Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakar

Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi Kasus Bantul, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (purposive sampling), (statistic deskriptif).
Sistem Inovasi Daerah (SIDa) merupakan sebuah pola pendekatan pembangunan daerah yang
dilakukan secara sistemik dan sistematis. Melalui pendekatan pembangunan SIDa ini ,
keseluruhan pelaku, lembaga, jaringan, kemitraan, aksi, proses produksi, dan kebijakan yang
memengaruhi arah prerkembangan, kecepatan, dan difusi inovasi serta proses pembelajaraan
dilaksanakan untuk mencapai pembangunan sebbuah daerah. Sistem Inovasi pada dasarnya
merupakan suatu kesatuan dari sehimpunan actor, kelembagaan, hubungan, jaringan, interaksi,
dan proses produktif yang memengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan
difusinya (termasuk teknologi dan praktik baik/terbaik), serta proses pembelajaran.
Langkah Pengembangannya meliputi:
1. Identifikasi Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat
Masyarakat Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berwirausaha di rumah
produksi yang menjadi satu dengan rumah tinggal (home production). Berdasarkan
survey kepada 82 pengusaha, sebagian besar usaha berjalan di bidang pengolah makanan
(13%), Kerajinan Kulit (16%), serta kerajinan kayu, meubel, rotan, bamboo (52%).
2. Penentuan Prioritas Utama Pengembangan dan Sasaran
Saat ini sektor riil dan makro menjadi prioritas utama pengembangan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di skala nasional. Namun, di saat
perekonomian dunia mulai lesu, perusahaan besar sulit mempertahankan kestabilan
ekonomi Negara dan bergantung pada pinjaman modal dari bank dan subisidi pemerintah

(khususnya subsidi bahan bakar, pajak, dan bunga pinjaman). Sehingga memberatkan
APBN dan cadangan devisa Negara untuk subsidi. Pemerintah seharusnya menempatkan
sasaran pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai prioritas karena
bidang ini mampu bertahan lebih baik di masa krisis dibandingkan perusahaan dengan
modal besar dan tenaga kerja banyak.
3. Sosialisasi Awal Program dan Dialog Partisipatif masyarakat
Masyarakat berpendapat bahwa program-program yang dilakukan oleh
pemerintah belum merata dan dapat dirasakan oleh semua pelaku Usaha Kecil dan
Menengah (UMKM) di Bantul. Kenyataan ini diperparah peraturan pemerintah yang
membuat syarat kredit bank yang menyusahkan pelaku usaha untuk melakukan pinjaman
besar. Hal ini terjadi karena pemerintah dan bank lebih fokus terhadap perusahaan besar
di masa krisis seperti sekrang ini.
4. Identifikasi Kebutuhan yang Ada
Pengusaha membutuhkan lahan usaha dan bangunan untuk melakukan proses
produksi karena sampai saat ini banyak yang melakukan produksi di rumah tinggal.
Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) di Bantul juga mengalami kekurangan modal
Sumber: Jaka Sriyana. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM):
Studi Kasus di Kabupaten Bantul. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi-Universitas Islam
Indonesia. Dipresentasikan dalam Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo
Dinamis dan Kreatif.


dikarenakan proses yang berbelit-belit dan tingkat bunga yang tinggi. Hal ini
mengakibatkan proses produksi tidak mencapai target dan pesanan (demand) tidak
terpenuhi seluruhnya. Selain itu, inovasi dalam peralatan produksi dan inovasi di bidang
teknologi belum dilakukan oleh semua rumah produksi. Kendalanya ada di kompetensi
pekerja yang masih kurang sehingga membutuhkan training atau pelatihan kerja baik
dalam inovasi dalam proses produksi maupun penggunaan teknologi dalam produksi dan
distribusi.
Selanjutnya, kebutuhan akan bahan baku yang harganya semakin mahal tanpa
diimbangi oleh kenaikan modal mengakibatkan produktivitas menurun. Untuk
meningkatkan produktivitas namun dengan bahan baku sedikit memerlukan alat produksi
yang canggih. Tetapi kebutuhan energi yang stabil untuk alat produksi yang canggih tidak
diimbangi kualitas sarana-prasarana yang baik. Jadi, banyak alat produksi mengalami
kerusakan karena sering mati lampu ditambah kompetensi tenaga kerja untuk perawatan
dan perbaikan mesin sebatas otodidak atau belajar sendiri sehingga belum dapat
mengatasi kerusakan yang terjadi.
5. Analisa SWOT
Analisa SWOT merupakan sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek
atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari

spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
1) Strength; faktor internal yang mendukung perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Faktor pendukung dapat berupa sumber daya, keahlian, atau
kelebihan lain yang mungkin diperoleh berkat sumber keuangan, citra,
keunggulan di pasar, serta hubungan baik antara buyer dengan supplier.
2) Weakness; faktor internal yang menghambat perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Faktor penghambat dapat berupa fasilitas yang tidak lengkap,
kurangnya sumber keuangan, kemampuan mengelola, keahlian pemasaran dan
citra perusahaan.
3) Opportunity; faktor eksternal yang mendukung perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Faktor eksternal yang mendukung dalam pencapaian tujuan dapat
berupa perubahan kebijakan, perubahan persaingan, perubahan teknologi dan
perkembangan hubungan supplier dan buyer.
4) Threat; faktor eksternal yang menghambat perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Faktor eksternal yang menghambat perusahaan dapat berupa
masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, meningkatnya
Sumber: Jaka Sriyana. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM):
Studi Kasus di Kabupaten Bantul. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi-Universitas Islam
Indonesia. Dipresentasikan dalam Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo

Dinamis dan Kreatif.

bargaining power daripada supplier dan buyer utama, perubahan teknologi
serta kebijakan baru.
Kondisi yang dialami Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) di Bantul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, meliputi:

Strength

Peningkatan diversifikasi produk, motivasi kerja, dan kualitas peralatan
produksi.
Weakness
Kekurangan Modal, Bahan Baku, dan Tenaga Kerja. Kurangnya
Kompetensi dalam Bidang Pemasaran dan Teknologi.
Opportunity Tersedianya Pasar, Pinjaman Modal Jangka Panjang dan Bantuan Promosi
oleh Pemerintah.
Threat
Bencana Alam, Persaingan Usaha Ketat, Sulitnya Akses Perbankan,
Buruknya Kualitas Sarana Dan Prasarana. Tingkat Bunga Modal, Bahan
Baku, Tenaga Kerja, dan Bahan Bakar mahal.

Strateg
i
Opportunity
Threat

Strength
Mempromosikan produk baru dan
meningkatkan kualitas alat produksi
melalui program pemerintah.
Bekerjasama dengan usaha lain
dalam mencapai keunikan produk,
sehingga meningkatkan penjualan
dan mempermudah promosi.

Weakness
Menciptakan produk baru
dengan sedikit penggunaan
bahan baku dan modal.
Meningkatkan kualitas produk
untuk menarik investor asing

dan menggunakan teknologi
untuk pemasaran.

6. Penyiapan dan Penunjukan “Champion” Program
7. Penyiapan Pendamping
8. Pembentukan Organisasi/Komite Tingkat Lokal
9. Penyiapan Forum Komunikasi antar Lembaga dan Organisasi
10. Kolaborasi, Ketertiban, Networking Kelembagaan
1.
Strength
Weakness
Opportunity
Threat

Peningkatan diversifikasi produk, motivasi kerja, dan kualitas peralatan produksi.
Kekurangan Modal, Bahan Baku, dan Tenaga Kerja. Kurangnya Kompetensi dalam
Bidang Pemasaran dan Teknologi.
Tersedianya Pasar, Pinjaman Modal Jangka Panjang dan Bantuan Promosi oleh
Pemerintah.
Bencana Alam, Persaingan Usaha Ketat, Sulitnya Akses Perbankan, Buruknya

Kualitas Sarana Dan Prasarana. Tingkat Bunga Modal, Bahan Baku, Tenaga Kerja,

Sumber: Jaka Sriyana. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM):
Studi Kasus di Kabupaten Bantul. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi-Universitas Islam
Indonesia. Dipresentasikan dalam Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo
Dinamis dan Kreatif.

dan Bahan Bakar mahal.
Kesimpulan
Sistem Inovasi Daerah (SIDa) merupakan sebuah pola pendekatan pembangunan daerah yang
dilakukan secara sistemik dan sistematis.
Langkah Pengembangannya meliputi:
1. Identifikasi Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat
2. Penentuan Prioritas Utama Pengembangan dan Sasaran
3. Sosialisasi Awal Program dan Dialog Partisipatif masyarakat
4. Identifikasi Kebutuhan yang Ada
Analisis SWOT
a. Strength; Peningkatan diversifikasi produk, motivasi kerja, dan kualitas peralatan
produksi.
b. Weakness; Kekurangan Modal, Bahan Baku, dan Tenaga Kerja. Kurangnya

Kompetensi dalam Bidang Pemasaran dan Teknologi.
c. Opportunity: Tersedianya Pasar, Pinjaman Modal Jangka Panjang dan Bantuan
Promosi oleh Pemerintah.
d. Threat: Bencana Alam, Persaingan Usaha Ketat, Sulitnya Akses Perbankan,
Buruknya Kualitas Sarana Dan Prasarana. Tingkat Bunga Modal, Bahan Baku,
Tenaga Kerja, dan Bahan Bakar mahal.
Strategi
a. Mempromosikan produk baru dan meningkatkan kualitas alat produksi melalui program
pemerintah.
b. Menciptakan produk baru dengan sedikit penggunaan bahan baku dan modal.
c. Bekerjasama dengan usaha lain dalam mencapai keunikan produk, sehingga
meningkatkan penjualan dan mempermudah promosi.
d. Meningkatkan kualitas produk untuk menarik investor asing dan menggunakan teknologi
untuk pemasaran.
Disusun Oleh :
Mochamad Septian Adi Cahyono

11417141040

Afzanni Fardhy


12417141048

Mata Kuliah : Pembangunan Regional

Sumber: Jaka Sriyana. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM):
Studi Kasus di Kabupaten Bantul. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi-Universitas Islam
Indonesia. Dipresentasikan dalam Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo
Dinamis dan Kreatif.