Transformasi Perusahaan Dagang PD Inovas
Transformasi Perusahaan Dagang (PD); Inovasi Sistem Perdagangan Perspektif alQolyûbi wa Umairah.1
Oleh Muhammad Mu’afi2
I. Pendahuluan
Perdagangan atau perniagaan adalah kegiatan tukar menukar barang atau jasa atau keduanya.
Pada masa awal sebelum uang ditemukan, tukar menukar barang dinamakan barter yaitu
menukar barang dengan barang. Pada masa modern perdagangan dilakukan dengan
penukaran uang. Setiap barang dinilai dengan sejumlah uang. Pembeli akan menukar barang
atau jasa dengan sejumlah uang yang diinginkan penjual.
Perdagangan menempati posisi absolut dalam perkembangan ekonomi suatu Negara. Dalam
perkembangannya, perdagangan diproses menjadi pelbagai metode dengan sistem dan tatacara
yang ditentukan sesuai dengan model masing-masing. Keadaan suatu Negara yang semakin
heterogen dan berkembang tentunya membutuhkan penunjang, dalam hal ini perekonomian,
bergerak lebih cepat dari cara-cara manual yang telah diterapkan sebelumnya. Maka,
munculnya pelbagai macam perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan menjadi
sebuah kemutlakan. Perusahaan perdagangan (Trading Company) menerapkan metode-metode
khusus yang telah diatur oleh negara dalam transaksinya. Dalam perkembangannya,
perusahaan dagang cakupannya semakin meluas hingga memasuki perdagangan bebas.
II. Definisi Perusahaan Dagang
a. Perusahaan
1. Menurut Prof. Molengraff, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara
terus menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan, dengan cara
memperniagakan barang-barang, menyerahkan barang-barang, atau mengadakan perjanjianperjanjian perdagangan.
2. Menurut Polak, perusahaan ada bila diperlukan adanya perhitungan-perhitungan tentang
laba-rugi yang dapat diperkirakan, dan segala sesuatu itu dicatat dalam pembukuan.
Pengertian perusahaan menurut Molengraff mempunyai enam unsur, sedangkan menurut
Polak cukup dua unsur.
3. Menurut pendapat Swastha dan Sukotjo (2002 : 12) definisi atau pengertian perusahaan
adalah adalah suatu organisasi kerjasama dalam bidang produksi yang menggunakan dan
mengkoordinir sumber-sumber ekonomi untuk memuaskan kebutuhan dengan cara yang
menguntungkan.
4. Perusahaan, atau dalam bahasa arabnya disebut اﻟﺸﺮﻛﺔ, menurut Syâfiiyah adalah :
atau ,3ﺛﺒﻮت اﻟﺤﻖ ﻓﻲ ﺷﻲء ﻻﺛﻨﻴﻦ وأﻛﺜﺮ ﻋﻠﻰ ﺟﻬﺔ اﻟﺸﻴﻮع
4
ﻫﻲ ﺛﺒﻮت اﻟﺤﻖ ﺷﺎﺋﻌﺎً ﻓﻲ ﺷﻲء واﺣﺪ أو ﻋﻘﺪ ﻳﻘﺘﻀﻲ ذﻟﻚ
1
Dipresentasikan dalam diskusi dwi mingguan ketiga FAS Mesir 2012 di Hay-6
Fans layar kaca F.C. Internazionale Milano, SpG
3
Al-Khatîb al-Syarbini, Mughni al-Muhtâj,j. 2, hal. 212
4
An-Nawâwi, Roudlotut Tholibin, j. 5, hal. 3
2
1
b. Dagang
Dagang, atau Perdagangan menurut bahasa adalah Pekerjaan yang berhubungan dengan jual
beli barang atau jasa untuk memperoleh laba. Sedangkan menurut istilah para ahli :
1. Marwati Djoened : Perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang mengaitkan antara para
produsen dan konsumen. Sebagai kegiatan distribusi, perdagangan menjamin peredaran,
penyebaran, dan pemyediaan barang melalui mekanisme pasar
2. Eeng Ahman & Epi Indriani : Perdagangan adalah kegiatan tukar - menukar atau transaksi
jual beli antara dua pihak atau lebih
3. Ranti Fauza Mayana : Perdagangan adalah sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi
antar anggota masyarakat dan antar bangsa
4. Loo Chee Kuang : Perdagangan merupakan salah satu cabang daripada bidang perniagaan
5. Abdul Gafar Pringgodigdo : Perdagangan merupakan bidang usaha yang luas dan sumber
penghasilan bagi orang banyak
6. Bambang Utoyo : Perdagangan merupakan proses tukar menukar barang dan jasa dari suatu
wilayah dengan wilayah lainnya. kegiatan sosial ini muncul karena adanya perbedaan
kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki5
c. Perusahaan Dagang (PD)
1. Perusahaan Dagang (PD) adalah Perusahaan yang kegiatan usahanya membeli barang
dengan tujuan dijual lagi, tanpa memproses lebih dahulu.
2. Perusahaan Dagang (PD) adalah Perusahaan yang membeli barang untuk tujuan menjualnya
kembali tanpa mengubah bentuk atau sifat barang secara berarti.
3. Perusahaan Dagang (PD) adalah perusahaan yang melakukan pembelian barang dan
berusaha menjualnya dengan harga di atas harga pokok agar mendapat keuntungan.
Jadi, unsur yang terdapat di PD tak lepas dari, untung-rugi, jual-beli, kerjasama, dan barang
jadi.
III. Bentuk Perusahaan Dagang
PD merupakan suatu perusahaan yang hanya menjual barang jadi yang diperoleh dari
produsen barang. Pada dasarnya PD adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi
barang. Suatu PD biasanya merupakan salah satu mata rantai dari saluran distribusi antara
produsen dan konsumen baik konsumen industri atau konsumen akhir. Dengan kata lain,
perusahaan dagang sebenarnya adalah perantara penjualan barang dari produsen ke konsumen
atau pemakai. Perusahaan dagang dalam kehidupan sehari-hari dapat berupa agen, toko,
penyalur tunggal, distributor, pedagang besar dan sebagainya. Sedangkan bentuk usahanya
dapat berupa perseroan, CV, firma atau persekutuan. Karena adanya barang fisik/barang jadi
(tangible goods) yang dibeli dan dijual, biasanya perusahaan dagang mempunyai gudang untuk
menyimpan barang dagangan. Perusahaan membeli barang di pemasok (suppliers) dan
menjualnya kepada pelanggan (customers). Semua biaya yang melekat pada kegiatan tersebut
diserahkan kepada pelanggan atau tergantung kesepakatan. Dalam hal ini ada 3 (tiga) metode :
FOB Shipping Point (Free On Board Shipping Point)
Pembeli harus menanggung biaya pengiriman barang dari gudang penjual sampai ke
gudangnya sendiri. Dalam hal ini penjual mengakui dan mencatat terjadi penjualan barang
Carapedia.com, Pengertian dan Definisi Perdagangan,
http://carapedia.com/pengertian_definisi_perdagangan_info2147.html, terakhir diakses 31 Oktober 2012, jam 12.14
Waktu Kairo
5
2
sejak dikeluarkan dari gudang oleh pembeli, sedang pembeli akan mengakui dan mencatat
terjadinya pembelian sejak mengambil barang dari gudang penjual.
FOB Destination Point (Free On Board Destination Point)
Penjual harus menanggung beban pengiriman barang sampai di gudang pembeli. Dalam hal ini
penjual mengakui dan mencatat terjadinya penjualan setelah barang sampai di gudang
pembeli, sedangkan pembeli mengakui dan mencatat terjadinya pembelian setelah barang
masuk ke gudangnya.
CIF (Cost Insurance and Freight)
Penjual harus menanggung beban pengiriman dan asuransi kerugian atas barang yang
dijualnya.
PD dilihat dari sistemnya -menggunakan gudang penyimpanan- terdiri dari pelbagai macam,
yaitu :
1. PD kecil, seperti agen-agen kecil yang menggunakan rumah pribadi sebagai gudang dengan
penampungan terbatas.
2. PD sedang, menyewa gudang dari pihak ketiga dengan tanggungan upah.
3. PD besar, mempunyai gudang sendiri.
IV. Perusahaan dagang dalam perspektif islam
Pada dasarnya, PD adalah salah satu bentuk dari sistem perdagangan, yang di dalamnya
terdapat perjanjian, penjual, pembeli dan barang dagangan, dalam al-Qur’an telah dijelaskan
dalam surat al-Baqarah ayat 275 :
Transaksi dalam PD dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu penjualan langsung dan
penjualan dengan jasa pengantar/tidak langsung. Penjualan barang secara tidak langsung
dengan cara membayar uang terlebih dahulu dengan jaminan dari penjual. Jika barang yang
yang sudah dibeli oleh konsumen mengalami kecelakaan, maka transaksi tersebut dianggap
batal dan ganti rugi sepenuhnya ditanggung oleh penjual6. Penerapan sistem FOB Shipping
Point tidak dibenarkan, dalam arti walaupun barang yang dijual ke pembeli mengalami
kecelakaan dan pembeli tidak minta uang kembali, transaksi tersebut tetap dianggap batal dan
penjual wajib mengembalikan pembayaran7.
