MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN MENGE (1)

MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
MENGEMBANGKAN SISTEM

Disusun Oleh :

Adwitya Nirmalasari (1412060063)
Aris Priantoro (1412060092)
Aulia Ulfah Hardini (1412060083)
Syarifah Aini (1412060075)
Zuryadita Balqis (1412060101)

ASIAN BANKING FINANCE INFORMATICS AND
INSTITUTE PERBANAS JAKARTA
JANUARI 2015

 

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkah, rahmat, karunia serta hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah

Sistem Informasi Manajemen
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sistem Informasi Manajemen. Untuk itu kami selaku penyusun sangat berterimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada dosen
mata kuliah Sistem Informasi Manajemen yang telah memberikan bimbingannya sehingga
makalah ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya.
Selaku penyusun kami sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun agar kami dapat
menyusunnya kembali lebih baik dari sebelumnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi kami selaku
penyusun

Jakarta,

Januari 2015

Penulis


 


 

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 1
BAB 1

PENDAHULUAN .................................................................................................... 4

BAB 2

LANDASAN TEORI ............................................................................................... 6
2.1 Sistem sebagai Perubahan yang Direncanakan dalam Perusahaan .........Error!
Bookmark not defined.
2.1.1 Pengembangan Sistem dan Perubahan dalam Perusahaan ..........Error!
Bookmark not defined.
2.1.2 Rekayasa Ulang Proses Bisnis ............................................................. 7
2.1.2.a Langkah-langkah Rekayasa Ulang yang Efektif ...................... 8
2.1.3 Perbaikan Proses : Manajemen Proses Bisnis, Manajemen Kualitas

Total, dan Six Sigma .......................................................................... 10
2.1.3.a Manajemen Proses Bisnis....................................................... 10
2.1.3.b Manajemen Kualitas Total dan Six Sigma ............................. 10
2.1.3.c Bagaimana Sistem Informasi Mendukung Peningkatan
Kualitas ................................................................................... 11
2.2

Sekilas Mengenai Pengembangan Sistem ...................................................... 11
2.2.1 Analisis Sistem ................................................................................... 12
2.2.1.a Menentukan Kebutuhan Informasi ......................................... 13
2.2.2 Perancangan Sistem ............................................................................ 13
2.2.2.a Peran Pengguna Akhir ............................................................ 13
2.2.3 Menyempurnakan Proses Pengembangan Sistem ............................... 14
2.2.3.a Pemrograman .......................................................................... 14
2.2.3.b Pengujian ................................................................................. 14
2.2.3.c Konversi .................................................................................. 15
2.2.3.d Produksi dan Pemeliharaan ..................................................... 16
2.2.4 Pemodelan dan Perancangan Sistem : Metodologi Terstruktur dan
Metodologi Berorientasi Objek ........................................................... 16
2.2.4.a Metodologi Terstruktur ........................................................... 16

2.2.4.b Pengembangan Berorientasi Objek ......................................... 17
2.2.4.c Rekayasa Ulang Peranti Lunak Berbantuan Komputer ........... 18

2.3

Pendekatan Alternatif Pengembangan Sistem ............................................... 19
2.3.1 Siklus Hidup Sistem Tradisional ........................................................ 19


 

 

2.3.2 Pembuatan Prototipe........................................................................... 19
2.3.2.a Langkah-langkah dalam Pembuatan Prototipe ....................... 19
2.3.2.b Keuntungan dan Kerugian dari Pembuatan Prototipe ............ 20
2.3.3 Pengembangan oleh Pengguna Akhir................................................. 21
2.3.4 Paket Peranti Lunak Aplikasi dan Alih Kontrak ................................ 21
2.4


Pengembangan Aplikasi untuk Perusahaan Digital ....................................... 22
2.4.1 Rapid Application Development (RAD) ............................................ 22
2.4.2 Pengembangan Berbasis Komponen dan Layanan Web .............Error!
Bookmark not defined.
2.4.2.a Layanan Web dan Komputasi Berorientasi Layanan ............. 23

BAB 3

STUDI KASUS....................................................................................................... 24

BAB 4

PERTANYAAN & JAWABAN KASUS ............................................................. 27

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 31
5.1

Kesimpulan .................................................................................................... 31


5.2

Saran............................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 33


 

 

BAB I
PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
sistem informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu
organisasi : operasi, instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data. Sistem
informasi manajemen adalah serangkaian sub-sistem informasi menyeluruh dan terkoordinasi
secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat
serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer

atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan.
Semua sistem informasi mempunyai tiga kegiatan utama, yaitu menerima data sebagai
masukan (input), kemudian memprosesnya dengan melakukan perhitungan, penggabungan
unsur data, pemutakhiran dan lain-lain, sampai pada akhirnya memperoleh informasi sebagai
keluaran (output).
Sistem informasi manajemen dengan berbagai cara mampu meningkatkan produktivitas,
antara lain : dengan kemampuan melaksanakan tugas rutin seperti penyajian dokumen dengan
efisien, mampu memberikan layanan bagi organisasi intern dan ekstern, serta mampu
meningkatkan kemampuan manajer untuk mengatasi masalah-masalah yang tidak terduga.
Sistem informasi sangat berperan untuk memadukan semua unsur-unsur yang saling
berhubungan sehingga sistem informasi tersebut harus dipandang sebagai suatu sistem
tunggal, namun cukup kompleks sehingga perlu diuraikan menjadi subsistem-subsistem untuk
perencanaan dan pengendalian pengembangannya serta untuk mengendalikan operasinya.
Perkembangan sistem informasi dewasa ini semakin berkembang pesat, hal ini
didukung oleh perkembangan teknologi informatika yang ada di seluruh dunia, dengan
demikian memudahkan para pengguna system informasi tersebut untuk lebih meningkatkan
kegunaan dari system informasi yang mereka miliki. Sistem informasi merupakan kombinasi
antar prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk
mencapai tujuan dalam sebuah organisasi. Pemanfaatan teknologi informasi menjadi suatu
keharusan yang tidak dapat dihindari oleh setiap perusahaan yang ingin menempatkan dirinya

pada posisi paling depan dalam suatu industri.
Perkembangan teknologi informasi ini dapat meningkatkan kinerja dan
memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat,
sehingga akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Perkembangan teknologi informasi ini
memperlihatkan bermunculannya berbagai jenis kegiatan yang berbasis kepada teknologi ini,
seperti e-government, e-commerce, e- education, e-medicine, e-laboratory, dan lainnya yang
kesemuanya itu berbasis elektronik.
Teknologi informasi merupakan teknologi yang digunakan untuk mengolah data,
termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam

 

 

berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan,
akurat dan tepat waktu ( Wardiana, 2002 ). Teknologi ini menggunakan seperangkat
computer untuk mengolah data, system jaringan untuk menghubungkan satu computer
dengan computer lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan
agar data dapat disebar dan diakses secara global.
Faktor yang paling penting didalam pengelolaan sumberdaya informasi adalah

bagaimana mengembangkan Sistem Informasi Sumber daya Informasi yang akan
dipergunakan, hal ini berarti kita menentukan bagaimana bentuk sistem yang dibutuhkan,
dalam arti kata kebutuhann akan perangkat keras, perangkat lunak dan pelaksana serta SOP
(Standard Operating Procedures) yang akan dipergunakan.
Ada berbagai pendekatan yang dapat dipergunakan dalam proses pengembangan
sistem informasi ini, diantaranya : System Development Life Cycle (SDLC), Prototyping
Rapid Application Development, Object Oriented Analysis and Development. Setiap
perusahaan selalu melakukan pengembangan terhadap sistem informasinya.


