LAPORAN INDIVIDU PROGRAM PRAKTIK LAPANGA
LAPORAN INDIVIDUAL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)
KEPENDIDIKAN
DI SMK NEGERI 1 KUNINGAN
SEMESTER GANJIL TAHUN 2014/2015
Oleh:
ESSA ANNISA SYADIAH
1103033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
DIVISI PENDIDIKAN PROFESI DAN JASA KEPROFESIAN
DIREKTORAT AKADEMIK
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
LAPORAN INDIVIDUAL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)
KEPENDIDIKAN
DI SMK NEGERI 1 KUNINGAN
SEMESTER GANJIL TAHUN 2014/2015
Menyetujui:
Dosen Pembimbing PPL,
Guru Pamong PPL,
Dr. Sri Handayani, M.Pd
( Drs. Tatang Sastrawijaya Putra )
NIP : 19660301997032001
NIP. 196211071985111009
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Segala puji syukur praktikan panjatkan kepada sang pemberi rahmat
seluruh alam, Allah SWT atas petunjuk yang diberikannya sehingga praktikan
pada akirnya dapat menyelesaikan serangkaian kegiatan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) dengan baik di SMK Negeri 1 Kuningan
Laporan ini disusun berdasarkan pada semua kegiatan yang telah penulis
lakukan selama kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 1
Kuningan. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk membekali para calon pendidik
dengan pengetahuan dan pengalaman kependidikan praktis sebagai usaha untuk
membentuk mahaiswa sebagai calon pendidik menjadi guru yang profesional, dan
siap menghadapi tantangan setelah terjun ke lapangan.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dan memberi dukungan dalam menyelesaikan laporan
Progam Pengalaman Lapangan (PPL) ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Allah SWT beserta Nabi Besar Muhammad SAW.
2. Orangtua dan Keluarga yang selalu memberikan bantuan baik secara moril
maupun materil.
3. Ibu DR. Sri Handayani, M.Pd selaku dosen Pembimbing PPL atas segala
bimbingan dan perhatiannya.
4. Bapak Drs. Tatang Sastrawijaya Putra selaku Guru Pamong PPL yang
senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan dan kelancaran praktikan
1
dalam melaksanakan berbagai kegiatan selama berlangsungnya PPL di
SMKN 1 Kuningan.
5. Bapak Didin Wahyudin, S.P selaku Koordinator PPL di SMK Negeri 1
Kuningan.
6. Bapak Drs. H. Tarmidi, M.Pd selaku kepala sekolah SMK Negeri 1
Kuningan yang telah memberikan izin pelaksanaan PPL di sekolahnya.
7. Seluruh wakil kepala sekolah, guru, dan staff tata usaha beserta seluruh
civitas akademika SMK Negeri 1 Kuningan.
8. Seluruh siswa/siswi SMK Negeri 1 Kuningan, terutama Jurusan TPHP
(Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian).
9. Rekan PPL program studi pendidikan teknologi agroindustri seperjuangan
Shella Maulida, Nurul Novia Agustin, dan Yeni Agustina. Merantau di
kota lain selama 3 bulan lamanya, berbagi sedih senang bersama.
10. Semua Pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga kebaikan
semua pihak dibalas dengan balasan yang setimpal oleh Allah SWT.
Kuningan, November 2014
2
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I MASALAH-MASALAH YANG DIALAMI SELAMA
PELAKSANAAN PPL............................................................................... 1
A. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).......... 1
B. Proses Penampilan.................................................................... 7
C. BimbinganBelajar/EkstraKulikuler........................................... 11
D. Partisipasi dalam Kehidupan Sekolah....................................... 12
E. Proses Bimbingan...................................................................... 13
BAB II FAKTOR PENYEBAB DARI MASALAH YANG DIALAMI.
A. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).......... 16
B. Proses Penampilan.................................................................... 17
C. Bimbingan Belajar/EkstraKulikuler.......................................... 19
D. Partisipasi dalam Kehidupan Sekolah....................................... 20
E. Proses Bimbingan...................................................................... 21
BAB III UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH............................
A. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).......... 22
B. Proses Penampilan.................................................................... 23
C. BimbinganBelajar/EkstraKulikuler........................................... 26
D. PartisipasidalamKehidupanSekolah.......................................... 26
E. Proses Bimbingan...................................................................... 27
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..................................................
A. Kesimpulan............................................................................... 29
B. Saran.......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
3
BAB I
MASALAH-MASALAH YANG DIALAMI SELAMA PELAKSANAAN
PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) KEPENDIDIKAN
DI SMK NEGERI 1 KUNINGAN
Program Pelatihan Lapangan merupakan salah satu mata kuliah yang termasuk
kelompok mata kuliah profesi pada program studi kependidikan bertujuan untuk
mengembangkan profesi kependidikan. Dalam onteks pencapaian kompetensi
yang telah ditetapkan, PPL memiliki fungsi dan peran. Kegiatan PPL yang
dilakukan mahasiswa pada hakekatnya melakukan aktivitas belajar dengan
mengabdi pada suatu sekolah atau lembaga pendidikan tertentu. Para mahasiswa
dalam melaksanakan kegiatan PPL, tidak hanya dituntut menggunakan
pengetahuan dan keterampilan akademik yang telah diperoleh melalui perkuliahan
sesuai dengan tuntutan nyata dalam situasi dunia kerja, tetapi para mahasiswa
dituntut pula mendapatkan pengalaman belajar mengajar serta mengintegrasikan
pengalamannya itu ke dalam pola perilakunya dirinya sebagai pribadi yang efektif
dan produkstif. Dengan PPL, para praktikan atau mahasiswa diharapkan dapat
mencapai kompetensi yang ditetapkan oleh setiap program studinya masingmasing.
Penulis melaksanakan kegiatan PPL di SMK Negeri 1 Kuningan yang
berlokasi di Jl. Raya Sukamulya-Cigugur Kuningan. Kegiatan PPL Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dilaksanakan pada semester ganjil tahun
ajaran 2013/2014 yaitu pada awal bulan Februari hingga awal bulan Mei 2014.
SMK Negeri 1 Kuningan terdiri dari dua kampus yaitu kampus 1 berlokasi di
1
Cigugur-Sukamulya dan kampus 2 berlokasi di Cigintung. Penulis
memilih
mengajar di kampus 1 dan mendapat kesempatan mengajar di kelas X, XI , XII
TPHP karena sesuai dengan program studi yang sedang ditempuh oleh penulis
selama berkuliah yaitu Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP).
Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dengan jalan
pendidikan tidak terlepas dari yang namanya tenaga pendidik atau sering kita
sebut dengan Jabatan Guru. Guru sebagai tenaga kependidikan yang bertugas di
lembaga pendidikan formal dituntut untuk bekerja secara profesional agar tujuan
pendidikan yang maksimal mampu menghasilkan peserta didik yang berkualitas
sehingga SDM yang akan terjun di dalam masyarakat memiliki kemampuan untuk
meningkatkan mutu kehidupan. Potensi tersebut tidak muncul begitu saja
melainkan harus diasah agar potensi tersebut muncul dari dalam diri manusia itu.
Berbagai cara dilakukan oleh manusia agar potensi yang dimilikinya dapat
muncul dan berkembang salah satu caranya adalah melalui pendidikan.
Suatu jabatan dikatakan profesional, kalau hanya pejabat yang
bersangkutan yang bisa melaksanakan tugas tersebut.Untuk menjadi seorang guru
yang profesional dibutuhkan pengetahuan tentang keguruan dan ilmu pendidikan
serta pengalaman lapangan di dunia pendidikan secara langsung. Melalui
pengalaman tersebut seorang guru diharapkan dapat melaksanakan tugasnya
dengan memperhatikan kondisi lapangan yang sesungguhnya dan mengamati
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Guru menurut UU No. 14 Tahun 2005 adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
2
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dengan adanya tuntutan seperti itu,
maka perguruan tinggi yang memiliki program kependidikan harus menciptakan
calon-calon guru sebaik mungkin. Perguruan tinggi harus menyiapkan calon-calon
guru yang kompeten dibidangnya. Kompetensi di sini adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai
oleh guru yang siap pakai sesuai dengan tuntutan zaman.
Program pengalaman lapangan yang dikenal sebgaia PPL merupakan salah
satu kegiatan UPI agar para mahasiswa (praktikan) mendapat pengalaman
kependidikan secara faktual di lapangan. Sehingga jika mahasiswa telah lulus dari
UPI mahasiswa siap menjadi seorang tenaga pendidik yang dibekali oleh
pengalaman. Pengalaman yang dimaksud meliputi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dalam profesi sebagai pendidik dan tenaga kependidikan serta
mampu menerapkannya dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, baik
di sekolah maupun di luar sekolah dengan penuh tanggung jawab (Panduan PPL,
2011:2).
Salah satu cara yang dilakukan perguruan tinggi adalah dengan
melaksanakan praktek mengajar bagi calon guru di lapangan. Program
Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah proses belajar
mengajar yang harus diselesaikan oleh seluruh mahasiswa program Kependidikan
Universitas Pendidikan Indonesia. Hal ini dilakukan dalam rangka mencoba
menerapkan dan mengaplikasikan segala ilmu dan keterampilan yang telah
mahasiswa dapatkan dalam bangku perkuliahan.
3
Selain untuk mempraktekkan teori tentang pembelajaran, PPL juga
merupakan sarana untuk menimba pengalaman, sehingga setelah menyelesaikan
pendidikan dari institusi, diharapkan dapat menjadi calon pengajar yang sekaligus
juga menjadi pendidik yang baik dan bertanggung jawab, berbakti kepada bangsa,
negara, dan agama. PPL merupakan sarana yang paling efektif untuk menimba
pengalaman menjadi seorang guru, karena pada kegiatan PPL sepenuhnya
mendapat bimbingan dan penyuluhan dari guru-guru khususnya guru senior yang
sudah berpengalaman.
Untuk menjadi seorang guru yang baik, tidak akan menempuh jalan lurus
tanpa cacat, tetapi untuk menjadi seorang guru yang baik akan menemukan
permasalahan-permasalahan. Begitu pula yang dialami dalam pelaksanaan
kegiatan PPL banyak sekali ditemukan permasalahan. Dengan ditemukannya
permasalahan-permasalahan bukan berarti bahwa kegiatan PPL itu telah gagal,
tetapi yang perlu diperhatikan bukan tidak bertemu dengan masalah atau
menghindar dari masalah yang sedang dihadapi, akan tetapi ketika dihadapkan
pada suatu permasalahan maka masalah tersebut berusaha untuk dipecahkan.
Masalah merupakan hal yang tidak bisa dicegah ataupun dihindari tapi
masalah harus kita hadapi karena semua orang yang sedang dalam suatu
perjalanan transisi hidupnya untuk menuju kearah yang lebih baik pasti akan
menemui berbagai masalah. Masalah merupakan sesuatu yang timbul karena
adanya tantangan, adanya kesaingan, ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal
fenomena, adanya kemenduaan arti, adanya halangan dan rintangan, adanya celah
baik itu antar kegiatan atau fenomena.
4
Dalam konteks pencapaian yang telah ditetapkan, PPL memiliki fungsi dan
peranan yang sangat strategis. Kegiatan PPL yang dilakukan mahasiswa pada
hakikatnya
melakukan
aktivitas
belajar
dengan
bekerja
pada
suatu
sekolah/lembaga pendidikan tertentu. Mahasiswa dalam melaksanakan PPL, tidak
hanya dituntut menggunakan pengetahuan dan keterampilan akademik yang
diperoleh melalui perkuliahan sesuai dengan tuntutan nyata dalam situasi kerja,
tetapi para mahasiswa juga dituntut untuk mendapat pengalaman mengajar secara
profesional serta mengintegrasikan pengalamannya itu ke dalam pola perilaku
dirinya sebagai pribadi yang efektif dan produktif. Dengan PPL, mahasiswa
diharapkan dapat mencapai kompetensi yang ditetapkan oleh setiap program
studinya masing-masing.
Program Pengalaman Lapangan (PPL) semester ganjil tahun ajaran
2014/2015 Universitas Pendidikan Indonesia dilaksanakan pada bulan September
2014 sampai dengan Desember 2014. Dimana lokasi PPL tersebar di sekolahsekolah lanjutan di Bandung dan diluar Bandung. Salah satu diantaranya adalah
SMK Negeri 1 Kuningan yang dijadikan tempat PPL.
Dalam pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) ini, praktikan
ditempatkan di SMK Negeri 1 Kuningan, yang berada di Jl. Sukamulya-Cigugur,
Kuningan. Selama melaksanakan kegiatan praktik kependidikan ini mulai dari
awal hingga akhir kegiatan, tentunya banyak kendala serta permasalahanpermasalahan yang dihadapi oleh praktikan. Untuk itu praktikan merumuskan
permasalahan-permasalahan tersebut selama di SMK Negeri 1 Kuningan sebagai
berikut :
5
A.
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan suatu bentuk
penjabaran atau perluasan dari kurikulum operasional GBHP. Seorang praktikan
diwajibkan untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum
melaksanakan penampilan lapangan. RPP yang dibuat akan membantu pendidik
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) merupakan beberapa rangkaian kegiatan dari persiapan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang efektif dan di dalamnya terkandung
program yang terperinci sehingga tujuan yang akan dicapai untuk menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar sudah terumuskan dengan jelas.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan skenario seorang pendidik
dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Sebelum mulai
mengajar para praktikan diwajibkan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan sebagai pegangan dasar dalam
mengajar sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan
keberhasilannya dapat diukur.
Untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), seorang guru
harus mengacu pada standar kompetensi tertentu yang telah diatur oleh Dinas
Pendidikan sehingga kompetensi yang diperoleh siswa pada jenjang tertentu
sesuai dengan apa yang diharapkan dalam Kurikulum 2013. Selain itu,
penyusunannya pun telah diatur dalam format tertentu yang memuat banyak aspek
antara lain:
6
Kompetensi Inti;
Kompetensi dasar dan Indikator;
Tujuan;
Materi pembelajaran;
Model, pendekatan dan metode pembelajaran;
Langkah-langkah pembelajaran;
Alat, media dan sumber pembelajaran;
Penilaian.
Dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ada
beberapa kendala yang dialami praktikan. Masalah-masalah tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Memilih metode pembelajaran yang menarik dan memotivasi siswa
untuk mengikuti pembelajaran yang juga mendukung ketercapaian
indikator;
2. Menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan metode dan
indikator yang telah disusun, serta disesuaikan dengan fasilitas yang ada
dikelas yang akan diajarkan;
3. Kesulitan dalam menyusun evaluasi yang akan diberikan di kelas yaitu
dalam memberikan penilaian yang baik dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta kemampuan siswa;
4. Praktikan kadang menemukan kesulitan dalam menentukan instrumen
tes pada siswa agar sesuai dengan standar kompetensi yang harus
dicapai, dan dipahami oleh peserta didik;
7
5. Menentukan pendekatan, strategi, dan metode terkadang masih bingung
sehingga perlu bimbingan dengan guru pamong;
6. Pencapaian target kemampuan siswa dalam menyerap materi yang telah
dirumuskan dalam tujuan yang telah dibuat;
7. Kesulitan merencanakan alokasi waktu untuk menyampaikan setiap
pokok bahasan ataupun sub bahasan agar tersampaikan dengan baik
dalam proses pembelajaran di kelas dan tepat waktu;
8. Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman praktikan dalam hal
penyusunan bahan pembelajaran.
9. Pada saat pertama datang ke SMKN 1 Kuningan diberi pengarahan
tentang pembuatan RPP. RPP yang diberikan masih belum tepat struktur
dan format penyusunannya. Namun praktikan mencoba membuat RPP
dengan struktur dan format yang diberikan, yang sbeenarnya praktika
masih merasa kebingungan harus mengacu kepada RPP yang mana.
10.
Seminggu sebelum ujian PPL, guru pamong praktikan di SMKN 1
Kuningan mendapat pelatihan dari Dinas Pendidikan untuk pengarhan
dan
penerapan
sistem
kurikulum
2013
(RPP,
Sintak,Metode
pembelajaran). Praktikan dan rekan praktikan seperjuangan lainnya
merasa kelberatan jika harus merombak dari awal RPP yang telah
dibuat (Praktikan sudah membuat dari RPP lebih dari 10). Maka dari itu
guru pamong hanya memberikan tugas untuk membuat 1 contoh RPP
berdasarkan kurikulum 2013 dan mengacu pada sintak pembelajaran
kurikulum 2013 yang sudah berlaku.
8
11.
RPP ujian yang harus diserahkan pada saat ujian PPL mengacu
pada kurikulum 2013. Praktikan memustuskan untuk mengikuti format
yang diberikan guru pamong yang sudah mengikuti penataran
kurikulum 2013. Karena guru pamong praktikan seedang mengikuti
penataran di Kota Cianjur dan kurang bisa untuk melakukan bimbingan
yang intensif. Praktikan merasa bingung namun tetap berusaha
menyesuaikan RPP kurikulum 2013 untuk bisa diterapkan di RPP ujian
dan RPP lainnya yang sudah dibuat.
B.
Proses Penampilan
Kegiatan pembelajaran yang dilaksananakan praktikan di dalam kelas
salah satunya meliputi penampilan praktikan pada saat menyampaikan materi ajar
pada siswa. Disini praktikan dituntut untuk bisa menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan serta tidak membosankan. Siswa merupakan
objek pembelajaran yang perlu diarahkan serta diberikan motivasi dalam
pelaksanaannya. Karena berdasarkan kurikulum 2013 guru harus membuat siswa
menjadi pusat pembelajaran untuk membuat suasana kelas yang hidup dan
terstruktur pembelajarannya. Sebelum pembelajaran dimulai praktikan sebagai
guru harus memeriksa kehadiran atau presensi dari siswa di kelas. Kemudian cek
kebersihan kelas supaya mendukung dalam sistem pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Disini juga praktikan dituntut untuk dapat melakukan kinerja
manajemen kelas yang baik. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai
komunikasikan, dan materi yang dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu
9
pengetahuan (common text book). Proses penampilan di kelas merupakan pola
interaksi antara guru dan siswa, pada hakekatnya adalah tercipta hubungan multi
arah antar guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Dalam
pelaksanaan PPL, penampilan penulis sebagai seorang guru menjadi salah satu
faktor yang ikut menentukan proses kegiatan belajar mengajar. Pada saat tampil di
depan kelas untuk memberikan materi kepada para siswa dibutuhkan kesiapan
yang matang.
Selama PPL, penulis mendapatkan tugas untuk menyampaikan materi pada:
1.
Teori Kejuruan Produktif TPHP (Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian) yaitu
pada Mata Pelajaran Dasar Pengolahan Hasil Pertanian dan Perikanan di
kelas X TPHP 1 dan X TPHP 2
2.
Mata Pelajaran Produksi Hasil Nabati di Kelas XI TPHP 1 dan XI TPHP 2
3.
Teori kejuruan produktif kelas XII TPHP 1 dan XII TPHP 2
Adapun jadwal mengajar selama PPL di SMK Negeri 1 Kuningan adalah sebagai
berikut:
Hari
Senin
Selasa
Jam
07.00-07.45
Keterangan
Upacara Bendera
07.50-12.00
Piket Guru
07.00 – 10.00
Kegiatan
Belajar
Mengajar
(KBM) kelas X TPHP 2
Rabu
10.15 – 14.45
07.00 – 14.00
KBM kelas X TPHP 1
KBM Bahasa Inggris
SMKN
1
di
KUNINGAN
10
kampus Cigintung (Kelas XII
Kamis
08.30 – 11.00
Agronomi 1 dan 2)
KBM kelas XI TPHP 1
Jumat
11.00 – 14.45
07.00-12.00
KBM kelas XI TPHP 2
Piket
Guru
dan
Sabtu
07.00 – 10.00
perpustakaan
KBM kelas XII TPHP 2
10.15 – 14.45
KBM kelas XII TPHP 1
Piket
Sebagai calon pendidik, praktikan berusaha menjadi teladan budi pekerti yang
baik bagi anak didiknya. Praktek keprofesian di kependidikan sangat dibutuhkan
bagi calon pendidik sebagai bekal untuk melatih penguasaan ilmu serta untuk
melatih emosi dalam menghadapi anak didiknya di kemudian hari sebagai calon
generasi penerus bapak dan ibu guru di sekolah.
Pada awal pelaksanaan PPL, praktikan banyak mendapatkan kesulitan. Hal
ini disebabkan kegiatan PPL merupakan kegiatan mengajar siswa yang pertama
kali dilaksanakan oleh praktikan. Suasana kelas yang gaduh dan keadaan siswa
yang masih kurang bisa diatur. Praktikan berusaha untuk menguasai kelas, ketika
siswa membuat gaduh di dalam kelas.
Dalam melakukan pembelajaran dikelas, pada awal pertemuan praktikan
PPL melakukan pengajaran di kelas X, XI, XII TPHP, masing-masing kelas TPHP
ada dua kelas. Selanjutnya praktikan melakukan kegiatan praktik mengajar di
kelas X, XI dan XII TPHP. Kegiatan praktikan di SMKN 1 KUNINGAN terbilang
cukup padat, karena dalam 1 tim hanya 4 praktikan dan harus membantu guru
pamong dalam kegiatan belajar mengajar. Kelas X dan XI sudah menggunakan
11
kurikulum 2013, sedangkan kelas untuk XII menggunakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk kelas X praktikan mengajar tentang dasar
pengolahan hasil pertanian. Kemudian untuk kelas XI praktikan mengajar tentang
produksi hasil nabati dan untuk kelas XII praktikan mengajar tentang teknik
pengolahan hasil pertanian.
Kesulitan yang dihadapi oleh Praktikan pada saat proses belajar mengajar
di kelas antara lain sebagai berikut :
1.
Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas merupakan serangkaian kegiatan guru yang bertujuan
untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses
pembelajaran yang kondusif dan maksimal. Pada awal pertemuan Praktikan
berkesempatan untuk melakukan observasi guna mengetahui kondisi dan
karakter tiap kelas yang akan dijadikan latihan belajar mengajar. Tetapi Pada
awal penampilan meskipun didampingi guru pamong, namun praktikan
sempat mengalami kesulitan dalam penguasaan kelas, mulai dari menertibkan
kelas, menarik perhatian siswa, menjalin komunikasi dengan siswa dan
memberikan materi kepada siswa.
2.
Kesulitan membagi perhatian kepada seluruh siswa secara merata.
Siswa merupakan objek yang perlu diberi perhatian dan pengarahan dengan
baik. Namun praktikan cukup kesulitan untuk memberikan perhatian kepada
seluruh siswa karena banyaknya jumlah siswa pada setiap kelasnya.
3.
Sosialisasi dengan siswa
Untuk sosialisasi dengan siswa, praktikan menghadapi kesulitan karena untuk
pertama kalinya berinteraksi dengan siswa. Nama – nama siswa yang banyak
12
dan baru pertama kalinya berinteraksi dengan siswa menjadi kendala. Namun
seiring dengan berjalannya waktu praktikan sudah bisa mulai beradaptasi.
4.
Alat/Bahan/Sumber Belajar
Media yang digunakan sudah sesuai dengan tuntutan standar kompetensi,
indikator, dan kondisi kelas. Namun, dalam pelaksanaanya media kurang
begitu digunakan secara optimal. Bahkan, sumber belajar yang terbatas di
SMK Negeri 1 Kuningan cukup menyulitkan praktikan untuk memberikan
materi yang maksimal, itu disebabkan karena modul di SMK Negeri 1
Kuningan masih terbatas, dan sumber belajar di internet pun demikian.
5.
Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
Proses KBM akan dikatakan sukses apabila terdapat interaksi dua arah
antara guru dengan siswa. Kondisi yang dihadapi selama PPL di SMK Negeri
1 Kuningan, memiliki karakter yang berbeda-beda pada setiap kelasnya.
Contohnya ketika praktikan mengajar di kelas X lebih mudah menguasai kelas
dan menjalin komunikasi dengan siswa dibandingkan mengajar di kelas XI
atau XII, yang kondisi kelas dan siswa nya sangat berbeda, dikarenakan kelas
XI dan XII sudah mulai berani dan tidak malu untuk menegur praktikan ketika
ada materi yang kurang tepat untuk disampaikan. Sehingga, membuat mental
praktikan teruji dan menjadi pengalaman dan pelajaran untuk praktikan.
6.
Emosi praktikan dan siswa
Seorang guru harus mempelajari kondisi psikologi siswa yang sedang
dijadikan objek pembelajaran baginya. Praktikan menemukan perbedaan yang
menonjol disetiap jenjang kelas pada saat kegiatan belajar mengajar. Untuk
13
kelas X, kondisi sifat siswa cenderung masih bisa dikelola oleh praktikan.
Sikap patuh dan disiplin untuk kelas X masih sangat baik, namun hanya
sedikit manja dan masih perlu bimbingan yang intensif dari praktikan.
Terkadang praktikan merasa cukup lelah dan harus bersabar untuk
menghadapi kelas X untuk saat pembelajaran dan yang terutama pada saat
praktikum. Karena pengetahuan dan pengalaman kelas X yang masih minim
menjadi suatu tantangan untuk melatih emosi kesabaran praktikan. Namun
praktikan menilai kelas X emosinya ternilai baik. Kemudian untuk kelas XI
praktikan menemukan kecenderungan sikap yang berbeda. Yaitu kelas XI
sudah
bermunculan
sikap
pemalas,
lebih
cenderung
mementingkan
ekstrakulikuler, dan sikap pembangkang. Praktikan terkadang merasa jenuh
dan marah ketika sikap yang seperti itu bermunculan. Merasa siswa sulit
diatur maka praktikan berusahan meningkatkan kemampuan pengelolaan kelas
dan selalu disiplin unutk saat pembelajaran.
SND
7.
Pengaturan volume suara
Untuk mencapai interaksi belajar mengajar tentu perlu adanya
komunikasi yang jelas antara guru (pengajar) dengan siswa (pelajar),
sehingga terpadunya dua kegiatan belajar yang berdaya guna dalam mencapai
tujuan pengajaran. Beberapa jenis komunikasi yang dapat digunakan untuk
mengembangkan interaksi yang dinamis antara guru dengan siswa,
14
diantaranya komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi.
Yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara
siswa yang satu dengan siswa lainnya. Proses belajar mengajar pada pola
komunikasi ini mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan
kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif.
Terkadang suara siswa yang banyak mengalahkan suarau guru yang hanya
satu orang, praktikan kesulitan ketika sedang menerangkan materi, ketika ada
topik yang menarik siswa langsung ramai membicarakan topik tersebut,
sehingga menyulitkan guru untuk melanjutkan materi ajarnya lagi.