V. Transformasi perusahaan dagang
1. Sistem penjualan
Dewasa ini, Perusahaan Dagang yang sebelumnya bergelut dalam level nasional, muncul
sebagai perusahaan multinasional yang berkecimpung dalam transaksi trans-negara. Turut
memasuki pasar global yang dimarakkan akhir-akhir ini, banyak PD bekerjasama dengan pihak
ketiga (third party) sebagai produsen barang. Seperti, suatu agensi di Mesir (pihak pertama)
menjalin kerjasama dengan toko Batik di Indonesia (pihak kedua), pihak pertama membeli
batik dari pihak kedua untuk dijual kembali di Mesir menurut permintaan pasar. Jika pasar
6
7
Syihabuddin al-Qulyubi wa Syeikh ‘Umairah, al-Qulyubi wa Umairah, (Dar Ihya’ Kutub, Kairo), j.2, hal. 211
Ibid, hal. 211
3
sedang membutuhkan, pihak pertama memesan barang dari pihak kedua di Indonesia dan
membelinya untuk dijual kembali di pasar permintaan dengan mengambil untung. Sistem ini
digunakan untuk efesiensi perdagangan mengingat lalu lintas supply and demand yang tidak
teratur.
2. Perspektif fiqih
8
ﻀﻪ رواﻩ اﻟﺒﻴﻬﻘﻰ وﻗﺎل إﺳﻨﺎدﻩ ﺣﺴﻦ ﻣﺘﺼﻞ
َ ِﻗﺎل ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻟﺤﻜﻴﻢ ﺑﻦ ﺣﺰام ﻻﺗَﺒِْﻴـ َﻌ ﱠﻦ َﺷ ْﻴﺌﺎ ﺣﺘﻰ ﺗَـ ْﻘﺒ
Transaksi perusahaan dagang level internasional seperti contoh yang dipaparkan di atas dapat
dikategorikan sebagai ﺑﯾﻊ اﻟﻣﺑﯾﻊ ﻗﺑل ﻗﺑﺿﮫkarena pihak pertama membeli barang dari pihak kedua
untuk dijual langsung di pasar permintaan dengan mengambil untung tanpa ‘bermalam’ di
gudang agensi.
a. Definisi dan Maksud ﻗﺑض
Secara Lughot, mempunyai arti
Atau
ﺗﻨﺎول اﻟﺸﻲء ﲜﻤﻴﻊ اﻟﻜﻒ
اﻷﺧﺬ واﻹﻣﺴﺎك9, atau اﳊﻴﺎزة10
kata tersebut dipergunakan sebagai terjadinya sesuatu walaupun
tanpa media اﻟﻛف
Secara terminologi, yaitu suatu proses memiliki atau menerima sesuatu, secara langsung
dengan kedua tangan ataupun tidak.12
11
b. Hubungan اﻟﻘﺑضdengan اﻟﻌﻘد
Akad menurut keterkaitannya dengan اﻟﻘﺑضterbagi menjadi 3 (tiga) :
1. tidak disyaratkan adanya اﻟﻘﺑض, contoh : nikah, hiwâlah, wasiat
2. disyaratkan adanya اﻟﻘﺑض, contoh : jual beli yang mengandung unsur untung-rugi.
3. disyaratkan adanya اﻟﻘﺑضuntuk اﺳﺗﻘرار اﻟﻌﻘد, contoh : akad jasa dan upah.13
c. Penerimaan barang dagang
Barang yang diperjualbelikan ada 2 (dua) macam, barang yang bergerak dan tidak bergerak.
Contoh barang yang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan. Para ulama sepakat proses
penerimaan barang tersebut cukup dengan penyerahan hak milik, dewasa ini menggunakan
surat tanah dan bangunan. Apabila proses pemindahan hak tersebut tidak tercapai, misalnya,
ada pihak yang memperkarakan proses tersebut hingga tertunda, maka proses tersebut belum
dapat dikategorikan اﻟﻘﺑض.14
Kedua, barang yang bergerak atau dapat dipindah tangankan. Seperti barang dagang, surat
berharga, emas, dll. Mengenai proses penerimaan barang, madzhab Hanâfiyah berbeda
pandangan dengan mayoritas. Yaitu, proses penerimaan barang bergerak maupun tidak
dikategorikan dengan metode yang sama.15 Para ulama bersilang pendapat mengenai proses
peralihan barang atau pelepasan barang dan kaitan dengan tuntasnya penerimaan barang
8
Ibid, hal. 212
Al-Fairûz Abâdi, al-Qômûs al-Muhith, hal. 840
10
Dr. Ibrâhim Anis, al-Mu’jam al-Wasîth, j. 2, hal. 711
11
Ibnu Mandzûr, Lisân al-‘Arab, j. 7, hal. 214
12
Al-Kasâni, Badâi’ al-Shonâ’i, j. 5, hal. 148
13
As-Suyûthi, al-Asybâh wa al-Nadhôir, hal. 280 - 281
14
An-Nawâwi, Roudlotut Thôlibîn, j. 3, hal. 515
15
Al-Kasâni, op.cit., hal. 244
9
4
()اﻟﻘﺑض. Hanâfiyah, Mâlikiyah, dan Hanâbilah membenarkan adanya kaitan antar keduanya.
Pelepasan ( )اﻟﺗﺧﻠﯾﺔbarang dari pembeli “dirasa” cukup mewakili sahnya prosesi penerimaan
barang, walaupun belum tentu, atau bisa saja, barang tersebut tidak sampai ke pelanggan.
Seperti sistem FOB Shipping Point, barang dianggap terjual apabila keluar dari gudang
penjual.16 Sedangkan Syâfi’iyah –dan dianggap lebih benar- berpendapat sebaliknya.17
d. Dalil-dalil
ِ
ﻌﺎم أ ْن
ُ " َأﻣﺎ اﻟّﺬي ﻧَـ َﻬﻰ ﻋ ْﻨﻪُ اﻟﻨﱠﺒِﻰ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓَـ ُﻬ َﻮ اﻟﻄﱠ: ﺿﻲ اﷲ َﻋ ْﻨـ ُﻬﻤﺎ ﻗﺎل
َ ﻋﻦ اﺑْ ِﻦ ﻋﺒّﺎس َر.1
18
.ﻛﻞ ْﺷﻲء إﻻّ ﻣﺜﻠﻪ
َ ُﻳ
َ ﺒﺎع ﺣﺘّﻰ ﻳَـ ْﻘﺒ
ّ " َوﻻ أَ ْﺣﺒﺲ: ﻗﺎل اﺑﻦ ﻋﺒّﺎس."ﺾ
19
"ﺴﺘَـ ْﻮﻓِ ْﻴﻪ
ْ َﻳ
ﻌﺎﻣﺎ ﻓﻼ ﻳُ ْﺒﻴﻌﻪ ﺣﺘﻰ
ً َ " َﻣ ْﻦ ا ْﺷﺘﺮى ﻃ: ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎل.2
اﻟﺒﻴ َﻊ
ُ ْ ﺳﺄَﻟ: ﻋﻦ ﺣﻜﻴﻢ ﺑﻦ ﺣﺰام ﻗﺎل.3
ْ ﻳَﺄْﺗِْﻴﻨﻲ اﻟ ﱠﺮﺟﻞ ﻓﻴَ ْﺴﺄَﻟُﻨﻲ: ﺖ اﻟﻨّﺒﻰ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﻘﻠﺖ
20
ِ
ِ
." "ﻻ ﺗَﺒِﻊ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ِﻋ ْﻨﺪك: ﻗﺎل.اﻟﺴ ْﻮق
ُ أَﺑ ْﻴﻌﻪ ﻣ ْﻨﻪ ﺛﻢ أَﺑْﺘﺎﻋﻪ ﻟﻪ ﻣﻦ,ﻟﻴﺲ ﻋ ْﻨﺪي
e. Pendapat Ulama
Pendapat ulama mengenai barang yang dijual sebelum dimiliki sepenuhnya diklasifikasikan
menurut jenisnya. Jenis barang sendiri terdiri dari 2 (dua) macam, bahan makanan dan non
makanan. Bahan makanan terdapat dua macam, ribawi dan non ribawi. Sedangkan non
makanan ada 2 (dua) macam, bergerak dan tidak bergerak.
1. Bahan Makanan Ribawi
Para ulama Fiqih sepakat tidak diperbolehkannya menjual bahan makanan ribawi yang belum
dimiliki sepenuhnya. Hal ini didasarkan pada asas utama yang telah dituturkan dalam pelbagai
hadits di atas tentang tidak bolehnya jual beli barang yang belum dimiliki. Dan, tidak
diperbolehkannya jual beli barang ribawi secara borongan, atau tanpa takaran sebab Hadits
Nabi SAW :
21
"اﻟﻤﺴﻤﻰ ِﻣ َﻦ اﻟﺘّﻤﺮ
ﺑﺎﻟ َﻜ ْﻴﻞ,ﻣﻜﻴﻠﺘﻬﺎ
ْ اﻟﺼ ْﺒـ َﺮة ﻣﻦ اﻟﺘّﻤﺮ ﻻ ﻳﻌﻠﻢ
َ "ﻧَﻬﻰ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻋﻦ ﺑﻴﻊ
ّ
2. Bahan Makanan Ribawi dengan Takaran
16
Ibnu Qudâmah, Al Mughni, j. 4, hal. 125
Ibid, hal. 125
18
Ibnu Hajar, Fathul Bâri Syarh Shohih Bukhôri, j. 5, hal. 80 -84
19
Muslim, as-Shohih, j. 3, hal. 1159
20
An-nasâ’i, as-Sunan, j. 7, hal. 285
21
Muslim, op.cit., hal 1172
17
5
Seperti penjualan bahan makanan secara borongan, klasifikasi ini juga dianggap tidak sah oleh
mayoritas ulama, kecuali Utsman al-Batti. Beliau berlandaskan umûmiyah firman Allah :
...
