Fostering Pada Ungulata Babi docx
II.
PEMBAHASAN
A. Strategi Meningkatkan Kemampuan Hidup Anak Setelah Lahir pada
Ternak Mamalia (Babi) dengan Menerapkan Teknik Fostering
Dalam pembentukan kontak antara induk dan anak dimulai dari har
pertama perlekatan sel telur yang dibuahi pada uterus dan berlanjut sampai
penyapihan. Selama masa kebuntingan, induk memberikan makanan kepada fetus
melalui saluran darah plasenta dan kemudian setelah lahir menyusui anak –
anaknya.
Pada babi, induk yang akan melahirkan anak cenderung untuk
meninggalkan
kelompoknya
sebelum
melahirkan.
Penarikan
diri
dari
kelompoknya menolong pembentukan ikatan yang kuat antara induk – anak yang
kemudian menyebabkan anak mempunya hak penuh terhadap persediaan air susu
induk yang terbatas.
Tingkat pemisahan diri dari kelompoknya akan tergantung kepada breed
dan keadaan lingkungan. Sebagai contoh, diantara ternak babi, pemisahan diri dari
kelompok pada babi merino kurang kentara dibandingkan dengan breed babi
lainnya. Pemisahan diri lebih mudah terjadi pada ternak yang digembalakan di
padang rumput yang luas dengan teras yang patah – patah yang memberikan
beragam sudut dibandingkan dengan segi empat kecil, padang penggembalaan
yang rata dengan jumlah ternak yang banyak, serta kelahiran yang diserentakkan
sehingga beberapa anak lahir pada saat yang bersamaan.
Untuk ternak ruminansia yang dilepaskan di padang rumput, tempat
melahirkan biasanya tetap di tempat amnion jatuh pertama kali. Di Indonesia,
kebanyakan ternak dipelihara dalam kandang secara terus menerus, sehingga
pemisahan diri tidak mungkin dilakukan, kecuali induk yang melahirkan ditaruh
sendirian di dalam satu kandang terpisah.
Terjadi hubungan timbal balik yang intensif antara induk–anak. Induk
hewan babi menjilati membran dan cairan plasenta anak yang baru lahir.
Sedangkan anak itu sendiri berusaha untuk berdiri dan mencari putting susu induk
untuk mendapatkan kolostrum yang sangat penting bagi pertumbuhannya. Induk
tidak membutuhkan waktu cukup lama untuk mengenali anaknya, tetapi anaknya
memerlukan beberapa hari untuk mengenal induknya dan jika lapar akan
mendekati siapa saja dan bahkan bukan induknya sendiri untuk menyusui selama
berminggu-minggu. Hal yang sangat kritis bagi anak adalah belajar menyusu
untuk dapat minum kolostrum, dan kemudian susu biasa dari induknya.
B. Budidaya Babi yang Efektif dalam Mengatasi Mortalitas Anak yang
Tinggi dengan Menerapkan Teknik Fostering sebagai Altematif
Membudidayakan babi telah menjadi bagian dari peternakan dasar yang
telah dilakukan sekian lama. Seiring waktu hal bisa berubah sehingga alasan asli
yang jauh dari praktik saat ini. Pada beberapa peternakan yang terlalu banyak
mempunyai babi sedang bergerak terlalu sering dan di peternakan lain pembinaan
semakin dalam efektifitas yang dilakukan dengan cara pengendalian penyakit
yang efektif pula.
Induk babi biasanya melahirkan anaknya pada sarang yang telah
dibangunnya (bila materi tersedia). Kemampuan regulasi dan pertahanan suhu
tubuh anak babi kurang berkembang dibanding ternak ungulata sehingga
memerlukan sarang untuk membantu mempertahankan suhu tubuh. Mekanisme
bersarang dapat meningkatkan resiko kematian anak akibat tertndih induknya di
sarang sebesar 20%.
Terdapat beberapa kasus induk kanibal yang memakan anaknya. Jalinan
induk–anak pada babi tidak sebaik ungulata, sehingga memungkinkan
pemeliharaan anak oleh induk lain (fostering) pada induk babi yang melahirkan
bersamaan tetapi terpisah apabila pengaturan jumlah anak dilakukan sebelum anak
berumur 1 minggu dan sebelum susunan anak pada putting terbentuk.
