Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid d
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
Atika Zalina
AKULTURASI BUDAYA PADA BANGUNAN MASJID DI KOTA
MEDAN
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)1
Atika Zalina 2
ABSTRAK
Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani merupakan dua buah bangunan masjid tua di Kota
Medan. Nilai sejarah yang dimiliki kedua bangunan masjid ini sangat besar sehingga kedua bangunan masjid
ini dikatakan sebagai ikon bangunan masjid di Kota Medan. Selain dari nilai sejarah dari kedua bangunan
masjid tersebut, arsitektur bangunan Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani yang memiliki akulturasi
budaya antara budaya setempat yakni Melayu dan budaya asing juga menjadi pusat perhatian yang menarik
untuk dikemukakan. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif yang dilakukan
dengan cara mengidentifikasi secara deskriptif bagaimana bentuk bagian – bagian bangunan masjid dan
ornamen yang terdapat pada kedua bangunan masjid. Data ya ng diperlukan didapatkan melalui observasi dan
studi dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi budaya apa saja yang terdapat pada
bangunan masjid dan bagaimana bentuk dari akulturasi budaya tersebut. Hal ini dapat diketahui melalui
bentuk bangunan dan ornamen – ornamen dekoratif yang terdapat pada bangunan masjid. Dari hasil
karakteristik bentuk dan struktur dari masing – masing bangunan masjid selanjutnya dilakukan perbandingan
yang mengidentifikasi perbedaan bentuk bangunan yang dilihat dari segi elemen pembentuk bangunan masjid.
Kata kunci : Masjid, Akulturasi budaya, Masjid Al – Osmani, Masjid Gang Bengkok
ABSTRACT
Masjid Gang Bengkok and Masjid Al – Osmani are the two old mosque in Medan. They have a
significant history. With its history, they are known as the icon of the mosque in Medan. Adding from the
history, architecture of Masjid Gang Bengkok and Masjid Al – Osmani have an acculturation between the local
Malay culture and foreign culture that is very interesting for exploration. For exploration the information, this
research used qualitative research by identifying data descriptively how the part of the building and ornaments
were found on the building of the mosque. The necessary data were obtained through observation and
documentation study. The aim of this study is identifying any culture contained in the mosque and how the shape
of acculturation. It can be seen through the building form and ornaments on the mosque building. From the
results of the characteristics of the shape and structure of each mosque, the next step is comparing and
identifying the differences of the building in terms of constituent elements of the building of the mosque.
Keywords : Mosque, Acculturation, Masjid Al – Osmani, Masjid Gang Bengkok
1
Tulisan ini merupakan bagian akhir dari Tugas Mata Kuliah Studi Perencanaan Lingkungan Binaan II di
Program Studi Teknik Arsitektur FakultasTenik USU Medan dengan Bimbingan Dr.Wahyu Utami ST, MT
2
Mahasiswa Semester VIII Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik USU Jl. Perpustakaan Gedung D
Kampus USU Padang Bulan, Medan. Email atika.zalina@ymail.com
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
PENDAHULUAN
Masjid merupakan bangunan yang bukan
sekedar tempat bersujud, persucian, tempat
salat dan bertayamum, namun Masjid juga
merupakan tempat melaksanakan segala
aktivitas kaum Muslim yang bersangkut paut
dengan ketaatan terhadap Tuhan (Shihab, 1997)
dalam (Kusyanto & Nandang, 2014). Di
Indonesia yang mayoritas penduduknya
beragama Islam tersebar banyak masjid mulai
dari pedesaan hingga kota – kota besar.
Indonesia yang merupakan negara dengan
penganut agama Islam yang sangat banyak
yang tersebar di hampir seluruh penjuru tanah
air, menjadikan keragaman gaya arsitektur
masjid di Indonesia, yang dipengaruhi oleh
lokasinya. Perbedaan lokasi tempat keberadaan
masjid menyebabkan terjadinya keberagaman
gaya arsitektur masjid di Indonesia, di
karenakan mengikuti gaya arsitektur yang
terdapat pada wilayah tersebut. Beberapa
arsitektur pada suatu daerah mendapatkan
pengaruh dari arsitektur luar dan pengaruh
tersebut diterima dan diolah dengan baik
bersama arsitektur daerah tersebut tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian masing –
masing budaya.
PENGARUH BUDAYA PADA
ARSITEKTUR MASJID
Pengertian dan Fungsi Masjid
Kata masjid secara etimologi diambil dari akar
kata sajada-sujudun, yang berarti patuh, taat,
serta tunduk dengan penuh hormat. Oleh karena
itu dapat diartikan “masjid” adalah tempat
untuk bersujud. Secara umum masjid
merupakan bangunan yang bukan sekedar
tempat bersujud, persucian, tempat salat dan
bertayamum, namun masjid juga merupakan
tempat melaksanakan segala aktivitas kaum
Muslim yang bersangkut paut dengan ketaatan
terhadap Tuhan (Shihab , 1997) dalam
(Kusyanto & Nandang, 2014).
Fungsi dari masjid adalah sebagai sarana
tempat untuk menyampaikan pembicaraan
mengenai pokok – pokok kehidupan (yang
berhubungan
dengan
ibadah,
maupun
kebudayaan yang berdasarkan Islam) dalam
upaya menyampaikan ajaran Islam dan sebagai
tempat melaksanakan ibadah salat.
Atika Zalina
Bagian Bangunan Masjid
Menurut Frehman (1997) bangunan masjid
terdiri dari bagian bagian bangunan antara lain:
Kubah. Kubah merupakan karakteristik
arsitektur Islam dari masa pembaruan Islam
dengan arsitektur barat yang disebut
arsitektur Byzantium (Rochim, 1983).
Menara. Menara merupakan bangunan
yang memiliki ukuran tinggi yang
ukurannya jauh lebih tinggi dari bangunan
induknya. Struktur bangunan menara juga
merupakan
bangunan
yang
ukuran
ketinggiannya lebih besar dibandingkan
dengan ketebalannya. Bangunan menara
dapat berdiri sendiri ataupun juga dapat
ditemukan di bangunan lain. Fungsi menara
pada bangunan masjid digunakan oleh
seseorang yang mengumandangkan adzan
(muadzim)
untuk
tempat
mengumandangkan adzan sebagai tanda
shalat.
Taman. Taman merupakan bagian dari
bangunan yang menghubungkan bangunan
dengan alam. Taman juga berfungsi untuk
peralihan unsur kontiunitas antara elemen
interior pada ruang dalam yang didominasi
unsur tumbuhan, bunga, dan daun .
Aula Shalat. Aula shalat merupakan
ruangan yang luas yang berfungsi sebagai
tempat untuk shalat dan aktifitas keagamaan
lainnya. Ruang shalat biasanya dibagi
menjadi dua bagian dengan pembatas.
Untuk membedakan daerah pria dan wanita.
Mihrab. Mihrab merupakan bagian tempat
berdirinya imam dalam melaksanakan shalat
yang terdapat di aula shalat. Mihrab
biasanya berbentuk sebuah bidang dinding
yang melengkung ke dalam sehingga
menciptakan ruang. Arahnya berada pada
arah kiblat yang merupakan orientasi shalat.
Mimbar. Mimbar merupakan sebuah
podium yang difungsikan untuk penyampai
khutbah (khotib). Terdapat pada sisi kanan
mihrab. Kedudukannya lebih tinggi dari
ruang shalat dengan tujuan agar khatib dapat
dilihat oleh jamaah. Arah hadap mimbar ke
arah jamaah sehingga membelakangi arah
kiblat.
Akulturasi Budaya
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (2005)
adalah seluruh sistim gagasan dan rasa,
tindakan, serta karya yang dihasilkan oleh
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang
dijadikan miliknya dengan belajar.
Menurut Koentjaraningrat (2005) akulturasi
adalah proses sosial yang terjadi apabila
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan pada kebudayaan asing yang
berbeda, sehingga unsur kebudayaan asing itu
lambat laun diterima dan diolah di dalam
kebudayaan daerah tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan daerah itu
sendiri, yang tidak menyebabkan hilangnya
kepribadian masing – masing budaya.
Arsitektur Melayu
Kebudayaan lokal yang terdapat di Kota Medan
yaitu kebudayaan Melayu. Kebudayaan Melayu
memiliki karakteristik dari segi struktur
bangunan dan ornamen berupa :
Struktur Bangunan
a. Atap
Menurut Julaihi Wahid & Alamsyah (2013)
bangunan Melayu umumnya memiliki atap
dengan bentuk kajang, layar, lontik, dan limas.
b. Bubungan
Bangunan Melayu memiliki bubungan yang
curam tinggi dan berabung panjang sederhana
dan tinggi. Bentuk bubung dengan bentuk
curam agar memudahkan air hujan mengalir ke
bumi (Wahid & Alamsyah, 2013).
c. Dinding dan Lantai
Dinding bangunan Melayu umumnya terbuat
dari papan yang dipasang miring, vertikal,
maupun bersilang dipenuhi hiasan ukiran
sebagai ornamen (Wahid & Alamsyah, 2013).
