TUGAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT OLEH MUT

TUGAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

OLEH
MUTHIAH WINALYAN ALVIRA
12211296

DOSEN PEMBIMBING
ETY APRYANTI , SSiT

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
AGUSTUS 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya, tugas makalah
ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Makalah ini diajukan sebagai syarat untuk
melakukan ujian Ilmu Kesehatan Masyarakat. Dikarenakan tidak memenuhi kehadiran , dan
kehadiran penulis hanya 88%.
Dengan rincian ketidakhadiran sebagai berikut
1. Tanggal 15 maret 2014 dengan dosen mata kuliah Yani Maidelwita , SSiT .,
M.biomed. Mata kuliah yang berjudul “Konsep Dasar Ilmu Kesehatan

Masyarakat ”
2. Tanggal 28 maret 2014 dengan dosen mata kuliah Yani Maidelwita , SSiT .,
M.biomed. Mata kuliah yang berjudul “Indonesia Sehat 2010 dan MDGS”
3. Tanggal 28 mei 2014 dengan dosen mata kuliah Ety Aprianty , SSiT . Mata
kuliah “Posyandu dan Polindes , Manajemen Puskesmas”
Semoga makalah yang penulis buat ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis juga tidak
segan-segan untuk menerima kritik dan saran, agar penugasan makalah selanjutnya dapat
menjadi lebih baik dari sebelumnya dan sesungguhnya semua itu bersifat membangun.

Penulis,

Agustus 2014

KONSEP DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang masalah


Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang di hadapi oleh
masyarakat kita saat ini .Semakin maju teknologi di bidang kedokteran ,semakin banyak
pula macam penyakit yang mendera masyarakat.Hal ini tentu sajadi pengaruhi oleh faktor
tingkah laku manusia itu sendiri.Tapi apakah benar hanya faktor tingkah laku saja yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat?Sebelum membahas tentang masalah
kesehatan masyarakat tentunya lebih baik jika kita memahami konsep dari kesehatan
masyarakat itu terlebih dahulu.
B.Rumusan masalah

Pada makalah ini akan di bahas mengenai konsep dari kesehatan masyarakat,yaitu
antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bagaimana sejarah Ilmu kesehatan masyarakat?
Apa periode periode Ilmu kesehatan masyarakat?

Bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia?
Apa defenisi Ilmu kesehatan masyarakat?
Apa faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat?
Siapa saja sasaran kesehatan masyarakat?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.SEJARAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi Yunani, yakni
Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai
seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau
pendidikan apa yang telah ditempuhnya tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati
penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical
procedure) dengan baik.
Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya juga telah
melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan /
penanganan masalah kesehatan adalah, Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit),
setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan kepada

pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”, menghindari
makanan / minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan
melakukan olahraga.
Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya
secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan
memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik daripada dengan pengobatan / pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran atau
pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama
cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan
kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan
praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun
sosial.
Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan
upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya
penyakit. Kedalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan

sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang. Dalam perkembangan
selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni
pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif
(preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan

antara lain sebagai berikut :
Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara
individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara
petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung
jauh.Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan)
masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah
masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat
(sasaran) lebih bersifat kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien.
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada
umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien
datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada
masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya
penyakit.Sedangkan kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak
menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya
menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke
masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan
tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih
kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri
dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.

Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan
pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem
biologi individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan
demikian pendekatannya pun tidak individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau
holistik.
B. DEFENISI KESEHATAN MASYARAKAT

Sudah banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat ini. Secara
kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit
sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas sebagai berikut. Batasan
yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi
masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat
adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan
adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan
diketemukan bakter-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan
masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan
sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.
Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, kesehatan
masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran.
Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial.

Dalam perkembangan selanjutnya, kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan
terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda
penduduk atau masyarakat.
C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN MASYARAKAT
“Health

is

not

everything

but

without

health

everything


is

nothing”