Induk babi tidak menjilati atau membersihkan anaknya. Secara alami
setelah “terengah–engah” karena belum bernafas beberapa saat setelah lahir, anak
babi kemudian akan terbatuk, bernapas dalam dan baru kemudian dapat bernafas
dengan normal. Terdapat persaingan yang sangat ketat antar anak untuk
mendapatkan putting susu terdepan yang memiliki produksi susu terbesar hingga
terbentuk susunan anak pada putting susu secara permanen.
Tatalaksana yang paling kritis adalah pada waktu induk akan beranak.
Pada waktu beranak, induk dapat berbaring, membentangkan tubuh, dan
menendang kebelakang dengan kaki ke atas atau dapat berguling-guling ke sisi
lain. Setiap bergerak, cairan dipaksa keluar dari alat kelamin, hingga fetus keluar
dengan usaha induk mengeluarkannya perlu diperhatikan. Induk gemetar dan
menekan dadanya pada selang waktu tertentu.
Seekor induk atau babi dara biasanya beranak dengan merebahkan diri
pada suatu sisi dan meletakkan bagian punggungnya pada dinding atau bagian lain
yang mendukung atau menopanng. Tetapi dalam keadaan terisolasi, induk dapat
melahirkan sebagian anaknya paa keadaan terbaring dengan perut dibagian
bawah, bahkan dapat juga elahirkan dengan posisi kaki ke atas satu.
Biasanya anak babi dilahirkan dengan jarak waktu kurang dari satu menit
hingga 20 menit. Bantuan harus diberikan apabila terjadi suatu penundaan atau
ketika terjadi ketegangan tanpa seekorpun anak babi dilahirkan. Induk yang
sedikit terlambat beranak harus disuntik dengan 2 ml ekstrak pituitary pada bagian
paha. Apabila penundaan kelahiran disebabkan kekurangan hormonal, maka perlu
diinjeksi untuk mempengaruhi ternak dengan oxytocin atau jenis obat lain dengan
aktivitas oksitoksik. Bahan ini hanya merangsang kontraksi otot licin dari dinding
uterus dan kemudian mempercepat pengeluaran fetus.
C. Seleksi Genetik untuk Tingkah Laku Keindukan dari Babi
Seleksi genetik terhadap regulasi endokrine dan penginderaan tingkah laku
keindukan pada ungulata (babi), dapat dilihat dari beberapa peranan hormon yang
kemudian dijadikan acuan dalam seleksi, yaitu :
1.
Peranan Hormon terhadap Permulaan Tingkah Laku Keindukan
Stimulasi hormon sintetik estrogen dan progesteron dapat merangsang
laktasi pada babi betina bahkan pada kondisi tidak bunting, namun hasil yang
diperoleh stimulasi dengan menggunakan estrogen menghaslkan stimulasi tingkah
laku keindukan yang lebih baik. Pada kondisi konsentrasi estrogen sedikit dan
progesteron yang tinggi dapat mengakibatkan tdak munculnya tingka laku
keindukan dari babi betina tersebut.
2.
Pengaruh Hormon terhadap Lamanya Periode Sensitif
Perlakuan untuk mengidentifikasi jalinan induk–anak untuk mengetahui
periode kritis ikatan menunjukkan bahwa hanya sesudah 4 jam pemisahan pada
saat lahir 50% dari induk menerima anaknya sendiri. Hal ini menngkat menjadi +
75% bila pemisahan terjadi 12 atau 24 jam sesudah lahir, sedangkan pemisahan
selama 24 jam pada waktu 2 sampai 4 hari setelah kelahiran beresiko jauh lebih
kecil, hanya 1 dari 10 ekor yang ditolak untuk sementara. Periode sensitif/kritis ini
berada di bawah kontrol hormon estrogen dan bukan prolaktin.
3.
Pengaruh Karakteristik Anak yang Baru Lahir
Penurunan respon sifat keindukan dalam hubungannya dengan waktu lahir
paling tidak sebagian diduga disebabkan karena penurunan daya tarik anak babi
itu sendiri.
4.
