ACARA V KESETIMBANGAN KIMIA (1)

ACARA V
KESETIMBANGAN KIMIA
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum :
Untuk mempelajari reaksi kesetimbangan
kompleks besi (III)-Tiosianat.
2. Waktu Praktikum :
Jumat, 17 Oktober 2014
3. Tempat Praktikum :
Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Kesetimbangan kimia menjelaskan keadaan dimana laju reaksi balik dan laju
reaksi maju sama besar dan dimana konsentrasi reaktan dan produk tetap tidak berubah
seiring berjalanya waktu. Keadaaan keseetimbangan dinmik ini ditandaai dari hanya
adanya satu konstanta kesetimbangan. Berganrung pada jenis spesi yang bereaksi,
konstanta kesetimbangan dapat dinyatakan dalam molaritas ( untuk larutan) atau tekanan
parsial (untuk gas). Konstanta kesetimbangan member informasi tentang arah ahir dari
suatu reaksi reversible dan konsentrsi-konsentrasi dari campuran kesetimbangannya.
Reaksi kesetimbangan kimia melibatkan zat-zat yang berbeda untuk reaktan daan

produknya. Kesetimbangan antara dua pasa dari zat yang sama dinamakan
kesetimbanigan fisis karena perubahan yang terjadi hanyalah proses fisis. Penguapan air
dalam wadah tertutup pada suhu tertentu merupakan contoh kesetimbangan fisis. Kita
dapat menggeneralisaasi pembahasan ini dengan memperhatikan reaksi reversible berikut:
aA + bB

cC + dD

dimana a,b,c, dan d adalah koefisien stoikiometri untuk spesi-spesi yang bereaksi A, B, C,
dan D. Konstanta keseetimbangan untuk reaksi pada suhu tertentu ialah
K =

[C]c [ D]d
[ A ]a [B ]b

Persamaan diatas adalah bentuk matematis dari hokum aksi massa. Persamaan ini
menghubungkan konsentrasi reaktan dan produk pada kesetimbangan yang dinyatakan
dalam suatu kuantitas yang disebut konstanta kesetimbangan ( Chang, 2005 : 65).
Sejumlah besar reaksi tidak dapat berlangsung secara sempurna tetapi lebih cenderung
mendekati suatu keadaan atau posisi kesetimbangan. Posisi kesetimbangan ini,

merupakan akhir dari reaksi tersebut, merupakan suatu pencampuran antara produk ang
dihasilkan dan reaktan yang tidak terpakai dan berada dalam jumlah yang relative tetap.
Begitu kesetimbangan tercapai, praktis tidak ada lagi reaktan yang berrubah menjadi
produk kecuali kondisi experiment dari reaksi (suhu dan tekanan) tersebut berubah.
Keadaan kesetimbangan ini ditentukan oleh tetapan kesetimbangan untuk reaksi, dari
tetapan ini komposisi darri campuran reaksi pada keadaan kesetimbangan dapat di hitung.
Kesetimbangan kimia antara reaktan dan produk akan terjadi selama pembentukan

kontinu molekul-molekul produk dari molekul-molekul reaktan dan reaksi balik mereka
menjadi molekul-molekul reaktan dengan kecepatan sama. Kesetimbangan kimia
bukanlah keadaan statis, meskipun sifat makroscopik berhenti berrubah ketika
keseetimbangan tercapai. Sebaliknya, I lebih cendrung merrupakan akibat dari
kesetimbangan dinamik antara reaksi maju dan balik (Oxtoby, 2001:260).
Keseetimbangan kimia adaalah proses dinamis ketika reaksi kedepan dan reaksi balik
terjadi pada laju yang sama tetapi pada arah yang berlawanan. Konsentrasi pada setiap zat
tunggal tetap pada suhu konstan. Banyak reaksi kimia tidak sampai berahir, dan mencapai
stu titik ketika konsentrasi zat-zat bereaksi dan produk tidak lagi berubah dengan
berubahnya waktu. Molekul-molekul tetap berubah dari preaksi menjadi produk dan dari
produk menjadi preaksi tetapi tanpa perubahan netto konsentrasinya (Stephen, 2002:96).
Reaksi homogeny terjadi pada saat reaktan dan produk ada pada pasa yang sama, gas

atau cair. Reaksi homogeny merupakan persamaan aksi massa dan hokum
keseetimbangan dapat selalu diramalkan dari koefisien persamaan reaksi kimia yang
setara. Bentuk persamaan reaksi kimianya adalah :
dD + eE

fF + gG

dimana D, E, F, dan G menyatakan rumus kimia dan d,e,f,dan g adalah koefisien, bentuk
akdi massanya adalah :
[ F ]f [G]g
[ D]d [ E] e
Pangkat pada persamaan aksi massa diatas memiliki bentuk yang sama dengan koefisien
stoikiometri pada persamaan reaksi yang setara. Kesetimbangan kimia untuk reaksi
tersebut dinyatakan dalam persamaan berikut :
[ F ]f [G]g
[ D]d [ E] e

