DIPLOMASI BUDAYA INDONESIA MELALUI BATIK

DIPLOMASI BUDAYA INDONESIA MELALUI BATIK DENGAN MENDIRIKAN
PUSAT BUDAYA (CULTURAL CENTER) DI POLANDIA
Suci Lestari
Abstract
This paper will discuss the cultural diplomacy of Indonesia through batik by
establishing a cultural center in Poland. Indonesia has a rich culture which can be
a tremendous asset to the nation and the sale value of the interests of Indonesia
diplomacy in international. One of the cultural wealth is owned by Indonesian
batik. Using batik as a means to bridge the cultural diplomacy Indonesia with
other countries to build mutual understanding through cultural objects. To
promote Indonesian batik in the international world government established a
cultural center. Multitrack diplomacy used to foster peace between states or
particular interest. Its authenticity on the fact that it relies on various contributions
from government and non government institutions. This article will explain how
Indonesian batik through cultural diplomacy.
Keywords: Cultural Diplomacy, batik, cultural center, Multi Track Diplomacy.
Pendahuluan
Diplomasi Budaya sudah cukup banyak dan cukup lama dilakukan oleh Indonesia dalam
berbagai misi diplomasi ke luar negeri dan mempunyai dampak yang cukup baik. Diplomasi
Kebudayaan dapat diartikan sebagai “Usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan
nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu

pengetahuan, olahraga dan kesenian, ataupun secara makro sesuai dengan ciri khas yang utama,
misalnya : propaganda dan lain-lain, yang dalam pengertian konvensional dapat dianggap
sebagai bukan politik, ekonomi ataupun militer”.
Diplomasi Kebudayaan dapat dilakukan oleh pemerintah maupun non-pemerintah,
individual maupun kolektif atau setiap warga negara. Oleh karena itu, pola hubungan Diplomasi
Kebudayaan antar bangsa dapat terjadi antar siapa saja sebagai aktornya dimana tujuan dan
sasaran utama dari Diplomasi Kebudayaan adalah mempengaruhi pendapat umum (masyarakat
* Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Angkatan 2011

negara lain), baik pada level nasional (dari suatu masyarakat negara-negara tertentu) maupun
internasional.
Sebagaimana penjelasan Joseph Nye mengenai soft power dalam bukunya Soft Power : The
Means to Success in World Politics, dimana ia mendefinisikan dimensi ketiga kuasa ini 3 sebagai
kemampuan menciptakan pilihan-pilihan bagi orang lain, yakni kemampuan memikat pihak lain
agar rela memilih melakukan suatu hal yang dikehendaki tanpa perlu untuk memintanya. Nye
menyebutkan bahwa soft power suatu negara terdapat terutama dalam tiga sumber, yakni
kebudayaan, nilai-nilai politik dan kebijakan luar negerinya.1
Joseph Nye berargumen bahwa disamping sisi nilai tradisi dan bangunan politik serta
kebijakan luar negeri sebuah negara, budaya merupakan salah satu elemen soft power yang
mampu memberikan daya tarik tersendiri bagi bangsa lain. Bentuk daya tarik yang sangat

bersifat emosial dan psikologis ini menjadi modal besar bagi sebuah bangsa untuk dapat
menjalin hubungan kerjasama lebih jauh dengan negara lain. Bahkan lebih dari itu, dengan
adanya bentuk persuasi dari pendekatan budaya, dapat menjadi acuan dan sandaran
keberlangsungan hubungan harmonis antar bangsa.2
Indonesia adalah "superpower" di bidang kebudayaan karena Indonesia memiliki kelebihan
yang luar biasa di dalam budaya nasional. Budaya tersebut diwariskan secara turun temurun dari
generasi ke generasi. Hal ini menggambarkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang
luar biasa besar yang dapat menjadi asset bangsa dan nilai jual untuk kepentingan diplomasi
Indonesia di dunia internasional.
Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia adalah batik. Kata batik berasal dari
bahasa jawa yaitu “amba” yang berarti menulis dan “nitik” berarti titik. Batik secara historis
berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada
daun lontar. Saat itu pola atau motif batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan
tanaman. Dalam sejarah perkembangannya batik banyak mengalami perkembangan yaitu dari
corak-corak lukisan binatang dan tanaman, beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan,
relief candi, wayang beber dan sebagainya. Melalui penggabungan corak lukisan dan seni
dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang dikenalpada saat ini.3
1 Joseph S. Nye Jr., Soft Power : The Means to Success in World Politics, New York, Public Affairs, Hal. 13
2 ibid


