Prodi Komunikasi Ptm Deklarasikan Apik Ptm
Setiap manusia di dunia ini pasti akan mengalami proses menua. Proses menua merupakan
proses yang terjadi sepanjang hidup manusia, yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu ke
waktu tertentu, akan tetapi dimulai sejak awal kehidupan (Nugroho, 2008). Dinas
Kependudukan Amerika Serikat dalam Maryam dkk (2008), jumlah populasi lansia berusia 60
tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2
miliar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun).
Dinas Kependudukan menyebutkan di Indonesia, terdapat 11 provinsi yang penduduk lansianya
sudah lebih dari 7 %, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali,
Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat dan
Nusa Tenggara Timur. Di lima provinsi dengan persentase lansia terendah adalah : Papua
(2,15 persen), Papua Barat (2,92 persen), Kepulauan Riau (3,78 persen), Kalimantan Timur
(4,53 persen), dan Riau (4,86 persen) (BPS SUSENAS 2007).
Jumlah penduduk lanjut usia atau yang berusia 60 tahun ke atas di kota Yogyakarta pada tahun
2004 sebesar 12,12%, tahun 2006 sebesar 12,37% dan pada tahun 2008 menjadi 13,72% dari
total penduduk. Usia harapan hidup di Yogyakarta pada tahun 2002 yaitu 73 tahun, tahun 2007
yaitu 74 tahun, tahun 2012 yaitu 74,7 tahun, tahun 2017 yaitu 75,4 tahun dan pada tahun 2022
yaitu 75,8 tahun Badan Pusat Statistik (Iswantiah, 2012).
Masalah yang mungkin terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik antara lain penurunan sel,
perubahan sistem kardiovaskular, penurunan respirasi. Perubahan sosial yang dialami antara
lain peran dalam keluarga, teman, masalah ekonomi dan merasa dibuang atau diasingkan.
Berhubungan dengan masalah psikologis banyak masalah umum dan psikologis yang sering
dialami oleh lansia contohnya, perubahan fisik yang lemah dan tak berdaya, perubahan status
ekonomi, mencari teman yang baru untuk mengantikan suami atau istri yang telah meninggal
dunia dan mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat. Dari ketiga perubahan tersebut timbullah
berbagai penyakit yang dapat menyerang lansia (Maryam dkk, 2008)
Pola penyakit lansia menempuh siklus hidup yang panjang sebelum menimbulkan komplikasi
dan manifestasi klinik. Awalnya seseorang sehat, dengan bertambahnya usia dan
tergantungnya gaya hidup yang dijalaninya dari lingkungan serta pelayanan kesehatan yang
diterimanya, orang tersebut menderita penyakit yang biasanya disebut sebagai faktor resiko
seperti hipertensi, diabetes mellitus, kolesterol meninggi dan lain – lain. Apabila penyakit
tersebut tidak terdeteksi atau diobati secara dini maka akan terjadi komplikasi penyakit yang
menetap dalam tubuh lansia (Kuswardani 2009).
Pada upaya pelayaan kesehatan ini, semua upaya kesehatan yang berhubungan dan
dilaksaakan oleh masyarakat harus diupayakan berperan serta dalam mengenai kesehatan
para lanjut usia. Puskesmas dan dokter praktek swasta merupakan tulang punggung layaan
ditingkat ini. Puskesmas berperan dalam membentuk kelompok lanjut usia. Di dalam kelompok
lanjut usia ini pelayaan kesehatan dapat lebih mudah dilaksaakan, baik usaha promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif (Darmojo, 2011).
Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan program yang ditujukan bagi para lansia.
Salah satunya yaitu program pelayanan kesehatan Posyandu lansia yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan lanjut usia yang mencakup peningkatan kualitas kesehatan lansia
agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka secara mandiri dan bijaksana dalam
menyongsong hari tua dan juga meningkatkan peran keluarga dalam memberikan kepedulian
terhadap lansia (Agustina, 2012).