 

 

BAB II
LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1

Sistem sebagai Perubahan yang Direncanakan dalam Perusahaan

Membangun sistem informasi baru adalah salah satu jenis perubahan yang

direncanakan dalam organisasi. Ketika kita merancang sistem informasi baru, kita sedang
merancang ulang organisasi tersebut. Pembuat sistem harus mengerti bagaimana sebuah
sistem akan memengaruhi proses bisnis tertentu dan organisasinya secara keseluruhan.
2.1.1

Pengembangan Sistem dan Perubahan dalam Perusahaan
Teknologi informasi dapat mendukung berbagai tingkatan perubahan dalam

perusahaan, mulai dari yang setahap demi setahap, hingga yang jauh ke depan.
Bentuk paling umum dari perubahan organisasionalyang dimungkinkan oleh
teknologi informasi adalah otomatisasi. Penerapan pertama dari teknologi informasi antara
lain adalah membantu para karyawan melakukan tugas-tugas mereka secara lebih efisien dan
efektif.
Bentuk perubahan organisasional yang lebih mendalam – yang langsung mengikuti
otomatisasi awal- adalah rasionalisasi prosedur (rationalization of procedures). Otomatisasi
sering kali mengungkapkan adanya penyempitan (bottleneck) baru dalam produksi dan
membuat rangkaian prosedur yang dan struktur yang sudah ada menjadi sangat menyulitkan.
Rasionalisasi prosedur adalah pemangkasan prosedur-prosedur operasional standar.

Bentuk perubahan organisasional yang lebih kuat adalah rekayasa ulang proses bisnis
(business process reengineering), yang melaluinya, proses-proses bisnis dianalisis,
disederhanakan, dan dirancang ulang. Ini lebih ambisius daripada rasionalisasi prosedur, dan
membutuhkan pandangan baru tentang bagaimana proses-proses harus diorganisasikan.
Sistem Informasi yang baru pada akhirnya dapat memengaruhi rancangan seluruh
perusahaan dengan mengubah cara perusahaan melaksanakan bisnisnya atau bahkan sifat
alamiah dari bisnisnya. Perubahan bisnis yang lebih radikal ini disebut pergeseran paradigma


 

 

(paradigm shift). Pergeseran paradigma melibatkan pemikiran ulang sifat dari bisnis,
mendefinisikan model bisnis baru dan sering mengubah sifat perusahaan pada saat ini.
Pergeseran paradigma dan rekayasa ulang sering kali mengalami kegagalan karena perubahan
organisasional yang luas sangat susah dikendalikan. Namun perusahaan-perusahaan tetap
ingin melakukan perubahan radikal karena imbalannya sangat besar, misalnya perusahaan
memperoleh peningkatan ROI (atau produktivitas) yang sangat besar dan berkali-kali lipat.

Perubahan dalam Perusahaan Membawa Risiko dan Imbalan
2.1.2

Rekayasa Ulang Proses Bisnis
Banyak perusahaan saat ini berfokus kepada pembuatan sistem informasi baru yang

akan meningkatkan proses bisnis mereka. Beberapa proyek sistem ini merepresentasikan
restrukturasi ulang yang radikal untuk proses-proses bisnis, sementara yang lainnya
melakukan perubahan secara bertahap.
Jika perusahaan memikirkan kembali dan merancang ulang proses bisnis sebelum
menciptakan sistem informasi, perusahaan dapat memperoleh hasil yang besar dari
investasinya dalam teknologi informasi. Lihat bagaimana industri hipotek rumah di Amerika
Serikat berhasil melakukannya.
Dengan berpikir ulang mengenai pendekatam terhadap proses hipotek, bank-bank
hipotek telah mencapai efisiensi sangat baik. Bank tersebut tidak berfokus pada perancangan
ulang sebuah proses bisnis, melainkan memeriksa ulang seluruh kumpulan proses yang
berhubungan secara logis yang dibutuhkan untuk mendapatkan hipotek.


 

 

Untuk

mendukung

proses

permohonan

hipotek

yang

baru,

bank-bank

telah

mengimplementasikan peranti lunak manajemen dokumen dan aliran kerja. Manajemen aliran
kerja (workflow management) adalah proses penyederhanaan prosedur-prosedur bisnis
sehingga dokumen dapat dipindahkan dengan mudah dan efisien.
2.1.2.a

Langkah-langkah Rekayasa Ulang yang Efektif
Salah satu strategi pengambilan keputusan yang terpenting yang dapat dilakukan

oleh perusahaan bukanlah mengenai bagaimana menggunakan sistem informasi untuk
memperbaiki proses-proses bisnis, melainkan untuk memahami proses bisnis mana yang perlu
diperbaiki.
Anda perlu menentukan proses bisnis apa yang paling penting untuk difokuskan
ketika memakai teknologi informasi yang baru dan bagaimana memperbaiki proses-proses ini
akan membantu perusahaan melaksanakan strateginya. Keputusan ini dihasilkan dari dua
pertimbangan :


Analis strategis : manajer senior mengidentifikasi proses-proses bisnis yang paling
penting untuk kesuksesan perusahaan dan memfokuskan segala upayanya pada prosesproses ini



Aspek-aspek yang menyakitkan : manajer senior mengidentifikasi proses-proses yang
menghasilkan keluhan paling banyak dari pemasok, pelanggan atau karyawan dan
memperbaiki proses-proses tersebut terlebih dahulu.

