Status kerentanan Aedes aegypti terhadap beberapa golongan insektisida di Provinsi Kalimantan Selatan Suceptibility of Aedes aegypti to several insecticides groups in South Kalimantan Province

   JHECDs, 3 (2), 2017, hal. 56-62

  Penelitian

  

Status kerentanan Aedes aegypti terhadap beberapa golongan

insektisida di Provinsi Kalimantan Selatan

Suceptibility of Aedes aegypti to several insecticides groups in South

Kalimantan Province 1* 1 1 Nita Rahayu , Sri Sulasmi , Yuniarti Suryatinah

  Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan Jl. Loka LItbang Kaw. Perkantoran Pemda Kab. Tanah Bumbu Kalsel

  • Korespondensi: DOI : http://dx.doi.org/10.22435/jhecds.v3i2.6832.56-62

  Tanggal masuk 30 Mei 2017, Revisi pertama 22 Agustus 2017, Revisi terakhir 20 Desember 2017, Diterima 20 Desember 2017, Terbit daring 19 Januari 2018

Abstract. Susceptibility test of Aedes aegypti on insecticide was due to the high case of Dengue Hemorrhagic Fever in South

Kalimantan Province. The general objective is to obtain data of Ae. aegypti dengue vector resistance against insecticide South

Kalimantan Province. The mosquitoes used were larvae surveys from 3 districts / municipalities of the research area, then maintained

in the laboratory of R & D Center P2B2 Tanah Bumbu into adult F2. Mosquito stomach condition used is full of sugar. The results

show that most of the Ae. aegypti dengue hemorrhagic vectors in South Kalimantan Province have been resistant to malathion 0.8%,

lambdasihalotrine 0.03%, 0.5 miermetrin 0.05%, and 0.025% deltamethrin. It is imperative to rotate the insecticides used for

fogging, especially malathion 0.8% which has long been used.

  Keywords : Aedes aegypti, resistance, insecticides

Abstrak. Penelitian resistensi Aedes aegypti terhadap insektisida yang digunakan untuk fogging dilakukan berdasarkan

  tingginya kasus Demam Berdarah Dengue di Provinsi Kalimantan Selatan. Tujuan umum adalah memperoleh data resistensi vektor DBD Ae. aegypti terhadap insektisida di Provinsi Kalimantan Selatan. Nyamuk yang digunakan adalah hasil survei jentik dari 3 kabupaten/kota daerah penelitian, kemudian dipelihara di laboratorium Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu menjadi dewasa F2. Kondisi perut nyamuk yang digunakan adalah kenyang gula. Hasil kajian menunjukkan bahwa sebagian besar vektor demam berdarah dengue (DBD) Ae. aegypti di Provinsi Kalimantan Selatan telah resisten terhadap malathion 0,8%, lambdasihalotrin 0,03%, sipermetrin 0,05%, dan deltametrin 0,025%. Perlu segera merotasi insektisida yang digunakan untuk fogging terutama malathion 0,8% yang telah lama digunakan.

  Kata kunci : Aedes aegypti, resistensi, insektisida DOI

  : http://dx.doi.org/10.22435/jhecds.v3i2.6832.56-62

  Cara sitasi

  : Rahayu N, Sulasmi S, Suryatinah Y. Status kerentanan Aedes aegypti terhadap beberapa

  (How to cite) golongan insektisida di Provinsi Kalimantan Selatan. J.Health.Epidemiol.Commun.Dis.

  2017;3(2): 56-62.

  56 JHECDs Vol. 3, No. 1, Desember 2017

  Pendahuluan

  Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi fokus utama program pengendalian. Angka kesakitannya mengalami peningkatan pada lima tahun terakhir. Data rerata nasional menunjukkan bahwa pada tahun 2011 ditemukan sebesar 27,67 per 100.000 penduduk. Tahun 2012 sebanyak 37,27, tahun 2014 sebanyak 45,85, dan tahun 2015 sebanyak 50,75 per 100.000 penduduk. 1 Salah satu provinsi yang masih memiliki angka kesakitan DBD yang tinggi adalah Kalimantan

