BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Toksik dalam Produk Konsumen - Analisis Kandungan Timbal pada Lipstik Impor dan Dalam Negeri Serta Tingkat Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Terhadap Lipstik di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Bahan Toksik dalam Produk Konsumen

  Produk konsumen adalah produk-produk yang dibeli konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga, untuk memenuhi kebutuhan personal (Simamora, 2001). Produk Konsumen menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia. Dewasa ini banyak ditemukan produk konsumen yang mengandung bahan toksik. Bahan toksik adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh.

  Meningkatnya penggunaan senyawa kimia berbahaya pada produk konsumen mengakibatkan gangguan kesehatan dan merusak lingkungan (Pohan, 2014).

  Salah satu bahan toksik dalam produk konsumen adalah logam berat. Toksisitas logam berat dalam tubuh manusia dapat terjadi dengan cara termakan (melalui saluran pencernaan), dan penetrasi melalui kulit. Menurut Gossel dan Bricker, ada 5 logam berbahaya pada manusia yaitu arsen (As), kadmium (Cd), timbal (Pb), merkuri (Hg), dan besi (Fe) (Darmono, 2001).

  2.2 Logam Timbal

2.2.1 Pengertian dan Sifat Logam Timbal

  Timbal dalam kehidupan sehari-hari lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan Pb. Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 2 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2 (Palar, 2008). Timbal atau plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah,

  6 mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Jika timbal dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya (Widowati et. al. 2008).

  Timbal pada awalnya adalah logam berat yang secara alami terdapat di dalam kerak bumi. Namun Timbal juga berasal dari kegiatan manusia bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami (Widowati et.al. 2008). Timbal lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya. Kadarnya dalam lingkungan meningkat karena penambangan, peleburan dan berbagai penggunaan dalam industri (Lu, 1995). Timbal merupakan logam yang sangat beracun yang pada dasarnya tidak dapat dimusnahkan serta tidak terurai menjadi zat lain (Sunu, 2001).

  Menurut Palar (2008), logam timbal atau Pb mempunyai sifat-sifat khusus seperti berikut:

  1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.

  2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan pelapis.

  3. C.

  Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5 4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam logam biasa, kecuali emas dan merkuri.

  5. Merupakan penghantar listrik yang tidak baik.

  2.2.2 Penggunaan Logam Timbal

  Dalam kehidupan sehari-hari, timbal banyak digunakan dalam industri logam, baterai, cat, kabel, karet, mainan anak-anak, dan bahan tambahan dalam bensin (Sartono, 2002). Timbal juga digunakan untuk produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, bahan kimia, pewarna, pipa dan solder. Timbal dapat digunakan sebagai campuran dalam pembuatan pelapis keramik yang disebut-glaze silika dengan okside lainnya-yaitu merupakan lapisan tipis gelas yang menyerap ke dalam permukaan tanah liat yang digunakan untuk membuat keramik. Komponen timbal (PbO) ditambahkan ke dalam glaze untuk membentuk sifat yang mengkilap yang tidak dibentuk okside lainnya (Sunu, 2001).

  Timah hitam digunakan pula sebagai zat warna yaitu Pb karbonat dan Pb sulfat sebagai zat warna putih dan Pb kromat sebagai krom kuning, krom jingga, krom merah dan krom hijau (Palar, 1994 dalam Ardyanto,2005).

  2.2.3 Keracunan Logam Timbal

  Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya Pb dapat melalui beberapa cara yaitu melaui pernafasan, oral (melalui makanan dan minuman) dan penetrasi pada lapisan kulit (Palar, 2008). Penyerapan lewat pernafasan akan masuk ke dalam pembuluh darah paru-paru. Logam timbal yang masuk ke paru-paru melalui pernafasan akan terserap dan berikatan dengan darah paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh (Palar, 2008). Penyerapan lewat oral akan masuk ke saluran pencernaan dan masuk ke dalam darah (Fardiaz, 2001 dalam Naria, 2005). Penyerapan lewat kulit dapat terjadi karena timbal dapat larut dalam minyak dan lemak (Palar, 2008).

  Tidak semua senyawa timbal dapat diserap oleh tubuh melainkan hanya sekitar 5-10% dari jumlah Pb yang masuk melalui oral yang akan diserap tubuh.

  Dari jumlah yang terserap itu, hanya 15 % yang akan mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan turut terbuang bersama bahan sisa metabolisme seperti urin dan feces. Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini sangat berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh. Keracunan yang disebabkan oleh keberadaan logam timbal berpengaruh terhadap sistem syaraf, sistem ginjal, sistem reproduksi, sistem endokrin, dan jantung (Palar, 2008).

  Unsur Pb yang terserap masuk ke dalam tubuh perlu waktu yang cukup lama untuk hilang keluar dari tubuh (Akhadi, 2009). Batas kandungan logam timbal yang direkomendasikan untuk konsumsi menurut ketentuan FAO/WHO (JECFA= Joint Expert Comitte On Food Additives) adalah sebesar 0,05 mg/kg berat badan (Darmono, 2001). Pada jaringan atau organ tubuh, logam timbal akan

  2+

  terakumulasi pada tulang karena logam ini dalam membentuk ion (Pb ) mampu

  2+

  menggantikan ion Ca (kalsium) yang terdapat dalam jaringan tulang (Palar, 2008). Sebagian timbal kemudian akan diekskresikan melalui urin atau feses (Widowati et. al. 2008).

