahwa pertama-tama hukum harus dipahami sebagai
suatu sistem peraturan, ia membagi dua dalam konsep hukumnya tentang peraturan itu,
yaitu:
 Peraturan Primer
Peraturan primer terdiri dari standar-standar bagi tingkah laku yang membebankan
berbagai kewajiban. Peraturan-peraturan primer menentukan kelakuan-kelakuan subjeksubjek hukum, dengan menyatakan apa yang harus dilakukan, apa yang dilarang. Aturan
yang masuk dalam jenis ini muncul sebagai akibat dari kebutuhan masyarakat itu
sendiri. Adapun kekuatan mengikat dari berbagai aturan jenis ini didasarkan dari
penerimaan masyarakat secara mayoritas.
 Peraturan Sekunder
Aturan-aturan sekunder adalah sekelompok aturan yang memberikan kekuasaan
untuk mengatur penerapan aturan-aturan huhuk yang tergolong kedalam kelompok yang
sebelumnya atau aturan-aturan primer. Aturan-aturan yang dapat digolongkan kedalam
kelompok ini adalah aturan yang memuat prosedur bagi pengadopsian dan penerapan
hukum primer. Berisi pemastian syarat-syarat bagi pelakunya kaidah-kaidah primer dan
dengan demikian menampakkan sifat yuridis kaidah kaidah-kaidah itu.
II.2.

Pemetaan Sistem Hukum di Dunia

II.2.1. Sistem Hukum Eropa Kontinental
Sistem ini berkembang di negara-negara Eropa (istilah lain Civil Law atau
hukum Romawi). Dikatakan hukum Romawi karena sistem hukum ini berasal dari
kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran Romawi pada masa Pemerintahan Kaisar
Yustinianus abad 5 (527-565 M). Kodifikasi hukum itu merupakan kumpulan dari
berbagai kaidah hukum yang ada sebelum masa Yustinianus yang disebut Corpus Juris
Civilis (hukum yg terkodifikasi). Corpus Juris Civilis dijadikan prinsip dasar dalam
perumusan dan kodifikasi hukum di negara-negara Eropa daratan seperti Jerman,
Belanda, Prancis, Italia, Amerika Latin, Asia (termasuk Indonesia pada masa
penjajahan Belanda). Artinya adalah menurut sistem ini setiap hukum harus
dikodifikasikan sebagai dasar berlakunya hukum dalam suatu negara.
Ciri-ciri umum dari Sistem Hukum Eropa Kontinental adalah sebagai berikut :
1. Prinsip utama atau prinsip dasar :
a. Prinsip utama atau prinsip dasar sistem hukum Eropa Kontinental ialah bahwa
hukum itu memperoleh kekuasaan mengikat karena berupa peraturan yang
berbentuk undang-undang yang tersusun secara sistematis dalam kodifikasi.

