FARMAKOLOGI | D3 Kebidanan Poltekkes Gorontalo

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI

DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO

TAHUN 2013

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memberikan obat dengan benar dan tepat akan memberikan khasiat dan khasiat obat akan lebih baik dan lebih optimal untuk diabsorpsi tubuh sehingga akan memberikan terapi penyembuhan yang efektif. Untuk itu, diperlukan tindakan yang tepat misalnya penghitungan dosis yang tepat dan cara pemberian obat yang benar, karena salah dalam memberikan dosis obat akan bisa berdampak yang buruk terhadap kesehatan tubuh pasien.

Dosis merupakan faktor penting dalam pemberian obat. Bidan juga berperan penting dalam memberikan obat-obatan sebagai hasil kolaborasi dengan dokter kepada pasien dalam pemberian obat – obatan yang aman. Untuk itu, bidan harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara hukum bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Sekali obat telah diberikan, bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi.

Agar dapat memberikan obat dengan aman, hendaknya mempelajari tentang obat-obatan, meliputi konsep dasar terutama tentang dosis baik itu untuk orang dewasa dan anak. Selain itu beberapa rute pemberian obat memiliki kharakteristik tersendiri, misalnya rute obat SC untuk Insulin memiliki perhitungan tersendiri. Oleh karena itu harus benar-benar memahami bagaimana penghitungan dosis obat dengan benar. Modul ini di kemas dalam dua kegiatan belajar sebagai berikut :  Kegiatan Belajar 1 : Menyiapkan Obat  Kegiatan Belajar 2 : Penyimpanan Obat

Dalam modul ini mahasiswa diminta untuk banyak membaca secara mandiri atau bersama teman-teman untuk mendapatkan gambaran dan penguasaan yang lebih mendalam dan luas tentang konsep dasar famakologi, farmakodinamik, farmakokinetik, penghitungan dosis dan peran kolaboratif dalam pelaksanaan prinsip farmakologi.

Agar Anda dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik maka sebaiknya ikuti petunjuk-petunjuk dibawah ini.

1. Bacalah setiap penjelasan yang diberikan dengan cermat dan tidak perlu tergesa-gesa.

2. Kerjakan soal-soal latihan dan cocokkan jawaban dengan kunci jawaban yang ada pada modul ini.

3. Pelajari sekali lagi uraiannya, terutama pada bagian yang kurang pahami, kemudian praktekkan setiap tindakan sesuai dengan petunjuk.

B. Kompetensi Dasar

Mahasiswa mampu mempraktikkan pengelolaan macam – macam obat yang lazim digunakan dalam pelayanan kebidanan sesuai dengan kewenangan meliputi :

1. Cara Menyiapkan Obat meliputi Sediaan, Dosis dan Peresepan

2. Cara Penyimpanan Obat

C. Standar Kompetensi

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu :

1) Menyiapkan obat sesuai bentuk sediaan, perhitungan dosis dan peresepan yang benar

2) Melakukan penyimpanan obat dengan baik dan benar

D. Beberapa Istilah Yang Dipakai Dalam Terapi Farmakologi Pada Maternal

Dysmorphogen : Substansi yang menyebabakan kelainan bawaan ringan, seperti cheiloschisis (sumbing), palatoschisis, lipatan kulit dan lainnya. Oxcytocic : istilah yang dipakai untuk sekelompok obat yang menyerupai efek oksitosin, yaitu meningkatkan kontraksi uterus. Puerperium : periode waktu setelah melahirkan, secara tradisional periode enam minggu setelah persalinan sampai pemeriksaan pascanatal. Sympathomimetic : istilah yang dipakai untuk sekelompok obat yang memiliki efek menyerupai adrenalin, karenanya juga disebut adregenic. Efeknya adalah relaksasi hebat otot polos seperti bronkioli dan uterus, namun berefek minimal pada jantung.

Teratogen : suatu substansi yang mengakibatkan malformasi berat pada janin yang berkembang, seperti anensefali, fokomelia (disebabkan talidomid) dan malformasi struktural besar janin. Tocolytic : suatu substansi yang menyebabkan relaksasi otot uterus atau menghentikan kontraksi seperti agen beta 2-simptomimetik dan etilalkohol, selain agen anastetik umum lainnya dan vasodilator kerja cepat untuk krisis hipertensif.

E. Obat Yang Lazim Digunakan Dalam Pelayanan Kebidanan

Sejak kasus Talidomid yang terjadi sekitar 20 – 30 tahun yang lalu, orang semakin sadar dan waspada terhadap pengaruh obat yang diminum selama masa kehamilan. Biasanya obat yang diminum ibu hamil, dapat dipindahkan dari darah arteri maternal di ruang intervilus kedalam vena umbilikalis janin. Untuk itu obat harus menembus “sawar” plasenta (lapisan siotrofoblas, sitotrofoblas, atau langerhans dan sedikit sel – sel mesoderm). Indeks Keamanan Kehamilan Panduan digunakan untuk meresepkan obat secara aman kehamilan berdasarkan kategori US FDA. Kategori tersebut berdasarkan risiko terhadap sistem reproduksi, kemungkinan timbulnya efek samping dan perbandingan besarnya faktor risiko dengan manfaat yang diperoleh. Berikut kategori tersebut : Kategori A : studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin kehamilan trimester I (dan tidak ada bukti mengenai risiko pada trimester selanjutnya), dan sangat rendah kemungkinannya untuk membahayakan janin. Kategori B : studi pada sistem reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko pada janin, studi terkontrol terhadap wanita hamil belum pernah dilakukan. Studi pada binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping obat (selain penurunan infertilitas) yang tidak diperlihatkan pada studi kontrol pada wanita hamil trimster I (tidak ada bukti mengenai risiko pada trimester berikutnya). Kategori C : studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya) dan belum ada studi terkontrol pada wanita atau studi terhadap wanita dan Sejak kasus Talidomid yang terjadi sekitar 20 – 30 tahun yang lalu, orang semakin sadar dan waspada terhadap pengaruh obat yang diminum selama masa kehamilan. Biasanya obat yang diminum ibu hamil, dapat dipindahkan dari darah arteri maternal di ruang intervilus kedalam vena umbilikalis janin. Untuk itu obat harus menembus “sawar” plasenta (lapisan siotrofoblas, sitotrofoblas, atau langerhans dan sedikit sel – sel mesoderm). Indeks Keamanan Kehamilan Panduan digunakan untuk meresepkan obat secara aman kehamilan berdasarkan kategori US FDA. Kategori tersebut berdasarkan risiko terhadap sistem reproduksi, kemungkinan timbulnya efek samping dan perbandingan besarnya faktor risiko dengan manfaat yang diperoleh. Berikut kategori tersebut : Kategori A : studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin kehamilan trimester I (dan tidak ada bukti mengenai risiko pada trimester selanjutnya), dan sangat rendah kemungkinannya untuk membahayakan janin. Kategori B : studi pada sistem reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko pada janin, studi terkontrol terhadap wanita hamil belum pernah dilakukan. Studi pada binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping obat (selain penurunan infertilitas) yang tidak diperlihatkan pada studi kontrol pada wanita hamil trimster I (tidak ada bukti mengenai risiko pada trimester berikutnya). Kategori C : studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya) dan belum ada studi terkontrol pada wanita atau studi terhadap wanita dan