Pengaruh Indera Bau
Bau sangat penting peranannya dalam penerimaan induk untuk menyusui
anaknya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mekanisme menyusui anak
terganggu akibat penghilangan bau, pecucian anak atau dengan mencampurkan
bau yang berbeda meskipun dari induknya. Pada mulanya hormon merangsang
sifat keindukan dan sifat keindukan ini sangat dibantu oleh pengalaman
sebelumnya dari induk–induk tersebut.
Selanjutnya anak babi mulai mempengaruhi tingkah laku keindukan dan
informasi melalui penginderaan anak yang baru lahir menjadi sangat penting.
Setelah akhir periode sensitif, tingkah laku keindukan berubah dari dipengaruhi
hormon menjadi dipengaruhi kontrol syaraf yang tidak tergantung dari kontrol
hormon. Hal ini juga berlaku pada kambing dan sapi. Pengenalan induk anak
mencakup dua proses yaitu pengenalan induk terhadap anak dan anak terhadap
induk. Kedua proses ini melibatkan isyarat penciuman, pendengaran dan
penglihatan. Peranan indera lebih lanjut dikaji pada sub kajian peranan indera
terhadap proses pengenalan induk–anak.
5.
Pengaruh Pelebaran Vagina
Stimulasi vagina dapat dipergunakan sebagai stimulasi penerimaan anak
yang dipelihara oleh induk lain.
III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Beberapa induk terutama babi yang baru beranak pertama kali cenderung
memakan anaknya (kanibalisme) selama atau segera setelah beranak.
Apabila diganggu dengan anak babi yang sedang menjerit atau diganggu
dengan suara lain, induk babi segera menyentak anak babi yang baru lahir;
pada kondisi demikian anak babi harus dijauhkan dari induk dan
dikembalikan ke induk hanya setelah induk mengembangkan naluri
keibuannya. Apabila induk tidak tenang dan tetap jahat, dapat disuntik
dengan obat penenang. Setiap induk yang tetap bersifat ganas terhadap
anak-anaknya pada setiap kali melahirkan, induk tersebut harus diafkir.
2. Membudidayakan babi telah menjadi bagian dari peternakan dasar yang
telah dilakukan sekian lama. Seiring waktu hal bisa berubah sehingga
alasan asli yang jauh dari praktik saat ini. Pada beberapa peternakan yang
terlalu banyak mempunyai babi sedang bergerak terlalu sering dan di
peternakan lain pembinaan semakin dalam efektifitas yang dilakukan
dengan cara pengendalian penyakit yang efektif pula. Mekanisme
bersarang dapat meningkatkan resiko kematian anak akibat tertndih
induknya di sarang sebesar 20%. Terdapat beberapa kasus induk kanibal
yang memakan anaknya. Jalinan induk–anak pada babi tidak sebaik
ungulata, sehingga memungkinkan pemeliharaan anak oleh induk lain
(fostering) pada induk babi yang melahirkan bersamaan tetapi terpisah
apabila pengaturan jumlah anak dilakukan sebelum anak berumur 1
minggu dan sebelum susunan anak pada putting terbentuk.
3. Seleksi genetik terhadap regulasi endokrine dan penginderaan tingkah laku
keindukan pada ungulata (babi), dapat dilihat dari peranan hormon yang
kemudian dijadikan acuan dalam seleksi.
B. Saran
Salah satu saran yang dapat dikemukan oleh penulis, yaitu meskipun
ternak babi secara alami merupakan ternak yang ramai dan gaduh terutama pada
waktu mau makan, seekor induk memerlukan lingkungan yang tenang pada waktu
beranak. Pengaruh kebisingan cenderung menyebabkan perpanjangan waktu atau
lam melahirkan atau reaksi akan beranak. Dengan demikian, disarankan supaya
tidak mengganggu induk pada saat beranak kecuali terjadi kesulitan dalam
melahirkan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Dayanti,
M. 2013. Tingkah laku Hewan induk-Anak, (online),
(http://maulidayanti1.blogspot.com/2013/05/tingkah-laku-hewan-indukanak.html. Diakses pada hari Sabtu tanggal 14 desember 2103).
Wipra,
V.D.
2010.
Tingkah
Laku
dan
Fostering,
(archive),
(http://vdwipra.blogspot.com/2010_11_01_archive.html. Diakses pada
hari Sabtu tanggal 14 desember 2103).
