Breeding sites characteristic of Anopheles punctulatus group as malaria vector in Papua

Review

Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang
(Epidemiology and Zoonosis Journal)
Penulis :
Samuel sandy
Korespondensi :
Balai Litbang Biomedis Papua
Email : mercury.sandy56
@gmail.com
Keywords :
Breeding sites
Anopheles punctulatus
Anopheles koliensis
Anopheles farauti
Kata Kunci :
Habitat
Anopheles punctulatus
Anopheles koliensis
Anopheles farauti
Diterima :

Direvisi :
Disetujui :

Vol. 5, No. 3, Juni 2015
Hal : 126 - 131

Breeding sites characteristic of Anopheles punctulatus group as
malaria vector in Papua
Abstract
Malaria was still a health problem in Indonesia. This disease was transmitted to human by the
bite of Anopheles mosquitoes. Transmission of malaria in a region was determined by several
factors, including agent (malaria parasite), host, environment, and their interaction. Our study
aimed to know and understand bio-ecology of Anopheles punctulatus group as malaria vector
in Papua as a baseline for the strategy in vector-borne disease control program in the area of
malaria. We have reviewed several articles with reference to bio-ecology habitats of
Anopheles punctulatus group to obtain an idea of the type of habitat and habitat
characteristics of the species. Breeding habitats of Anopheles punctulatus group include
sand-mine quarry, wells, sewers/ditches and temporary pools with exposure to direct sunlight.
While the types of vegetation such as algae (Clorophyta), grass (Cyperus rotundus), water
spinach (Ipomoea aquatica), water hyacinth (Eichhornia crassipes) and velvetleaf plants

(Limnocharis flava). Types and characteristics of Anopheles punctulatus group habitats
depend on geographical location of a region where the species exist.

Karateristik habitat Anopheles punctulatus group sebagai vektor
malaria di Papua

Abstrak
Malaria masih merupakan persoalan kesehatan di Indonesia. Penyakit ini ditularkan
kemanusia melalui gigitan genus nyamuk Anopheles. Penularan penyakit malaria disuatu
wilayah ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya Agent (parasit malaria), Host (penjamu)
dan lingkungan yang saling berinteraksi. Tujuan penulisan artikel mengetahui dan
memahami bioekologi nyamuk Anopheles punctulatus group sebagai vektor malaria di
Papua sehingga menjadi data dasar untuk strategi dalam program pengendalian penyakit
tular vektor malaria di daerah tersebut. Artikel ini mereview beberapa artikel menyangkut
bioekologi habitat Anopheles punctulatus group yang telah diteliti untuk memperoleh
gambaran mengenai jenis habitat dan karateristik habitat spesies tersebut. Jenis habitat
perkembangbiakan Anopheles punctulatus group antara lain: bekas galian pasir, sumur,
selokan/parit dan kolam sementara dengan adanya paparan sinar matahari langsung.
Sedangkan jenis vegetasi berupa alga (Clorophyta), rumput (Cyperus rotundus), kangkung
(Ipomoea aquatica), enceng gondok (Eichornia crassipes) dan tanaman genjer (Limnocharis

flava). Jenis dan karateristik habitat Anopheles punctulatus group bergantung pada letak
geografis dari suatu wilayah dimana spesies tersebut berada.

126

Jurnal Buski Vol. 5, No. 3, Juni 2015, halaman 126-131

Pendahuluan
Malaria merupakan salah satu penyakit menular
yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia.
Situasi Malaria di dunia menurut The World Malaria
Report tahun 2011 sebanyak lebih dari 655 ribu
orang meninggal pada tahun 2010, dimana 81%
terjadi di Afrika, dan 6% nya terjadi di Asia. Secara
keseluruhan terdapat 3,3 milyar penduduk dunia
tinggal di daerah berisiko (endemis) malaria yang
terdapat di 106 negara. 1
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia
yang masih menjadi daerah transmisi malaria atau

