proposal penelitian gambaran radiasi kom

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang
dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya
penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi
menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau
bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan
sistem kerja. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada
Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber
bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja tersebut. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan
kerusakan dan kerugian kepada : 1) manusia yang bersifat langsung maupun tidak
langsung terhadap pekerjaan, 2) properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin,
3) lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan,
4) kualitas produk barang dan jasa, 5) nama baik Prinsip – prinsip kesehatan dan
keselamatan kerja (k3) Dalam dunia industri atau perkantoran, pendidikan yang
menggunakan komputer dalam jumlah yang banyak, kesehatan dan keselamatan

kerja tentu menjadi faktor yang sangat penting. Para pengguna komputer pribadi

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

1

pun perlu menerapkan prinsip menjaga kesehatan dan keselamatan kerja menurut
petunjuk yang sudah ada. Seorang yang sehari-hari menggunakan komputer baik
untuk pekerjaan, pendidikan, ataupun hobi tetap harus memperhatikan prinsipprinsip kesehatan agar terhindar dari berbagai gangguan kesehatan. Dalam dunia
usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam mencegah kerugian
dengan cara mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas
kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di
tempat kerja (yaitu hazard yang bersumber dari lingkungan kerja, kondisi
pekerjaan, pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja), juga berkontribusi
dalam membentuk perilaku hidup sehat dan perilaku kerja yang kondusif bagi
keselamatan dan kesehatannya (Kurniawidjaja, 2008).
Tenaga kerja yang bekerja dalam suatu perusahaan perlu mendapatkan
perlindungan, yang meliputi perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan
moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia seutuhnya

(Haniatun, 2005). Manusia sebagai sumber daya utama dalam dunia usaha
memiliki peranan penting. Administrasi berkaitan erat dengan peran manusia
sebagai sumber daya utama dalam suatu organisasi atau perusahaan. Administrasi
adalah ilmu atau seni yang mempelajari kerja sama sekelompok orang dalam
suatu organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Dalam melaksanakan pekerjaan
administrasi tidak sama dengan melaksanakan fungsi tata usaha. Melaksanakan
pekerjaan administrasi sama dengan melaksanakan semua fungsi administrasi
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan fungsi
pengawasan. (Muninjaya, 2004).

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

2

Penggunaan komputer di seluruh dunia mengalami peningkatan dari waktu
ke waktu. Pemakaian komputer biasanya menghabiskan waktu berjam-jam,
terutama bagi pekerja yang menggunakan komputer sebagai alat bantu kerja
utama. Berdasarkan suatu survei di Amerika Serikat, rata-rata waktu kerja yang
digunakan untuk bekerja dengan komputer adalah 5,8 jam atau 69% dari total 8

jam kerja (Wasisto, 2005). Kemajuan dunia komputer berdampak positif bagi
manusia. Tetapi kadang dampak negatif penggunaan komputer sering tidak
diperhatikan oleh pekerja. Salah satu hal yang paling mudah diamati adalah
dampak komputer bagi kesehatan individu pemakainya. Secara luas, memang
dikenal beberapa gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pemakaian
komputer, antara lain Repetitive Stress/Strain Injury (RSI), Computer Vision
Sindrome (CVS), dan Medan Elektromagnetik. Computer Vision Sindrome (CVS)
sendiri merupakan kelelahan mata yang dapat mengakibatkan sakit kepala,
penglihatan seolah ganda, penglihatan silau terhadap cahaya di waktu malam, dan
berbagai masalah penglihatan lainnya (Yanuar, 2009).
CVS tentunya dapat mengurangi produktivitas dan efisiensi pekerja.
(Adriono, 2009). American Optometric Association dan Federal Occupational
Safety and Health Administration meyakini bahwa CVS di masa mendatang akan
menjadi permasalahan yang mengkhawatirkan. Menurut Pascarelli (2004),
dikatakan bahwa 60 juta orang menderita masalah mata dan yang jumlahnya
meningkat 1 juta per tahun. Sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh mata pada
saat menggunakan komputer. Sehingga sebagian CVS terjadi karena gambar di
layar komputer terus-menerus kembali diproyeksikan pada frekuensi cepat

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata

Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

3

(refresh rate). Dalam dunia nyata, mata selalu digunakan untuk melihat semua
bentuk tiga dimensi. Dalam sistem komputer yang menggunakan layar dua
dimensi, mata kita “dipaksa’ untuk dapat mengerti bahwa objek pada layar
tampilan yang sesungguhnya berupa objek dua dimensi harus dipahami sebagai
objek tiga dimensi dengan teknik-teknik tertentu (Santoso, 2009).
Jarak antara mata dan monitor komputer yang terlalu dekat sering
mengakibatkan munculnya beragam penyakit mata.

Sebuah penelitian survei

yang dilakukan oleh American Optometric Association (AOA) pada tahun 2004
menyebutkan bahwa tak jarang pekerja kantor mengalami kelelahan mata
akibatnterlalu lama di depan komputer dan gelombang elektromagnetik yang
dihasilkan monitor komputer menyebabkan radiasi dan bisa mengganggu
kesehatan mata. Radiasi komputer dapat menyebabkan kelelahan mata dan
gangguan mata lainnya, dan masalah visual lainya yang timbul adalah soal

gangguan sakit kepala dan sakit leher atau bahu. Selain itu, disebutkan pula bahwa
pengguna komputer ternyata lebih jarang mengedipkan mata. Padahal kedipan
mata sangat penting untuk mengurangi risiko mata kering. Semakin lama mata
terbuka, semakin tinggi kemungkinan kornea mata mengalami dehidrasi, merasa
panas dan sakit, atau seperti ada pasir di kelopak mata hingga terasa berat
(Kangarul, 2009).
Selain itu, menurut Soewarno (1992) dalam (Ariyanti, 2006) menyebutkan
bahwa penerangan ruang kerja yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan mata
(Astenopia) dan sebaliknya, penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan
kesilauan. Untuk itu, dibutuhkan penerangan yang memadai agar bisa mencegah