b. Kepastian hukumlah yang menjadi tujuan hukum. Kepastian hukum dapat
terwujud apabila segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup diatur
dengan peraturan tertulis, misalnya UU.
c. Dalam sistem hukum ini, terkenal suatu adagium yang berbunyi ”tidak ada hukum
selain undang-undang”. Dengan kata lain hukum selalu diidentifikasikan dengan
undang-undang (hukum adalah undang-undang).
2. Peran Hakim : Hakim dalam hal ini tidak bebas dalam menciptakan hukum baru,
karena hakim hanya berperan menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan
yang ada berdasarkan wewenang yang ada padanya.
3. Putusan Hakim : Putusan hakim tidak mengikat umum tetapi hanya mengikat para
pihak yang berperkara saja (doktrins res ajudicata) sbgmana yurisprudensi sebagai
sistem hukum Anglo Saxon (Mazhab/ Aliran Freie Rechtsbegung)
4. Sumber Hukum :
a. Undang-undang dibentuk oleh legislatif (Statutes).
b. Peraturan-peraturan hukum’ (Regulation = administrasi negara= PP, dll), dan
c. Kebiasaan-kebiasaan (custom) yang hidup dan diterima sebagai hukum oleh
masyarakat selama tidak bertentangan dengan undang-undang.
5. Penggolongan :
Berdasarkan sumber hukum diatas maka sistem hukum Eropa Kontinental
penggolongannya ada 2 (dua) yaitu :
a. Bidang hukum publik : Hukum publik mencakup peraturan-peraturan hukum
yang mengatur kekuasaan dan wewenang penguasa/negara serta hubunganhubungan antara masyarakat dan negara. Termasuk dalam hukum publik ini
ialah : Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, dan Hukum Pidana.
b. Bidang hukum privat : Hukum privat mencakup peraturan-peraturan hukum
yang mengatur tentang hubungan antara individu-individu dalam memenuhi
kebutuhan hidup demi hidupnya. Yang termasuk dalam hukum privat adalah :
Hukum Sipil, dan Hukum Dagang.
II.2.2. Sistem Hukum Anglo Saxon (Anglo Amerika)
Mula-mula berkembang di negara Inggris pada abad XI, dan dikenal dengan
istilah Common Law atau Unwriten Law (hukum tidak tertulis). Sistem hukum ini
dianut di negara-negara anggota persemakmuran Inggris, seperti Australia, Kanada,
Amerika Serikat, dll.
Ciri-ciri umum dari Sistem Hukum Anglo Saxon adalah sebagai berikut :

1. Sumber Hukum :
a. Putusan–putusan hakim/putusan pengadilan atau yurisprudensi (judicial
decisions). Putusan-putusan hakim mewujudkan kepastian hukum, maka
melalui putusan-putusan hakim itu prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum
dibentuk dan mengikat umum.
b. Kebiasaan-kebiasaan dan peraturan hukum tertulis yang berupa undangundang dan peraturan administrasi negara diakui juga, kerena pada dasarnya
terbentuknya kebiasaan dan peraturan tertulis tersebut bersumber dari putusan
pengadilan.
c. Putusan pengadilan, kebiasaan dan peraturan hukum tertulis tersebut tidak
tersusun secara sistematis dalam kodifikasi sebagaimana pada sistem hukum
Eropa Kontinental.
2. Peran Hakim :
a. Hakim berfungsi tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan
menafsirkan peraturan-peraturan hukum saja. Hakim juga berperan besar
dalam menciptakan kaidah-kaidah hukum yang mengatur tata kehidupan
masyarakat.
b. Hakim mempunyai wewenang yang luas untuk menafsirkan peraturanperaturan hukum dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang berguna
sebagai pegangan bagi hakim –hakim lain dalam memutuskan perkara sejenis.
Oleh karena itu, hakim terikat pada prinsip hukum dalam putusan pengadilan
yang sudah ada dari perkara-perkara sejenis (asas doctrine of precedent).
c. Namun, bila dalam putusan pengadilan terdahulu tidak ditemukan prinsip
hukum yang dicari, hakim berdasarkan prinsip kebenaran dan akal sehat dapat
memutuskan perkara dengan menggunakan metode penafsiran hukum. Sistem
hukum Anglo-Amerika sering disebut juga dengan istilah Case Law.
3. Penggolongannya :
a. Dalam perkembangannya, sistem hukum Anglo Amerika itu mengenal pula
pembagian ”hukum publik dan hukum privat”.
b. Pengertian yang diberikan kepada hukum publik hampir sama dengan
pengertian yang diberikan oleh sistem hukum eropa kontinental.
c. Sementara bagi hukum privat pengertian yang diberikan oleh sistem hukum
Anglo Amerika (Saxon) agak berbeda dengan pengertian yang diberikan oleh
sistem Eropa kontinental. Dalam sistem hukum Eropa kontonental ”hukum