berisiko malaria. Tahun 2011, terdapat 374
kabupaten dengan endemis malaria. 1 Tahun 2011
jumlah kasus malaria di Indonesia sebanyak
256.592 orang dari 1.322.451 kasus tersangka
malaria yang diperiksa sampel darahnya dengan
tingkat kejadian tiap tahun insiden parasit malaria
(API) sebesar 1,75 per 1000 penduduk.1 Upaya
eliminasi malaria telah banyak dilakukan sejak
beberapa puluh tahun lalu. Diawali tahun 19521959 yaitu program Gerakan Pembasmian Malaria
melalui Komando Pembasmian Malaria (KOPEM)
yang dicanangkan oleh Presiden Soekarno,
dimana berhasil menurunkan angka kasus malaria
secara signifikan, terutama di Pulau Jawa. Karena
keterbatasan dana, program ini terhenti pada tahun
1969 dan diubah secara bertahap menjadi upaya
pemberantasan yang diintegrasikan dalam sistem
layanan kesehatan seperti puskesmas,
puskesmas pembantu, dan lain-lain.1
Pemberdayaan masyarakat dalam
pemberantasan malaria dikenal dengan Gebrak

Malaria yang dicetuskan pada tahun 2000.
Program ini nantinya menjadi cikal bakal
terbentuknya program Ayo Berantas Malaria
dengan melibatkan mitra lintas sektoral.1
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Plasmodium spp yang ditularkan ke manusia
melalui nyamuk genus Anopheles yang menghisap
darah manusia.2 Penularan penyakit malaria di
suatu wilayah ditentukan oleh beberapa faktor
diantaranya Agent, Host (penjamu) dan lingkungan
yang saling berinteraksi. Agent penyakit yaitu
parasit (Plasmodium spp.) hidup dalam tubuh
manusia (inang perantara ) dan tubuh nyamuk
127

(definitif). Dalam tubuh nyamuk agent (parasit)
berkembang menjadi bentuk infektif (sporozoit),
siap menularkan ke manusia yang berfungsi
sebagai host intermediate bisa terinfeksi dan
menjadi tempat berkembangnya agent

(Plasmodium spp.). 3 Selain faktor tersebut
bioekologi vektor Anopheles spp, geografis, kondisi
iklim dan spesies vektor juga berperan terhadap
penularan malaria. 4
Salah satu aspek kurang berhasilnya pengendalian
malaria disebabkan oleh kurangnya pemahaman
mengenai vektor malaria dilokasi penyebarannya.
Berbagai aspek mengenai vektor yang memerlukan
penelitian diantaranya habitat perkembangbiakan,
bioekologi, dan kemampuan spesies sebagai
vektor malaria, sedangkan pengetahuan mengenai
prilaku vektor sangat penting dalam program
intervensi pengendalian vektor. 4
Di alam diperkirakan terdapat sekitar 430 spesies
Anopheles, diantaranya terdapat 30-40 spesies di
alam yang merupakan vektor malaria.2 Fauna
nyamuk Anopheles spp yang dilaporkan di
Indonesia sebanyak 80 spesies dan yang telah
dikonfirmasi sebagai vektor malaria adalah 22
spesies yaitu An. sundaicus, An. aconitus, An.

nigerrimus, An. macullatus, An. barbirostris, An.
sinensis, An. letifer, An. balabacencis, An.
punctulatus, An. farauti, An. bancrofti, An. karwari,
An. koliensis, An. vagus, An. parengensis, An.
umbrosus, An. subpictus, An. longirostris, An.
flavirostris, An. minimus, dan An. leucosphirus. 5
Pola penyebaran spesies Anopheles spp
ditentukan oleh faktor lingkungan, zoogeografi dan
ekosistem. Anopheles spp di Indonesia tersebar
hampir di semua wilayah provinsi, dimana setiap
wilayah memiliki kondisi geografi, topografi dan
iklim yang berbeda, dalam sifat hidup tertentu
Anopheles spp menunjukkan perbedaan lokal
spesifik karena kondisi geografis, topografi dan
iklim yang khas. Sehingga dapat menimbulkan
perubahan sifat hidup, bionomik dan adaptasi
Anopheles spp pada habitatnya.6,7 Perbedaan
zoogeografis menyebabkan perbedaan habitat
perkembangbiakan Anopheles spp, perbedaan
tersebut berhubungan dengan kemampuan

adaptasi spesies nyamuk terhadap kondisi fisikakimia habitat perairan, ketersediaan makanan dan