Lantai rumah Melayu memiliki ketinggian level
yang bertingkat-tingkat.Tingkat paling tinggi
umumnya adalah berfungsi sebagai ruang induk
dikarenakan ruang yang memiliki level
tertinggi adalah ruang yang paling di anggap
sakral atau penting. Lantai biasanya terbuat dari
kayu papan yang halus dengan sambungan
papan dan alur (Wahid & Alamsyah, 2013)
d. Pintu, Jendela, dan Tangga
Pintu dan tangga pada bangunan Melayu
biasanya terletak di depan. Pintu pada rumah
dihadapkan ke arah matahari terbit dan
matahari terbenam (Wahid & Alamsyah, 2013).
Jendela pada bangunan melayu biasanya
terletak pada bagian dinding terbuka layar dan
selalu memiliki bukaan ke arah luar. Bentuknya
selalu memanjang ke atas dengan tinggi sampai
6 kaki dan lebar 1 ½ kaki (Wahid & Alamsyah,
2013).
Atika Zalina
Jumlah anak tangga pada bangunan Melayu
umumnya tidak dalam jumlah genap melainkan
dalam jumlah ganjil (Wahid & Alamsyah,
2013)
e. Tiang
Tiang pada bangunan Melayu terbuat dari
bahan kayu. Penampang tiang berbentuk bulat
dan segi empat. (Wahid & Alamsyah, 2013)
f. Warna
Pada bangunan arsitektur Melayu, warna yang
digunakan terdiri dari 3 warna pokok yakni
kuning, hijau, dan putih.
Ornamen
Menurut Kartini (2014) adapun jenis-jenis
ornamen Melayu berdasarkan bentuknya dibagi
atas : motif floral (tumbuh-tumbuhan), motif
fauna (hewan), Motif Alam, Motif Kaligrafi,
dan Motif Beraneka Ragam.
Floral
Fauna
Alam
Kaligrafi
Beraneka Ragam
Gambar 1. Ornamen Arsitektur Melayu
(Sumber : Ayu Kartini, 2014)
Arsitektur Cina
Karakteristik Arsitektur Cina dapat dilihat dari
segi struktur bangunan dan Ornamen.
Struktur Bangunan
a. Atap
Menurut Widayati (2004) pada bangunan
Arsitektur Cina terdapat 5 jenis atap yang
sering digunakan antara lain : Atap Pelana
dengan Overhanging gable roof , Atap pelana
dengan Flush gable roof , Atap perisai,
Gabungan atap pelana dan perisai, Atap
pyramid.
b. Bubungan
Pada bubungan terdapat unsur tambahan
dekorasi dengan ukiran atau lukisan binatang
atau bunga.
c. Dinding
Bahan pembuatan dinding berupa batu, bata,
kayu, papan, ataupun bambu.
d. Kolom
Menurut Qinghua (2002) pada bangunan
arsitektur Cina terdapat tiga jenis kolom, yaitu
kolom kayu dengan penampang berbentuk
bujur
sangkar
yang
ujung-ujungnya
ditumpulkan, kedua adalah kolom dengan
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
ukuran besar berbentuk cembung dan yang
ketiga adalah kolom tergantung, yaitu sebuah
kolom berukuran pendek pada konstruksi atap
kayu berfungsi sebagai ornament.
e. Pintu dan Jendela
Pintu pada bangunan Arsitektur Cina umumnya
memiliki dua daun dengan ukuran 2.1m x 2.1 m
hingga 7.2m x 7.2 m.
Jendela pada bangunan Cina harus berbentuk
biasa dengan bukaan yang lebar ke arah luar.
f. Lantai
Lantai pada bangunan Arsitektur Cina
umumnya terbuat dari bahan keramik dan ubin.
Ornamen
Ornamen yang terdapat pada Arsitektur Cina
terdiri dari motif fauna (hewan), motif floral,
fenomena alam, legenda, dan geometris.
Fauna
Floral
Geometris
Gambar 2. Ornamen Arsitektur Cina
(Sumber : Moedjiono, 2011)
Arsitektur Arab
Arsitektur Arab memiliki karakteristik yang
dapat dilihat dari struktur bangunan dan
ornamen.
Struktur Bangunan
a. Plafond
Plafond pada bangunan Arsitektur Arab
umumnya berukuran tinggi yang bertujuan
menciptakan kesan yang luas yang memberikan
rasa nyaman dalam qalbu manusia (Mubarok,
2010).
b. Pintu
Berdasarkan fungsinya sebagai alat transisi
pintu pada bangunan Arsitektur Arab hanya
memiliki satu akses menuju bangunan yakni
pintu utama yang memberikan akses menuju
ruang masuk atau gang dengan sudut yang
membelok sehingga tidak mungkin melihat
halaman tersebut dari luar.
c. Serambi
Serambi pada bangunan arsitektur Arab
umumnya bertingkat-tingkat dengan ketinggian
12-17 cm. (Astuti, 2002).
d. Dinding
Dinding pada bangunan arsitektur Arab
dibangun dengan ukuran yang tinggi, yang
terbuat dari susunan bata. Hal ini bertujuan agar
Atika Zalina
bagian interior bangunan tidak mudah terlihat
dari luar.
e. Warna
Warna pada bangunan dengan arsitektur Arab
banyak menggunakan warna cerah namun
natural. Warna – warna tersebut seperti merah,
terakota, ungu, dan juga biru yang
dikombinasikan warna netral putih dan warna
pasir.
Ornamen
Ornamen yang terdapat pada arsitektur Arab
meliputi : geometris, kaligrafi, tumbuhan, dan
muqarnas.
Geometris
Floral
Kaligrafi
Muqarnas
Gambar 3. Ornamen Arsitektur Arab
(Sumber : Farhan Mubarok, 2010)
Arsitektur Spanyol
Arsitektur
Spanyol
(Andalusia)
memiliki karakteristik yang dapat dilihat dari
struktur bangunan dan ornamen
Struktur Bangunan
a. Atap
Atap bangunan di Mediterania menggunakan
atap miring, baik pelana (dua sisi) ataupun
limasan (empat sisi), kuda-kuda kayu dan
genteng tanah liat berwarna terakota, teritisan
pendek atau tanpa teritisan sama sekali.
b. Dinding
Dinding bangunan di Mediterania (terutama
Spanyol) banyak dibuat dari batubata tanpa
dibakar yang disebut adobe.
c. Kubah
Kubah banyak dipakai sebagai elemen hiasan
(dekoratif) pada area masuk bangunan
(entrance) atau khusus di atas ruang yang
membutuhkan penekanan suasana special.
Karena kubah memberi kesan mewah, biasanya
ditempatkan pada area ruang tamu atau orang
berkumpul dalam rumah.
d. Pintu dan Jendela
Pintu dan jendela biasanya berbentuk
segiempat, dengan bentuk lengkungan di
atasnya.
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
e. Pilar
Pilar biasanya berbentuk bulat panjang dan
dihiasi permukaannya dengan hiasan yang
mirip dengan aturan-aturan Yunani-Romawi
tersebut, atau hiasan yang didesain sendiri,
dibuat mirip-mirip dengan aslinya. Kadangkala
pilar malah berpenampang segiempat. Pilar
biasanya menopang bagian portico, balkon atau
carport dengan model tympanum di atas-nya.
f. Balkon
Portico adalah bagian bangunan terbuka yang
menempel bangunan, digunakan untuk area
masuk (entrance) bangunan, biasanya memiliki
kolom-kolom untuk menyangga atapnya
sendiri.
g. Warna
Warna yang banyak muncul pada bangunan di
wilayah Mediterania adalah warna batuan
seperti terakota, kuning kapur, putih, abu-abu
dan sebagainya.
Ornamen
Ornamen arsitektur spanyol meliputi
geometris dan kaligrafi.
Geometris
Kaligrafi
Gambar 4. Ornamen Arsitektur Spanyol
(Sumber : M. Sahid Indraswara, 2008)
Arsitektur India
Karakteristik India dapat dilihat dari segi
ornamen meliputi :
Ornamen
Ornamen Arsitektur India meliputi hewan
(fauna),
legenda,
tumbuhan
dan
geometris.warna yang merupakan karakteristik
Arsitektur India ialah menggunakan warna
yang beraneka ragam warna – warna yang
cerah sepeti merah, orange, biru dan lain-lain.