MATA KULIAH

: Farmakologi

POKOK BAHASAN

: Cara Menyiapkan Obat

SUB POKOK BAHASAN : Sediaan, Dosis dan Peresepan Obat SEMESTER

: IV

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu :

1. Mengenal bentuk dan tujuan sediaan obat dengan benar

2. Menghitung dosis obat dengan tepat

3. Membuat dan membaca resep dengan benar

DASAR TEORI

Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).

1. Pulvis (Serbuk) Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.

2. Pulveres Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yng lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.

3. Compressi (Tablet) Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.

a. Tablet Kempa : paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung design cetakan

b. Tablet Cetak : dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang cetakan.

c. Tablet Trikurat : tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. Sudah jarang ditemukan.

d. Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.

e. Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakkan tablet di bawah lidah.

f. Tablet Bukal : digunakan dengan meletakkan diantara pipi dan gusi.

g. Tablet Efervescen : tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemas an tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk langsung ditelan”.

h. Tablet Kunyah :cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak di rongga mulut, mudah ditelan, tidsk meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.

4. Pilulae (Pil) Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.

5. Kapsulae (Kapsul) Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu :

a. Menutupi bau dan rasa yang tidak enak

b. Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari

c. Lebih enak dipandang

d. Dapat unt uk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih

besar.

e. Mudah ditelan

6. Solutiones (Larutan) Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung 6. Solutiones (Larutan) Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung

7. Suspensi Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara lain : suspensi oral (juga termasuk susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga (telingan bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering.

8. Emulsi Merupakan sediaan bercampur dari dua fase cairan dalam sistem dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.

9. Galenik Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang disari.

10. Entractum Merupakan sediaan pekat yng diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisia nabatin atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.

11. Infusa Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati

dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit.

12. Immunosera (Immunoserum) Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas khas yang

diperoleh dari serum dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular) dan mengikat kuman/virus/antigen.

13. Unguenta (Salep) Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.

14. Suppositoria Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Tujuan pengobatan yaitu :

a. Penggunaan lokal : memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi dan inflamasi karena hemoroid.

b. Penggunaan sistemik : aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin untuk anti muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik antipiretik.

15. Guttae (Obat Tetes) Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi atau suspensi dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkanpenetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain : Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tetes mulut), Guttae auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata).

16. Injectiones (Injeksi) Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.

Penggunaan Obat Berdasarkan Bentuk Sediaan Farmasi No. Jenis Rute Pemberian

Bentuk Sediaan

1. Oral, ditelan Tablet, sirup, suspensi, eliksir, kapsul, pil, lozenges

2. Bukal, diletakkan dalam rongga Tablet mulut

3. Rektal Supositoria, enema

4. Parenteral : Larutan injeksi, suspensi injeksi, - Intravena

emulsi injeksi, implan (KB) - Intramuskular

- Intradermal - Subkutan - Intraarteri

- Intratekal - Intraperitoneal - Intrakardiak - Intradural - Intraserebrospinal

5. Vaginal Tablet vagina, ovula

6. Topikal Salep, krim, gel, koyo, linimen, emulgel (kulit) Tetes mata Tetes telinga Tetes hidung, inhaler Aerosol

Waktu minum obat , sesuai dengan waktu yang dianjurkan :

a. Pagi, berarti obat harus diminum antara pk 07.00 - 08.00 WIB

b. Siang, berarti obat harus diminum anara pk12.00 -13.00 WIB

c. Sore, berarti obat harus diminum antara pk.17.00-18.00 WIB

d. Malam, berarti obat harus diminum antara pk 22.00-23.00 WIB

Aturan minum obat yang tercantum dalam etiket harus di patuhi. Bila tertulis :

a. 1 (satu) kali sehari, berarti obat tersebut diminum waktu pagi hari atau malam hari, tergantung dari khasiat obat tersebut.

b. 2 (dua) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pagi dan malam hari

c. 3 (tiga) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pada pagi, siang dan malam hari

d. 4 (empat) kali sehari, berarti obat tersebut haus diminum pada pagi, siang, sore dan malam hari.

e. Minum obat sampai habis, berarti obat harus diminum sampai habis, biasanya obat antiotika.

Dosis Obat

Dosis obat adalah banyaknya obat yang dapat diberikan atau dipergunakan kepadapasien untuk satu kali pakai dalam sehari. Dosis juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada pasien dewasa.