Slogan di atas sangatlah tepat untuk menjadi cerminan perilaku kita sehari-hari, karena betapa
ruginya kita semua jika dalam keadaan sakit. Waktu produktif kita menjadi berkurang, belum
lagi biaya berobat yang semakin mahal menjadi beban bagi keluarga dan sanak saudara kita.
Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, yaitu: factor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.
a. Faktor Genetik
Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau masyarakat
dibandingkan dengan faktor yang lain.Pengaruhnya pada status kesehatan perorangan
terjadisecara evolutif dan paling sukar di deteksi .Untuk itu ,perlu dilakukan konseling genetik
.Untuk kepentingan kesehatan masyarakat atau keluarga ,faktor genetikperlu mendapat perhatian
dibidang pencegahan penyakit. Misalnya :seorang anakyang lahir dari orangtua penderita
diabetas melitus akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir dari orang
tua bukan penderita DM.Untuk upaya pencegahan ,anak yang lahir dari penderita DM harus

diberi tahu dan selalu mewaspadaif aktor genetik yang diwariskan orangtuanya .Olehkarenanya
,ia harus mengatur dietnya ,teratur berolahraga dan upaya pencegahan lainnya sehingga tidak ada

peluang faktor genetiknya berkembang menjadi faktor resiko terjadinya DM pada dirinya .Jadi
dapat di umpamakan ,genetik adalah peluru (bullet ) tubuh manusia adalah pistol (senjata),dan
lingkungan /prilaku manusia adalah pelatuknya (trigger). Semakin besar penduduk yang
memiliki resiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan.
Oleh karena itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit
bawaan yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan
kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk
meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
b. Faktor Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan pelayanan kesehatan ,dan pelayanan kesehatan yang berkualitas akan
berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat .Pengetahuan dan keterampilan petugas
kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapan sarana /prasarana ,dan dana akan menjamin
kualitas pelayanan kesehatan .Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi
masalah kesehatan yang berkembang di suatu wilayah atau kelompok masyarakat.Misalnya
,jadwal imunisasi yang teratur da penyediaan vaksin yang cukup sesuai dengan kebutuhan ,serta
informasitentang pelayanan imunisasi yang memadai kepada masyarakat akan meningkatkan
cakupan imunisasi.Cakupan imunisasiyang tinggi akan menekan angka kesakitan akibat penyakit
yang

bisa


dicegah

dengan

imunisasi

.

Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya
pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan
membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya. Pelayanan
rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap kab/kota.
c. Faktor Prilaku Masyarakat
Faktor ini terutama di negara berkembang paling besar pengaruhnya terhadap munculnya
gangguan kesehatan atau masalah kesehatan i masyarakat .Tersedianya jasa pelayanan kesehatan
(health service) tanpa disertai perubahan tingkah laku (peran serta) masyarakat akan
mengakibatkan masalah kesehatan tetap potensial berkembang di masyarakat.Misalnya:
Penyediaan fasilitas dan imunisasi tidak akan banyak manfaatnya apabila ibu ibu tidak datang ke
pos-pos imunisasi.Perilaku ibu ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang sudah


tersedia adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu ibu tentang manfaat imunisasi dan
efeksampingnya.Pengetahuan ibu ibu akan meningkat karena adanya penyuluhan kesehatan
tentang imunisasi yang di berikan oleh petugas kesehatan .Perilaku individu atau kelompok
masyarakat yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada faktor lingkungan yang memudahkan
timbulnya suatu penyakit. Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan,
hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola
makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit
jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku/kebiasaan
memcuci tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna
seperti mencret-mencret lainnya.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan
derajat kesehatan. Dalam kehidupan di sekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang kumuh dan
tidak dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit seperti: gatal-gatal, infeksi
saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit demam berdarah juga dipengaruhi
oleh factor lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih, banyaknya tempat penampungan air yang
tidak pernah dibersihkan memyebabkan perkembangan nyamuk aedes aegypti penyebab demam
berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk si sekitar memiliki resiko tergigit nyamuk
dan

tertular

demam

berdarah.

Untuk menganalisis program kesehatan dilapangan ,paradigma H.L.Blum dapat dimanfaatkan
untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah sesuai dengan faktor faktor yang
berpengaruh pada status kesehatan masyarakat .Analisis ke – 4 fator tersebut perlu dilakukan
secara cermat sehingga masalah kesmas dan masalah program dapat di rumuskan dengan jelas
.Analisis ke -4 faktor ini adalah bagian dari analisis situasi (bagian dari fungsi perencnaan)untuk
pengembangan program kesehatan di suatu wilayah tertentu.
D. Sasaran Kesehatan Masyarakat
Individu-Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan ,yang dapat
dilakukan di Rumah Sakit ,klinik ,puskesmas,rumah bersalin,posyandu,kelurga binaan dan
masyarakat binaan.