Fauna
Floral
Legenda
Geometris
Gambar 5. Ornamen Arsitektur India
(Sumber : Lano Hapia Penta, 2015)
Atika Zalina
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
Penelitian ini disebut penelitian kualitatif
karena menghasilkan data yang bersifat
deskriptif mengenai apa saja gaya arsitektur
yang terdapat pada bangunan Masjid Gang
Bengkok dan Masjid Al-Osmani berupa data
tertulis.
Tahapan Analisis Data
Tahapan
analisis
data
yang
dipergunakan adalah :
Pengumpulan data
Data merupakan bentuk hasil yang
didapatkan dari sumber data dengan proses
observasi dan dokumentasi.
Identifikasi data
Kumpulan data dalam bentuk catatan hasil
pengamatan, gambar, foto, dokumen,
artikel tentang Masjid Gang Bengkok dan
Masjid Al – Osmani, selanjutnya data
yang terkumpul tersebut disusun dan
dikelompokkan.
Analisa data
Data yang dikumpulkan dianalasis guna
mendapatkan jawaban atas perpaduan gaya
arsitektur pada bangunan Masjid Gang
Bengkok dan Masjid Al-Osmani di
Medan. Setelah data di analisis selanjutnya
diambil kesimpulan hasil dari penelitian.
AKULTURASI BUDAYA PADA
BANGUNAN MASJID GANG
BENGKOK DAN MASJID AL –
OSMANI
Kawasan Penelitian
Penelitian ini mengambil dua studi kasus
bangunan masjid yang berbeda yaitu Masjid
Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani.
Masjid Gang Bengkok berada di Jalan Mesjid,
tepatnya berada di Kelurahan Kesawan,
Kabupaten Medan Kota, Provinsi Sumatera
Utara. Masjid Al – Osmani terletak di Jalan
Yos. Sudarso km 17,5 tepatnya berada di
wilayah Desa Pekan Labuhan, Kecamatan
Medan Labuhan, Kabupaten Medan, Provinsi
Sumatera Utara (Sumalyo, 2000).
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
Bagian
Masjid
Kubah
Arsitektur
Melayu
1.Penggunaa
n cat
berwarna
hijau pada
penutup atap
Gapura
1.Penggunaa
n cat
berwarna
kuning dan
hijau pada
gapura
Menara
1.Penggunaa
n cat
berwarna
kuning dan
hijau pada lis
dinding
menara
Aula shalat
1.Penggunaa
n cat
berwarna
kuning dan
hijau pada
bagian atas
dinding aula
shalat dan
pada kolom
utama.
2.Terdapat
ornamen Itik
Sekawan
pada bagian
atas dinding.
Peta Masjid Al – Osmani
(Sumber: Google Earth)
Peta Kota Medan
(Sumber: Google Maps)
Peta Masjid Gang Bengkok
(Sumber: Google Earth)
Gambar 6. Letak Kawasan Penelitian
(Sumber : Google Maps & Google Earth)
Pada kawasan Masjid Gang Bengkok terdapat
gapura pada bagian depan kawasan, lalu
terdapat jalan setapak yang menghubungkan
menuju bangunan utama masjid. Di sebelah
bangunan masjid terdapat
Jalan. Masjid
Kantor
Atika Zalina
Rumah
Masjid
Mihrab
Makam
Makam
Masjid
1.Terdapat
empat buah
kolom
besar yang
sama
seperti
kolom
pada
bangunan
Rumah
Tjong A
Fie
Arsitektur
Arab
1.Penggun
aan hiasan
berupa
lengkunga
n
membentu
k kubah
1.Penggun
aan
marmer
berwarna
pasir pada
dinding
ekterior
menara
1.Penggun
aan
marmer
berwarna
pasir pada
dinding
interior
masjid
1.Terdapat
lengkunga
n pada
bagian
pintu
mihrab
Rumah
Jalan. Yos
Sudarso
Arsitektur
Cina
1.Tidak
memiliki
kubah tapi
mengguna
kan bentuk
atap berupa
atap
pyramid
WRumah
Wudhu
Makam
Gambar 7. Kawasan Eksisting Masjid Gang Bengkok
(atas) dan Masjid Al – Osmani (bawah)
(Sumber : Atika Zalina, 2015)
Masjid Gang Bengkok
Arsitektur Masjid Gang Bengkok
Arsitektur Masjid Gang Bengkok dapat
diidentifikasi berdasarkan bagian bangunan dan
struktur bangunan.
Bagian Bangunan
Bagian bangunan arsitektur masjid yang
terdapat pada Masjid Gang Bengkok meliputi:
Mimbar
1.Penggunaa
n cat
berwarna
kuning dan
hijau dan
ornamen
Bunga
Cengkih dan
Kaluk Pakis
pada
mimbar
Tabel 1. Tabulasi Bagian – bagian Bangunan Masjid
Gang Bengkok
(Sumber : Atika Zalina, 2015)
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
Bunga
Melur
pada
bagian
atas
kolom di
aula shalat
Struktur Bangunan Masjid
Untuk mengetahui penerapan budaya yang
terdapat pada Masjid Gang Bengkok diperlukan
mengidentifikasi struktur bangunan yang
terdapat pada bangunan Masjid Gang Bengkok.
Struktur
Bangunan
Atap
Dinding
Arsitektur
Melayu
1.Penggun
aan cat
berwarna
hijau pada
penutup
atap
1.Penggun
aan cat
berwarna
kuning
pada
dinding
eksterior
Lantai
Pintu
Kolom
Arsitektur
Cina
1.Penggun
aan atap
berbentuk
atap
pyramid
1.Penggun
aan
keramik
berwarna
merah
1.Penggun
aan
material
berupa
kayu pada
pintu
2.Penggun
aan cat
berwarna
kuning
dan hijau
pada daun
pintu
1.Bentuk
dasar
kolom
berupa
lingkaran
dengan
penampan
g persegi
2.Penggun
aan cat
berwarna
kuning
dan hijau
pada
kolom.
3.Terdapat
ornamen
Arsitektur
Arab
Tabel 2. Tabulasi Struktur Bangunan Masjid Gang
Bengkok
(Sumber : Atika Zalina, 2015)
Masjid Al – Osmani
1.Penggun
aan
material
berupa
susunan
bata
2.Penggun
aan
dinding
marmer
berwarna
putih pasir
pada
dinding
interior
1.Lantai
serambi
bertingkat
- tingkat
1.Terdapat
lengkunga
n pada
bagian
atas pintu
1.Penggun
aan kolom
yang sama
dengan
kolom di
rumah
Tjong a
Fie.
Atika Zalina
Arsitektur Masjid Al – Osmani
Bagian arsitektur masjid yang terdapat
pada Masjid Al – Osmani meliputi :
Bagian Bangunan Masjid
Bagian
Masjid
Kubah
Arsitektur
Melayu
1.Terdapat
ornamen
Lebah
Bergantung
pada lisplang
kubah
Gapura
1.Penggunaa
n cat
berwarna
kuning dan
hijau.
Aula shalat
1.Penggunaa
n cat
berwarna
kuning
dengan lis
berwarna
hijau pada
dinding aula
shalat
2.Penggunaa
n cat
berwarna
putih pada
plafond aula
shalat
1.Penggunaa
n cat
berwarna
kuning pada
dinding
mihrab
Mihrab
Mimbar
1.Penggunaa
n cat
berwarna
kuning dan
hijau
Arsitektur
Arab
Arsitektur
Spanyol
1.Penggun
aan kubah
dengan
entuk
dasar segi
delapan
1.Penggun
aan kolom
berbentuk
langsing
pada sisi
gapura
1.Terdapat
lengkungan
pada
bagian atas
dinding
aula shalat
1. Dinding
aula shalat
memiliki
dinding
yang tebal
1.Terdapat
lengkungan
pada
bagian atas
pintu
Mihrab
1.Terdapat
kolom
berukuran
langsing
pada sisi
kanan dan
kiri pintu
mihrab
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
Kolom
Tabel 3. Tabulasi Bagian Bangunan Masjid Al – Osmani
(Sumber : Atika Zalina, 2015)
Struktur Bangunan Masjid
Untuk mengetahui penerapan budaya yang
terdapat pada Masjid Al – Osmani diperlukan
mengidentifikasi struktur bangunan yang
terdapat pada bangunan Masjid Al – Osmani.