S. Sandy

persyaratan hidup bagi stadium pradewasanya.8
Perbedaan spesies ini dapat dilihat pada wilayah
Irian Jaya, dimana banyak ditemukan jenis nyamuk
wilayah Australia dan sedikit jenis nyamuk dari
wilayah oriental. Sedangkan di bagian wilayah
tengah di Propinsi Maluku ditemukan kombinasi
jenis nyamuk
wilayah Australia dan wilayah
oriental. Di wilayah barat Indonesia selebihnya
hanya ditemukan jenis nyamuk oriental.8
Di Indonesia bagian Timur, nyamuk yang terbukti
sebagai vektor malaria adalah An. bancrofti, An.
koliensis, An. farauti, An. subpictus, An. barbirostris,
An. Sundaicus dan yang berpotensi sebagai vektor
(saat dibedah ditemukan oosit) yaitu An. vagus.8
Anopheles punctulatus group yang ditemukan di

Papua yaitu Anopheles punctulatus, Anopheles
koliensis, dan Anopheles farauti. Spesies
Anopheles ini merupakan vektor malaria dan
filariasis di Papua. Bio-ekologi habitat
perkembangbiakan Anopheles punctulatus group
memiliki perbedaan bergantung pada letak
geografis dan topografi suatu wilayah.
Identifikasi spesies yang berperan sebagai vektor
dan penentuan perannya dalam penularan malaria
sebagai dasar utama perencanaan penentuan
strategi pemberantasan malaria yang efektif. Selain
hal tersebut pemahaman mengenai bio-ekologi
nyamuk vektor malaria sangat penting dalam
starategi program pengendaliannya, hal ini
dikarenakan terjadi variasi biologi yang
menyebabkan perbedaan status penularan
perubahan perilaku spesies nyamuk vektor malaria.
Metode
Artikel ini mereview beberapa artikel dan laporan
hasil penelitian menyangkut bioekologi habitat

Anopheles punctulatus group yang telah diteliti
untuk memperoleh gambaran mengenai jenis
habitat dan karateristik habitat spesies tersebut.
Habitat Anopheles punctulatus
Habitat perkembangbiakan Anopheles punctulatus
antara lain bekas pijakan kaki hewan seperti sapi,
babi dan kuda, bekas roda mobil, aliran sungai,
aliran sungai dengan vegetasi air, tepi sungai,
tepian sungai dengan vegetasi alga , kubangan
sementara, kubangan karang, kolam buatan

Karateristik habitat Anopheles punctulatus group....

manusia,
saluran irigasi, pelepah sagu dan
pelepah pisang, tempurung kelapa, di lubanglubang pepohonan, selokan/parit.
Karateristik
habitat spesies ini adalah terpapar langsung
terhadap cahaya matahari, salinitas 0‰, suhu
perairan 28 ˚C, dengan kedalaman 20-30 cm, pH

