TEKNOLOGI SANITARY LANDFILL copy

TEKNOLOGI SANITARY
LANDFILL

KEBIJAKAN PENGELOLAAN
SASARAN KEBIJAKAN
TPA
PERSAMPAHAN

UU NO 18 TAHUN 2008
Mendukung
sasaran
 TPApencapaian
sistem “open
dumping”
cakupan pelayanan 70% pada tahun 2010
paling lama lima tahun harus
Mendukung
pengurangan
ditutup
terhitungkuantitas
sejak sampah

hingga berlakunya
20% pada tahun
UU 2010
tsb.
Meningkatkan kualitas TPA :
KEBIJAKAN
PERSAMPAHAN
- CLF
untuk kota sedang
& kecil
- SLF untuk
kota metro & besar
NASIONAL

Untuk
Kota institusi
Sedangpersampahan
& Kecil:
Mendukung
kinerja

 Controlled
dan pola kerjasama
regional Landfll
Untuk Kota Metro & Besar:

SANITARY LANDFILL
Yaitu metode pengurugan sampah ke dalam
tanah, dengan menyebarkan sampah secara
lapis per-lapis pada sebuah site (lahan) yang
telah disiapkan, kemudian dilakukan
pemadatan dengan alat berat, dan pada
akhir hari operasi, urugan sampah tersebut
kemudian ditutup dengan tanah penutup
(Damanhuri, 2008).

PERMASALAHAN SANITARY
LANDFILL

 Salah satu masalah terbesar dari
sanitary landfll adalah dampak

terhadap lingkungan.
 Lapisan sampah menghasilkan gas,
termasuk metana yang mudah
terbakar, tetapi berpotensi sebagai
sumber energi (bahan bakar & listrik).
 Landfll  menghasilkan lindi/leachate
(cairan yang dihasilkan dari perkolasi
air atau cairan lain melalui sampah 
polutan (logam berat B3)  masuk ke

TAHAPAN SANITARY LANDFILL
 Penyebaran dan pemadatan sampah pada area
(sel) yang telah disiapkan.
 Penutupan sel sampah dengan tanah penutup
setiap hari (metode standar internasional untuk
meminimalkan potensi gangguan)
 Diperlukan penyediaan prasarana dan
sarana yang memadai ( mahal).
 Di Indonesia, metode sanitary landfll
dianjurkan untuk diterapkan di kota besar dan

metropolitan.
 Di kota sedang dan kecil  controlled landfll
 pengurugan dan penutupan tanah tidak setiap
hari

ELEMEN-ELEMEN
DALAM SANITARY
LANDFILL
1. Lining System
2. Leachate Collection
System
3. Cover atau cap system
4. Gas ventilation System
5. Monitoring system

LINING SYSTEM
 Biasanya Lining System
terbuat dari compacted clay
(tanah liat padat),
geomembran, atau campuran

tanah dengan bentonite.
 Berguna untuk mencegah atau
mengurangi kebocoran
leachate ke dalam tanah yang
akhirnya bisa mencemari air







PEMBANGUNAN LINING
SYSTEM

Konstruksi dasar TPA harus cukup
kedap, memakai:
geomembrane/geotextile atau lapisan
tanah lempung kepadatan &
permeabilitas yang memadai (< 10-6

cm/det).
Lapisan tanah lempung sebaiknya
terdiri dari 2 lapis masing-masing
setebal 30 cm  mencegah keretakan
akibat kerusakan lapisan pertama
karena terekspose cukup lama.

LAP.KEDAP AIR MENCEGAH REMBESAN LINDI

Installation of HDPE
membrane

LEACHATE COLLECTION
SYSTEM
 Dibuat di atas Lining system dan
berguna untuk mengumpulkan
leachate dan memompa ke luar
sebelum leachate menggenang
di lining system yang dapat
menyerap ke dalam tanah.

 Leachate dapat dipompa keluar
melalui sumur (Leachate
Extraction System).

JARINGAN PENGUMPUL LINDI
1.

2.
3.