Berbicara di depan kelas untuk menyampaikan suatu materi pelajaran
sangat berbeda dengan berbicara di forum diskusi atau forum lainnya, selain
itu kondisi dan karakter ruang serta tempat yang berbeda memiliki
kecenderungan untuk melakukan penyesuaian dalam menentukan intensitas
dan tingkat intonasi rendah dan tingginya suara. Audien dalam hal ini adalah
siswa, turut memberikan andil dalam pengaturan intonasi. Masalah volume
suara sering dialami pada jam akhir. Pengaturan suara pada suasana yang
tidak kondusif akan berbeda dengan keadaan yang tenang dan tertib, kondisi
itulah yang kemudian dalam proses kegiatan belajar mengajar. Praktikan yang
tidak memiliki suara cukup keras akan seolah berteriak-teriak padahal
kenyataanya tidak demikian walau demikian tetap saja suara praktikan belum
dapat terdengar oleh seluruh siswa.
C.
Bimbingan Belajar / Kegiatan Ekstrakurikuler
15
Pendidik dalam hal ini guru yang baik harus aktif di segala bidang bukan
hanya dalam bidang akademik saja tetapi di luar akademik pun guru harus aktif.
Dewasa ini perkembangan dunia pendidik yang pesat mendorong sekolah untuk
berprestasi dalam berbagai bidang baik akademik maupun non akademik, atas
dorongan tersebut pihak sekolah memberikan kemudahan serta menyediakan
fasilitas bagi kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Siswa diberikan fasilitas untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Khusunya di SMK Negeri 1
Kuningan, selama PPL di sana penulis dapat melihat bahwa sekolah benar-benar
memberikan ruang bagi perkembangan potensi siswanya. Banyak kegiatan
ekstrakurikuler yang diadakan, seringnya pihak sekolah mendorong siswanya
untuk mengikuti berbagai lomba baik itu akademik maupun non akademik.
Praktikan
berusahan
berperan
secara
maksimal
dalam
kegiatan
ekstrakurikuler, meskipun praktikan mempunyai jadwal yang cukup padat untuk
mengajar. Tetapi beberapa kali praktikan rutin mengikuti atau membimbing
kegiatan ekstrakurikuler ketika ada waktu luang. Praktikan menghadiri kegiatan
pramuka di hari jum’at, ekstrakulikuler ini diikuti oleh kelas X dan XI SMK
Negeri 1 Kuningan. Kemudian praktik memberi pelatihan bahasa inggris kepada
mereka yang ingin mempunyai kemampuan lebih berbahasa inggris.
Kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di SMK Negeri 1 Kuningan adalah
sebagai berikut:
1. Pramuka
2. PMR
3. Futsal
16
4. Gamelan
5. Padus
6. Marching Band
7. Pecinta Alam
8. Remaja Masjid
9. Bima Suci
Paskibra
adalah
ekstrakulikuler
yang
sering
praktikan
ikuti
dibandingkan dengan ekstrakulikuler yang lain. Karena praktikan mempunyai
pengalaman pernah mengikuti paskibra dan menjadi pengibar bendera pusaka.
Praktikan tak hentinya memberikan semnagta dan motivasi kepada anggota
paskibra, bahwasannya apa yang mereka lakukan sekarang akan ada hasilnya di
kemudian hari. Karena sikap disiplin dan tegas yang dididik di paskibra akan
berdampak pada pribadi sendiri yang terlihat tegas dan berani.
Pada saat PPL mahasiswa dituntut untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
ekstrakulikuler tersebut, akan tetapi ada beberapa masalah diantaranya adalah
kurang koordinasi dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh praktikan, di mana
praktikan harus lebih konsentrasi dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran.
D.
Partisipasi Dalam Kehidupan Sekolah
Kegiatan lain yang praktikan ikuti selain apa yang diuraikan sebelumnya
adalah partisipasi langsung praktikan terhadap kegiatan sekolah, dan kegiatankegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
17
1. Mengikuti kegiatan upacara bendera setiap hari senin pagi yang rutin
dilaksanakan dan wajib diikuti oleh seluruh siswa-siswi, praktikan
Program Pengalaman Latihan (PPL) dan guru di SMK Negeri 1
Kuningan.
2. Melaksanakan piket guru
Piket merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan untuk menunjang
terlaksananya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Praktikan mendapat
jadwal piket pada hari Senin, dari pukul 07.00 – 12.00 WIB. Adapun
yang harus dilakukan oleh guru piket adalah:
Menindak siswa yang terlambat datang ke sekolah
Merekapitulasi data siswa yang melakukan pelanggaran.
Melayani siswa, membuat surat ijin masuk karena datang terlambat,
maupun membuat surat ijin keluar atau ada kepentingan lain.
Menerima tamu yang mempunyai kepentingan terhadap sekolah,
siswa, maupun guru.
Mengawasi kelas yang kosong (gurunya tidak datang atau belum
datang) supaya siswa tidak ribut.
Dan beberapa tugas teknis lainnya yang bersifat kondisional yang
sekiranya dapat dilakukan untuk mendukung kelancaran aktivitas
belajar mengajar.
3. Menggantikan guru yang tidak hadir.
4. Memberikan Bimbingan Konseling kepada siswa yang bermasalah.
18
5. Memberikan bimbingan dan ikut serta dalam ekstrakulikuler Paskibra, dan
marching band.
6. Mengajar di SMK Negeri 1 Kuningan Kampus Cigintung di kelas XII
Agronomi 1 dan 2. Praktikan diberi kesempatan oleh guru bahasa inggris
untuk mengembangkan kemampuan bahasa inggris dan mengajar siswa
kelas XII.
E.
Proses Bimbingan
Proses bimbingan adalah proses yang dilakukan antara praktikan dengan
dosen Pembimbing yang ditetapkan oleh Divisi P2JK Program Pengalaman
Lapangan (PPL), Guru Pamong yang ada di sekolah ketika mengalami kendala
atau kesulitan dalam melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Proses
bimbingan ini juga sangat penting terhadap keberhasilan program PPL yang
dilaksanakan, karena dengan adanya bimbingan dan pengarahan menjadi sebuah
masukan bagi praktikan dalam pelaksanaan program PPL tersebut.
1. Guru Pamong PPL
Selama proses bimbingan dengan Guru Pamong PPL, yaitu Bapak Drs.
Tatang Sastrawijaya Putra tidak ada hambatan atau masalah yang berarti. Hal
ini karena koordinasi dan proses komunikasi dengan Guru Pamong PPL
terjalin sangat baik dan saling terbuka dengan praktikan. Adapun hambatan
yang dirasakan oleh praktikan pada awal pembuatan RPP yang tidak sesuai
dengan RPP pihak sekolah oleh karena itu Guru Pamong PPL menyarankan
19
untuk membuat RPP sesuai dengan yang ada disekolah. Selain itu, Guru
Pamong PPL selalu membimbing dan mengarahkan praktikan mulai dari
pembuatan RPP sampai pada penampilan mengajar praktikan seperti cara
menghadapi siswa saat pengajaran.
Mendapat guru pamong PPL yang tegas dan aktif dalam setiap event
pembelajaran yang bertujuan untuk mendapatkan kelayakan sistem KBM
untuk siswa/I TPHP SMKN 1 Kuningan, praktikan merasa beruntung. Namun
praktikan merasa kebingungan pada saat seminggu sebelum Ujian PPL guru
pamong memberikan format RPP kurikulum 2013 yang terbaru. Sementara itu
guru pamong PPL tidak ada disekolah selama seminggu sebelum ujian PPL.
Konsultasi dan bimbingan mulai terhambat, namun praktikan berusaha
menyelesaikan seluruh administrasi untuk ujian PPL sendiri.
Lancarnya proses bimbingan yang dilakukan dengan Guru Pamong
PPL ini tidak terlepas dari sikap responsif dan keterbukaan dari Guru Pamong
PPL dalam hal menanggapi pendapat praktikan dan dalam memberikan saransaran kepada praktikan. Dari proses bimbingan tersebut banyak masukan yang
diterima praktikan selama menjalankan proses PPL diantaranya:
a.
Konsultasi penyusunan perangkat administrasi.
b.
Konsultasi penyusunan RPP.
c.
Konsultasi pembuatan media pembelajaran siswa.
d.
Konsultasi pembuatan soal ulangan.
e.
Konsultasi penilaian siswa.
f.
Konsultasi tentang penjadwalan pelaksanaan ujian PPL.
20
g.
Konsultasi tentang permasalahan yang ada di kelas.
2. Dosen Pembimbing PPL.
Dosen Pembimbing PPL adalah dosen pembimbing dari pihak
Universitas. Proses bimbingan dengan Dosen Pembimbing yaitu Ibu Dr. Sri
Handayani, M.Pd. tidak terlalu intensif. Hal ini terjadi karena jarak antara
Bandung - Kuningan yang sangat jauh menjadi penghambat, oleh karena itu
bimbingan dilakukan menggunakan alat komunikasi handphone, ataupun
bimbingan melalui email. Proses bimbingan dengan dosen tetap PPL
terkadang agak sulit untuk mencari waktu yang tepat. Namun, dosen tetap PPL
tetap berusaha untuk meluangkan waktunya dalam melaksanakan proses
bimbingan kepada praktikan secara optimal. Dengan itu, bimbingan tetap
berjalan lancar sampai Dosen Pembimbing melakukan monev dan sampai
ujian PPL berlangsung.
3. Supervisor
Adalah seseorang yang bertanggung jawab atas keberadaan mahasiswa
praktikan di suatu sekolah. Proses bimbingan dengan supervisor hanya diawal
pertemuan saja untuk membahas masalah teknis pelaksanaan PPL. Beliau
tidak hanya mengurus mahasiswa praktikan di satu sekolah, tetapi di beberapa
sekolah, sehingga kemungkinan untuk bertemu beliau sangat kecil, dengan
demikian jelas mengetahui tentang tugas beliau akan terhambat.
21
BAB II
FAKTOR PENYEBAB DARI MASALAH YANG DIALAMI
A.
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Banyak sekali faktor-faktor penyebab permasalahan yang dihadapi ketika
pembuatan RPP di SMK Negeri 1 Kuningan. Permasalahan tersebut diantaranya
karena kekurangsiapan antara teori yang diperoleh praktikan selama di kampus
dengan di lapangan, ataupun antara teori dengan kenyataan. Kesulitan ini terutama
dalam hal administrasi atau tata cara pengembangan penyusunan RPP. Faktor lain
22
yang menyebabkan masalah yang berkenaan dengan penyususunan skenario
pembelajaran adalah kurangnya kemampuan dalam perkiraan waktu sehingga
terkadang tidak sesuai dengan skernario selain faktor tersebut, terdapat faktor lain
yang menghambat praktikan dalam menyusun RPP adalah sebagai berikut:
1.
Kesulitan dalam menentukan metode, pendekatan dan model pembelajaran
yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan setiap kelas
mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga diperlukan sebuah perlakuan
khusus dengan memilih metode dan pembelajaran yang berbeda-beda. Masalah
bertambah lagi ketika beberapa metode yang telah diketahui penulis dari
perkuliahan terkadang tidak sesuai ketika diterapkan di kelas.
2.
Kurangnya kemampuan dalam perkiraan alokasi waktu sehingga terkadang
tidak sesuai dengan skenario yang telah direncanakan, sehingga terkadang
membuat praktikan harus bekerjaran dengan waktu yang disediakan agar materi
yang akan disampaikan terpenuhi atau terkadang waktu pelajaran belum habis
tetapi praktikan sudah kehabisan materi ajar, sehingga praktikan harus pintarpintar menyiasatinya dengan memberikan motivasi, cerita pengalaman praktikan.
3. Karena situasi dan karakter kelas berbeda-beda, praktikan mengalami sedikit
kendala dalam memilih strategi dan model pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan karekter siswa dalam kelas tersebut. Perbedaan tersebut terlihat ketika
praktikan mengajar kelas X dengan kelas XI dan XII, jika kelas X praktikan tidak
terlalu sulit untuk menguasai kelas, sebaliknya berbeda dengan kondisi kelas XI
dan XII praktikan cukup kesulitan menguasai kelas.
4 Karakteristik dan kondisi kelas yang bervariatif menyebabkan praktikan
kesulitan dalam menentukan metode dan media belajar. Karena setiap kelas
23
memiliki karakter kelas yang berbeda, ada yang mudah untuk dikendalikan dan
ada juga yang sulit untuk dikendalikan membuat praktikan kesulitan menentukan
metode dan media pada saat pengajaran di kelas. Disini dilatih kestabilan emosi
dari praktikan dan melatih kemampuan praktikan untuk mengelola suasana kelas
supaya tercipta kenyamanan dan kebahagiaan disamping keseriusan belajar.
Karena siswa cenderung bosan dan mengantuk jika diberi pelajaran yang serius
dan monoton. Praktikan perlu melatih softskill dan berfikir metode yang baik untu
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5. Kurangnya pengalaman dan masih perlu banyak belajar dalam menyusun
rencana pembelajaran dengan metode yang sesuai dan efektif sesuai dengan
kompetensi yang diajarkan.
Hal ini disebabkan penulis belum memiliki banyak pengalaman dalam
melakukan pembelajaran di kelas dan belum dapat menyesuaikan dengan kegiatan
mengajar selama 1 semester di SMK Negeri 1 Kuningan sehingga belum tahu
berapa banyak waktu yang efektif yang dapat digunakan.
B. Proses Penampilan
Adapun beberapa faktor-faktor yang menjadi penyebab dari masalah di
dalam proses penampilan yang dialami oleh praktikan diantaranya:
1.