3. Barang non makanan yang tidak bergerak
Para ulama sepakat bahwa proses penerimaan barang non makanan tidak bergerak cukup
dengan penyerahan hak kepemilikan, atau pemindahan hak kepemilikan sesuai adat
masyarakat setempat. Seperti saat ini, penyerahan non makanan tidak bergerak, seperti tanah
dan bangunan, dilakukan dengan peralihan akta tanah dan bangunan melalui notaris.
4. Barang non makanan yang bergerak
Para ulama berbeda pendapat akan hal ini, yaitu :
Hanâfiyah menyatakan bahwa menjual barang bergerak yang belum diterima sepenuhnya,
seperti barang-barang jadi, barang kemasan, mainan, dan kategori barang-barang ekspor, tidak
diperbolehkan. Hal ini berlandaskan sikap Nabi SAW yang melarang segala bentuk penjualan
makanan sebelum dimiliki sepenuhnya. Ibnu Abbas menambahkan dalam riwayatnya, beliau
menyerupakan segala bentuk barang dengan makanan yang dituturkan oleh Nabi SAW. 22
Malikiyah menjelaskan bahwa menjual segala barang dagang sebelum dimiliki sepenuhnya
diperbolehkan, kecuali jenis bahan makanan. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa transaksi
menyebabkan berpindahnya sifat kepemilikan barang dari penjual ke pembeli. Ibnu Rusyd
menambahkan tentang alasan pendapat Malikiyah, bahwa Ibnu Abbas hanya menyebutkan
bahan makanan dalam haditsnya, dan bukan yang lain.23
Ulama Syâfi’iyyah menyatakan transaksi di atas tidak diperbolehkan dan transaksi dianggap
batal, baik barang bergerak maupun tidak. Walaupun pihak penjual pertama memberi izin
untuk menjual kembali. Pendapat ini dilandasi oleh :
1. Riwayat Hakim bin Hizam :
ِ "ﻻ ﺗَﺒِْﻴـﻌ ﱠﻦ ﺷﻴﺌﺎ ْﻗﺒﻞ ﻗَـ ْﺒ: أن اﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل
." "وﻻ ﺗَﺒِﻊ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻋﻨﺪك."ﻀﻪ
َ
2. Sifat kepemilikan barang dianggap lemah sebelum dimiliki sepenuhnya, karena transaksi
dapat dinyatakan tidak sah bila terjadi kecelakaan barang sebelum diterima.
3. adanya dua jaminan pembelian, jaminan dari penjual pertama dan kedua
4. Imam as-Syâfi’i memberlakukan ucapan Ibnu Abbas – semua barang saya anggap seperti
makanan- yang dituturkan dalam Hadits.24
kecuali jika barang tersebut dijual kembali dengan harga yang sama tanpa mengambil
keuntungan.25
Ulama Hanâbilah memiliki pendapat yang sama dengan Syâfi’iyah (tidak boleh), serta
menambahkan bahwa segala barang yang diperjualbelikan dengan metode serah terima, tidak
boleh dijual dengan cara lain. Kecuali, barang yang yang diperjualbelikan tanpa membutuhkan
serah terima, maka diperbolehkan menurut sebagian riwayat.26
22
Al-Kasâni, op.cit., hal. 181
Ibnu Rusyd, Bidâyatul Mujtahid, j. 2, hal. 108
24
Syihâbuddin al-Qulyûbi wa Syeikh ‘Umairah, op. cit., hal. 212
25
Al-Jazîri, al-Fiqh ‘ala madzâhib al-‘Arba’ah, j. 2, hal. 394
26
Ibnu Qudâmah, op.cit., hal. 239
23
6
3. Membeli Barang untuk Dijual Kembali dengan Mengambil Persenan
Dewasa ini banyak sekali cara untuk ‘mengembangbiakan’ modal agar menjadi bertambah.
Suatu contoh kasus, yayasan non profit memutar iuran anggota dengan bisnis PD kecil-kecilan.
Seseorang yang menginginkan barang, mobil misalnya, menghubungi yayasan tersebut untuk
dicarikan mobil dengan spesifikasi dan harga yang sudah ditentukan. Lantas yayasan tersebut
membeli mobil pesanan yang bersangkutan dengan uang yayasan, dan langsung menjual mobil
tersebut kepada pihak yang memesan, dengan mengambil laba 5 persen, misalnya. Transaksi
ini dinamakan jual beli untung-rugi atau yang di Indonesia diorganisir oleh Perusahaan
Dagang dalam suatu agensi.
a. Jual beli untung-rugi
Jual beli yang dalam transaksinya ditetapkan harga jual (harga pokok+prosentase untung) yang
telah diketahui dan disepakati oleh pelaku transaksi.27
b. Jual beli untung-rugi untuk dijual kembali (Agensi)
Sistem jual beli yang kegiatannya membeli barang jadi dari produsen untuk dijual kembali
kepara demander (pasar permintaan), dengan mengambil prosentase keuntungan. proses ini
berjalan jika demand (permintaan) lebih besar dari pada supply (penawaran).
Penutup
c. Keunggulan agensi dibanding Perusahaan Dagang
a. tidak memerlukan gudang penyimpanan barang, karena barang datang sesuai
permintaan pasar
b. barang jadi yang dijual tak tertentu, karena sesuai permintaan pasar
c. membeli barang seperlunya, karena sitem agensi di sini bukan penawaran, tapi sesuai
permintaan
d. Hukum transaksi
Ada 3 (tiga) perbedaan pendapat dari para ulama tentang transaksi di atas. Pertama, transaksi
tersebut identik dengan kredit berbunga yang sudah jelas keharamannya. Kedua, transaksi
tersebut hanya memenuhi sebagian syarat sahnya jual beli. Ketiga, transaksi di atas memenuhi
seluruh syarat jual beli yang diatur oleh syariat.28 Yang dipermasalahkan adalah perjanjian
yang terjadi antara kedua pelaku transaksi.
Konferensi bank syariah di Kuwait sempat membahas transaksi ini. Di sana dijelaskan bahwa
transaksi di atas dianggap sah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- obyek transaksi dimiliki sepenuhnya oleh penjual (pertama maupun kedua)
- penjual memiliki kewenangan penuh menggunakan obyek tersebut (sebelum dijual)
- penjual bertanggungjawab penuh terhadap obyek transaksi sebelum sampai pada
pembeli
- jika obyek terdapat cacat fisik, obyek dapat dikembalikan oleh pembeli.
- Penjual pertama telah benar-benar melakukan penerimaan barang.
Praktek transaksi yang diperankan oleh agensi di atas dapat dibenarkan jika memenuhi syaratsyarat yang telah diutarakan. Tetapi sampai saat ini, praktek ‘bersih’ yang dibenarkan oleh
27
28
Ibnu Rusyd,op.cit., hal.229
Dr. Ali as-Salûs, Mausû’ah al-Qodlôyâ al-Fiqhiyah al-Mu’âshiroh, hal. 600
7
syariat masih terlampau kurang dijalankan oleh kenyataan-kenyataan di kehidupan
bermasyarakat.
VI. Tentang Liberalisasi Perdagangan
Liberalisasi sistem ekonomi melalui perdagangan bebas akhir-akhir ini mulai diterapkan di
Negara-negara maju, bahkan berkembang. Indonesia, yang notabene masih dalam tahap
perkembangan, didalamnya mulai muncul pernyataan-pernyataan untuk memasuki era
perdagangan bebas. Adalah Adam Smith (1790) yang pertama kali dianggap menelurkan ajaran
ekonomi liberal-kapitalis dengan madzhab ekonomi klasiknya. Titik berat ajarannya
menekankan perkembangan perekonomian pada ekonomi pasar ketimbang perencanaanperencanaan dari pemerintah. Dia berpendapat bahwa kegiatan ekonomi seseorang yang
bertujuan untuk keuntungan pribadi memiliki efek yang baik untuk masyarakat secara umum.
Menurutnya, pasar bebas memiliki mekanisme untuk memperbaiki kondisi yang tidak normal
dengan istilah invisible hand (tangan tak terlihat).
Free market competitions atau yang biasa kita kenal dengan pasar bebas, merupakan pasar di
mana didalamnya tidak ada unsur intervensi dari pemerintah. Mekanisme pasar tarik ulur
antara demand dan supply adalah yang mendasari berjalannya transaksi pasar. Dalam free market
competitions bentuk pasar adalah pasar persaingan sempurna. Melihat kondisi pasar
perdagangan internasional sekarang ini, metamorfosis pasar diperkirakan akan menuju ke arah
suatu bentuk pasar free market competition. Karena pasar bebas merupakan bentuk pasar yang
dianggap paling adil.