  Selatan. Pada tahun 2015, angka kesakitan akibat penyakit ini sebanyak 91,93 per 100.000 penduduk. Angka kasus jauh melebihi rerata nasional maupun target Renstra Kementerian Kesehatan. Target Renstra yang ditetapkan untuk angka kesakitan DBD kurang dari 49 per 100.000 penduduk. 1 Banyak program sudah dilakukan untuk mengurangi kasus, namun hasilnya angka kesakitan akibat penyakit ini masih tinggi. Salah satu program yang dilakukan dalam pengendalian vektor DBD adalah dengan space spraying (thermal fogging/pengasapan dan Ultra Low Volume (ULV). Jenis insektisida yang biasa digunakan dalam fogging adalah malathion, sipermetrin, piretroit, dan sintetik piretroit. Penggunaan jenis insektisida dalan jangka waktu panjang menimbulkan resisten. Resistensi vektor DBD terhadap insektisida yang digunakan dalam fogging akan menyebabkan tingginya populasi Ae.

  aegypti dan rendahnya nilai angka bebas jentik

  (ABJ). Kepadatan populasi nyamuk merupakan indikator penting saat kejadian luar biasa (KLB) di Kabupaten Pati. 2 Resistensi bersifat menurun dan merupakan rintangan tunggal dalam keberhasilan pengendalian vektor secara kimia. Deteksi dini resistensi vektor terhadap insektisida dapat bermanfaat sebagai informasi program untuk pemilihan insektisida yang tepat dalam pengendalian vektor secara lokal spesifik di era desentralisasi. Deteksi resistensi vektor terhadap insektisida dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu: 1. Deteksi secara konvensional dengan metode standar WHO

  susceptibility test menggunakan impregnated paper 2.

  Deteksi secara biokimia, dan 3. Deteksi secara molekuler. 3 Penelitian di Kota Banjarmasin tentang kerentanan Ae. aegypti terhadap insektisida telah dilakukan.

  Hasilnya menunjukkan bahwa Ae. aegypti telah resisten terhadap malathion 0,8%. 4 Uji larvasida terhadap Aedes sp. dengan temephose menunjukkan hasil telah resisten. 5 Hasil uji Aedes

  sp. terhadap larvasida temephose di Kota

  Banjarbaru dan Kabupaten Banjar menunjukkan hasil toleran. 6,7 Hal ini berarti bahwa telah ada indikasi jenis insektisida maupun larvasida program tidak cukup efektif untuk pengendalian vektor DBD. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji kerentanan Ae. aegypti terhadap beberapa jenis insektisida. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan program pengendalian vektor DBD.

  Metode

  Penelitian ini menggunakan metode analitik, dengan desain potong lintang, Penelitian ini dilaksanakan di tiga wilayah kabupaten/kota endemis DBD di Kalimantan Selatan yaitu: Kabupaten Tabalong, Hulu Sungai Selatan (HSS), dan Hulu Sungai Utara (HSU). Penelitian dilakukan pada bulan Maret – Oktober tahun 2015. Sampel rumah dipilih berdasarkan endemisitas lokasi. Sampel pertama ditentukan dari rumah ketua RT/RW yang ada penderita DBD pada tahun tersebut. Sampel selanjutnya diambil pada rumah terdekat. Data yang diambil adalah jumlah larva yang ditemukan.

  Larva dikumpulkan dari 3 lokasi endemis setiap kabupaten. Setiap lokasi dikumpulkan minimal 800 larva dari 100 rumah terpilih yang terbagi proposional pada rumah yang positif (1 rumah maksimal 40 larva). Untuk 3 kabupaten ada sebanyak 9 lokasi dengan total larva minimal sebanyak 7200. Larva dikumpulkan dari tiga lokasi di kabupaten terpilih, sering terpapar insektisida (fogging), dan mempunyai tingkat endemisitas tinggi selama 3 tahun berturut-turut. Larva yang tertangkap dipelihara menjadi nyamuk untuk mendapatkan jumlah telur generasi fenotif ke1 (F1). Telur F1 kemudian direaring sampai menjadi generasi F3 di laboratorium. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan kecukupan sampel yang digunakan dalam pengujian susceptibilitas.