  Timbulnya gejala keracunan yang diakibatkan oleh kandungan timbal di dalam darah untuk orang dewasa pada umumnya sekitar 60-100 mikrogram per

  100 ml darah. Semakin tinggi kandungan Pb dalam darah, maka semakin berbahaya bagi kesehatan tubuh. Daya racun timbal yang berada di dalam tubuh antara lain disebabkan oleh penghambatan kerja enzim oleh ion-ion Pb (Sunu, 2001).

  Berikut ini adalah skema akumulasi paparan timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia: Jaringan Lunak : 1.

  Hati 2. Ginjal 3. syaraf

  Timbal 1.

  Pernafasan 2. Oral

  Darah (Pb) 3.

  Kulit Jaringan Mineral: 1.

  Tulang 2. Gigi

  Sekreta: 1.

  Urin 2. Faeces 3. keringat

Gambar 2.1 Akumulasi timbal pada tubuh manusia (Sumber : Depkes RI, 2001 dalam Naria, 2005)

  Akumulasi timbal dalam tubuh dapat menyebabkan keracunan akut dan kronis, bahkan kematian. Efek keracunan timbal secara akut sangat khas, berkaitan dengan paparan dosis yang relatif tinggi, waktu paparan yang relatif singkat, baik dalam hitungan hari atau bulan. Efek keracunan timbal secara akut juga dapat terjadi secara dramatis, kematian yang tiba-tiba, kram perut yang parah, anemia, perubahan perilaku, dan kehilangan nafsu makan. Pada kejadian keracunan timbal, tidak semua efek yang telah dipaparkan muncul secara lengkap, tetapi hanya sebagian efek saja yang teramati dengan jelas.

  Efek keracunan timbal kronis terjadi sebagai akibat paparan timbal yang sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama, dapat terjadi pada kurun waktu bulanan hingga tahunan. Efek keracunan timbal kronis biasanya menimbulkan gejala yang tidak spesifik pada hampir semua sistem tubuh. Efek negatif keracunan timbal kronis pada manusia menurut laporan penelitian Pokras dan Kneeland (2009) terdiri atas penurunan libido dan kesuburan (jantan dan betina), keguguran dan kelahiran prematur, masalah kecerdasan, hipertensi, kardiovaskuler, lebih agresif, serta gangguan fungsi ginjal (Mustika et.al. 2014).

  Besarnya tingkat keracunan timbal menurut WHO (1977) dalam Naria (2005) dipengaruhi oleh:

  1. Umur. Anak-anak mengabsorbsi timbal lebih banyak dari orang dewasa. Anak anak juga lebih rentan sehingga dapat terjadi efek keracunan pada kandungan timbal yang rendah dalam darah.

  2. Jenis kelamin. Wanita lebih rentan dibandingkan dengan pria.

  3. Musim panas akan meningkatkan daya racun timbal.

  4. Peningkatan asam lambung akan meningkatkan absorbsi timbal.

  5. Peminum alkohol lebih rentan terhadap timbal.

2.2.4 Dampak Timbal Terhadap Kesehatan

  Keracunan yang disebabkan oleh keberadaan timbal di dalam tubuh mempengaruhi banyak jaringan di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang banyak menjadi sasaran peristiwa keracunan yang disebabkan oleh keberadaan logam timbal adalah sistem syaraf, sistem ginjal, sistem ginjal, sistem reproduksi, sistem endokrin. Setiap bagian yang diserang akan memperlihatkan efek yang berbeda- beda (Palar, 2008).

  Mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah: 1. Sistem haemopoietik

  Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat yang dibentuk oleh logam Fe (besi) dengan gugus haemo dan globin sintesa dari kompleks tersebut melibatkan 2 enzim, yaitu enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidrase) atau asam amino levulinat dehidrase dan enzim ferrokhelatase. Enzim ALAD adalah enzim jenis sitoplasma. Enzim ini akan bereaksi secara aktif pada tahap awal sintesa dan selama sirkulasi sel darah merah berlangsung. Senyawa Pb yang terdapat dalam tubuh akan mengikat gugus aktif enzim ALAD. Enzim ALAD berfungsi pada sintesa sel darah merah. Adanya timbal pada tubuh akan mengganggu kerja enzim tersebut sehingga sintesa sel darah merah terganggu (Palar, 2008). Penghambatan sintesa sel darah merah mengakibatkan terjadinya anemia (Widowati et. al.

  2008).

2. Sistem syaraf

  Sistem syaraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun yang dibawa oleh logam timbal (Palar, 2008). Timbal mengakibatkan demielinasi (rusaknya sarung mielin saraf) otak dan otak kecil yang putih sebelah belakang dan kematian sel-sel syaraf (Robins, 1995 dalam Naria,

  2005). Pb menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium (Widowati et. al. 2008).

