Pengaruh Media Tanam dan Panjang Slip Bahan Tanaman Terhadap Pembibitan Tanaman Vetiver (Vetiveria zizanoides (L.) Nash)

  

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

  Tanaman akar wangi termasuk keluarga Gramineae, berumpun lebat, akar tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah tua. Rumpun tanaman akar wangi terdiri atas beberapa anak rumpun yang nantinya dapat dijadikan bibit (Purwaningsih dan Subagiyo, 2010).

  Akar wangi (V. zizanioides L. atau Andropogon murica) merupakan tanaman perennial berbentuk rumpun dengan perakaran yang rimbun dan tumbuh lurus ke dalam tanah, termasuk golongan rumput dengan tinggi 0,5 – 1,5 m. Tanaman akar wangi tahan terhadap logam berat, salinitas dan dapat tumbuh pada pH antara 3–11.5 sehingga dapat digunakan untuk merehabilitasi kondisi fisik dan kimia tanah yang rusak. (Purwani, 2010).

   Batang vetiver padat, tegak, dan keras; memiliki tunas bakal anakan yang

  kuat dengan tunas samping yang mampu membentuk akar atau pucuk ketika lembab. Merebah ataupun berdiri, memotong tangkai pada suhu lembab atau pada pasir lembab akan menyebabkan akar atau tunas tumbuh cepat pada setiap pangkal tunas (Truong, dkk, 2011).

  Daunnya sedikit kaku, berwarna hijau sampai kelabu, panjangnya sekitar 75 – 100 cm dan tidak mengandung minyak. Tanaman ini berbunga yang warnanya hijau atau ungu dan berada di pucuk tangkai daun (Sani, 2011).

  Tanaman ini memiliki akar serabut yang masuk sangat jauh ke dalam tanah. Akar vetiver diketahui mampu menembus lapisan setebal 15 cm yang sangat keras. Di lereng-lereng yang keras dan berbatu, ujung-ujung akar vetiver

  Syarat Tumbuh Iklim

  Vetiver dapat tumbuh di daerah perbukitan, dataran rendah bahkan daerah rawa atau tanah yang kondisinya buruk (bekas tambang), baik di daerah dengan curah hujan rendah, kurang dari 200 mm, maupun curah hujan tinggi lebih dari 3000 mm (Booth, 2004).

  Iklim vetiver tumbuh baik pada ketinggian tempat 600 - 1600 meter di atas permukaan laut dengan temperatur 17°C - 27°C dan dapat bertahan pada suhu 0°C-50°C. Vetiver tidak baik tumbuh pada tempat yang teduh karena dapat menghalangi proses asimilasi dan pertumbuhan akar akan terganggu (Rao dan Suseela, 2008).

  Curah hujan juga mempunyai fungsi bagi tanaman, antara lain sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transportasi hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman akar wangi membutuhkan curah hujan yang cukup, yakni sekitar 140 hari pertahun. Sedangkan suhu yang cocok untuk tanaman akar wangi adalah sekitar 17° – 27° Celcius (Sani, 2011).

  Tanah

  Tanaman vetiver tumbuh baik pada tanah berpasir (antosol) atau pada tanah abu vulkanik dilereng-lereng bukit. Pada tanah tersebut akar tanaman menjadi panjang dan lebat dan juga akar mudah dicabut tanpa ada yang tertinggal dan hilang. Sesungguhnya tanaman vetiver masih dapat tumbuh pada tanah-tanah liat yang banyak mengandung air, namun kelemahannya, selain sulit dicabut, juga pertumbuhan akar terhambat (Santoso, 1993).

  Tanaman vetiver dapat tumbuh baik di lingkungan yang tidak menguntungkan termasuk pada lahan berat yang masam, mengandung mangan dan alumunium; bersalinitas tinggi dan banyak mengandung natrium; mengandung logam berat seperti Al, Mn, As, Cd, Cr, Ni, Pb, Hg, Se, dan Zn (Wijayakusuma, 2007).

  Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk pertumbuhan akar wangi sekitar 6-7. Tanah yang terlalu masam (pH dibawah 5,5) menyebabkan tanaman akar wangi menjadi kerdil (Sani, 2011).

  Media Tanam

  Media tanam yang baik adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah cukup bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat ditemukan pada tanah dengan tata udara yang baik, mempunyai agregat mantap, kemampuan menahan air yang baik dan ruang untuk perakaran yang cukup.

  Berbagai jenis media tanam dapat kita gunakan, tetapi pada prinsipnya kita menggunakan media tanam yang mampu menyediakan nutrisi, air, dan oksigen bagi tanaman. Penggunaan media yang tepat akan memberikan pertumbuhan yang optimal bagi tanaman (Fahmi, 2013).

  Perbedaan karakteristik media terutama pada kandungan unsur hara bagi tanaman dan daya mengikat air yang tercermin pada porositas, kelembaban dan aerasi. Penentuan media yang sesuai diharapkan dapat menghasilkan persentase hidup optimal semai suatu tanaman. Jenis media sapih yang sering digunakan ataupun kombinasi campuran media-media tersebut. Masing-masing media sapih yang umum digunakan dalam persemaian, memiliki keunggulan dan kelemahan yang berbeda-beda (Hidayah dan Irawan, 2012).

  Media tanam bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Pasir mengandung unsur hara phospor (0,08 g), kalium (2,53 g), kalsium (2,92 g), Fe2O3 (5,19 g) dan MgO (1,02 g). Sifat media pasir yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang sudah dianggap cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya batang.

  Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media tanam benih, pertumbuhan bibit dan perakaran setek tanaman (Fahmi, 2013).

  Cocopeat adalah serbuk halus sabut kelapa yang dihasilkan dari proses penghancuran sabut kelapa. Dalam proses penghancuran sabut dihasilkan serat yang lebih dikenal dengan nama fiber, serta serbuk halus yang dikenal dengan cocopeat. Serbuk tersebut sangat bagus digunakan sebagai media tanam karena dapat menyerap air dan menggemburkan tanah. Kandungan hara yang terkandung dalam cocopeat yaitu unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman diantaranya adalah kalium, fosfor, kalsium, magnesium dan natrium. Cocopeat dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk serta menetralkan kemasaman tanah. Karena sifat tersebut, sehingga cocopeat dapat digunakan sebagai media yang baik untuk pertumbuhan tanaman (Fahmi, 2013).

  Cocopeat diolah dari sabut kelapa. Sebelum diolah, sabut kelapa direndam selama 6 bulan untuk menghilangkan senyawa - senyawa kimia yang dapat merugikan tanaman seperti tanin. Senyawa itu dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Setelah dikeringkan, sabut kelapa itu dimasukkan ke dalam mesin untuk memisahkan serat dan jaringan empulur. Residu dari pemisahan itulah yang kemudian dicetak membentuk kotak. Media dicetak dengan tingkat kerapatan rongga kapiler sehingga dapat menyimpan oksigen sampai 50%. ltu lebih tinggi ketimbang kemampuan menyimpan oksigen pada tanah yang hanya 2 - 3%.

  Ketersediaan oksigen pada media tanam dibutuhkan untuk pertumbuhan akar. Hasil penelitian Dr Geoff Creswell, dari Creswell Horticultural Service, Australia, media tanam cocopeat sanggup menahan air hingga 73%. Karena kemampuan cocopeat menahan air cukup tinggi, hindari pemberian air berlebih (Kristijono, 2010).

  Serbuk gergaji merupakan limbah industri penggergajian kayu. Jumlah ketersediaan serbuk gergaji sangat besar, namun tidak semua serbuk gergaji yang ada telah termanfaatkan, sehingga bila tidak ditangani dengan baik maka dapat menjadi masalah lingkungan yang serius (Khairat dkk, 2009).