  Uji susceptibility/uji resistensi stándar yang direkomendasikan WHO menggunakan

  impregnated papers. Nyamuk dewasa yang

  digunakan untuk pengujian dalam keadaan kenyang larutan gula (glucozed fed) dan telah berumur ± 2- 3 hari. Impregnated papers yang digunakan yaitu malathion 0,8%, lambdasihalotrin 0,03%, sipermetrin 0,05%, dan deltametrin 0,025%. Uji menggunakan 4 tabung perlakuan dan 1 tabung kontrol. Pada setiap tabung uji dimasukkan nyamuk dan dikontakkan N Rahayu, S Sulasmi, Y Suryatinah Status kerentanan Ae. aegypti terhadap..... dengan insektisida selama 1 jam, kemudian dipindahkan ke dalam tabung holding (penyimpanan). Kematian nyamuk dihitung/diamati setelah 24 jam penyimpanan. Kelembaban tabung

  holding harus dijaga dengan dilengkapi handuk

  Tabel 3. Jumlah rumah positif larva dan jumlah

  A 40 1465 B 36 1182

  Desa Jumlah Rumah positif Jumlah Larva yang diambil

  3 lokasi endemis di Kabupaten Hulu Selatan Tahun 2015

  Tabel 1. Jumlah rumah positif larva dan jumlah larva yang diambil di

  Hasil uji menunjukkan bahwa rata-rata persen kematian nyamuk tidak lebih dari 30%. Sampel dari Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) saja yang menunjukkan angka lebih dari 60% kematian.

  C 63 1656 Sumber : Data Primer Hasil uji resistensi nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida dengan bahan aktif malathion 0,8%, lambdasihalotrin 0,03%, sipermetrin 0,05%, dan deltametrin 0,025%. di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara dan Tabalong menunjukkan telah resisten. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam Gambar 1.

  A 57 1087 B 43 1193

  Desa Jumlah Rumah positif Jumlah Larva yang diambil

  larva yang diambil di 3 lokasi endemis di Kabupaten Tabalong Tahun 2015

  C 44 1297 Sumber : Data Primer Di Kabupaten Tabalong, lebih dari 50% sampel rumah yang disurvei positif jentik. Total larva yang diambil sekitar 3.800 ekor. Rincian dapat dilihat dalam Tabel 3.

  basah 3 Kriteria kerentanan ditentukan menurut WHO, kematian sebesar 98-100% berarti suceptible (rentan), 80 – 97% berarti toleran (diperlukan verifikasi), < 80% berarti resisten. Apabila dalam uji ditemukan kematian kontrol antara 5 – 20 %, maka dapat dikoreksi menggunakan rumus abbott’s: 8

  A 26 873 B 38 1220

  Desa Jumlah Rumah positif Jumlah Larva yang diambil

  larva yang diambil di 3 lokasi endemis di Kabupaten Hulu Utara Tahun 2015

  Tabel 2. Jumlah rumah positif larva dan jumlah

  Sampel rumah positif jentik dari 3 lokasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara sekitar 35%. Total larva yang diambil sekitar 3.200 ekor. Rincian dapat dilihat dalam Tabel 2.

  Sampel rumah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebagian masih ditemukan jentik di dalam rumahnya. Dari 3 lokasi pengambilan sampel ditemukan rata-rata 40 rumah positif larva. Jumlah larva yang diambil sekitar 4.800 ekor. Lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

  Hasil pengamatan lapangan terhadap 900 sampel rumah menunjukkan bahwa masih banyak rumah yang ditemukan jentik pada kontainer di dalam rumah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara diambil per tiap Kabupaten dalam Tabel I, Tabel 2 dan Tabel 3.

  Hasil

  % kematian uji - % kematian kontrol x 100% 100 - % kematian kontrol Etik penelitian diperoleh dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Nomor LB.02.01/5.2/KE.105/ 2015). Ijin kepada responden sebagai sampel pengambilan larva dilakukan secara lisan dan tertulis. Data hasil uji susceptibilitas dianalisis secara deskriptif berdasarkan kriteria WHO 1998.