  3. Sistem urinaria Senyawa timbal yang larut dalam darah akan dibawa oleh darah ke seluruh tubuh dan akan masuk kedalam glomerulus. Disini terjadi pemisahan akhir semua bahan yang dibawa darah, yaitu yang masih berguna bagi tubuh atau yang harus dibuang karena sudah tidak diperlukan lagi. Ikut sertanya timbal yang larut dalam darah ke sistem urinaria (ginjal) mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi tersebut disebabkan terbentuknya intranuclear inclusion bodies yang disertai dengan terbentuknya aminociduria, yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam urin (Palar, 2008).

  4. Sistem reproduksi Pada percobaan yang dilakukan terhadap tikus putih jantan dan betina yang diberi perlakuan dengan 1% Pb-asetat ke dalam makanannya, didapatkan penurunan kemampuan sistem reproduksi dari hewan tersebut. Embrio yang dihasilkan dari perkawinan antara tikus jantan yang diberi perlakuan dengan Pb-asetat dan betina yang normal (tidak diberi perlakuan), mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. Sedangkan janin yang terdapat pada betina yang diberi perlakuan dengan Pb-asetat mengalami penurunan dalam ukuran, hambatan pada pertumbuhan dalam rahim induk dan setelah dilahirkan. Pada wanita dengan paparan timbal yang tinggi, timbal akan disimpan dalam tulang. Pada wanita hamil, timbal yang terserap dan ditimbun dalam tulang dan juga masuk ke peredaran darah, melalui plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin (Palar, 2008). Ibu hamil yang terkontaminasi timbal tersebut akan mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel otak embrio, serta kematian janin (Widowati et. al. 2008).

  Jika bayi lahir, timbal akan dikeluarkan bersama dengan air susu (Palar, 2008).

  5. Sistem endokrin Timbal mengakibatkan gangguan fungsi tiroid (Widowati et. al. 2008).

  Fungsi tiroid sebagai hormon akan mengalami tekanan bila manusia kekurangan I 131 (yodium isotop 131). Pengukuran terhadap steroid dalam urin pada kondisi paparan timbal yang berbeda dapat digunakan untuk melihat hubungan penyerapan timbal pada sistem endokrin. Dari pengamatan yang dilakukan dengan paparan timbal yang berbeda terjadi pengurangan pengeluaran steroid dan terus mengalami peningkatan dalam posisi minus.

  Kecepatan pengeluaran aldosteron juga mengalami penurunan selama pengurangan konsumsi garam pada orang yang keracunan timbal (Palar, 2008).

  6. Sistem gastrointestinal Efek timbal ini terjadi karena mengonsumsi bahan yang tercemar timbal

  (Widowati et. al. 2008). Gejala awal muncul pada konsentrasi timbal (Pb) dalam darah sekitar 80 μg / 100 ml, gejala-gejala tersebut meliputi kurangnya nafsu makan, gangguan pencernaaan, gangguan epigastrik setelah makan, sembelit dan diare. Jika kadar timbal (Pb) dalam darah meleb ihi 100 μg / 100 ml, maka kecenderungan untuk munculnya gejala lebih parah lagi, yaitu bagian perut kolik terus menerus dan sembelit yang lebih parah. Jika gejala ini tidak segera ditangani, maka akan muncul kolik yang lebih spesifik. Konsentrasi timbal (P b) dalam darah diatas 150 μg / 100 ml penderita menderita nyeri dan melakukan reaksi kaki ditarik-tarik kearah perut secara terus menerus dan menggeretakkan gigi, diikuti keluarnya keringat pada kening. Jika tidak dilakukan penanganan lebih lanjut, maka kolik dapat terjadi selama beberapa hari, bahkan hingga satu minggu (Naightray, 2013).

7. Sistem kardiovaskuler

  Timbal dapat menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh darah (Widowati et. al. 2008). Timbal juga dapat menyebabkan naiknya tekanan darah. Jika terjadi hal demikian, maka pasien tersebut akan mengalami hipotonia. Kemungkinan kerusakan miokardial harus diperhatikan (Naightray, 2013).

  8. Risiko karsinogenik.

  International Agency for Research on Center (IARC) menyatakan bahwa

  timbal (Pb) inorganik dan senyawanya, kemungkinan menyebabkan kanker pada manusia. Tahap awal proses terjadinya kanker adanya kerusakan DNA yang menyebabkan peningkatan lesi genetik herediter yang menetap atau disebut mutasi. Timbal (Pb) diperkirakan mempunyai sifat toksik pada gen sehingga dapat mempengaruhi terjadinya kerusakan DNA / mutasi gen dalam kultur sel mamalia. Patogenesis kanker otak akibat terpapar timbal (Pb) adalah sebagai berikut : timbal (Pb) masuk kedalam darah melalui makanan dan akan tersimpan dalam organ tubuh yang mengakibatkan gangguan sintesis DNA, proliferensi sel yang membentuk nodul selanjutnya berkembang menjadi tumor ganas (Naightray, 2013).

2.2.5 Dampak Timbal Terhadap Lingkungan

  A. Udara

  Pencemaran timbal di udara dapat disebabkan oleh asap yang berasal dari cerobong pabrik yang mengolah senyawa timbal dan knalpot kendaraan.