PEMBAHASAN
A. Strategi Meningkatkan Kemampuan Hidup Anak Setelah Lahir pada
Ternak Mamalia (Babi) dengan Menerapkan Teknik Fostering
Dalam pembentukan kontak antara induk dan anak dimulai dari har
pertama perlekatan sel telur yang dibuahi pada uterus dan berlanjut sampai
penyapihan. Selama masa kebuntingan, induk memberikan makanan kepada fetus
melalui saluran darah plasenta dan kemudian setelah lahir menyusui anak –
anaknya.
Pada babi, induk yang akan melahirkan anak cenderung untuk
meninggalkan
kelompoknya
sebelum
melahirkan.
Penarikan
diri
dari
kelompoknya menolong pembentukan ikatan yang kuat antara induk – anak yang
kemudian menyebabkan anak mempunya hak penuh terhadap persediaan air susu
induk yang terbatas.
Tingkat pemisahan diri dari kelompoknya akan tergantung kepada breed
dan keadaan lingkungan. Sebagai contoh, diantara ternak babi, pemisahan diri dari
kelompok pada babi merino kurang kentara dibandingkan dengan breed babi
lainnya. Pemisahan diri lebih mudah terjadi pada ternak yang digembalakan di
padang rumput yang luas dengan teras yang patah – patah yang memberikan
beragam sudut dibandingkan dengan segi empat kecil, padang penggembalaan
yang rata dengan jumlah ternak yang banyak, serta kelahiran yang diserentakkan
sehingga beberapa anak lahir pada saat yang bersamaan.
Untuk ternak ruminansia yang dilepaskan di padang rumput, tempat
melahirkan biasanya tetap di tempat amnion jatuh pertama kali. Di Indonesia,
kebanyakan ternak dipelihara dalam kandang secara terus menerus, sehingga
pemisahan diri tidak mungkin dilakukan, kecuali induk yang melahirkan ditaruh
sendirian di dalam satu kandang terpisah.
Terjadi hubungan timbal balik yang intensif antara induk–anak. Induk
hewan babi menjilati membran dan cairan plasenta anak yang baru lahir.
Sedangkan anak itu sendiri berusaha untuk berdiri dan mencari putting susu induk
untuk mendapatkan kolostrum yang sangat penting bagi pertumbuhannya. Induk
tidak membutuhkan waktu cukup lama untuk mengenali anaknya, tetapi anaknya
memerlukan beberapa hari untuk mengenal induknya dan jika lapar akan
mendekati siapa saja dan bahkan bukan induknya sendiri untuk menyusui selama
berminggu-minggu. Hal yang sangat kritis bagi anak adalah belajar menyusu
untuk dapat minum kolostrum, dan kemudian susu biasa dari induknya.
B. Budidaya Babi yang Efektif dalam Mengatasi Mortalitas Anak yang
Tinggi dengan Menerapkan Teknik Fostering sebagai Altematif
Membudidayakan babi telah menjadi bagian dari peternakan dasar yang
telah dilakukan sekian lama. Seiring waktu hal bisa berubah sehingga alasan asli
yang jauh dari praktik saat ini. Pada beberapa peternakan yang terlalu banyak
mempunyai babi sedang bergerak terlalu sering dan di peternakan lain pembinaan
semakin dalam efektifitas yang dilakukan dengan cara pengendalian penyakit
yang efektif pula.
Induk babi biasanya melahirkan anaknya pada sarang yang telah
dibangunnya (bila materi tersedia). Kemampuan regulasi dan pertahanan suhu
tubuh anak babi kurang berkembang dibanding ternak ungulata sehingga
memerlukan sarang untuk membantu mempertahankan suhu tubuh. Mekanisme
bersarang dapat meningkatkan resiko kematian anak akibat tertndih induknya di
sarang sebesar 20%.
Terdapat beberapa kasus induk kanibal yang memakan anaknya. Jalinan
induk–anak pada babi tidak sebaik ungulata, sehingga memungkinkan
pemeliharaan anak oleh induk lain (fostering) pada induk babi yang melahirkan
bersamaan tetapi terpisah apabila pengaturan jumlah anak dilakukan sebelum anak
berumur 1 minggu dan sebelum susunan anak pada putting terbentuk.