Keluarga

Keluarga binaan yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan yang tergolong
dalam keluarga resiko resiko tinggi ,diantaranya adalah:
1.Anggota keluarga yang menderita penyakit menular
2.Keluarga keluarga denga kondisi sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah
3.Keluarga keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang buruk
4.Keluarga keluarga dengan keadaan gizi buruk
5.Keluarga keluarga dengan jumlah keluarga yang banyak di luar kemampuan kapasitas keluarga
6.Dan sebagainya.


Kelompok

Kelompok kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan
masyarakat adalah:
1.Kelompok ibu hamil
2.kelompok ibu ibu yang memiliki anak balita
3.kelompok PUS dengan resiko tinggi kebidanan.
4.kelompok kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan diantaranya adalah :
a. Kelompok usia lanjut
b. Kelompokwanita tuna susila
c. Kelompok anak remaja yang terlibat dalam penyalahgunan narkotika
5.Kelompok kelompok masyarakat yang ada diberbagai institusi pelayanan kesehatan seperti:
a. Masyarakat sekolah
b. Pekerja pekerja dalam perusahaan.


Masyarakat

Masyarakat yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan adalah:
1.Masyarakat binaan Puskesmas
2.Masyarakat Nelayan
3.Masyarakat Pedesaaan
4.Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan seperti Puskesmas ,posyandu yang
diberikan penyuluhan kesehatan secara massal.
5.Masyarakat yang luas yang terkena masalah kesehatan seperti wabah DHF,muntah berak,dsb.

INDONESIA SEHAT 2010 DAN MDGs

VISI INDONESIA SEHAT
Untuk mewujudkan paradigma sehat tersebut ditetapkan Visi,yaitu gambaran,prediksi atau
harapan tentang keadaan masyarakat indonesia pada masa yang akan datang,yaitu:Indonesia
Sehat 2010.
Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat indonesia di masa depan yang
penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat,mampu menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu,adil,dan merata,serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya.
Lingkungan sehat adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu
lingkngan

yang

bebas

dari

polusi.tersedia

air

bersih,sanitasi

lingkungan

yang

memadai,perumahan dan pemukiman sehat,perencanaan kawasan berwawasan kesehatan,dan
kehidupan masyarakat saling tolong menolong.
Perilaku

sehat

adalah

perilaku

proaktif

untuk

memelihara

dan

meningkatkan

kesehatan,mencegah resiko terjadinya penyakit,melindungi diri dari ancaman penyakit,serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
MISI INDONESIA SEHAT 2010
1.Memantapkan manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel
Keberhasilan pembangunan berwawasan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil
kerja keras sektor kesehatan saja, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta kontribusi
positif dari berbagai sektor pembangunan lainnya. Departemen Kesehatan berperan sebagai
penggerak utama dan memfasilitasi sektor-sektor lain agar segala upaya memberikan kontribusi
yang positif terhadap perwujudan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
Dengan terciptanya manajemen kesehatan yang akuntabel di lingkungan Departemen
Kesehatan, diharapkan fungsi-fungsi administrasi kesehatan dapat terselenggara secara efektif
dan efisien yang didukung oleh sistem informasi, IPTEK serta hukum kesehatan. Melalui
penyelenggaraan

manajemen

kesehaaatan

yang

akuntabel

dengan

menerapkan

tata

penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance), diharapkan upaya pembangunan

kesehatan dapat dipertanggung jawabkan dan dipertanggung-gugatkan kepada semua lapisan
masyarakat, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
2. Meningkatkan Kinerja dan Mutu Upaya Kesehatan
Peningkatan kinerja dan mutu upaya kesehatan dilakukan oleh Departemen Kesehatan
melalui pengembangan kebijakan pembangunan kesehatan, yang meliputi kebijakan manajerial
dan kebijakan teknis serta pengembangan standar dan pedoman berbagai upaya kesehatan.
Disamping itu Departemen Kesehatan juga melakukan fasilitasi sumber daya kesehatan, baik
tenaga , pembiayaan kesehatan, sumber daya obat dan perbekalan kesehatan bagi para pelaku
upaya/pembangunan kesehatan. Dengan meningkatkan kinerja dan mutu upaya kesehatan,
diharapkan upaya kesehatan dapat terselenggara dengan baik, dapat dicapai (accessible), dan
dapat dijangkau ( affordable ) oleh segenap kalangan masyarakat, serta terjamin mutunya
(quality). Upaya kesehatan tersebut meliputi upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan.
3. Memberdayakan Masyarakat dan Daerah
Peran aktif masyarakat termasuk swata, sangat penting dan akan menentukan keberhasilan
pembangunan kesehatan. Departemen Kesehatan melaksanakan pemberdayaan masyarakat,
sehingga masyarakat dapat berperan sebagai subjek pembangunan kesehatan. Diharapkan
masyarakat termasuk swasta dapat berpartisipasi aktif dalam melayani ( to serve), melaksanakan
advokasi (to advacate ), serta mengkritisi ( to watch) pembangunan kesehatan baik secara
individu, kelompok, maupun bersama masyarakat luas. Potensi masyarakat termasuk swasta,
baik berupa organisasi, upaya,tenaga, dana, sarana, tekonologi, serta mekanisme pengambilan
keputusan, merupakan aset yang cukup besar yang perlu digalang.
Pelaksanaan desentralisasi dibidang kesehatan sedang berproses. Untuk itu perlu adanya
fasilitasi dari Departemen Kesehatan, terutama kepada daerah-daerah yang sangat memerlukan.
Fasilitasi lebih diutamakan pada pengembangan kapasitas (capacity building ), pelembagaan
institusi disemua tataran, serta pengembangan sistem kesehatan daerah, sehingga ada
kesinambungan program kesehatan dari tingkat nasional sampai daerah dan advokasi guna
peningkatan sumber daya kesehatan diaerah.