Khasanah budaya bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai
corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri. Misalnya batik Pekalongan,
Yogyakarta, Solo ataupun daerah-daerah lain di Indonesia memiliki corak atau motif sesuai
dengan kekhasan daerahnya. Dalam perkembangannya, kesenian batik ini ditiru oleh rakyat
terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk
mengisi waktu senggang. Batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, sekarang menjadi
pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Kerajinan batik ini di Indonesia telah
dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya
kesenian batik menjadi milik rakyat indonesai dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad
XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah batik tulis sampai awal abad XX dan
batik cap dikenal baru setelah usai Perang Dunia I atau sekitar 1920. Sekarang batik sudah
menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.4
Mendirikan Pusat Budaya di Polandia
Pendirian PBI berada di tempat tertinggi dalam sistem perundang-undangan nasional. Dalam
Undang Undang Dasar 1945, khususnya pada Pasal 32(1) menggaris bawahi tanggung jawab
Negara dalam memajukan kebudayaan nasional di dalam pergaulan antar-bangsa dan antarnegara. Kemudian pada Pasal 32(1) lebih lanjut ditegaskan ”Negara memajukan kebudayaan
nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”
Sebagai instrumen Pemerintah RI di negara akreditasi, PBI menjadi lembaga non-profit yang
memperoleh dukungan dana, tenaga penyelenggara termasuk pelatih, alat-alat kelengkapan atau

material dari Pemerintah RI serta bantuan tidak-mengikat dari pihak-pihak lainnya.
Prosedur pembentukannya yaitu berdasarkan UU No. 37/1999 tentang Hubungan Luar
Negeri yang juga mengakui pentingnya peranan budaya dalam diplomasi, dan menetapkan
bahwa kompetensi pembentukan PBI berada di tangan Menteri Luar Negeri. Melalui PBI,
sebanyak mungkin masyarakat pecinta budaya Indonesia dan friends of Indonesia dilibatkan
Pemerintah RI menjadi fasilitator saja.

3 Anna Yulia Hartati, Diplomasi Kebudayaan Batik Indonesia, 02 Oktober 2009, http://suaramerdeka.com/v1/
index/.php/read/cetak/2009/10/02/82487/10/Doplomasi.Kebudayaan.Batik.Indonesia>, [diakses 04 Desember 2013]
4 ibid

Pendirian Pusat Budaya Indonesia di Warsawa, Polandia terdapat Beberapa faktor yang
mendukung antara lain :
1.

Politis
Polandia adalah negara-menengah Eropa yang berpenduduk hampir 40 juta, anggota NATO
dan Uni Eropa, meskipun mayoritas (95%) penduduknya beragama Katolik namun paling
toleran dibanding negara-negara lainnya di kawasan, serta sejak dahulu kala memiliki
berbagai center of excellence di bidang pendidikan dan kebudayaan setara dengan negara

Eropa lainnya.
Hubungan bilateral RI - Polandia telah berusia lebih dari 50 tahun, dan akhir-akhir ini telah
mencapai puncaknya melalui kunjungan kenegaraan timbal-balik antara kedua kepala

2.

negara.
Pertimbangan ekonomi
Dalam tahun 2007, Polandia telah menjadi pasar terpenting di seluruh kawasan Eropa
Tengah dan Timur dengan angka perdagangan USD. 600 juta dan ekspor RI USD. 450 juta.
Sejumlah investor Polandia bermaksud menanamkan modalnya di Indonesia senilai USD.
1,2 milyar dalam berbagai proyek infrastruktur di bidang pertambangan dan industri tenaga
listrik batubara. Di samping itu, terdapat prospek yang potensial untuk kerjasama bilateral
dalam industri strategis, seperti misalnya dalam kerjasama industri pesawat terbang (dengan

3.

PT Dirgantara Indonesia), kapal patroli (dengan PT PAL) dan modernisasi radar (PT LEN).
Menyangkut landasan hukum
Indonesia dan Polandia telah memiliki Agreement on Cultural and Education Cooperation

yang ditandatangani pada tahun 2003. Persetujuan bilateral dengan Polandia, dalam format
baru sesuai perkembangan sekarang, merupakan pertama kalinya dimiliki Indonesia dari
seluruh negara kawasan Eropa Tengah dan Timur.
Kedua Negara juga telah menandatangani Protocol on Cultural and Educational Exchanges
between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic
of Poland for the Years 2008 – 2011, yang berisikan berbagai rencana aksi.
Dalam Agreement dan Protocol tersebut, pemerintah Indonesia dan Polandia telah
menyepakati untuk pembentukan pusat kebudayaan.