Dosis maksimum menurut FI. Ed III adalah jumlah terbanyak obat yang boleh diberikan kepada pasien dewasa (20-60 tahun, BB 58-60 kg) untuk dipergunakan sebagai obat dalam atau obat luar. Faktor yang mempengaruhi penentuan dosis obat :

1. Faktor Obat

a. Sifat fisika obat : daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf

b. Sifat kimiawi : asam, basa garam, ester

2. Cara pemberian obat

3. Faktor penderita :

a. Umur (dewasa, anak atau bayi)

b. Berat badan

c. Jenis kelamin

d. Sifat penyakit patofisiologi

e. Kondisi pasien (hamil, menyusui)

f. Jumlah obat

g. Adiksi dan sensitifitas

Cara menghitung dosis obat pada anak

1. Didasarkan pada perbandingan dengan dosis untuk orang dewasa menurut perbandingan umur orang dewasa (20-24 tahun) menurut perbandingan berat badan orang dewasa 70kg

menurut perbandingan LPT orang dewasa 1,73 m 2

2. Didasarkan pada ukuran fisik anak secara individual

a. Sesuai dengan berat badan anak dalam kg

b. Sesuai dengan LPT anak dalam m 2

Cara menghitung dosis anak yang didasarkan pada perhitungan perbandingan dengan DM dewasa

a. Rumus Young : { n / (n + 12)} x DD n adalah umur anak 1-8 tahun kebawah

b. Rumus Dilling : ( n / 20 ) x DD n adalah umur anak 8 tahun keatas

c. Rumus Cowling : { ( n + 1 ) / 24} x DD

d. Rumus Fried : ( m / 150 ) x DD

Keterangan : n = tahun, m = bulan, DD = dosis dewasa

e. Rumus Gaubius : Berupa pecahan yang dikalikan dengan dosis dewasa 0-1 tahun = 1/12 x dosis dewasa 1-2 tahun = 1/8 x dosis dewasa 2-3 tahun = 1/6 x dosis dewasa 3-4 tahun = 1/4 x dosis dewasa 4-7 tahun = 1/3 x dosis dewasa 7-14 tahun = 1/2 x dosis dewasa 14-20 tahun

= 2/3 x dosis dewasa

21-60 tahun

= dosis dewasa

Dosis Anak Berdasarkan BB

a. Rumus Clark : (BB / 70 ) x DD

b. Rumus Augeberger : { ( 1½BB+10) / 100 } x DD Keterangan : BB = BB anak dalam Kg

Dosis Khusus

a. Dosis penderita yang obesitas : harus diperhitungkan lemak dan persentase BB tanpa lemak (BBTL) BBTL = BB x (100 - % lemak)

b. Dosis penderita geriatrik ( >65 tahun ) Dosis diturunkan ( ± 75% DD) Perubahan fisiologis dan patologis diperhatikan (cardivaskuler, ginjal, DM)

c. Dosis penderita ginjal : Ekskresi obat terganggu obat lebih lama di peredaran darah Dosis dan interval obat harus diatur

Peresepan

Resep merupakan lembaran preskripsi yang ditulis oleh seorang praktisi yang sesuai di bawah undang-undang. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan, seorang bidan dapat membuat resep dan atau memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri jika diperlukan sesuai kewenangan.

Preskripsi yang dituliskan pada lembaran kertas dan kemudian diparaf serta diberi tanggal oleh praktisi yang mengeluarkan resep tersebut. Resep harus ditulis dengan tinta oleh alat tulis lainnya yang tidak bisa dihapus pada blangko formulir yang sudah ditetapkan oleh oeraturan/undang-undang dan harus mengandung informasi berikut :

a. Inscriptio Nama pembuat, no. SIP, alamat/ telepon/HP/kota/tempat, tanggal penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi. Sebagai identitas bidan penulis resep. Format inscriptio suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi.

b. Invocatio Permintaan tertulis bidan dalam singkatan latin “R/ = resipe” artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan apoteker di apotek.

c. Prescriptio/Ordonatio Nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang diinginkan. Penulisan jumlah obat dinyatakan dalam rangka romawi :

C = 100 M = 1000

d. Signatura Yaitu tanda cara pakai regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu

pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi.

e. Subscriptio Yaitu tanda tangan/paraf bidan penulis resep berguna sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut.

Istilah Dalam Peresepan Beberapa alasan penggunaan Bahasa Latin :

a. Bahasa latin adalah bahasa mati dan tidak dipakai dalam percakapan sehari- hari.

b. Bahasa latin merupakan bahasa internasional dalam dunia profesi kedokteran & farmasi.

c. Dengan bahasa latin tidak akan terjadi dualisme tentang bahan yang dimaksud dalam resep.

d. Dalam hal tertentu, karena faktor psikologi ada baiknya pasien tidak perlu mengetahui obat yang diberikan kepadanya.

Berikut daftar istilah latin yang digunakan dalam penulisan resep : SINGKATAN

KEPANJANGAN

ARTI

Sama banyak a.c

Aa Ana

Ante coenam

Sebelum makan Ad Ad Sampai

ad lib./ad libit.

Ad libitus

Sesuka hati

Pada bagian-bagian yang sakit add.

ad part.dolent

Ad partes dolentes

Tambahkan alt.dieb.

Adde

Setiap dua hari alt.hor.

Alternis diebus

Alternis horis/altera hora Setiap dua jam a.m.

Sebelum tengah hari a.n.

Ante meridiem

Sebelum malam hari applic.

Ante noctern

Applicatio

Penggunaan, pemakaian

Untuk obat luar u.p.

a.u.e (ad. us. ext)

Ad usum externum

Dipakai sendiri m.i.

Sum propium

Dipakai sendiri aq.dest

Mihi ipsi

Aqua destilata

Air suling

c. Cum

Dengan

Sendok makan (15ml) C.th

C. Cochlear, cibarium

Sendok teh (5ml) c.c.

Cochlear thease

Senti meter kubik caut.

Centrimetrum cubicum

Hati-hati comp.

Caute

Obat campuran conc.

Compositus

Konsentrasi cr.

da ad lag.

Da ad lagenam

Berikan dalam botol

da ad vitr.

Da ad vitrum

Berikan dalam botol Berikan dalam botol

Da ad ollam

Berikan dalam pot

Berikan dalam pot d.c.

da in oll.

Da in ollam

Sedang makan d.c.form.

Durante coenam

Tuliskan dengan resepnya dur.dol.