Induk babi tidak menjilati atau membersihkan anaknya. Secara alami
setelah “terengah–engah” karena belum bernafas beberapa saat setelah lahir, anak
babi kemudian akan terbatuk, bernapas dalam dan baru kemudian dapat bernafas
dengan normal. Terdapat persaingan yang sangat ketat antar anak untuk
mendapatkan putting susu terdepan yang memiliki produksi susu terbesar hingga
terbentuk susunan anak pada putting susu secara permanen.
Tatalaksana yang paling kritis adalah pada waktu induk akan beranak.
Pada waktu beranak, induk dapat berbaring, membentangkan tubuh, dan
menendang kebelakang dengan kaki ke atas atau dapat berguling-guling ke sisi
lain. Setiap bergerak, cairan dipaksa keluar dari alat kelamin, hingga fetus keluar
dengan usaha induk mengeluarkannya perlu diperhatikan. Induk gemetar dan
menekan dadanya pada selang waktu tertentu.
Seekor induk atau babi dara biasanya beranak dengan merebahkan diri
pada suatu sisi dan meletakkan bagian punggungnya pada dinding atau bagian lain
yang mendukung atau menopanng. Tetapi dalam keadaan terisolasi, induk dapat
melahirkan sebagian anaknya paa keadaan terbaring dengan perut dibagian
bawah, bahkan dapat juga elahirkan dengan posisi kaki ke atas satu.
Biasanya anak babi dilahirkan dengan jarak waktu kurang dari satu menit
hingga 20 menit. Bantuan harus diberikan apabila terjadi suatu penundaan atau
ketika terjadi ketegangan tanpa seekorpun anak babi dilahirkan. Induk yang
sedikit terlambat beranak harus disuntik dengan 2 ml ekstrak pituitary pada bagian
paha. Apabila penundaan kelahiran disebabkan kekurangan hormonal, maka perlu
diinjeksi untuk mempengaruhi ternak dengan oxytocin atau jenis obat lain dengan
aktivitas oksitoksik. Bahan ini hanya merangsang kontraksi otot licin dari dinding
uterus dan kemudian mempercepat pengeluaran fetus.
C. Seleksi Genetik untuk Tingkah Laku Keindukan dari Babi
Seleksi genetik terhadap regulasi endokrine dan penginderaan tingkah laku
keindukan pada ungulata (babi), dapat dilihat dari beberapa peranan hormon yang
kemudian dijadikan acuan dalam seleksi, yaitu :
1.
Peranan Hormon terhadap Permulaan Tingkah Laku Keindukan
Stimulasi hormon sintetik estrogen dan progesteron dapat merangsang
laktasi pada babi betina bahkan pada kondisi tidak bunting, namun hasil yang
diperoleh stimulasi dengan menggunakan estrogen menghaslkan stimulasi tingkah
laku keindukan yang lebih baik. Pada kondisi konsentrasi estrogen sedikit dan
progesteron yang tinggi dapat mengakibatkan tdak munculnya tingka laku
keindukan dari babi betina tersebut.
2.
Pengaruh Hormon terhadap Lamanya Periode Sensitif
Perlakuan untuk mengidentifikasi jalinan induk–anak untuk mengetahui
periode kritis ikatan menunjukkan bahwa hanya sesudah 4 jam pemisahan pada
saat lahir 50% dari induk menerima anaknya sendiri. Hal ini menngkat menjadi +
75% bila pemisahan terjadi 12 atau 24 jam sesudah lahir, sedangkan pemisahan
selama 24 jam pada waktu 2 sampai 4 hari setelah kelahiran beresiko jauh lebih
kecil, hanya 1 dari 10 ekor yang ditolak untuk sementara. Periode sensitif/kritis ini
berada di bawah kontrol hormon estrogen dan bukan prolaktin.
3.
Pengaruh Karakteristik Anak yang Baru Lahir
Penurunan respon sifat keindukan dalam hubungannya dengan waktu lahir
paling tidak sebagian diduga disebabkan karena penurunan daya tarik anak babi
itu sendiri.
4.