Faktor dari praktikan
Keterampilan
Keterampilan praktikan dalam menguasai kelas dan menguasai materi
sangat penting sekali. Hal yang dialami praktikan selama ini dalam
24
proses penampilan di dalam kelas adalah keterampilan mengelola kelas
yang masih kurang. Praktikan terkadang sulit menghentikan siswasiswa yang mengobrol atau ribut ketika proses belajar mengajar sedang
berlangsung. Oleh karena itu kemampuan praktikan dalam menguasai
kelas harus terus diperbaiki, khususnya pada saat jam terakhir pelajaran.
Motivasi
Motivasi praktikan selama kegiatan PPL ini mengalami pasang surut.
Terkadang praktikan merasa sangat semangat tetapi kadang merasa
kurang semangat. Banyak faktor yang menyebabkan praktikan kurang
semangat baik itu dari faktor internal praktikan sendiri maupun dari
faktor eksternal. Dari internal yaitu motivasi mengajar dari praktikan
sendiri yang terkadang naik turun. Sedangkan faktor eksternal misalnya
yang berhubungan dengan lingkungan sekolah atau yang lainnya.
Pengalaman
Kurangnya pengalaman yang dimiliki oleh praktikan dalam berhadapan
dengan siswa di dalam kelas, sehingga pada penampilan pertama kali di
depan siswa praktikan sedikit gugup, terkadang juga banyak materi
yang lupa tersampaikan, sehingga materi tidak tersampaikan dengan
maksimal.
2.
Faktor Siswa
-
Selain faktor dari praktikan, salah satu penyebab munculnya
masalah adalah dari siswa. Ada beberapa siswa kurang menghargai
praktikan yang menurut mereka masih muda dengan jarak umur
25
yang tidak begitu jauh. Oleh karena itu, tindakan yang dilakukan
siswa di dalam kelas pun cenderung kurang terkondisikan dan ada
diantara mereka yang bersikap manja pada praktikan. Kesulitan
dalam menghadapi sikap siswa yang membuat kegaduhan di kelas.
hal ini terjadi karena praktikan sebagai guru pengganti. Di kelas ini
praktikan belum mengenal karakter siswa sehingga metode yang
-
sering diajarkan adalah ekspositiri.
Pada hal menyampaikan materi, praktikan kesulitan dalam
memberikan ilustrasi/contoh-contoh yang dapat mempermudah
penyerapan materi oleh siswa. Kesulitan ini karena pengetahuan
praktikan yang terbatas, dan seringkali mengambil contoh/ilustrasi
yang hanya terpaku dari satu buku sumber. Kurang sesuainya
praktek dengan RPP, kadang-kadang apa yang sudah direncanakan
dalam RPP, tidak bisa sepenuhnya dilaksanakan dalam proses
belajar mengajar karena banyak faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya karena kekurangaktifan siswa sebagaimana yang
diharapkan.
-
Pembelajaran secara berkelompok dirasa kurang efektif sehingga
dibutuhkan waktu untuk mengulang pembelajaran. Hal ini
disebabkan kurangnya rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas
yang diberikan yang menyebakan perbedaan yang mencolok anatar
siswa yang sudah mengerti dan siswa yang belum mengerti.
C. Bimbingan Belajar/Ekstrakurikuler
26
Kurang maksimalnya praktikan dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler,
lebih didasari oleh padatnya kegiatan akademik yang dilakukan praktikan dalam
melaksanakan kegiatan PPL dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh praktikan.
Namun
beberapa
kali
praktikan
mengikuti
dan membimbing
kegiatan
ekstakurikuler seperti Pramuka yang kebetulan jadwalnya tidak bentrok dengan
kegiatan akademik di sekolah dan tidak mengganggu jadwal praktikan saat
mengajar.
Berkaitan dengan masalah yang dialami praktikan, dapat dikemukakan
faktor penyebab timbulnya masalah-masalah tersebut, yaitu:
1.
Kendala waktu praktikan dengan jadwal ekstrakurikuler menjadi
kendala utama.
2.
Kurangnya berkoordinasi dengan para pengurus ektrakurikuler.
3.
Keterbatasan kemampuan yang dimiliki praktikan sehingga tidak
semua kegiatan ekstrakurikuler dapat berperan aktif.
D.
Partisipasi Dalam Kehidupan Sekolah
Di SMK Negeri 1 Kuningan, praktikan tidak memiliki ruangan khusus
PPL. Praktikan menyebar karena sudah ditugaskan masing-masing individu, ada
yang di ruang BK, ada yang bertugas piket, ada yang bertugas di tempat produksi
roti, dan juga ada yang mengajar.
Dalam rangka berpartisipasi terhadap segala kegiatan sekolah, praktikan
secara otomatis pada saat melakukan praktek menjadi bagian yang tidak terpisah
27
dengan komponen sekolah lainnya, hanya saja ada kesulitan-kesulitan anntara
lain:
1. Upacara Bendera
Upacara bendera dilaksanakan setiap hari senin dimulai pukul 07.00 WIB
sampai dengan selesai. Peserta upacara yaitu para siswa, para guru dan
staf, termasuk praktikan PPL dari UPI. Tidak ada permasalahan yang
berarti pada saat mengikuti jadwal upacara. Praktikan sudah bisa
menyesuaikan mengikuti upacara bendera.
2. Piket Utama
Permasalahan yang terjadi pada piket utama biasanya praktikan malas
berada di tempat piket yaitu di ruang guru, biasanya praktikan perempuan,
sehingga piket utama biasanya dipindahkan ke ruang BK karena agar bisa
mengobrol dengan praktikan lain. Tidak adanya charger laptop di ruang
guru untuk mengerjakan tugas pokok di SMKN 1 Kuningan. Maka dari itu
praktikan lebih memilih piket di ruangan BK sambil mengerjakan tugas
lainnya.
E.
Proses Bimbingan
1. Guru Pamong PPL
Praktikan merasa tidak menemukan faktor penghambat yang
berarti dalam proses bimbingan dengan Guru Pamong, karena Guru
Pamong
sangat
membantu
praktikan
dalam
pembangunan
dan
pengembangan kemampuan dan kepercayaan diri praktikan dan selalu
28
memberikan kritikan yang bersifat membangun dan masukan yang dapat
meningkatkan kemapuan dari praktikan itu sendiri.
Diberi guru pamong yang cukup tegas dan rajin, membuat
praktikan mencontoh apa yang diperkenalkan dan dieperbuat beliau. Dari
sikap yang dicerminkan oleh beliau kepada siswa. Kemudian cara
bersosialisasi dengan siswa, cara mengajar guru di kelas. Dalam kelas
maupun luar kelas guru pamong memberikan contoh sikap disiplin yang
tinggi. Sehingga melatih praktikan mempunyai sikap yang sedemikian
rupa. Ini merupakan pelajaran berharga yang praktikan dapat dari seorang
guru pamong.
2. Dosen Pembimbing PPL
Faktor
penyebab
terhambatnya
bimbingan
dengan
Dosen
Pembimbing PPL tidak terlalu intensif. Hal ini terjadi karena jarak antara
Bandung - Kuningan yang sangat jauh menjadi penghambat, oleh karena
itu bimbingan dilakukan menggunakan alat komunikasi handphone,
ataupun bimbingan melalui email. Dengan itu, bimbingan tetap berjalan
lancer sampai Dosen Pembimbing melakukan monev dan sampai ujian
PPL berlangsung.
3. Dengan Supervisor
Proses bimbingan dengan supervisor hanya diawal pertemuan saja
untuk membahas masalah teknis pelaksanaan PPL. Beliau tidak hanya
mengurus mahasiswa praktikan di satu sekolah, tetapi di beberapa sekolah,
29
sehingga kemungkinan untuk bertemu beliau sangat kecil, dengan
demikian jelas mengetahui tentang tugas beliau akan terhambat.
BAB III
UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH
Didalam menghadapi setiap permasalahan, praktikan selalu berupaya
secara optimal dalam memecahkan masalah. Adapun upaya penanggulangan
masalah yang dilakukan praktikan diantaranya :
A.
Penyusunan Rencana Pembelajaran
Penulis telah mengungkapkan permasalahan yang muncul dalam
penyusunan RPP pada bab sebelumnya. Upaya yang penulis lakukan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah mengkonsultasikan dengan dosen luar
30
biasa dan berdiskusi dengan teman sesame praktikan se-jurusan mengenai
materi dan RPP sebelum penampilan di kelas, maupun mengenai metode
yang tepat untuk diberikan kepada siswa. Dengan demikian masalah yang
dihadapi dapat teratasi dengan baik. Dengan berkonsultasi pada dosen luar
biasa, penulis lebih tahu bagaimana kondisi siswa di setiap kelasnya,
sehingga baik itu metode maupun alat evaluasi yang digunakan dapat
sesuai dengan kondisi kelas.
Selain itu dengan melakukan banyak bimbingan kepada dosen luar
biasa, penulis pun jadi tahu alokasi waktu yang tepat, kapan beberapa
pokok bahasan harus diberikan sekaligus, dan sebagainya sehingga semua
materi dapat disampaikan seluruhnya dengan tepat waktu.
Maka dari itu praktikan mengambil tindakan untuk memecahkan
masalah yang terjadi dalam penyususnan RPP seperti:
1. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu dengan cara melakukan
konsultasi dengan guru pamong PPL baik sebelum proses penampilan
kelas maupun setelah penampilan kelas. Dari sanalah praktikan dapat
mengambil evaluasi bagaimana cara menyususun RPP yang sesuai
dengan kondisi di lapangan.
2. Jika ada perubahan yang tiba-tiba seperti penyesuaian materi dan
waktu yang tersedia, praktikan berupaya memilih media yang tepat dan
efektif serta didukung dengan alat bantu seperti media pembelajaran
sehingga dapat membantu dan mempermudah praktikan dalam
menyampaikan bahan ajar.
31
3. Selalu melakukan komunikasi dan diskusi dengan rekan praktikan
yang lain dalam bertukar ide dan informasi dalam memilih media dan
strategi mengajar, dan bertukar pengalaman tentang kondisi dan
karakter kelas.
B.
Proses Penampilan
Beberapa faktor penyebab munculnya masalah/kesulitan dalam proses
penampilan praktikan di kelas adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan Membuka Pelajaran
Dalam membuka pembelajaran, praktikan sering mengalami gangguan,
misalnya ketika guru praktikan masuk kelas belum semuanya siswa
masuk kelas dan ketika guru mulai membuka pelajaran ada siswa yang
baru masuk, sehingga menyebabkan terganggunya pembelajaran. Hal
ini sangat mengganggu konsentrasi praktikan, sehingga ada beberapa
hal di awal pembelajaran tidak tersampaikan.
2. Sikap Praktikan Dalam Proses Pembelajaran
a. Pengaturan Tempo Berbicara
Praktikan terkadang menerangkan materi terlalu cepat, hal ini
disebabkan praktikan alokasi waktu yang terkadang tidak mencukupi
sedangkan materi yang harus disampaikan masih banyak. Terkadang
juga sebaliknya praktikan terlalu cepat menyampaikan materi,
sementara materi yang diajarkan sedikit sehingga durasi waktu banyak
32
tersisa dan praktikan kebingungan dengan pengajaran apalagi yang
harus disampaikan.
b. Bahasa
Dalam menyampaikan suatu materi, terkadang bahasa yang digunakan
sering kali tidak dimengerti oleh siswa. Hal ini disebabkan karena
praktikan terbiasa melakukan presentasi kuliah di kampus dengan
sesama teman mahasiswa maupun dosen sehingga bahasa yang
digunakan terlalu tinggi apabila bahasa tersebut digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dan tidak akan tepat
sasaran serta tidak komunikatif. Apalagi dalam pelajaran TPHP banyak
istilah-istilah yang asing yang mungkin baru dijumpai siswa di SMK
Negeri 1 Kuningan. Campuran bahasa Sunda dan bahasa Indonesia
juga sering menjadi kendala praktikan, terkadang praktikan nyaman
menggunakan bahasa Sunda dan kadang juga diselingi dengan bahasa
Indonesia.
c. Komunikasi dengan siswa
Komunikasi dalam penyampaian materi kadang-kadang bersifat satu
arah atau tidak ada umpan balik (feed back) dari siswa. Hal ini
disebabkan karena kurangnya siswa menguasai materi yang diajarkan,
baik itu dikarenakan kurang membaca maupun kurangnya keaktifan
siswa selama proses KBM. Dalam kurikulum 2013 seharusnya siswa
lebih aktif dan guru hanya memberikan sedikit materi lalu siswa harus
33
menggali lebih jauh, tetapi kenyataannya terbalik dengan yang
praktikan alami pada saat pengajaran di kelas.
d. Penguasaan Materi Pelajaran
Dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa SMK, praktikan
mengalami kesulitan ketika menyampaikan suatu materi atau konsep
dalam bentuk penggambaran atau ilustrasi. Sehingga konsep-konsep
yang diajarkan kepada siswa sering susah dimengerti oleh siswa.
e. Implementasi Langkah-Langkah Pembelajaran (Skenario)
Langkah-langkah pembelajarn yang telah disusun dalam RPP sering
tidak sesuai ketika dalam pembelajaran, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, misalnya pengaturan alokasi waktu yang kurang
cermat, sumber belajar yang kurang karena mata pelajaran TPHP
masih kurang atau jarang ditemukan di buku dan di internet.
f. Pengelolaan Kelas
Pada saat pelajaran akan di mulai, guru harus dapat menguasai kelas.