  C 55 2175 Sumber : Data Primer JHECDs Vol. 3, No. 1, Desember 2017

  

Gambar 1. Grafik persentase kematian nyamuk uji terhadap berbagai insektisida

  Malathion 0,8% Deltamethrin 0.025% Lamdacyhalothri n 0.03% cipermethrin

  Ke m at ian N y amu k

  20% 30% 40% 50% 60% 70%

  3% 16% 0% 10%

  7% 8% 23%

8%

  1% 4% 21% 62%

  23% 8% 3% 16% 29% 4%

  0,05% Tabalong 29% 4% 1% 4% HSU 21% 62% 7% 8% HSS

  2016, hasil uji kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap malation 0,8 % menunjukkan bahwa vektor DBD di tiga kota endemis DBD di Provinsi Banten sudah resisten terhadap bahan malathion 0,8%. Persentase kematian nyamuk uji adalah 73,9% (Kab. Tangerang Selatan), 46,9% (Kab. Serang), dan 60,2 (Kab. Cilegon). 16 Hasil uji kerentanan Ae. aegypti di Kab. HSU, HSS, dan Tabalong menunjukkan kematian nyamuk uji relatif sedikit. Persentase kematian nyamuk uji pada Deltametrin 0,025 sebanyak 8 (HSS), 4 (Tabalong), dan cukup banyak untuk Kab. HSU (62%). Persen kematian nyamuk uji terhadap

  di Kabupaten HSS, HSU dan Tabalong

  Beberapa hal yang mempengaruhi resistensi nyamuk terhadap insektisida antara lain adalah penggunaan insektisida dalam golongan dan sistem kerja yang sama selama 6 periode berturut-turut. Penggunaan yang tidak tepat dalam sasaran dan dosis. 14 Hasil penelitian Tasane di Bandar Udara Pattimura menunjukkan hasil bahwa Ae. aegypti telah resisten terhadap malathion 0,8%, kematian nyamuk berkisar antara 16 – 20%. Penggunaan malathion konsentrasi 95% sudah harus ditinggalkan dan digantikan dengan jenis lainnya. 15 Hendri dkk,

  Ikawati dkk, 2014 di Jawa Tengah (Kabupaten Purworejo, Kebumen, Pekalongan, Demak, Wonosobo, Cilacap, Kudus, Klaten, Banjarnegara) menunjukkan bahwa Ae. aegypti telah resisten terhadap malathion 0,8%. Persentase kematian nyamuk uji bervariasi, antara 13,8% hingga 61,67%.

  Kematian nyamuk uji kurang dari 80%. Kesimpulannya adalah resistensi . 13 Hasil penelitian

  menunjukan risiko sedang hingga tinggi dan maya index dengan risiko sedang. 12 Artikel ini membahas tentang hasil uji kerentanan Ae. aegypti terhadap beberapa jenis insektisida di laboratorium. Uji kerentanan Ae. aegypti terhadap insektisida jenis malathion 0,8%, hasilnya menunjukkan bahwa nyamuk dari 9 lokasi (Kabupaten HSU, HSS, dan Tabalong) telah resisten. Kematian nyamuk sangat kecil, hanya sekitar 20%. Hasil ini sejalan dengan penelitian Safitri pada tahun 2011 di Banjarmasin. Kematian nyamuk uji berkisar antara 46% - 57%. 4 Penelitian Ambarita dkk di Sumatera Selatan memberikan hasil bahwa dari 11 kabupaten yang diambil sampel untuk diuji, 7 diantaranya telah berstatus resisten terhadap malathion 0,8%.

  figure serta maya index di ketiga wilayah tersebut

  Bone didominasi jenis sintetik piretroid. Penggunaan sebagian besar responden berkisar penggunaan insektisida rumah tangga berpengaruh terhadap resistensi nyamuk Aedes aegypti. 11 Sedangkan berdasarkan tingkat risiko penularan yang dinilai dengan nilai indeks jentik dan density

  Artikel ini mengacu pada penelitian tentang Pemetaan kerentanan vektor DBD di Indonesia. 9 Penelitian ini telah melahirkan beberapa topik artikel yang telah dipublikasi. Salah satu topik adalah penggunaan insektisida rumah tangga. Hasilnya bahwa sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Kotawaringin Barat menggunakan insektisida dalam jangka yang sudah lama. Mereka menggunakan berbagai bahan aktif secara bersama- sama, kebanyakan adalah jenis sintetik piretroid dan sipermetrin. 10 Penggunaan insektisida rumah tangga di Kota Palopo, Makassar, dan Kabupaten