privat lebih dimaksudkan sebagai kaidah-kaidah hukum perdata dan hukum
dagang yang dicantumkan dalam kodifikasi kedua hukum itu”. Berbeda
dengan itu bagi sistem hukum Anglo Amerika pengertian ”hukum privat lebih
ditujukan kepada kaidah-kaidah hukum tentang hak milik (law of property),
hukum tentang orang (law of persons), hukum perjanjian (law of contract) dan
hukum tentang perbuatan melawan hukum (law of tort).
II.2.3. Sistem Hukum Adat
Berkembang dilingkungan kehidupan sosial di Indonesia, Cina, India, Jepang,
dan negara lain. Di Indonesia asal mula istilah hukum adat adalah dari istilah
”Adatrecht” yang dikemukakan oleh Snouck Hugronje. Ciri-ciri umum dari Sistem
Hukum Adat adalah sebagai berikut :
1. Sumber Hukum :
Sistem hukum adat umumnya bersumber dari peraturan-peraturan hukum tidak
tertulis yang tumbuh dan berkembang serta dipertahankan berdasarkan kesadaran
hukum masyarakatnya.
a. Sifat hukum adat adalah tradisional dengan berpangkal pada kehendak nenek
moyangnya.
b. Hukum adat berubah-ubah karena pengaruh kejadian dan keadaan sosial yang
silih berganti.
c. Karena sifatnya yang mudah berubah dan mudah menyesuaikan dengan
perkembangan situasi sosial, hukum adat elastis sifatnya. Karena sumbernya
tidak tertulis, hukum adat tidak kaku dan mudah menyesuaikan diri.
2. Penggolongan : Sistem hukum adat di Indonesia dibagi dalam 3 (tiga) kelompok,
yaitu :
a. Hukum adat mengenai tata negara, yaitu tatanan yang mengatur susunan dan
ketertiban dalam persekutuan-persekutuan hukum, serta susunan dan
lingkungan kerja alat-alat perlengkapan, jabatan-jabatan, dan penjabatnya.
b. Hukum adat mengenai warga (hukum warga) terdiri dari : Hukum pertalian
sanak (kekerabatan), Hukum tanah, dan Hukum perutangan.
c. Hukum adat mengenai delik (hukum pidana).

II.2.4. Sistem Hukum Islam
Sistem hukum Islam berasal dari Arab, kemudian berkembang ke negaranegara lain seperti negara-negara Asia, Afrika, Eropa, Amerika secara individual
maupun secara kelompok. Ciri-ciri umum dari Sistem Hukum Islam adalah sebagai
berikut :
1. Sumber Hukum :
a. Qur’an, yaitu kitab suci kaum muslimin yang diwahyukan dari Allah kepada
Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril.
b. Sunnah Nabi (hadist), yaitu cara hidup dari nabi Muhammad SAW atau cerita
tentang Nabi Muhammad SAW.
c. Ijma, yaitu kesepakatan para ulama besar tentang suatu hak dalam cara hidup.
d. Qiyas, yaitu analogi dalam mencari sebanyak mungkin persamaan antara dua
kejadian.
2. Penggolongan :
Sistem hukum Islam dalam ”Hukum Fikih” terdiri dari 2 (dua) bidang hukum,
yaitu :
a. Hukum Rohaniah (ibadat), ialah cara-cara menjalankan Ibadah kepada Allah
(sholat, puasa, zakat, menunaikan ibadah haji), yang pada dasarnya tidak
dipelajari di fakultas hukum.
b. Hukum duniawi, terdiri dari :
 Muamalat, yaitu tata tertib hukum dan peraturan mengenai hubungan
antara manusia dalam bidang jual-bei, sewa menyewa, perburuhan, hukum
tanah, perikatan, hak milik, hak kebendaan dan hubungan ekonomi pada
umumnya.
 Nikah (Munakahah), yaitu perkawinan dalam arti membetuk sebuah
keluarga yang tediri dari syarat-syarat dan rukun-rukunnya, hak dan
kewajiban, dasar-dasar perkawinan monogami dan akibat-akibat hukum
perkawinan.
 Jinayat, yaitu pidana yang meliputi ancaman hukuman terhadap hukum
Allah dan tindak pidana kejahatan.
3. Sistem hukum Islam menganut suatu keyakinan dan ajaran islam dengan keimanan
lahir batin secara individual.
4. Negara-negara

yang

menganut

sistem

hukum

Islam

dalam

bernegara

melaksanakan peraturan-peraturan hukumnya sesuai dengan rasa keadilan
berdasarkan peraturan perundangan yang bersumber dari Qur’an.