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

4

terjadinya kelelahan mata. Menurut Budiono (2008) pengguna komputer yang
mengoperasikan komputer dengan pencahayaan kurang dari 300 lux, berisiko
sebesar 10,7 kali mengalami kelelahan mata dibanding penguna komputer dengan
pencahayaan lebih atau sama dengan 300 lux. Pada pekerjaan yang memerlukan

ketelitian tanpa penerangan yang memadai, maka dampaknya akan sangat terasa
pada kelelahan mata. Terjadinya kelelahan otot mata dan kelelahan saraf mata
sebagai akibat tegangan yang terus menerus pada mata, walaupun tidak
menyebabkan kerusakan mata secara permanen, tetapi dapat menambah beban
kerja, mempercepat lelah, sering istirahat, kehilangan jam kerja dan mengurangi
kepuasan kerja, penurunan mutu produksi, meningkatkan frekuensi kesalahan,
mengganggu konsentrasi dan menurunkan produktivitas kerja (Pheasant, 1991).
Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Optometri Amerika pada tahun 2004
menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan munculnya
kelelahan mata, yaitu jenis atau karakteristik monitor komputer, serta adanya
kelainan refraksi atau pembiasan pada pengguna. Kemudahan seseorang untuk
dapat melihat suatu objek kerja di lingkungan kerja, menurut Pheasant (1991)
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat pencahayaan (illumination
levels), ukuran objek kerja, bentuk objek kerja, kekontrasan, lama waktu untuk
melihat objek kerja, dan jarak melihat objek kerja. Menurut Santoso (2009) faktor
yang dapat mempengaruhi kelelahan mata diantaranya adalah faktor pencahayaan,
suhu, kelembaban, dan istirahat mata. Guyton (1991) menyebutkan bahwa usia
pekerja juga mempengaruhi untuk terjadinya kelelahan mata. Usia juga
berpengaruh sebagaimana disebutkan bahwa ketajaman penglihatan berkurang


Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

5

menurut bertambahnya usia terutama pada tenaga kerja yang berusia lebih dari 40
tahun. ( Suma’mur, 1996).
Dalam penelitian menunjukkan bahwa 73,3% dari 30 responden
merasakan keluhan pada mata. Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh responden
akibat kelelahan mata sebagian besar terjadi pada saat bekerja sebanyak 60,8%
dan setelah bekerja sebanyak 40,2%. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara lama penggunaan komputer dengan kelelahan mata pada
operator komputer pelayanan pajak di Kantor Samsat Palembang tahun 2009,
( Dewi, dkk 2009)
Hasil studi pendahuluan menunjukkan lebih dari sebagian responden
mengeluhkan adanya gejala kelelahan mata. Berdasarkan National Institute for
Occupational Safety and Health (NIOSH) (1999), gejala keluhan kelelahan mata
ditandai dengan mata merah, berair, perih, gatal/kering, mengantuk, tegang,
pandangan kabur, penglihatan rangkap, sakit kepala, dan kesulitan fokus. Adanya
gejala kelelahan mata dapat mengganggu kesehatan mata terutama pada pekerja

kantor yang banyak melakukan aktifitas di depan komputer. Kemajuan teknologi
saat ini sangat berkembang pesat dan membantu manusia untuk berinteraksi satu
sama lain, tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu. Kemudahan yang diberikan oleh
teknologi tersebut mencakup banyak hal serta menambah berbagai aspek
kehidupan, mulai dari bisnis hingga pendidikan. Pada prinsip–prinsip teknologi
ini berkembang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia agar dalam
kehidupannya dapat lebih mudah berkomunikasi ataupun melakukan sesuatu.

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

6

Namun dari segala efek positif yang diterima oleh manusia terdapat pula berbagai
efek negatif, baik secara fisik dan mental. (Anonim, 2009)
Teknologi memang tak bisa terlepas dari dampaknya terhadap kesehatan.
Ada yang baik dan ada yang buruk, dan masih banyak juga faktor lain yang
mempengaruhinya. Penggunaan komputer sendiri di masa sekarang kian
menjamur, baik di kantor-kantor hingga menambah dunia pendidikan bahkan
rumah-rumah pribadi. Berbicara mengenai radiasi agaknya masih terlampau jauh

karena beberapa penelitian yang sudah dilakukan para ahli belum memberikan
bukti-bukti jelas untuk terlalu takut akan hal ini, dan sejauh ini sebagian besar
riset membuktikan bahwa radiasi dari monitor komputer masih berada dalam
batas yang aman-aman saja bila penggunaannya tidak terlalu berlebihan. Namun
yang paling sering terdeteksi adalah adanya gangguan yang berhubungan dengan
mata seperti mata lelah, pegal, mata kering, kesulitan menangkap objek hingga
kepala yang bisa disebabkan akibat gangguan tersebut. (Kismawadi, 2009)
Mata merupakan salah satu organ tubuh yang amat vital bagi manusia
untuk penglihatan yang mendeteksi cahaya. “Eye floaters” atau gangguan mata
adalah endapan atau kondensasi (pengembunan) di dalam selai mata yang seperti
kaca mata merupakan organ tubuh yang paling mudah mengalami penyakit akibat
kerja, karena terlalu sering memfokuskan bola mata ke layar monitor. Tampilan
layar monitor yang terlalu terang dengan warna yang panas seperti warna merah
kuning, ungu, orange, akan lebih mempercepat kelelahan pada mata. Selain dari
itu, pantulan cahaya pada sebagainya, akan menambah beban mata. Pemakaian

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

7


layar monitor komputer yang tidak ergonomis dapat menyebabkan keluhan pada
mata. (Kompas, 2004)
Pengaruh monitor terhadap kesehatan mata, masih menjadi perdebatan.
Pemakaian video display unit (VDU) pada umumnya mengeluhkan tekanan pada
mata, nyeri otot, leher, sakit pundak dan pinggang. Berdasarkan hasil penelitian,
77% para pemakai layar komputer akan mengalami keluhan pada mata, mulai dari
rasa pegal dan nyeri pada mata, mata merah, mata berair, sampai pada iritasi mata
bahkan kemungkinan katarak mata, tapi berdasarkan penelitian di Inggris, tidak
ada kerusakan permanen diterima dari sumber lain. (Kompas, 2004)
Berdasarkan

fenomena

dan

permasalahan

yang


diperoleh

dan

dikemukakan sebelumnya tentang pengaruh layar monitor komputer, maka
peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian “ Gambaran Radiasi
Monitor Komputer Dan Gejala Gangguan Kesehatan Mata di PT Kawasan
Industri Makassar ( KIMA ) Sulawesi Selatan Tahun 2014”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, Penggunaan komputer sebagai alat
bantu dalam menyelesaikan pekerjaan selain memberikan dampak positif juga
dapat memberikan dampak negatif seperti kelelahan mata. Untuk mengurangi
dampak negatif dari penggunaan komputer
yang menyebabkan kelelahan mata, penulis ingin mengetahui Gambaran Radiasi
Monitor Komputer Dan Gejala Gangguan Kesehatan Mata di PT Kawasan
Industri Kimia Makassar ( KIMA ) Sulawesi Selatan Tahun 2014.