Setelah proses bisnis yang tepat dipilih, perusahaan akan melakukan aktivitas-aktivitas
berikut:












Mengidentifikasi masukan dan keluaran proses bisnis
Mengidentifikasi aliran dari produk dan/atau layanan
Mengidentifikasi jaringan aktivitas dan penyangga dalam proses
Mengidentifikasi semua sumber daya
Mengidentifikasi struktur dan aliran informasi
Mengidentifikasi para pemilik proses


 

 



Mengidentifikasi para pelaku proses dan para pembuat keputusan
Ketika perusahaan dapat mengidentifikasi dan menjelaskan proses yang sudah ada,

langkah selanjutnya adalah memahami berapa yang dihabiskan untuk proses tersebut dan
berapa lama proses tersebut berjalan. Proses bisnis biasanya diukur dalam dimensi-dimensi
berikut :






Biaya proses : total biaya proses bisnis untuk transaksi yang “pada umumnya”
Waktu proses : total waktu aktivitaas dan keputusan semua pelaku.
Kualitas proses : jumlah waktu dan biaya yang dihabiskan untuk mengerjakan kembali
bagian dan layanan yang cacat.



Flexibilitas proses : kemampuan proses untuk memproduksi keluaran yang bervariasi,
atau berubah di tengah tekanan lingkungan. “Flexibilitas” langsung diartikan menjadi
pemanfaatan pabrik dan peralatan yang lebih baik, dan biaya tenaga kerja yang lebih
rendah.

Ketika proses bisnis yang ada telah dipahami benar, langkah selanjutnya adalah memikirkan
cara memperbaikinya. Berikut beberapa prinsip yang umum digunakan oleh para perancang
proses bisnis :




Mengganti langkah-langkah sekuensual dalam proses menjadi langkah-langkah paralel
Memperkaya pekerjaan dengan meningkatkan otoritas keputusan dan memusatkan
informasi







Memungkinkan informasi dibagikan kepada seluruh peserta
Menghilangkan penyangga (penudaan keputusan dan persediaan)
Mengubah pemrosesan dan pengambilan keputusan yang dikelompokkan menjadi proses
yang mengalir kontinu



Mengotomatisasi tugas-tugas keputusan apabila memungkinkan
Mengikuti langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya tidak otomatis akan
menjamin bahwa rekayasa ulang akan selalu berhasil untuk anda dan perusahaan Anda.
Banyak proyek rekayasa ulang tidak mencapai hasil terobosan dalam kinerja bisnis karena


 

 

perubahan-perubahan organisasional seringkali sangat sulit dikelola. Mengelola
perusahaan tidaklah sederhana ataupun intuitif, dan banyak perusahaan yang melakukan
rekayasa ulang membuthkan suatu strategi manajemen perubahan yang baik.

2.1.3

Perbaikan Proses : Manajemen Proses Bisnis, Manajemen Kualitas Total

dan

Six Sigma
Rekayasa ulang proses busnis (business process reengineering – BPR) biasanya
merupakan upaya satu kali, berfokus pada identifikasi satu atau dua proses bisnis strategi
yang membutuhkan perubahan yang radikal. Manajemen proses bisnis dan program
peningkatan kualitas menyediakan banyak kesempatan untuk perubahan proses bisnis jenis
bertahap maupun kontinu.
2.1.3.a

Manajemen Proses Bisnis
Manajemen proses bisnis (business process management – BPM) adalah upaya untuk

membantu perusahaan mengelola perubahan proses yang dibutuhkan di banyak bidang dalam
bisnis tersebut. Tujuan dari BPM adalah membuat perusahaan mampu menciptakan perbaikan
secara kontinu dalam banyak proses bisnisnya dan menggunakan proses-proses sebagai bahan
dasar dalam membangun sistem informasi perusahaan.
BPM meliputi manajemen aliran kerja, notasi permodelan proses bisnis, pengukuran
dan manajemen kualitas, manajemen prubahan, dan perangkat untuk menata ulang prosesproses bisnis perusahaan ke dalam bentuk yang terstandardisasi, yang dapat dimanipulasi
secara kontinu.
BPM juga meliputi pemantauan dan analisis proses. Perusahaan harus memastikan
bahwa kinerja bisnis telah meningkat dan mengukur dampak-dampak perubahan proses
terhadap berbagai indikator kinerja kuncinya.
2.1.3.b

Manajemen Kualitas dan Six Sigma
Manajemen kualitas adalah bidang lain dari proses perbaikan yang kontinu. Selain

juga meningkatkan efisiensi, perusahaan harus melakukan penyesuaian pada proses bisnisnya
untuk meningkatkan kualitas produk, layanan dan operasionalnya. Banyak yang
menggunakan konsep manajemen kualitas total (total quality management-TQM) untuk

10 
 

 

menjadikan kualitas sebagai tanggung jawab semua orang dan fungsi di dalam suatu
organisasi.
Six Sigma adalah ukuran kualitas yang spesifik, merepresentasikan 3,4 cacat persejuta
kesempatan. Semakin awal suatu masalah dalam siklus bisnis dihilangkan, semakin sedikit
kerugian yang ditimbulkannya bagi perusahaan. Dengan demikian, peningkatan kualitas tidak
hanya meningkatkan tingkat kualitas produk dan layanan, tetapi juga dapat menurunkan
biaya.
2.1.3.c

Bagaimana Sistem Informasi Mendukung Peningkatan Kualitas
TQM dan six sigma dianggap lebih bertahap daripada rekayasa ualng proses bisnis.

TQM biasanya berfokus pada serangkaian peningkatan yang kontinu, alih-alih ledakanledakan perubahan yang bersifat dramatis. Six sigma menggunakan perangkat analisis statistik
untuk mendeteksi cacat dalam melaksanakan proses yang ada dan membuat penyesuaian
kecil. Sistem informasi dapat membantu perusahaan-perusahaan mencapai sasaran kualitasnya
dengan membantu perusahaan menyederhanakan produk atau proses, meningkatkan kualitas
dan ketelitian rancangan dan produksi dan memenuhi standar benchmarking (penentuan tolok
ukur).
Benchmarking terdiri atas pengaturan standar-standar yang ketat untuk produk,
layanan dan aktivitas lainnya kemudian mengukur kinerja terhadap standar tersebut.
Perusahaan mungkin menggunakan standar industri eksternal, standar yang dibuat oleh
perusahaan lain, standar yang dikembangkan secara internal atau kombinasi dari ketiganya.
2.2

Sekilas Mengenai Pengembangan Sistem
Aktivitas yang mengarah pada pembuatan solusi sistem informasi perusahaan

untuk mengatasi masalah perusahaan atau memanfaatkan kesempatan disebut pengembangan
sistem (systems development). Pengembangan sistem adalah suatu jenis pemecahan masalah
yang terstruktur dengan aktivitas yang jelas. Aktivitas-aktivitas ini terdiri atas analisis sistem,
perancangan sistem, pemrograman, pengujian, konversi serta produksi dan pemeliharaan.