4.

Jaminan keberlanjutan yang berkaitan dengan infrastruktur yang tersedia dan minat di
kalangan masayarakat Polandia terhadap kebudayaan Indonesia.

Pembentukan PBI merupakan pekerjaan besar yang melibatkan banyak pihak. Idealnya, PBI
diresmikan tahun 2009. Dengan terbentuknya PBI, maka kita telah melaksanakan amanat UUD
1945 sekaligus kita akan memiliki cultural arms yang efektif dalam mendukung politik luar
negeri bebas dan aktif.
Urgensi Indonesia Mendirikan Pusat Budaya di Warsawa, Polandia
Sebagai Negara yang kaya akan kebudayaan, maka Indonesia bekerjasama dengan polandia

melalui jalur kebudayaan, karena jalur kebudayaan merupakan jalur yang stabil dalam
pembentukan persahabatan, untuk saling pengertian antara pemerintahan Negara dan
masyarakatnya.
Urgensi Indonesia dalam mendirikan Pusat Kebudayaan (Cultural Centre) di Warsawa, Polandia
1) Dalam sejarah diplomat Indonesia di seluruh dunia belum pernah membentuk Cultural
Centre. Yang ada hanya kegiatan-kegiatan atau misi kebudayaan yang dilakukan oleh KBRI.
Tetapi Cultural Centre ini berbeda dengan sekedar misi-misi kebudayaan. Ini menjadi Pusat
Kebudayaan baik dari segi literature atau kesusastraan, baik dari segi tari, musik, seni
beladiri, bahasa, yang secara strategis akan di lakukan melalui Pusat Kebudayaan Indonesia
ini.
Pusat Kebudayaan ini akan menjadi tugas bagi KBRI, tetapi tidak sepenuhnya dibawah
KBRI, karena mereka secara keuangan akan berdiri sendiri. Tetapi secara operasional Pusat
Kebudayaan ini berada dibawah kendali dari KBRI.
2) Dalam rangka mendirikan Pusat Kebudayaan memerlukan izin atau memerlukan agreement.
Mengapa di Polandia ? Indonesia dan Polandia telah memiliki Agreement on Cultural and
Education Cooperation yang ditandatangani pada tahun 2003. Kedua Negara juga telah
menandatangani Protocol on Cultural and Educational Exchanges between the Government
of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Poland for the Years
2008 – 2011, yang berisikan berbagai rencana aksi. Dalam Agreement dan Protocol tersebut,
pemerintah Indonesia dan Polandia telah menyepakati untuk pembentukan pusat

kebudayaan.
3) Banyaknya minat dari masyarakat Polandia terhadap budaya Indonesia jika dibandingkan
dengan belanda. Barangkali di Belanda cukup banyak peminat kebudayaan Indonesia tetapi,
Penduduk Belanda sekarang ini sekitar 16 juta jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Polandia
ini sekitar 40 juta jiwa. Jadi daerah garapannya akan jauh lebih besar dibanding Belanda.

Mungkin dari segi kebudayaan, antropolgi dan sebagainya, Belanda sangat kuat sekali. Oleh
karena itu memilih Warsawa, Polandia, sebagai basis Pusat Kebudayaan Indonesia yang
pertama di dunia dalam sejarah diplomasi Indonesia. Disebuah kota kecil Bielsko-Biala
minat orang-orang Polandia terhadap pertunjukan seni budaya Indonesia itu luar biasa dalam
sambutannya.
Tujuan Diplomasi Budaya melalui Batik
Tujuan penggunaan batik sebagai sarana diplomasi budaya adalah sebagai obyek
representatif bangsa Indonesia dalam memperkenalkan batik Indonesia sebagai identitas dan jati
diri bangsa, juga untuk menciptakan pencitraan baik (nation branding) di mata Internasional, dan
batik ini juga berfungsi untuk meningkatkan pendapatan ekonomi ketika difungsikan sebagai
komoditas ekspor. Memperkenalkan batik juga merupakan proses pertukaran budaya yang
bertujuan untuk menghasilkan hubungan diplomatik yang lebih erat baik antar warga sipil
maupun pemerintahnya.
Diplomasi budaya ini juga termasuk ke dalam strategi soft power Indonesia yang berusaha

