LAPORAN PEMBUATAN SABUN RUMPUT LAUT

Praktikum ke-6
Selasa, 11 Oktober 2015
Proses Pembuatan Sabun Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii )
Henita
4443120684
7A
Jurusan Perikanan
Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2015
ABSTRAK
Sabun adalah surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan dengan air untuk
mencuci dan membersihkan lemak (kotoran) Sabun memiliki struktur kimiawi dengan
panjang rantai karbon C12 hingga C16. Sabun terbuat dari garam alkali asam lemak dan
dihasilkan menurut reaksi asam basa. Praktikum pembuatan sabun rumput laut dengan
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 6 Oktober 2015 pukul 08.00 sampai dengan 10.00
WIB di laboratorium TPHP (Teknologi Pengolahan Hasil Perairan) Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Tujuan dalam praktikum ini ialah mengetahui pengaruh
perbedaan konsentrasi rumputlaut terhadap kualitas sabun rumput laut. Hasil dari praktikum
yaitu pada prinsipnya, sabun terbuat dari minyak (lemak) yang dicampur dengan larutan
alkali. Pembuatan sabun rumput laut alami menggunakan bahan-bahan baku alami, yaitu

minyak zaitun, minyak kelapa, dan bahan rumput laut yang memiliki sifat anti bakteri.
Berdasarkan parameter pengujian diperoleh hasil terbaik parameter uji aroma, tekstur dan
kesan bersih, yaitu konsentrasi pada perlakuan 2%. Sedangkan parameter uji banyaknya busa
diperoleh pada perlakuan 4%. Setelah diuji dengan aplikasi SPSS bahwa konsentrasi
pemberian rumput laut yang diberikan pada masing-masing kelompok berpengaruh nyata
terhadap parameter uji aroma,tekstur,kesan bersih dan banyaknya busa yang dihasilkan
sabun.
Kata kunci : Rumput laut,Sabun, Stabilitas

PENDAHULUAN
Produk sabun mandi telah berkembang menjadi kebutuhan primer di
masyarakat dunia saat ini. Produk tersebut dimanfaatkan setiap hari oleh semua
kalangan masyarakat, baik kelas atas, menengah, maupun bawah. Industri sabun
mandi pun berlomba-lomba menciptakan produk sabun mandi yang inovatif dan
bermanfaat, bervariasi baik dari segi bentuk, warna, maupun aroma. Banyaknya
sabun yang memberikan dampak instan namun menggunakan bahan kimia kurang

1

aman untuk kulit. Biasanya bahan – bahan yang digunakan adalah adalah merkuri

atau Sodium Lauryl Sulfate (SLS). Merkuri atau Sodium Lauryl Sulfate (SLS) ini
menyebabkan berbagai macam masalah seperti perubahan pada warna kulit, bintikbintik hitam pada kulit, iritasi kulit dan alergi. Sodium Lauryl Sulfate (SLS) jika
digunakan dalam jangka waktu panjang dan sering, dapat mengakibatkan iritasi yang
tinggi pada kulit. Akibat jangka pendeknya menyebabkan alergi, gatal-gatal, kulit
kering (Hazelia, 2013).
Berdasarkan kondisi tesebut maka perlu adanya produk sabun yang
menggunakan bahan yang aman untuk kulit. Salah satunya dengan memproduksi
sabun rumput laut. Rumput laut memliki kandungan yang baik untuk kulit,
diantaranya adalah kandungan antioksidan yang berperan dalam penyembuhan dan
peremajaaan kulit. Vitamin A dan vitamin C nya bekerja dalam memelihara kolagen.
Sedangkan kandungan protein dari rumput laut penting untuk membentuk jaringan
baru pada kulit sehingga mencegah penuaan dini. Rumput laut sebenarnya kaya akan
kandungan Vitamin B kompleks, C, Magnesium, dan berbagai mineral lainnya yang
membantu metabolisme sel kulit (Hika,2013)
Oleh karena itu, saat ini mulai banyak produsen sabun mandi yang melirik ke
bahan alam untuk dijadikan substitusi bahan aktif pembuatan sabun mandi. Tujuan
digunakannya bahan alam ini tentunya untuk meminimalisir bahan-bahan sintetik,
seperti pewarna, parfum, pemutih, anti bakteri, dan lain-lain yang berbahaya bagi
kulit dan kesehatan. Dari permasalahan-permasalahan yang terurai diatas maka
praktikum mengenai proses pembuatan sabun rumput laut ini sangat bermanfaat dan

perlu untuk dilakukan.
Adapun tujuan dalam praktikum ini ialah untuk mengetahui pengaruh
perbedaan konsentrasi rumputlaut terhadap kualitas sabun rumput laut.