= Kc

Ketika lebih dari satu fasa yang terjadi pada suatu campuran reaksi, maka hal ini disebut

reaksi heterogen. Hukum kesetimbangan untuk reaksi yang melibatkan cairan murni dan
padatan dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi cairan murni atau padat tidak bias diubah pada sushu tertentu. Untuk cairan
murni atau padatan, perbandingan jumlah zat untuk volume zat adalah tetap (Brady,
2012:700).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
a. Gelas kimia 250 ml
b. Gelas ukur 50 ml

c. Kertas label
d. Labu ukur 50 ml
e. Labu ukur 25 ml
f. Penggaris
g. Pipet gondok 10 ml
h. Pipet gondok 5 ml
i. Pipet tetes
j. Rak tabung reaksi
k. Rubber bulb

l. Spatula
m. Tabung reaksi
n. Tissue
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O)(l)
b. Butiran Na2HPO4(s) (Natrium Hidro Posfat)
c. Larutan Fe(NO3)3 0,2 M (Besi (III) Nitrat )
d. Larutan KSCN 0,002 M (Kalium Tiosianat )
e. Larutan KSCN Pekat (Kalium Tiosianat Pekat)
f. Tissue
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Kesetimbangan besi (III) – tiosianat
a. Dimasukkan 10 ml KSCN 0,002 M ke dalam suatu bejana gelas kemudian
ditambahkan 2 tetes larutan Fe(NO3)3 0,2 M.
b. Dibagi larutan ini menjadi 4 tabung reaksi.
c. Digunakan tabung reaksi pertama sebaai pembanding.
d. Ditambahkan 1 tetes KSCN pekat ke dalam tabung reaksi kedua.
e. Ditambahkan 3 tetes Fe(NO3)3 0,2 M ke dalam tabung reaksi ketiga.
f. Ditambahkan beberapa butir Na2HPO4 ke dalam tabung reaksi keempat.
g. Dicatat hasil pengamatan.

2. Kesetimbangan besi (III) –tiosianat
a. Disediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan diberi nomor.
b. Dimasukkan masing – masing 5 ml KSCN 0,002 M.
c. Ditambahkan 5 ml larutan Fe(NO3)3 0,2 M ke dalam tabung reaksi pertama
(sebagai standar).
d. Diukur 10 ml Fe(NO3)3 0,2 M dan ditambahkan aquades hingga volumenya 25 ml.
diukur 5 ml dari larutan ini dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kedua.
e. Diukur 10 ml larutan di atas kemudian di buang.
f. 10 ml larutan Fe(NO3)3 0,2 M, sisa larutan diatas, ditambahkan aquades hingga
volumenya 25 ml. diukur 5 ml dari larutan ini dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi ketiga.
g. Diukur 10 ml larutan di atas kemuadian dibuang.
h. 10 ml larutan Fe(NO3)3 0,2 M, sisa larutan diatas, ditambahkan aquades hingga
volumenya 25 ml. diukur 5 ml dari larutan ini dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi keempat.
i. Diukur 10 ml larutan di atas kemuadian dibuang.
j. 10 ml larutan Fe(NO3)3 0,2 M, sisa larutan diatas, ditambahkan aquades hingga
volumenya 25 ml. diukur 5 ml dari larutan ini dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi kelima. Kemuadian sisanya dibuang.


k. Dibandingkan warna larutan pada tabung reaksi pertama sampai tabung kelima.
l. Jika warna belum sama, maka larutan pada tabung standar (tabung pertama)
dikurangi sampai memiliki warna yang sama.
m. Diukur ketinggian dari larutan yang telah dikurangi pada tabung reaksi pertama.
n. Pengukuran dilakukan untuk tabung pertama sampai tabung kelima untuk
membandingkan.
o. Dicatat hasil pengamatan dan pengukuran.