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

8

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran
Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata Di PT Kawasan
Industri Kimia Makassar ( KIMA ) Sulawesi Selatan Tahun 2014.
2. Tujuan khusus
1) Diketahuinya gambaran keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer
Di Bagian PT Kawasan Industri Kimia Makassar ( KIMA ) Sulawesi
Selatan Tahun 2014.
2) Diketahuinya gambaran karakteristik jarak monitor pada pengguna
komputer Di Bagian PT Kawasan Industri Kimia Makassar ( KIMA )
Sulawesi Selatan Tahun 2014.
3) Diketahuinya gambaran karakteris radiasi komputer pada pengguna
komputer Di PT Kawasan Industri Kimia Makassar ( KIMA ) Sulawesi
Selatan Tahun 2014.
4) Diketahuinya gambaran karakteristik durasi penggunaan komputer pada
pengguna komputer Di PT Kawasan Industri Kimia Makassar ( KIMA )
Sulawesi Selatan Tahun 2014.
D. MANFAAT
1. Bagi Perusahaan
Memberikan informasi bagi perusahaan dalam bidang
prespektif kesehatan dan keselamatan kerja khususnya mengenai
keluhan kelelahan mata serta dapat menjadi bahan masukan bagi

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

9

perusahaan dalam upaya menciptakan kondisi lingkungan kerja
yang aman dan kondusif bagi pekerja.
2. Bagi Program Studi
Menambah

bahan

kepustakaan

dan

pengembangan

keilmuan bagi civitas akademik terutama mengenai faktor-faktor
yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata.
3. Bagi Peneliti
Sebagai bahan acuan dalam penelitian selanjutnya
terutama mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan
kelelahan mata pada pengguna komputer.

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Mata
a) Fisiologi Mata
Mata terletak dalam bantalan lemak yang dapat meredam goncangan. Diameter
bola mata manusia ± 2,5 cm. Mata dapat bekerja secara efektif menerima cahaya
dengan rentang intensitas yang sangat lebar sekitar 10 milyar cahaya. Mata juga
memiliki sistem pengendali tekanan otomatis yang mempertahankan tekanan
internalnya untuk mempertahankan bentuk bola mata yaitu sekitar 1,6 kPa (12
mmHg).

Sumber: http:www.biotechfordummies.com
Gambar 2.1
Anatomi Mata

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

11

Bagian-bagian yang terdapat pada mata manusia diantaranya:
a) Kelopak mata
Kelopak mata merupakan bagian pelindung bola mata karena
berfungsi sebagai proteksi mekanis pada bola mata anterior yang
menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea sehingga
dapatmencegah mata menjadi kering (Cameron, et al, 2006).
b) Retina
Pada retina terdapat sel batang dan sel kerucut. Sel batang sangat
peka terhadap cahaya tetapi tidak dapat membedakan warna dan berfungsi
untuk melihat pada siang hari. Sedangkan sel kerucut kurang peka
terhadap cahaya dan dapat membedakan warna serta berfungsi untuk
melihat pada malam hari, Selain itu, terdapat dua buah bintik yaitu bintik
kuning (fovea) dan bintik buta (blind spot). Pada fovea terdapat sejumlah
sel saraf kerucut sedangkan pada blind spot tidak terdapat sel batang
maupun sel kerucut. Suatu objek dapat dilihat dengan jelas apabila
bayangan objek tersebut tepat jatuh pada fovea. Bintik kuning (fovea)
berperan dalam penglihatan untuk melihat objek yang lebih kecil seperti
kegiatan membaca huruf kecil (Cameron, et al, 2006)
c) Lensa
Lensa

berbentuk

bikonveks

dan

transparan

serta

terletak

dibelakang iris dan disokong oleh serabut-serabut halus zonula. Lensa
memiliki pembungkus lentur yang ditopang di bawah tegangan oleh seratserat penunjang. Lensa mata berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

12

yang masuk sehingga cahaya yang jatuh tepat difokuskan pada binting
kuning retina. Saat seseorang melihat objek yang jauh, otot mata yang
berfungsi memfokuskan bayangan berelaksasi, tegangan ini menjaga agar
lensa tetap tipis dan berada pada dayanya yang paling rendah, dan mata
berfokus pada objek jauh. Sedangkat saat seseorang melihat objek yang
dekat, lensa mata akan menebal (Cameron, et al, 2006).
d) Kornea
Kornea memiliki ketebalan ± 0,5 mm. Kornea memfokuskan
bayangan dengan membiaskan atau membelokkan berkas cahaya.
Besarnya

pembiasan

(refraksi)

bergantung

pada

kelengkungan

permukaannya dan kecepatan cahaya pada lensa dibandingkan pada
benda sekitar (indeks bias relatif). Indeks bias hampir konstan untuk
semua kornea, tetapi kelengkungan cukup bervariasi pada setiap orang
dan berperan besar dalam gangguan penglihatan. Apabila kornea terlalu
melengkung, mata akan berpenglihatan dekat. Sedang jika kelengkungan
pada kornea kurang maka mata akan berpenglihatan jauh. Untuk
kelengkungan yang tidak merata akan menyebabkan astigmatisme
(Cameron, et al, 2006).
e) Iris
Iris membentuk pupil di bagian tengahnya, suatu celah yang dapat
berubah ukurannya dengan kerja otot sfingter dan dilator untuk
mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke mata. Iris memiliki lapisan
batas anterior yang tersusun dari fibroblast dan kolagen serta stroma