11 
 

 

Proses Pengembangan Sistem
2.2.1

Analisis Sistem
Analisis Sistem (system analisis) adalah analisis masalah yang dicoba diselesaikan

perusahaan dengan sistem informasi. Tahap ini terdiri atas pendefinisian masalah,
indentifikasi penyebab, pencarian solusi dan identifikasi kebutuhan informasi yang harus
dipenuhi oleh suatu solusi sistem.
Berikut tahapan kerja analis sistem :
1. Membuat peta proses (road map) dari perusahaan dan sistem yang sudah ada
2. Mengidentifikasi para pemilik dan pengguna data primer bersama dengan perangkat keras
dan lunak yang sudah ada.
3. Membuat perincian masalah dari sistem yang sudah ada. Identifikasi masalah dapat
dilakukan dengan mempelajari dokumen, lembar kerja dan prosedur, mengamati operasi
sistem dan mewawancarai para pengguna utama dari sistem.
Analis sistem akan meliputi studi kelayakan (feasibility study) untuk menentukan apakah
solusinya layak, atau dapat dicapai, dari sisi finansial, teknis dan organisasional. Studi
kelayakan akan menentukan apakah sistem tersedia dan dapat ditangani oleh spesialis sistem

12 
 

 

informasi perusahaan, dan apakah perusahaan dapat menangani perubahan-perubahan yang
dibawa oleh sistem tersebut.
2.2.1.a

Menentukan Kebutuhan Informasi
Tugas analis sistem yang dapat dikatakan paling menantang adalah mendefinisikan

kebutuhan-kebutuhan informasi yang spesifik yang harus dipenuhi oleh solusi sistem yang
dipilih. Pada tingkatan paling dasar, kebutuhan informasi (information requirement) dari
sistem baru meliputi identifikasi siapa yang membutuhkan informasi apa, dimana, kapan, dan
bagaimana caranya.
Analis permintaan mendefinisikan dengan cermat sasaran-sasaran dari sistem yang
baru atau yang telah dimodifikasi dan mengembangkan penjelasan terperinci dari fungsi yang
harus dijalankan oleh sistem yang baru. Kesalahan analisis kebutuhan adalah penyebab utama
kegagalan sistem dan tingginya biaya pengembangan sistem.
2.2.2

Perancangan Sistem
Analisis sistem menggambarkan apa yang harus dilaksanakan oleh sistem untuk

memenuhi kebutuhan informasi, dan perancangan sistem (system design) memperlihatkan
bagaimana sistem tersebut akan memenuhi sasaran ini. Perancangan sistem informasi adalah
keseluruhan rencana atau model untuk sistem ini. Seperti cetak biru dari sebuah bangunan
atau rumah, ini terdiri atas semua spesifikasi yang memberikan bentuk dan struktur sistem
tersebut.
Perancangan sistem menjelaskan spesifikasi sistem yang akan melakukan fungsi-fungsi
yang dididentifikasi pada saat analisis sistem. Spesifikasi ini harus menangani semua
komponen manajerial, organisasional, dan teknologi dari solusi sistemnya.
2.2.2.a

Peran Pengguna Akhir
Kebutuhan informasi pengguna mengendalikan seluruh upaya pengembangan sistem.

Pengguna harus memiliki kontrol yang cukup atas proses perancangan untuk memastikan
bahwa sistemnya merefleksikan prioritas bisnis dan kebutuhan informasinya, bukan bias dari
staf teknisnya. Kurangnya keterlibatan pengguna dalam upaya perancangan adalah penyebab
utama kegagalan sistem.

13 
 

 

2.2.3

Menyempurnakan Proses Pengembangan Sistem
Langkah selanjutnya dalam proses pengembangan sistem adalah menerjemahkan

spesifikasi solusi yang dibuat selama analisis sistem dan merancang sistem informasi yang
operasional sepenuhnya, terdiri atas langkah pemrograman, pengujian, konversi, produksi,
dan pemeliharaan.
2.2.3.a

Pemrograman
Selama tahap pemrograman (programming), spesifikasi sistem yang disiapkan selama

perancangan diterjemahkan ke dalam kode program. Sekarang banyak perusahaan membeli
peranti lunak yang memenuhi kebutuhan sistem baru dari sumber luar seperti paket peranti
lunak dari vendor komersial, layanan peranti lunak dari penyedia layanan aplikasi atau
perusahaan alih kontrak yang mengembangkan aplikasi peranti lunak yang disesuaikan
dengan kebutuhan klien.
2.2.3.b

Pengujian
Pengujian (testing) yang mendalam dan seksama harus dilakukan untuk mengetahui

apakah sistem memberikan hasil-hasil yang benar. Pengujian memakan waktu yang lama :
data untuk pengujian harus dipersiapkan dengan hati-hati, hasilnya harus ditinjau kembali,
dan koreksi harus dibuat ke dalam sistem.
Pengujian sistem informasi dapat dibagi menjadi tiga jenis aktivitas :
1. Pengujian Unit (unit testing)
Tujuan pengujian adalah menjamin bahwa pogram bebas dari kesalahan atau paling tidak
pengujian harus dipandang sebagai cara untuk mencari kesalahan dalam program,
berfokus dalam mencari segala cara untuk membuat program mengalami kegagalan.
Setelah masalah diketahui, masalah tersebut dapat diperbaiki.
2. Pengujian Sistem (system testing)
Yaitu menguji fungsi sistem informasi secara keseluruhan. Beberapa hal yang diperiksa
adalah waktu kinerja, kapasitas untuk menyimpan file dan menangani beban yang berat,
kapabilitas pemulihan dan kembali ke kondisi semula, dan prosedur-prosedur manual.

14 
 

 

3. Uji Penerima (acceptance testing)
Yaitu memberikan sertifikasi akhir bahwa sistem siap digunakan dalam situasi produksi.
Pengujian sistem dievaluasi oleh pengguna dan ditinjau ulang oleh pihak manajemen.
Ketika semua peserta puas karena sistem baru telah sesuai standar, sistemnya akan secara
resmi diterima untuk diimplementasikan.
2.2.3.c

Konversi
Konversi (conversion) adalah proses perubahan dari sistem lama ke sistem baru.