E. HASIL PENGAMATAN
F. ANALISIS DATA
1. Percobaan Pertama
Kesetimbangan besi (III) – tiosianat
a. Fe(NO3)3 dan KSCN dalam bentuk ion
Fe(NO3)3(aq) + KSCN (aq)
Fe[SCN]2+ + 2 NO3- + KNO3(aq)
b. Pada tabung 1 dianggap terbentuk FeSCN2+
Dari reaksi Fe3+(aq) + SCNFeSCN2+(aq)
Jika :
 Tabung I standar
: oranye kecoklatan

 Tabung II + KSCN Pekat
: merah pekat
 Tabung III + Fe(NO3)3
: merah
 Tabung IV + Na2HPO4
:bening kekuningan
Persamaan reaksi pada tabung IV
Fe(NO3)3(aq) + Na2HPO4(aq)
FePO4(s) + HSCN(aq) + 2 Na+(aq)
2. Percobaan kedua
Kesetimbangan besi (III) – tiosianat yang semakin encer
a. Perbandingan tinggi tabung
Tst
 T1 =
T2
7,1
=
7,2
= 0, 986
Tst

 T2 =
T3
6,9
=
7,05
= 0,979
Tst
 T3 =
T4
5,9
=
7,1
= 0,831
Tst
 T4 =
T5
1,7
=
7,1


= 0,239
b. Menghitung konsentrasi FeSCN2+
[FeSCN2+] = T × konsentrasi standar
Data :
Konsentrasi Fe3+ = 0,2 M
Volume Fe3+
= 5 ml
Konsentrasi SCN- = 0,002 M
Volume SCN= 5 ml
3+
 n Fe
= M × V
= 0,2 M × 5 ml
= 1 mmol
 n SCN
= M × V
= 0,002 M × 5 ml
= 0,01 mmol
Fe3+(aq) + SCNMula-mula : 1 mmol
0,01

Reaksi
: 0,01 mmol 0,01mmol

FeSCN2+(aq)

Setimbang : 0,99 mmol

0,01 mmol

-

n
V
0,01mmol
=
10 ml
= 0,01 M
 [FeSCN2+]1 = T1
×
×
= 0,986
= 0,000986 M
 [FeSCN2+]2 = T2
×
×
= 0,979
= 0,000979 M
 [FeSCN2+]3 = T3
×
×
= 0,831
= 0,000831 M
 [FeSCN2+]
= T4
×
×
= 0,239
= 0,000239 M
c. Perhitungan konsentrasi Fe3+ mula-mula
 Pengenceran 1
M1.V1
= M2. V2
M 1.V 1
M2
=
V2
0,2 M .10 ml
=
25 ml
= 0,08 M
 Pengenceran 2
M2. V2
= M3. V3


[FeSCN2+]0

0,01 mmol

=

[FeSCN2+]0
0,001 M
[FeSCN2+]0
0,001 M
[FeSCN2+]0
0,001 M
[FeSCN2+]0
0,001 M

M3

M 2.V 2
V3
0,08 M .10 ml
=
25 ml
= 0,032 M
=

Pengenceran 3
M3. V3
= M4. V4
M 3 .V 3
M4
=
V4
0,032 M .10 ml
=
25 ml
= 0,0128 M
 Pengenceran 4
M4. V4
= M5. V5
M 4. V 4
M5
=
V5
0,0128 M .10 ml
=
25 ml
= 0,00512 M
d. Perhitungan konsentrasi Fe3+ setimbang
[Fe3+]
= [Fe3+] mula-mula – [FeSCN2+] setimbang
3+
 [Fe ] stb 1
= M2
−¿ [FeSCN2+]1
= 0,08 −¿ 0,000986
= 0,007014 M
 [Fe3+] stb 2
= M3
−¿ [FeSCN2+]2
= 0,032 – 0,000979
= 0,031021 M
3+
 [Fe ] stb 3
= M4
−¿ [FeSCN2+]2
= 0,0128 −¿ 0,000831
= 0,0011969 M
 [Fe3+] stb 4
= M5
−¿ [FeSCN2+]2
= 0,00512 −¿ 0,000239
= 0,004881 M
e. Perhitungan konsentrasi SCN- setimbang
[SCN-] mula-mula
= 0,002 M
[SCN ] mula-mula
= [SCN-] mula-mula – [FeSCN2+] setimbang
 [SCN ] stb1 = 0,002
[FeSCN2+] setimbang