5. Dalam perkembangan hukum Islam, lahir cabang hukum lainnya. Hukum lainnya
itu meliputi sebagai berikut:
a. Aqdiyah, ialah peraturan hukum pengadilan, meliputi kesopanan hakim, saksi,
beberapa hak peradilan, dan cara-cara memerdekakan budak belian (kalau
masih ada).
b. Al-Khilafah, ialah mengatur mengenai kehidupan bernegara, meliputi bentuk
negara dan dasar-dasar pemerintahan, hak dan kewajiban warga negara,
kepemimpinan, dan pandangan Islam terhadap pemeluk agama lain.
II.3.

Pancasila Sebagai Sumber Hukum dari Segala Sumber Hukum

2.3.1

Pengertian

Dalam ilmu pengetahuan hukum,pengertian sumber dari segala sumber hukum
dapat diartikan sebagai sumber pengenal dan diartikan sebagai sumber asal, sumber nilainilai yang menjadi penyebab timbulnya aturan hukum. Maka pengertian Pancasila sebagai
sumber

bukanlah

dalam

pengertian

sumber

hukum

kenbron

sumber

tempat

ditemukannya,tempat melihat dan mengetahui norma hukum positif, akan tetapi dalam arti
welbron sebagai asal-usul nilai, sumber nilai yang menjadi sumber dari hukum positif.
Jadi, Pancasila merupakan sumber nilai dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya
dibentuklah norma-norma hukum oleh negara.
Pancasila sebagai sumber asal artinya tempat setiap pembentuk hukum di
Indonesia mengambil atau menimba unsur-unsur dasar yang diperlukan untuk tugasnya
itu, dan merupakan tempat untuk menemukan ketentuan-ketentuan yang akan menjadi sisi
dari peraturan hukum yang akan di buat, serta sebagai dasar-ukuran, untuk menguji
apakah isi suatu peraturan hukum yang berlaku sungguh-sungguh merupakan suatu
hukum yang mengarah kepada tujuan hukum negara Republik Indonesia.
Pengetian pancasila sebagai sumber dari segala hukum menurut kami

yaitu

pancasila harus di jadikan pedoman bagi semua rakyat Indonesia agar terciptanya
perdamaian, dan tidak terjadi kerusuhan. Pancasila juga berfungsi mengatur semua
manusia agar hidup lebih baik.
2.3.2

Kedudukan Pancasila Sebagai Hukum Tertinggi

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia artinya bahwa
posisi Pancasila diletakkan pada posisi tertinggi dalam hukum di Indonesia, posisi
Pancasila dalam hal ini menjadikan pedoman dan arah bagi setiap bangsa Indonesia dalam
menyusun dan memperbaiki kondisi hukum di Indonesia.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum sering
disebut sebagai dasar filsafat atau ideologi Negara. Dalam pengertiannya ini pancasila
merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan Negara. Pancasila
merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelengaraan Negara. Konsekuensinya seluruh
pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara terutama segala peraturan perundang-undangan
termasuk proses reformasi dalam segala bidang dewasa ini dijabarkan dari nilai-nilai
Pancasila. Maka Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, Sebagai dasar
Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi suasana kebatinan atau
cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah, baik moral
maupun hukum Negara, dan menguasai hukum dasar baik tertulis atau UUD maupun tidak
tertulis atau dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila mempunyai kekuatan
mengikat secara hukum. Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib
hukum Indonesia maka setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu
Pembukaan UUD 1945, kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran.
Dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur yang menjadi tujuan bangsa
dan rakyat Indonesia, Pancasila menjadi landasannya, untuk itulah perlu adanya tatanan
dan tertip hukum dalam mengatur masyarakat dan Negara untuk mencapai tujuan tersebut.
Arah dan acuan tersebut tentunya harus berpijak pada Pancasila.
Namun demikian dalam perjalanan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia tentunya banyak mengalami pasang surut hal ini disebabkan bahwa di
era globalisasi saat sekarang ini banyaknya permasalahan baru yang muncul ditanah air
khususnya masalah korupsi, nepotisme, dan masuknya budaya dari luar yang berdampak
pada perubahan budaya dalam masyarakat. Perubahan perubahan tersebut akan
berdampak pada kehidupan baru masyarakat yang tentu saja membawa konsekuen baru
dari segi hukum di Indonesia.
Maka hukum di Indonesia juga terus mengalami perubahan untuk disesuaikan
dengan permasalahan yang ada. Masalah terorisme dan organisasi kejahatan internasional
menjadikan masalah baru bagi hukum kita untuk menanggulangi, disinilah permasalah
baru selalu muncul dan Pancasila harus tetap menjadi pijakan bangsa Indonesia dalam
menghadapi persolan persoalan baru hukum.