Tetapi terkadang hal tersebut sulit untuk dilakukan karena kurangnya
kewibawaan praktikan dengan guru mata pelajaran tetapnya di mata
para siswa mengakibatkan penguasaan kelas menjadi kurang terkontrol
bahkan mengakibatkan kej
KEPENDIDIKAN
DI SMK NEGERI 1 KUNINGAN
SEMESTER GANJIL TAHUN 2014/2015
Oleh:
ESSA ANNISA SYADIAH
1103033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
DIVISI PENDIDIKAN PROFESI DAN JASA KEPROFESIAN
DIREKTORAT AKADEMIK
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
LAPORAN INDIVIDUAL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)
KEPENDIDIKAN
DI SMK NEGERI 1 KUNINGAN
SEMESTER GANJIL TAHUN 2014/2015
Menyetujui:
Dosen Pembimbing PPL,
Guru Pamong PPL,
Dr. Sri Handayani, M.Pd
( Drs. Tatang Sastrawijaya Putra )
NIP : 19660301997032001
NIP. 196211071985111009
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Segala puji syukur praktikan panjatkan kepada sang pemberi rahmat
seluruh alam, Allah SWT atas petunjuk yang diberikannya sehingga praktikan
pada akirnya dapat menyelesaikan serangkaian kegiatan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) dengan baik di SMK Negeri 1 Kuningan
Laporan ini disusun berdasarkan pada semua kegiatan yang telah penulis
lakukan selama kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 1
Kuningan. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk membekali para calon pendidik
dengan pengetahuan dan pengalaman kependidikan praktis sebagai usaha untuk
membentuk mahaiswa sebagai calon pendidik menjadi guru yang profesional, dan
siap menghadapi tantangan setelah terjun ke lapangan.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dan memberi dukungan dalam menyelesaikan laporan
Progam Pengalaman Lapangan (PPL) ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Allah SWT beserta Nabi Besar Muhammad SAW.
2. Orangtua dan Keluarga yang selalu memberikan bantuan baik secara moril
maupun materil.
3. Ibu DR. Sri Handayani, M.Pd selaku dosen Pembimbing PPL atas segala
bimbingan dan perhatiannya.
4. Bapak Drs. Tatang Sastrawijaya Putra selaku Guru Pamong PPL yang
senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan dan kelancaran praktikan
1
dalam melaksanakan berbagai kegiatan selama berlangsungnya PPL di
SMKN 1 Kuningan.
5. Bapak Didin Wahyudin, S.P selaku Koordinator PPL di SMK Negeri 1
Kuningan.
6. Bapak Drs. H. Tarmidi, M.Pd selaku kepala sekolah SMK Negeri 1
Kuningan yang telah memberikan izin pelaksanaan PPL di sekolahnya.
7. Seluruh wakil kepala sekolah, guru, dan staff tata usaha beserta seluruh
civitas akademika SMK Negeri 1 Kuningan.
8. Seluruh siswa/siswi SMK Negeri 1 Kuningan, terutama Jurusan TPHP
(Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian).
9. Rekan PPL program studi pendidikan teknologi agroindustri seperjuangan
Shella Maulida, Nurul Novia Agustin, dan Yeni Agustina. Merantau di
kota lain selama 3 bulan lamanya, berbagi sedih senang bersama.
10. Semua Pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga kebaikan
semua pihak dibalas dengan balasan yang setimpal oleh Allah SWT.
Kuningan, November 2014
2
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I MASALAH-MASALAH YANG DIALAMI SELAMA
PELAKSANAAN PPL............................................................................... 1
A. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).......... 1
B. Proses Penampilan.................................................................... 7
C. BimbinganBelajar/EkstraKulikuler........................................... 11
D. Partisipasi dalam Kehidupan Sekolah....................................... 12
E. Proses Bimbingan...................................................................... 13
BAB II FAKTOR PENYEBAB DARI MASALAH YANG DIALAMI.
A. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).......... 16
B. Proses Penampilan.................................................................... 17
C. Bimbingan Belajar/EkstraKulikuler.......................................... 19
D. Partisipasi dalam Kehidupan Sekolah....................................... 20
E. Proses Bimbingan...................................................................... 21
BAB III UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH............................
A. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).......... 22
B. Proses Penampilan.................................................................... 23
C. BimbinganBelajar/EkstraKulikuler........................................... 26
D. PartisipasidalamKehidupanSekolah.......................................... 26
E. Proses Bimbingan...................................................................... 27
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..................................................
A. Kesimpulan............................................................................... 29
B. Saran.......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
3
BAB I
MASALAH-MASALAH YANG DIALAMI SELAMA PELAKSANAAN
PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) KEPENDIDIKAN
DI SMK NEGERI 1 KUNINGAN
Program Pelatihan Lapangan merupakan salah satu mata kuliah yang termasuk
kelompok mata kuliah profesi pada program studi kependidikan bertujuan untuk
mengembangkan profesi kependidikan. Dalam onteks pencapaian kompetensi
yang telah ditetapkan, PPL memiliki fungsi dan peran. Kegiatan PPL yang
dilakukan mahasiswa pada hakekatnya melakukan aktivitas belajar dengan
mengabdi pada suatu sekolah atau lembaga pendidikan tertentu. Para mahasiswa
dalam melaksanakan kegiatan PPL, tidak hanya dituntut menggunakan
pengetahuan dan keterampilan akademik yang telah diperoleh melalui perkuliahan
sesuai dengan tuntutan nyata dalam situasi dunia kerja, tetapi para mahasiswa
dituntut pula mendapatkan pengalaman belajar mengajar serta mengintegrasikan
pengalamannya itu ke dalam pola perilakunya dirinya sebagai pribadi yang efektif
dan produkstif. Dengan PPL, para praktikan atau mahasiswa diharapkan dapat
mencapai kompetensi yang ditetapkan oleh setiap program studinya masingmasing.
Penulis melaksanakan kegiatan PPL di SMK Negeri 1 Kuningan yang
berlokasi di Jl. Raya Sukamulya-Cigugur Kuningan. Kegiatan PPL Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dilaksanakan pada semester ganjil tahun
ajaran 2013/2014 yaitu pada awal bulan Februari hingga awal bulan Mei 2014.
SMK Negeri 1 Kuningan terdiri dari dua kampus yaitu kampus 1 berlokasi di
1
Cigugur-Sukamulya dan kampus 2 berlokasi di Cigintung. Penulis
memilih
mengajar di kampus 1 dan mendapat kesempatan mengajar di kelas X, XI , XII
TPHP karena sesuai dengan program studi yang sedang ditempuh oleh penulis
selama berkuliah yaitu Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP).
Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dengan jalan
pendidikan tidak terlepas dari yang namanya tenaga pendidik atau sering kita
sebut dengan Jabatan Guru. Guru sebagai tenaga kependidikan yang bertugas di
lembaga pendidikan formal dituntut untuk bekerja secara profesional agar tujuan
pendidikan yang maksimal mampu menghasilkan peserta didik yang berkualitas
sehingga SDM yang akan terjun di dalam masyarakat memiliki kemampuan untuk
meningkatkan mutu kehidupan. Potensi tersebut tidak muncul begitu saja
melainkan harus diasah agar potensi tersebut muncul dari dalam diri manusia itu.
Berbagai cara dilakukan oleh manusia agar potensi yang dimilikinya dapat
muncul dan berkembang salah satu caranya adalah melalui pendidikan.
Suatu jabatan dikatakan profesional, kalau hanya pejabat yang
bersangkutan yang bisa melaksanakan tugas tersebut.Untuk menjadi seorang guru
yang profesional dibutuhkan pengetahuan tentang keguruan dan ilmu pendidikan
serta pengalaman lapangan di dunia pendidikan secara langsung. Melalui
pengalaman tersebut seorang guru diharapkan dapat melaksanakan tugasnya
dengan memperhatikan kondisi lapangan yang sesungguhnya dan mengamati
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Guru menurut UU No. 14 Tahun 2005 adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
2
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dengan adanya tuntutan seperti itu,
maka perguruan tinggi yang memiliki program kependidikan harus menciptakan
calon-calon guru sebaik mungkin. Perguruan tinggi harus menyiapkan calon-calon
guru yang kompeten dibidangnya. Kompetensi di sini adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai
oleh guru yang siap pakai sesuai dengan tuntutan zaman.
Program pengalaman lapangan yang dikenal sebgaia PPL merupakan salah
satu kegiatan UPI agar para mahasiswa (praktikan) mendapat pengalaman
kependidikan secara faktual di lapangan. Sehingga jika mahasiswa telah lulus dari
UPI mahasiswa siap menjadi seorang tenaga pendidik yang dibekali oleh
pengalaman. Pengalaman yang dimaksud meliputi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dalam profesi sebagai pendidik dan tenaga kependidikan serta
mampu menerapkannya dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, baik
di sekolah maupun di luar sekolah dengan penuh tanggung jawab (Panduan PPL,
2011:2).
Salah satu cara yang dilakukan perguruan tinggi adalah dengan
melaksanakan praktek mengajar bagi calon guru di lapangan. Program
Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah proses belajar
mengajar yang harus diselesaikan oleh seluruh mahasiswa program Kependidikan
Universitas Pendidikan Indonesia. Hal ini dilakukan dalam rangka mencoba
menerapkan dan mengaplikasikan segala ilmu dan keterampilan yang telah
mahasiswa dapatkan dalam bangku perkuliahan.
3
Selain untuk mempraktekkan teori tentang pembelajaran, PPL juga
merupakan sarana untuk menimba pengalaman, sehingga setelah menyelesaikan
pendidikan dari institusi, diharapkan dapat menjadi calon pengajar yang sekaligus
juga menjadi pendidik yang baik dan bertanggung jawab, berbakti kepada bangsa,
negara, dan agama. PPL merupakan sarana yang paling efektif untuk menimba
pengalaman menjadi seorang guru, karena pada kegiatan PPL sepenuhnya
mendapat bimbingan dan penyuluhan dari guru-guru khususnya guru senior yang
sudah berpengalaman.
Untuk menjadi seorang guru yang baik, tidak akan menempuh jalan lurus
tanpa cacat, tetapi untuk menjadi seorang guru yang baik akan menemukan
permasalahan-permasalahan. Begitu pula yang dialami dalam pelaksanaan
kegiatan PPL banyak sekali ditemukan permasalahan. Dengan ditemukannya
permasalahan-permasalahan bukan berarti bahwa kegiatan PPL itu telah gagal,
tetapi yang perlu diperhatikan bukan tidak bertemu dengan masalah atau
menghindar dari masalah yang sedang dihadapi, akan tetapi ketika dihadapkan
pada suatu permasalahan maka masalah tersebut berusaha untuk dipecahkan.
Masalah merupakan hal yang tidak bisa dicegah ataupun dihindari tapi
masalah harus kita hadapi karena semua orang yang sedang dalam suatu
perjalanan transisi hidupnya untuk menuju kearah yang lebih baik pasti akan
menemui berbagai masalah. Masalah merupakan sesuatu yang timbul karena
adanya tantangan, adanya kesaingan, ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal
fenomena, adanya kemenduaan arti, adanya halangan dan rintangan, adanya celah
baik itu antar kegiatan atau fenomena.
4
Dalam konteks pencapaian yang telah ditetapkan, PPL memiliki fungsi dan
peranan yang sangat strategis. Kegiatan PPL yang dilakukan mahasiswa pada
hakikatnya
melakukan
aktivitas
belajar
dengan
bekerja
pada
suatu
sekolah/lembaga pendidikan tertentu. Mahasiswa dalam melaksanakan PPL, tidak
hanya dituntut menggunakan pengetahuan dan keterampilan akademik yang
diperoleh melalui perkuliahan sesuai dengan tuntutan nyata dalam situasi kerja,
tetapi para mahasiswa juga dituntut untuk mendapat pengalaman mengajar secara
profesional serta mengintegrasikan pengalamannya itu ke dalam pola perilaku
dirinya sebagai pribadi yang efektif dan produktif. Dengan PPL, mahasiswa
diharapkan dapat mencapai kompetensi yang ditetapkan oleh setiap program
studinya masing-masing.
Program Pengalaman Lapangan (PPL) semester ganjil tahun ajaran
2014/2015 Universitas Pendidikan Indonesia dilaksanakan pada bulan September
2014 sampai dengan Desember 2014. Dimana lokasi PPL tersebar di sekolahsekolah lanjutan di Bandung dan diluar Bandung. Salah satu diantaranya adalah
SMK Negeri 1 Kuningan yang dijadikan tempat PPL.
Dalam pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) ini, praktikan
ditempatkan di SMK Negeri 1 Kuningan, yang berada di Jl. Sukamulya-Cigugur,
Kuningan. Selama melaksanakan kegiatan praktik kependidikan ini mulai dari
awal hingga akhir kegiatan, tentunya banyak kendala serta permasalahanpermasalahan yang dihadapi oleh praktikan. Untuk itu praktikan merumuskan
permasalahan-permasalahan tersebut selama di SMK Negeri 1 Kuningan sebagai
berikut :
5
A.
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan suatu bentuk
penjabaran atau perluasan dari kurikulum operasional GBHP. Seorang praktikan
diwajibkan untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum
melaksanakan penampilan lapangan. RPP yang dibuat akan membantu pendidik
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) merupakan beberapa rangkaian kegiatan dari persiapan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang efektif dan di dalamnya terkandung
program yang terperinci sehingga tujuan yang akan dicapai untuk menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar sudah terumuskan dengan jelas.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan skenario seorang pendidik
dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Sebelum mulai
mengajar para praktikan diwajibkan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan sebagai pegangan dasar dalam
mengajar sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan
keberhasilannya dapat diukur.
Untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), seorang guru
harus mengacu pada standar kompetensi tertentu yang telah diatur oleh Dinas
Pendidikan sehingga kompetensi yang diperoleh siswa pada jenjang tertentu
sesuai dengan apa yang diharapkan dalam Kurikulum 2013. Selain itu,
penyusunannya pun telah diatur dalam format tertentu yang memuat banyak aspek
antara lain:
6
Kompetensi Inti;
Kompetensi dasar dan Indikator;
Tujuan;
Materi pembelajaran;
Model, pendekatan dan metode pembelajaran;
Langkah-langkah pembelajaran;
Alat, media dan sumber pembelajaran;
Penilaian.
Dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ada
beberapa kendala yang dialami praktikan. Masalah-masalah tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Memilih metode pembelajaran yang menarik dan memotivasi siswa
untuk mengikuti pembelajaran yang juga mendukung ketercapaian
indikator;
2. Menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan metode dan
indikator yang telah disusun, serta disesuaikan dengan fasilitas yang ada
dikelas yang akan diajarkan;
3. Kesulitan dalam menyusun evaluasi yang akan diberikan di kelas yaitu
dalam memberikan penilaian yang baik dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta kemampuan siswa;
4. Praktikan kadang menemukan kesulitan dalam menentukan instrumen
tes pada siswa agar sesuai dengan standar kompetensi yang harus
dicapai, dan dipahami oleh peserta didik;
7
5. Menentukan pendekatan, strategi, dan metode terkadang masih bingung
sehingga perlu bimbingan dengan guru pamong;
6. Pencapaian target kemampuan siswa dalam menyerap materi yang telah
dirumuskan dalam tujuan yang telah dibuat;
7. Kesulitan merencanakan alokasi waktu untuk menyampaikan setiap
pokok bahasan ataupun sub bahasan agar tersampaikan dengan baik
dalam proses pembelajaran di kelas dan tepat waktu;
8. Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman praktikan dalam hal
penyusunan bahan pembelajaran.
9. Pada saat pertama datang ke SMKN 1 Kuningan diberi pengarahan
tentang pembuatan RPP. RPP yang diberikan masih belum tepat struktur
dan format penyusunannya. Namun praktikan mencoba membuat RPP
dengan struktur dan format yang diberikan, yang sbeenarnya praktika
masih merasa kebingungan harus mengacu kepada RPP yang mana.
10.
Seminggu sebelum ujian PPL, guru pamong praktikan di SMKN 1
Kuningan mendapat pelatihan dari Dinas Pendidikan untuk pengarhan
dan
penerapan
sistem
kurikulum
2013
(RPP,
Sintak,Metode
pembelajaran). Praktikan dan rekan praktikan seperjuangan lainnya
merasa kelberatan jika harus merombak dari awal RPP yang telah
dibuat (Praktikan sudah membuat dari RPP lebih dari 10). Maka dari itu
guru pamong hanya memberikan tugas untuk membuat 1 contoh RPP
berdasarkan kurikulum 2013 dan mengacu pada sintak pembelajaran
kurikulum 2013 yang sudah berlaku.
8
11.
RPP ujian yang harus diserahkan pada saat ujian PPL mengacu
pada kurikulum 2013. Praktikan memustuskan untuk mengikuti format
yang diberikan guru pamong yang sudah mengikuti penataran
kurikulum 2013. Karena guru pamong praktikan seedang mengikuti
penataran di Kota Cianjur dan kurang bisa untuk melakukan bimbingan
yang intensif. Praktikan merasa bingung namun tetap berusaha
menyesuaikan RPP kurikulum 2013 untuk bisa diterapkan di RPP ujian
dan RPP lainnya yang sudah dibuat.
B.
Proses Penampilan
Kegiatan pembelajaran yang dilaksananakan praktikan di dalam kelas
salah satunya meliputi penampilan praktikan pada saat menyampaikan materi ajar
pada siswa. Disini praktikan dituntut untuk bisa menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan serta tidak membosankan. Siswa merupakan
objek pembelajaran yang perlu diarahkan serta diberikan motivasi dalam
pelaksanaannya. Karena berdasarkan kurikulum 2013 guru harus membuat siswa
menjadi pusat pembelajaran untuk membuat suasana kelas yang hidup dan
terstruktur pembelajarannya. Sebelum pembelajaran dimulai praktikan sebagai
guru harus memeriksa kehadiran atau presensi dari siswa di kelas. Kemudian cek
kebersihan kelas supaya mendukung dalam sistem pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Disini juga praktikan dituntut untuk dapat melakukan kinerja
manajemen kelas yang baik. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai
komunikasikan, dan materi yang dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu
9
pengetahuan (common text book). Proses penampilan di kelas merupakan pola
interaksi antara guru dan siswa, pada hakekatnya adalah tercipta hubungan multi
arah antar guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Dalam
pelaksanaan PPL, penampilan penulis sebagai seorang guru menjadi salah satu
faktor yang ikut menentukan proses kegiatan belajar mengajar. Pada saat tampil di
depan kelas untuk memberikan materi kepada para siswa dibutuhkan kesiapan
yang matang.
Selama PPL, penulis mendapatkan tugas untuk menyampaikan materi pada:
1.
Teori Kejuruan Produktif TPHP (Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian) yaitu
pada Mata Pelajaran Dasar Pengolahan Hasil Pertanian dan Perikanan di
kelas X TPHP 1 dan X TPHP 2
2.
Mata Pelajaran Produksi Hasil Nabati di Kelas XI TPHP 1 dan XI TPHP 2
3.
Teori kejuruan produktif kelas XII TPHP 1 dan XII TPHP 2
Adapun jadwal mengajar selama PPL di SMK Negeri 1 Kuningan adalah sebagai
berikut:
Hari
Senin
Selasa
Jam
07.00-07.45
Keterangan
Upacara Bendera
07.50-12.00
Piket Guru
07.00 – 10.00
Kegiatan
Belajar
Mengajar
(KBM) kelas X TPHP 2
Rabu
10.15 – 14.45
07.00 – 14.00
KBM kelas X TPHP 1
KBM Bahasa Inggris
SMKN
1
di
KUNINGAN
10
kampus Cigintung (Kelas XII
Kamis
08.30 – 11.00
Agronomi 1 dan 2)
KBM kelas XI TPHP 1
Jumat
11.00 – 14.45
07.00-12.00
KBM kelas XI TPHP 2
Piket
Guru
dan
Sabtu
07.00 – 10.00
perpustakaan
KBM kelas XII TPHP 2
10.15 – 14.45
KBM kelas XII TPHP 1
Piket
Sebagai calon pendidik, praktikan berusaha menjadi teladan budi pekerti yang
baik bagi anak didiknya. Praktek keprofesian di kependidikan sangat dibutuhkan
bagi calon pendidik sebagai bekal untuk melatih penguasaan ilmu serta untuk
melatih emosi dalam menghadapi anak didiknya di kemudian hari sebagai calon
generasi penerus bapak dan ibu guru di sekolah.
Pada awal pelaksanaan PPL, praktikan banyak mendapatkan kesulitan. Hal
ini disebabkan kegiatan PPL merupakan kegiatan mengajar siswa yang pertama
kali dilaksanakan oleh praktikan. Suasana kelas yang gaduh dan keadaan siswa
yang masih kurang bisa diatur. Praktikan berusaha untuk menguasai kelas, ketika
siswa membuat gaduh di dalam kelas.
Dalam melakukan pembelajaran dikelas, pada awal pertemuan praktikan
PPL melakukan pengajaran di kelas X, XI, XII TPHP, masing-masing kelas TPHP
ada dua kelas. Selanjutnya praktikan melakukan kegiatan praktik mengajar di
kelas X, XI dan XII TPHP. Kegiatan praktikan di SMKN 1 KUNINGAN terbilang
cukup padat, karena dalam 1 tim hanya 4 praktikan dan harus membantu guru
pamong dalam kegiatan belajar mengajar. Kelas X dan XI sudah menggunakan
11
kurikulum 2013, sedangkan kelas untuk XII menggunakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk kelas X praktikan mengajar tentang dasar
pengolahan hasil pertanian. Kemudian untuk kelas XI praktikan mengajar tentang
produksi hasil nabati dan untuk kelas XII praktikan mengajar tentang teknik
pengolahan hasil pertanian.
Kesulitan yang dihadapi oleh Praktikan pada saat proses belajar mengajar
di kelas antara lain sebagai berikut :
1.
Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas merupakan serangkaian kegiatan guru yang bertujuan
untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses
pembelajaran yang kondusif dan maksimal. Pada awal pertemuan Praktikan
berkesempatan untuk melakukan observasi guna mengetahui kondisi dan
karakter tiap kelas yang akan dijadikan latihan belajar mengajar. Tetapi Pada
awal penampilan meskipun didampingi guru pamong, namun praktikan
sempat mengalami kesulitan dalam penguasaan kelas, mulai dari menertibkan
kelas, menarik perhatian siswa, menjalin komunikasi dengan siswa dan
memberikan materi kepada siswa.
2.
Kesulitan membagi perhatian kepada seluruh siswa secara merata.
Siswa merupakan objek yang perlu diberi perhatian dan pengarahan dengan
baik. Namun praktikan cukup kesulitan untuk memberikan perhatian kepada
seluruh siswa karena banyaknya jumlah siswa pada setiap kelasnya.
3.
Sosialisasi dengan siswa
Untuk sosialisasi dengan siswa, praktikan menghadapi kesulitan karena untuk
pertama kalinya berinteraksi dengan siswa. Nama – nama siswa yang banyak
12
dan baru pertama kalinya berinteraksi dengan siswa menjadi kendala. Namun
seiring dengan berjalannya waktu praktikan sudah bisa mulai beradaptasi.
4.
Alat/Bahan/Sumber Belajar
Media yang digunakan sudah sesuai dengan tuntutan standar kompetensi,
indikator, dan kondisi kelas. Namun, dalam pelaksanaanya media kurang
begitu digunakan secara optimal. Bahkan, sumber belajar yang terbatas di
SMK Negeri 1 Kuningan cukup menyulitkan praktikan untuk memberikan
materi yang maksimal, itu disebabkan karena modul di SMK Negeri 1
Kuningan masih terbatas, dan sumber belajar di internet pun demikian.
5.
Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
Proses KBM akan dikatakan sukses apabila terdapat interaksi dua arah
antara guru dengan siswa. Kondisi yang dihadapi selama PPL di SMK Negeri
1 Kuningan, memiliki karakter yang berbeda-beda pada setiap kelasnya.
Contohnya ketika praktikan mengajar di kelas X lebih mudah menguasai kelas
dan menjalin komunikasi dengan siswa dibandingkan mengajar di kelas XI
atau XII, yang kondisi kelas dan siswa nya sangat berbeda, dikarenakan kelas
XI dan XII sudah mulai berani dan tidak malu untuk menegur praktikan ketika
ada materi yang kurang tepat untuk disampaikan. Sehingga, membuat mental
praktikan teruji dan menjadi pengalaman dan pelajaran untuk praktikan.
6.
Emosi praktikan dan siswa
Seorang guru harus mempelajari kondisi psikologi siswa yang sedang
dijadikan objek pembelajaran baginya. Praktikan menemukan perbedaan yang
menonjol disetiap jenjang kelas pada saat kegiatan belajar mengajar. Untuk
13
kelas X, kondisi sifat siswa cenderung masih bisa dikelola oleh praktikan.
Sikap patuh dan disiplin untuk kelas X masih sangat baik, namun hanya
sedikit manja dan masih perlu bimbingan yang intensif dari praktikan.
Terkadang praktikan merasa cukup lelah dan harus bersabar untuk
menghadapi kelas X untuk saat pembelajaran dan yang terutama pada saat
praktikum. Karena pengetahuan dan pengalaman kelas X yang masih minim
menjadi suatu tantangan untuk melatih emosi kesabaran praktikan. Namun
praktikan menilai kelas X emosinya ternilai baik. Kemudian untuk kelas XI
praktikan menemukan kecenderungan sikap yang berbeda. Yaitu kelas XI
sudah
bermunculan
sikap
pemalas,
lebih
cenderung
mementingkan
ekstrakulikuler, dan sikap pembangkang. Praktikan terkadang merasa jenuh
dan marah ketika sikap yang seperti itu bermunculan. Merasa siswa sulit
diatur maka praktikan berusahan meningkatkan kemampuan pengelolaan kelas
dan selalu disiplin unutk saat pembelajaran.
SND
7.
Pengaturan volume suara
Untuk mencapai interaksi belajar mengajar tentu perlu adanya
komunikasi yang jelas antara guru (pengajar) dengan siswa (pelajar),
sehingga terpadunya dua kegiatan belajar yang berdaya guna dalam mencapai
tujuan pengajaran. Beberapa jenis komunikasi yang dapat digunakan untuk
mengembangkan interaksi yang dinamis antara guru dengan siswa,
14
diantaranya komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi.
Yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara
siswa yang satu dengan siswa lainnya. Proses belajar mengajar pada pola
komunikasi ini mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan
kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif.
Terkadang suara siswa yang banyak mengalahkan suarau guru yang hanya
satu orang, praktikan kesulitan ketika sedang menerangkan materi, ketika ada
topik yang menarik siswa langsung ramai membicarakan topik tersebut,
sehingga menyulitkan guru untuk melanjutkan materi ajarnya lagi.