Posyandu lansia merupakan perwujudan pelaksanaan program pengembangan diri kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia, sebagai suatu forum komunikasi dalam
bentuk peran serta masyarakat usia lanjut, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial
dalam penyelenggaraannya, dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayaan kesehatan (Ismawati dkk, 2010).
Aryati (2007), masalah yang selama ini terjadi adalah masyarakat belum mengerti sepenuhnya
tentang manfaat Posyandu, biasanya mereka malas mendatangi Posyandu yang diadakan
setiap bulan. Perilaku individu untuk berpartisipasi aktif dalam penggunaan Posyandu
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan,
jenis pekerjaan dan jenis kelamin (Depkes RI, 2005).
Hasil penelitian Rongers dalam Notoatmodjo (2010), dijelaskan bahwa perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Hal ini sesuai dengan Supriyatno (2000), mengemukakan bahwa pengetahuan
yang salah tentang tujuan dan manfaat Posyandu dapat menimbulkan salah persepsi yang
akhirnya kunjungan lansia ke Posyandu rendah. Bila pengetahuan lebih dapat dipahami, maka
timbul suatu sikap dan perilaku untuk berpartisipasi. Selain itu tingkat pengetahuan seseorang
juga mempengaruhi perilaku individu, yang mana makin tinggi pengetahuan seseorang maka
makin tinggi kesadaran untuk perperan serta, dalam hal ini adalah melakukan kunjungan ke
Posyandu lansia.
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang
datang dari luar. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memberikan
respon yang lebih rasional dan lebih berpotensi dari pada mereka yang berpendidikan lebih
rendah atau sedang (Notoatmodjo, 2010). Tingkat pendidikan turut menentukan mudah
tidaknya seseorang menyerap dan memahami tentang Posyandu lansia. Selain pendidikan ada
faktor lain yang berpengaruh yaitu usia dimana semua fungsi ingatan, penglihatan,
pendengaran, daya konsentrasi dan kemampuan fisik secara umum mulai menurun sehingga
memerlukan orang lain untuk memenuhi keperluannya dalam mempertahankan kunjungan ke
Posyandu lansia.
Berdasarkan hasil penelitian Rahmawati (2008), sebagian besar lansia yang aktif ke Posyandu
lansia sebanyak 70,6% berjenis kelamin perempuan, sedangkan lansia yang tidak aktif ke
Posyandu lansia sebanyak 52% berjenis kelamin laki-laki. Menurut Azwar (2005), jenis kelamin
mempengaruhi penyebaran suatu masalah kesehatan salah satunya adalah perbedaan tingkat
kesadaran berobat antara perempuan dan laki-laki, karena pada umumnya kaum perempuan
memiliki kesadaran yang baik untuk berobat daripada kaum laki-laki.
Dibandingkan penduduk lansia desa dan kota, masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan
lebih banyak yang masih bekerja pada usia tua dibandingkan di daerah perkotaan. Alasan
lansia untuk bekerja antara lain disebabkan oleh jaminan sosial dan kesehatan yang masih
kurang. Hal ini mendorong lanisa untuk tetap bekerja dan mencari pekerjaan, sehingga
mempengaruhi kunjungan lansia ke Posyandu lansia. Keadaan ini bisa terjadi bila seseorang
bekerja terlalu keras dengan kondisi perekonomian yang pas-pasan serta berpendidikan rendah
dimana pengertian tentang kesehatan adalah minimal dan akses terhadap informasi juga
terbatas (Astuti cit Rosyid, 2009).
Dilihat dari berbagai fenomena tentang lansia maka program pembinaan dan pemeliharaan
kesehatan lanjut usia sangat dibutuhkan. Posyandu atau pos pelayanan terpadu yang
merupakan program Puskesmas melalui kegiatan peran serta masyarakat telah berupaya untuk
melaksanakan program pembinaan lanjut usia. Adapun Posyandu yang dijadikan penelitian
oleh peneliti adalah Posyandu Blok II. Kegiatan Posyandu yang dilaksanakan satu bulan sekali
yang meliputi penimbangan dan pengukuran tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah dan
pemberian makanan tambahan yang dikelola oleh kader Posyandu. Pemeriksaan kesehatan
lansia, bukan sekedar memeriksa dan melakukan penimbangan terhadap berat badan dan
pengukuran tekanan darah semata, lebih dari itu dilakukan untuk menggerakan masyarakat,
khususnya para lansia agar mau menjaga kesehatan fisik, pisikis dan spiritual mereka.