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

13

selular dimana otot sfingter terletak di dalamnya yang dipersarafi oleh
sistem saraf parasimpatis (James, et al, 2006).
f) Pupil
Bulatan hitam yang ada di tengah-tengah adalah pupil. Pupil
dapat mengecil sehubungan dengan fungsinya sebagai pengatur
kebutuhan cahaya yang diperlukan mata untuk membantu proses
penglihatan secara optimal. Dalam pengamatan iridiologi, pupil yang
tertekan ke bawah merupakan indikasi adanya ketegangan syaraf yang
berat. Selain itu, pupil yang membesar dan melebar merupakan indikasi
kelelahan saraf atau deplesi (Hiru, 2004).
g) Alat-alat penggerak bola mata
Gerakan bola mata bersifat ritmis dan harmonis. Terdapat enam
macam otot penggerak bola mata, yaitu:
1. musculus rektus internus (medius), menggerakkan bola mata kearah
medial
2. Musculus rektus externus (lateralis), menggerakkan bola mata kearah
lateral/temporal. Pada saat berkontraksi menyebabkan mata menjadi
axis (abduksi)
3. Musculus rektus superior, berfungsi menarik bola mata ke atas
4. Musculus rektus inferior, berfungsi menarik bola mata ke bawah
5. Musculus oblique superior, berfungsi menarik bola mata ke arah nasal
bawah dan menyebabkan mata berputar ke arah dalam (endorotasi)

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

14

6. Musculus oblique inferior, berfungsi menarik bola maat ke arah nasal
atas dan menyebabkan mata berputar keluar (eksirotasi) (Ganong,
2001).
B. Tinjauan Umum Tentang Proses Kerja Mata
Mata adalah alat indera kompleks yang berevolusi dari bintik-bintik yang
peka terhadap sinar pada permukaan invertebrata. Di dalam wadahnya yang
protektif, setiap mata memiliki lapisan reseptor, sistem lensa yang memfokuskan
cahaya ke reseptor tersebut, serta sistem saraf yang menghantarkan impuls dari
reseptor ke otak (Haeny, 2009). Proses kerja mata manusia diawali dengan
masuknya cahaya melalui bagian kornea, yang kemudian dibiaskan oleh aqueus
humor ke arah pupil. Pada bagian pupil, jumlah cahaya yang masuk ke dalam
mata dikontrol secara otomatis, dimana untuk jumlah cahaya yang banyak, bukaan
pupil akan mengecil sedangkan untuk jumlah cahaya yang sedikit bukaan pupil
akan membesar. Pupil akan meneruskan cahaya ke bagian lensa mata. Oleh lensa,
cahaya difokuskan ke baian retina melalui vitreous humour. Cahaya ataupun objek
yang telah difokuskan pada retina, merangsang sel saraf batang dan kerucut untuk
bekerja dan hasil kerja ini diteruskan ke serat saraf optik, ke otak dan kemudian
otak bekerja untuk memberi tanggapan sehingga menghasilkan penglihatan. Sel
saraf batang bekerja untuk penglihatan dalam suasana kurang cahaya, misalnya
pada malam hari. Sedangkan sel saraf kerucut bekerja untuk penglihatan dalam
suasana terang. Misalnya pada siang hari (Mendrofa, 2003) dalam (Haeny, 2009).

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

15

C. Tinjauan Umum Tentang Kelainan Refraksi Mata
Menurut Ilyas (2008), hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh
media penglihatan yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan
panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media
penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan
benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah macula lutea.
Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan
bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi
atau istirahat melihat jauh. Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar
pada mata sehingga pembiasan sinar tidak difokuskan pada retina. (Ilyas, 1988).
Kelainan refraksi mata terjadi karena bayangan yang dibiaskan tidak tepat di
macula lutea tanpa bantuan akomodasi. Kelainan ini disebut pula ametropia
(Haeny, 2009). Pada ametropia, sinar cahaya pararel tidak terfokuskan di retina
sehingga diperlukan perubahan refraksi untuk mendapatkan penglihatan yang
jelas (James, 2006). Hasil penelitian (Hana, 2008) dari 98 responden, 46
diantaranya mempunyai gangguan penglihatan dan 52 pekerja tidak mempunyai
gangguan penglihatan serta 82% diantaranya mengalami gejala kelelahan mata.
Pekerja dengan gangguan mata terpaksa harus menggunakan kacamata untuk
memperjelas penglihatannya.
Menurut Ilyas (2008) terdapat empat tipe umum ametropia yaitu:
1) Miopia (rabun dekat)
Terjadi bila kekuatan optik mata terlalu tinggi (biasanya karena bola
mata yang panjang) dan sinar cahaya pararel difokuskan di depan retina.

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

16

2) Hipermetropia atau Hyperopia (rabun jauh)
Kekuatan optik mata terlalu rendah (biasanya karena mata
terlalu pendek) dan sinar cahaya pararel mengalamai konvergensi
pada titik di belakang retina.
3) Astigmatisme
Kekuatan optik kornea di bidang yang berbeda tidak sama.
Sinar cahaya pararel yang melewati bidang yang berbeda ini jatuh
ke titik fokus yang berbeda.
4) Presbiopia (penglihatan tua)
Terjadi

akibat

hilang

akomodasi. Akibat

gangguan

akomodasi ini maka seseorang yang berusia lebih dari 40 tahun
atau lebih, akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu
berupa mata lelah, berair dan sering terasa perih.
Kelainan refraksi dilakukan dengan memeriksa tajam penglihatan mata
satu per satu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan kartu snallen.
Kartu snallen adalah kartu yang terdiri dari deretan huruf atau angka dengan
ukuran berjenjang sesuai ukuran snallen dan dipakai untuk menguji tajam
penglihatan. Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan kartu snallen pada jarak 6
meter di depan pasien. Pasien dengan kondisi mata normal akan mampu membaca
dengan jelas baris ke-7 dari urutan baris huruf kartu snallen pada jarak 6 meter,
baris ke-6 pada jarak 9 meter, dan akhirnya baris pertama pada jarak 60 meter.
Pada jarak-jarak tersebut seluruh huruf membentuk sudut penglihatan sebesar 5
menit dan kaki-kaki huruf membentuk sudut penglihatan sebesar 1 menit. Mata

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

17

normal diharapkan mempunyai tajam penglihatan 6/6, yaitu baris snallen yang ke7 dapat dilihat dengan jelas pada jarak 6 meter.
D. Tinjauan Umum Tentang Kelelahan Mata
Menurut Suma’mur (1996) kelelahan mata timbul sebagai stress intensif
pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang
perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat ketidaktepatan
kontras. Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh
penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan
untuk melihat dalam jangka waktu yang lama yang biasanya disertai dengan
kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant (1991) dalam (Haeny (2009)).
Kelelahan mata dikenal sebagai tegang mata atau Astenophia yaitu
kelelahan ocular atau ketegangan pada organ visual dimana terjadi gangguan pada
mata dan sakit kepala berhubungan dengan penggunaan mata secara intensif.
Keletihan visual menggambarkan seluruh gejala – gejala yang terjadi sesudah
stress berlebihan terhadap setiap fungsi mata, diantaranya adalah tegang otot
siliaris yang berakomodasi saat memandang objek yang sangat kecil dalam jarak
yang sangat dekat. Menurut Ilyas (2008) terdapat tiga jenis Astenophia yaitu
Astenophia Acomodatif, Astenophia Muscullar, dan Astenophia Neurastenik.
Astenophia yang terjadi pada pekerja di bagian administrasi tergolong ke dalam
Astenophia Acomodatif yang disebabkan oleh kelelahan otot siliaris akibat daya
akomodasi.