Da cum formula

Selagi sakit d.d.

Durante dolore

Sehari, setiap hari s.d.d.

De die

Sekali sehari b.d.d.(b.i.d)

Smel de die

Dua kali sehari t.d.d.(t.i.d)

Bis de/in die

Tiga kali sehari q.d.d.(q.i.d)

Ter de/in die

Empat kali sehari ext.et sin.

Quarter de/in die

Kanan dan kiri o.d./o.s.

Dexter et sinister

Oculus dexter et

Mata kanan dan mata

Oculus sinister

kiri

Encer d.t.d

dil.

Dilutus

Berikan sebanyak dosis tersebut epith.

Da teles doses

Obat kompres extend.

Epithema

Oleskan extend.cr.

Extende

Extende crass

Oleskan tebal-tebal (0,6 mm)

Oleskan tipis-tipis ext. s. Alut

extende ter.

Extende termiter

Extende supra alutam

Oleskan di atas kulit lunak

ext. s. Cor

Extende supra corium

Oleskan di atas kulit kaku

Buat, harap dibuat feb. dur.

f. Fac, fiat

Sewaktu demam fom.

Febri durante

Obat kompres (panas) l.a.

Fomentum, fomenti

Cara semestinya (sesuai aturan) filtr.

Lege artis

Saring, harap disaring g.,gm.

Filtra, filtretur

Gram gi.arab.

Gramma

Gom arab (=acacia) garg.

Gummi, arabicum

Obat kumur gtt.

Gargarisma

Tetes gtt.ad aur.

Guttae

Obat tetes telinga gtt.auric

Guttae ad aures

Obat tetes telinga gtt.nasal

Guttaeariculares

Obat tetes hidung gtt.opth

Guttae nasals

Guttae opthhalmicae

Obat tetes mata

Jam h.m.

h. Hora

Pagi hari h.s.

Hora matutina

Hora somni

Sebelum tidur Sebelum tidur

Pada sore hari haust.

Hora vespertina

Tegak sekaligus i.m.m.

hastus

Berikan ke tangan dokter i.c.

In manum medici

Antar dua waktu makan inf.

Inter cibos

Air rebusan inj.

Infusum

Obat suntik Lter

Injectio

Harap diulang lter 1x.

lteretur

Harap diulang 1x l.a.

lteretur 1x

Cara semestinya lc.

Lege artis

Pengganti loc.dol.

Loco

Locos dolens

Tempat yang terasa sakit

lot.

Lotio

Lotio (obat cair untuk obat luar)

Cair m.

Liq.

liquidus

Pagi m.etv.

mane

Pagi dan sore merid.

mane et vespere

Tengah hari m.

meridie

Campurlah, harap dicampur m.f.

Misce, misceatur

Campur dan buatlah m.f.l.a.

Misce fac

Misce fac lege artis

Campur dan buatlah menurut cara

mg.,mgm.

Milligram mixt.

milligrama

Campuran m.i.

mixtura

Dipakai sendiri muc.gi.arab.

Mihi ipsi

Mucilago gummi arabbici Lender dari acacia n.

Malam N.i.

noctum

Harap jangan diulang Non.Rep.

Ne iteretur

Harap jangan diulang Non in lag.orig.

Non reperetur

Non in lagenam

Jangan dalam botol asli

Tiap jam o.b.h.

o.h.

Omni hora

Tiap 2 jam o.t.h.

Omni bihora

Tiap 3 jam o.4h.

Omni tri hora

Tiap 4 jam o.m.

Omni quarter hora

Tiap pagi o.n.

Omni mane

Tiap malam p.c.

Omni nocte

Sesudah makan PIM

Post coenam

Berbahaya jika ditunda p.r.n.

Periculum in mora

Pro re nata

Kalau perlu Kalau perlu

Untuk obat dalam pulv.

potio

Serbuk tunggal pulv.

pulvis

Serbuk terbagi (puyer) pulv.adsp.

pulveres

Serbuk tabur pulv.dentifr.

Pulvis adspersorius

Pulvis dentrificius

Tepung/serbuk gosok gigi

q.s.

Secukupnya R/

Quantum satis/sulficit

Ambilah rec.par.

recipe

Dibuat baru s.

Recentus paratus

Tandailah, tulislah sol.

signa

Larutan spir.

solutio

Spiritus steril.

spiritus

Yang disterilkan supp.

sterilisatus

Suposituria supp.rect.

supposituria

Suposituria rektum syr.

Supposituria rectal

Sirop tab.

syrup

Tablet tct.(tinct)

tabulae

Tinctuur tuss.

tinctura

Batuk tuss.urg.

tussis

Tussi urgente

Jika batuknya amat mengganggu

u.c.

Aturan pakai diketahui u.n.

Usus cognitus

Aturan pakai diketahui u.e.

Usus notus

Obat luar u.p.

Usus externus

Dipakai sendiri u.v.

Usus proprium

Guna kedokteran hewan ungt.

Usus veterinarius

Salep ungt.ophth.

Unguentum

Unguentum

Salep mata

Senja hari

PETUNJUK KERJA

1. Baca dan pelajari terlebih dahulu lembar kerja (jobsheet) yang tersedia

2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis

3. Ikutilah petunjuk yang ada pada jobsheet

4. Kerjakan semua langkah secara sistematis

5. Bekerja secara hati – hati dan teliti

6. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal – hal yang kurang dimengerti

KESELAMATAN KERJA

1. Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan siap pakai

2. Perhatikan rekam medis pasien

3. Perhatikan dengan teliti bentuk sediaan obat beserta cara menggunakannya

4. Hitunglah dosis dengan benar dan teliti

PERALATAN / PERLENGKAPAN DAN BAHAN

1. Perlengkapan

a. Washtafel dan air mengalir

b. Handuk kering dan bersih

c. Rekam medis pasien

d. Tempat sampah

2. Peralatan

a. Alat tulis

b. Kertas resep

c. Tempat obat

d. Sarung tangan

3. Bahan Sediaan obat

- Pulvis - Pulveres

- Tablet - Pil - Kapsul - Larutan - Galenik - Ekstraktum - Infusa - Supositoria - Guttae / tetes - Injeksi

Tugas Mandiri !