4. Melaksanakan Pembangunan Kesehatan yang Berskala Nasional.
Disamping berperan dalam pembinaan dan pengembangan kesehatan, Departemen
Kesehatan melakukan pula pelaksanaan pembangunan kesehatan yang berskala nasional, seperti
pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana,
penanggulangan penyakit menular dan gangguan gizi, promosi kesehatan, pembangunan
kesehatan didaerah terpencil, tertinggal dan daerah perbatasan, serta pendayagunaan tenaga
kesehatan. Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan melaksanakan
penyelenggaraan upaya kesehatan Strata III sehingga mampu melayani rujukan.
5.Menggerakan Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan.
Berbagai sektor pembangunan harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua
kebijakan pembangunannya. Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif terhadap
kesehatan,

apalagi

yang

berdampak

negatif

terhadap

kesehatan

seyogyanya

tidak

diselenggarakan.
6. Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat.
Kesehatan dalah tanggung jawab bersama setiap individu, masyarakat, pemerintah dan
swasta. Apapun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyrakat
untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang dapat dicapai.
7. Memeliahara dan Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau.
Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat serta swasta.
8. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya.
Tugas utama sektor kesehatan adalah memeliahara dan meningkatkan kesehatan segenap
warganya. Oleh karena itu upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah yang bersifat
promotif-preventif yang didukung oleh upaya kuratif-rehalibitatif. Selain itu upaya penyehatan
lingkungan juga harus diprioritaskan.

TARGET MDG’s TAHUN 2015
1. Penghapusan kemiskinan dan kelaparan ; antara lain mengurangi jumlah penduduk yang
hidup dengan kurang dari satu dollar per hari dan kelaparan sampai 50 persen.
2. Mewujudkan pendidikan dasar bagi semua untuk semua anak perempuan dan laki-laki.
3. Mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan; antara lain menghapuskan
ketidaksetaraan jender di semua tingkat pendidikan.
4. Mengurangi angka kematian anak; mengurangi dua pertiga angka kematian anak di bawah
usia lima tahun.
5. Meningkatkan kesehatan ibu; antara lain, mengurangi dua pertiga angka kematian ibu
melahirkan dan akses universal kepada pelayanan kesehatan reproduksi dan jaminan
ketersediaan kontrasepsi.
6. Menghentikan dan mengurangi laju penyebaran HIV/AIDS, malaria, dan penyakit
infeksi lain.
7. Menjamin keberlanjutan lingkungan; antara lain dengan mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan progam-program secara nasional,
mengurangi perusakan sumber daya alam; memenuhi akses kepada air bersih pada
setengah jumlah penduduk yang belum memperolehnya.
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan; antara lain, mengembangkan
sistem perdagangan dan keuangan yang terbuka, melaksanakan komitmen tata
pemerintahan yang baik, pembangunan dan pemberantasan kemiskinan; menuntaskan
utang Negara berkembang; kerja sama dengan perusahaan-perusahaan farmasi untuk
menyediakan obat-obatan penting dengan harga terjangkau di negara-negara berkembang.