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

18

1) Gejala-gejala Kelelahan Mata
Menurut Ilyas (2008), kelelahan mata disebabkan oleh stress yang terjadi
pada fungsi penglihatan. Stress pada otot akomodasi dapat terjadi pada saat
seseorang berupaya untuk melihat pada objek berukuran kecil dan pada jarak yang
dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi demikian, otot-otot mata akan bekerja
secara terus menerus dan lebih dipaksakan. Ketegangan otot-otot pengakomodasi
(otot-otot siliar) makin besar sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai
akibatnya terjadi kelelahan mata, stress pada retina dapat terjadi bila terdapat
kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang
cukup lama. Tanda-tanda kelelahan mata diantaranya:
1) Iritasi pada mata (mata pedih, merah, dan mengeluarkan airmata).
2) Penglihatan ganda (double vision).
3) Sakit sekitar mata.
4) Daya akomodasi menurun.
5) Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan terhadap kontras dan
6) kecepatan persepsi.
Sedangkan menurut (Pheasant, 1991) gejala-gejala kelelahan mata
diantaranya:
1. Nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata dan di belakang bola mata.
2. Pandangan kabur, pandangan ganda dan susah dalam memfokuskan
penglihatan.
3. Pada mata dan pelupuk mata terasa perih, kemerahan, sakit dan mata
4. berair yang merupakan ciri khas terjadinya peradangan pada mata.
Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

19

5. Sakit kepala, kadang-kadang disertai dengan pusing dan mual serta
6. terasa pegal-pegal atau terasa capek dan mudah emosi.
7. Keadaan mata yang lelah ini dapat disebabkan oleh bahaya dari
8. monitor, koreksi penglihatan yang berkurang, membaca dokumen dengan
ukuran huruf yang kecil, keadaan kontras yang tidak seimbang antara teks
dan latar belakang, kejapan pada monitor yang nyata dan mata yang
kering.
9. Penglihatan yang kabur dapat disebabkan oleh perubahan fisilogis (akibat
proses penuaan atau penyakit).
Hal ini juga dapat diakibatkan karena melihat benda secara terus menerus
dengan jarak 12 inchi dan membaca dengan cahaya yang kurang. Mata kering dan
iritasi. Keadaan ini terjadi jika kekurangan cairan untuk menjaga kelembaban
mata dan berkurangnya intensitas refleks kedipan mata. Jumlah kedipan mata
bervariasi sesuai dengan aktivitas yang sedang dilakukan dan akan berkurang saat
sedang berkonsentrasi. Mata menjadi merah dan berair, disebabkan karena pada
saat menggunakan komputer mata diproyeksikan terus menerus dengan melihat
layar monitor sehingga jumlah kedipan menjadi berkurang (Amrizal, 2010).
1) Pengukuran Kelelahan Mata
Pengukuran kelelahan mata dapat dilakukan antara lain:
a) Photostress Recovery Test
Kelelahan mata dapat diukur dengan menggunakan
Photostress Recovery Test yaitu suatu tes yang dilakukan untuk

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

20

mengevaluasi fungsi adaptasi retina sesudah suatu perubahan
mendadak. Pengukuran yang dilakukan didasarkan pada reaksi
fotokimia yang terjadi pada retina terhadap rangsangan cahaya
tergantung pada metabolisme aktif sel retina dan hubungan sel
photoreceptor dan retinal pigmen ephithelium. Faktor utama yang
menentukan keadaan adaptasi terang dan gelap di retina adalah
peristiwa pemucatan dan resintesa pigmen penglihatan. Efek
cahaya pada retina adalah memucatkan pigmen penglihatan.
Pengukuran dilakukan dengan memberikan penyinaran pada mata
menggunakan senter atau (penlight) berkekuatan 3 volt dengan
jarak 2 cm dari mata. Stimulasi ini akan memucatkan 24%-86%
pigmen penglihatan (Marsida, 1999) dalam (Hanun, 2008).
b) Tes Frekuensi Subjektif Kelipan Mata (Flicker Fusion Eyes Test)
Frekuensi kerlingan mulus (flicker fusion Frequency) dari
mata adalah kemampuan mata untuk membedakan cahaya berkedip
dengan cahaya kontinue. Tes dilakukan dengan cara menguji
responden melalui kemampuan kedipan yang dimulai dari lambat
(frekuensi rendah), kemudian perlahan-lahan dinaikkan semakin
cepat dan cahaya tersebut dianggap bukan cahaya kedipan lagi,
melainkan sebagai cahaya yang kontinue (mulus). Frekuensi
ambang/batas dari kelipan itulah disebut “frekuensi kelipan mulus”.
Jika seseorang dalam keadaan tidak lelah, frekuensi ambang itu 2
Hertz jika memakai cahaya pendek atau 0,6 Hertz jika memakai
Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