Pipa jaringan pengumpul lindi di dasar TPA
berfungsi untuk mengalirkan lindi yang
terbentuk dari timbunan sampah ke kolam
penampung lindi.
Jaringan pengumpul lindi dapat berupa pipa
PVC berlubang yang dilindungi oleh gravel.
Tipe jaringan disesuaikan dengan
kebutuhan seperti luas TPA, tingggi
timbunan, debit lindi dan lain-lain.


COVER ATAU CAP
SYSTEM
 Berguna untuk mengurangi cairan
akibat hujan yang masuk kedalam
landfll.
 Dengan berkurangnya cairan yang
masuk akan mengurangi leachate.

GAS VENTILATION
SYSTEM
Berguna untuk mengendalikan
aliran dan konsentrasi di dalam
tumpukan sampah, sehingga dapat
mengurangi risiko gas mengalir
tanpa terkendali di dalam tanah 
mencegah timbulnya ledakan.

VENTILASI GAS
1. Untuk mengalirkan gas dari timbunan sampah
yang terbentuk karena proses dekomposisi

sampah oleh aktivitas mikroorganisme,
mencegah tingginya akumulasi gas di
timbunan sampah sehingga sangat mudah
terbakar.
2. Gas yang mengalir dan keluar dari pipa
ventilasi sebaiknya diolah sebagai biogas (sbg
tenaga listrik/bahan bakar).
3. Gas yang keluar dari pipa vent harus dibakar,
hal tersebut untuk menghindari terjadinya
dampak negatif terhadap pencemaran udara
berupa efek rumah kaca (green house efect).

”Chimneys”

MONITORING SYSTEM
Dapat dibuat di dalam atau di
luar landfll yang berfungsi
sebagai peringatan dini apabila
terjadi kebocoran atau bahaya
kontaminasi di lingkungan

sekitar.

SUMUR UJI (PANTAU)
untuk mengetahui ada tidaknya
pencemaran terhadap air tanah
yang disebabkan oleh adanya
rembesan lindi dari dasar TPA
(dasar TPA tidak kedap, adanya
retakan lapisan tanah, adanya
kebocoran geomembran).
tersebar di beberapa jarak dan

GREEN BARRIER
 Untuk mengurangi penyebaran
bau dan populasi lalat yang
tinggi,
 berupa area pepohonan
disekeliling TPA.
 tebal green barrier kurang lebih
10 m (canopi).

 pilih pohon yang cepat tumbuh
dan rimbun antara lain jenis

PEMBANGUNAN FASILITAS
PENDUKUNG
1. SARANA AIR BERSIH
 untuk pembersihan kendaraan pengangkut
sampah (truck), alat berat, keperluan MCK
petugas/pengunjung TPA, menyiram debu disekitar
area penimbunan secara berkala untuk mengurangi
polusi udara.
2. BENGKEL
 untuk pemeliharaan alat berat serta memperbaiki
kendaraan yang mengalami kerusakan ringan yang
terjadi di TPA, sehingga tidak sampai mengganggu
operasi pembuangan sampah.
3. JEMBATAN TIMBANG
 untuk mengetahui berat sampah yang masuk TPA
sehingga masa pakai TPA dapat dikendalikan.
 sebagai ukuran pembayaran pembuangan
sampah per truk (untuk sampah dari sumber

Jembatan timbang

Example of wheel cleaning

METODE SANITARY
LANDFILL
Berdasarkan
kondisi site :
1. Metode parit
2. Metode area
3. Metode ramp

Berdasarkan
karakter site :
 kelas 1
 kelas 2
 kelas 3

METODE PARIT (Trench Method)
1. Sangat cocok digunakan untuk tanah datar atau
sedikit miring, dimana air tanah jauh dibawah
permukaan tanah.
2. Trench (parit) digali di bawah permukaan tanah,
sampah ditempatkan di dalam parit lalu ditutup.
3. Tanah digali dan sekaligus digunakan sebagai
tanah penutup (cover soil).
4. Kelebihan metode ini  tersedianya tanah
penutup dari hasil galian efsiensi biaya
5. Kekurangannya  jika tanah penutup lebih
banyak digali dan tidak bisa langsung digunakan
maka perlu ditampung terlebih dahulu dan
dipindahkan sehingga perlu biaya (Government
Engineering, 2006).