mencapai kepentingannya melalui seni budaya, di mana batik dipromosikan ke negara-negara
lain, baik melalui antar perwakilan pemerintah maupun antar warga sipil (people to people)
untuk menarik minat masyarakat dunia terhadap batik, yang juga bertujuan untuk membangun
hubungan persahabatan yang baik melalui obyek budaya tersebut. Hal ini akan berpengaruh
positif tidak hanya dari segi memperkenalkan budaya asli, tapi juga dari segi ekonomi di mana
batik akan dipromosikan sebagai komoditas ekspor yang dapat meningkatkan pendapatan negara
dan kesejahteraan masyarakat, serta dapat mendukung promosi pariwisata Indonesia. Aspekaspek tersebut seperti yang tercantum dalam Cetak Biru Pelestarian dan Pengembangan Batik
Nasional 2012-2015 yang menetapkan 3 peran strategis batik nasional yaitu sebagai motor
penggerak ekonomi negara, warisan budaya dan alat diplomasi antar bangsa.5
Diplomasi dalam Memperkenalkan Batik
Upaya diplomasi memperkenalkan batik dilakukan dengan berbagai macam cara, yang
paling sederhana dengan menggunakan batik sebagai cinderamata yang diberikan ke perwakilan
negara-negara lain sebagai tanda persahabatan. Mendirikan pusat budaya diluar negeri selain itu
5 Demis Rizky Gosta, Pemerintah Ciptakan Iklim Kondusif Bagi Industri Batik, Bisnis.com, sumber dari:
http://en.bisnis.com/articles/pemerintah-ciptakan-iklim-kondusif-bagi-industri-batik [diakses 04 Desember 2013]

juga melakukan promosi-promosi mengenai batik melalui media massa, mengembangkan sentrasentra industri batik lokal untuk meningkatkan kualitas batik agar bisa bersaing dengan
komoditas-komoditas ekspor dari negara-negara lain, juga dengan mengadakan event-event
bertaraf internasional yang mengusung batik sebagai obyek utamanya yang dilaksanakan tidak
hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri.

Sementara di luar negeri mengadakan event-event yang diselenggarakan oleh KBRI berupa
pameran-pameran, batik fashion show, dan lain-lain. Tujuan penyelenggaraan acara-acara
tersebut adalah untuk mempromosikan batik sedemikian rupa agar menarik minat masyarakat
dunia untuk semakin mengenal batik. Kegiatan seni budaya yang dilakukan KBRI Polandia
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan semakin banyaknya permintaan
pertunjukan seni budaya Indonesia dari masyarakat dan lembaga kebudayaan Warsawa, Polandia.
Pada tahun 2007-2008, KBRI Warsawa mengadakan pameran kebudayaan Sumatera Selatan
(Juni 2007), pameran batik di Krakow (Oktober 2007), serta pembukaan pusat bahasa Indonesia
di Universitas Jagiellonian di Krakow dan di Universitas Warsawa. Pusat bahasa ini akan
menambah sarana pelajaran bahasa Indonesia yang telah ada di Adam Mickiewicz University di
Poznan dan pameran terpadu Provinsi Bali pada tahun 2008.
Keuntungan Indonesia dalam memperkenalkan Batik dan mendirikan Pusat Budaya di
Polandia
Dalam hal ini Indonesia mendapatkan keuntungan terutama dalam meningkatkan
ekonomi Indonesia karena Polandia merupakan salah satu negara di Eropa Timur yang
memiliki potensi perdagangan yang sangat besar, terutama sejak berakhirnya rezim Komunis
yang membuka kesempatan bagi negara-negara di dunia untuk menjalin hubungan
perdagangan dengan Polandia secara lebih leluasa. Indonesia sebagai salah satu negara di
Asia yang selama ini bekerjasama dengan Negara Eropa Timur lainnya, dapat
mempertimbangkan untuk menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan Polandia.

Polandia menawarkan berbagai jenis produk yang berkualitas tinggi dengan harga yang
terjangkau jika dibandingkan dengan Negara Eropa Timur lainnya, diantaranya furnitur,
daging sapi yang sudah memperoleh sertifikasi halal, mesin-mesin pertanian dan peralatan
pertambangan, dan persenjataan serta kendaraan militer. Ini merupakan kesempatan yang
sangat bagus bagi Indonesia untuk mulai bekerja sama saling mengisi dalam pengetahuan