Struktur
Bangunan
Atap
Dinding
Lantai
Pintu
Arsitektur
Melayu
1.Terdapat
ornamen
Lebah
Bergantun
g pada
lisplang
kubah
1.Penggun
aan
material
berupa
susunan
bata
2.Penggun
aan cat
berwarna
kuning
dengan lis
berwarna
hijau pada
dinding
interior
dan
eksterior
1.Penggun
aan lantai
berwarna
putih
1.Penggun
aan
material
berupa
kayu
2.Penggun
aan cat
berwarna
kuning
dan hijau
Arsitektur
Arab
Arsitektur
Spanyol
1.Penggunaa
n kubah
dengan
entuk dasar
segi delapan
1. Dinding
berukuran
tebal
1.Lantai
pada
serambi
memiliki
level yang
bertingkat
– tingkat
Atika Zalina
1.Kolom
pada
serambi
berbentuk
bulat
dengan
penampan
g persegi
2.Kolom
pada
serambi
belakang
berbentuk
dasar
berupa
persegi.
3.Penggun
aan cat
berwarna
kuning
dan hijau
pada
ketiga
kolom.
1.Kolom
pada aula
shalat
berbentuk
segi
delapan
berukuran
besar
1.Kolom
pada
serambi
berukuran
kecil/langsin
g
Tabel 4. Tabulasi Struktur Bangunan Masjid Al – Osmani
(Sumber : Atika Zalina, 2015)
Ornamen pada Bangunan Masjid
Selain dari segi struktur bangunan penerapan
budaya juga dapat diidentifikasi berdasarkan
ornamen yang terdapat pada bangunan Masjid
Al – Osmani.
Letak Ornamen
Ornamen
pada
lisplang atap
Keterangan
1.Merupakan ornamen dengan
motif fauna Melayu yang
bernama Lebah bergantung
Ornamen
pintu
pada
1.Merupakan
ornamen
geometris cina dengan pola
persegi dan garis
2.Menggunakan cat berwarna
kuning dan hijau khas Melayu
Ornamen
pada
bagian atas pintu
1.Merupakan ornamen dengan
motif floral yaitu Bunga Ketola
dan Bunga Kundur
2.Menggunakan warna yang
beraneka ragam dengan warna
yang cerah khas India
Ornamen
pada
dinding penopang
atap
1.Merupakan ornamen dengan
motif fauna Melayu yang
bernama Pelana Kuda Kencana
2.Menggunakan warna kuning
khas Melayu
1.Terdapat
bentuk
lengkunga
n pada
bagian
atas pintu
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
Ornamen pada
gapura
1.Merupakan ornamen motif
floral Melayu yang bernama
Pucuk Rebung
2.Menggunakan bahan dari
kayu warna hijau khas Melayu
1.Merupakan ornamen
aneka ragam Melayu
bernama terali biola
2.Menggunakan bahan
kayu dan warna kuning
Melayu
Ornamen
pada
dinding mihrab
Ornamen
jendela
pada
motif
yang
dari
khas
1.Merupakan ornamen dengan
motif kaligrafi Arab
2.Warna
yang
digunakan
beraneka ragam dengan warna
yang cerah khas India
1.Merupakan ornamen motif
floral Melayu yaitu Bunga
Kundur dan Bunga Ketola.
2.Warna
yang
digunakan
beraneka ragam dengan warna
yang cerah khas India
1.Merupakan ornamen motif
floral Melayu yaitu Bunga
Cengkih
2.Warna
yang
digunakan
berwarna coklat khas Spanyol
Ornamen
plafond
pada
1.Merupakan ornamen motif
muqarnas Arab
2.Terdapat ornamen motif floral
Melayu pada sekitar plafond
yaitu Pucuk Rebung.
3. Warna yang digunakan warna
coklatdan warna cerah bernaka
ragam khas Spanyol dan India
Tabel 5. Tabulasi Ornamen Masjid Al – Osmani
(Sumber : Atika Zalina, 2015)
Perbedaan Masjid Al – Osmani dan Masjid
Gang Bengkok
Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani
memiliki perbedaan dari segi gaya arsitektur
nya hal ini tercermin pada letak kawasan dan
elemen bangunan kedua masjid tersebut antara
lain :
Elemen
Bangun
an
Atap
Atika Zalina
Masjid
Gang
Bengkok
Masjid Al –
Osmani
Analisa
Perbedaan
terdapat pada
bentuk atap
pada kedua
bangunan.
Masjid Gang
Bengkok :
Atap pyramid
Masjid Al –
Osmani :
Kubah segi
delapan
Gapura
Perbedaan
terdapat pada
bentuk gapura.
Masjid Gang
Bengkok :
ditopang oleh
kolom
berbentuk
besar
Masjid Al Osmani:
terdapat
kolom
berbentuk
langsing disisi
gapura
Dinding
Perbedaan
Interior
terdapat pada
material
dinding.
Masjid Gang
Bengkok :
Terbuat dari
dinding
marmer
Masjid Al –
Osmani :
Terbuat dari
susunan bata
Mimbar
Perbedaan
terdapat pada
bentuk dan
ukuran dari
mimbar
Masjid Gang
Bangkok :
Ukuran
Mimbar
cenderung
tinggi dengan
beberapa anak
tangga
Masjid Al –
Osmani :
Mimbar
cenderung
pendek terdiri
dari tiga
tingkatan.
Tabel 6. Tabulasi Perbedaan antara Masjid Gang
Bengkok dan Masjid Al – Osmani
(Sumber : Atika Zalina, 2015)
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang dijelaskan dapat
diambil kesimpulan antara lain :
1. Gaya arsitektur yang terdapat pada
bangunan
Masjid
Gang
Bengkok
merupakan perpaduan antara kebudayaan
Melayu yang merupakan kebudayaan
setempat dengan kebudayaan asing yang
meliputi kebudayaan Cina dan Arab.
Penerapan kebudayaan – kebudayaan
tersebut dapat dilihat pada bagian – bagian
bangunan masjid seperti kubah, gapura,
menara, aula shalat, mihrab, dan mimbar.
Penerapan berbagai kebudayaan tersebut
juga dapat dilihat pada struktur bangunan
meliputi atap, pintu, jendela, dinding,
lantai, dan kolom dari bangunan Masjid
Gang Bengkok.
2. Gaya arsitektur yang terdapat pada
bangunan Masjid Al – Osmani merupakan
perpaduan antara kebudayaan Melayu
yang merupakan kebudayaan setempat
dengan kebudayaan asing yang meliputi
kebudayaan Cina, Arab, Spanyol dan
India.
Penerapan
kebudayaan
–
kebudayaan tersebut dapat dilihat pada
bagian – bagian bangunan masjid seperti
kubah, gapura, aula shalat, mihrab, dan
mimbar. Penerapan berbagai kebudayaan
tersebut juga dapat dilihat pada struktur
bangunan meliputi atap, pintu, jendela,
dinding, lantai, dan kolom dari bangunan
Masjid Al - Osmani.
3. Pada gaya arsitektur kedua bangunan
masjid ini terdapat perbedaan dari segi
kebudayaan yang diterapkan, yang terlihat
pada bagian – bagian bangunan seperti
pada bagian kawasan, gapura, dinding,
pintu, mimbar dan ornamen masing –
masing masjid baik dari segi bentuk
maupun warna yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anom, I Gusti Ngurah, 1998. Masjid Kuno
Indonesia .
Indonesia:
Direktorat
Perlindungan
dan
Pembinaan
Peninggalan Sejarah dan Purbakala.
Frehman, Martin; Hasan, 1997. The Mosque :
History Architectural Development.
Husny, Tengku M. Lah, 1976. Bentuk Rumah
Tradisi Melayu. Medan
Indraswara, M. Sahid, 2008. Kajian Arsitektur
Mediterania dan Perkembangannya di
Atika Zalina
Indonesia. Jurnal Ilmiah Perancangan
Kota dan Pemukiman
Kartini, Ayu, 2014. Analisis Penerapan
Ornamen Bernuansa Melayu Ditinjau
dari Bentuk dan Warna di Kota Medan.
Medan: Universitas Negeri Medan.
Koentjaraningrat, 1990 & 2005. Pengantar
Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Moedjiono, 2011. Ragam Hias dan Warna
Sebagai Simbol Dalam Arsitektur Cina.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Mubarok, Farhan, 2010. Konsep Perencanaan
dan Perancangan Pondok Pesantren
Internasional di Surakarta dengan
Pendekatan Arsitektur Islam. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Penta, Lano Hapia, 2015. Masjid Di
Kesultanan Demak Sebagai Cerminan
Akulturasi Budaya Jawa Hindu Buddha
Dengan Budaya Islam Studi Kasus :
Masjid Menara Kudus. Jurnal Aspek
Sosial Budaya Dalam Arsitektur.