Empat strategi konversi yang utama dapat dilakukan :
1. Strategi Paralel (parallel strategy)
Sistem lama dan calon penggantinya dijalankan bersama selama beberapa waktu sampai
setiap orang merasa yakin bahwa fungsi yang baru telah berjalan dengan benar. Ktika
terjadi kesalahan atau gangguan pada proses baru, sistem yang lama masih dapat
digunakan sebagai cadangan.
2. Strategi Pindah Langsung (direct cutover)
Mengganti sistem lama seluruhnya dengan sistem baru pada hari yang telah ditentukan.
Ini adalah pendekatan yang sangat beresiko yang berpotensi menimbulkan kerugian yang
lebih besar daripada menjalankan dua sistem secara paralel jika ditemukan masalah yang
serius dalam sistem barunya.
3. Strategi Studi Percontohan (pilot study)
Menjalankan sistem yang baru hanya dalam area yang terbatas seperti hanya satu
departemen atau satu unit kegiatan. Ketika versi percontohan ini sempurna dan bekerja
dengan lancar, barulah kemudian dipasang di seluruh perusahaan, secara simultan ataupun
bertahap.
4. Strategi Pendekatan Bertahap (phased approach)
Menjalankan sistem baru dalam setahap demi setahap, baik berdasarkan fungsi maupun
unit organisasional.
Perincian dokumentasi (documantation) yang memperlihatkan cara kerja sistem baik dari
sudut pandang teknis maupun dari sudut pandang pengguna akhir diselesaikan selama waktu
15 
 

 

konversi, untuk digunakan dalam pelatihan dan kegiatan setiap harinya. Tidak adanya
pelatihan dan dokumentasi yang sepantasnya akan menimbulkan kegagalan sistem.
2.2.3.d

Produksi dan Pemeliharaan
Setelah sistem yang baru dipasang dan konversinya selesai dilakukan, sistem tersebut

dikatakan beada dalam kondisi produksi (production). Selama tahap ini, sistem akan ditinjau
ulang oleh para pengguna dan spesialis teknis untuk menentukan seberapa baik sistem ini
mencapai sasarn awalnya, dan memutuskan apakah sistem tersebut perlu direvisi atau
dimodifikasi.
Setelah sistem dikonfigurasi dengan baik, sistem harus dipelihara ketika berada dalam
kondisi produksi untuk memperbaiki kesalahan, memenuhi kebutuhan atau meningkatkan
efisiensi pemrosesan. Perubahan perangkat keras, peranti lunak, dokumentasi atau prosedur
dalam sistem produksi untuk memperbaiki kesalahan, memenuhi kebutuhan baru atau
meningkatkan efisiensi pemrosesan disebut pemeliharaan (maintenance).
2.2.4

Permodelan dan Perancangan Sistem : Metodologi Terstruktur dan
Metodologi Berorientasi Objek

2.2.4.a Metodologi Terstruktur
Metodologi terstruktur telah digunakan untuk mendokumentasi, menganalisis dan
merancang sistem informasi sejak 1970-an. Terstruktur (structured) berarti bahwa tekniknya
adalah selangkah demi selangkah, dengan setiap langkah dibangun diatas langkah
sebelumnya.
Metode pengembangan terstruktur sifatnya berorientasi proses, berfokus terutama
kepada pemodelan proses atau tindakan mengambil, menyimpan, memanipulasi dan
mendistribusikan data seiring data tersebut mengalir melalui suatu sistem.
Perangkat utama untuk merepresentasikan proses-proses komponen sistem dan aliran
data diantaranya adalah diagram aliran data (data flow diagram-DFD). DFD menawarkan
model grafik logis dari aliran informasi, membagi sistem ke dalam mpdul-modul yang
menunjukkan tingkatan perincian yang dapat dikelola.
Perangkat analisis terstruktur yang lain adalah kamus data, yang menyimpan informasi
tentang bagian-bagian data dan pengelompokan data dalam sebuah sistem. Kamus data

16 
 

 

mendefinisikan isi dari aliran data dan penyimpanan data sehingga pembuat sistem
memahami benar potongan data mana yang dikandungnya. Spesifikasi proses (process
specification) menjelaskan transformasi yang terjadi di tingkat terendah dari diagram aliran
data. Spesifikasi proses menyatakan logika untuk setiap proses.
Dalam metodologi terstruktur, perancangan peranti lunak dimodelkan menggunakan
diagram struktur yang hierarkis. Diagram struktur (structure chart) adalah diagram atasbawah, menunjukkan setiap tingkatan rancangan, hubungannya dengan tingkatan-tingkatan
lainnya, dan tempatnya dalam struktur rancangan keseluruhan.
2.2.4.b Pengembangan Berorientasi Objek
Metode terstruktur berguna untuk proses pemodelan tetapi tidak menangani
pemodelan data dengan baik. Metode terstruktur juga memperlakukan data dan proses sebagai
entitas-entitas yang terpisah secara logis, sementara dalam dunia nyata pemisahan seperti itu
tidak alamiah. Kesepakatan pemodelan yang berbeda digunakan untuk analisis (diagram
aliran data) dan untuk perancangan (diagram struktur).
Pengembangan berorientasi objek (object-oriented development) mengatasi masalahmasalah ini. Pengembangan berorientasi objek menggunakan objek (object) sebagai dasar dari
analisis dan perancangan sistem. Sebuah objek menggabungkan data dan proses yang spesifik
yang mengoperasikan data tersebut. Data yang dikelompokkan ke dalam suatu objek dapat
diakses dan dimodifikasi hanya oleh operasi, atau metode yang bersesuaian dengan objek
tersebut.
Alih-alih memindahkan data ke prosedur, program mengirimkan sebuah pesan untuk
sebuah objek untuk melakukan sebuah operasi yang telah tersimpan didalamnya. Sistemnya
dimodelkan

sebagai

kumpulan

objek

dan

hubungan

diantaranya.

Karena

logika

pemrosesannya tersimpan didalam objek alih-alih didalam program peranti lunak yang
terpisah, objek-objek harus berkolaborasi untuk membuat sistemnya berjalan.
Pengembangan berorientasi objek sifatnya lebih iteratif dan bertahap dibandingkan
pengembangan

terstruktur

yang

tradisional.

Selama

analisis,

pembuat

sistem

mendokumentasikan persyaratan fungsional dari sistem, menentukan sifat-sifat terpentingnya
dan apa yang harus dilakukan oleh sistem yang disarankan.

17 
 

 

Fase perancangan berorientasi objek menjelaskan bagaimana objek-objek akan
berperilaku dan berinteraksi satu sama lain. Sistem informasi diimplementasikan dengan
mengubah rancangannya menjadi kode program, memakai ulang kelas-kelas yang sudah
tersedia dalam daftar objek peranti lunak yang dapat dipakai kembali dan menambahkan
objek-objek baru yang dibuat selama fase perancangan berorientasi objek. Implementasi juga
dapat mencakup pembuatan basis data berorientasi objek. Sistem yang dihasilkan harus diuji
dan dievaluasi secara mendalam.
2.2.4.c Rekayasa Ulang Peranti Lunak Berbantuan Komputer
Rekayasa ulang peranti lunak berbantuan komputer (computer-aided software
engineering-CASE) terkadang disebut rekayasa ulang sistem berbantuan komputer
menyediakan peralatan peranti lunak untuk mengotomatisasi metodologi yang baru dijelaskan
untuk mengurangi jumlah kerja repetitif yang harus dilakukan oleh programmer. Perangkat
CASE juga memfasilitasi pembuatan dokumentasi yang jelas dan koordinasi upaya tim
programmer.
Perangkat CASE menyediakan fasilitas grafik otomatis untuk membuat grafik dan
diagram, layar dan pembuatan laporan, kamus data, fasilitas pelaporan yang ekstensif,
perangkat analisis dan pemeriksaan, pembuat kode, dan pembuat dokumentasi.
Umumnya perangkat CASE mencoba meningkatkan produktivitas dan kualitas dengan
melakukan hal-hal berikut :
a. Menerapkan metodologi pengembangan dan disiplin perancangan yang standar
b. Meningkatkan komunikasi antara pengguna dan spesialis teknis
c. Mengatur dan mengorelasikan komponen-komponen rancangan dan memberikan akses
cepat kepada mereka yang menggunakan penyimpanan rancangan
d. Mengotomatisasi bagian analisis dan perancangan yang rentan kesalahan dan melelahkan
e. Mengotomatisasi pembuatan kode dan pengujian dan mengendalikan proses implementasi
Supaya penggunaannya efisien, perangkat CASE membutuhkan disiplin organisasional.
Setiap anggota proyek pengembangan harus mematuhi sejumlah aturan penamaan dan standar
dan juga metodologi pengembangan yang disepakati bersama. Perangkat CASE yang paling