  Pembahasan

  Resisten N Rahayu, S Sulasmi, Y Suryatinah Status kerentanan Ae. aegypti terhadap..... Lambdasihalotrin 0,03 sebanyak 1 (Tabalong), 7 (HSU), dan 3 (HSS). Kematian nyamuk uji terhadap sipermetrin 0,05% sebanyak 4% (Tabalong), 8% (HSU), dan 16% (HSS). Dapat disimpulkan bahwa insektisida golongan tersebut telah resisten, sehingga tidak akan memberikan hasil yang baik apabila tetap digunakan. Resistensi terhadap sipermetrin juga telah terjadi di Kota Cimahi. Hasil uji Ae. aegypti terhadap sipermetrin 0,2% menunjukkan adanya kematian nyamuk sebesar 46,7%. Uji menggunakan sipermetrin 0,4% memberikan jumlah kematian sebesar 73,3%. 17 Hasil penelitian Ikawati dkk di

  Jawa Tengah menunjukkan bahwa hampir semua telah resisten terhadap sipermetrin 0,05% dengan persen kematian nyamuk uji 10%-63,33%, kecuali sampel dari Kabupaten Banjarnegara masih toleran dengan kematian 84,20%. Delapan kabupaten telah resisten terhadap sipermetrin, satu kabupaten yaitu Banjarnegara masih toleran. 14 Hasil uji kerentanan di Kecamatan Kalidoro Kab.

  Pati menunjukkan bahwa Ae. aegypti telah resisten terhadap malathion 0,8%, alphacypermethrin, dan lambdasihalotrin 0,05%. 2 Sebagian besar wilayah

  Jawa Tengah dan Yogyakarta menunjukkan bahwa

  Ae. aegypti resisten terhadap insektisida malathion

  0,8%, Lambdasihalothrin 0,05%, Permethrin 0,75%, dan Deltametrin 0,05%. 18 Penelitian Sunaryo dkk di tahun 2013 menyatakan bahkan status resisten juga ditemukan pada saat uji kerentanan Ae. aegypti di 4 Kabupaten/Kota (Purbalingga, Kendal, Grobogan dan Kota Semarang) yang kesemuanya menunjukkan Ae.

  aegypti sudah resisten terhadap insektisida malathion 0,8 % dan permethrin 0,25 %. 19 Penelitian Heni dkk tahun 2015 menunjukkan hasil bahwa telah Ae. aegypti di Jakarta Selatan, Timur,

  dan Barat telah resisten terhadap malathion 0,8%. Persen kematian nyamuk uji kurang dari 80, yakni 53 – 75. Penggunaan temephose dalam jangka waktu lama menjadi faktor penting terjadinya resistensi. 20 Resistensi dapat dideteksi melalui dua cara.

  Pertama dengan deteksi perubahan enzim, deteksi peningkatan kadar enzim yang mendetoksifikasi insektisida. Detoksifikasi menyebabkan jumlah insektisida berkurang dan tidak mampu membunuh. Cara kedua adalah deteksi mutasi gen

  voltage gated sodium channel (VGSC). Deteksi ini

  dapat menilai langsung perubahan pada sel target tempat kerja insektisida. 21 Hasil penelitian Widiastuti dkk tahun 2014 di Kab.

  Klaten menunjukkan hasil bahwa 59% nyamuk mengalami mutasi heterozigot (V/G) dan 18,2% nyamuk mengalami mutasi homozigot (G/G). Hal ini menunjukkan indikasi terjadinya resistensi populasi nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida sintetik piretroid. 22 Uji mutasi genetik telah dilakukan dari sampel nyamuk Ae. aegypti dari Kota