Pengaruh Indera Bau
Bau sangat penting peranannya dalam penerimaan induk untuk menyusui
anaknya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mekanisme menyusui anak
terganggu akibat penghilangan bau, pecucian anak atau dengan mencampurkan
bau yang berbeda meskipun dari induknya. Pada mulanya hormon merangsang
sifat keindukan dan sifat keindukan ini sangat dibantu oleh pengalaman
sebelumnya dari induk–induk tersebut.
Selanjutnya anak babi mulai mempengaruhi tingkah laku keindukan dan
informasi melalui penginderaan anak yang baru lahir menjadi sangat penting.
Setelah akhir periode sensitif, tingkah laku keindukan berubah dari dipengaruhi
hormon menjadi dipengaruhi kontrol syaraf yang tidak tergantung dari kontrol
hormon. Hal ini juga berlaku pada kambing dan sapi. Pengenalan induk anak
mencakup dua proses yaitu pengenalan induk terhadap anak dan anak terhadap
induk. Kedua proses ini melibatkan isyarat penciuman, pendengaran dan
penglihatan. Peranan indera lebih lanjut dikaji pada sub kajian peranan indera
terhadap proses pengenalan induk–anak.
5.
Pengaruh Pelebaran Vagina
Stimulasi vagina dapat dipergunakan sebagai stimulasi penerimaan anak
yang dipelihara oleh induk lain.
III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Beberapa induk terutama babi yang baru beranak pertama kali cenderung
memakan anaknya (kanibalisme) selama atau segera setelah beranak.
Apabila diganggu dengan anak babi yang sedang menjerit atau diganggu
dengan suara lain, induk babi segera menyentak anak babi yang baru lahir;
pada kondisi demikian anak babi harus dijauhkan dari induk dan
dikembalikan ke induk hanya setelah induk mengembangkan naluri
keibuannya. Apabila induk tidak tenang dan tetap jahat, dapat disuntik
dengan obat penenang. Setiap induk yang tetap bersifat ganas terhadap
anak-anaknya pada setiap kali melahirkan, induk tersebut harus diafkir.
2. Membudidayakan babi telah menjadi bagian dari peternakan dasar yang
telah dilakukan sekian lama. Seiring waktu hal bisa berubah sehingga
alasan asli yang jauh dari praktik saat ini. Pada beberapa peternakan yang
terlalu banyak mempunyai babi sedang bergerak terlalu sering dan di
peternakan lain pembinaan semakin dalam efektifitas yang dilakukan
dengan cara pengendalian penyakit yang efektif pula. Mekanisme
bersarang dapat meningkatkan resiko kematian anak akibat tertndih
induknya di sarang sebesar 20%. Terdapat beberapa kasus induk kanibal
yang memakan anaknya. Jalinan induk–anak pada babi tidak sebaik
ungulata, sehingga memungkinkan pemeliharaan anak oleh induk lain
(fostering) pada induk babi yang melahirkan bersamaan tetapi terpisah
apabila pengaturan jumlah anak dilakukan sebelum anak berumur 1
minggu dan sebelum susunan anak pada putting terbentuk.
3. Seleksi genetik terhadap regulasi endokrine dan penginderaan tingkah laku
keindukan pada ungulata (babi), dapat dilihat dari peranan hormon yang
kemudian dijadikan acuan dalam seleksi.
B. Saran
Salah satu saran yang dapat dikemukan oleh penulis, yaitu meskipun
ternak babi secara alami merupakan ternak yang ramai dan gaduh terutama pada
waktu mau makan, seekor induk memerlukan lingkungan yang tenang pada waktu
beranak. Pengaruh kebisingan cenderung menyebabkan perpanjangan waktu atau
lam melahirkan atau reaksi akan beranak. Dengan demikian, disarankan supaya
tidak mengganggu induk pada saat beranak kecuali terjadi kesulitan dalam
melahirkan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Dayanti,
M. 2013. Tingkah laku Hewan induk-Anak, (online),
(http://maulidayanti1.blogspot.com/2013/05/tingkah-laku-hewan-indukanak.html. Diakses pada hari Sabtu tanggal 14 desember 2103).
Wipra,
V.D.
2010.
Tingkah
Laku
dan
Fostering,
(archive),
(http://vdwipra.blogspot.com/2010_11_01_archive.html. Diakses pada
hari Sabtu tanggal 14 desember 2103).