  Senyawa-senyawa timbal dalam keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara, sehingga kemudian terhirup pada saat bernafas dan sebagian akan diserap kulit ataupun diserap oleh daun tumbuhan (Palar, 2008). Baku mutu udara ambien

  3 untuk timbal berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999 yaitu .

  sebesar 2,0 μg/Nm

  B. Air

  Timbal dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan timbal di udara dengan bantuan air hujan. Pencemaran timbal di perairan juga dapat disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia seperti dari air buangan (limbah) dari industri yang berkaitan dengan timbal. Limbah tersebut akan jatuh pada jalur-jalur perairan dan akan merusak tata lingkungan perairan yang dimasukinya. Badan perairan yang telah kemasukan senyawa atau ion-ion Pb dengan jumlah yang melebihi konsentrasi semestinya, dapat menyebabkan kematian bagi biota perairan tersebut. Konsentrasi Pb yang mencapai 188 mg/l dapat membunuh ikan- ikan (Palar,2008). Baku mutu timbal di perairan berdasarkan PP No. 20 tahun 1990 adalah 0,1 mg/l.

  C. Tanah

  Pencemaran timbal di tanah dapat disebabkan oleh buangan sampah sisa produk konsumen yang mengandung timbal. Keberadaan timbal di dalam tanah dapat juga berasal dari emisi kendaraan bermotor, yang mana partikel timbal yang terlepas ke udara secara alami dengan adanya gaya gravitasi membuat timbal

  • – turun ke tanah. Rata-rata timbal yang terdapat di dalam tanah adalah sebesar 5 25 mg/kg (Widowati et. al. 2008). Jika timbal telah mencemari permukaan tanah, maka timbal dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Timbal di tanah tersebut dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya (Veegha, 2008).

  D. Tanaman

  Organ tanaman dapat mengakumulasi timbal melalui daun, batang, dan akar. Perpindahan timbal dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH tanah. Konsentrasi timbal yang tinggi (100-1000 mg/kg) akan mengakibatkan pengaruh toksik pada proses fotosintesis dan pertumbuhan. Timbal hanya mempengaruhi tanaman bila konsentrasinya tinggi (Charlene, 2004 dalam Widaningrum et. al. 2007). Tanaman dapat menyerap logam timbal pada saat kondisi kesuburan dan kandungan bahan organik tanah rendah. Pada keadaan ini logam berat timbal akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak bebas pada larutan tanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya serapan timbal oleh akar tanaman (Widaningrum et. al. 2007). Bila tanaman seperti sayuran yang mengandung timbal dikonsumsi manusia, akan menyebabkan terjadinya penyerapan timbal di dalam tubuh manusia.

E. Makanan

  Semua bahan pangan alami mengandung Timbal (Pb) dalam konsentrasi kecil, dan selama persiapan makanan mungkin kandungan Timbal (Pb) akan bertambah. Timbal pada makanan dapat berasal dari peralatan masak, alat-alat makan, dan wadah-wadah penyimpanan yang terbuat dari alloy Pb atau keramik yang dilapisi glaze (Fardiaz, 1992). Sedangkan dalam air minum juga dapat ditemukan senyawa timbal bila air tersebut disimpan atau dialirkan melalui pipa yang merupakan alloy dari logam timbal (Palar, 2008).

2.2.6 Tingkat Timbal Normal dalam Tubuh

  Untuk mengetahui kandungan timbal di dalam tubuh dapat dilakukan dengan menganalisis konsentrasi timbal di dalam darah atau urin (Sunu, 2001).

  Pada manusia dewasa jumlah kandungan atau konsentrasi timbal dalam darah tidak sama. Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan tersebut, maka konsentrasi timbal dapat digolongkan ke dalam empat kategori. Bila manusia terpapar oleh timbal dalam batasan normal atau dalam batasan toleransi, maka daya racun yang dimiliki oleh timbal tidak akan bekerja dan tidak menimbulkan pengaruh apa-apa. Tetapi bila jumlah yang diserap telah mencapai batas ambang, maka individu yang terpapar akan memperlihatkan gejala keracunan timbal (Palar, 2008).

Tabel 2.1 Empat Kategori Pb dalam Darah Orang Dewasa

  Kategori µg Pb/100ml Darah Deskripsi A (Normal) <40 Tidak terkena paparan atau tingkat paparan

  Normal B (dapat dioleransi) 40-80 Pertambahan penyerap- an dari keadaan terpa- par tetapi masih bisa di Toleransi

  C (berlebih) 80-120 Kenaikan penyerapan dari keterpaparan yang banyak dan mulai mem- perlihatkan tanda-tanda Keracunan

  D (tingkat bahaya) >120 Penyerapan mencapai tingkat bahaya dengan tanda-tanda keracunan ringan sampai berat

  (Sumber: Palar, 2008)

  Kadar maksimum Pb yang masih dianggap aman dalam darah anak-anak sesuai dengan yang diperkenankan WHO dalam Depkes (2001) adalah 10 μg/dl darah, sedangkan untuk orang dewasa adalah 10-

  25 μg/dl darah (Naria, 2005). Bila manusia terpapar oleh Pb dalam normal atau batasan toleransi, maka daya racun yang dimiliki oleh Pb tetap akan bekerja dan bila jumlah yang diserap telah mencapai ambang atau bahkan melebihi batas ambang maka individu yang terpapar akan memperlihatkan gejala keracunan Pb yang lebih banyak menyerang bagian tubuh (Kurniawan, 2008).