Menurut William J. Stanton (1993:92) pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan
untuk puas, uang untuk berbelanja, dan kemauan untuk membelanjakannya.29
Dari definisi diatas terdapat 3 unsur penting didalam pasar yaitu :
1. Orang dengan segala keinginannya
2. Daya beli mereka
3. Kemauan untuk membelanjakannya
Pengertian liberalisasi perdagangan sendiri adalah kebijakan untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan hambatan perdagangan (tarif atau non tarif) dalam rangka meningkatkan
kelancaran arus barang dan jasa. Indonesia sendiri yang tergabung dalam kelompok Negara
ASEAN (Asia Tenggara) telah menyepakati perjanjian ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area)
dengan China untuk kerjasama perdagangan bebas yang sampai saat ini dinilai belum
maksimal pemanfaatannya.30
Situasi keran perdagangan bebas yang mulai dibuka semestinya memaksa Negara berkembang
seperti Indonesia untuk menata ulang sumber-sumber produksi baik yang berpotensi keluar
negeri maupun tidak. Pemerintah, yang sudah terlanjur menyepakati harus lebih cermat dalam
29
Scribd.com, Pasar dan Jaringan Sosial, http://www.scribd.com/doc/97770195/Pasar-Dan-Jaringan-Sosial,
terakhir diakses 01 November 2012, jam 19.01 Waktu Kairo
30
Antaranews.com, Indonesia belum optimal manfaatkan peluang ACFTA,
http://www.antaranews.com/berita/330523/indonesia-belum-optimal-manfaatkan-peluang-acfta, terakhir diakses 01
November 2012, jam 19.17 Waktu Kairo
8
memprioritaskan produk ekspor unggulan dari Indonesia. Jika tidak, produk dalam negeri
terancam gulung tikar karena digusur oleh produk-produk dari China.
Positif dan Negatif Perdagangan Bebas
Dalam kajian dampak positif dan negatif perdagangan bebas kali ini, saya mengambil sampel
dari perjanjian ACFTA yang berjalan hingga kini. Dampak positifnya antara lain :
1.
2.
3.
4.
barang buatan Indonesia, terutama produk local dan UKM, lebih mudah masuk China
terjalin kedekatan hubungan antara Indonesia dengan China
dampak posifit bagi wiraswastawan di bidang jasa.
meningkatkan GDP Indonesia
sedangkan dampak negatifnya antara lain :
1. memungkinkan terjadinya monopoli perdagangan oleh perusahaan besar
2. barang dari China dan Negara ASEAN lain lebih banyak ditemukan di Indonesia dan
dapat mengancam produk dalam negeri yang sedang berkembang
3. banyak barang ilegal yang beredar di Indonesia sehingga dapat membahayakan
konsumen
4. meningkatkan masalah pengangguran, dan banyaknya PHK.31
Tinjauan Fiqih
Pada dasarnya manusia diciptakan untuk menjaga dan merawat bumi beserta isinya, firman Allah :
..
…
30… "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”…
Tujuan utama dari perdagangan bebas adalah pembangunan perekonomian suatu Negara
dengan membuka keran-keran hambatan supaya produk-produk Negara dapat show off di luar
negeri. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Hud ayat 61 :
..
..
61.Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya
31
Docs.google.com, Statistik perdagangan internasional AFTA-China menurut BPS,
https://docs.google.com/document/d/1pJ1W1i8iEptK8IEIg-_sv57DApQRq0coiJqE-Jtk3qQ/edit?hl=in, terakhir
diakses 01 November 2012, jam 19.49 Waktu Kairo
9
Maksud ayat di atas adalah bahwasannya Tuhan telah menyediakan tanah dan isinya supaya
manusia dapat memanfaatkannya untuk pembangunan perekonomian mereka. Seperti bisnis
agrikultural, agrowisata, wiraswasta, dan insfrastruktur. Manusia dituntut untuk bisa
memanfaatkan lahan tersebut sebaik mungkin karena pada dasarnya manusia mampu
melakukannya.32
Bahkan kecenderungan kuat Islam untuk melakukan pembangunan ekonomi dan
memakmurkan dunia sampai batas puncak, seperti yang digambarkan Nabi SAW dalam
sabda beliau :
33
ﻗﺎﻣﺖ اﻟﺴﺎﻋﺔُ وﺑِﻴَ ِﺪ أﺣﺪﻛﻢ ﻓَ ِﺴ ْﻴـﻠَﺔ ﻓﺈن اﺳﺘﻄﺎع أن ﻻ ﻳﻘﻮم ﺣﺘﻰ ﻳﻐﺮﺳﻬﺎ ﻓﻠﻴﻔﻌﻞ
َ إِ ْن
” Sekira hari kiamat datang sementara salah seorang diantara kamu di tanggannya masih tergenggam
dahan anakan tanaman, apabila selama ada kesempatan seyogyanya dan sedapatnya segera ia tanamkan
akan tetapi, disamping berfungsi untuk meningkatkan perekonomian Negara secara
menyeluruh, perdagangan bebas juga mempunyai dampak berkelanjutan akan perkembangan
usaha-usaha kecil yang dibangun oleh masyarakat lokal yang belum mempunyai tameng untuk
menangkal gerusan produk-produk luar negeri yang berkelas. Juga memperhatikan sifat umum
konsumen, terutama di Indonesia, yang selalu tidak puas, selalu mencari barang baru, dan
berprinsip pengeluaran sekecil-kecilnya untuk mendapatkan barang yang lebih bagus.
Islam telah menetapkan tata tertib lain dalam pengelolaan perekonomian Negara dengan
prinsip keadilan sosial, menjaga keseimbangan ekonomi antar individu Islam, bukan
dimonopoli oleh pihak tertentu. Firman Allah surat al-Hasyr ayat 7 :
7. apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal
dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orangorang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat
keras hukumannya.
32
33
Wahbah Zuhaily, Tafsîr Munîir (Dâr el-Fikr, Syiria : 2007), j. 6, hal. 316
Al-Bukhâri, Shohîh al-Bukhôri fî adâbil Mufrod, j. 1, hal. 168
10
Kaidah Fiqh :
ِ )) َدرء اﻟﻤ
ِ ﻔﺎﺳﺪ ْأوﻟﻰ ِﻣ ْﻦ َﺟ ْﻠ
((اﻟﻤﺼﺎﻟِﺢ
َ ﺐ
َ ُْ
35
ِ
(( اﻟﻤﺘﺴﺎ ِوﻳَـ ْﻴﻦ
ُ اﻟﺠ ْﻤﻊ ﺗَ َﺨﻴﱠـ ْﺮﻧﺎ ﻓﻰ اﻟﺘَـ ْﻘﺪﻳْﻢ واﻟﺘَﺄْﺧ ْﻴﺮ ﻟِﻠﺘﱠ
َ اﻟﻤﺼﺎﻟﺢ ﻣﻊ ﺗَـ َﻌ ﱡﺬر
ُ ﻨﺎزع ْﺑﻴﻦ
َ ﺴﺎوت
َ َ)) إذا ﺗ
34
.1
.2
Solusi
Setelah pemerintah memutuskan untuk memberlakukan isi perjanjian ACFTA pada 2010 lalu,
otomatis Indonesia telah memasuki area perdagangan bebas ASEAN dan China. Sampai saat
ini pemerintah masih membatasi produk-produk yang bebas bea masuk. Menurut data yang
dilansir BPS (Badan Pusat Statistik), ekspor China ke Indonesia mengalami kenaikan secara
dinamis setiap tahun. Hal ini lantas menekan UKM dalam negeri yang sedang berjuang untuk
meningkatkan kualitas mereka. Solusi yang dapat ditawarkan adalah :
1) Bekerja keras meningkatkan daya saing nasional, mengembangkan infrastruktur,
memberantas korupsi, dan meningkatkan efektifitas birokrasi36
2) Pemerintah memberikan pinjaman khusus Kredit Tanpa Agunan untuk usaha kecil
menengah agar mampu bersaing dengan produk impor
3) Standarisasi produk asing yang dapat masuk ke Indonesia
4) Penyuluhan kepada masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri
5) Meningkatkan kreatifitas dan inovasi pada produk lokal agar dapat bersaing
6) Dan lain-lain
Penutup
Efisiensi yang semakin marak, menuntut kita untuk menyikapinya dengan tatanan hukum
yang telah diterapkan oleh Syariat dan Negara. Dalam perkembangannya, liberalisasi transaksi
dan sistem ekonomi seringkali memaksa kita untuk bertindak cermat dan dapat memilah ide
yang sesuai dengan prinsip ekonomi Islam. Banyak solusi yang ditawarkan para ulama
kontemporer dengan mengeluarkan fatwa melalui lembaga-lembaga yang bergerak di bidang
tersebut. Tinggal bagaimana kita sebagai pelajar untuk mencari dan mengambil istinbath
hukum dan mengaplikasikannya ke dalam problematika masa kini. Karena pada dasarnya,
aturan-aturan yang dibuat oleh syariat maupun Negara adalah demi kemaslahatan manusia.
34
As-Suyûthi, al-Asybâh, hal. 87
Unknown, Qowâidul Ahkâm, j. 1 hal.68
36
Wawancara dengan Wapres Budiono, politikindonesia.com,
http://www.politikindonesia.com/index.php?k=pendapat&i=21305ACFTA,%20Jalan%20Mana%20Harus%20Diambil?, terakhir diakses 01 November 2012, jam 21.40 Waktu Kairo
35
11
Akhirnya, semoga kita dapat menjaga niat dan semangat untuk tetap menelusuri problematika
kemasyarakatan demi mempertegas eksistensi syariat dan relasinya dengan era globalisasi.