  Keunggulan menggunakan serbuk gergaji sebagai media tanam yaitu : − Banyak tersedia, karena serbuk gergaji merupakan produk sampingan dari industri pengolahan kayu non kertas.

  − Ringan. − Mudah dibentuk, hanya dengan menambahkan sedikit air maka media serbuk gergaji mampu menyimpan air dalam jumlah banyak.

  − Memiliki porositas yang cukup tinggi namun bisa diatur kepadatannya hingga mencapai tingkat porositas dengan mengatur rasio pemberian air (Fahmi, 2013).

  Panjang Slip Bahan Tanaman

  Anakan merupakan tunas yang tumbuh dari pangkal batang. Bagian ini merupakan bagian yang paling sering digunakan untuk perbanyakan vetiver karena tersedia dalam jumlah yang banyak, teknik pengerjaan yang mudah, hasil yang baik dapat bertahan dalam transportasi yang berlangsung lama dalam berbagai kondisi dan berkembang dengan cepat ketika akarnya mulai tumbuh. Salah satu teknik perbanyakan yang sering digunakan adalah perbanyakan dengan anakan (Chomchalow, 2000).

  Empat cara umum pembiakan vetiver adalah: − Pemisahan anakan/tunas dewasa dari rumpun vetiver atau tanaman induk yang menghasilkan slip cabutan untuk segera ditanam atau dibiakkan di polybag.

  − Menggunakan beberapa bagian dari tanaman induk vetiver. − Pembiakan kuncup atau vitro-mikro untuk pembiakan skala besar. − Pembiakan jaringan menggunakan bagian kecil dari tanaman untuk pembiakan skala besar.

  Memisahkan tunas dari tanaman memerlukan kehati - hatian sehingga masing-masing slip setidaknya harus berisi dua atau tiga tunas (pucuk) dan satu bagian dari mahkota. Sesudah pemisahan, slip harus dipotong panjangnya menjadi 20 cm (8 inchi). Hasil dari slip anakan bisa dicelupkan dalam berbagai perlakuan, termasuk hormon, bubur kotoran hewan (sapi atau kuda), lumpur tanah liat, atau kolam air yang dangkal, sampai akar baru muncul. Agar tumbuh lebih cepat, slip harus disimpan di tempat basah dan memiliki sinar matahari yang cukup sampai waktu tanam (Truong dkk, 2011).

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan - Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Remaja Puteri Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Di Sma Katolik Budi Murni 1 Medan Tahun 2014

0 0 21

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Remaja Puteri Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Di Sma Katolik Budi Murni 1 Medan Tahun 2014

0 0 10

II. Perilaku Responden A. Pengetahuan Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang kamu pilih ! - Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Ceramah Dan Permainan Ular Tangga Terhadap Peningkatan Perilaku

0 2 49

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Promosi Kesehatan - Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Ceramah Dan Permainan Ular Tangga Terhadap Peningkatan Perilaku Murid Kelas V Tentang Konsumsi Makanan Jajanan Di Sd Negeri Kecamatan Medan Petisah Tahun

0 0 39

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Ceramah Dan Permainan Ular Tangga Terhadap Peningkatan Perilaku Murid Kelas V Tentang Konsumsi Makanan Jajanan Di Sd Negeri Kecamatan Medan Petisah Tahun

0 1 12

PELAKSANAAN SISTEM JAMINAN SOSIAL BAGI PEKERJABURUH SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjan

0 0 10

Respons Pertumbuhan dan Produksi Terung (Solanum melongena L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk Fosfor

0 0 42

Respons Pertumbuhan dan Produksi Terung (Solanum melongena L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk Fosfor

0 0 7

Respons Pertumbuhan dan Produksi Terung (Solanum melongena L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk Fosfor

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Fungsi Kredit - Analisis Fasilitas Kredit Perumahan Rakyat Terhadap Kepemilikan Rumah Pada Masyarakat Kota Medan Di Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan

0 0 33