1. Bawa salah satu contoh obat tersebut diatas dan jelaskan :

a. Farmakokinetik

b. Farmakodinamik

c. Bioavailabilitas

d. Efek samping

e. Jenis Sediaan

f. Aturan Pakai

2. Carilah contoh resep dan identifikasi !

MATA KULIAH

: Farmakologi

POKOK BAHASAN

: Cara Menyiapkan Obat

SUB POKOK BAHASAN : Menyiapkan Obat Ampul / Vial SEMESTER

: IV

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu :

1. Mencampur / mengoplos obat dengan benar

2. Menghitung dosis obat dengan tepat

3. Menyiapkan obat injeksi dari ampul dan vial dengan benar

DASAR TEORI

Dosis dari Vial/Ampul :

Ampul adalah wadah berbentuk silindris terbuat dari gelas, yang memiliki runcing pakan wa(leher) dan bidang dasar datar ukuran normalnya adalah 1, 2,

5, 10, 20, kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul merupakan wadah takaran tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaiannya untuk satu kali injeksi.

Wadah tunggal biasanya tertutup rapat dengan melebur wadah gelas dalam kondisi aseptis. Wadah gelas dibuat mempunyai leher agar dapat dengan mudah dipisahkan dari bagian badan wadah tanpa terjadi serpihan-serpihan gelas. Sekali dibuka, ampul tidak dapat ditutup dan digunakan lagi untuk waktu kemudian. Sediaan suntik dibuat secara steril karena sediaan ini diberikan secara parenteral.

Vial biasanya berupa tempat obat kecil terbuat dari kaca dengan tutup karet yang terekat erat. Beberapa vial terisi obat dalam dosis multiple dan jika disimpan dengan baik dapat dipakai berkali-kali.

Mencampur/Oplos Obat

Menyatakan presentase dengan istilah kualitatif Beberapa produk mencantumkan kadarnya dengan istilah kuantitatif, bukan istilah persen, misalnya krim 1% berlabel 10mg/g. Dalam praktiknya hal tersebut hanya biasa pada obat luar seperti krim dan tetes mata. Perlu diingat : Satuan berat yang digunakan dalam perhitungan dosis obat adalah 1kg = 1000gr, 1gr = 1000mg dan 1mg = 1000mcg. Satuan preparat cair adalah 1L = 1000ml (mililiter). Ungkapan 1% berarti satu bagian dari seratus, baik dalam gram atau mililiter Contoh : Sediaan padat : 1% = 1gr/100 x 1 = 0,01 g/g atau 10mg/g Larutan

: 1% = 10mg/ml

Contoh Kasus 1 : Diintruksikan menyuntik 150mg penisilin V. Tersedia vial dengan label 125mg/5ml, berapa ml yang harus diberikan? Jawaban : Jika 5 ml larutan mengandung 125 mg penisilin V dan X ml mengandung 150 mg, maka....

X = 150/125 x 5 ml = 6 ml

Contoh Kasus 2 : Berapa cc harus dihisap untuk mendapatkan dosis penicilin 150.000 IU dari vial penicillin yang berlabel 600.000 IU/cc ? Rumus: dosis diket / dosis tanya = cc diket / cc tanya

600.000/150.000 = 1cc/xcc

X = 0,25 cc

Menghitung Dosis Syringe Pump

Perlu diingat :

Contoh Kasus 1: Pasien Ny. P (48 tahun) memiliki BB= 80 kg, dengan diagnosa shock hipovolemik membutuhkan terapi dobutamin 12,5 mikro gr/kg/mnt. Berapa dosis yang diberikan jika 1 ampul dopamin mengandung 250 mg dan diencerkan 50 cc dalam hitungan menitnya ? Jawab : 250 mg= 250.000 mikro gram .................. (1)

Jika dioplos 50 cc, berapa 1 cc nya?? =250.000/50= 5.000 mikro gram/cc .................. (2)

Rumus dosis syringe pump! Dosis x BB x jam (mnt) Dari soal di satuan ada 12,5 mikro gr/kg/mnt. Untuk menit 1 jam= 60 menit = 12,5 x 80 x 60 .................................................... (3) = 60.000 mikro/jam

Jadi kecepatan yang diberikan =60.000/5.000= 12 ................................................ (4)

Contoh Kasus 2 : Berikan vasokontriksi (non adrenalin) dengan dosis 0,1 mikro gram/kgBB/mnt pada bapak Agus (56 tahun) dengan diagnosa Infark Miokard Akut dengan BB=60 kg. Berapa dosis yang harus diberikan yang 1 ampul vasokontriksi mengandung 4mg/1cc jika diencerkan 40 cc?

Jawab : 4mg= 4000 mikro gram per 1 ccnya .................... (1) Diencerkan 40 cc jadi 4000/40= 100 .................... (2)

Dosis syringe pump : Dosis x BB x jam (mnt) =0,1 x 60 x 60 = 360 ................................ (3)

Jadi kecepatan yang diberikan 360/100= 3.6 cc.................................... (4)

PETUNJUK KERJA

1. Baca dan pelajari terlebih dahulu lembar kerja (job sheet) yang tersedia

2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis

3. Ikutilah petunjuk yang ada pada job sheet

4. Kerjakan semua langkah secara sistematis

5. Bekerja secara hati-hati dan teliti

6. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti

KESELAMATAN KERJA

1. Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan siap pakai

2. Perhatikan rekam medis pasien

3. Perhatikan dengan teliti bentuk sediaan obat beserta cara menggunakannya

4. Hitunglah dosis dengan benar dan teliti PERALATAN/PERLENGKAPAN DAN BAHAN

1. Perlengkapan

a. Washtafel dan air mengalir

b. Handuk kering dan bersih

c. Rekam medis pasien

d. Tempat sampah

2. Peralatan :

a. Alat tulis

b. Kertas resep

c. Tempat obat

d. Sarung tangan

e. Spuit

f. Kapas

g. Bengkok

h. Safety box

3. Bahan

a. Obat vial

b. Obat ampul

PROSEDUR KERJA DAFTAR TILIK MENYIAPKAN OBAT SUNTIKAN DARI AMPUL

Tanggal Penilaian

Nama Mahasiswa

PENILAIAN : Nilai 1 ( satu ): Perlu Perbaikan

Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak berurutan

Nilai 2 ( dua )