Gambar Landfiiing dengan menimbun ke atas

Gambar Landfiiing dengan mengupas site

CADANGAN TANAH
PENUTUP

ALAT BERAT UTK OPERASI PENIMBUNAN

METODE AREA (area
method)

 Dapat diaplikasikan pada cekungan,
ngarai, lembah, ataupun bekas
penambangan.
 Sampah ditempatkan per lapis,
dipadatkan, dan ditutup dengan
tanah  diperlukan alat berat untuk
menyebarkan dan memadatakan
sampah dan tanah penutup.
 Tanah untuk penutup harian harus
diambil dari lokasi lain

Gambar Landfiiing mengisi iembah/cekungan
(Damanhuri, 2008)

DRAINASE TPA
MENGENDALIKAN
ALIRAN AIR
HUJAN

METODE RAMP (Ramp
Method)

 Merupakan variasi dari metode area dan parit.
 Sampah disebar dan dipadatkan pada slope
eksisting.
 Tanah penutup digali langsung didepan sampah
kemudian disebar diatasnya dan dipadatkan. Area
yang digali menjadi bagian dari sel hari berikutnya.
 Tidak perlu menyediakan biaya untuk tanah penutup
dan hanya perlu menangani tanah penutup sekali
saja serta tidak perlu menyediakan lahan untuk
menampung sementara tanah penutupnya.
 Kedalaman dari muka air tanah tidak sepenting
trench method
(Government Engineering, 2006).

Gambar Pengupasan bertahap (Damanhuri, 2008)

SITE LANDFILL KELAS 1
 site kedap dengan nilai
permeabilitas (k) < 10–7
cm/detik
 migrasi leachate dapat
diabaikan
 untuk limbah industri,
termasuk limbah B3

SITE LANDFILL KELAS 2
 site semi-kedap dengan nilai
permeabilitas (k) antara 10 –4
sampai 10 –7 cm/detik
 migrasi leachate lambat
 untuk limbah sejenis sampah
kota

SITE LANDFILL KELAS 3
 site tidak kedap dengan nilai
permeabilitas (k) > 10 –4
cm/detik
 migrasi leachate cepat
 untuk limbah inert (tidak
berbahaya) dengan
pencemaran diabaikan

PEMILIHAN LOKASI TPA/LANDFILL
Sesuai SNI No. 03-3241-1997
tentang Tata Cara Pemiiihan
Lokasi TPA :
1. Jarak dari perumahan terdekat 500 m
2. Jarak dari badan air 100 m
3. Jarak dari airport 1500 m (pesawat balingbaling) dan 3000 m (pesawat jet)
4. Muka air tanah > 3 m
5. Jenis tanah lempung dengan konduktivitas
hidrolik
< 10 -6 cm / det
6. Merupakan tanah tidak produktif
7. Bebas banjir minimal periode 25 tahun

LANGKAH-LANGKAH MENDESIGN LANDFILL
(Damanhuri, 2008)

FASE 1: PENILAIAN SITE
Langkah 1:
 estimasi volume landfll yang
dibutuhkan
Langkah 2:
 investigasi site
Langkah 3:
 penentuan regulasi yang terkait
Langkah 4:
 penilaian opsi landfll sebagai
sumber energy

LANGKAH-LANGKAH MENDESIGN LANDFILL
(Damanhuri, 2008)
FASE 2: DESIGN RENCANA
PENGEMBANGAN LANDFILL
Langkah 6:
 design area pengurugan
Langkah 7:
 pengembangan rencana pengelolaan
lindi
Langkah 8:
 pengembangan rencana monitoring
lingkungan
Langkah 9:
 pengembangan rencana pengelolaan

LANGKAH-LANGKAH MENDESIGN LANDFILL
(Damanhuri, 2008)

FASE 3: DESIGN RENCANA
PENGOPERASIAN
Langkah 11:
 penyiapan panduan
pengoperasian
Langkah 12:
 kajian fnansial untuk rencana
pengoperasian
Langkah 13:

LANGKAH-LANGKAH MENDESIGN LANDFILL
(Damanhuri, 2008)