= 0,002
0,000986
= 0,001014 M
 [SCN-] stb2 = 0,002
[FeSCN2+] setimbang

= 0,002
−¿
0,000979
= 0,001021 M
 [SCN-] stb3 = 0,002
[FeSCN2+] setimbang

−¿
= 0,002
0,000831
= 0,001169 M
 [SCN-] stb4 = 0,002
[FeSCN2+] setimbang

= 0,002
−¿
0,000239
= 0,001761 M
f. Ka
= [Fe3+][FeSCN2+][SCN-]




Ka1



Ka2



Ka3



Ka4

g. Kb



Kb1



Kb2



Kb3



Kb4

h. Kc



Kc1



Kc2



Kc3

= (0,007014)(0,000986)(0,001014)
×
= 78.998.513.256
10-18
-8
= 7,9 × 10
= (0,031021)(0,000979)(0,001021)
×
= 31.007.319.739
10-18
-8
= 3,1 × 10
= (0,011969)(0,000831)(0,001169)
×
= 11.627.153.391
10-18
= 1,2 × 10-8
= (0,004881)(0,000239)(0,001761)
×
= 2.054.310.399
10-18
-9
= 2,1 × 10
FeSCN 2+¿
¿
SCN −¿
=
¿
Fe 3+¿ ¿
¿
¿
(0,007014)(0,000986)
=
(0,001014)
× 10-6
= 76.832
× 10-2
= 7,6832
(0,031021)(0,000979)
=
(0,001021)
× 10-6
= 29.744
× 10-2
= 2,9744
(0,011969)(0,000831)
=
(0,001169 )
× 10-6
= 8.508
× 10-3
= 8, 508
(0,004881)(0,000239)
=
(0,001761)
× 10-6
= 662
× 10-3
= 6,62
FeSCN 2+¿
¿
SCN −¿
=
Fe 3+¿ ¿
¿
¿
¿
(0,000986)
=
(0,007014)(0,001014 )
= 12,65
(0,000979)
=
(0,031021)(0,001021)
= 30,91
(0,000831)
=
(0,011969)(0,001169)

= 59,39


Kc4

(0,000239)
(0,004881)(0,001761)
= 27,81
=

i. Tabel
No
[Fe3+]
1
0,079014
2
3
4

0,031021
0,011969
0,004881

[SCN-]
0,001014
0,001021
0,001169
0,001761

[FeSCN2+]
0,000986

7,9

0,000979

10-8
3,1

0,000831

10-8
1,2

0,000239

10-8
2,1

Ka

10-9

×

Kb
7,6832 ×

Kc
12,65

×

10-2
2,9744 ×

30,91

×

10-2
8,508 × 1

59,39

×

0-3
6,62

27,81

×

10-4

G. PEMBAHASAN.
Praktikum ini berjudul kesetimbangan kimia yang bertujuan untuk mempelajari reaksi
kesetimbangan kompleks besi III – tiosianat. Dalam praktikum ini dilakukan dua langkah
percobaan, yaitu keseetimbangan besi III - tiosianat dan keseetimbangan besi III –
tiosianat yang semakain encer. Kesetimbangan kimia adalah suatu proses yang terjadi
dalam larutan yang meliputi perubahan fisika seperti dalam peleburan, penguapan dan
perubahan kimia yang termasuk elektrokimia. Reaksi kimia yang sering digunakan dalam
pemeriksaan kimia, yaitu reaksi yang berlangsung bolak balik ( reversible) dan jalanya
reaksi berrgantung pada tekanan luar, seperti kadar zat yang berreaksi, suhu, tekanan, dan
sebagainya.
Sejumlah besar reaksi tidak dapat berrlangsung secara sempurna tetapi lebih cendrung
mendekati suatu keadaan atau posisi kessetimbangan. Bila laju reaksi maju dan reaksi
balik sama besaar dan konsentrasi reaktan dan produk tidak berrubah seiring berjalanya
waktu, maka tercapailah kesetimbangan kimia. Kesetimbangan kimia merupakan reaksi
reversible. Pada awal proses reversible, reaksi berlangsung maju kearah pembentukan
produk. Setelah beberapa molekul terbentuk, proses balik mulai berlangsung, yaitu
pembentukan mo;lekul reaktan dari molekul produk. Pada percobaan pertama yang
dilakukan, yaitu kesetimbangan besi III – tiosianat, dengan perrsaamaan reaksi.
Fe3+ (aq) + SCN-(aq)

FeSCN2+(aq)