12
Oleh Muhammad Mu’afi2
I. Pendahuluan
Perdagangan atau perniagaan adalah kegiatan tukar menukar barang atau jasa atau keduanya.
Pada masa awal sebelum uang ditemukan, tukar menukar barang dinamakan barter yaitu
menukar barang dengan barang. Pada masa modern perdagangan dilakukan dengan
penukaran uang. Setiap barang dinilai dengan sejumlah uang. Pembeli akan menukar barang
atau jasa dengan sejumlah uang yang diinginkan penjual.
Perdagangan menempati posisi absolut dalam perkembangan ekonomi suatu Negara. Dalam
perkembangannya, perdagangan diproses menjadi pelbagai metode dengan sistem dan tatacara
yang ditentukan sesuai dengan model masing-masing. Keadaan suatu Negara yang semakin
heterogen dan berkembang tentunya membutuhkan penunjang, dalam hal ini perekonomian,
bergerak lebih cepat dari cara-cara manual yang telah diterapkan sebelumnya. Maka,
munculnya pelbagai macam perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan menjadi
sebuah kemutlakan. Perusahaan perdagangan (Trading Company) menerapkan metode-metode
khusus yang telah diatur oleh negara dalam transaksinya. Dalam perkembangannya,
perusahaan dagang cakupannya semakin meluas hingga memasuki perdagangan bebas.
II. Definisi Perusahaan Dagang
a. Perusahaan
1. Menurut Prof. Molengraff, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara
terus menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan, dengan cara
memperniagakan barang-barang, menyerahkan barang-barang, atau mengadakan perjanjianperjanjian perdagangan.
2. Menurut Polak, perusahaan ada bila diperlukan adanya perhitungan-perhitungan tentang
laba-rugi yang dapat diperkirakan, dan segala sesuatu itu dicatat dalam pembukuan.
Pengertian perusahaan menurut Molengraff mempunyai enam unsur, sedangkan menurut
Polak cukup dua unsur.
3. Menurut pendapat Swastha dan Sukotjo (2002 : 12) definisi atau pengertian perusahaan
adalah adalah suatu organisasi kerjasama dalam bidang produksi yang menggunakan dan
mengkoordinir sumber-sumber ekonomi untuk memuaskan kebutuhan dengan cara yang
menguntungkan.
4. Perusahaan, atau dalam bahasa arabnya disebut اﻟﺸﺮﻛﺔ, menurut Syâfiiyah adalah :
atau ,3ﺛﺒﻮت اﻟﺤﻖ ﻓﻲ ﺷﻲء ﻻﺛﻨﻴﻦ وأﻛﺜﺮ ﻋﻠﻰ ﺟﻬﺔ اﻟﺸﻴﻮع
4
ﻫﻲ ﺛﺒﻮت اﻟﺤﻖ ﺷﺎﺋﻌﺎً ﻓﻲ ﺷﻲء واﺣﺪ أو ﻋﻘﺪ ﻳﻘﺘﻀﻲ ذﻟﻚ
1
Dipresentasikan dalam diskusi dwi mingguan ketiga FAS Mesir 2012 di Hay-6
Fans layar kaca F.C. Internazionale Milano, SpG
3
Al-Khatîb al-Syarbini, Mughni al-Muhtâj,j. 2, hal. 212
4
An-Nawâwi, Roudlotut Tholibin, j. 5, hal. 3
2
1
b. Dagang
Dagang, atau Perdagangan menurut bahasa adalah Pekerjaan yang berhubungan dengan jual
beli barang atau jasa untuk memperoleh laba. Sedangkan menurut istilah para ahli :
1. Marwati Djoened : Perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang mengaitkan antara para
produsen dan konsumen. Sebagai kegiatan distribusi, perdagangan menjamin peredaran,
penyebaran, dan pemyediaan barang melalui mekanisme pasar
2. Eeng Ahman & Epi Indriani : Perdagangan adalah kegiatan tukar - menukar atau transaksi
jual beli antara dua pihak atau lebih
3. Ranti Fauza Mayana : Perdagangan adalah sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi
antar anggota masyarakat dan antar bangsa
4. Loo Chee Kuang : Perdagangan merupakan salah satu cabang daripada bidang perniagaan
5. Abdul Gafar Pringgodigdo : Perdagangan merupakan bidang usaha yang luas dan sumber
penghasilan bagi orang banyak
6. Bambang Utoyo : Perdagangan merupakan proses tukar menukar barang dan jasa dari suatu
wilayah dengan wilayah lainnya. kegiatan sosial ini muncul karena adanya perbedaan
kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki5
c. Perusahaan Dagang (PD)
1. Perusahaan Dagang (PD) adalah Perusahaan yang kegiatan usahanya membeli barang
dengan tujuan dijual lagi, tanpa memproses lebih dahulu.
2. Perusahaan Dagang (PD) adalah Perusahaan yang membeli barang untuk tujuan menjualnya
kembali tanpa mengubah bentuk atau sifat barang secara berarti.
3. Perusahaan Dagang (PD) adalah perusahaan yang melakukan pembelian barang dan
berusaha menjualnya dengan harga di atas harga pokok agar mendapat keuntungan.
Jadi, unsur yang terdapat di PD tak lepas dari, untung-rugi, jual-beli, kerjasama, dan barang
jadi.
III. Bentuk Perusahaan Dagang
PD merupakan suatu perusahaan yang hanya menjual barang jadi yang diperoleh dari
produsen barang. Pada dasarnya PD adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi
barang. Suatu PD biasanya merupakan salah satu mata rantai dari saluran distribusi antara
produsen dan konsumen baik konsumen industri atau konsumen akhir. Dengan kata lain,
perusahaan dagang sebenarnya adalah perantara penjualan barang dari produsen ke konsumen
atau pemakai. Perusahaan dagang dalam kehidupan sehari-hari dapat berupa agen, toko,
penyalur tunggal, distributor, pedagang besar dan sebagainya. Sedangkan bentuk usahanya
dapat berupa perseroan, CV, firma atau persekutuan. Karena adanya barang fisik/barang jadi
(tangible goods) yang dibeli dan dijual, biasanya perusahaan dagang mempunyai gudang untuk
menyimpan barang dagangan. Perusahaan membeli barang di pemasok (suppliers) dan
menjualnya kepada pelanggan (customers). Semua biaya yang melekat pada kegiatan tersebut
diserahkan kepada pelanggan atau tergantung kesepakatan. Dalam hal ini ada 3 (tiga) metode :
FOB Shipping Point (Free On Board Shipping Point)
Pembeli harus menanggung biaya pengiriman barang dari gudang penjual sampai ke
gudangnya sendiri. Dalam hal ini penjual mengakui dan mencatat terjadi penjualan barang
Carapedia.com, Pengertian dan Definisi Perdagangan,
http://carapedia.com/pengertian_definisi_perdagangan_info2147.html, terakhir diakses 31 Oktober 2012, jam 12.14
Waktu Kairo
5
2
sejak dikeluarkan dari gudang oleh pembeli, sedang pembeli akan mengakui dan mencatat
terjadinya pembelian sejak mengambil barang dari gudang penjual.
FOB Destination Point (Free On Board Destination Point)
Penjual harus menanggung beban pengiriman barang sampai di gudang pembeli. Dalam hal ini
penjual mengakui dan mencatat terjadinya penjualan setelah barang sampai di gudang
pembeli, sedangkan pembeli mengakui dan mencatat terjadinya pembelian setelah barang
masuk ke gudangnya.
CIF (Cost Insurance and Freight)
Penjual harus menanggung beban pengiriman dan asuransi kerugian atas barang yang
dijualnya.
PD dilihat dari sistemnya -menggunakan gudang penyimpanan- terdiri dari pelbagai macam,
yaitu :
1. PD kecil, seperti agen-agen kecil yang menggunakan rumah pribadi sebagai gudang dengan
penampungan terbatas.
2. PD sedang, menyewa gudang dari pihak ketiga dengan tanggungan upah.
3. PD besar, mempunyai gudang sendiri.
IV. Perusahaan dagang dalam perspektif islam
Pada dasarnya, PD adalah salah satu bentuk dari sistem perdagangan, yang di dalamnya
terdapat perjanjian, penjual, pembeli dan barang dagangan, dalam al-Qur’an telah dijelaskan
dalam surat al-Baqarah ayat 275 :
Transaksi dalam PD dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu penjualan langsung dan
penjualan dengan jasa pengantar/tidak langsung. Penjualan barang secara tidak langsung
dengan cara membayar uang terlebih dahulu dengan jaminan dari penjual. Jika barang yang
yang sudah dibeli oleh konsumen mengalami kecelakaan, maka transaksi tersebut dianggap
batal dan ganti rugi sepenuhnya ditanggung oleh penjual6. Penerapan sistem FOB Shipping
Point tidak dibenarkan, dalam arti walaupun barang yang dijual ke pembeli mengalami
kecelakaan dan pembeli tidak minta uang kembali, transaksi tersebut tetap dianggap batal dan
penjual wajib mengembalikan pembayaran7.