18 
 

 

baik menerapkan metode dan standar bersama, yang mungkin mempersulit penggunaan
perangkat tersebut dalam situasi tanpa adanya disiplin organisasional.
2.3

Pendekatan Alternatif Pengembangan Sistem

2.3.1

Siklus Hidup Sistem Tradisional
Siklus hidup sistem (system life cycle adalah metode pengembangan system informasi

yang paling tua.Metodologi siklus hidup adalah pendekatan bertahap untuk membangun
system, membagi pengembangan system menjadi tahapan-tahapan yang formal.Para spesialis
pengembangan system mempunyai penpendapat berbeda tentang bagaimana membagi
tahapan pengembangan sitem, tetapi mereka secara umum bersesuaian dengan tahapantahapan pengembangan system yang baru saja dijelaskan.
Siklus hidup system masih digunakan untuk pengembangan system yang besar dan
rumit yang membutuhkan keperluan analisis yang tepat dan formal, spesifikasi yang telah
ditentukan sebelumnya, dan kendali yang ketat atas proses-prosesnya,. Tetapi, pendekatan
siklus hidup system membutuhkan biaya besar, memakan banyak waktu dan tidak fleksibel.
2.3.2

Pembuatan Prototipe

Pembuatan prototype (prototyping) meliputi meliputi pengembangan system uji coba yang
cepat dan murah untuk dievaluasi oleh pengguna akhir.Prototipe (prototype) adalah versi
system informasi atau bagian dari system yang sudah dapat berfungsi, tetapi dimaksudkan
hanya sebagai model awal saja. Setelah beroperasi prototype akan lebih jauh diperhalus
hingga cocok sekali dengan kebutuhan penggunanya. Ketika rancangannya telah difinalisasi,
prototype dapat dikonversi menjadi system produksi yang jauh lebih baik.Proses pembuatan
rancangan awal, mencobanya, memperhalusnya, dan mencobanya kembali disebut proses
pengembangan system yang iterative karena langkah-langkah yang dibutuhkan untuk
membuat system dapat diulangi beberapa kali.
2.3.2.a

Langkah – langkah dalam Pembuatan Prototipe

Langkah-langkah dalam pembuatan prototype
Langkah 1

: mengidentifikasi kebutuhan dasar pengguna. Perancang system (biasanya
spesialis system

informasi) bekerja cukup lama dengan pengguna untuk

19 
 

 

mendapatkan informasi kebutuhan dasar pengguna.
: Mengembangkan prototype awal. Perancang sistem dengan cepat membuat

Langkah 2

prototype yang fungsional, menggunakan perangkat-perangkat untuk
menciptakan peranti lunak dengan cepat.
: Menggunakan prototype. Pengguna didorong untuk bekerja dengan sistem

Langkah 3

tersebut untuk menetukan seberapa baik prototipe itu memenuhi kebutuhanya,
dan untuk memberikan saran-saran bagaimana memperbaiki prototipe itu.
: Merevisi dan memperbaiki prototipe. Pembuatan sistem mencatat semua

Lanhkah 4

perubahan yang diminta pengguna dan memperhalus prototipe berdasarkan
permintaan terbut. Setelah prototipe direvisi, siklusnya kembali kelangkah 3.
Langkah 3 dan 4 diulangi, terus hingga penggunanya merasa puas.
2.3.2.b

Keuntungan dan Kerugian dari Pembuatan Prototipe
Pembuatan prototipe paling bermanfaat ketika terdapat beberapa ketidakpastian

tentang kebutuhan atau solusi rancanganny, dan sering digunakan untuk merancang sistem
informasi antarmuka pengguna akhir (end-user interface), atau bagian dari sistem yang
berinteraksi dengan pengguna, seperti tampilan online dan layar masukan data, laporan atau
halaman web.
Mengidentifikasi kebutuhan 
dasar

Langkah 1: 

Mengembangkan prototipe 
yang fungsional 

Langkah 2: 

Menggunakan Prototipe

Langkah 3: 

Pengguna Puas 

Prototipe Operasional 

Prototipe direvisi dan 
diperbaiki 

Langkah 4: 

20 
 

 

2.3.3

Pengembangan oleh Pengguna Akhir
Beberapa jenis sistem informasi dapat dikembangkan oleh pengguna akhir dengan

sedikit bantuan formal dari spesialis teknis, atau bahkan tidak sama sekali. Fenomena ini
disebut pengembangan oleh pengguna akhir (end-user development). Rangkaian peranti lunak
yang dikategorikan sebagai bahasa generasi keempat membuat hal ini mungkin dilakukan
bahasa generasi keempat (fourth-generation language) adalah piranti lunak yang membuat
laporan atau mengembangkan aplikasi peranti lunak dengan sedikit bantuan teknis atau tidak
sama sekali. Secara keseluruhan, sistem pengembangan oleh pengguna akhir dapat
diselesaikanlebih cepat dari pada yang dikembangkan dengan siklus hidup sistem yang
konvensional .dengan memberikan kemampuan kepada para pengguna untuk menentukan
kebutuhan bisnis mereka sendiri, pengumpulan kebutuhan menjadi lebih baik dan tingkat
keterlibatan pengguna menjadi lebih tinggi, dan mereka jadi lebih puas dengan sistemnya.
Namun, perangkat generasi keempat masih tidak dapat mengganti perangkatperangkat

lama untuk aplikasi bisnis, karena sering kali mengalami kesulitan dalam

menangani pemrosesan jumlah transaksi yang banyak, atau aplikasi dengan logika procedural
yang ekstensif dan kebutuhan pembaruan. Komputasi pengguna akhir juga membawa risiko
bagi perusahaan karena berlangsungnya diluar mekanisme yang tradisional untuk manajemen
dan kontrol sistem informasi. Ketika sistem dibuat dengan cepat, tanpa adanya metodologi
pengembangan yang formal, pengajuan dan dokumentasi mungkin tidak dilakukan dengan
memadai.Untuk

membantu

perusahaan

memaksimalkan

keuntungan

dari

aplikasi

pengembanagan oleh pengguna akhir, manajemen harus mengontrol pengembangan aplikasi
pengguna akhir dengan mengatur pengeluaran biaya untuk pembuatan proyek sistem
informasi pengguna akhir dan menentukan peranti keras, peranti lunak, dan standar kualitas
untuk setiap aplikasi yang dikembangkan oleh pengguna.
2.3.4