II.4.

Tantangan Hukum Pancasila di Masa yang Akan Datang

II.4.1. Permasalahan Bangsa Yang Berkaitan Dengan Pancasila
Pancasila merupakan sumber hukum, ideologi nasional, dasar negara, dan
pandangan hidup bangsa indonesia oleh karena itu diperlukan tindakan yang nyata dari
kita sebagai bangsa Indonesia dalam bagaimana melaksanakan nilai nilai yang terkandung
dalam pancasila dan lalu yang kedua bagaimana nilai nilai tersebut dapat dilaksanakan
oleh pribadi masing masing dalam kehidupan sehari hari secara individual, anggota
masyarakat dan negara. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia terdapat dalam
alinea IV pembukaan UUD 1945, pancasila sebagai ideologi nasional diatur dalam
ketetapan MPR RI NO.: XVIII/MPR/1998, Pancasila sebagai pandangan hidup dan
sumber hukum diatur dalam Tap. MPRS RI NO. : XX/MPRS 1966 jo. Tap. MPR RI NO.:
IX/MPR/1976.
Apakah kita mampu mempertahankan ideologi kita yaitu pancasila ditengah
tengah ideologi atau paham besar dunia seperti Kapitalisme, Sosialisme, liberalisme,
individualisme, pragmatisme, hedonisme dan ideologi lainnya yang datang dari luar
negeri. Kita sebagai bangsa indonesia harus tetap berpegang teguh dan menjunjung tinggi
nilai nilai yang terkandung dalam pancasila. Jangan sampai nilai dasar tersebut harus
luntur atau bahkan terganti karena ideologi yang berganti pula. Ideologi negara
seharusnya menjadi acuan dan landasan seluruh elemen bangsa indonesia khusunya para
negarawan, para politisi, pelaku ekonomi serta masyarakat dalam berpartisipasi
membangun negara.
Namun justru pada saat ini dasar dari pancasila telah luntur bahkan kabur dari
rakyat indonesia yang cenderung kini lebih mementingkan kepentingan pribadi dan
golongan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kasus korupsi di Indonesia.
Saat ini ajaran pancasila yang hakiki sama sekali tidak sesuai dengan arus
modernisasi yang masuk ke indonesia, hal ini disebabkan oleh perkembangan ekonomi
dunia yang cenderung kapitalistik, dimana hal tersebut tidak sesuai dengan ekonomi
pancasila yang berasakan ekonomi kerakyatan. Permasalahan lainnya adalah datang dari
masalah internal bangsa kita sendiri, sebagai contoh kejadian perselisihan antar suku
bangsa, perselisihan antar kampung, tawuran antar pelajar, tawuran mahasiswa, konflik
antar agama, bahkan sampai dengan konfik ambon yang meng-isukan konflik SARA, dan
yang bahkan lebih parah lagi adalah beredar isu yaitu akan munculnya NII (Negara Islam
Indonesia).
Permasalahan – permasalahan ini menunjukan bahwa usaha membangun
kebersamaan dalam kesatuan dan persatuan bangsa indonesia berdasarkan pancasila