serta pemenuhan kebutuhan negara masing-masing. Indonesia adalah salah satu mitra
dagang Polandia yang terpenting di kawasan Asia Tenggara. Para wirausahawan Polandia
memandang Indonesia sebagai pasar yang menarik dengan potensi yang besar.
Dalam dimensi diplomasi yang dilakukan oleh suatu Negara, dikenal teori multi track
diplomacy. Sehingga disini penulis menggunakan teori multi track diplomacy.
Multi Track Diplomacy
Konsep multi track diplomacy dikembangkan dari perdebatan yang telah berlangsung
lama dalam kajian tentang diplomasi antara diplomasi sebagai kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintahan atau diplomasi sebagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat ke
masyarakat.
Multi track diplomacy pada dasarnya adalah sebuah kerangka kerja konseptual dalam
memandang proses perwujudan perdamaian internasional sebagai sebuah sistem kehidupan.
Multi track diplomacy diartikan oleh Joseph Montville sebagai bentuk diplomasi gabungan
antara first track diplomacy (pemerintah suatu negara dengan negara lainnya atau antara
organisasi pemerintahan) dan second track diplomacy (diplomasi antara organisasi nonpemerintahan). John W. McDonnal mengatakan bahwa multi track diplomacy adalah salah
satu upaya resolusi konflik antara negara yang melibatkan empat aspek dalam suatu negara,
yaitu : pemerintah, swasta (pelaku bisnis), rakyat dan media.6
Multi track diplomacy terdiridari lima jalur yang kemudian berkembang menjadi 9 jalur
utama dalam sebuah kerangka kerja konseptual dan praktikal, yang digunakan untuk
memahami kompleksnya sistem dari kegiatan perwujudan perdamaian, yaitu:
1.

Jalur resmi yang bersifat kenegaraan
Pemerintahan (perwujudan perdamaian melalui diplomasi)

2.

Jalur informal yang bersifat non-pemerintah (perwujudan perdamaian melalui resolusi
konflik)

3.

Bisnis (perwujudan perdamaian melalui perdagangan)

4.

Warga negara privat (perwujudan perdamaian melalui keterlibatan personal)

6 McDonald, J. W., & Bendahmane, D. R. Conflict Resolution: Track Two Diplomacy. Washington, DC: US.
Government Printing Office. 1987. Hal 10-14

5.

Penelitian, pelatihan dan edukasi (perwujudan pedamaian melaluipembelajaran)

6.

Aktivisme (perwujudan perdamaian melalui advokasi)

7.

Agama (perwujudan perdamaian melalui kepercayaan)

8.

Pendanaan (perwujudan perdamaian melalui penyediaan aset)

9.

Komunikasi dan media (perwujudan perdamaian melalui informasi)7
Dalam kasus ini track ataupun jalur yang digunakan adalah dilakukan leh pemerintahan
dan bisnis. Berikut akan dijelaskan mengenai apa-apa saja yang telah dilakukan oleh jalur
atau track tersebut dalam diplomasi budaya indonesia melalui batik dengan mendirikan
pusat budaya di Polandia.

Diplomasi Budaya indonesia melalui Batik dengan mendirikan Pusat Budaya di Polandia
Batik memiliki makna yang sangat kaya, karena dikerjakan oleh perempuan-perempuan
Indonesia dengan penuh perasaan, goresan di atas kain tidak semata-mata mengikuti pola yang
ada, dengan latar belakang perajin yang berbeda, hasil batik bisa berbeda pula, ini sebabnya
mengapa Indonesia sangat kaya dengan motif batik. Di Indonesia mempunyai berbagai macam
warisan leluhur yang beragam salah satu diantaranya adalah batik. Ada berbagai macam corak
batik yang ada di Indonesia seperti batik Solo, Yogyakarta, Pekalongan dan mungkin masih
banyak lagi berbagai macam motif dan corak batik yang berada di seluruh penjuru tanah air. Dan
sejarah batik yang menyebutkan arti batik itu sendiri juga menjelaskan bahwa sebenarnya batik
itu adalah milik Indonesia. Karena terlahir dari Tanah Air Indonesia.
Kebudayaan yang dimiliki oleh indonesia adalah kekayaan bangsa yang harus dijaga dan
dilestarikan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah yang bekarjasama dengan seluruh
kalangan bangsa indonesia yakni dengan cara menunjukkan batik din Polandia.
Berikut akan dipaparkan jalur yang dilakukan dalam mempromosikan batik:
Pemerintah Sebagai Jalur Resmi yang Bersifat Kenegaraan
Pemerintah merupakan aktor yang paling utama dalam melakukan diplomasi. Dalam hal ini
akan dibahas mengenai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam memperkenalkan batik di
Polandia, diantaranya:
7