Dari data yang diperoleh dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 22
Desember 2012 oleh peneliti di wilayah Posyandu Blok II yaitu pada umur 60 – 69 tahun, yang
terdiri atas laki – laki 6 orang dan perempuan 25 orang sehingga totalnya 31 orang dan pada
umur > 70 tahun yang terdiri atas laki – laki 1 orang dan perempuan 14 orang sehingga totalnya
15 orang, jadi jumlah seluruh lansia di Posyandu Blok II sebanyak sebanyak 46 orang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 lansia. Lansia mengatakan bahwa Posyandu lansia
adalah tempat untuk memeriksaan kesehatan bagi lansia, dengan adanya Posyandu lansia
sangat membantu mereka karena mereka dapat mengetahui kesehatannya, Posyandu lansia
biasanya diadakan dua bulan sekali pada minggu kedua, lansia juga mengatakan di Posyandu
tersebut ada pemeriksaan tekanan darah, gula darah dan asam urat. Disana biasanya mereka
dibantu oleh kader, bidan dan dokter. Tetapi tidak semua lansia mengetahui jadwal dan
pelayanan yang ada pada Posyandu lansia.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 lansia tersebut didapatkan data bahwa masih ada
sebagian lansia yang belum mengerti tentang Posyandu lansia, tujuan dan manfaatnya.
Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan lansia
tentang Posyandu lansia dengan perilaku mengunjungi Posyandu lansia di Posyandu Blok II
Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang
Posyandu lansia dengan perilaku mengunjungi Posyandu lansia di Posyandu Blok II
Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Mengetahui hubungan pengetahuan lansia tentang Posyandu lansia dengan Perilaku
mengunjungi Posyandu lansia di Posyandu Blok II Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta.
Tujuan khusus
Diketahui karakteristik lansia berdasarkan jenis kelamin dan umur di Posyandu Blok II
Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta.
Diketahui pengetahuan lansia tentang Posyandu lansia di Posyandu Blok II Puskesmas Depok
II Sleman Yogyakarta.
Diketahui perilaku lansia dalam mengunjungi Posyandu di Posyandu Blok II Puskesmas Depok
II Sleman Yogyakarta.
Diketahui keeratan hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang Posyandu lansia dengan
Perilaku mengunjungi Posyandu lansia di Posyandu Blok II Puskesmas Depok II Sleman
Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi media untuk penerapan berbagai konsep ilmu
pengetahuan gerontik dan dapat dijadikan sebagai kajian ilmiah penelitian tentang hubungan
tingkat pengetahuan lansia tentang Posyandu lansia dengan tingkat perilaku mengunjungi
Posyandu lansia.
Manfaat praktis
Bagi Puskesmas Depok II.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Posyandu Blok II Puskesmas Depok II, diharapkan dapat
menjadi masukan untuk perencanaan dan pengembangan program lanjut usia dalam pelayanan
kesehatan lansia secara optimal.
Bagi Profesi Keperawatan.
Dapat dijadikan referensi pengembangan ilmu keperawatan khususnya di bidang keperawatan
gerontik.
Bagi Universitas Respati Yogyakarta.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan di perpustakaan Universitas Respati
Yogyakarta sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan pembaca dengan
hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang Posyandu lansia dengan perilaku menggunjungi
Posyandu lansia.
Bagi Peneliti selanjutnya.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dan pembelajaran untuk dijadikan informasi awal
bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Rusdiyanto (2007), dengan judul: Hubungan antara Pengetahuan Lansia tentang Posyandu
Lansia dengan Frekuensi Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Kemusu II Kabupaten Boyolali. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 74 responden,
menggunakan total sampling. Penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Analisis data menggunakan uji statistik korelasi spearman rank (Rho). Perbedaan
pada penelitian ini terletak pada tempat penelitian, metode penelitian dan teknik sampling.