V. Transformasi perusahaan dagang
1. Sistem penjualan
Dewasa ini, Perusahaan Dagang yang sebelumnya bergelut dalam level nasional, muncul
sebagai perusahaan multinasional yang berkecimpung dalam transaksi trans-negara. Turut
memasuki pasar global yang dimarakkan akhir-akhir ini, banyak PD bekerjasama dengan pihak
ketiga (third party) sebagai produsen barang. Seperti, suatu agensi di Mesir (pihak pertama)
menjalin kerjasama dengan toko Batik di Indonesia (pihak kedua), pihak pertama membeli
batik dari pihak kedua untuk dijual kembali di Mesir menurut permintaan pasar. Jika pasar
6
7
Syihabuddin al-Qulyubi wa Syeikh ‘Umairah, al-Qulyubi wa Umairah, (Dar Ihya’ Kutub, Kairo), j.2, hal. 211
Ibid, hal. 211
3
sedang membutuhkan, pihak pertama memesan barang dari pihak kedua di Indonesia dan
membelinya untuk dijual kembali di pasar permintaan dengan mengambil untung. Sistem ini
digunakan untuk efesiensi perdagangan mengingat lalu lintas supply and demand yang tidak
teratur.
2. Perspektif fiqih
8
ﻀﻪ رواﻩ اﻟﺒﻴﻬﻘﻰ وﻗﺎل إﺳﻨﺎدﻩ ﺣﺴﻦ ﻣﺘﺼﻞ
َ ِﻗﺎل ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻟﺤﻜﻴﻢ ﺑﻦ ﺣﺰام ﻻﺗَﺒِْﻴـ َﻌ ﱠﻦ َﺷ ْﻴﺌﺎ ﺣﺘﻰ ﺗَـ ْﻘﺒ
Transaksi perusahaan dagang level internasional seperti contoh yang dipaparkan di atas dapat
dikategorikan sebagai ﺑﯾﻊ اﻟﻣﺑﯾﻊ ﻗﺑل ﻗﺑﺿﮫkarena pihak pertama membeli barang dari pihak kedua
untuk dijual langsung di pasar permintaan dengan mengambil untung tanpa ‘bermalam’ di
gudang agensi.
a. Definisi dan Maksud ﻗﺑض
Secara Lughot, mempunyai arti
Atau
ﺗﻨﺎول اﻟﺸﻲء ﲜﻤﻴﻊ اﻟﻜﻒ
اﻷﺧﺬ واﻹﻣﺴﺎك9, atau اﳊﻴﺎزة10
kata tersebut dipergunakan sebagai terjadinya sesuatu walaupun
tanpa media اﻟﻛف
Secara terminologi, yaitu suatu proses memiliki atau menerima sesuatu, secara langsung
dengan kedua tangan ataupun tidak.12
11
b. Hubungan اﻟﻘﺑضdengan اﻟﻌﻘد
Akad menurut keterkaitannya dengan اﻟﻘﺑضterbagi menjadi 3 (tiga) :
1. tidak disyaratkan adanya اﻟﻘﺑض, contoh : nikah, hiwâlah, wasiat
2. disyaratkan adanya اﻟﻘﺑض, contoh : jual beli yang mengandung unsur untung-rugi.
3. disyaratkan adanya اﻟﻘﺑضuntuk اﺳﺗﻘرار اﻟﻌﻘد, contoh : akad jasa dan upah.13
c. Penerimaan barang dagang
Barang yang diperjualbelikan ada 2 (dua) macam, barang yang bergerak dan tidak bergerak.
Contoh barang yang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan. Para ulama sepakat proses
penerimaan barang tersebut cukup dengan penyerahan hak milik, dewasa ini menggunakan
surat tanah dan bangunan. Apabila proses pemindahan hak tersebut tidak tercapai, misalnya,
ada pihak yang memperkarakan proses tersebut hingga tertunda, maka proses tersebut belum
dapat dikategorikan اﻟﻘﺑض.14
Kedua, barang yang bergerak atau dapat dipindah tangankan. Seperti barang dagang, surat
berharga, emas, dll. Mengenai proses penerimaan barang, madzhab Hanâfiyah berbeda
pandangan dengan mayoritas. Yaitu, proses penerimaan barang bergerak maupun tidak
dikategorikan dengan metode yang sama.15 Para ulama bersilang pendapat mengenai proses
peralihan barang atau pelepasan barang dan kaitan dengan tuntasnya penerimaan barang
8
Ibid, hal. 212
Al-Fairûz Abâdi, al-Qômûs al-Muhith, hal. 840
10
Dr. Ibrâhim Anis, al-Mu’jam al-Wasîth, j. 2, hal. 711
11
Ibnu Mandzûr, Lisân al-‘Arab, j. 7, hal. 214
12
Al-Kasâni, Badâi’ al-Shonâ’i, j. 5, hal. 148
13
As-Suyûthi, al-Asybâh wa al-Nadhôir, hal. 280 - 281
14
An-Nawâwi, Roudlotut Thôlibîn, j. 3, hal. 515
15
Al-Kasâni, op.cit., hal. 244
9
4
()اﻟﻘﺑض. Hanâfiyah, Mâlikiyah, dan Hanâbilah membenarkan adanya kaitan antar keduanya.
Pelepasan ( )اﻟﺗﺧﻠﯾﺔbarang dari pembeli “dirasa” cukup mewakili sahnya prosesi penerimaan
barang, walaupun belum tentu, atau bisa saja, barang tersebut tidak sampai ke pelanggan.
Seperti sistem FOB Shipping Point, barang dianggap terjual apabila keluar dari gudang
penjual.16 Sedangkan Syâfi’iyah –dan dianggap lebih benar- berpendapat sebaliknya.17
d. Dalil-dalil
ِ
ﻌﺎم أ ْن
ُ " َأﻣﺎ اﻟّﺬي ﻧَـ َﻬﻰ ﻋ ْﻨﻪُ اﻟﻨﱠﺒِﻰ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓَـ ُﻬ َﻮ اﻟﻄﱠ: ﺿﻲ اﷲ َﻋ ْﻨـ ُﻬﻤﺎ ﻗﺎل
َ ﻋﻦ اﺑْ ِﻦ ﻋﺒّﺎس َر.1
18
.ﻛﻞ ْﺷﻲء إﻻّ ﻣﺜﻠﻪ
َ ُﻳ
َ ﺒﺎع ﺣﺘّﻰ ﻳَـ ْﻘﺒ
ّ " َوﻻ أَ ْﺣﺒﺲ: ﻗﺎل اﺑﻦ ﻋﺒّﺎس."ﺾ
19
"ﺴﺘَـ ْﻮﻓِ ْﻴﻪ
ْ َﻳ
ﻌﺎﻣﺎ ﻓﻼ ﻳُ ْﺒﻴﻌﻪ ﺣﺘﻰ
ً َ " َﻣ ْﻦ ا ْﺷﺘﺮى ﻃ: ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎل.2
اﻟﺒﻴ َﻊ
ُ ْ ﺳﺄَﻟ: ﻋﻦ ﺣﻜﻴﻢ ﺑﻦ ﺣﺰام ﻗﺎل.3
ْ ﻳَﺄْﺗِْﻴﻨﻲ اﻟ ﱠﺮﺟﻞ ﻓﻴَ ْﺴﺄَﻟُﻨﻲ: ﺖ اﻟﻨّﺒﻰ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﻘﻠﺖ
20
ِ
ِ
." "ﻻ ﺗَﺒِﻊ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ِﻋ ْﻨﺪك: ﻗﺎل.اﻟﺴ ْﻮق
ُ أَﺑ ْﻴﻌﻪ ﻣ ْﻨﻪ ﺛﻢ أَﺑْﺘﺎﻋﻪ ﻟﻪ ﻣﻦ,ﻟﻴﺲ ﻋ ْﻨﺪي
e. Pendapat Ulama
Pendapat ulama mengenai barang yang dijual sebelum dimiliki sepenuhnya diklasifikasikan
menurut jenisnya. Jenis barang sendiri terdiri dari 2 (dua) macam, bahan makanan dan non
makanan. Bahan makanan terdapat dua macam, ribawi dan non ribawi. Sedangkan non
makanan ada 2 (dua) macam, bergerak dan tidak bergerak.
1. Bahan Makanan Ribawi
Para ulama Fiqih sepakat tidak diperbolehkannya menjual bahan makanan ribawi yang belum
dimiliki sepenuhnya. Hal ini didasarkan pada asas utama yang telah dituturkan dalam pelbagai
hadits di atas tentang tidak bolehnya jual beli barang yang belum dimiliki. Dan, tidak
diperbolehkannya jual beli barang ribawi secara borongan, atau tanpa takaran sebab Hadits
Nabi SAW :
21
"اﻟﻤﺴﻤﻰ ِﻣ َﻦ اﻟﺘّﻤﺮ
ﺑﺎﻟ َﻜ ْﻴﻞ,ﻣﻜﻴﻠﺘﻬﺎ
ْ اﻟﺼ ْﺒـ َﺮة ﻣﻦ اﻟﺘّﻤﺮ ﻻ ﻳﻌﻠﻢ
َ "ﻧَﻬﻰ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻋﻦ ﺑﻴﻊ
ّ
2. Bahan Makanan Ribawi dengan Takaran
16
Ibnu Qudâmah, Al Mughni, j. 4, hal. 125
Ibid, hal. 125
18
Ibnu Hajar, Fathul Bâri Syarh Shohih Bukhôri, j. 5, hal. 80 -84
19
Muslim, as-Shohih, j. 3, hal. 1159
20
An-nasâ’i, as-Sunan, j. 7, hal. 285
21
Muslim, op.cit., hal 1172
17
5
Seperti penjualan bahan makanan secara borongan, klasifikasi ini juga dianggap tidak sah oleh
mayoritas ulama, kecuali Utsman al-Batti. Beliau berlandaskan umûmiyah firman Allah :
...