2.3 Kosmetika

2.3.1 Pengertian Kosmetika

  Kosmetika adalah sediaan atau panduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin luar) gigi dan rongga mulut, untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit (Permenkes RI, 1998).

  Kosmetika adalah setiap bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada seluruh bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa disekitar mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan dan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2003).

  Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaadmadja, 1997).

  Kosmetika impor adalah kosmetika yang dibuat oleh industri di luar negeri yang dimasukkan dan diedarkan di wilayah indonesia (BPOM RI, 2003).

  Kosmetika dalam negeri adalah kosmetika yang dibuat dan dikemas oleh industri kosmetika di dalam negeri atau dibuat di luar negeri namun dikemas dalam kemasan primer oleh industri kosmetika di dalam negeri. Kemasan Primer adalah wadah/kemasan yang bersentuhan langsung dengan isi (BPOM RI, 2010).

2.3.2 Jenis - Jenis Kosmetika

  Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI yang dikutip oleh Tranggono dan Latifah (2007), kosmetika dibagi ke dalam 13 preparat:

  1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.

  2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan lainlain.

  3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain.

  4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-lain.

  5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain.

  6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.

  7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dan lain-lain.

  8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dan lain- lain.

  9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain.

  10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dan lain-lain.

  11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dan lain- lain.

  12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.

  13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dan lain-lain.

  Menurut Anita yang dalam Rostamailis (2005), kosmetika terbagi atas 2 macam, yaitu:

  1. Kosmetika tradisional. Maksudnya adalah kosmetika alamiah yang dibuat sendiri, langsung dari bahan-bahan yang segar atau bahan-bahan yang telah dikeringkan, buah-buahan atau tanam-tanaman yang ada disekitar kita.

  2. Kosmetika modern. Maksudnya adalah kosmetika yang diproduksi secara pabrik (laboratorium) di mana bahan-bahannya yang telah dicampur dengan zat-zat kimia yang mengawetkan kosmetika tersebut.

  Menurut Tranggono dan Latifah (2007), penggolongan kosmetika menurut kegunaaanya bagi kulit adalah sebagai berikut :

1. Kosmetika perawatan kulit (skin-care cosmetics).

  Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk didalamnya : a.

  Kosmetika untuk membersihkan kulit (cleanser) b.

  Kosmetika untuk melembabkan kulit (mouisturizer) c. Kosmetika pelindung kulit d.

  Kosmetika untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling) 2. Kosmetika riasan (dekoratif atau make-up).

  Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence).

2.3.3 Kosmetika Dekoratif

  Kosmetika dekoratif merupakan kosmetika yang hanya melekat pada alat tubuh yang dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta mengubah secara permanen kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetika dekoratif terdiri atas bahan aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar (bedak, cair, minyak, krim, tingtur, aerosol) dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum. (Wasitaatmadja, 1997).

  Menurut Tranggono dan Latifah (2007), kosmetika dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu:

  1. Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow, dan lain-lain.

  2. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting rambut.

  Menurut Wasitaatmadja (1997), berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi:

  1. Kosmetika rias kulit (wajah).

  2. Kosmetika rias bibir.

  3. Kosmetika rias rambut.

  4. Kosmetika rias mata.

  5. Kosmetika rias kuku.

  Bibir adalah bagian muka yang sering bergerak. Bibir memberi ekspresi seperti mata walaupun tidak bergerak (Soerjopranoto dan Poerwosoenoe, 1984).

  Bibir dianggap sebagai bagian penting dalam penampilan seseorang maupun alat seksual yang cukup diandalkan (Wasitaatmadja, 1997). Warna bibir akan memberi tanda khusus pada wajah dan menjadi sentuhan akhir yang melengkapi dan menyempurnakan seluruh riasan di wajah, serta menghasilkan penampilan yang seimbang dan sempurna (Bentley, 2005).

  Kosmetika rias bibir selain untuk merias bibir disertai juga dengan bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak, misalnya sinar ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetika rias bibir, yaitu: 1.

  Lipstik dan lip crayon.

  2. Krim bibir (lip cream) dan pengkilat bibir (lip gloss).

  3. Penggaris bibir (lip liner) dan lip sealers (Wasitaatmadja, 1997).

2.4 Lipstik

2.4.1 Pengertian dan Persyaratan Lipstik Lipstik dalam berbagai bentuk dan wujud telah ada sejak dahulu kala.

  Sejarah mencatat, orang Mesir kuno menggunakan henna untuk mewarnai bibirnya (Ismunandar, 2007). Lipstik adalah suatu bahan make-up/riasan yang selalu dioleskan di bibir (Rostamailis, 2005). Lipstik juga merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (roll up) yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak (Wasitaatmadja, 1997).

  Menurut Ditjen POM dalam Utami (2011), lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah yang dikemas dalam bentuk batang padat. Hakikat fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik.

  Menurut Tranggono dan Latifah (2007), persyaratan untuk lipstik yang diinginkan atau dituntut oleh masyarakat, antara lain :

  1. Melapisi bibir secara mencukupi.

  2. Dapat bertahan di bibir dalam waktu yang lama.

  3. Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket.

  4. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir.

  5. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya.

  6. Memberikan warna yang merata pada bibir.

  7. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya.

  8. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau berbintik- bintik, atau memperlihatkan hal-hal lain yang tidak menarik.

  Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor Hk.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika, dinyatakan bahwa cemaran timbal dalam kosmetika tidak lebih dari 20mg/kg atau 20mg/L (20bpj).

2.4.2 Jenis - Jenis Lipstik

  Berikut ini ada beberapa jenis lipstik, seperti: 1. Stik

  Lipstik jenis ini tidak mengilap dan sedikit lembab (Gusnaldi, 2007). Agar tahan lama, dioleskan seperti biasa dan dihapus dengan tisu. Setelah itu dioleskan kembali (Hafizh, 2014).

Gambar 2.2 Lipstik jenis stik (Sumber : Gusnaldi, 2007)

2. Pallete

  Dalam satu wadah kecil terdapat beberapa jenis warna. Mengandung krim untuk melembabkan bibir (Gusnaldi, 2007).

Gambar 2.3 Lipstik jenis pallete (Sumber : Gusnaldi, 2007) 3.

  Liquid Bentuknya cair, mengkilap dan pekat. Biasanya kemasannya dilengkapi dengan spons atau kuas kecil di bagian ujung untuk mempermudah pengolesan

  (Gusnaldi, 2007). Biasanya listik jenis cair berfungsi sebagai pengkilap dan pelembab (Hafizh, 2014).

Gambar 2.4 Lipstik jenis liquid (Sumber : Gusnaldi, 2007)

  4. Pen Lippolish Kemasannya seperti pena. Bentuknya cair, mengkilap di bibir. Praktis karena ujungnya dilengkapi dengan kuas (Gusnaldi, 2007).

Gambar 2.5 Lipstik jenis pen lippolish (Sumber : Gusnaldi, 2007)

  5. Pasta Bentuknya cair seperti gel dan dikemas dalam tube seperti pasta gigi

  Lipstik jenis ini diratakan pada bibir dengan menggunakan jemari (Gusnaldi, 2007).

Gambar 2.6 Lipstik jenis paste (Sumber : Gusnaldi, 2007)

  6. Gloss Memberi kesan mengilap dan bercahaya pada bibir. Beberapa dilengkapi dengan glitter untuk memberi efek berkilau keperakan (Gusnaldi, 2007).

  Warna bening akan menimbulkan kesan natural. Lipstik jenis ini mengkilat sehingga memberi efek bibir lebih menonjol, maka tidak disarankan untuk bibir tebal (Hafizh, 2014).

Gambar 2.7 Lipstik jenis gloss (Sumber : Gusnaldi, 2007)

2.4.3 Kandungan Lipstik

  Badan lipstik biasanya terbuat dari campuran minyak jarak dan lilin, biasanya lilin tawon lebah campuran ini terbukti bersifat tiksotropik, yakni tetap tegar dalam tabung namun dengan mudah digerakkan bila ditekankan pada bibir ketika digunakan. Pewarna yang digunakan pada lipstik harus bersifat tidak larut dalam air. Sebab kalau tidak, ludah para wanita akan selalu berwarna (Ismunandar, 2007). Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dari biji Ricinus communelinne (Familia Euphorbiaceae) (Depkes RI, 1995).

  Adapun bahan-bahan utama pada lipstik adalah sebagai berikut : 1. Lilin

  Misalnya carnauba wax, paraffin waxes, ozokerite, beewax, candellila wax, spermaceti, ceeresine. Semuanya berperan pada kekerasan lipstick (Tranggono dan Latifah, 2007).

2. Minyak

  Fase minyak dalam lipstik dipilih terutama berdasarkan kemampuannya melarutkan zat-zat warna eosin. Misalnya: minyak castrol, tetrahydrofurfuril alcohol, fatty acid alkylolamides, dihydric alcohol, beserta monoethers dan monofatty acid esternya, isopropyl myristate, isopropyl palmitate, butyl stearate, paraffin oil (Tranggono dan Latifah, 2007).

  3. Lemak Misalnya, krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi

  (misalnya hydrogenated castrol oil), cetyl alcohol, oleyil alcohol, lanolin (Tranggono dan Latifah, 2007).

  4. Acetoglycerides Asetogliserid berfungsi untuk memperbaiki sofat thixotropik batang lipstik sehingga meskipun temperatur berfluktuasi, kepadatan lipstik tetap konstan

  (Tranggono dan Latifah, 2007).

  5. Zat-zat pewarna (coloring agents)

  Zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutan dalam minyak. Pelarut terbaik didalam eosin adalah castrol oil. Castrol oil berfungsi sebagai emolien untuk menghaluskan dan melembutkan kulit serta bersifat melembabkan (Widodo dan Sumarsih (2007) dalam Yatimah, 2014)

  6. Antioksidan Antioksidan yang digunakan harus memenuhi syarat (Wasitaatmadja,

  1997): a.

  Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam kosmetika.

  b.

  Tidak berwarna.

  c.

  Tidak toksik.

  d.

  Tidak berubah meskipun disimpan lama.

  7. Bahan pengawet Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lipstik sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir, kemungkinan terjadi kontaminasi pada permukaan lipstik sehingga terjadi pertumbuhan organisme. Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik. Pengawet yang sering digunakan adalah metil paraben dan propil paraben (Poucher, 2000 dalam Yatimah, 2014).