: Mampu

Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat, pembimbing perlu membantu atau mengingatkan

Nilai 3 ( tiga )

: Mahir

Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu – ragu serta berurutan sesuai prosedur

Beri tanda ceklist ( v ) pada kolom penilaian NILAI

NO

LANGKAH

order pengobatan telah akurat

2 Menyiapkan alat dan bahan secara ergonomis :

a. Buku catatan pemberian obat/kartu obat

b. Spuit steril sesuai kebutuhan

c. Needle sesuai kebutuhan

d. Ampul dari medikasi yang diperlukan

e. Kassa

f. Bengkok

g. Handuk kecil/lap tangan

3 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih

4 Mengambil ampul, mengatur posisi ampul tegak lurus sejajar dengan mata kita

5 Menyentik kepala ampul atau memutar ampul beberapa kali bila cairan obat ada atau banyak terdapat dibagian kepala

6 Mengambil kassa steril, meletakkannya mengelilingi leher ampul

7 Mematahkan leher ampul dengan ibu jari dan jari – jari (menggunakan gergaji ampul apabila ampul susah dipatahkan)

8 Memegang ampul secara menjorok atau tegak lurus dalam posisi terbalik dengan tangan yang tidak dominan

9 Mengambil spuit dengan tangan yang dominan, memasukkan jarum spuit ke dalam lubang ampul, ujung jarum atau batang spuit tidak menyentuh pinggir ampul

10 Memasukkan cairan obat ke dalam spuit sesuai kebutuhan

Mempertahankan jarum di bawah permukaan cairan

11 Mengangkat jarum dari ampul menutup jarum dengan metode penutupan satu tangan

12 Memegang spuit tegak lurus mengarah ke atas, tarik bagian pengisap sedikit, dorong kembali ke atas pelan – pelan untuk mengeluarkan udara. Jangan sampai cairan keluar berlebih

13 Meletakkan spuit dalam bak instrumen

14 Membereskan alat

15 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk

Nilai : Jumlah NILAI X 100% = …….

DAFTAR TILIK MENYIAPKAN OBAT SUNTIKAN DARI VIAL

Tanggal Penilaian

Nama Mahasiswa

PENILAIAN : Nilai 1 ( satu ): Perlu Perbaikan

Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak berurutan

Nilai 2 ( dua )

: Mampu

Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat,

pembimbing perlu membantu atau mengingatkan

Nilai 3 ( tiga )

: Mahir

Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu – ragu serta berurutan sesuai prosedur

Beri tanda ceklist ( v ) pada kolom penilaian NILAI

NO

LANGKAH

order pengobatan telah akurat

2 Menyiapkan alat dan bahan secara ergonomis :

a. Buku catatan pemberian obat/kartu obat

b. Spuit steril sesuai kebutuhan

c. Needle sesuai kebutuhan

d. Vial dari medikasi yang diperlukan

e. Kapas alkohol

f. Bengkok

g. Handuk kecil/lap tangan

3 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih

4 Mengambil vial, campur larutan dalam vial dengan memutar – mutar vial dalam genggaman ( jangan mengocok karena akan menimbulkan banyak gelembung udara / busa )

5 Membuka logam penyegel vial yang menutupi karet

6 Menghapushamakan karet penutup dengan kapas alkohol dan membiarkan kering

7 Bila obat dalam vial berbentuk serbuk melakukan pengoplosan dengan air steril ( water for injection ) sesuai kebutuhan dosis

8 Membuka spuit dari kemasan, mengencangkan jarum dengan tabung spuit, mendorong plunger untuk mengeluarka udara dari tabung spuit

9 Membalikkan vial dengan mulut vial ke bawah ( dengan ibu jari dan jari – jari tangan yang tidak dominan ), sejajar dengan mata kita

10 Dengan tangan yang dominan, menusukkan jarum suntik ke karet vial, dan menghisap cairan obat ( ibu jari dan jari telunjuk memegang ujung barel dan plunger )

11 Menahan bagian ujung jarum di bawah ketinggian cairan

12 Menyentil bagian ujung barel dengan hati – hati untuk melepaskan gelembung udara. Mengeluarkan semua udara yang terdapat di atas bagian spuit ke dalam vial (untuk mengeluarkan udara biarkan jarum tetap dalam vial)

13 Menarik barel dari spuit bila dosis telah terpenuhi

14 Menutup spuit dengan tehnik satu tangan

15 Meletakkan spuit dalam bak instrumen

16 Membereskan alat

17 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih

Nilai : Jumlah NILAI X 100%= …….

MATA KULIAH

: Farmakologi

POKOK BAHASAN

: Cara Menyiapkan Obat

SUB POKOK BAHASAN : Menyiapkan Obat Puyer Sederhana SEMESTER

: IV

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu :

1. Meracik obat puyer dengan benar

2. Menghitung dosis obat dengan tepat

DASAR TEORI

Definisi

Puyer adalah sediaan obat berbentuk bubuk. Biasanya dibuat dari obat sediaan tablet yang kemudian digerus. Pada prakteknya, sediaan puyer sering berupa racikan beberapa obat yang dicampur menjadi satu. Kadang diberikan

begitu saja dalam bentuk bubuk, atau kemudian dikemas dalam bentuk kapsul. Pulveres atau serbuk juga didefinisikan sebagai serbuk yag dibuat dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok

untuk sekali minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi sedikit, dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit. Jika jumlah obat kurang dari 50mg atau jumlah tidak dapat ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok. Kelebihan

1. Penyebaran obat lebih luas dan lebih cepat daripada sediaan kompak (tablet dan kapsul)

2. Diharapkan lebih stabil dibandingkan dengan sediaan cair

3. Lebih cepat di absorbsi, sebab dalam lambung obat akan mudah terbagi.

4. Jumlah volume obat yang tidak praktis/sukar dapat diberikan dalam bentuk pulvis

5. Memberikan kebebasan pada dokter untuk pemilihan obat/kombinasi obat dan dosisnya

6. Untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan obat. Kekurangan Dewasa ini peresepan obat puyer di negara maju sudah sangat berkurang karena :

1. Kemungkinan kesalahan manusia dalam pembuatan obat racik puyer ini tidak dapat diabaikan, misalnya kesalahan menimbang obat atau membagi puyer dalam porsi-porsi yang tidak sama besar. Kontrol kualitas sulit sekali dapat dilaksanakan untuk membuat obat racikan ini.