Tanda panah rangkap (
) menunjukakan bahwa reaksi tersebut adalah
reaksi reversible (bolak balik). Jumlah produk ( FeSCN2+) memiliki jumlah yang sama
dengan reaktan (Fe2+ + SCN).
Menurut azas Le Chatelier yang mengatakan bahwa jika suatu tekanan eksternal
diberikan kepada suatu system yang setimbangan, sistem ini akan menyesuaikan diri
sedemikian ruoa untuk mengimbangi sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba
setimbang kembali. Kata tekanan (stress) disini berarti perrubahan konseentrasi, tekanan,
volume, atau suhu yang menggeseerr sistem dari keadaan setimbangnnya.
Asas di atas dapat diperjelas melalui persamaan reaksi berrikut :
FeSCN2+(aq)

Fe3+ (aq) + SCN-(aq)

Reaksi tersebut menunjukkan bahwa pada kesetimbangan, seemua reaktan dan produk
berada dalam sistem reaksi. Peningkatan knsentrasi produk (Fe3+ atau SCN -) akan
menggeser kesetimbangan kekiri (reaktan), dan penurunan konsentrasi produk (Fe3+ atau
SCN -) akan menggeser kesetimbangan kekanan (produk). Sedangkan jika konsentrasi
reaktan (FeSCN2+) yang diperbesar maka akan menggeser kesetimbangan kekanan
(produk), dan penurunan konsentrasi reaktan (FeSCN2+) maka akan menggeserr
kesetimbangan kekiri (reaktan).
Pengaruh tekanan pada kesetimbangan suatu reaksi kimia adalah jika tekanan
diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien yang paling
sedikit. Sedangkan jika tekanan diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeserr ke arah
jumlah koefisien yang paling banyak. Jika jumlah koefisien pada reaktan dan produk
sama maka tiadak akan mengalami pergeseran keseetimbangan walaupun terjadi
penambahan atau pengurangan tekanan. Untuk angka koefisien dari zat murni padat (S)
dan cairan murni (L) tidak mempengaruhi kesetimbangan.
Pengaruh pengubahan volume pada kesetimbangan suatu reaksi kimia adalah jika
volume diperbesar (pengenceran), maka kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah
koefisien yang paling banyak. Sedangkan jika volume diperkecil, maka kesetimbangan
akan berrgeser ke arah jumlah koefisien yang paling sedikit. Volume memiliki kesamaan
dengan tekanan yaitu jika memiliki jumlah koefisien yang sama pada reaktan dan produk
maka tidak terjadi perrgeserran kesetimbangan.
Jadi, tekanan dan volume berbanding terbalik. Semakin besar tekanan, maka semakin
kecil volumenya. Sedangkan semakin kecil tekanan , maka semakin besar volumenya.
Tetapi untuk konsentrasi (pada gas) volume berbanding lurus dengan tekanan.
Pengaruh pengubahan suhu reaksi kimia dapat berlangsung endotermik (mengambil
panas dari lingkungan) atau eksotermik (melepaskan panas). Kesetimbangan dalam reaksi
endoterrmik bergeser dari kiri (reaktan) ke kanan (produk), sedangkan reaksi eksotermik
bergeserr dari kanan (produk) ke kiri ( reaktan). Dengan cara yang sama, kita dapat
menggambarkan pergeseran berdasarkan pengaruh suhu pada tetapan kesetimbangan.

Tetapan kesetimbangan untuk reaksi endotermik naik dengan naiknya suhu, sedangkan
untuk reaksi eksotermik turun dengan naiknya suhu.
Selaian perubahan konsentrasi, tekanan, volume, atau suhu yang dapat menggeser
kesetimbangan, ada juga katalis. Katalis meningkatkan laju terjadinya reaksi. Untuk
reaksi reversible, katalis mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik.
Jadi, keberadaan katalis tidak mengubah konstanta kesetimbangan, dan tidak menggeser
posisi sistem kesetimbangan.
Ka, Kb, dan Kc merupakan sebuah konstanta pada kesetimbangan. Bedanya adalah
Ka merupakan konstanta asam, Kb adalah konstanta basa, dan Kc adalah konstanta
kesetimbangan. Ka dicari cara mengalikan konsentrasi reaktan dengan konsentrasi
produk. Kb di cari dengan cara mengalikan salah satu reaktan dengan produknya
kemudian dibagi dengan reaktan lainnya. Dan untuk Kc, dihitung denganh cara
konsentrasi produk dibagi dengan hasil kali reaktan. Berikut adalah persamaan reaksi
kimianya :
Fe3+ (aq) + SCN-(aq)

FeSCN2+(aq)

Persamaan Ka
Ka = [Fe3+][ FeSCN2+][ SCN-]
Persamaan Kb

Kb =

Fe 3+¿
¿
FeSCN 2+¿
¿
SCN −¿
¿
¿
¿

Persamaan Kc

Kc =

FeSCN 2+¿
¿
Fe 3+¿
¿
SCN −¿
¿
¿
¿

Pada praktikum ini, yang dibahas adalah tentang kesetimbangan kimia. Terdapat dua
macam percobaan, yaitu percobaan pertama adalah kesetimbangan besi III – tiosianat.