habitat 6,6-6,8.9 Penelitian oleh Bangs (1985)
pada penelitiannya di Irian Jaya menemukan
habitat larva Anopheles punctulatus berupa
genangan air sementara dan buatan manusia,
umumnya pada lokasi yang curah hujannya tinggi.
Larva berkelompok pada air yang tidak mengalir,
dapat berkembang pada bekas tapak babi dan
hewan lainnya, terpapar sinar matahari langsung,
lebih banyak pada air yang bersih dan tidak
mengandung polutan.10 Penelitian Assem dan Dijk
(1958) melaporkan bahwa larva An. punctulatus
ditemukan pada genangan air sementara, buatan
manusia, terbanyak pada genangan air yang tidak
ada vegetasi ditempat terbuka, pada kondisi
ekstrim, larva An. punctulatus dapat bertahan hidup
pada suhu perairan sampai 40 ˚C, terpapar sinar
matahari langsung dengan pH habitat perairan
antara 7 sampai 8,8. 11 Survei habitat
perkembangbiakan Anopheles punctulatus di
Kampung Yobeh Kabupaten Jayapura di temukan
jentik spesies ini pada bekas galian pasir dengan
kedalaman 27 cm, pH perairan 7, dan suhu air
habitat 30 ˚C, dan habitat terpapar sinar matahari
langsung, vegetasi berupa tanaman
rerumput(Digitaria ciliaris) , alang-alang dan alga air
(Chlorophyta).12
Habitat Anopheles farauti
Habitat perkembangbiakan jentik Anopheles farauti
antaralain pada perairan air tawar dan air payau
serta menyukai paparan sinar matahari.13 Jentik
Anopheles farauti memiliki toleransi terhadap kadar
salinitas tinggi. Pada kondisi alami jentik Anopheles
farauti ditemukan di rawa-rawa, kolam, laguna
dimana terdapat vegetasi, parit, disepanjang tepi
sungai.14,15 Penelitian yang dilakukan Pronoto
(1994) habitat Anopheles farauti di Kabupaten
Sorong yaitu selokan, parit, genangan air
sementara, rawa, kolam ikan dan kolam
kangkung.16 survei bioekologi Anopheles spp di
Kab. Jayapura, yaitu di Kampung Yobeh ditemukan
habitat perkembangbiakan Anopheles farauti yaitu
128

Jurnal Buski Vol. 5, No. 3, Juni 2015, halaman 126-131

bekas galian pasir dan kubangan sementara.
Vegetasi pada habitat ini berupa alga hijau
(Chlorophyta) dan rumput (Cyperus rotundus).
Sedangkan di Kampung Dobonsolo di temukan
habitat Anopheles farauti yaitu parit/selokan, kolam
dan sumur. Vegetasi pada habitat ini alga air
(Chlorophyta), enceng gondok (Eichornia
crassipes), genjer (Limnocharis flava) dan tanaman
kangkung (Ipomoea aquatic). suhu habitat antara
28-30 ˚C, pH air habitat 6-7 dengan ke dalaman
habitat 10-68 cm.11 Survei kejadian luar biasa (KLB)
malaria di Kabupaten Intan Jaya yaitu di Kampung
Pogapa dan Dedesiga di temukan habitat
perkembangbiakan Anopheles farauti berupa
kolam dengan kedalaman 0,5-1 meter, suhu air 1525 ˚C, dasar perairan berlumpur, air habitat keruh,
pH air 6,8-7,1, dengan salinitas 0‰. Lokasi survei
berada di ketinggian 1800-2000 meter dpl.17 survei
bioekologi Anopheles spp di Distrik Sarmi
ditemukan habitat Anopheles farauti berupa kolam
dengan karateristik salinitas perairan 0‰, pH air
habitat 7, kedalaman kolam 50-70 cm, dengan
vegetasi tanaman berupa rerumput. Di Distrik
Sarmi Timur habitat perkembangbiakan Anopheles
farauti berupa kolam, dengan karateristik air jernih
sampai keruh, dengan salinitas 0‰, pH air habitat
7, ke dalaman kolam 50-100 cm, vegetasi perairan
berupa tanaman kangkung (Ipomoe aquatica),
rumput (Cyperus rotundus), dan serasah.
Penelitian di Distrik Bonggo ditemukan habitat
Anopheles farauti berupa kolam dan kubangan
lumpur. Karateristik habitat antara lain salinitas 0‰,
pH air habitat 7, vegetasi perairan rerumputan
(Digitaria ciliaris) dan serasah, kedalaman habitat
kolam 50 cm.20
Survei bioekologi yang dilakukan di Kabupaten Biak
Numfor dibagian pesisir pantai di temukan habitat
Anopheles farauti berupa genangan air pada
kapal/perahu bekas yang sudah rusak, vegetasi
berupa semak-semak dan pohon kelapa. Survei
lain yang dilakukan di Kabupaten Asmat diperoleh
gambaran habitat Anopheles farauti berupa rawarawa, dan kubangan air sementara dengan
vegetasi rerumputan.21
Habitat Anopheles koliensis
Jentik Anopheles koliensis ditemukan pada
genangan air sementara dengan paparan sinar
129