Sumalyo, Yulianto, 2000. Arsitektur Masjid
dan
Monumen
Sejarah
Muslim.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
Atika Zalina
AKULTURASI BUDAYA PADA BANGUNAN MASJID DI KOTA
MEDAN
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)1
Atika Zalina 2
ABSTRAK
Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani merupakan dua buah bangunan masjid tua di Kota
Medan. Nilai sejarah yang dimiliki kedua bangunan masjid ini sangat besar sehingga kedua bangunan masjid
ini dikatakan sebagai ikon bangunan masjid di Kota Medan. Selain dari nilai sejarah dari kedua bangunan
masjid tersebut, arsitektur bangunan Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani yang memiliki akulturasi
budaya antara budaya setempat yakni Melayu dan budaya asing juga menjadi pusat perhatian yang menarik
untuk dikemukakan. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif yang dilakukan
dengan cara mengidentifikasi secara deskriptif bagaimana bentuk bagian – bagian bangunan masjid dan
ornamen yang terdapat pada kedua bangunan masjid. Data ya ng diperlukan didapatkan melalui observasi dan
studi dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi budaya apa saja yang terdapat pada
bangunan masjid dan bagaimana bentuk dari akulturasi budaya tersebut. Hal ini dapat diketahui melalui
bentuk bangunan dan ornamen – ornamen dekoratif yang terdapat pada bangunan masjid. Dari hasil
karakteristik bentuk dan struktur dari masing – masing bangunan masjid selanjutnya dilakukan perbandingan
yang mengidentifikasi perbedaan bentuk bangunan yang dilihat dari segi elemen pembentuk bangunan masjid.
Kata kunci : Masjid, Akulturasi budaya, Masjid Al – Osmani, Masjid Gang Bengkok
ABSTRACT
Masjid Gang Bengkok and Masjid Al – Osmani are the two old mosque in Medan. They have a
significant history. With its history, they are known as the icon of the mosque in Medan. Adding from the
history, architecture of Masjid Gang Bengkok and Masjid Al – Osmani have an acculturation between the local
Malay culture and foreign culture that is very interesting for exploration. For exploration the information, this
research used qualitative research by identifying data descriptively how the part of the building and ornaments
were found on the building of the mosque. The necessary data were obtained through observation and
documentation study. The aim of this study is identifying any culture contained in the mosque and how the shape
of acculturation. It can be seen through the building form and ornaments on the mosque building. From the
results of the characteristics of the shape and structure of each mosque, the next step is comparing and
identifying the differences of the building in terms of constituent elements of the building of the mosque.
Keywords : Mosque, Acculturation, Masjid Al – Osmani, Masjid Gang Bengkok
1
Tulisan ini merupakan bagian akhir dari Tugas Mata Kuliah Studi Perencanaan Lingkungan Binaan II di
Program Studi Teknik Arsitektur FakultasTenik USU Medan dengan Bimbingan Dr.Wahyu Utami ST, MT
2
Mahasiswa Semester VIII Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik USU Jl. Perpustakaan Gedung D
Kampus USU Padang Bulan, Medan. Email atika.zalina@ymail.com
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
PENDAHULUAN
Masjid merupakan bangunan yang bukan
sekedar tempat bersujud, persucian, tempat
salat dan bertayamum, namun Masjid juga
merupakan tempat melaksanakan segala
aktivitas kaum Muslim yang bersangkut paut
dengan ketaatan terhadap Tuhan (Shihab, 1997)
dalam (Kusyanto & Nandang, 2014). Di
Indonesia yang mayoritas penduduknya
beragama Islam tersebar banyak masjid mulai
dari pedesaan hingga kota – kota besar.
Indonesia yang merupakan negara dengan
penganut agama Islam yang sangat banyak
yang tersebar di hampir seluruh penjuru tanah
air, menjadikan keragaman gaya arsitektur
masjid di Indonesia, yang dipengaruhi oleh
lokasinya. Perbedaan lokasi tempat keberadaan
masjid menyebabkan terjadinya keberagaman
gaya arsitektur masjid di Indonesia, di
karenakan mengikuti gaya arsitektur yang
terdapat pada wilayah tersebut. Beberapa
arsitektur pada suatu daerah mendapatkan
pengaruh dari arsitektur luar dan pengaruh
tersebut diterima dan diolah dengan baik
bersama arsitektur daerah tersebut tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian masing –
masing budaya.
PENGARUH BUDAYA PADA
ARSITEKTUR MASJID
Pengertian dan Fungsi Masjid
Kata masjid secara etimologi diambil dari akar
kata sajada-sujudun, yang berarti patuh, taat,
serta tunduk dengan penuh hormat. Oleh karena
itu dapat diartikan “masjid” adalah tempat
untuk bersujud. Secara umum masjid
merupakan bangunan yang bukan sekedar
tempat bersujud, persucian, tempat salat dan
bertayamum, namun masjid juga merupakan
tempat melaksanakan segala aktivitas kaum
Muslim yang bersangkut paut dengan ketaatan
terhadap Tuhan (Shihab , 1997) dalam
(Kusyanto & Nandang, 2014).
Fungsi dari masjid adalah sebagai sarana
tempat untuk menyampaikan pembicaraan
mengenai pokok – pokok kehidupan (yang
berhubungan
dengan
ibadah,
maupun
kebudayaan yang berdasarkan Islam) dalam
upaya menyampaikan ajaran Islam dan sebagai
tempat melaksanakan ibadah salat.
Atika Zalina
Bagian Bangunan Masjid
Menurut Frehman (1997) bangunan masjid
terdiri dari bagian bagian bangunan antara lain:
Kubah. Kubah merupakan karakteristik
arsitektur Islam dari masa pembaruan Islam
dengan arsitektur barat yang disebut
arsitektur Byzantium (Rochim, 1983).
Menara. Menara merupakan bangunan
yang memiliki ukuran tinggi yang
ukurannya jauh lebih tinggi dari bangunan
induknya. Struktur bangunan menara juga
merupakan
bangunan
yang
ukuran
ketinggiannya lebih besar dibandingkan
dengan ketebalannya. Bangunan menara
dapat berdiri sendiri ataupun juga dapat
ditemukan di bangunan lain. Fungsi menara
pada bangunan masjid digunakan oleh
seseorang yang mengumandangkan adzan
(muadzim)
untuk
tempat
mengumandangkan adzan sebagai tanda
shalat.
Taman. Taman merupakan bagian dari
bangunan yang menghubungkan bangunan
dengan alam. Taman juga berfungsi untuk
peralihan unsur kontiunitas antara elemen
interior pada ruang dalam yang didominasi
unsur tumbuhan, bunga, dan daun .
Aula Shalat. Aula shalat merupakan
ruangan yang luas yang berfungsi sebagai
tempat untuk shalat dan aktifitas keagamaan
lainnya. Ruang shalat biasanya dibagi
menjadi dua bagian dengan pembatas.
Untuk membedakan daerah pria dan wanita.
Mihrab. Mihrab merupakan bagian tempat
berdirinya imam dalam melaksanakan shalat
yang terdapat di aula shalat. Mihrab
biasanya berbentuk sebuah bidang dinding
yang melengkung ke dalam sehingga
menciptakan ruang. Arahnya berada pada
arah kiblat yang merupakan orientasi shalat.
Mimbar. Mimbar merupakan sebuah
podium yang difungsikan untuk penyampai
khutbah (khotib). Terdapat pada sisi kanan
mihrab. Kedudukannya lebih tinggi dari
ruang shalat dengan tujuan agar khatib dapat
dilihat oleh jamaah. Arah hadap mimbar ke
arah jamaah sehingga membelakangi arah
kiblat.
Akulturasi Budaya
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (2005)
adalah seluruh sistim gagasan dan rasa,
tindakan, serta karya yang dihasilkan oleh
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang
dijadikan miliknya dengan belajar.
Menurut Koentjaraningrat (2005) akulturasi
adalah proses sosial yang terjadi apabila
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan pada kebudayaan asing yang
berbeda, sehingga unsur kebudayaan asing itu
lambat laun diterima dan diolah di dalam
kebudayaan daerah tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan daerah itu
sendiri, yang tidak menyebabkan hilangnya
kepribadian masing – masing budaya.
Arsitektur Melayu
Kebudayaan lokal yang terdapat di Kota Medan
yaitu kebudayaan Melayu. Kebudayaan Melayu
memiliki karakteristik dari segi struktur
bangunan dan ornamen berupa :
Struktur Bangunan
a. Atap
Menurut Julaihi Wahid & Alamsyah (2013)
bangunan Melayu umumnya memiliki atap
dengan bentuk kajang, layar, lontik, dan limas.
b. Bubungan
Bangunan Melayu memiliki bubungan yang
curam tinggi dan berabung panjang sederhana
dan tinggi. Bentuk bubung dengan bentuk
curam agar memudahkan air hujan mengalir ke
bumi (Wahid & Alamsyah, 2013).
c. Dinding dan Lantai
Dinding bangunan Melayu umumnya terbuat
dari papan yang dipasang miring, vertikal,
maupun bersilang dipenuhi hiasan ukiran
sebagai ornamen (Wahid & Alamsyah, 2013).