Paket Peranti Lunak Aplikasi dan Alih Kontrak
Peranti lunak untuk sebagian besar sistem dewasa ini tidak dikembangkan sendiri ,

melainkan dibeli dari sumber eksternal. Perusahaan dapat menyewa peranti lunak dari
penyedia layanan aplikasi, membeli peranti lunak dari vendor komersial, atau mendapatkan
aplikasi berdasar permintaan yang dikembangakan oleh perusahaan luar secara alih
kontrak(outsourcing).Tidak semua perusahaan diuntungkan dengan adanya alih kontrak,
kerugian dari alih kontrak dapat membawa masalah serius bagi perusahaan jika alih kontrak

21 
 

 

tidak dipahami dengan baik.Ketika perusahaan mengalokasikan tanggung jawab untuk
mengembangkan dan mengoperasikan sistem informasinya kepada perusahaan luar,
perusahaan itu dapat kehilangan kontrol atas fungsi sistem informasinya.Jika prusahaan tidak
memiliki keahlian untuk bernegosiasi dengan kontrak yang kuat, ketergantungan perusahaan
terhadap vendor dapat memakan biaya yang sangat tinggi atau bahkan perusahaan dapat
kehilangan kontrol atas arah teknologinya. Perusahaan kemungkinan besar akan diuntungkan
dari alih kontrak jika benar-benar memahami kebutuhannya sendiri, mengerti benar
bagaimana

vendor

alih

kontrak

akan

memberikan

nilai

bagi

perusahaan,

dan

mengidentifikasikan ASP yang kapabilitasnya dan sasarannya paling cocok dengan kebutuhan
spesifik perusahaan.
2.4

Pengembangan Aplikasi untuk Perusahaan Digital
Dalam lingkungan perusahaan digital, perusahaan perlu mampu menambah, mengganti

dan menghentikan kapabilitas teknologi mereka dengan cepat untuk merespon adanya
kesempatan-kesempatan baru.mereka juga lebih banyak sistem yang mengaitkan proses bisnis
perusahaan lebih dekat kepada pelanggan dan pemasok. Selain menggunakan paket peranti
lunak, penyedia layanan aplikasi dan layanan alih kontrak lainnya perusahaan-perusahaan
lebih mengandalkan teknik siklus cepat, seperti perancangan aplikasi bersama, prototipe, dan
komponen peranti lunak yang distandarisasi dan dapat dipakai ulang yang dapat dirakit
menjadi kumpulan layanan yang lengkap untuk e-commerce dan e-business.
2.4.1

Rapid Application Development (RAD)
Istilah pengembangan aplikasi cepat (rapid application development-RAD) digunakan

untuk menggambarkan proses pembuatan sistem yang dapat dilangsungkan dalam waktu
yang sangat singkat. RAD dapat mencakup penggunan pemrograman visual dan perangkat
lainnya untuk membuat antar muka grafis bagi pengguna, pembuatan prototipe iterative dari
elemen-elemen sistem yang terpenting, otomatisasi pembuatan kode program, dan kerjasama
erat antara pengguna akhir dan spesialis sistem informasi. Terkadang teknik yang disebut
desain aplikasi gabungan (joint aplikation design-JAD) digunakan untuk mempercepat
pembuatan kebutuhan informasi dan mengembangkan rancangan sistem awal. Dengan JAD,
pengguna akhir dan spesialis sistem informasi bersama-sama membahas rancangan sistemnya
dalam sebuah sesi interaktif. Jika dipersiapkan dan difasilitasi dengan baik, sesi JAD dapat
sangat mempercepat fase rancangan dan melibatkan pengguna secara intens.

22 
 

 

2.4.2

Pengembangan Berbasis Komponen dan Layanan Web
Untuk pembuatan peranti lunak yang lebih cepat, kelompok-kelompok objek telah

dirakit untuk menyediakan kompenen peranti lunak untuk fungsi-fungsi yang umum, seperti
antarmuka grafis bagi pengguna atau fungsi pemesanan online yang dapat dikombinasikan
untuk membuat aplikasi bisnis berskala besar. Pendekatan terhadap pengembangan peranti
lunak ini disebut pengembangan berbasis komponen (component-based development), yang
membuat sistem dapat dibuat dengan merakit dan mengintegrasikan komponen-komponen
peranti lunak yang tersedia .
2.4.2.a

Layanan Web dan Komputasi Berorientasi Layanan
Selain untuk mendukung integrasi internal dan eksternal dari sistem informasi layanan

Web dapat digunakan sebagai perangkat pembuatan aplikasi sistem informasi baru atau
perbaikan sistem yang ada. Layanan web dapat membuat komponen-komponen peranti lunak
yang dapat diimplementasikan melalui internet dan menyediakan fungsi-fungsi baru untuk
sistem perusahaan yang sudah ada, atau membuat sistem baru yang menhubungkan sistem
suatu perusahaan dengan sistem lainnya. Layanan Web dapat melakukan fungsi tertentu
sendiridan juga dapat menghubungi layanan Web

lainnya untuk melengkapi transksi-

transaksi yang lebih rumit, seperti memeriksa kredit, pengadaan atau memesan barang.
Dengan membuat komponen-komponen peranti lunak yang dapat berkomunikasi dan berbagi
data lintas sistem operasi bahasa pemrograman, atau perangkat klien, layanan Web
menawarkan penghematan biaya yang signifikan dalam pengembangan sistem sekaligus
membuka kesempatan baru untuk berkolaborasi dengan perusahaan lainnya.