FASE 4: DESIGN TAHAPAN PASCA
OPERASI
Langkah 14:
 Penutupan landfll
Langkah 15:
 Pemantauan pasca operasi
Langkah 16:
 Inspeksi fasilitas dan
peralatan

LANDFILL LIMBAH B3 DI
INDONESIA (Damanhuri, 2008)
1. LANDFILL KATAGORI I : Landfll dengan liner
ganda dari geomembran HDPE, digunakan
untuk limbah yang dinilai sangat berbahaya
2. LANDFILL KATAGORI II : seperti katagori I,
namun dengan liner geomembran tunggal.
3. LANDFILL KATAGORI III : untuk limbah B3
yang dianggap tidak begitu berbahaya. Liner
yang digunakan adalah clay dengan nilai
permeabilitas lebih kecil dari 10–7 cm/detik.
Landfll jenis ini identik dengan landfll
sampah kota (sanitary landfll) yang baik.

DATA PERENCANAAN
TPA
DATA SEKUNDER
 Aspek administratif kota.
 Aspek tata guna tanah dan tata
ruang.
 Aspek kependudukan: jumlah
penduduk, laju pertumbuhan dan
penyebaran.
 Aspek prasarana dan sarana
yang ada dalam daerah studi.

DATA PERENCANAAN
TPA
DATA PENANGANAN AKHIR SAMPAH
YANG ADA (EKSISTING)
 Teknik pengolahan sampah selama ini.
 Data landfll:
sejarah, situasi lokasi lengkap dengan
petanya
 karakteristik dan komposisi sampah di
landfll
 data petugas, kualifkasi dan

DATA PERENCANAAN
TPA
Data Site :
Pengukuran topograf
1. Peta situasi/kontur dengan level 0,5 m
(minimum), disertai profl memanjang
dan melintang khususnya jalan akses
2. Situasi bangunan-bangunan yang ada
3. Situasi jalan eksisting
4. Situasi mata air/badan air lain
5. Situasi tanaman/pohon

DATA PERENCANAAN
TPA

DATA SITE ;
DATA HIDROGEOLOGI:

 Data dari hasil bor tangan atau bor
mesin tentang jenis tanah/batuan, sifatsifat fsik, kedalaman, posisi muka air
tanah.
 Data hidrologi dan kualitas air:
1. lokasi badan air dan sumber air
2. arah aliran: dapat diperoleh dengan
melakukan observasi sumur-sumur
penduduk

DATA PERENCANAAN
TPA
DATA KLIMATOLOGI
 dari stasiun meteorologi
terdekat
 data curah hujan lengkap
selama paling tidak 10
tahun terakhir,
 arah angin, dan
 evaporasi.

TIMBULAN
LINDI/LEACHATE
 Lindi :limbah cair yang timbul akibat masuknya air
eksternal ke dalam timbunan sampah melarutkan
dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga
materi organik hasil proses dekomposisi biologis.
 Kuantitas dan kualitas lindi akan sangat bervariasi
dan berfuktuasi.
 Kuantitas lindi tergantung pada : masuknya air dari
luar, (sebagian besar dari air hujan), aspek
operasional yang diterapkan seperti aplikasi tanah
penutup, kemiringan permukaan, kondisi iklim, dsb.
 Kemampuan tanah dan sampah untuk menahan uap
air dan kemudian menguapkannya  perhitungan
timbulan lindi agak rumit untuk diperkirakan
(Damanhuri, 2008).

PRODUKSI LINDI
1. Bervariasi tergantung pada kondisi tahapan
pengoperasian landfll
2. Dalam tahap pengoperasian (terbuka sebagian):
bagian-bagian yang belum ditutup tanah penutup
akhir, baik lahan yang sudah dipersiapkan
maupun sampah yang hanya ditutup tanah
penutup harian, akan meresapkan sejumlah air
hujan lebih banyak.
3. Setelah pengoperasian selesai (tertutup
seluruhnya): dalam kondisi ini sampah telah
dilapisi tanah penutup akhir. Tanah penutup akhir
berfungsi untuk mengurangi infltrasi air hujan,
sehingga produksi juga akan berkurang.