21

cahaya siang (day light). Sedangkan, jika seseorang dalam keadaan
lelah, maka angka frekuensi berkurang dari 2 Hertz atau 0,6 Hertz.
Pada seseorang yang lelah sekali atau setelah menghadapi pekerjaan
monoton, angka frekuensi kerling mulus bias antara 0,5 Hertz atau
lebih dibawah frekuensi kerling mulus dari orang yang sedang dalam
keadaan tidak lelah (Suyatno, 1985) dalam (Tarwaka dkk, 2004). Tes
frekuensi subjektif kelipan mata juga dapat dipakai untuk mengukur
kelelahan kerja. Selain itu, uji kelipan mata ini untuk menunjukkan
keadaaan kewaspadaan tenaga kerja (Tarwaka dkk, 2004).
c) Tes Uji Waktu Reaksi
Selang waktu antara pemberian rangsangan sampai dengan
timbulnya jawaban disebut waktu reaksi. Pada manusia, waktu reaksi
untuk refleks regang misalnya refleks ketok lutut adalah 19-24 ms.
Sedangkan waktu reaksi terhadap sinar adalah waktu reaksi reseptor
penglihatan, pengolahan informasi sistem syaraf dan penghantaran
sinyal hingga terjadinya gerak oleh sistem motorik. Pada alat ukur
waktu reaksi menggunakan lampu indikator berupa LED (Light
Emiting Diode) warna tunggal dan empat buah berwarna (biru,
hujau, kuning dan merah). Pengukuran dengan menggunakan lampu
indikator empat warna ini dimaksudkan untuk mengamati hubungan
antara waktu reaksi terhadap warna sumber cahaya, sebab menurut
teori Young-Helmholt terdapat tiga jenis sel kerucut dalam retina
yang masing-masing peka terhadap warna tertentu (Ganong, 2001).

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

22

Selain itu, kelelahan mata juga dapat didiagnosis dari keluhan pasien
yang mengeluh penglihatan kabur, penglihatan ganda, mata terasa
panas, nyeri, gatal, dan berair, nyeri kepala, pusing dan mual ingin
muntah, penglihatan warna berubah atau menurun. Sedangkan untuk
gejala objektif seperti berupa mata merah akan ditemukan pada
kelelahan mata (NIOSH, 1999) dalam (Budi, 2008).
E. Tinjauan Umum Tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kelelahan Mata
1) Pencahayaan
Suma’mur

(1996)

menyatakan

bahwa

pencahayaan

yang

baik

memungkinkan tenaga kerja melihat obyek-obyek yang dikerjakannya secara
jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Selain itu, penerangan yang
buruk dapat berakibat pada kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan
efisiensi kerja. Pencahayaan tempat kerja yang memadai baik yang alami atau
buatan memegang peranan yang cukup penting dalam upaya peningkatan
kesehatan,

keselamatan

dan

produktivitas

tenaga

kerja.

Baik

tidaknya

pencahayaan di suatu tempat kerja selain ditentukan oleh kuantitas atau tingkat
iluminasi yang menyebabkan objek dan sekitarnya terlihat jelas tetapi juga oleh
kualitas dari pencahayaan tersebut diantaranya menyangkut arah dan penyebaran
atau distribusi cahaya, tipe dan tingkat kesilauan. Demikian pula dekorasi tempat
kerja khususnya mengenai warna dari dinding, langit-langit, peralatan kerja ikut
menentukan tingkat penerangan di tempat kerja (Aryanti, 2006).

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

23

Fungsi utama pencahayaan di tempat kerja adalah untuk menerangi objek
pekerjaan agar terlihat secara jelas, mudah dikerjakan dengan cepat, dan
produktivitas dapat meningkat. Pencahayaan di tempat kerja harus cukup.
Pencahayaan yang intensitasnya rendah (poor lighting) akan menimbulkan
kelelahan, ketegangan mata, dan keluhan pegal di sekitar mata. Pencahayaan yang
intensitasnya kuat akan dapat menimbulkan kesilauan. Penerangan baik rendah
maupun kuat bahkan akan menimbulkan kecelakaan kerja (Santoso, 2004).
A. Sumber Pencahayaan
Berdasarkan sumbernya pencahayaan dibedakan menjadi dua yaitu pencahayaan
alami dan pencahayaan buatan (Aryanti, 2006).
1. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh
sumber cahaya alami yaitu matahari dengan cahayanya yang kuat
tetapi bervariasi menurut jam, musim dan tempat. Pencahayaan dari
sumber matahari dirasa kurang efektif dibandingkan dengan
pencahayaan buatan, hal ini disebabkan karena matahari tidak dapat
memberikan intensitas cahaya yang tetap.
2. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh
sumber cahaya selain cahaya alami. Apabila pencahayaan alami tidak
memadai atau posisi ruangan sukar untuk dicapai oleh pencahayaan

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

24

alami dapat dipergunakan pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan
sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Mempunyai intensitas yang cukup sesuai dengan jenis
pekerjaan.
b. Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan
pada tempat kerja.
c. Memberikan

pencahayaan

dengan

intensitas

yang

tetap

menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan
tidak menimbulkan bayang-bayang yang dapat mengganggu
pekerjaan.
B. Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan dibedakan menjadi dua bagian, yakni General
lighting dan Local lighting. General lighting digunakan untuk pencahayaan
menyeluruh atau sistem pencahayaan yang digunakan untuk mendapatkan
pencahayaan yang merata. Contohnya seperti penerangan yang biasa dipasang di
langit-langit ruangan kerja. Sedangkan Local lighting digunakan untuk
memberikan nilai aksen pada suatu bidang atau lokasi tertentu tanpa
memperhatikan kerataan pencahayaan. Penerangan lokal biasa digunakan khusus
untuk menerangi sebagian ruangan dengan sumber cahaya dan biasanya berada
dekat dengan permukaan yang diterangi. Contohnya lampu yang terpasang pada
meja pekerja (Haeny, 2009). Sistem pencahayaan lokal ini diperlukan khususnya
untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian. Kerugian dari sistem pencahayaan

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

25

ini dapat menyebabkan kesilauan, maka local lighting perlu dikoordinasikan
dengan general lighting (Aryanti, 2006).
C. Pengukuran Pencahayaan
Pencahayaan diukur dengan menggunakan alat lux meter dan dinyatakan
dalam satuan lux (Suma’mur, 1996). Penilaian pencahayaan, menggunakan alat
ukur light meter atau lux meter untuk mengukur intensitas cahaya. Alat ini terdiri
atas sebuah fotosel sensitif yang menimbulkan arus listrik pada cahaya jatuh pada
permukaan sel ini. Pengukuran intensitas penerangan perlu dilakukan meliputi
intensitas penerangan umum dan lokal. Pada penerangan umum perlu dilakukan di
seluruh ruangan tempat kerja termasuk mesin dan ruangan kosong. Pada
penerangan lokal dilakukan pengukuran di tempat (obyek) yang ingin diketahui
intensitasnya (Santoso, 2004).
D. Hal-hal yang Berkaitan dengan Pencahayaan Hal-hal yang Berkaitan
dengan Pencahayaan
Menurut Suma’mur (1996), faktor yang menentukan pencahayaan
diantaranya:
a. Luminansi
Luminansi (luminance) adalah banyaknya cahaya yang dipantulkan
oleh permukaan obyek. Besaran ini mempunyai satuan lilin/meter persegi.
Semakin besar luminansi suatu obyek, rincian obyek yang dapat dilihat
oleh mata akan semakin bertambah. Diameter bola mata akan semakin
mengecil sehingga akan meningkatkan kedalaman fokusnya.
Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