Millennium Development Goals
Masalah yang timbul dalam masyarakat seperti kemiskinan, kesehatan, pendidikan,
lingkungan, bencana alam dan bahkan kelaparan menjadi sulitditanggulangi oleh pemerintahan
yang tidak efisien. Secara global bahkan duniasudah menyadari bahwa tanpa bekerja sama antar
negara mustahil pembanguan berkeadilan terutama bagi negara negara dunia ketiga akan
tercapai. Untuk itulah 189negara anggota PBB pada tahun 2000 mendeklarasikan
Millenium Development
Berikut adalah target dan tujuan MDGs :
Tu j u a n 1 : M e n a n g g u l a n g i K e m i s k i n a n d a n K e l a p a r a n
Target 1: Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannyadi bawah US$1 per hari
Target 2: Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya dalam
kurun waktu 1990-2015
Tu j u a n 2 : M e n c a p a i P e n d i d i k a n D a s a r u n t u k S e m u a
Target 3: Menjamin pada tahun 2015, semua anak, dimanapun, laki-laki maupun perempuan,
dapat menyelesaikan pendidikan dasar
Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikandasar dan menengah pada
tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikantidak lebih dari tahun 2015.
Tu j u a n 4 : M e n g u r a n g i A n g k a K e m a t i a n A n a k
Target 5: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua-per tiganyadalam kurun waktu 19902015.
Tu j u a n 5 : M e n i n g k a t k a n K e s e h a t a n I b u
Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga-perempatnyadalam kurun waktu 19902015.

Tu j u a n 6 : M e m e r a n g i H I V / A I D S , M a l a r i a , d a n P e n y a k i t L a i n n y a
Target 7: Mengendalikan penyebaran HIV dan AIDS dan mulaimenurunnya jumlah kasus baru
pada tahun 2015.
Target 8: Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan
penyakit lainnya pada tahun 2015.
Tu j u a n 7 : M e m a s t i k a n K e l e s t a r i a n L i n g k u n g a n H i d u p
Target 9: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutandengan kebijakan dan program
nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang.
Target 10: Menurunkan proporsi penduduk tanpa akses terhadapsumber air minum yang aman
dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasidasar sebesar separuhnya pada tahun 2015.
Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman
kumuh pada tahun 2020.
Tu j u a n 8 : M e m b a n g u n K e m i t r a a n G l o b a l u n t u k P e m b a n g u n a n
Target 12: Mengembangkan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis peraturan,
dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif.
Target 13: Memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus dari negara-negarakurang berkembang
(NKB).
Target 14: Memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus dari negara-negaratanpa perairan dan negaranegara kepulauan. (melalui Programme of Action for the Sustainable Development of Small
Island Developing States dan hasil dari Special Session of the General Assembly ke 22
Target 15: Menangani hutang negara berkembang melalui upayanasional maupun internasional
agar pengelolaan hutang berkesinambungan dalam jangka panjang.
Target 16: Bekerjasama dengan negara lain untuk mengembangkandan menerapkan strategi
untuk menciptakan lapangan kerja yang baik dan produktif bagi usia muda.
Target 17: Bekerjasama dengan perusahaan farmasi, menyediakanakses terhadap obat-obat
utama yang terjangkau bagi negara-negara berkembang.
Target 18: Bekerjasama dengan swasta dalam memanfaatkan teknologi baru, terutama teknologi
informasi dan komunikasi

POSYANDU DAN POLINDES

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan pelayanan kesehatan di posyandu meliputi : KIA, KB, imunisasi, perbaikan
gizi dan penanggulangan diare mempunyai kontribusi terhadap penurunan AKB dan anak balita.
Adanya keterbatasan dalam pelayanan posyandu yaitu pelayanan kesehatan bagi ibu tidak dapat
dilaksanakan dengan baik, sehingga perlu diupayakan peningkatan pelayanan kesehatan ibu
melalui polindes. Adanya kebijakan dari Departemen Kesehatan untuk menempatkan tenaga
bidan di desa di bawah pembinaan dokter puskesmas.
Salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian anak balita adalah dengan
melakukan pemeliharaan kesehatannya. Pemeliharaan kesehatan anak balita dititik beratkan
kepada upaya pencegah an dan peningkatan kesehatan dan pada pengobatan dan
rehabilitasi.Pelayanan kesehatan anak balita ini dapat dilakukan dipuskesmas, puskesmas
pembantu, polindes terutama di posyandu.
Saat ini posyandu sangat primadona. Pemerintah Indonesia dengan kebijakan Kepmenkes
mengupayakan untuk mengaktifkan kembali kegiatan di posyandu, karena posyandulah tempat
paling cocok untuk memberikan pelayanan kesehatan pada balita secara menyeluruh dan terpadu.
Oleh karena itu disini kami membahas tentang Posyandu dan Polindes Tujuannya agar angka
KIA di Indonesia dapat ditingkatkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Posyandu dan Polindes?
2. Apa Tujuan dari Posyandu dan Polindes?
3. Apa saja Kegiatan dari Posyandu dan Polindes ?
4. Siapa sasaran Posyandu dan Polindes?
5. Bagaimana syarat terbentuknya Posyandu dan Polindes?