  8. Bahan pewangi Bahan pewangi (fragrance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar

  

(flavoring) harus mampu menutupi rasa bau dan rasa kurang sedap dari lemak-

  lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan (Tranggono dan Latifah, 2007).

  9. Surfaktan Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk memudahkan pembasahan disperse partikel-partikel pigmen warna yang padat

  (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4.4 Tahapan Pembuatan Lipstik

  Tahapan pembuatan lipstik secara umum meliputi beberapa langkah berikut ini:

  1. Bahan dasar pembuatan lipstik adalah minyak, lemak dan lilin. Bahan baku lipstik dilelehkan dan campuran dibuat secara terpisah. Campuran tersebut dipanaskan dalam stainless steel yang terpisah.

  2. Pelarut dan minyak cair kemudian dicampur dengan pigmen warna. Campuran akan melewati mesin roll untuk menggiling campuran sehingga menghasilkan pigmen yang halus.

  3. Setelah pigmen selesai digiling dan dicampur, lilin yang sudah dipanaskan dicampurkan. Campuran diaduk hingga merata dan memiliki warna yang sama.

  4. Lipstik harus bebas dari gelembung udara. Lipstik yang masih dalam bentuk cair kemudian dapat disaring dan dibentuk, dan dituang ke dalam cetakan.

  5. Lipstik didinginkan.

  6. Lipstik dikeluarkan dari cetakan dan diperiksa. Jika cacat, akan diulang.

  7. Lipstik siap diberi label dan dikemas (Yola, 2013).

2.5 Timbal pada Lipstik

  Beberapa lipstik ditemukan mengandung Timbal. Timbal digunakan untuk membuat lipstik di bibir tahan dari pengoksidasian udara (oxidation) dan tahan air

  (waterproof) (Utomo, 2005). Kontaminasi timbal pada lipstik dapat juga berasal

  dari kontaminasi solder timbal atau cat yang mengandung timbal yang terdapat pada peralatan produksi (Hepp et.al. 2009). Kosmetika mudah teroksidasi oleh udara sehingga terjadi pemecahan bahan yang terkandung di dalamnya yang akan mengubah warna dan bentuk kosmetika (Wasitaadmadja, 1997).

  Logam timbal merupakan logam yang kurang reaktif. Deret Volta yang diurutkan kiri ke kanan menunjukkan unsur Pb berada pada urutan ke-13 dari 19 unsur. Semakin ke kanan, logam semakin kurang reaktif atau semakin sulit mengalami oksidasi (Sutresna, 2007). Timbal juga memiliki sifat sulit larut dalam air dingin dan air panas (Palar, 1994 dalam Ardyanto, 2005). Hal-hal tersebut membuat lipstik yang mengandung timbal menjadi tahan oksidasi dan tahan air.

  Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kandungan logam berat timbal pada lipstik. Salah satunya adalah uji kandungan logam berat timbal pada lipstik yang beredar di Jakarta Selatan. Sebanyak 6 sampel lipstik yang diuji seluruhnya mengandung timbal melebihi persyaratan yang ditetapkan oleh BPOM yaitu melebihi 20 mg/kg. Rentang kadar timbal dalam sampel lipstik yang berasal dari luar negeri (impor) adalah 189,9-202,1 mg/kg dan yang berasal dari dalam negeri adalah 183,3-196 mg/kg (Vida et.al. 2012). Penelitian juga telah dilakukan oleh Ziarati et al (2012). Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa kadar timbal tertinggi terdapat pada lipstik warna merah muda yaitu +40 mg/kg.

  Lipstik yang mengandung timbal dapat kita cek sendiri yaitu dengan cara menggoreskan lipstik beberapa kali ke tangan. Lalu, cincin emas 18 karat disapukan di atas lapisan lipstik. Jika warna lipstik berubah menjadi kusam atau kehitam-hitaman, kemungkinan besar lipstik mengandung timbal berlebihan (Utomo, 2005).

2.6 Cara Pengendalian Paparan Timbal pada Lipstik

  Cara pengendalian dapat dilakukan sebelum dan sesudah terjadi paparan timbal pada lipstik di dalam tubuh. Berikut ini adalah beberapa upaya pengendalian yang dapat dilakukan sebelum terjadi paparan timbal pada lipstik di dalam tubuh:

1. Cermat memilih dan membeli lipstik sesuai kebutuhan sehingga tidak terpengaruh promosi yang berlebihan.

  2. Cermat dalam menggunakan lipstik.

  a.

  Jika konsumen sedang hamil, konsultasikan pemilihan lipstik yang aman ke dokter kandungan atau dokter kulit.

  b.

  Tidak sembarangan memakai lipstik milik orang lain.

  3. Cermat membaca informasi yang tercantum dalam lipstik.

  a.

  Konsumen memperhatikan informasi yang tersedia pada label seperti cara penggunaan, kegunaan, komposisi, tanggal kadaluarsa atau peringatan lain (bila ada).

  b.

  Untuk lipstik yang teregistrasi diwajibkan mencantumkan nomor izin edar.

  Sedangkan produk yang ternotifikasi pencantuman nomor notifikasi tidak diwajibkan, namun nama dan alamat produsen harus tercantum dengan jelas pada label.

  c.