matahari langsung, genangan air semi-permanen
dengan paparan sinar matahari langsung,
parit/selokan.15,20,21 Kadangkala jentik Anopheles
koliensis ditemukan pada bekas pijakan babi atau
kubangan babi.22,23 survey entomologi di Kampung
Dobonsolo, Kabupaten Jayapura
di temukan
habitat Anopheles koliensis di selokan/parit dan
sumur dengan paparan sinar matahari langsung,
kedalaman sumur 68 cm dan kedalaman
selokan/parit 30 cm, dengan pH air habitat 6-7 dan
suhu habitat 30 ˚C.12 Penelitian di Distrik Bonggo
habitat jentik Anopheles koliensis ditemukan
bersama dengan jentik Anopheles farauti yaitu
habitat kolam kubangan berlumpur.18
Kesimpulan
Hasil kajian beberapa literatur habitat Anopheles
punctulatus group disimpulkan bahwa habitat
spesies ini adalah kolam sementara, bekas galian
pasir, sumur, parit/selokan yang memiliki paparan
sinar matahari langsung, dengan vegetasi air yang
di temukan alga (Clorophyta), kangkung (Ipomoea
aquatica), rumput (Cyperus rotundus), enceng
gondok (Eichornia crassipes) dan tanaman genjer
(Limnocharis flava), sedangkan vegetasi darat
berupa tanaman rumput, dan alang-alang
(Imperata clidrica). Kareteristik habitat yaitu
salinitas habitat 0‰, suhu habitat perairan 27-30
˚C. pH habitat perairan 6-8,8. Habitat Anopheles
punctulatus group juga ditemukan pada daerah
dengan ketinggian 1800-2000 meter dpl.
Pengetahuan mengenai bioekologi khusunya
habitat perindukan memungkinkan untuk dilakukan
intervensi pengendalian yaitu pengendalian
menggunakan kelambu berisektisida, penggunaan
hewan ternak sapi, sebagai zoo-barier dan
penerapan larva sida Bacillus sp untuk mengontrol
populasi vektor. Masih diperlukan penelitian lebih
lanjut mengenai karaktersitik habitat menyangkut
aspek kimiawi dan biologi penyusun perairan dalam
mendukung perkembangan jentik Anopheles
punctulatus group.
Daftar pustaka
1.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Profil Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012.
Kementerian Kesehatan 2013. Diakses pada 27

S. Sandy

Karateristik habitat Anopheles punctulatus group....

J a n u a r i

2.

d a r i

http://www.tbindonesia.or.id/pdf/profilpppl2012-

Tahun 2010. Laporan Kegiatan Risbinkes 2010 Balai
Litbang Biomedis Papua. 2010.

CDC Atlanta. Anopheles Mosquitoes, 2012. Diakses
2 7

J a n u a r i

2 0 1 5

d a r i

on Species Sanitation. Wageningen Agricultural

Entomologi. Badan Litbangkes Depkes RI, Jakarta

Indonesia. Bull. Penelitian Kes. 1989; 17:181–190.
15. Church CJ, Atmosoedjono, S., Bangs, M.J.,. A review
of anopheline mosquitoes and malaria control
strategies in Irian Jaya, Indonesia. Bull. Penelitian

sundaicus dan Anopheles subpictus di Purworejo,

Kes. 1995:23; 3–17.

Vytilingam I, Chiang GL. and Shing KI. Bionomic of
Important Mosquito Vector in Malaysia. Southeast
Asean. J. Trop.Public. Hlth,1992;23 (4):587-603.

16. Pranoto, Munif, A. Beberapa aspek perilaku
Anopheles farauti di Klademak IIA, Sorong. C D K.
1994:94; 23–28.
17. Kawulur H, Oktavian A, Widiyanti M, Rahardjo M.
Studi Kasus Malaria di Pegunungan Puncak Jaya

Adnyana ND. Beberapa Aspek Bionomik Anopheles

Distrik Homeyo, Kabupaten Intan Jaya, Papua.

sp di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa

Laporan Kegiatan Studi KLB 2010, Balai Litbang

Te n g g a r a Ti m u r. M e d i a P e n e l i t i a n d a n

Biomedis Papua, 2010.