1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan Manfaat dari makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian Posyandu dan Polindes
2. Tujuan Posyandu dan Polindes.
3. Kegiatan dari Posyandu dan Polindes.
4. Sasaran dari Posyandu dan Polindes.
5. Syarat Terbentuknya Posyandu dan Polindes.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 POSYANDU
A. Pengertian Posyandu
Adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat
yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
(Ambarwati Retna, 2009)
Pengertian posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program
dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis
seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan
dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu , hal ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu tersebut
masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama (Depkes
RI, 1990).
Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di
masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi
posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi
dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan
ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya
mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan
kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Depdagri, 1999).
Kegiatan revitalisasi posyandu pada dasarnya meliputi seluruh posyandu dengan
perhatian utamanya pada posyandu yang sudah tidak aktif/rendah stratanya (pratama dan madya)
sesuai kebutuhan, posyandu yang berada di daerah yang sebagian besar penduduknya tergolong
miskin, serta adanya dukungan materi dan non materi dari tokoh masyarakat setempat dalam
menunjang pelaksanaan kegiatan posyandu. Dukungan masyarakat sangat penting karena

komitmen dan dukungan mereka sangat menentukan keberhasilan dan kesinambungan kegiatan
posyandu (Depkes RI, 1999).
Kontribusi posyandu dalam meningkatkan kesehatan bayi dan anak balita sangat besar,
namun sampai saat ini kualitas pelayanan posyandu masih perlu ditingkatkan. Keberadaan kader
dan sarana yang ada merupakan modal dalam keberlanjutan posyandu. Oleh karena itu
keberadaan posyandu harus terus ditingkatkan sehingga diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu
posyandu pratama, madya, purnama, dan mandiri
B. Tujuan Posyandu
1. Menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
3. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil sehat dan sejahtera.
4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan
kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup sehat.
5. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha
meningkatkan cakupan penduduk dan geografis
6. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk
swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
C. Kegiatan Posyandu
Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu (Panca Krida
Posyandu), antara lain:
1) Kesehatan Ibu dan Anak


Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak
balita dan anak prasekolah



Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk karena
kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan
vitamin dan mineral



Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasiny



Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program
KIA.

2) Keluarga Berencana


Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian
khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak
berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi



Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya

3) Immunisasi
Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x, dan campak 1x pada
bayi.
4) Peningkatan gizi


Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat



Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup
kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui



Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun

5) Penanggulangan Diare
Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan Posyandu
(Sapta Krida Posyandu), yaitu:
1) Kesehatan Ibu dan Anak
2) Keluarga Berencana
3) Immunisasi
4) Peningkatan gizi
5) Penanggulangan Diare
6) Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air limbah
yang benar, pengolahan makanan dan minuman
7) Penyediaan Obat essensial.
D. Sasaran Posyandu
1. Bayi berusia kurang dari 1 tahun
2. Anak balita usia 1 sampai dengan 5 tahun

3. Ibu hamil
4. Ibu menyusui
5. Ibu nifas
6. Wanita usia subur.
E. Syarat terbentuknya Posyandu
Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti:
1) Pos penimbangan balita
2) Pos immunisasi
3) Pos keluarga berencana desa
4) Pos kesehatan
5) Pos lainnya yang dibentuk baru.
Alasan Pendirian PosyanduPosyandu didirikan karena mempunyai beberapa alasan sebagai
berikut:
1) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatn khususnya dalam upaya pencegahan
penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB.
2) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga menimbulkan
rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana
(Effendi, 1998).
Penyelenggara Posyandu1) Pelaksana kegiatan, adalah anggota masyarakat yang telah dilatih
menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas
2) Pengelola posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari keder
PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut
(Effendi, 1998).
2.2 POLINDES
A. Pengertian Polindes
Merupakan salah satu bentuk UKBM (Usaha Kesehatan Bagi Masyarakat) yang didirikan
masyarakat oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan

masyarakat desa, untuk memberikan pelayanan KIA-KB serta pelayanan kesehatan lainnya
sesuai dengan kemampuan Bidan. (Ambarwati retna,2009).
Suatu tempat yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah sebagai
kelengkapan dari pembangunan kesmas untuk memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) dan Keluarga Berencana (KB) dikelola oleh bidan desa (bides) bekerjasama dengan dukun
bayi dibawah pengawasan dokter puskesmas setempat.
Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang merupakan wujud nyata bentuk peran serta
masyarakat didalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu
dan anak lainnya, termasuk KB di desa. (Dinkes, 1999)
Kajian makna polindes
a. Polindes merupakan salah satu bentuk PSM dalam menyediakan tempat pertolongan
persalinan dan pelayanan KIA, termasuk KB di desa.
b. Polindes dirintis di desa yang telah mempunyai bidan yang tinggal di desa tersebut.
c. PSM dalam pengembangan polindes dapat berupa penyediaan tempat untuk pelayanan KIA
(khususnya pertolongan persalinan), pengelolaan polindes, penggerakan sasaran dan dukungan
terhadap pelaksanaan tugas bidan di desa.
d. Peran bidan desa yang sudah dilengkapi oleh pemerintah dengan alat-alat yang diperlukan
adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada masyarakat di desa tersebut.
e. Polindes sebagai bentuk PSM secara organisatoris berada di bawah seksi 7 LKMD, namun
secara teknis berada di bawah pembinaan dan pengawasan puskesmas.
f. Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes dapat berupa ruang/kamar untuk
pelayanan KIA, termasuk tempat pertolongan persalinan yang dilengkapi dengan sarana air
bersih.
g. Tanggung jawab penyediaan dan pengelolaan tempat serta dukungan opersional berasal dari
masyarakat, maka perlu diadakan kesepakatan antara wakil masyarakat melalui wadah LKMD
dengan bidan desa tentang pengaturan biaya operasional dan tarif pertolongan persalinan di
polindes.
h. Dukun bayi dan kader posyandu adalah kader masyarakat yang paling terkait.

Fungsi polindes
a. Sebagai tempat pelayanan KIA-KB dan pelayanan kesehatan lainnya.
b. Sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pembinaan, penyuluhan dan konseling KIA.
c. Pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat.
B. Tujuan Polindes
a. Meningkatnya jangkauan dan mutu pelayanan KIA-KB termasuk pertolongan dan penanganan
pada kasus gagal.
b. Meningkatnya pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan.
c. Meningkatnya kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan bagi ibu
dan keluarganya.
d. Meningkatnya pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangan bidan.
C. Kegiatan Polindes
a. Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT pada bumil dan mendeteksi dini
resiko tinggi kehamilan.
b. Menolong persalinan normal dan persalinan dengan resiko sedang.
c. Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.
d. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal, bayi, anak balita dan anak pra sekolah, serta
imunisasi dasar pada bayi.
e. Memberikan pelayanan KB.
f. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan persalinan yang
beresiko tinggi baik ibu maupun bayinya.
g. Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader (posyandu, dasa wisma).
h. Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.
i. Melatih dan membina dukun bayi maupun kader (posyandu, dasa wisma).
j. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anak serta peningkatan
penggunaan ASI dan KB.
k. Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada puskesmas setempat.

D. Sasaran Polindes
a. Anak balita usia 1 sampai dengan 5 tahun
b. Ibu hamil
c. Ibu menyusui
d. Ibu nifas
e. Wanita usia subur.
f. Kader
g. Masyarakat setempat.
E. Syarat Terbentuknya Polindes
a. Tersedianya bidan di desa yang bekerja penuh untuk mengelola polindes.
b. Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Bidan, antara lain bidan kit,
IUD kit, sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil, timbangan, pengukur Tinggi Badan,
Infus set dan cairan D 5 %, NaCl 0,9 %, obat - obatan sederhana dan uterotonika, buku-buku
pedoman KIA, KB dan pedoman kesehatan lainnya, inkubator sederhana.
c. Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain penyediaan air bersih, ventilasi cukup,
penerangan cukup, tersedianya sarana pembuangan air limbah, lingkungan pekarangan bersih,
ukuran minimal 3 x 4 m2.
d. Lokasi mudah dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya dan mudah dijangkau oleh
kendaraan roda 4.
e. Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan postpartum minimal 1
tempat tidur.