Pada percobaan pertama terdapat empat buah tabung reaksi yang sudah diisi dengan
campuran 10 Ml larutan KSCN 0,002 M dan dua tetes Fe (NO3)3 0,2 M. Setiap tabung
mendapat perlakuan yang berbeda-beda yang bertujuan untuk melihat kesetimbangan
sistem. Tabung pertama yang digunakan sebagai standar mempunyai warna oranye
kecoklatan. Pada tabung ke dua, diberikan satu tetes KSCN pekat dan terjadi perubahan
warna pada larutan, yaitu dari larutan berwarna oranye kecoklatan (tabung standar)
menjadi larutan berwarna merah pekat. Hal ini diakibatkan karena adanya penambahan
konsentrasi SCN-, sehingga ion-ion Fe3+ juga mengikat dan bereaksi dengan ion SCN-,
sehingga kesetimbangannya bergeser ke arah kiri. Persamaan reaksinya adalah :
FeSCN2+(aq)

Fe3+ (aq) + SCN-(aq)

Oleh sebab itu, warna larutan menjadi lebih tua. Pada tabung ke tiga, ditambahkan 3
tetes Fe (NO3)3, 0,2 M menyebabkan warna berubah menjadi merah (lebih muda dari
tabung II). Berbeda dengan tabung ke dua, jumlah ion-ion Fe 3+ berkurang sehingga
menggeser kesetimbangan dari kiri ke kanan. Sedangkan untuk tabung ke empat yang
ditambahlan beberapa butir Na2HPO4 menyebabkan warna larutan menjadi bening
kekuningn. Hal ini disebabkan karena jumlah ion Fe3+ semakin berkurang, sehingga
kesetimbangan berrgeserr ke kanan.
Pada percobaan ke dua, yaitu kesetimbangan besi III – tiosianat yang semakin encer,
terrdapat lima buah tabung reaksi yang masing-masing berisi larutan 5 Ml KSCN 0.002
M. Pada tabung pertama digunakan sebagai standar, ditambahkan 5 Ml Fe (NO 3)3, 0,2 M.
Terjadi perrubahan warna, yaitu menjadi berwarna merah pekat. Sedangkan pada tabung
ke dua smpai ke lima, ditambahkan masing-masing 5 Ml campuran larutan Fe (NO 3)3, 0,2
M yang bercampur dengan aquades. Terjadi proses pengenceran Fe (NO 3)3, 0,2 M yang
semakin lama larutan terrsebut menjadi encer. Dengan semakin encernya larutan ini
sehingga mengakibatkan memudarnya warna larutan pada setiap tabung, dan
konsentrasinyapun berkurang. Begitu pula dengan aquades yang ditambahkan secara
bertahap dan terus menerus menyebabakan konsentrasi Fe (NO 3)3, 0,2 M berkurang. Oleh
karena itu, ion-ion Fe (NO3)3, semakin berkurang. Pada saat melihat persamaan warna
pada setiap larutan, digunakan bantuan cahaya matahari. Hal ini dilakukan dengan cara
memiringkan tabung reaksi. Dengan cara ini perrbedaan warana pada setiap larutan
terlihat. Untuk membuat intensitas waarna pada seetiap tabung saama, maka larutan pda
tabung standar konsentrasinya dikurangi setetes demi setetes. Pengurangan konsentrasi
pada tabung standar, menyebabkan warnanya semakin memudar. Pada saat menyamakan
warna larutan dari tabung dua sampai lima, selisih volume yang dikurangi kemudian
diukur tinggi larutan masing-masing tabung reaksi.
H. KESIMPULAN
Percobaan kesetimbangan besi III-tiosianat memiliki kesimpulan bahwa perbedaan
warna pada setiap tabung reaksi disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi dan
volume. Jika konsentrasi diperbesar (volume diperkecil) maka warna pada larutan akan
semakin pekat. Sedangkan jika konsentrasi diperkecil (volume diperbesar) maka warna
pada larutan akan semakin memudar karena adanya pengenceran.