2. Stabilitas obat tak tertentu dapat menurun bila bentuk aslinya digerus, misalnya bentuk tablet salut selaput (film coated), tablet salut selaput (enteric coated), atau obat yang tidak stabil (misalnya asam klavulanat) dan obat yang higroskopis (misalnya preparat yang mengandung enzim pencernaan)

3. Toksisitas obat dapat meningkat, misalnya preparat lepas lambat bila digerus akan kehilangan sifat lepas lambatnya.

4. Waktu penyediaan obat lebih lama. Rata-rata diperlukan waktu 10 menit untuk membuat satu resep racikan puyer, 20 menit untuk racikan kapsul, sedangkan untuk mengambil obat jadi diperlukan waktu hanya kurang 1 menit. Kelambatan ini berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan.

5. Efektifitas obat dapat berkurang karena sebagian obat akan menempel pada blender/mortir dan kertas pembungkus.

6. Pembuatan obat puyer menyebabkan pencemaran lingkungan yang kronis di bagian farmasi akibat bubuk obat yang beterbangan ke sekitarnya. Hal ini dapat merusak kesehatan petugas setempat.

7. Obat racikan puyer tidak dapat dibuat dengan tingkat higienis yang tinggi sebagaimana halnya obat ynag dibuat pabrik karena kontaminasi yang tak terhindarkan pada waktu pembuatannya.

8. Pembuatan obat racikan puyer membutuhkan biaya lebih mahal karena menggunakan jam kerja tenaga di bagian farmasi sehingga asumsi bahwa harganya akan lebih murah belum tentu tercapai.

9. Dokter yang menulis resep sering kurang mengetahui adanya obat sulit dibuat (difficult-to compound) misalnya preparat enzim.

10. Peresepan obat racik puyer meningkatkan kecenderungan penggunaan obat irasional karena penggunaan obat polifarmasi tidak mudah diketahui oleh pasien.

Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan dalam Membuat Pulveres

1. Banyak sedikitnya jumlah obat bahan obat

2. Berat ringannya dari serbuk yang dicampur

3. Kontras warna dari serbuk yang dicampur

4. Sifat fisik dan kimia dari bahan yang dicampur

PETUNJUK KERJA

1. Baca dan pelajari terlebih dahulu lembar kerja (job sheet) yang tersedia

2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis

3. Ikutilah petunjuk yang ada pada job sheet

4. Kerjakan semua langkah secara sistematis

5. Bekerja secara hati-hati dan teliti

6. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti

KESELAMATAN KERJA

1. Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan siap pakai

2. Perhatikan resep pasien

3. Hitunglah dosis dengan benar dan teliti

4. Pastikan kebersihan, keamanan dan ketepatan pembuatan puyer

5. Perharikan dengan teliti bentuk sediaan obat beserta cara menggunakannya

PERALATAN/PERLENGKAPAN DAN BAHAN

1. Obat

2. Resep

3. Kertas puyer

4. Mortir dan penggerus

5. Etiket

6. Pembungkus obat

7. Alat tulis

8. Meja atau tempat datar

DAFTAR TILIK MEMBUAT PUYER

Tanggal Penilaian

Nama Mahasiswa

PENILAIAN : Nilai 1 ( satu ): Perlu Perbaikan

Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak berurutan

Nilai 2 ( dua )

: Mampu

Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat, pembimbing perlu membantu atau mengingatkan

Nilai 3 ( tiga )

: Mahir

Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu – ragu serta berurutan sesuai prosedur

Beri tanda ceklist ( v ) pada kolom penilaian NILAI

NO

LANGKAH

A PERSIAPAN

1 Baca dan pelajari resep puyer yang diberikan Perhatikan jenis dan dosis obat, jika terdapat kerancuan segera kroscek pada pembuat resep.

2 Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, serta keringkan dengan handuk bersih dan kering. Lakukan cuci tangan dengan tujuh langkah.

3 Siapkan perlengkapan, alat dan bahan. - Siapkan perlengkapan alat dan bahan secara

ergonomis - Pastikan alat siap bersih dan siap pakai - Pastikan obat berada pada tempat yang tepat

B PELAKSANAAN

4 Ambil kertas puyer sesuai dengan jumlah dosis yang dibutuhkan Hitunglah jumlah kertas perkamen sesuai dengan jumlah serbuk yang akan dibungkus/dibuat.

5 Menyusun kertas menjadi satu dan bertumpuk

6 Lipatlah bagian atas dari kertas puyer

7 Menyusun kertas puyer sejajar, dan tepinya saling menumpuk

8 Mortir diletakkan diatas meja praktik dialasi dengan lap pada waktu menggerus bahan obat

9 Hitung obat sesuai dosis dan masukkan ke dalam mortir

10 Gerus obat menggunakan stamper. - Mulut dari mortir senantiasa mengarah ke kiri.

Maksudnya agar ketika stamper dibersihkan stamper senantiasa tetap pada mulut mortir

- Stamper dipegang seperti memegang pulpen - Putarlah stamper berlawanan dengan arah jarum

jam - Ulangi beberapa kali sampai serbuk halus

- Gerakan tangan sebatas pergelangan - Pastikan obat menjadi homogen

11 Setelah selesai, stamper dibersihkan dengan menggunakan mika. Bersihkan permukaan stamper dengan cara memutarnya, sementara mika tetap berada di kepala stamper.