Lantai rumah Melayu memiliki ketinggian level
yang bertingkat-tingkat.Tingkat paling tinggi
umumnya adalah berfungsi sebagai ruang induk
dikarenakan ruang yang memiliki level
tertinggi adalah ruang yang paling di anggap
sakral atau penting. Lantai biasanya terbuat dari
kayu papan yang halus dengan sambungan
papan dan alur (Wahid & Alamsyah, 2013)
d. Pintu, Jendela, dan Tangga
Pintu dan tangga pada bangunan Melayu
biasanya terletak di depan. Pintu pada rumah
dihadapkan ke arah matahari terbit dan
matahari terbenam (Wahid & Alamsyah, 2013).
Jendela pada bangunan melayu biasanya
terletak pada bagian dinding terbuka layar dan
selalu memiliki bukaan ke arah luar. Bentuknya
selalu memanjang ke atas dengan tinggi sampai
6 kaki dan lebar 1 ½ kaki (Wahid & Alamsyah,
2013).
Atika Zalina
Jumlah anak tangga pada bangunan Melayu
umumnya tidak dalam jumlah genap melainkan
dalam jumlah ganjil (Wahid & Alamsyah,
2013)
e. Tiang
Tiang pada bangunan Melayu terbuat dari
bahan kayu. Penampang tiang berbentuk bulat
dan segi empat. (Wahid & Alamsyah, 2013)
f. Warna
Pada bangunan arsitektur Melayu, warna yang
digunakan terdiri dari 3 warna pokok yakni
kuning, hijau, dan putih.
Ornamen
Menurut Kartini (2014) adapun jenis-jenis
ornamen Melayu berdasarkan bentuknya dibagi
atas : motif floral (tumbuh-tumbuhan), motif
fauna (hewan), Motif Alam, Motif Kaligrafi,
dan Motif Beraneka Ragam.
Floral
Fauna
Alam
Kaligrafi
Beraneka Ragam
Gambar 1. Ornamen Arsitektur Melayu
(Sumber : Ayu Kartini, 2014)
Arsitektur Cina
Karakteristik Arsitektur Cina dapat dilihat dari
segi struktur bangunan dan Ornamen.
Struktur Bangunan
a. Atap
Menurut Widayati (2004) pada bangunan
Arsitektur Cina terdapat 5 jenis atap yang
sering digunakan antara lain : Atap Pelana
dengan Overhanging gable roof , Atap pelana
dengan Flush gable roof , Atap perisai,
Gabungan atap pelana dan perisai, Atap
pyramid.
b. Bubungan
Pada bubungan terdapat unsur tambahan
dekorasi dengan ukiran atau lukisan binatang
atau bunga.
c. Dinding
Bahan pembuatan dinding berupa batu, bata,
kayu, papan, ataupun bambu.
d. Kolom
Menurut Qinghua (2002) pada bangunan
arsitektur Cina terdapat tiga jenis kolom, yaitu
kolom kayu dengan penampang berbentuk
bujur
sangkar
yang
ujung-ujungnya
ditumpulkan, kedua adalah kolom dengan
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
ukuran besar berbentuk cembung dan yang
ketiga adalah kolom tergantung, yaitu sebuah
kolom berukuran pendek pada konstruksi atap
kayu berfungsi sebagai ornament.
e. Pintu dan Jendela
Pintu pada bangunan Arsitektur Cina umumnya
memiliki dua daun dengan ukuran 2.1m x 2.1 m
hingga 7.2m x 7.2 m.
Jendela pada bangunan Cina harus berbentuk
biasa dengan bukaan yang lebar ke arah luar.
f. Lantai
Lantai pada bangunan Arsitektur Cina
umumnya terbuat dari bahan keramik dan ubin.
Ornamen
Ornamen yang terdapat pada Arsitektur Cina
terdiri dari motif fauna (hewan), motif floral,
fenomena alam, legenda, dan geometris.
Fauna
Floral
Geometris
Gambar 2. Ornamen Arsitektur Cina
(Sumber : Moedjiono, 2011)
Arsitektur Arab
Arsitektur Arab memiliki karakteristik yang
dapat dilihat dari struktur bangunan dan
ornamen.
Struktur Bangunan
a. Plafond
Plafond pada bangunan Arsitektur Arab
umumnya berukuran tinggi yang bertujuan
menciptakan kesan yang luas yang memberikan
rasa nyaman dalam qalbu manusia (Mubarok,
2010).
b. Pintu
Berdasarkan fungsinya sebagai alat transisi
pintu pada bangunan Arsitektur Arab hanya
memiliki satu akses menuju bangunan yakni
pintu utama yang memberikan akses menuju
ruang masuk atau gang dengan sudut yang
membelok sehingga tidak mungkin melihat
halaman tersebut dari luar.
c. Serambi
Serambi pada bangunan arsitektur Arab
umumnya bertingkat-tingkat dengan ketinggian
12-17 cm. (Astuti, 2002).
d. Dinding
Dinding pada bangunan arsitektur Arab
dibangun dengan ukuran yang tinggi, yang
terbuat dari susunan bata. Hal ini bertujuan agar
Atika Zalina
bagian interior bangunan tidak mudah terlihat
dari luar.
e. Warna
Warna pada bangunan dengan arsitektur Arab
banyak menggunakan warna cerah namun
natural. Warna – warna tersebut seperti merah,
terakota, ungu, dan juga biru yang
dikombinasikan warna netral putih dan warna
pasir.
Ornamen
Ornamen yang terdapat pada arsitektur Arab
meliputi : geometris, kaligrafi, tumbuhan, dan
muqarnas.
Geometris
Floral
Kaligrafi
Muqarnas
Gambar 3. Ornamen Arsitektur Arab
(Sumber : Farhan Mubarok, 2010)
Arsitektur Spanyol
Arsitektur
Spanyol
(Andalusia)
memiliki karakteristik yang dapat dilihat dari
struktur bangunan dan ornamen
Struktur Bangunan
a. Atap
Atap bangunan di Mediterania menggunakan
atap miring, baik pelana (dua sisi) ataupun
limasan (empat sisi), kuda-kuda kayu dan
genteng tanah liat berwarna terakota, teritisan
pendek atau tanpa teritisan sama sekali.
b. Dinding
Dinding bangunan di Mediterania (terutama
Spanyol) banyak dibuat dari batubata tanpa
dibakar yang disebut adobe.
c. Kubah
Kubah banyak dipakai sebagai elemen hiasan
(dekoratif) pada area masuk bangunan
(entrance) atau khusus di atas ruang yang
membutuhkan penekanan suasana special.
Karena kubah memberi kesan mewah, biasanya
ditempatkan pada area ruang tamu atau orang
berkumpul dalam rumah.
d. Pintu dan Jendela
Pintu dan jendela biasanya berbentuk
segiempat, dengan bentuk lengkungan di
atasnya.
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
e. Pilar
Pilar biasanya berbentuk bulat panjang dan
dihiasi permukaannya dengan hiasan yang
mirip dengan aturan-aturan Yunani-Romawi
tersebut, atau hiasan yang didesain sendiri,
dibuat mirip-mirip dengan aslinya. Kadangkala
pilar malah berpenampang segiempat. Pilar
biasanya menopang bagian portico, balkon atau
carport dengan model tympanum di atas-nya.
f. Balkon
Portico adalah bagian bangunan terbuka yang
menempel bangunan, digunakan untuk area
masuk (entrance) bangunan, biasanya memiliki
kolom-kolom untuk menyangga atapnya
sendiri.
g. Warna
Warna yang banyak muncul pada bangunan di
wilayah Mediterania adalah warna batuan
seperti terakota, kuning kapur, putih, abu-abu
dan sebagainya.
Ornamen
Ornamen arsitektur spanyol meliputi
geometris dan kaligrafi.
Geometris
Kaligrafi
Gambar 4. Ornamen Arsitektur Spanyol
(Sumber : M. Sahid Indraswara, 2008)
Arsitektur India
Karakteristik India dapat dilihat dari segi
ornamen meliputi :
Ornamen
Ornamen Arsitektur India meliputi hewan
(fauna),
legenda,
tumbuhan
dan
geometris.warna yang merupakan karakteristik
Arsitektur India ialah menggunakan warna
yang beraneka ragam warna – warna yang
cerah sepeti merah, orange, biru dan lain-lain.