3. Barang non makanan yang tidak bergerak
Para ulama sepakat bahwa proses penerimaan barang non makanan tidak bergerak cukup
dengan penyerahan hak kepemilikan, atau pemindahan hak kepemilikan sesuai adat
masyarakat setempat. Seperti saat ini, penyerahan non makanan tidak bergerak, seperti tanah
dan bangunan, dilakukan dengan peralihan akta tanah dan bangunan melalui notaris.
4. Barang non makanan yang bergerak
Para ulama berbeda pendapat akan hal ini, yaitu :
Hanâfiyah menyatakan bahwa menjual barang bergerak yang belum diterima sepenuhnya,
seperti barang-barang jadi, barang kemasan, mainan, dan kategori barang-barang ekspor, tidak
diperbolehkan. Hal ini berlandaskan sikap Nabi SAW yang melarang segala bentuk penjualan
makanan sebelum dimiliki sepenuhnya. Ibnu Abbas menambahkan dalam riwayatnya, beliau
menyerupakan segala bentuk barang dengan makanan yang dituturkan oleh Nabi SAW. 22
Malikiyah menjelaskan bahwa menjual segala barang dagang sebelum dimiliki sepenuhnya
diperbolehkan, kecuali jenis bahan makanan. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa transaksi
menyebabkan berpindahnya sifat kepemilikan barang dari penjual ke pembeli. Ibnu Rusyd
menambahkan tentang alasan pendapat Malikiyah, bahwa Ibnu Abbas hanya menyebutkan
bahan makanan dalam haditsnya, dan bukan yang lain.23
Ulama Syâfi’iyyah menyatakan transaksi di atas tidak diperbolehkan dan transaksi dianggap
batal, baik barang bergerak maupun tidak. Walaupun pihak penjual pertama memberi izin
untuk menjual kembali. Pendapat ini dilandasi oleh :
1. Riwayat Hakim bin Hizam :
ِ "ﻻ ﺗَﺒِْﻴـﻌ ﱠﻦ ﺷﻴﺌﺎ ْﻗﺒﻞ ﻗَـ ْﺒ: أن اﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل
." "وﻻ ﺗَﺒِﻊ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻋﻨﺪك."ﻀﻪ
َ
2. Sifat kepemilikan barang dianggap lemah sebelum dimiliki sepenuhnya, karena transaksi
dapat dinyatakan tidak sah bila terjadi kecelakaan barang sebelum diterima.
3. adanya dua jaminan pembelian, jaminan dari penjual pertama dan kedua
4. Imam as-Syâfi’i memberlakukan ucapan Ibnu Abbas – semua barang saya anggap seperti
makanan- yang dituturkan dalam Hadits.24
kecuali jika barang tersebut dijual kembali dengan harga yang sama tanpa mengambil
keuntungan.25
Ulama Hanâbilah memiliki pendapat yang sama dengan Syâfi’iyah (tidak boleh), serta
menambahkan bahwa segala barang yang diperjualbelikan dengan metode serah terima, tidak
boleh dijual dengan cara lain. Kecuali, barang yang yang diperjualbelikan tanpa membutuhkan
serah terima, maka diperbolehkan menurut sebagian riwayat.26
22
Al-Kasâni, op.cit., hal. 181
Ibnu Rusyd, Bidâyatul Mujtahid, j. 2, hal. 108
24
Syihâbuddin al-Qulyûbi wa Syeikh ‘Umairah, op. cit., hal. 212
25
Al-Jazîri, al-Fiqh ‘ala madzâhib al-‘Arba’ah, j. 2, hal. 394
26
Ibnu Qudâmah, op.cit., hal. 239
23
6
3. Membeli Barang untuk Dijual Kembali dengan Mengambil Persenan
Dewasa ini banyak sekali cara untuk ‘mengembangbiakan’ modal agar menjadi bertambah.
Suatu contoh kasus, yayasan non profit memutar iuran anggota dengan bisnis PD kecil-kecilan.
Seseorang yang menginginkan barang, mobil misalnya, menghubungi yayasan tersebut untuk
dicarikan mobil dengan spesifikasi dan harga yang sudah ditentukan. Lantas yayasan tersebut
membeli mobil pesanan yang bersangkutan dengan uang yayasan, dan langsung menjual mobil
tersebut kepada pihak yang memesan, dengan mengambil laba 5 persen, misalnya. Transaksi
ini dinamakan jual beli untung-rugi atau yang di Indonesia diorganisir oleh Perusahaan
Dagang dalam suatu agensi.
a. Jual beli untung-rugi
Jual beli yang dalam transaksinya ditetapkan harga jual (harga pokok+prosentase untung) yang
telah diketahui dan disepakati oleh pelaku transaksi.27
b. Jual beli untung-rugi untuk dijual kembali (Agensi)
Sistem jual beli yang kegiatannya membeli barang jadi dari produsen untuk dijual kembali
kepara demander (pasar permintaan), dengan mengambil prosentase keuntungan. proses ini
berjalan jika demand (permintaan) lebih besar dari pada supply (penawaran).
Penutup
c. Keunggulan agensi dibanding Perusahaan Dagang
a. tidak memerlukan gudang penyimpanan barang, karena barang datang sesuai
permintaan pasar
b. barang jadi yang dijual tak tertentu, karena sesuai permintaan pasar
c. membeli barang seperlunya, karena sitem agensi di sini bukan penawaran, tapi sesuai
permintaan
d. Hukum transaksi
Ada 3 (tiga) perbedaan pendapat dari para ulama tentang transaksi di atas. Pertama, transaksi
tersebut identik dengan kredit berbunga yang sudah jelas keharamannya. Kedua, transaksi
tersebut hanya memenuhi sebagian syarat sahnya jual beli. Ketiga, transaksi di atas memenuhi
seluruh syarat jual beli yang diatur oleh syariat.28 Yang dipermasalahkan adalah perjanjian
yang terjadi antara kedua pelaku transaksi.
Konferensi bank syariah di Kuwait sempat membahas transaksi ini. Di sana dijelaskan bahwa
transaksi di atas dianggap sah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- obyek transaksi dimiliki sepenuhnya oleh penjual (pertama maupun kedua)
- penjual memiliki kewenangan penuh menggunakan obyek tersebut (sebelum dijual)
- penjual bertanggungjawab penuh terhadap obyek transaksi sebelum sampai pada
pembeli
- jika obyek terdapat cacat fisik, obyek dapat dikembalikan oleh pembeli.
- Penjual pertama telah benar-benar melakukan penerimaan barang.
Praktek transaksi yang diperankan oleh agensi di atas dapat dibenarkan jika memenuhi syaratsyarat yang telah diutarakan. Tetapi sampai saat ini, praktek ‘bersih’ yang dibenarkan oleh
27
28
Ibnu Rusyd,op.cit., hal.229
Dr. Ali as-Salûs, Mausû’ah al-Qodlôyâ al-Fiqhiyah al-Mu’âshiroh, hal. 600
7
syariat masih terlampau kurang dijalankan oleh kenyataan-kenyataan di kehidupan
bermasyarakat.
VI. Tentang Liberalisasi Perdagangan
Liberalisasi sistem ekonomi melalui perdagangan bebas akhir-akhir ini mulai diterapkan di
Negara-negara maju, bahkan berkembang. Indonesia, yang notabene masih dalam tahap
perkembangan, didalamnya mulai muncul pernyataan-pernyataan untuk memasuki era
perdagangan bebas. Adalah Adam Smith (1790) yang pertama kali dianggap menelurkan ajaran
ekonomi liberal-kapitalis dengan madzhab ekonomi klasiknya. Titik berat ajarannya
menekankan perkembangan perekonomian pada ekonomi pasar ketimbang perencanaanperencanaan dari pemerintah. Dia berpendapat bahwa kegiatan ekonomi seseorang yang
bertujuan untuk keuntungan pribadi memiliki efek yang baik untuk masyarakat secara umum.
Menurutnya, pasar bebas memiliki mekanisme untuk memperbaiki kondisi yang tidak normal
dengan istilah invisible hand (tangan tak terlihat).
Free market competitions atau yang biasa kita kenal dengan pasar bebas, merupakan pasar di
mana didalamnya tidak ada unsur intervensi dari pemerintah. Mekanisme pasar tarik ulur
antara demand dan supply adalah yang mendasari berjalannya transaksi pasar. Dalam free market
competitions bentuk pasar adalah pasar persaingan sempurna. Melihat kondisi pasar
perdagangan internasional sekarang ini, metamorfosis pasar diperkirakan akan menuju ke arah
suatu bentuk pasar free market competition. Karena pasar bebas merupakan bentuk pasar yang
dianggap paling adil.