selama ini belum berhasil sepenuhnya. Hal ini tentu saja mengancam kesatuan negara
Republik Indonesia. Dimana letak nilai dasar pancasila sebagai persatuan indonesia, jika
masing masing suku, kelompok, atau organisasi mau membentuk kelompoknya sendiri
dengan kepentingan golongan pula bahkan ada isu akan terbentuknya Negara islam
Indonesia. Ini adalah potret tentang disintregrasi dan rekonsolidasi karena telah terjadi
penyimpangan ajaran dan paham yang dianut oleh masing masing pihak.
II.4.2. Tantangan Pancasila dalam Era Modern dan Globalisasi
Landasan dan pijakan bangsa Indonesia tidak lain adalah Pancasila. Jadi Pancasila
dalam era globalisasi ini harus dijadikan landasan berpijak bagi kehidupan bangsa
Indonesia. Globalisasi merupakan suatu proses atau bentuk di mana kelompok-kelompok
masyarakat dari seluruh penjuru dunia saling mengenal, bekerja sama, berinteraksi
sebagai masyarakat baru.
Tantangan yang dahulu dihadapi oleh Pancasila sebagai dasar negara, jenis dan
bentuk-nya sekarang dipastikan akan semakin kompleks dikarenakan efek globalisasi.
Globalisasi menurut Ahmad, M. (2006) adalah perkembangan di segala jenis kehidupan
dimana batasan-batasan antar negara menjadi pudar dikarenakan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Berkembangnya arus informasi menjadi sebuah ciri
spesifik dari terminologi globalisasi. Setiap warga negara akan semakin mudah dan bebas
untuk mengakses berbagai jenis informasi dari berbagai belahan dunia manapun dalam
waktu yang sangat singkat.
Dengan perkembangan Informasi yang begitu cepat, tantangan yang diterima oleh
ideologi pada saat ini juga menjadi sangat luas dan beragam. Sebagai contoh, beragamnya
banyak agama di Indonesia yang terkadang menjadi alasan pemicu konflik horizontal
antar umat beragama, ekonomi yang mulai berpindah dari sistim kekeluargaan (contoh:
pasar tradisional) menjadi sistem kapitalisme dimana keuntungan merupakan tujuan
utama, paham komunisme, liberalisme, terorisme, chauvinisme, dan sebagainya.
Jika Pancasila menentang kolonialisme, imperialism, dan kapitalisme tidaklah
mengherankan kalau ia bertentangan dengan globalisme, yang tidak lain daripada
kapitalisme lanjut model Amerika yang sedang berusaha menguasai dunia dalam aspek
ekonomi. Neokapitalisme ini bersifat global dan sebagian besar negara sedikit banyak
dikuasai, tetapi secara terpisah-pisah.

II.4.3. Bagaimana Pancasila Mengatasi Tantangan dalam Era Modern dan Globalisasi
Hal ini dapat dilakukan dengan menyadarkan kembali reaktualisasi nilai-nilai
tersebut dalam konteks peri kehidupan sehari-hari Bangsa Indonesia. Tetao berpegang
teguh pada nilai-nilai pancasila, dan penanaman kembali ide tentang Pancasila sebagai
dasar negara sejak dini.
Bukan hanya tanggung jawab pemerintah akan tetapi sudah merupakan tanggung
jawab kita bersama, membantu mengatasi Pancasila dalam menghadapi tantangannya
dalam era global saat ini. Walaupun banyak tantangan dalam mempertahankan Pancasila
sebagai dasar negara, Pancasila telah membuktikan bahwa Pancasila bukan merupakan
milik golongan tertentu atau representasi dari suku tertentu. Pancasila itu netral dan akan
hidup di segala zaman seperti yang telah di lewati di tahun-tahun sebelumnya.
II.5.

Dinamisasi Pancasila Dalam kontek Hukum

III.
III.1.

Kesimpulan

III.2.

Saran

Penutup

Daftar Pustaka
Purnama, Ridwan. 2006. Aspek Hukum dalam Bisnis. Bandung:
Pustaka pribadi(UPI)
Wahyudin, S.H.I. dkk. 2006. LKS Pelita Kewarganegaraan Semester 1
kelas X. Bogor: CV Arya Duta
Wijianto, S.Pd., SH. 2004. Kewarganegaraan. Jakarta: PT Piranti
Darma Kalokatama.