PENGOLAHAN LINDI
1. Proses pengolahan lindi perlu
memperhatikan debit lindi, karakteristik
lindi dan badan air penerima tempat
pembuangan efuen
 dasar pemilihan proses pengolahan,
penentuan kapasitas dan dimensi
kolam serta perhitungan waktu detensi.
2. Pengolahan lindi yang disarankan
minimal dengan proses pengolahan
biologi (secondary treatment).

PENGOLAHAN LINDI MAHAL

PENGOLAHAN LINDI MAHAL

GAS LANDFILL
 Gas landfll : produk normal dari dekomposisi
anaerob material di landfll.
 Setiap landfll mengandung materi organik  gas 
total volume akan bervariasi terhadap waktu.
 Kemampuan landfll menimbulkan gas tergantung
pada banyak faktor (komposisi sampah,
kelembaban, ukuran sampah, umur sampah, pH,
dan suhu).
 Dekomposisi dan produksi gas secara teori bisa
diperkirakan berlansung kontinyu 30 sampai 100
tahun, tetapi secara kenyataannya produksi gas bisa
terjadi pada level yang tinggi untuk periode pendek.
 Komposisi gas landfll pada umumnya terdiri dari
methane (CH4) dan CO2.

TABEL TYPICAL KOMPOSISI GAS
(Qian et ai, 2002)

DAMPAK GAS LANDFILL
 Materi organik pada landfll merupakan
sumber makanan bagi bacteria untuk
menghasilkan gas (CH4) methane dan CO2 
GRK  pemanasan global
 Landfll juga mengeluarkan sejumlah senyawa
volatile berbahaya dan bau.
 Berpengaruh terhadap sanitasi kesehatan
pada daerah di sekitar landfll.
 Pengaruh dari gas landfll ini dapat
menjangkau daerah sangat luas tergantung
dari kondisi topography dan iklim setempat
(Fred Lee et al, 2004).

MONITORING TPA PASCA
OPERASI

 untuk mengetahui ada tidaknya
pencemaran
 perlu sumur uji dan pipa ventilasi gas yang
terlindung.
 sumur uji yang harus ada minimal 3
unit, yaitu yang terletak sebelum, dekat
lokasi dan sesudah area penimbunan.
 Parameter kunci :
Kualitas air
: BOD/COD, chlorida, sulfat
Kualitas udara: debu, COx, NOx, H2S, gas
metan (CH4)
Kepadatan lalat
 Periode pemantauan sebaiknya

REKLAMASI TPA
 lahan bekas TPA direkomendasikan
untuk lahan terbuka hijau atau sesuai
dengan rencana tata guna lahannya
 untuk lahan terbuka hijau,
ketebalan tanah penutup yang
dipersyaratkan adalah 1 m
(tergantung jenis tanaman yang akan
ditanam), ditambah lapisan top soil.
 untuk peruntukan bangunan,
persyaratan penutupan tanah akhir
serupa dengan konstruksi jalan dan

KEUNTUNGAN SANITARY LANDFILL
1. Biaya usaha dan investasi usaha relatif rendah.
2. Dapat memulai operasi dalam waktu singkat.
3. Jika dirancang dan dioperasikan dengan baik
dan dapat mengurangi gangguan estetika,
penyakit, polusi udara, dan permasalahan
polusi air.
4. Gas metan dapat digunakan sebagai energi
(bahan bakar dan listrik).
5. Dapat menerima berbagai macam sampah.
6. Dapat digunakan untuk reklamasi dan
meningkatkan submarginal daratan.

KERUGIAN SANITARY
LANDFILL

1. Bila tidak dirancang, diatur dan dioperasikan
dengan baik dapat menjadi tempat
pembuangan sampah terbuka (open dumping).
2. Memerlukan lokasi yang sangat luas.
3. Sulit menemukan lokasi/lahan baru oleh
karena penolakan penduduk dan harga tanah
yang naik
4. Berpotensi menimbulkan polusi air dan udara,
bahaya kebakaran/ledakan serta gangguan
kesehatan manusia.
5. Membawa limbah/sampah ke lokasi yang jauh
memerlukan biaya mahal.