26

b. Kontras
Kontras adalah hubungan antara cahaya yang dipancarkan oleh
suatu obyek dan cahaya dari latar belakang obyek tersebut. Kontras
didefinisikan sebagai selisih antara luminansi objek dengan latar
belakangnya dibagi dengan luminansi latar belakang. Nilai kontras positif
akan diperoleh jika cahaya yang dipancarkan oleh sebuah obyek lebih
besar disbanding dengan yang dipancarkan oleh latar belakangnya. Nilai
kontras negatif dapat menyebabkan obyek yang sesungguhnya “terserap”
oleh latar belakang, sehingga menjadi tidak Nampak. Jadi, obyek dapat
mempunyai kontras positif atau negatif tergantung dari luminansi obyek
itu terhadap luminansi latar belakangnya.
c. Kecerahan
Kecerahan (brightness) adalah tanggapan subyektif pada cahaya.
Tidak ada arti khusus dari tingkat kecerahan seperti pada luminansi dan
kontras, tetepi luminansi yang tinggi berimplikasi pada kecerahan yang
tinggi pula.
d. Kesilauan
Kesilauan dapat terjadi apabila perbedaan luminansi melebihi
perbandingan 40:1, namun pada umumnya terjadi karena keterbatasan
kemampuan mata dalam melihat. Permukaan permukaan tempat kerja
perlu dijaga dari kesilauan yang mungkin dapat mengganggu pekerja.

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

27

E. Arah Pencahayaan
Dalam mengatur pencahayaan secara baik, sumber-sumber cahaya
yang cukup jumlahnya sangat berguna. Cahaya-cahaya dari berbagai arah
dapat meniadakan adanya gangguan yang terjadi oleh bayangan.
e. Nilai Ambang Batas (NAB) Pencahayaan
Menurut Santoso (2004) Nilai Ambang Batas (NAB) digunakan
sebagai rekomendasi dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja
sebagai upaya pencegahan pada dampak kesehatan. NAB pencahayaan
ditetapkan menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964
tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat
kerja (pasal 14) sebagai berikut:
1. Pencahayaan yang cukup untuk halaman dan jalan-jalan dalam
lingkungan perusahaan, paling sedikit 20 lux.
2. Pencahayaan yang cukup untuk pekerjaan yang hanya membedakan
barang-barang kasar, paling sedikit 50 lux.
3. Pencahayaan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barangbarang kecil secara sepintas lalu, paling sedikit 100 lux.
4. Pencahayaan yang cukup untuk pekerjaan yang hanya membedakan
barang-barang kecil yang agak teliti, paling sedikit 200 lux.
5. Pencahayaan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan secara
teliti barang-barang yang kecil dan halus, paling sedikit 300 lux.

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

28

6. Pencahayaan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barangbarang yang halus dengan kontras yang sedang dan waktu yang lama,
paling sedikit 500-1000 lux.
7. Pencahayaan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barangbarang yang sangat halus dan kontras yang sangat kurang untuk waktu
yang lama, paling sedikit 1000 lux.
Selain itu, sumber cahaya yang dipergunakan harus menghasilkan kadar
pencahayaan yang tetap dan menyebar serata mungkin serta tidak boleh berkedipkedip. Grandjean (1988) menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada tempattempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-700 lux seperti berikut:
Tabel 2.1
Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja dengan
Komputer
Keadaan Pekerja

Tingkat Pencahayaan (lux)

Kegiatan Komputer dengan

< 400

sumber dokumen yang
terbaca jelas

400-500

Kegiatan Komputer dengan
sumber dokumen yang tidak
terbaca jelas

> 500-700

Tugas memasukan data

Sumber: (Grandjean, 1988

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

29

2. Suhu dan Kelembaban
Suhu dan kelembaban menjadi faktor yang sangat penting dalam kulitas
udara untuk kenyamanan kerja seseorang. (Santoso, 2009). Kelembaban adalah
kandungan air dalam udara. Tingkat kelembaban adalah kandungan air dalam
udara yang dinyatakan dengan prosentasi, dengan titik jenuh dari temperatur
tersebut dinyatakan dengan 100%. Semakin hangat udara, maka lebih banyak air
yang terkandung dalam udara. Kelembaban yang tinggi cenderung membuat
seseorang merasa lebih panas daripada kelembaban yang rendah. Selain itu, jika
suhu terus naik, ketidaknyamanan meningkat dan gejala seperti kelelahan,
kekakuan, dan sakit kepala dapat muncul. (Shoftwati, 2009) Tempat kerja yang
nyaman merupakan salah satu faktor penunjang gairah kerja. Lingkungan kerja
yang panas dan lembab akan menurunkan produktivitas kerja, juga akan
membawa dampak negatif terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. (Santoso,
2004).
Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan gerakan, dan suhu radiasi. Efisiensi kerja sangat dipengaruhi cuaca
kerja dalam lingkungan kerja yang nyaman, tidak dingin maupun panas. Suhu
yang nyaman berkisar antara 240C – 260C bagi orang-orang Indonesia. Suhu
panas terutama berakibat menurunnya prestasi kerja dan daya pikir. Suhu dingin
mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Selain
itu, suhu terlalu rendah dapat mengakibatkan keluhan-keluhan dan kadang-kadang
diikuti meningkatnya penyakit pernafasan. (Suma’mur, 1996)