  Semarang, hasilnya menunjukkan bahwa telah terjadi mutasi gen. 22 Ghifari dkk tahun 2012, hasil menunjukkan terjadi mutasi titik Val1016Ile serta tidak terjadi mutasi titik Val1016Gly gen VGSC. Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi mutasi titik Val1016Ile gen VGSC Ae. aegypti sebagai penanda resistensi yang bersifat target site atas sintetik piretroid di Palembang. 23 Penelitian Widiastuti dan Ikawati, 2014, menunjukkan bahwa angka kematian nyamuk uji akibat paparan malathion dari Kabupaten Pekalongan bervariasi dari 3,33-13,75%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ae. aegypti telah resisten terhadap malathion. Hasil uji biokimia menunjukkan peningkatan aktivitas enzim esterase pada populasi nyamuk Ae. aegypti. Aktivitas enzim esterase menunjukkan kaitan dengan mekanisme yang bertanggung jawab untuk resistensi pada tubuh nyanuk. Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang status resistensi malathion pada populasi Ae. aegypti di Pekalongan dan mekanisme biokimia yang penting untuk memantau perkembangan resistensi. 25 Berdasarkan kenyataan tersebut kemungkinan resistensi terjadi karena penggunaan insektisida dari golongan yang sama secara terus menerus terutama dari insektisida rumah tangga yang penggunaannya hampir setiap hari. Kematian nyamuk pada tiap uji dan pada tiap kabupaten berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa daya imunitas nyamuk dari setiap daerah tidak sama.

  Selain penggunaan insektisida baik dari program maupun rumah tangga untuk penanggulangan nyamuk dewasa, keberadaan jentik nyamuk di lingkungan masyarakat juga turut mempengaruhi peningkatan kasus DBD ataupun status resistensi di kabupaten/kota tersebut. Karena optimalisasi pengendalian vektor bukan hanya dengan metode pengendalian kimiawi tetapi juga harus ditunjang dengan metode pengendalian fisik dan mekanis melalui modifiksi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan agar jumlah penggunaan/paparan insektiida dapat ditekan. JHECDs Vol. 3, No. 1, Desember 2017 Insektisida malathion telah lama digunakan yaitu lebih kurang 30 tahun oleh program pengendalian yaitu vektor DBD Ae. aegypti dengan aplikasi

  fogging terutama di daerah yang sedang terjadi

  Kemenkes RI. profil Kesehatan Indonesia. Vol. 70, Kementerian Kesehatan. 2016. 1780-1790 hal.

  2012;4(2):66 –72.

  7. Nisa K, Hargono A, Ridha MR. Ae. aegypti in Sekumpul Village ( Martapura - District of Banjar , South Kalimantan ) is tolerant to Temephos Larva Ae. aegypti sudah toleran terhadap Temephos di Kelurahan Sekumpul - Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Buski [Internet].

  Toleran Terhadap Temepos di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. J Vektora. 19711;III(2):93 – 111.

  5. Istiana, Heriyani F, Isnaini. Resistance status of Ae. aegypti larvae to temephos in West Banjarmasin. J Buski [Internet]. 2012;4(2):53 –8. Tersedia pada: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/bus ki/article/view/2916/ 2101 6. Ridha MR, Nisa K. Larva Ae. aegypti Sudah

  Resistance Status of Ae. aegypti in Banjarmasin, South Kalimantan. J Vektora. 2011;III(2):136 –48.

  (Field and laboratory manual) [Internet]. World Health Organisation. 1998. Tersedia pada: 98.6.pdf?ua=1 4. Safitri A. Mapping, Habitat Characteristics and

  2. Widiarti. Studi aspek entomologi pasca kejadian luar biasa (KLB) DBD di Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Vektora. 2013;5(2):78 –84. Hemingway J. Insecticide Resistance Mechanisms

  Daftar Pustaka 1.