12 Bersihkan permukaan stamper dengan cara memutarnya, sementara mika tetap berada di kepala stamper

13 Bila akan meletakkan satmper, letakkan selalu disebelah kanan dan dialasi dengan kertas, kepala stamper harus mengarah kepada kita.

14 Isi bagian tengah masing-masing kertas perkamen dengan serbuk yang dikehendaki. Bagilah obat dengan rata :

- Untuk pulveres berjumlah maksimal dua belas bungkus dapat dibagi sama rata menurut

pandangan mata langsung. Lebih dari dua puluh dikerjakan dengan dibagi dahulu dengan jalan penimbangan lalu dibagi sama rata.

15 Lipat bagian bawah kertas perkamen ke atas, masuk ke dalam lipatan yang sudah terbentuk. Kerjakan pelipatan pada salah satu kertas perkamen terlebih dahulu, yaitu yang paling ujung dan yang tidak tertutupi oleh kertas perkamen sebelahnya.

16 Lipat kembali bagian atas dengan lebar yang sama dengan lipatan yang pertama kali

17 Lipat bagian kanan sedikit ke arah tengah

18 Masukkan lipatan kanan ke dalam lubang lipatan kiri. - Bagian yang akan masuk ke lubang harus ujung bagian kanan, hal ini dilakukan sebagai

penyesuaian dalam hal pembukaan puyer oleh pasien yang mayoritas tidak bertangan kidal

- Tidak boleh membuat lipatan kecil di ujung bagian kanan

- Akan lebih buruk, apabila sejak awal sudah melipat bagian kanannya menjadi sedikit lebih lebar dibandingkan bagian kirinya, agar ketika lipatan bagian kanannya akan dimasukkan sudah lebih kecil dari lubang ujung bagian kiri

19 Ukuran tiap lipatan puyer yang dibuat harus sama, tidak boleh ada yang satu besar atau yang lainnya lebih kecil

20 Setelah semua serbuk terbungkus, susunlah bungkusan dengan rapi, sama tinggi dan menghadap arah yang sama

21 Jika tersedia plastik klip, maka penataan sedemikian rupa sehingga teratur satu posisi dan dirapikan menyesuaikan plastik klip, etiket dan label berada diluar plastik disesuaikan dengan cetakan klip.

Nilai : Jumlah NILAI X 100% = …….

42

MATA KULIAH

: Farmakologi

POKOK BAHASAN

: Cara Penyimpanan Obat

SUB POKOK BAHASAN : Penyimpanan Vaksin, Syrup, Obat serbuk, Vial,

Ampul dan Obat Khusus

SEMESTER

: IV

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu : Mengelola penyimpanan obat sesuai bentuk sediaan dengan benar

DASAR TEORI

Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan.

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan dari fisik yang dapat merusak mutu obat.

Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah untuk:

a. Untuk memelihara mutu obat

b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab

c. Menjaga kelangsungan persediaan

d. Memudahkan pencarian dan pengawasan Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut

1. Persyaratan gudang

a. Luas minimal 3 x 4 m2

b. Ruang kering tidak lembab

c. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab

d. Cahaya cukup

e. Lantai dari tegel atau semen

f. Dinding dibuat licin

g. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam

h. Ada gudang penyimpanan obat

i. Ada pintu dilengkapi kunci ganda i. Ada pintu dilengkapi kunci ganda

2. Pengaturan penyimpanan obat

a. Menurut bentuk sediaan dan Alfabetis

b. Menerapkan sistem FIFO dan FEFO

c. Menggunakan almari, rak dan pallet

d. Menggunakan almari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika

e. Menggunakan almari khusus untuk perbekalan farmasi yang memerlukan penyimpanan pada suhu tertentu

f. Dilengkapi kartu stock obat

Cara penyimpanan obat

1. Penyimpanan obat vaksin Vaksin memerlukan “Cold Chain” khusus dan harus dilindungi dari

kemungkinan putusnya aliran listrik. Suhu penyimpanan vaksin BCG, DPT- HB, TT, DT, Hepatitis B, Campak, DPT-HB, Tifoid, dan Cacar yaitu 2 – 8 °C. Untuk vaksin Polio ditentukan antara suhu -15 s/d -25°C. Tempat penyimpanan vaksin yaitu lemari es atau freezer harus dilengkapi Termostat yang berfungsi untuk mengatur suhu bagian dalam lemari es atau freezer. Vaksin aman digunakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Vaksin tidak melewati masa kadaluarsa

b. Vaksin tetap disimpan pada suhu 2 – 8 °C

c. Sterilitas vaksin terjamin

d. Vial vaksin tidak pernah teremdam dalam air

e. VVM masih menunjukkan kondisi A atau B

f. Jangka waktu maksimal pemakaian vaksin yang sudah dibuka

2. Penyimpanan obat sirup ≤

a. Simpanlah botol obat di tempat yang kering atau kotak khusus. Dianjurkan untuk menyimpan obat cair baik itu sirup maupun suspensi pada suhu ruang 20° C. Atau bisa juga dalam lemari pendingin dengan suhu 5-10°C. Caranya bungkus terlebih dahulu dengan kertas atau kantung plastik hitam untuk memperpanjang masa simpan obat. Ini digunakan untuk sediaan sirup secara umum, kecuali dinyatakan lain pada kemasan sirup tersebut.

b. Tidak perlu menyimpan obat dalam freezer . Hal ini justru akan merusak obat.

c. Jangan lupa untuk selalu menutup rapat botol sirup agar udara tidak masuk. Karena udara yang masuk juga bisa membawa bakteri dari luar yang biasa tumbuh dalam media air.

d. Hindarkan menaruh obat pada tempat yang terkena sinar matahari atau cahaya secara langsung dan terus-menerus. Biasanya botol sirup sudah didesain kedap cahaya dengan warna botol yang gelap.

e. Sirup yang sudah dibuka cukup aman digunakan untuk waktu maksimal dua bulan, dengan catatan cara penyimpanannya