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi Rumput Laut
Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan pada kegiatan
revitalisasi perikanan yang prospektif. Rumput laut tergolong tanaman berderajat

2

rendah, umumnya tumbuh melekat pada substrat tertentu, tidak mempunyai akar,
batang maupun daun sejati, tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus.
Rumput laut di alam tumbuh dengan melekatkan dirinya pada karang, lumpur, pasir,
batu dan benda keras lainnya. Selain benda mati, rumput laut pun dapat melekat pada
tumbuhan lain secara epifitik (Anggadiredja 2010).
Rumput laut yang sudah banyak dibudidayakan yakni rumput laut jenis Echeuma
cottonii. Eucheuma cottonii mengandung hidrokoloid karaginan danmerupakan salah

satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae). Berubah


nama menjadi

Kappaphycusalvarezii karena karaginan yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-

karaginan. Kappaphycus alvarezii selain mengandung karaginan, juga mengandung
zat organik lainnya seperti protein, lemak, serabut kasar, abu dan air (Asla 1998).
Jenis ini secara taksonomi disebut Kappaphycus alvarezii. Nama „cottonii’ umumnya
lebih dikenal dan digunakan dalam dunia perdagangan nasional maupun
internasional.
Taksonomi Kappaphycusalvarezii menurut Anggadiredja (2010) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieracea
Genus :Eucheuma
Species :kappavicusalvarezii
Sabun

Sabun adalah surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan dengan air
untuk mencuci dan membersihkan lemak (kotoran)Sabun memiliki struktur kimiawi
dengan panjang rantai karbon C12 hingga C16. Sabun bersifat ampifilik, yaitu pada
bagian kepalanya memiliki gugus hidrofilik (polar), sedangkan pada bagian ekornya
memiliki gugus hidrofobik (non polar). Oleh sebab itu, dalam fungsinya, gugus
hidrofobik akan mengikat molekul lemak dan kotoran, yang kemudian akan ditarik

3

oleh gugus hidrofilik yang dapat larut di dalam air. Sabun terbuat dari garam alkali
asam lemak dan dihasilkan menurut reaksi asam basa. Proses pembuatan sabun
disebut saponifikasi Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak dan basa alkali.
Gula
Gula merupakan senyawa organik penting sebagai bahan pangan. Disamping
sebagai bahan pangan, gula digunakan juga sebagai bahan non pangan salah satunya
dalampembuatan sabun. Gula merupakan senyawa kimia yang tergolong dalam
kelompok karbohidrat, mempunyai rasa manis dan larut dalam air, serta mempunyai
sifat optis merupakan ciri khas untuk mengenal setiap jenis gula (Gautara, 1980)..
pada proses pembuatan sabun gula berfungsi untuk membantu terbentuknya
transfaransi pada sabun. Penambahan gula dapat membentuk perkembangan kristal

pada sabun.
Asam stearate
Asam stearate merupakan mono karboksilat erantai panjang (C18) yang
bersifat jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap diantara atom karbonya. Asam
stearate dapat berbentuk cairan atau padatan. Pada proses pembuatan sabun, asam
stearate berfungsi untuk mengeraskan dan menstabilkan busa.
Larutan NaOH
Natrium hidroksids (NaOH) sering kali disebut dengan soda kaustik atau soda
api yang merupakan senyawa alkali yang berifat basa dan mampu menetralisir asam.
NaOH berbentuk Kristal putih dengan sifat cepat menyerap kelembapan.Natrium
hidroksida bereaksi dengan minyak membentuk sabun yang disebut dengan
safonufikasi.
Gliserin
Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati
dengan air untuk menghasilkan asam lemak.Gliserin merupakan humektan sehingga
dapat berfungsi sebagai pelembab pada kulit.Pada kondisi atmosfir sedang ataupun
pada kondisi kelembaban tinggi, gliserin dapat melembabkan kulit danmudah dibilas.
Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau, dan memiliki rasa manis.
Pewangi/pengharum


4

Pewangi merupakan bahan tambahan yang ditambahkan pada pembuatan
sabun, fungsi dari pewangi sudah jelas sebagai pemberi aroma wangi pada sabun .
pewangi ini dapat berasal adri ekstrak wangi buah-buahan, bunga, atau wangi yang
sudah umum digunakan.