  KLB. Namun kadang-kadang di beberapa daerah juga dijumpai fogging yang dilaksanakan oleh pihak swasta tanpa ada koordinasi dengan dinas kesehatan setempat. Penggunaan insektisida yang mereka anggap dapat mengatasi gigitan nyamuk, tanpa memikirkan dampak yang diakibatkannya. Bahkan masyarakat pun dengan dana swadaya berusaha melakukan tindakan pengendalian sendiri. Kenyataan tersebut menggambarkan demikian banyak jenis insektisida yang mungkin digunakan untuk pengendalian Aedes aegypti, belum lagi insektisida rumah tangga yang digunakan oleh masyarakat sehari-hari. Perkembangan resistensi populasi serangga vektor terhadap insektisida menurut David & Gilles dipengaruhi multipel faktor yaitu genetik (adanya frekuensi gen spesifik), operasional (tipe dan aplikasi insektisida) dan biologis (ukuran dan karakteristik populasi vektor). Munculnya resistensi vektor tidak melalui proses percepatan menurut hukum seleksi Darwin yang terjadi di alam. Seleksi terjadi karena terdapat proporsi kecil serangga yang mengalami mutasi genetik secara individual. Mekanisme protektif ini tergantung faktor genetik baik tunggal, resesif, sebagian dominan atau dominan dalam proses keturunan. Apabila individu serangga heterozygote, maka jarang muncul pada proses resistensi awal dalam suatu populasi serangga termasuk nyamuk. Namun

  Kontributor utama adalah NR. YS berperan dalam analisis data. SS melakukan penelusuran literatur dan penulisan.

  Kontribusi Penulis

  Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih Kepada : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang dijadikan sampel penelitian yaitu: Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Utara serta puskesmas yang mewakili kabupaten/kota atas kerja samanya selama pelaksanaan penelitian ini berlangsung, semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.

  Ucapan Terima Kasih

  Vektor Demam Berdarah Dengue Ae. aegypti di 3 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan telah resisten terhadap: malathion 0,8%, lambdasihalotrin 0,03%, sipermetrin 0,05%, dan deltametrin 0,025%. Penyebab resistensi yang utama adalah penggunaan jenis insektisida yang sama dalam jangka waktu yang lama. Rotasi penggunaan insektisida dengan jenis bahan aktif yang berbeda dalam periode waktu tertentu dan memperhatikan ukuran dosis, sasaran, juga waktu yang tepat.

  yang lain akan menghasilkan proporsi homozygote dengan tingkat resistensi yang tinggi. Apabila gen resisten homozygote dominan, resistensi akan menyebar secara cepat ke seluruh populasi. Kecepatan munculnya perkembangan resistensi juga berhubungan dengan karakteristik biologi spesies vektor pada masing-masing populasi lokal, tipe serta tingkat penekanan selektif insektisida. 16 Kesimpulan dan Saran

  heterozygote yang survive pada uji kerentanan (uji susceptibility) apabila kawin dengan heterozygote

  Tersedia pada: file:///D:/work/literature /mendeley/2916-2291-1- SM.pdf%5Cnfile:///D:/work/literature/mendeley/r

  • – 43. Tersedia pada: http://www.who.int/malaria/publications/atoz/wh o_cds_cpc_mal_98_12/en/index.html 9.

  • –8. Tersedia pada: http://download.portalgaruda.org/article.php? article=330854&val=4901&title=Peta status kerentanan Ae. aegypti (Linn.) terhadap insektisida cypermethrin dan malathion di Jawa Tengah 15.
  • – 86.

  25. Widiastuti D, Ikawati B. Resistensi Malathion dan Aktivitas Enzim Esterase Pada Populasi Nyamuk Ae. aegypti di Kabupaten Pekalongan Malathion Resistance And Esterase Enzyme Activity Of Ae. aegypti Population In Pekalongan Regency Received date  : 14-01-2016 , Revised date : 03.

  24. Ghiffari A, Fatimi H, Anwar C. Deteksi Resistensi insektisida Sintetik Piretroid pada Ae. aegypti (L.) Strain Palembang Menggunakan Teknik Polymerase Chain Reaction. Aspirator. 2013;5(2):37 –44.

  23. Widiarti, Damar Tri Boewono, Triwibowo Ambar Garjito, Rima Tunjungsari, Puji BS Asih, Din Syafruddin. Identifikasi Mutasi Noktah pada” Gen Voltage Gated Sodium Channel” Ae. aegypti Resisten terhadap Insektisida Pirethroid di Semarang Jawa Tengah. Buletin Penelitian Kesehatan. 2012;40(1):31 –8.

  Wijayanti N. Deteksi Mutasi V1016G pada Gen Voltage-Gated Sodium Channel pada Populasi Ae. aegypti ( Diptera  : Culicidae ) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dengan Metode Allele-Specific PCR. J Vektora. 2015;7(2):65 –70.