The Institute for Multi-Track-Diplomacy, Nine Track in the Multi-Track-System. . [diakses 04 Desember 2013]

 Pada tahun 2003 Indonesia dan Polandia telah memiliki Agreement on Cultural and


Education Cooperation
Kedua Negara juga telah menandatangani Protocol on Cultural and Educational
Exchanges between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of



the Republic of Poland for the Years 2008 – 2011
Pemerintah Indonesia telah mendirikan pusat budaya Indonesia di polandia pada tahun



2009
Melalui kegiatan eksibisi atau pameran kebudayaan yang diselenggarakan oleh KBRI
Polandia yang bekerjasama dengan lembaga atau yayasan ataupun pengrajin dan
pengusaha batik lainnya

Bisnis atau Perwujudan Perdamaian melalui Perdagangan
Para pebisnis dalam hal ini sangat penting dalam memperkenalkan batik kedunia
internasional. Batik dapat dilihat dari dua sisi saat ini yaitu sebagai warisan sosial budaya yang
perlu untuk dilestarikan dan sebagai suatu komoditas ekonomi yang diperdagangkan. Dalam
memperdagangkan batik para pengusaha batik berdiplomasi sedemikian rupa agar rekan
bisnisnya dapat tertarik dengan batik tersebut. Pemahaman pebisnis terhadap batik harus luas,
mereka harus bisa menjelaskan bahwa batik adalah budaya asli indonesia dalam memiliki nilai
estetika dan nilai historis yang besar. Cara pembuatan batik sendiri sangatlah rumit dan
membutuhkan waktu yang lama, oleh sebab itu biasanya harga batik relatif mahal.
Data Badan Pusat Statistik dan Departemen Perindustrian tahun 2006 mencatat ada sekitar
48.300 unit usaha ketegori usaha mikro kecil menengah (UKM) yang bergerak di industri
perbatikan, dengan melibatkan lebih dari 792.300 tenaga kerja dengan nilai produksi yang
dihasilkan lebih dari 2,9 triliun rupiah dan nilai ekspor sebesar 110 juta dolar AS.
Simpulan
Negara indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan budaya seperti batik. Kata
batik berasal dari bahasa jawa yaitu “amba” yang berarti menulis dan “nitik” berarti titik.
Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang
ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu pola atau motif batikmasih didominasi dengan
bentuk binatang dan tanaman. Dalam sejarah perkembangannya batik banyak mengalami
perkembangan yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman, beralih pada motif

abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Melalui
penggabungan corak lukisan dan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang
dikenalpada saat ini.
Menggunakan batik sebagai sarana diplomasi budaya dapat menjembatani Indonesia dengan
negara-negara lain untuk membangun kesepahaman bersama melalui obyek budaya tersebut,
karena dengan mempromosikan batik ke dunia internasional akan tercipta proses pertukaran
budaya yang juga dianggap sebagai simbol persahabatan, dengan begitu hubungan diplomatik
yang lebih erat juga akan tercipta. Pemerintah bekerjasama dengan KBRI yang berada Polandia
untuk mempromosikan batik dan menjadikan batik sebagai warisan budaya indonesia. Jalur-jalur
yang digunakan dalam mempromosikan batik: 1) Pemerintah Sebagai Jalur Resmi yang Bersifat
Kenegaraan 2) Bisnis atau Perwujudan Perdamaian melalui Perdagangan.

Daftar Pustaka
Joseph S. Nye Jr., Soft Power : The Means to Success in World Politic. New York : Public
Affairs
McDonald, J. W., & Bendahmane, D. R. 1987. Conflict Resolution: Track Two Diplomacy.
Washington, DC : US. Government Printing Office.

Lusianti, Leni Putri dan Faisyal Rani. 2012. Model Diplomasi Indonesia Terhadap UNESCO
Dalam Mematenkan Batik Sebagai Warisan Budaya Indonesia Tahun 2009. Jurnal Ilmu
Hubungan Intrnasional antar bangsa Vol. 1 No.2.
Anna

Yulia

Hartati,

Diplomasi

Kebudayaan

Batik

Indonesia,

02

Oktober

http://suaramerdeka.com/v1/
index/.php/read/cetak/2009/10/02/82487/10/Doplomasi.Kebudayaan.Batik.Indonesia>,
[diakses 04 Desember 2013]
The Institute for Multi-Track-Diplomacy, Nine Track in the Multi-Track-System.
. [diakses 04 Desember 2013]

2009,