METODOLOGI
Praktikum diversifikasi yang berjudul “Proses Pembuatan sabun rumputlaut ”
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 06 oktober 2015 pukul 08.00 sampai dengan
10.00 WIB di laboratorium TPHP (Teknologi Pengolahan Hasil Perairan) Fakultas
Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Alat-alat yang digunakan diantaranya yaitu pisau, blender, kompor, wajan,
nampan, timbangan elektrik, baskom, mangkokdan baker glass. Sedangkan bahanbahan yang digunakan pada praktikum ini,yaitu rumput laut Echeuma cotonii,
air,larutan gula, asam stearat, minyak zaitun, minyak sawit, NaOH, alkohol, gliserin,
pengharum.
Prosedur kerja dalam pembuatan sabunrumput laut langkah pertama adalah
panaskan air dengan suhu tidak lebih dari 50◦ C. Kemudian tuangkan asam stearat
kedalam baker glass sambil diaduk didalam wajan suhu hangat hingga homogen.
Stelah itu masukan rumput laut yang sudah disediakan lalu aduk hingga homongen

dan mearata. Tambahkan minyak zaitun aduk kembali dan tambahkan minyak sawit
aduk kedalam ajan berisi air yang sedang dipanaskan dengan suhu sedang. Setelah itu
angkat bakker glass tuangkan NaOH dan alkohol, dan aduk-aduk, lalu masukan lagi
ke dalam air yang sedang dipanaskan tambahkan gliserin, larutan gula.Aduk-aduk
sampai merata dan jangan sampai ada gumpalan.Langkah terakhirtambahkan pewangi
dan tuangkan adonan kedalam wadah atau cetakan tunggu hingga dingin, dan lakukan
uji organoleptic meliputi uji busa, derajat kebersihan, tekstur dan wangi.

5

Asam stearat

Rumputlaut, minyak zaitun, minyak sawit

NaOH , alkohol (diluar perebusan )

Giserin, larutan gula, dan cetak

Lakukan uji organoleptik (tekstur,aroma,derajat
besih ,uji busa)dan


Diagram 1. diagram alir pembuatan sabun

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengujian organoleptik didapatkan diagram batang sebagai berikut

Aroma
3,5

Nilai Mean

3,6
3,4

3,3

3,2

3,1333


3,2

2,9667 2,9667

3,0

Aroma

2,8
2,6
0%

2%

4%

6%

8%


10%

Perlakuan
Tabel 1. rata – rata nilai hedonik parameter uji aroma

6

Nilai rata-rata mutu hedonik yang dilakukan panelis untuk parameter aroma
perlakuan terbaik yakni padaperlakuan 2%. Formulasi pada perlakuan tersebut
merupakan formulasi pembanding dari kelompok lainnya. Perolehan hasil yakni
sebesar 3,5. Sedangkan pengujan parameter aroma oleh panelis perlakuan yang
memiliki nilai rata-rata mutu hedonik terendah yaitu perlakuan8% dengan nilai
2,9667. Hal tersebut kemungkinan adanya pengaruh Perbedaan konsentrasi
rumputlaut terhadap kualitas sabun rumput laut. Setelah diuji dengan aplikasi SPSS
dan uji duncan bahwa pemberian konsentrasi rumput laut yang berbeda terhadap
pembuatan sabun rumput laut berpengaruh nyata terhadap parameter uji aroma.

Tekstur
3
Nilai Mean

2,5

2,4667

2,6333 2,5333 2,5667

2,3667
2,0333

2
1,5
1

Tekstur

0,5
0
0%

2%

4%

6%

8%

10%

Perlakuan
Tabel 2.rata – rata nilai hedonik parameter uji tekstur
Berdasarkan hasil data yang diperoleh bahwa perlakuan yang memiilki nilai rata-rata
nilai hedonik tertinggi yaitu perlakuan 2% dengan nilai rata-rata 2,6333. Sedangkan nilai
terendah terdapat pada perlakuan 8% dengan nilai rata-rata sebanyak 2,0333. Tekstir yang
dihasilkan kaitannya dengan bahan-bahan yang digunakan dan pada proses pengadukan .
tekstur kasar dianilisis dikarenakan metode pengadukan yang salah dan terjadi penggumpalan
sebelum dilakukan pencetakan. Sehingga agar menghasilkan tekstur yang lembut
diindikasikan pada penambahan minyak zaitun dan minyak sawit serta proses pengadukan
yang dilakukan.

7

Nilai Mean

Kesan Bersih
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0

3
2,6667 2,6333

2,7667

2,8333
2,4667

Kesan Bersih

0%

2%

4%

6%

8%

10%

Perlakuan
Tabel 3.rata – rata nilai hedonik parameter uji kesan bersih

Hasil penilaian 40 panelis terhadap parameter uji kesan bersih setelah
pemakaian keenam sabun rumput laut dapat dilihat pada grafik. Untuk hasil
pengolahan data deskriptif yang menghasilkan nilai rata-rata penilaian dari skala
penilaian oleh panelis untuk masing-masing sabun rumput laut yang memiliki kesan
bersih tertinggi adalah konsentrasi penambahan rumput laut sebanyak 4 %.
Sedangkan kesan bersih terendah adalah konsentrasi penambahan 8 % rumput laut.
Analisa keenam sabun rumput laut dengan menggunakan uji ANOVA
terhadap kesan setelah pemakaian sabun (Lampiran P) menghasilkan nilai Sig. 0,000
(Sig.