  2012;17 –24. Tersedia pada: https://www.researchgate.net/publication/235760 107_ 22. Widiastuti D, Sunaryo, Pramestuti N, Sari TF,

  21. Ghiffari A, Fatimi H. Deteksi Mutasi Gen Voltage Gated Sodium Channel Ae. aegypti sebagai Penanda Resistensi Insektisida Sintetik Piretroid.

  Balaba [Internet]. 2016;12(1):23 –30. Tersedia pada: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/ blb/article/viewFile/4454/4359

  20. Prasetyowati H, Hendri J, Wahono T. Status Resistensi Ae. aegypti ( Linn .) terhadap Organofosfat di Tiga Kotamadya DKI Jakarta.

  Status Resistensi Vektor Demam Berdarah Dengue (Aedes aegypti) terhadap Malathion 0,8% dan Permethrin 0,25% di Provinsi Jawa Tengah. J Ekol Kesehat. 2014;12(2):146 –52.

  19. Sunaryo, Ikawati B, Rahmawati, Widiastuti D.

  Insektisida Kelompok Organofosfat, Karbamat dan Pyrethroid di Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Buletin Penelitian Kesehatan. 2011;39(N0.4):176 –89.

  18. Widiarti, Heriyanto B, Boewono DT, Widyastuti U, Mujiono, Lasmiati, et al. Peta Resistensi Vektor Demam Berdarah Dengue Ae. aegypti terhadap

  17. Pradani FY, Ipa M, Marina R, Yuliasih Y, Ciamis LLPB, Km P, et al. Determination Resistance On Susceptibility Method for Ae. aegypti with Cypermethrin in Cimahi. Jurnal Vektora. Vol III No. 1:35 –43.

  16. Hendri J, Kusnandar AJ, Astuti EP, Identifikasi Jenis Bahan Aktif dan Penggunaan Insektisida Antinyamuk serta Kerentanan Vektor DBD terhadap Organofosfat pada Tiga Kota Endemis DBD di Provinsi Banten. Aspirator. 2016;8(2):77

  Tasane I. Uji Resistensi Insektisida Malathion 0,8% Terhadap Nyamuk Ae. aegypti di Wilayah Fogging Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon. J Kesehat Masy. 2015;3(3):162 –74.

  Aspirator [Internet]. 2015;7(1):23

  14. Ikawati B, Widiastuti D. Peta status kerentanan Ae. aegypti ( Linn .) terhadap insektisida cypermethrin dan malathion di Jawa Tengah.

  13. Ambarita LP, Taviv Y, Budiyanto A, Sitorus H, Pahlepi RI, Febriyanto. Tingkat Kerentanan Ae. aegypti (Linn.) terhadap Malation di Provinsi Sumatera Selatan. Buletin Penelitian Kesehatan. 2014;43(2):97 –104.

  12. Andiarsa D, Sembiring WRSG. Tingkat Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue pada Tiga Puskesmas di Tiga Kabupaten Endemis di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. ASPIRATOR, 2017; 9(2): 57-64.

  11. Andiarsa D, Sembiring WRSG. Behavior of insecticide use in household on three districts / cities of South Sulawesi. Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases. 2015;5(3):149 –54.

  10. Meliyanie G, Wahyudi RI, Andiarsa D. Dampak penggunaan insektisida dalam rumah tangga terhadap keberadaan larva / pupa Ae. aegypti di Kabupaten Kotawaringin Timur. Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases. 2017;2(1):14 –8.

  Rahayu N, Suriatinah Y, Sulasmi S, dkk. Laporan penelitian penelitian multicentre, Pemetaan status kerentanan Ae. aegypti terhadap insektisida di Indonesia: Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Tanah Bumbu; 2015.

  N Rahayu, S Sulasmi, Y Suryatinah Status kerentanan Ae. aegypti terhadap..... esistensi/uji resistensi buski.pdf 8. OMS. Test procedures for insecticide resistance monitoring in malaria vectors, bio-efficacy and persistence of insecticides on treated surfaces [Internet]. Who/Cds/Cpc/Mal/98.12. 1998. hal. 1

  Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. 2016;12(2):61 – 70.