Fauna
Floral
Legenda
Geometris
Gambar 5. Ornamen Arsitektur India
(Sumber : Lano Hapia Penta, 2015)
Atika Zalina
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
Penelitian ini disebut penelitian kualitatif
karena menghasilkan data yang bersifat
deskriptif mengenai apa saja gaya arsitektur
yang terdapat pada bangunan Masjid Gang
Bengkok dan Masjid Al-Osmani berupa data
tertulis.
Tahapan Analisis Data
Tahapan
analisis
data
yang
dipergunakan adalah :
Pengumpulan data
Data merupakan bentuk hasil yang
didapatkan dari sumber data dengan proses
observasi dan dokumentasi.
Identifikasi data
Kumpulan data dalam bentuk catatan hasil
pengamatan, gambar, foto, dokumen,
artikel tentang Masjid Gang Bengkok dan
Masjid Al – Osmani, selanjutnya data
yang terkumpul tersebut disusun dan
dikelompokkan.
Analisa data
Data yang dikumpulkan dianalasis guna
mendapatkan jawaban atas perpaduan gaya
arsitektur pada bangunan Masjid Gang
Bengkok dan Masjid Al-Osmani di
Medan. Setelah data di analisis selanjutnya
diambil kesimpulan hasil dari penelitian.
AKULTURASI BUDAYA PADA
BANGUNAN MASJID GANG
BENGKOK DAN MASJID AL –
OSMANI
Kawasan Penelitian
Penelitian ini mengambil dua studi kasus
bangunan masjid yang berbeda yaitu Masjid
Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani.
Masjid Gang Bengkok berada di Jalan Mesjid,
tepatnya berada di Kelurahan Kesawan,
Kabupaten Medan Kota, Provinsi Sumatera
Utara. Masjid Al – Osmani terletak di Jalan
Yos. Sudarso km 17,5 tepatnya berada di
wilayah Desa Pekan Labuhan, Kecamatan
Medan Labuhan, Kabupaten Medan, Provinsi
Sumatera Utara (Sumalyo, 2000).
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
Bagian
Masjid
Kubah
Arsitektur
Melayu
1.Penggunaa
n cat
berwarna
hijau pada
penutup atap
Gapura
1.Penggunaa
n cat
berwarna
kuning dan
hijau pada
gapura
Menara
1.Penggunaa
n cat
berwarna
kuning dan
hijau pada lis
dinding
menara
Aula shalat
1.Penggunaa
n cat
berwarna
kuning dan
hijau pada
bagian atas
dinding aula
shalat dan
pada kolom
utama.
2.Terdapat
ornamen Itik
Sekawan
pada bagian
atas dinding.
Peta Masjid Al – Osmani
(Sumber: Google Earth)
Peta Kota Medan
(Sumber: Google Maps)
Peta Masjid Gang Bengkok
(Sumber: Google Earth)
Gambar 6. Letak Kawasan Penelitian
(Sumber : Google Maps & Google Earth)
Pada kawasan Masjid Gang Bengkok terdapat
gapura pada bagian depan kawasan, lalu
terdapat jalan setapak yang menghubungkan
menuju bangunan utama masjid. Di sebelah
bangunan masjid terdapat
Jalan. Masjid
Kantor
Atika Zalina
Rumah
Masjid
Mihrab
Makam
Makam
Masjid
1.Terdapat
empat buah
kolom
besar yang
sama
seperti
kolom
pada
bangunan
Rumah
Tjong A
Fie
Arsitektur
Arab
1.Penggun
aan hiasan
berupa
lengkunga
n
membentu
k kubah
1.Penggun
aan
marmer
berwarna
pasir pada
dinding
ekterior
menara
1.Penggun
aan
marmer
berwarna
pasir pada
dinding
interior
masjid
1.Terdapat
lengkunga
n pada
bagian
pintu
mihrab
Rumah
Jalan. Yos
Sudarso
Arsitektur
Cina
1.Tidak
memiliki
kubah tapi
mengguna
kan bentuk
atap berupa
atap
pyramid
WRumah
Wudhu
Makam
Gambar 7. Kawasan Eksisting Masjid Gang Bengkok
(atas) dan Masjid Al – Osmani (bawah)
(Sumber : Atika Zalina, 2015)
Masjid Gang Bengkok
Arsitektur Masjid Gang Bengkok
Arsitektur Masjid Gang Bengkok dapat
diidentifikasi berdasarkan bagian bangunan dan
struktur bangunan.
Bagian Bangunan
Bagian bangunan arsitektur masjid yang
terdapat pada Masjid Gang Bengkok meliputi:
Mimbar
1.Penggunaa
n cat
berwarna
kuning dan
hijau dan
ornamen
Bunga
Cengkih dan
Kaluk Pakis
pada
mimbar
Tabel 1. Tabulasi Bagian – bagian Bangunan Masjid
Gang Bengkok
(Sumber : Atika Zalina, 2015)
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
Bunga
Melur
pada
bagian
atas
kolom di
aula shalat
Struktur Bangunan Masjid
Untuk mengetahui penerapan budaya yang
terdapat pada Masjid Gang Bengkok diperlukan
mengidentifikasi struktur bangunan yang
terdapat pada bangunan Masjid Gang Bengkok.
Struktur
Bangunan
Atap
Dinding
Arsitektur
Melayu
1.Penggun
aan cat
berwarna
hijau pada
penutup
atap
1.Penggun
aan cat
berwarna
kuning
pada
dinding
eksterior
Lantai
Pintu
Kolom
Arsitektur
Cina
1.Penggun
aan atap
berbentuk
atap
pyramid
1.Penggun
aan
keramik
berwarna
merah
1.Penggun
aan
material
berupa
kayu pada
pintu
2.Penggun
aan cat
berwarna
kuning
dan hijau
pada daun
pintu
1.Bentuk
dasar
kolom
berupa
lingkaran
dengan
penampan
g persegi
2.Penggun
aan cat
berwarna
kuning
dan hijau
pada
kolom.
3.Terdapat
ornamen
Arsitektur
Arab
Tabel 2. Tabulasi Struktur Bangunan Masjid Gang
Bengkok
(Sumber : Atika Zalina, 2015)
Masjid Al – Osmani
1.Penggun
aan
material
berupa
susunan
bata
2.Penggun
aan
dinding
marmer
berwarna
putih pasir
pada
dinding
interior
1.Lantai
serambi
bertingkat
- tingkat
1.Terdapat
lengkunga
n pada
bagian
atas pintu
1.Penggun
aan kolom
yang sama
dengan
kolom di
rumah
Tjong a
Fie.
Atika Zalina
Arsitektur Masjid Al – Osmani
Bagian arsitektur masjid yang terdapat
pada Masjid Al – Osmani meliputi :
Bagian Bangunan Masjid
Bagian
Masjid
Kubah
Arsitektur
Melayu
1.Terdapat
ornamen
Lebah
Bergantung
pada lisplang
kubah
Gapura
1.Penggunaa
n cat
berwarna
kuning dan
hijau.
Aula shalat
1.Penggunaa
n cat
berwarna
kuning
dengan lis
berwarna
hijau pada
dinding aula
shalat
2.Penggunaa
n cat
berwarna
putih pada
plafond aula
shalat
1.Penggunaa
n cat
berwarna
kuning pada
dinding
mihrab
Mihrab
Mimbar
1.Penggunaa
n cat
berwarna
kuning dan
hijau
Arsitektur
Arab
Arsitektur
Spanyol
1.Penggun
aan kubah
dengan
entuk
dasar segi
delapan
1.Penggun
aan kolom
berbentuk
langsing
pada sisi
gapura
1.Terdapat
lengkungan
pada
bagian atas
dinding
aula shalat
1. Dinding
aula shalat
memiliki
dinding
yang tebal
1.Terdapat
lengkungan
pada
bagian atas
pintu
Mihrab
1.Terdapat
kolom
berukuran
langsing
pada sisi
kanan dan
kiri pintu
mihrab
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
Kolom
Tabel 3. Tabulasi Bagian Bangunan Masjid Al – Osmani
(Sumber : Atika Zalina, 2015)
Struktur Bangunan Masjid
Untuk mengetahui penerapan budaya yang
terdapat pada Masjid Al – Osmani diperlukan
mengidentifikasi struktur bangunan yang
terdapat pada bangunan Masjid Al – Osmani.