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

30

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XI
tahun 2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran bahwa suhu udara ruangan perkantoran berkisar
antara 18-280C, sedang untuk kelembaban berkisar antara 40%-60%. Agar ruang
kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan upaya-upaya
diantaranya bila suhu udara ruangan melebihi 280C perlu dipasang Air
Conditioner (AC), kipas angin , dan sebagainya. Suhu udara diukur dengan
termometer. Penggunaan termometer sangat luas sekali antara lain mengukur suhu
tubuh, mengukur suhu udara, mengukur suhu ruang, dan sebagainya (Gabriel,
2001).
3. Usia
Menurut NASD (National Aging Safety Database) usia yang semakin
lanjut, mengalami kemunduran dalam kemampuan mata untuk mendeteksi
lingkungan. Hal ini akan meningkatkan risiko kecelakaan. Di usia 20 tahun,
manusia pada umumnya dapat melihat objek dengan jelas. Sedangkan pada usia
45 tahun kebutuhan terhadap cahaya empat kali lebih besar. Pada usia 60 tahun,
kebutuhan cahaya yang diperlukan untuk melihat jauh lebih besar dibandingkan
usia 45 tahun karena pada usia 45-50 tahun daya akomodasi mata menjadi
berkurang.
Daya akomodasi merupakan kemampuan lensa mata untuk menebal atau
menipis sesuai dengan jarak benda yang dilihat agar bayangan jatuh tepat di retina
(Guyton, 1991). Ketajaman penglihatan berkurang menurut bertambahnya usia.

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

31

Pada tenaga kerja berusia lebih dari 40 tahun, visus jarang ditemukan 6/6,
melainkan berkurang (Suma’mur, 1996).
Haeny (2009) menyebutkan bahwa semakin tua seseorang, lensa semakin
kehilangan kekenyalan sehingga daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot
semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Sebaliknya, semakin muda
seseorang. Kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang
lebih tua dan kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit. Selain itu,
menurut Ilyas (2008) usia juga berpengaruh terhadap
daya akomodasi. Semakin tua usia seseorang, daya akomodasi akan semakin
menurun. Jarak terdekat dari suatu benda agar dapat dilihat dengan jelas dikatakan
“titik dekat” atau punktum proksimum. Pada saat ini mata berakomodasi sekuatkuatnya atau berakomodasi maksimum.
Sedangkan jarak terjauh dari benda agar masih dapat dilihat dengan jelas
dapat dikatakan bahwa benda terletak pada titik jauh atau punktum remotum dan
pada saat ini mata tidak berakomodasi atau lepas akomodasi. Korelasi antara daya
akomodasi dan usia dapat dilihat dalam Tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2
Korelasi antara Usia dan Daya Akomodasi
Umur (Tahun)

Titik Dekat (cm)

10
20
30
40
50
60

7
10
14
22
40
200
Sumber: (Ilyas, 2008)

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

32

4. Durasi Penggunaan Komputer
Computer Vision Syndrome (CVS) dapat muncul segera setelah pemakaian
komputer dalam jangka waktu lama atau lebih dari 4 jam. Berbagai gejala yang
timbul pada pekerja komputer yang bekerja dalam waktu lama selain diakibatkan
oleh cahaya yang masuk ke mata, juga diakibatkan karena mata seorang pekerja
komputer berkedip lebih sedikit dibandingkan pekerja mata normal pekerja biasa
sehingga menyebabkan mata menjadi kering dan terasa panas (Wasisto, 2005).
Durasi kerja bagi seseorang menentukan tingkat efisiensi dan produktivitas kerja.
Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam.
Memperpanjang jam kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai
efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta
kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan (Aryanti,
2006). Berdasarkan survei yang dilakukan di Amerika tahun 2004 bahwa lebih
dari 143 juta orang Amerika menghabiskan waktu di depan
komputer setiap hari dan rata-rata waktu kerja yang digunakan untuk
bekerja dengan komputer adalah 5,8 jam per hari atau 69% dari total jam kerja
mereka (Pascarelli, 2004). Suatu pekerjaan yang biasa, tidak terlalu ringan atau
berat, sesudah 4 jam bekerja produktivitasnya akan menurun. Keadaan ini
terutama sejalan dengan menurunnya kadar gula di dalam darah. Untuk itu,
diperlukan waktu istirahat dan asupan makanan untuk kembali meninggikan kadar
bahan bakar di dalam tubuh (Yanuar, 2009).
5. Istirahat mata

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

33

Menurut Anshel (1996) dalam Nourmayanti (2009) ada tiga jenis istirahat
bagi pengguna komputer, diantaranya:
1) Micro break yaitu mengistirahatkan mata selama 10 detik setiap 10
menit bekerja, dengan cara melihat jauh (minimal 6 meter) diikuti
dengan mengedipkan mata secara relaks.
2) Mini break yaitu mengistirahatkan mata setiap setengah jam selama
lima menit dengan cara berdiri dan melakukan peregangan tubuh.
Selain itu, lakukan juga melihat jauh dengan objek yang berbedabeda.
3) Maxi break yaitu mengistirahatkan mata dengan melakukan kegiatan
seperti jalan-jalan, bangun dari tempat kerja, minum kopi atau teh dan
makan siang.
Setelah bekerja dengan komputer perlu mengistirahatkan mata sejenak
dengan melihat pemandangan yang dapat menyejukkan mata secara periodik.
Istirahat dalam waktu yang singkat dan sering jauh lebih bermanfaat dibandingkan
dengan istirahat yang lama tetapi jarang (Santoso, 2009). Perubahan fokus pada
mata adalah cara lain untuk memberikan otot mata kesempatan istirahat. Pekerja
hanya membutuhkan memandang ruangan atau ke arah luar jendela beberapa saat
dan melihat objek yang jaraknya kurang lebih 2 kaki (OSHA, 1997). Bila pekerja
terlalu lama melihat dalam jarak dekat maka pekerja perlu mengalihkan
pandangan ke arah yang jauh. Relaksasi atau istirahat mata selama beberapa saat
setiap 30 menit dapat menurunkan ketegangan dan menjaga mata tetap basah
(Zendi, 2009).

Gambaran Radiasi Monitor Komputer Dan Gangguan Kesehatan Mata
Di PT Kawasan Industri Makassar ( KIMA )

34

Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)
dalam (Murtopo dan Sarimurni, 2005) perlu dilakukan istirahat selama 15 menit
terhadap pemakaian komputer selama dua jam. Frekuensi istirahat yang teratur
berguna untuk memotong rantai kelelahan sehingga akan menambah kenyamanan
bagi pengguna komputer. Selain itu, pekerja yang melakukan istirahat 5 menit
selama 4 kali sepanjang waktu bekerja dapat mengurangi keluhan kelelahan mata.