Pengembangan Kesehatan. 2011; 21(2): 62-70.

18. Windarti F. Bioekologi Anopheles spp di Kabupaten

Munif, A. nyamuk vector malaria dan hubungannya

Sarmi, 2011. Laporan Kegiatan Penelitian Risbinkes

dengan aktifitas kehidupan manusia di Indonesia.

2011, Balai Litbang Biomedis Papua. 2011.

Aspirator. 2009; 1(2):94-102

9.

14. Hoedojo, Vectors of malaria and filariasis in

dan Aktifitas Menggigit Nyamuk Anopheles

2009;8(1):915-925.

8.

University, Wageningen, 1990; xiiiþ167 pp

Sukowati S. Shinta. Habitat Perkembanganbiakan

Jawa Tengah. Jurnal Ekologi dan Status Kesehatan.

7.

Measures for

Sukowati S. Masalah Keragaman Spesies Vektor

2008.

6.

Atmosoedjono S. Environmental

Malaria Control in Indonesia—An Historical Review

Orasi Pengukuhan Proffesor Riset Bidang

5.

13. Takken W, Snellen WB, Verhave JP, Knols, BGJ,

http://www.cdc.gov/malaria/about/biology/mosquitoes/
Malaria dan Cara Pengendaliannya di Indonesia.

4.

Distrik Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua

130917032535-phpapp02.pdf
p a d a
3.

2 0 1 5

Fahmi, Fahri, Nurwidayati A, Swastika IN, Studi

19. Lidwina S, Sandy S, Mirino YYR, Rahardjo M, Natalia
EI, Keanekaragaman genetic Anopheles

Keanekaragaman Spesies Nyamuk Anopheles spp

punctulatus group di Kabupaten Biak, Kabupaten

di Kabupaten Donggala, Provensi Sulawesi Tengah,

Jayawijaya, Kabupaten dan Asmat. Laporan

On line Journal of Natural Science, 2014; 3(2): 95-

Kegiatan Penelitian

108

Biomedis Papua. 2012.

DIPA 2012 Balai Litbang

Saputro G, Hadi K, Koesharto FX. Perilaku Nyamuk

20. Lee VH, Atmosoedjono S, Aep S, Swaine CD,. Vector

Anopheles punctulatus dan Kaitannya dengan

studies and epidemiology of malaria in Irian Jaya,

Epidemiologi Malaria di Desa Dulanpokpok

Indonesia. Southeast Asian J. Trop. Med. Public

Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Hemera Zoa,

Health. 1980;11:341–347.

Majalah Ilmu Kehewanan Indonesia.2010;2(1):2533
10. Bangs MJ. Spesies dan Bionomik Vektor Malaria di
Irian Jaya. Jakarta:US Naval Medical Research Unit
No.2. 1985. Non Publised
11. Assem J van den, Dijk VJOM van. Distribution of

21. Van den Assem J. Mosquitoes collected in the
Hollandia Area, Netherlands New Guinea, with notes
on the ecology of larvae. Tijdschr. Entomol.
1961;104:17–30.
22. Anthony RL, Bangs MJ, Hamzah N, Basri N,
Purnomo, Subianto B. Heightened transmission of

Anopheline Mosquitoesin Netherland New Guinea.

stable malaria in an isolated population in the

Tropicaland Geographical Medicine Journals.

highlands of Irian Jaya, Indonesia. Am. J. Trop. Med.

1958;10:249-255.

Hyg. 1992; 47:346–356.

12. Nur Hasanah. Studi Bioekologi Vektor Malaria di

23. Bangs MJ, Rusmiarto S, Anthony RL, Wirtz RZ,
130

Jurnal Buski Vol. 5, No. 3, Juni 2015, halaman 126-131
Subianto B. Malaria transmission by Anopheles
punctulatus in the highlands of Irian Jaya, Indonesia.
Ann. Trop.Med. Parasitol. 1996;90:29–38.

131