Struktur
Bangunan
Atap
Dinding
Lantai
Pintu
Arsitektur
Melayu
1.Terdapat
ornamen
Lebah
Bergantun
g pada
lisplang
kubah
1.Penggun
aan
material
berupa
susunan
bata
2.Penggun
aan cat
berwarna
kuning
dengan lis
berwarna
hijau pada
dinding
interior
dan
eksterior
1.Penggun
aan lantai
berwarna
putih
1.Penggun
aan
material
berupa
kayu
2.Penggun
aan cat
berwarna
kuning
dan hijau
Arsitektur
Arab
Arsitektur
Spanyol
1.Penggunaa
n kubah
dengan
entuk dasar
segi delapan
1. Dinding
berukuran
tebal
1.Lantai
pada
serambi
memiliki
level yang
bertingkat
– tingkat
Atika Zalina
1.Kolom
pada
serambi
berbentuk
bulat
dengan
penampan
g persegi
2.Kolom
pada
serambi
belakang
berbentuk
dasar
berupa
persegi.
3.Penggun
aan cat
berwarna
kuning
dan hijau
pada
ketiga
kolom.
1.Kolom
pada aula
shalat
berbentuk
segi
delapan
berukuran
besar
1.Kolom
pada
serambi
berukuran
kecil/langsin
g
Tabel 4. Tabulasi Struktur Bangunan Masjid Al – Osmani
(Sumber : Atika Zalina, 2015)
Ornamen pada Bangunan Masjid
Selain dari segi struktur bangunan penerapan
budaya juga dapat diidentifikasi berdasarkan
ornamen yang terdapat pada bangunan Masjid
Al – Osmani.
Letak Ornamen
Ornamen
pada
lisplang atap
Keterangan
1.Merupakan ornamen dengan
motif fauna Melayu yang
bernama Lebah bergantung
Ornamen
pintu
pada
1.Merupakan
ornamen
geometris cina dengan pola
persegi dan garis
2.Menggunakan cat berwarna
kuning dan hijau khas Melayu
Ornamen
pada
bagian atas pintu
1.Merupakan ornamen dengan
motif floral yaitu Bunga Ketola
dan Bunga Kundur
2.Menggunakan warna yang
beraneka ragam dengan warna
yang cerah khas India
Ornamen
pada
dinding penopang
atap
1.Merupakan ornamen dengan
motif fauna Melayu yang
bernama Pelana Kuda Kencana
2.Menggunakan warna kuning
khas Melayu
1.Terdapat
bentuk
lengkunga
n pada
bagian
atas pintu
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
Ornamen pada
gapura
1.Merupakan ornamen motif
floral Melayu yang bernama
Pucuk Rebung
2.Menggunakan bahan dari
kayu warna hijau khas Melayu
1.Merupakan ornamen
aneka ragam Melayu
bernama terali biola
2.Menggunakan bahan
kayu dan warna kuning
Melayu
Ornamen
pada
dinding mihrab
Ornamen
jendela
pada
motif
yang
dari
khas
1.Merupakan ornamen dengan
motif kaligrafi Arab
2.Warna
yang
digunakan
beraneka ragam dengan warna
yang cerah khas India
1.Merupakan ornamen motif
floral Melayu yaitu Bunga
Kundur dan Bunga Ketola.
2.Warna
yang
digunakan
beraneka ragam dengan warna
yang cerah khas India
1.Merupakan ornamen motif
floral Melayu yaitu Bunga
Cengkih
2.Warna
yang
digunakan
berwarna coklat khas Spanyol
Ornamen
plafond
pada
1.Merupakan ornamen motif
muqarnas Arab
2.Terdapat ornamen motif floral
Melayu pada sekitar plafond
yaitu Pucuk Rebung.
3. Warna yang digunakan warna
coklatdan warna cerah bernaka
ragam khas Spanyol dan India
Tabel 5. Tabulasi Ornamen Masjid Al – Osmani
(Sumber : Atika Zalina, 2015)
Perbedaan Masjid Al – Osmani dan Masjid
Gang Bengkok
Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani
memiliki perbedaan dari segi gaya arsitektur
nya hal ini tercermin pada letak kawasan dan
elemen bangunan kedua masjid tersebut antara
lain :
Elemen
Bangun
an
Atap
Atika Zalina
Masjid
Gang
Bengkok
Masjid Al –
Osmani
Analisa
Perbedaan
terdapat pada
bentuk atap
pada kedua
bangunan.
Masjid Gang
Bengkok :
Atap pyramid
Masjid Al –
Osmani :
Kubah segi
delapan
Gapura
Perbedaan
terdapat pada
bentuk gapura.
Masjid Gang
Bengkok :
ditopang oleh
kolom
berbentuk
besar
Masjid Al Osmani:
terdapat
kolom
berbentuk
langsing disisi
gapura
Dinding
Perbedaan
Interior
terdapat pada
material
dinding.
Masjid Gang
Bengkok :
Terbuat dari
dinding
marmer
Masjid Al –
Osmani :
Terbuat dari
susunan bata
Mimbar
Perbedaan
terdapat pada
bentuk dan
ukuran dari
mimbar
Masjid Gang
Bangkok :
Ukuran
Mimbar
cenderung
tinggi dengan
beberapa anak
tangga
Masjid Al –
Osmani :
Mimbar
cenderung
pendek terdiri
dari tiga
tingkatan.
Tabel 6. Tabulasi Perbedaan antara Masjid Gang
Bengkok dan Masjid Al – Osmani
(Sumber : Atika Zalina, 2015)
Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid di Kota Medan
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani)
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang dijelaskan dapat
diambil kesimpulan antara lain :
1. Gaya arsitektur yang terdapat pada
bangunan
Masjid
Gang
Bengkok
merupakan perpaduan antara kebudayaan
Melayu yang merupakan kebudayaan
setempat dengan kebudayaan asing yang
meliputi kebudayaan Cina dan Arab.
Penerapan kebudayaan – kebudayaan
tersebut dapat dilihat pada bagian – bagian
bangunan masjid seperti kubah, gapura,
menara, aula shalat, mihrab, dan mimbar.
Penerapan berbagai kebudayaan tersebut
juga dapat dilihat pada struktur bangunan
meliputi atap, pintu, jendela, dinding,
lantai, dan kolom dari bangunan Masjid
Gang Bengkok.
2. Gaya arsitektur yang terdapat pada
bangunan Masjid Al – Osmani merupakan
perpaduan antara kebudayaan Melayu
yang merupakan kebudayaan setempat
dengan kebudayaan asing yang meliputi
kebudayaan Cina, Arab, Spanyol dan
India.
Penerapan
kebudayaan
–
kebudayaan tersebut dapat dilihat pada
bagian – bagian bangunan masjid seperti
kubah, gapura, aula shalat, mihrab, dan
mimbar. Penerapan berbagai kebudayaan
tersebut juga dapat dilihat pada struktur
bangunan meliputi atap, pintu, jendela,
dinding, lantai, dan kolom dari bangunan
Masjid Al - Osmani.
3. Pada gaya arsitektur kedua bangunan
masjid ini terdapat perbedaan dari segi
kebudayaan yang diterapkan, yang terlihat
pada bagian – bagian bangunan seperti
pada bagian kawasan, gapura, dinding,
pintu, mimbar dan ornamen masing –
masing masjid baik dari segi bentuk
maupun warna yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anom, I Gusti Ngurah, 1998. Masjid Kuno
Indonesia .
Indonesia:
Direktorat
Perlindungan
dan
Pembinaan
Peninggalan Sejarah dan Purbakala.
Frehman, Martin; Hasan, 1997. The Mosque :
History Architectural Development.
Husny, Tengku M. Lah, 1976. Bentuk Rumah
Tradisi Melayu. Medan
Indraswara, M. Sahid, 2008. Kajian Arsitektur
Mediterania dan Perkembangannya di
Atika Zalina
Indonesia. Jurnal Ilmiah Perancangan
Kota dan Pemukiman
Kartini, Ayu, 2014. Analisis Penerapan
Ornamen Bernuansa Melayu Ditinjau
dari Bentuk dan Warna di Kota Medan.
Medan: Universitas Negeri Medan.
Koentjaraningrat, 1990 & 2005. Pengantar
Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Moedjiono, 2011. Ragam Hias dan Warna
Sebagai Simbol Dalam Arsitektur Cina.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Mubarok, Farhan, 2010. Konsep Perencanaan
dan Perancangan Pondok Pesantren
Internasional di Surakarta dengan
Pendekatan Arsitektur Islam. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Penta, Lano Hapia, 2015. Masjid Di
Kesultanan Demak Sebagai Cerminan
Akulturasi Budaya Jawa Hindu Buddha
Dengan Budaya Islam Studi Kasus :
Masjid Menara Kudus. Jurnal Aspek
Sosial Budaya Dalam Arsitektur.
Sumalyo, Yulianto, 2000. Arsitektur Masjid
dan
Monumen
Sejarah
Muslim.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.