Berbicara di depan kelas untuk menyampaikan suatu materi pelajaran
sangat berbeda dengan berbicara di forum diskusi atau forum lainnya, selain
itu kondisi dan karakter ruang serta tempat yang berbeda memiliki
kecenderungan untuk melakukan penyesuaian dalam menentukan intensitas
dan tingkat intonasi rendah dan tingginya suara. Audien dalam hal ini adalah
siswa, turut memberikan andil dalam pengaturan intonasi. Masalah volume
suara sering dialami pada jam akhir. Pengaturan suara pada suasana yang
tidak kondusif akan berbeda dengan keadaan yang tenang dan tertib, kondisi
itulah yang kemudian dalam proses kegiatan belajar mengajar. Praktikan yang
tidak memiliki suara cukup keras akan seolah berteriak-teriak padahal
kenyataanya tidak demikian walau demikian tetap saja suara praktikan belum
dapat terdengar oleh seluruh siswa.
C.
Bimbingan Belajar / Kegiatan Ekstrakurikuler
15
Pendidik dalam hal ini guru yang baik harus aktif di segala bidang bukan
hanya dalam bidang akademik saja tetapi di luar akademik pun guru harus aktif.
Dewasa ini perkembangan dunia pendidik yang pesat mendorong sekolah untuk
berprestasi dalam berbagai bidang baik akademik maupun non akademik, atas
dorongan tersebut pihak sekolah memberikan kemudahan serta menyediakan
fasilitas bagi kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Siswa diberikan fasilitas untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Khusunya di SMK Negeri 1
Kuningan, selama PPL di sana penulis dapat melihat bahwa sekolah benar-benar
memberikan ruang bagi perkembangan potensi siswanya. Banyak kegiatan
ekstrakurikuler yang diadakan, seringnya pihak sekolah mendorong siswanya
untuk mengikuti berbagai lomba baik itu akademik maupun non akademik.
Praktikan
berusahan
berperan
secara
maksimal
dalam
kegiatan
ekstrakurikuler, meskipun praktikan mempunyai jadwal yang cukup padat untuk
mengajar. Tetapi beberapa kali praktikan rutin mengikuti atau membimbing
kegiatan ekstrakurikuler ketika ada waktu luang. Praktikan menghadiri kegiatan
pramuka di hari jum’at, ekstrakulikuler ini diikuti oleh kelas X dan XI SMK
Negeri 1 Kuningan. Kemudian praktik memberi pelatihan bahasa inggris kepada
mereka yang ingin mempunyai kemampuan lebih berbahasa inggris.
Kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di SMK Negeri 1 Kuningan adalah
sebagai berikut:
1. Pramuka
2. PMR
3. Futsal
16
4. Gamelan
5. Padus
6. Marching Band
7. Pecinta Alam
8. Remaja Masjid
9. Bima Suci
Paskibra
adalah
ekstrakulikuler
yang
sering
praktikan
ikuti
dibandingkan dengan ekstrakulikuler yang lain. Karena praktikan mempunyai
pengalaman pernah mengikuti paskibra dan menjadi pengibar bendera pusaka.
Praktikan tak hentinya memberikan semnagta dan motivasi kepada anggota
paskibra, bahwasannya apa yang mereka lakukan sekarang akan ada hasilnya di
kemudian hari. Karena sikap disiplin dan tegas yang dididik di paskibra akan
berdampak pada pribadi sendiri yang terlihat tegas dan berani.
Pada saat PPL mahasiswa dituntut untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
ekstrakulikuler tersebut, akan tetapi ada beberapa masalah diantaranya adalah
kurang koordinasi dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh praktikan, di mana
praktikan harus lebih konsentrasi dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran.
D.
Partisipasi Dalam Kehidupan Sekolah
Kegiatan lain yang praktikan ikuti selain apa yang diuraikan sebelumnya
adalah partisipasi langsung praktikan terhadap kegiatan sekolah, dan kegiatankegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
17
1. Mengikuti kegiatan upacara bendera setiap hari senin pagi yang rutin
dilaksanakan dan wajib diikuti oleh seluruh siswa-siswi, praktikan
Program Pengalaman Latihan (PPL) dan guru di SMK Negeri 1
Kuningan.
2. Melaksanakan piket guru
Piket merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan untuk menunjang
terlaksananya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Praktikan mendapat
jadwal piket pada hari Senin, dari pukul 07.00 – 12.00 WIB. Adapun
yang harus dilakukan oleh guru piket adalah:
Menindak siswa yang terlambat datang ke sekolah
Merekapitulasi data siswa yang melakukan pelanggaran.
Melayani siswa, membuat surat ijin masuk karena datang terlambat,
maupun membuat surat ijin keluar atau ada kepentingan lain.
Menerima tamu yang mempunyai kepentingan terhadap sekolah,
siswa, maupun guru.
Mengawasi kelas yang kosong (gurunya tidak datang atau belum
datang) supaya siswa tidak ribut.
Dan beberapa tugas teknis lainnya yang bersifat kondisional yang
sekiranya dapat dilakukan untuk mendukung kelancaran aktivitas
belajar mengajar.
3. Menggantikan guru yang tidak hadir.
4. Memberikan Bimbingan Konseling kepada siswa yang bermasalah.
18
5. Memberikan bimbingan dan ikut serta dalam ekstrakulikuler Paskibra, dan
marching band.
6. Mengajar di SMK Negeri 1 Kuningan Kampus Cigintung di kelas XII
Agronomi 1 dan 2. Praktikan diberi kesempatan oleh guru bahasa inggris
untuk mengembangkan kemampuan bahasa inggris dan mengajar siswa
kelas XII.
E.
Proses Bimbingan
Proses bimbingan adalah proses yang dilakukan antara praktikan dengan
dosen Pembimbing yang ditetapkan oleh Divisi P2JK Program Pengalaman
Lapangan (PPL), Guru Pamong yang ada di sekolah ketika mengalami kendala
atau kesulitan dalam melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Proses
bimbingan ini juga sangat penting terhadap keberhasilan program PPL yang
dilaksanakan, karena dengan adanya bimbingan dan pengarahan menjadi sebuah
masukan bagi praktikan dalam pelaksanaan program PPL tersebut.
1. Guru Pamong PPL
Selama proses bimbingan dengan Guru Pamong PPL, yaitu Bapak Drs.
Tatang Sastrawijaya Putra tidak ada hambatan atau masalah yang berarti. Hal
ini karena koordinasi dan proses komunikasi dengan Guru Pamong PPL
terjalin sangat baik dan saling terbuka dengan praktikan. Adapun hambatan
yang dirasakan oleh praktikan pada awal pembuatan RPP yang tidak sesuai
dengan RPP pihak sekolah oleh karena itu Guru Pamong PPL menyarankan
19
untuk membuat RPP sesuai dengan yang ada disekolah. Selain itu, Guru
Pamong PPL selalu membimbing dan mengarahkan praktikan mulai dari
pembuatan RPP sampai pada penampilan mengajar praktikan seperti cara
menghadapi siswa saat pengajaran.
Mendapat guru pamong PPL yang tegas dan aktif dalam setiap event
pembelajaran yang bertujuan untuk mendapatkan kelayakan sistem KBM
untuk siswa/I TPHP SMKN 1 Kuningan, praktikan merasa beruntung. Namun
praktikan merasa kebingungan pada saat seminggu sebelum Ujian PPL guru
pamong memberikan format RPP kurikulum 2013 yang terbaru. Sementara itu
guru pamong PPL tidak ada disekolah selama seminggu sebelum ujian PPL.
Konsultasi dan bimbingan mulai terhambat, namun praktikan berusaha
menyelesaikan seluruh administrasi untuk ujian PPL sendiri.
Lancarnya proses bimbingan yang dilakukan dengan Guru Pamong
PPL ini tidak terlepas dari sikap responsif dan keterbukaan dari Guru Pamong
PPL dalam hal menanggapi pendapat praktikan dan dalam memberikan saransaran kepada praktikan. Dari proses bimbingan tersebut banyak masukan yang
diterima praktikan selama menjalankan proses PPL diantaranya:
a.
Konsultasi penyusunan perangkat administrasi.
b.
Konsultasi penyusunan RPP.
c.
Konsultasi pembuatan media pembelajaran siswa.
d.
Konsultasi pembuatan soal ulangan.
e.
Konsultasi penilaian siswa.
f.
Konsultasi tentang penjadwalan pelaksanaan ujian PPL.
20
g.
Konsultasi tentang permasalahan yang ada di kelas.
2. Dosen Pembimbing PPL.
Dosen Pembimbing PPL adalah dosen pembimbing dari pihak
Universitas. Proses bimbingan dengan Dosen Pembimbing yaitu Ibu Dr. Sri
Handayani, M.Pd. tidak terlalu intensif. Hal ini terjadi karena jarak antara
Bandung - Kuningan yang sangat jauh menjadi penghambat, oleh karena itu
bimbingan dilakukan menggunakan alat komunikasi handphone, ataupun
bimbingan melalui email. Proses bimbingan dengan dosen tetap PPL
terkadang agak sulit untuk mencari waktu yang tepat. Namun, dosen tetap PPL
tetap berusaha untuk meluangkan waktunya dalam melaksanakan proses
bimbingan kepada praktikan secara optimal. Dengan itu, bimbingan tetap
berjalan lancar sampai Dosen Pembimbing melakukan monev dan sampai
ujian PPL berlangsung.
3. Supervisor
Adalah seseorang yang bertanggung jawab atas keberadaan mahasiswa
praktikan di suatu sekolah. Proses bimbingan dengan supervisor hanya diawal
pertemuan saja untuk membahas masalah teknis pelaksanaan PPL. Beliau
tidak hanya mengurus mahasiswa praktikan di satu sekolah, tetapi di beberapa
sekolah, sehingga kemungkinan untuk bertemu beliau sangat kecil, dengan
demikian jelas mengetahui tentang tugas beliau akan terhambat.
21
BAB II
FAKTOR PENYEBAB DARI MASALAH YANG DIALAMI
A.
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Banyak sekali faktor-faktor penyebab permasalahan yang dihadapi ketika
pembuatan RPP di SMK Negeri 1 Kuningan. Permasalahan tersebut diantaranya
karena kekurangsiapan antara teori yang diperoleh praktikan selama di kampus
dengan di lapangan, ataupun antara teori dengan kenyataan. Kesulitan ini terutama
dalam hal administrasi atau tata cara pengembangan penyusunan RPP. Faktor lain
22
yang menyebabkan masalah yang berkenaan dengan penyususunan skenario
pembelajaran adalah kurangnya kemampuan dalam perkiraan waktu sehingga
terkadang tidak sesuai dengan skernario selain faktor tersebut, terdapat faktor lain
yang menghambat praktikan dalam menyusun RPP adalah sebagai berikut:
1.
Kesulitan dalam menentukan metode, pendekatan dan model pembelajaran
yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan setiap kelas
mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga diperlukan sebuah perlakuan
khusus dengan memilih metode dan pembelajaran yang berbeda-beda. Masalah
bertambah lagi ketika beberapa metode yang telah diketahui penulis dari
perkuliahan terkadang tidak sesuai ketika diterapkan di kelas.
2.
Kurangnya kemampuan dalam perkiraan alokasi waktu sehingga terkadang
tidak sesuai dengan skenario yang telah direncanakan, sehingga terkadang
membuat praktikan harus bekerjaran dengan waktu yang disediakan agar materi
yang akan disampaikan terpenuhi atau terkadang waktu pelajaran belum habis
tetapi praktikan sudah kehabisan materi ajar, sehingga praktikan harus pintarpintar menyiasatinya dengan memberikan motivasi, cerita pengalaman praktikan.
3. Karena situasi dan karakter kelas berbeda-beda, praktikan mengalami sedikit
kendala dalam memilih strategi dan model pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan karekter siswa dalam kelas tersebut. Perbedaan tersebut terlihat ketika
praktikan mengajar kelas X dengan kelas XI dan XII, jika kelas X praktikan tidak
terlalu sulit untuk menguasai kelas, sebaliknya berbeda dengan kondisi kelas XI
dan XII praktikan cukup kesulitan menguasai kelas.
4 Karakteristik dan kondisi kelas yang bervariatif menyebabkan praktikan
kesulitan dalam menentukan metode dan media belajar. Karena setiap kelas
23
memiliki karakter kelas yang berbeda, ada yang mudah untuk dikendalikan dan
ada juga yang sulit untuk dikendalikan membuat praktikan kesulitan menentukan
metode dan media pada saat pengajaran di kelas. Disini dilatih kestabilan emosi
dari praktikan dan melatih kemampuan praktikan untuk mengelola suasana kelas
supaya tercipta kenyamanan dan kebahagiaan disamping keseriusan belajar.
Karena siswa cenderung bosan dan mengantuk jika diberi pelajaran yang serius
dan monoton. Praktikan perlu melatih softskill dan berfikir metode yang baik untu
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5. Kurangnya pengalaman dan masih perlu banyak belajar dalam menyusun
rencana pembelajaran dengan metode yang sesuai dan efektif sesuai dengan
kompetensi yang diajarkan.
Hal ini disebabkan penulis belum memiliki banyak pengalaman dalam
melakukan pembelajaran di kelas dan belum dapat menyesuaikan dengan kegiatan
mengajar selama 1 semester di SMK Negeri 1 Kuningan sehingga belum tahu
berapa banyak waktu yang efektif yang dapat digunakan.
B. Proses Penampilan
Adapun beberapa faktor-faktor yang menjadi penyebab dari masalah di
dalam proses penampilan yang dialami oleh praktikan diantaranya:
1.