  Daftar lipstik yang ternotifikasi/teregistrasi oleh Badan POM dapat dicek melalui website Badan POM (BPOM RI, 2014).

  4. Cek sendiri keberadaan timbal pada lipstik yaitu dengan cara menggoreskan lipstik beberapa kali ke tangan. Lalu, cincin emas 18 karat disapukan di atas lapisan lipstik. Jika warna lipstik berubah menjadi kusam atau kehitam- hitaman, kemungkinan besar lipstik mengandung timbal berlebihan (Utomo, 2005).

  Berikut ini adalah beberapa upaya pengendalian yang dapat dilakukan setelah terjadi paparan timbal pada lipstik di dalam tubuh:

  1. Menghentikan penambahan paparan timbal yang memasuki tubuh penderita (Ardyanto, 2005).

  2. Konsumsi suplemen kalsium Menurut Hasan (2012), pemberian kalsium dengan dosis 3 kali 500 mg sehari selama 12 minggu dapat menurunkan kadar timbal dalam darah dari

  10,35±3,36 μg/dL secara bermakna menjadi 3,2±1,58 μg/dL. Absorbsi timbal dari saluran pencernaan dapat diganggu oleh kehadiran ion kalsium karena ion kalsium dan timbal saling berkompetisi. Kalsium mengganggu ikatan timbal dengan hemoglobin darah dengan adanya kompetisi antara ion Ca dan Pb sewaktu berikatan dengan hemoglobin darah. Ikatan timbal dalam tulang sama prosesnya seperti ikatan kalsium dalam tulang. Faktor yang mengganggu terhadap distribusi kalsium dalam darah juga mengganggu distribusi timbal dalam darah (Hardman et. al. 2001 dalam Hasan, 2012).

  3. Konsumsi buah Apel.

  Pektin (serat larut) dalam apel dapat mengikat logam berat, seperti timbal dan merkuri, dan mengeluarkannya dari tubuh. Mekanismenya melalui pencegahan konstipasi (sulit buang air besar) sehingga substansi toksik dapat segera dikeluarkan melalui feses (Shandy, 2011)

  4. Melakukan pengobatan dengan ethylendiaminetetraacetic (EDTA) intravenous.

  Ethylendiaminetetraacetic akan mengikat kation Pb dalam tulang dan jaringan lunak yang kemudian akan dikeluarkan melalui urin (Ardyanto, 2005).

2.7 Tingkat Pengetahuan

  Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi settelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2003).

  Notoadmodjo (2003), menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

  2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar 3. Aplikasi (aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).

  4. Analisis (analysis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  5. Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru 6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

  Tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang merupakan hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan konsumen akan membentuk tindakan konsumen dalam memilih produk lipstik yang akan dipakai. Begitu pula tingkat pengetahuan pedagang akan membentuk tindakan pedagang dalam memilih produk lipstik yang akan dijual. Menurut Notoadmojo (2007), tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1.

  Usia, merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun).

  2. Pendidikan, merupakan proses belajar yang pernah ditempuh secara formal didalam suatu lembaga.

  3. Sumber informasi, merupakan segala sesuatu yang menjadi perantara salam penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan.

2.8 Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

  Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer ketika mengamati garis-garis hitam pada spektrum matahari. Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dari sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis kelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit.

  Untuk keperluan analisis kuantitatif dengan SSA, maka sampel harus dalam bentuk larutan. Larutan yang dianalisis haruslah sangat encer. Metode pelarutan apapun yang dipilih untuk dilakukan analisis dengan SSA, yang terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilkan harus jernih, stabil, dan tidak mengganggu zat-zat yang akan dianalisis (Rohman, 2007).

2.9 Kerangka Konsep

  Pemeriksaan Laboratorium

  Peraturan Memenuhi

  Kepala Badan syarat: Pengawas <20 ppm

  Obat Dan Kandungan

  Ada Makanan timbal pada

  Republik lipstik: Tidak

  Indonesia

  • impor

  Tidak memenuhi

  • dalam negeri Nomor 17

  Ada syarat: Tahun 2014

  >20 ppm Tingkat pengetahuan:

Dokumen yang terkait

Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman ; Nyeri pada Post Op Appendicsitis di RSUD.dr Pirngadi Medan

0 0 19

Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman ; Nyeri pada Post Op Appendicsitis di RSUD.dr Pirngadi Medan

0 0 20

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri Kronik - Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri kronik di RSUD dr.Pirngadi Medan

0 0 27

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman Nyeri - Asuhan Keperawatan pada Tn. E dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Kenyamanan; Nyeri

0 0 35

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh atau paduan dari unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Manusia memiliki kebutuh

0 0 44

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Komponen Kimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Bunga Tembelekan (Lantana camara L)

0 0 20

Ukur lebar mesiodistal gigi insisivus rahang bawah Ukur jarak distal insisivus lateral- mesial molar pertama permanen rahang atas dan rahang bawah (Available space)

0 0 31

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Periode Perkembangan Gigi Geligi - Perbandingan Prediksi Leeway space dengan Menggunakan Analisis Moyers dan Tanaka-Johnston pada Murid Sekolah Dasar Suku Batak di Kota Medan

0 0 18

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN - Analisis Kandungan Timbal pada Lipstik Impor dan Dalam Negeri Serta Tingkat Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Terhadap Lipstik di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015

0 1 29