Menurut William J. Stanton (1993:92) pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan
untuk puas, uang untuk berbelanja, dan kemauan untuk membelanjakannya.29
Dari definisi diatas terdapat 3 unsur penting didalam pasar yaitu :
1. Orang dengan segala keinginannya
2. Daya beli mereka
3. Kemauan untuk membelanjakannya
Pengertian liberalisasi perdagangan sendiri adalah kebijakan untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan hambatan perdagangan (tarif atau non tarif) dalam rangka meningkatkan
kelancaran arus barang dan jasa. Indonesia sendiri yang tergabung dalam kelompok Negara
ASEAN (Asia Tenggara) telah menyepakati perjanjian ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area)
dengan China untuk kerjasama perdagangan bebas yang sampai saat ini dinilai belum
maksimal pemanfaatannya.30
Situasi keran perdagangan bebas yang mulai dibuka semestinya memaksa Negara berkembang
seperti Indonesia untuk menata ulang sumber-sumber produksi baik yang berpotensi keluar
negeri maupun tidak. Pemerintah, yang sudah terlanjur menyepakati harus lebih cermat dalam
29
Scribd.com, Pasar dan Jaringan Sosial, http://www.scribd.com/doc/97770195/Pasar-Dan-Jaringan-Sosial,
terakhir diakses 01 November 2012, jam 19.01 Waktu Kairo
30
Antaranews.com, Indonesia belum optimal manfaatkan peluang ACFTA,
http://www.antaranews.com/berita/330523/indonesia-belum-optimal-manfaatkan-peluang-acfta, terakhir diakses 01
November 2012, jam 19.17 Waktu Kairo
8
memprioritaskan produk ekspor unggulan dari Indonesia. Jika tidak, produk dalam negeri
terancam gulung tikar karena digusur oleh produk-produk dari China.
Positif dan Negatif Perdagangan Bebas
Dalam kajian dampak positif dan negatif perdagangan bebas kali ini, saya mengambil sampel
dari perjanjian ACFTA yang berjalan hingga kini. Dampak positifnya antara lain :
1.
2.
3.
4.
barang buatan Indonesia, terutama produk local dan UKM, lebih mudah masuk China
terjalin kedekatan hubungan antara Indonesia dengan China
dampak posifit bagi wiraswastawan di bidang jasa.
meningkatkan GDP Indonesia
sedangkan dampak negatifnya antara lain :
1. memungkinkan terjadinya monopoli perdagangan oleh perusahaan besar
2. barang dari China dan Negara ASEAN lain lebih banyak ditemukan di Indonesia dan
dapat mengancam produk dalam negeri yang sedang berkembang
3. banyak barang ilegal yang beredar di Indonesia sehingga dapat membahayakan
konsumen
4. meningkatkan masalah pengangguran, dan banyaknya PHK.31
Tinjauan Fiqih
Pada dasarnya manusia diciptakan untuk menjaga dan merawat bumi beserta isinya, firman Allah :
..
…
30… "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”…
Tujuan utama dari perdagangan bebas adalah pembangunan perekonomian suatu Negara
dengan membuka keran-keran hambatan supaya produk-produk Negara dapat show off di luar
negeri. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Hud ayat 61 :
..
..
61.Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya
31
Docs.google.com, Statistik perdagangan internasional AFTA-China menurut BPS,
https://docs.google.com/document/d/1pJ1W1i8iEptK8IEIg-_sv57DApQRq0coiJqE-Jtk3qQ/edit?hl=in, terakhir
diakses 01 November 2012, jam 19.49 Waktu Kairo
9
Maksud ayat di atas adalah bahwasannya Tuhan telah menyediakan tanah dan isinya supaya
manusia dapat memanfaatkannya untuk pembangunan perekonomian mereka. Seperti bisnis
agrikultural, agrowisata, wiraswasta, dan insfrastruktur. Manusia dituntut untuk bisa
memanfaatkan lahan tersebut sebaik mungkin karena pada dasarnya manusia mampu
melakukannya.32
Bahkan kecenderungan kuat Islam untuk melakukan pembangunan ekonomi dan
memakmurkan dunia sampai batas puncak, seperti yang digambarkan Nabi SAW dalam
sabda beliau :
33
ﻗﺎﻣﺖ اﻟﺴﺎﻋﺔُ وﺑِﻴَ ِﺪ أﺣﺪﻛﻢ ﻓَ ِﺴ ْﻴـﻠَﺔ ﻓﺈن اﺳﺘﻄﺎع أن ﻻ ﻳﻘﻮم ﺣﺘﻰ ﻳﻐﺮﺳﻬﺎ ﻓﻠﻴﻔﻌﻞ
َ إِ ْن
” Sekira hari kiamat datang sementara salah seorang diantara kamu di tanggannya masih tergenggam
dahan anakan tanaman, apabila selama ada kesempatan seyogyanya dan sedapatnya segera ia tanamkan
akan tetapi, disamping berfungsi untuk meningkatkan perekonomian Negara secara
menyeluruh, perdagangan bebas juga mempunyai dampak berkelanjutan akan perkembangan
usaha-usaha kecil yang dibangun oleh masyarakat lokal yang belum mempunyai tameng untuk
menangkal gerusan produk-produk luar negeri yang berkelas. Juga memperhatikan sifat umum
konsumen, terutama di Indonesia, yang selalu tidak puas, selalu mencari barang baru, dan
berprinsip pengeluaran sekecil-kecilnya untuk mendapatkan barang yang lebih bagus.
Islam telah menetapkan tata tertib lain dalam pengelolaan perekonomian Negara dengan
prinsip keadilan sosial, menjaga keseimbangan ekonomi antar individu Islam, bukan
dimonopoli oleh pihak tertentu. Firman Allah surat al-Hasyr ayat 7 :
7. apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal
dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orangorang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat
keras hukumannya.
32
33
Wahbah Zuhaily, Tafsîr Munîir (Dâr el-Fikr, Syiria : 2007), j. 6, hal. 316
Al-Bukhâri, Shohîh al-Bukhôri fî adâbil Mufrod, j. 1, hal. 168
10
Kaidah Fiqh :
ِ )) َدرء اﻟﻤ
ِ ﻔﺎﺳﺪ ْأوﻟﻰ ِﻣ ْﻦ َﺟ ْﻠ
((اﻟﻤﺼﺎﻟِﺢ
َ ﺐ
َ ُْ
35
ِ
(( اﻟﻤﺘﺴﺎ ِوﻳَـ ْﻴﻦ
ُ اﻟﺠ ْﻤﻊ ﺗَ َﺨﻴﱠـ ْﺮﻧﺎ ﻓﻰ اﻟﺘَـ ْﻘﺪﻳْﻢ واﻟﺘَﺄْﺧ ْﻴﺮ ﻟِﻠﺘﱠ
َ اﻟﻤﺼﺎﻟﺢ ﻣﻊ ﺗَـ َﻌ ﱡﺬر
ُ ﻨﺎزع ْﺑﻴﻦ
َ ﺴﺎوت
َ َ)) إذا ﺗ
34
.1
.2
Solusi
Setelah pemerintah memutuskan untuk memberlakukan isi perjanjian ACFTA pada 2010 lalu,
otomatis Indonesia telah memasuki area perdagangan bebas ASEAN dan China. Sampai saat
ini pemerintah masih membatasi produk-produk yang bebas bea masuk. Menurut data yang
dilansir BPS (Badan Pusat Statistik), ekspor China ke Indonesia mengalami kenaikan secara
dinamis setiap tahun. Hal ini lantas menekan UKM dalam negeri yang sedang berjuang untuk
meningkatkan kualitas mereka. Solusi yang dapat ditawarkan adalah :
1) Bekerja keras meningkatkan daya saing nasional, mengembangkan infrastruktur,
memberantas korupsi, dan meningkatkan efektifitas birokrasi36
2) Pemerintah memberikan pinjaman khusus Kredit Tanpa Agunan untuk usaha kecil
menengah agar mampu bersaing dengan produk impor
3) Standarisasi produk asing yang dapat masuk ke Indonesia
4) Penyuluhan kepada masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri
5) Meningkatkan kreatifitas dan inovasi pada produk lokal agar dapat bersaing
6) Dan lain-lain
Penutup
Efisiensi yang semakin marak, menuntut kita untuk menyikapinya dengan tatanan hukum
yang telah diterapkan oleh Syariat dan Negara. Dalam perkembangannya, liberalisasi transaksi
dan sistem ekonomi seringkali memaksa kita untuk bertindak cermat dan dapat memilah ide
yang sesuai dengan prinsip ekonomi Islam. Banyak solusi yang ditawarkan para ulama
kontemporer dengan mengeluarkan fatwa melalui lembaga-lembaga yang bergerak di bidang
tersebut. Tinggal bagaimana kita sebagai pelajar untuk mencari dan mengambil istinbath
hukum dan mengaplikasikannya ke dalam problematika masa kini. Karena pada dasarnya,
aturan-aturan yang dibuat oleh syariat maupun Negara adalah demi kemaslahatan manusia.
34
As-Suyûthi, al-Asybâh, hal. 87
Unknown, Qowâidul Ahkâm, j. 1 hal.68
36
Wawancara dengan Wapres Budiono, politikindonesia.com,
http://www.politikindonesia.com/index.php?k=pendapat&i=21305ACFTA,%20Jalan%20Mana%20Harus%20Diambil?, terakhir diakses 01 November 2012, jam 21.40 Waktu Kairo
35
11
Akhirnya, semoga kita dapat menjaga niat dan semangat untuk tetap menelusuri problematika
kemasyarakatan demi mempertegas eksistensi syariat dan relasinya dengan era globalisasi.
12