Faktor dari praktikan
Keterampilan
Keterampilan praktikan dalam menguasai kelas dan menguasai materi
sangat penting sekali. Hal yang dialami praktikan selama ini dalam
24
proses penampilan di dalam kelas adalah keterampilan mengelola kelas
yang masih kurang. Praktikan terkadang sulit menghentikan siswasiswa yang mengobrol atau ribut ketika proses belajar mengajar sedang
berlangsung. Oleh karena itu kemampuan praktikan dalam menguasai
kelas harus terus diperbaiki, khususnya pada saat jam terakhir pelajaran.
Motivasi
Motivasi praktikan selama kegiatan PPL ini mengalami pasang surut.
Terkadang praktikan merasa sangat semangat tetapi kadang merasa
kurang semangat. Banyak faktor yang menyebabkan praktikan kurang
semangat baik itu dari faktor internal praktikan sendiri maupun dari
faktor eksternal. Dari internal yaitu motivasi mengajar dari praktikan
sendiri yang terkadang naik turun. Sedangkan faktor eksternal misalnya
yang berhubungan dengan lingkungan sekolah atau yang lainnya.
Pengalaman
Kurangnya pengalaman yang dimiliki oleh praktikan dalam berhadapan
dengan siswa di dalam kelas, sehingga pada penampilan pertama kali di
depan siswa praktikan sedikit gugup, terkadang juga banyak materi
yang lupa tersampaikan, sehingga materi tidak tersampaikan dengan
maksimal.
2.
Faktor Siswa
-
Selain faktor dari praktikan, salah satu penyebab munculnya
masalah adalah dari siswa. Ada beberapa siswa kurang menghargai
praktikan yang menurut mereka masih muda dengan jarak umur
25
yang tidak begitu jauh. Oleh karena itu, tindakan yang dilakukan
siswa di dalam kelas pun cenderung kurang terkondisikan dan ada
diantara mereka yang bersikap manja pada praktikan. Kesulitan
dalam menghadapi sikap siswa yang membuat kegaduhan di kelas.
hal ini terjadi karena praktikan sebagai guru pengganti. Di kelas ini
praktikan belum mengenal karakter siswa sehingga metode yang
-
sering diajarkan adalah ekspositiri.
Pada hal menyampaikan materi, praktikan kesulitan dalam
memberikan ilustrasi/contoh-contoh yang dapat mempermudah
penyerapan materi oleh siswa. Kesulitan ini karena pengetahuan
praktikan yang terbatas, dan seringkali mengambil contoh/ilustrasi
yang hanya terpaku dari satu buku sumber. Kurang sesuainya
praktek dengan RPP, kadang-kadang apa yang sudah direncanakan
dalam RPP, tidak bisa sepenuhnya dilaksanakan dalam proses
belajar mengajar karena banyak faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya karena kekurangaktifan siswa sebagaimana yang
diharapkan.
-
Pembelajaran secara berkelompok dirasa kurang efektif sehingga
dibutuhkan waktu untuk mengulang pembelajaran. Hal ini
disebabkan kurangnya rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas
yang diberikan yang menyebakan perbedaan yang mencolok anatar
siswa yang sudah mengerti dan siswa yang belum mengerti.
C. Bimbingan Belajar/Ekstrakurikuler
26
Kurang maksimalnya praktikan dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler,
lebih didasari oleh padatnya kegiatan akademik yang dilakukan praktikan dalam
melaksanakan kegiatan PPL dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh praktikan.
Namun
beberapa
kali
praktikan
mengikuti
dan membimbing
kegiatan
ekstakurikuler seperti Pramuka yang kebetulan jadwalnya tidak bentrok dengan
kegiatan akademik di sekolah dan tidak mengganggu jadwal praktikan saat
mengajar.
Berkaitan dengan masalah yang dialami praktikan, dapat dikemukakan
faktor penyebab timbulnya masalah-masalah tersebut, yaitu:
1.
Kendala waktu praktikan dengan jadwal ekstrakurikuler menjadi
kendala utama.
2.
Kurangnya berkoordinasi dengan para pengurus ektrakurikuler.
3.
Keterbatasan kemampuan yang dimiliki praktikan sehingga tidak
semua kegiatan ekstrakurikuler dapat berperan aktif.
D.
Partisipasi Dalam Kehidupan Sekolah
Di SMK Negeri 1 Kuningan, praktikan tidak memiliki ruangan khusus
PPL. Praktikan menyebar karena sudah ditugaskan masing-masing individu, ada
yang di ruang BK, ada yang bertugas piket, ada yang bertugas di tempat produksi
roti, dan juga ada yang mengajar.
Dalam rangka berpartisipasi terhadap segala kegiatan sekolah, praktikan
secara otomatis pada saat melakukan praktek menjadi bagian yang tidak terpisah
27
dengan komponen sekolah lainnya, hanya saja ada kesulitan-kesulitan anntara
lain:
1. Upacara Bendera
Upacara bendera dilaksanakan setiap hari senin dimulai pukul 07.00 WIB
sampai dengan selesai. Peserta upacara yaitu para siswa, para guru dan
staf, termasuk praktikan PPL dari UPI. Tidak ada permasalahan yang
berarti pada saat mengikuti jadwal upacara. Praktikan sudah bisa
menyesuaikan mengikuti upacara bendera.
2. Piket Utama
Permasalahan yang terjadi pada piket utama biasanya praktikan malas
berada di tempat piket yaitu di ruang guru, biasanya praktikan perempuan,
sehingga piket utama biasanya dipindahkan ke ruang BK karena agar bisa
mengobrol dengan praktikan lain. Tidak adanya charger laptop di ruang
guru untuk mengerjakan tugas pokok di SMKN 1 Kuningan. Maka dari itu
praktikan lebih memilih piket di ruangan BK sambil mengerjakan tugas
lainnya.
E.
Proses Bimbingan
1. Guru Pamong PPL
Praktikan merasa tidak menemukan faktor penghambat yang
berarti dalam proses bimbingan dengan Guru Pamong, karena Guru
Pamong
sangat
membantu
praktikan
dalam
pembangunan
dan
pengembangan kemampuan dan kepercayaan diri praktikan dan selalu
28
memberikan kritikan yang bersifat membangun dan masukan yang dapat
meningkatkan kemapuan dari praktikan itu sendiri.
Diberi guru pamong yang cukup tegas dan rajin, membuat
praktikan mencontoh apa yang diperkenalkan dan dieperbuat beliau. Dari
sikap yang dicerminkan oleh beliau kepada siswa. Kemudian cara
bersosialisasi dengan siswa, cara mengajar guru di kelas. Dalam kelas
maupun luar kelas guru pamong memberikan contoh sikap disiplin yang
tinggi. Sehingga melatih praktikan mempunyai sikap yang sedemikian
rupa. Ini merupakan pelajaran berharga yang praktikan dapat dari seorang
guru pamong.
2. Dosen Pembimbing PPL
Faktor
penyebab
terhambatnya
bimbingan
dengan
Dosen
Pembimbing PPL tidak terlalu intensif. Hal ini terjadi karena jarak antara
Bandung - Kuningan yang sangat jauh menjadi penghambat, oleh karena
itu bimbingan dilakukan menggunakan alat komunikasi handphone,
ataupun bimbingan melalui email. Dengan itu, bimbingan tetap berjalan
lancer sampai Dosen Pembimbing melakukan monev dan sampai ujian
PPL berlangsung.
3. Dengan Supervisor
Proses bimbingan dengan supervisor hanya diawal pertemuan saja
untuk membahas masalah teknis pelaksanaan PPL. Beliau tidak hanya
mengurus mahasiswa praktikan di satu sekolah, tetapi di beberapa sekolah,
29
sehingga kemungkinan untuk bertemu beliau sangat kecil, dengan
demikian jelas mengetahui tentang tugas beliau akan terhambat.
BAB III
UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH
Didalam menghadapi setiap permasalahan, praktikan selalu berupaya
secara optimal dalam memecahkan masalah. Adapun upaya penanggulangan
masalah yang dilakukan praktikan diantaranya :
A.
Penyusunan Rencana Pembelajaran
Penulis telah mengungkapkan permasalahan yang muncul dalam
penyusunan RPP pada bab sebelumnya. Upaya yang penulis lakukan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah mengkonsultasikan dengan dosen luar
30
biasa dan berdiskusi dengan teman sesame praktikan se-jurusan mengenai
materi dan RPP sebelum penampilan di kelas, maupun mengenai metode
yang tepat untuk diberikan kepada siswa. Dengan demikian masalah yang
dihadapi dapat teratasi dengan baik. Dengan berkonsultasi pada dosen luar
biasa, penulis lebih tahu bagaimana kondisi siswa di setiap kelasnya,
sehingga baik itu metode maupun alat evaluasi yang digunakan dapat
sesuai dengan kondisi kelas.
Selain itu dengan melakukan banyak bimbingan kepada dosen luar
biasa, penulis pun jadi tahu alokasi waktu yang tepat, kapan beberapa
pokok bahasan harus diberikan sekaligus, dan sebagainya sehingga semua
materi dapat disampaikan seluruhnya dengan tepat waktu.
Maka dari itu praktikan mengambil tindakan untuk memecahkan
masalah yang terjadi dalam penyususnan RPP seperti:
1. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu dengan cara melakukan
konsultasi dengan guru pamong PPL baik sebelum proses penampilan
kelas maupun setelah penampilan kelas. Dari sanalah praktikan dapat
mengambil evaluasi bagaimana cara menyususun RPP yang sesuai
dengan kondisi di lapangan.
2. Jika ada perubahan yang tiba-tiba seperti penyesuaian materi dan
waktu yang tersedia, praktikan berupaya memilih media yang tepat dan
efektif serta didukung dengan alat bantu seperti media pembelajaran
sehingga dapat membantu dan mempermudah praktikan dalam
menyampaikan bahan ajar.
31
3. Selalu melakukan komunikasi dan diskusi dengan rekan praktikan
yang lain dalam bertukar ide dan informasi dalam memilih media dan
strategi mengajar, dan bertukar pengalaman tentang kondisi dan
karakter kelas.
B.
Proses Penampilan
Beberapa faktor penyebab munculnya masalah/kesulitan dalam proses
penampilan praktikan di kelas adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan Membuka Pelajaran
Dalam membuka pembelajaran, praktikan sering mengalami gangguan,
misalnya ketika guru praktikan masuk kelas belum semuanya siswa
masuk kelas dan ketika guru mulai membuka pelajaran ada siswa yang
baru masuk, sehingga menyebabkan terganggunya pembelajaran. Hal
ini sangat mengganggu konsentrasi praktikan, sehingga ada beberapa
hal di awal pembelajaran tidak tersampaikan.
2. Sikap Praktikan Dalam Proses Pembelajaran
a. Pengaturan Tempo Berbicara
Praktikan terkadang menerangkan materi terlalu cepat, hal ini
disebabkan praktikan alokasi waktu yang terkadang tidak mencukupi
sedangkan materi yang harus disampaikan masih banyak. Terkadang
juga sebaliknya praktikan terlalu cepat menyampaikan materi,
sementara materi yang diajarkan sedikit sehingga durasi waktu banyak
32
tersisa dan praktikan kebingungan dengan pengajaran apalagi yang
harus disampaikan.
b. Bahasa
Dalam menyampaikan suatu materi, terkadang bahasa yang digunakan
sering kali tidak dimengerti oleh siswa. Hal ini disebabkan karena
praktikan terbiasa melakukan presentasi kuliah di kampus dengan
sesama teman mahasiswa maupun dosen sehingga bahasa yang
digunakan terlalu tinggi apabila bahasa tersebut digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dan tidak akan tepat
sasaran serta tidak komunikatif. Apalagi dalam pelajaran TPHP banyak
istilah-istilah yang asing yang mungkin baru dijumpai siswa di SMK
Negeri 1 Kuningan. Campuran bahasa Sunda dan bahasa Indonesia
juga sering menjadi kendala praktikan, terkadang praktikan nyaman
menggunakan bahasa Sunda dan kadang juga diselingi dengan bahasa
Indonesia.
c. Komunikasi dengan siswa
Komunikasi dalam penyampaian materi kadang-kadang bersifat satu
arah atau tidak ada umpan balik (feed back) dari siswa. Hal ini
disebabkan karena kurangnya siswa menguasai materi yang diajarkan,
baik itu dikarenakan kurang membaca maupun kurangnya keaktifan
siswa selama proses KBM. Dalam kurikulum 2013 seharusnya siswa
lebih aktif dan guru hanya memberikan sedikit materi lalu siswa harus
33
menggali lebih jauh, tetapi kenyataannya terbalik dengan yang
praktikan alami pada saat pengajaran di kelas.
d. Penguasaan Materi Pelajaran
Dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa SMK, praktikan
mengalami kesulitan ketika menyampaikan suatu materi atau konsep
dalam bentuk penggambaran atau ilustrasi. Sehingga konsep-konsep
yang diajarkan kepada siswa sering susah dimengerti oleh siswa.
e. Implementasi Langkah-Langkah Pembelajaran (Skenario)
Langkah-langkah pembelajarn yang telah disusun dalam RPP sering
tidak sesuai ketika dalam pembelajaran, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, misalnya pengaturan alokasi waktu yang kurang
cermat, sumber belajar yang kurang karena mata pelajaran TPHP
masih kurang atau jarang ditemukan di buku dan di internet.
f. Pengelolaan Kelas
Pada saat pelajaran akan di mulai, guru harus dapat menguasai kelas.
Tetapi terkadang hal tersebut sulit untuk dilakukan karena kurangnya
kewibawaan praktikan dengan guru mata pelajaran tetapnya di mata
para siswa mengakibatkan penguasaan kelas menjadi kurang terkontrol
bahkan mengakibatkan kej