23 
 

 

BAB III
STUDI KASUS : PENGEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN GAJI
SUPIR ANGKOT DI JABODETABEK

Benahi Angkutan di DKI, Ahok akan Gaji Para Sopir Rp 5 juta Per Bulan
Ropesta Sitorus- detikNews
Jakarta – Pemprov DKI berencana untuk membenahi sistem angkutan umum di
Ibukota. Salah satu yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama
(Ahok) adalah dengan menambah armada baru dan memperbaiki pengelolaan
karyawan.
Ahok menuturkan, para sopir angkutan nantinya bisa digaji dua kali UMP mulai tahun
2015.
“Tahun depan bisa dapat Rp 5 juta per bulan. Karena tukang parkir saja sudah dapat 2
kali UMP,” kata Ahok kepada wartawan di Balai Kota, Jakarta Pusat, Jumat
(21/11/2014).
Menurut Ahok, nantinya semua angkutan akan masuk ke dalam manajemen PT
TransJakarta. Angkot-angkot pun akan dikelola dengan menjadikan TransJ sebagai
standar, termasuk pembayaran rupiah per kilometer kepada pengelola.
“Jadi kamu ikut sistem kita rupiah per km, dan enggak usah ngetem-ngetem lagi. Nanti
sopirnya dibayar per bulan. Pengusaha juga akan lebih untung karena dia akan mudah
dapat kredit dari bank untuk membeli bus baru. Warga DKI juga lebih enak karena bus
selalu ada kan,” terang Ahok.
(ros/rmd)

Angkot atau Angkutan Kota salah satu sarana transportasi utama di JABODETABEK.
Tidak hanya di kota-kota besar namun juga didaerah angkot mempunyai peranan penting.
Seiring dengan berjalannya waktu angkot-angkot jumlahnya mengalami kenaikan
dikarenakan penambahan armada dan pembukaan jalur baru.
Sayangnya dikarenakan kesulitan hidup maka rakyatpun mulai berhitung panjang
mengenai biaya transportasi angkot. Akhirnya sebagian besar menilai membeli sebuah sepeda
motor jauh lebih hemat dan lebih cepat daripada menggunakan sarana angkot. Disamping itu

24 
 

 

kenyamanan pengguna angkot tidak diperhatikan oleh pemilik angkot. Ujung-ujungnya supir
angkotlah yang kena imbasnya, setoran harus diberikan setiap kali narik dan bila kurang
terpaksa dia harus nombok . Sedangkan jumlah pengguna angkot makin berkurang
dikarenakan masyarakat mulai menggunakan motor dan ditambah jumlah armada meningkat,
menambah persaingan antar angkot. Ironis hidup di Indonesia, negara kaya raya dengan
sumber berlimpah hanya dinikmati oleh beberapa persen orang.
Persaingan antar supir angkot sering terjadi hingga menimbulkan korban, mulai dari
masalah sewa, setoran, saling nyalip, bentrok dengan motor atau kena tilang polisi, juga tidak
lupa masalah premanisme yang sering menghantui supir angkot.
Maka untuk mengatasi masalah ini, sistem dan manajemen Angkot beserta supirnya
mesti dirubah. Tujuannya untuk mengembalikan fungsi angkot sebagai sarana penunjang
transportasi perkotaan yang lebih efesien dan menguntungkan supir dan pengguna angkot.
Pemprov DKI berencana untuk membenahi sistem angkutan umum di Ibukota. Salah
satu yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) adalah dengan
menambah armada baru dan memperbaiki pengelolaan karyawan.Sistem setoran akan dihapus
dan diganti dengan gaji. Sopir dan kondektur akan memperoleh penghasilan sekitar Rp3,5 juta
hingga Rp5 juta. Sistem penggajiannya adalah pembayaran rupiah per kilometer dan dibayar
perbulan. Dengan sistem ini, diharapkan ulah tidak disiplin pengemudi angkutan umum yang
sering dikeluhkan warga bisa dikurangi.
Agar sistem pembayaran gaji sopir angkot ini dapat berjalan dengan baik, akurat dan
sesuai ketentuan, maka Pemerintah dan Dinas Tata Kota perlu bekerjasama dengan
BPPT/Pihak kampus/pihak swasta untuk membuat Sistem Informasi, desain serta hitungan
profitnya sehingga hasilnya menjadi Sistem Standar Angkot yang bisa diterapkan disetiap
kota diseluruh Indonesia.

Untuk membuat Sistem Informasi Penggajian ini, metode yang harus dilakukan adalah:
1. Tahap Perencanaan
Pada tahapan ini dilakukan perencanaan dan pendefinisian proyek-proyek system yang
dilakukan oleh staff perencana untuk mengetahui ruang lingkup aplikasi yang akan
dikembangkan beserta rencana tahapan pengembangan (mulai dari nol atau prototype).
25 
 

 

Misalnya adalah menentukan siapa saja yang akan menjadi user dari system informasi ini,
bagaimana alur proses system ini mulai dari input database hingga mencetak slip gajinya,
menentukan rumusan perhitungan gaji berdasarkan kilometer dan sebagainya.  Tahap
analisis
Pada tahapan ini, yang harus dilakukan adalah :
a. Identify, yaitu investigasi awal untuk melihat kebutuhan pengguna.
b. Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada. Misalnya bagaimana system kerja
shift sopir.
c. Analyze, yaitu mememahami sistem yang ada dengan menganalisis jabatan dan uraian

tugas (business users), proses bisnis (business process), ketentuan/aturan yang ada
(business rules), masalah dan mencari solusinya (business problems & solutions),
business tools dan berbagai rencana perusahaan (business plans)
d. Report, yaitu membuat laporan hasil analisis.
2. Tahap Perancangan

Membuatlah aplikasi berdasarkan rancangan yang telah dibuat. Selain aplikasi, buat juga
buku panduan penggunaan aplikasi agar mudah saat melakukan training pada saat
implementasi.
3. Tahap Implementasi

Sebelum implementasi, persiapan secara matang mengenai perangkat keras, perangkat
lunak, ruangan dan fasilitas pendukung lainnya.
4. Tahap Pemeliharaan

Tahapan pemeliharaan sistem mencakup seluruh proses yang diperlukan untuk menjamin
kelangsungan, kelancaran, dan penyempurnaan sistem yang telah dioperasikan.
Dengan demikian, apabila kebijakan Pemprov DKI dan Sistem Informasi Penggajian
Sopir Angkot ini bisa diterapkan, maka jumlah angkot akan berkurang, lebih efesien, tertib,
supir tidak stress, sebagian supir bisa jadi petugas tiket, para supir hidupnya lebih sehat,
penumpang lebih banyak, dan terjadi penurunan jumlah kendaraan motor dan mobil pribadi
dikarenakan sistim perangkotan sudah baik. Masyarakatpun bisa lebih berhemat atau
membelanjakan uangnya untuk keperluan lain, disini uang akan berputar lebih baik lagi,
Pemda setempat yang menerapkan sistim ini akan mendapat profit harian dengan jumlah
besar yang mungkin hasilnya bisa ditabung untuk membuat mass transit berupa kereta listrik
(pakai masinis atau komputer).

26 
 

 

BAB IV
PERTANYAAN & JAWABAN KASUS
BAB 3 PERTANYAAN & JAWABAN KASUS
1. Buat laporan analisis sistem tentang sistem pemb