MANAJEMEN PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam tahapan hidup manusia. Dengan
kondisi yang sehat, manusia dapat melakukan aktivitas sehari-harinya dengan baik, tanpa
terganggu oleh kesehatan tubuh yang kurang optimal. Masyarakat di Indonesia masih terbilang
terbelakang dalam hal menjaga kesehatan, mereka masih kurang menyadari akan pentingnya
untuk menjaga kesehtan diri, keluarga dan lingkungannya, yaitu memahami akan pentingnya
promotiv dan preventif atau lebih kita kenal dengan lebih baik mencegah daripada mengobati.
Dengan kurangnya kesadaran tersebut mengakibatkan masyarakat di Indonesia terutama
masyarakat awam sangatlah mudah untuk terjangkit penyakit. Melihat semua masalah kesehatan
tersebut, perlu adanya perbaikan dibidang kesehatan. Untuk itu, sangatlah perlu terselengaranya
berbagai upaya kesehatan, baik upaya kesehatan

perorangan maupun upaya kesehatan

masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan. Yang hal tersebut merupakan salah satu
fungsi dari puskesmas, sehingga untuk memperbaiki kesehatan masyarakat tersebut,

perlu

ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik agar puskesmas benar-benar berfungsi sesuai
dengan tugasnya.
Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk
menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien. Sehingga terciptalah masyarakat yang
sehat dan produktiv. Tidak gampang terjangkit penyakit dan selalu menjaga kesehatannya dengan
baik.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Puskesmas
A. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. UPT
tugasnya adalah menyelenggarakan sebagian tugas teknis Dinas Kesehatan, sedangkan
pembangunan kesehatan maksudnya adalah penyelenggara upaya kesehatan yang
pertanggung jawaban secara keseluruhan ada di Dinkes dan sebagian ada di Puskesmas
Wilayah Kerja. Wilayah ini dapat berdasarkan kecamatan, penduduk, atau daerah terpencil.
B. Visi dan Misi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya
Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat
Indikator Kecamatan Sehat:
(1)lingkungan sehat
(2)perilaku sehat
(3)cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
(4)derajat kesehatan penduduk kecamatan
Sedangkan misi dari puskesmas adalah :
(1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
(2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya

(3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan
(4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya
3.2 Manajemen Puskesmas
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas perlu ditunjang oleh
manajeman Puskesmas yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang
bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien.
Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh Puskesmas akan membentuk fungsifungsi manajeman.
Berikut beberapa model manajemen dan fungsi penjabarannya :
1.
2.
3.

Model PIE (planning, implementation, evaluation)
Model POAC (planning, organizing, actuating, controling)
Model P1 – P2 – P3 (perencanaan, pergerakan-pelaksanaan, pengawasan-

4.
5.

pengendalian-penilaian)
Model ARRIF (analisis, rumusan, rencana, implementasi dan forum komunikasi)
Model ARRIME (analisis, rumusan, rencana, implementasi, monitoring, evaluasi)

Dari berbagai model manajemen tersebut sebenarnya mempunyai fungsi manajemen
yang sama. Setiap puskesmas bebas menentukan model manajemen yang ingin diterapkan,
namun yang terpenting mempunyai hasil sebagai berikut :
1.

Makin banyaknya fungsi penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, yang

2.

ditandai dengan tingginya nilai IPTS (indeks potensi tatanan sehat)
Makin baiknya fungsi pemberdayaan masyarakat dengan ditandai berkembangnya
UKBM (upaya kesehatan berbasis masyarakat). Serta makin aktifnya BPP (badan
penyantun puskesmas) dan BPKM (badan peduli kesehatan masyarakat) dapat

3.

dijakdikan indikator meningkatnya partisipasi masyarakat setempat.
Makin bagusnya pemberdayaan keluarga dengan ditandainya IPKS (indeks potensi
keluarga sehat)

4.

Makin bagusnya pelayanan kesehatan yang ditandai dengan tingginya cakupan
program (baik program kesehatan dasar maupun program kesehatan pengembangan).
Serta kualitan pelayanan kesehatan yang ditandai dengan tingginya kepatuhan
petugas kesehatan dan makin baiknya kepuasan pasien.

3.3 Instrumen Manajemen Puskesmas
Untuk menunjang pelaksanaan fungsi dan penyelenggaraan upayanya, Puskesmas dilengkapi
dengan instrumen manajemen yang terdiri dari :
1.

Perencanaan tingkat Puskesmas

2.

Lokakarya Mini Puskesmas

3.

Penilaian Kinerja Puskesmas. Termasuk manajemen Sumber Daya termasuk alat,
obat, keuangan dan Tenaga serta didukung dengan manajemen sistem pencatatan dan
pelaporan disebutsistem informasi manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) dan upaya
peningkatan mutu pelayanan ( antara lain melalui penerapan quality assurance ).