Akbar (2008), dengan judul: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kehadiran
Lansia di Posyandu Lansia Melati V Kelurahan Karangayu. Rancangan penelitian adalah cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 53 responden, menggunakan consecutive
sampling. Analisis data menggunakan uji spearman rank. Perbedaan dengan peneliti ini terletak
pada tempat penelitian dan teknik sampling.
Maryatun (2009), dengan judul: Hubungan Pengetahuan Tentang Posyandu Lansia dan
Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Kehadiran Keposyandu Lansia di RW III Kelurahan
Tinjomoyo Kecamataan Banyumanik Wilayah Binaan Puskesmas Ngesrep Kota Semarang.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan mendekatan cross sectional. Sampel
sebanyak 42 responden dengan menggunkan total sampling. Analisis data menggunakan uji
spearman rank. Perbedaan penelitian ini terletak pada tempat penelitian, metode penelitian dan
teknik sampling.
johannes jonathan tuhatelu, 71722052004810001, 88.938.506.8-823.000, pateten 2
lingk 4 kec aertembaga, 082187581787
proses yang terjadi sepanjang hidup manusia, yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu ke
waktu tertentu, akan tetapi dimulai sejak awal kehidupan (Nugroho, 2008). Dinas
Kependudukan Amerika Serikat dalam Maryam dkk (2008), jumlah populasi lansia berusia 60
tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2
miliar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun).
Dinas Kependudukan menyebutkan di Indonesia, terdapat 11 provinsi yang penduduk lansianya
sudah lebih dari 7 %, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali,
Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat dan
Nusa Tenggara Timur. Di lima provinsi dengan persentase lansia terendah adalah : Papua
(2,15 persen), Papua Barat (2,92 persen), Kepulauan Riau (3,78 persen), Kalimantan Timur
(4,53 persen), dan Riau (4,86 persen) (BPS SUSENAS 2007).
Jumlah penduduk lanjut usia atau yang berusia 60 tahun ke atas di kota Yogyakarta pada tahun
2004 sebesar 12,12%, tahun 2006 sebesar 12,37% dan pada tahun 2008 menjadi 13,72% dari
total penduduk. Usia harapan hidup di Yogyakarta pada tahun 2002 yaitu 73 tahun, tahun 2007
yaitu 74 tahun, tahun 2012 yaitu 74,7 tahun, tahun 2017 yaitu 75,4 tahun dan pada tahun 2022
yaitu 75,8 tahun Badan Pusat Statistik (Iswantiah, 2012).
Masalah yang mungkin terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik antara lain penurunan sel,
perubahan sistem kardiovaskular, penurunan respirasi. Perubahan sosial yang dialami antara
lain peran dalam keluarga, teman, masalah ekonomi dan merasa dibuang atau diasingkan.
Berhubungan dengan masalah psikologis banyak masalah umum dan psikologis yang sering
dialami oleh lansia contohnya, perubahan fisik yang lemah dan tak berdaya, perubahan status
ekonomi, mencari teman yang baru untuk mengantikan suami atau istri yang telah meninggal
dunia dan mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat. Dari ketiga perubahan tersebut timbullah
berbagai penyakit yang dapat menyerang lansia (Maryam dkk, 2008)
Pola penyakit lansia menempuh siklus hidup yang panjang sebelum menimbulkan komplikasi
dan manifestasi klinik. Awalnya seseorang sehat, dengan bertambahnya usia dan
tergantungnya gaya hidup yang dijalaninya dari lingkungan serta pelayanan kesehatan yang
diterimanya, orang tersebut menderita penyakit yang biasanya disebut sebagai faktor resiko
seperti hipertensi, diabetes mellitus, kolesterol meninggi dan lain – lain. Apabila penyakit
tersebut tidak terdeteksi atau diobati secara dini maka akan terjadi komplikasi penyakit yang
menetap dalam tubuh lansia (Kuswardani 2009).
Pada upaya pelayaan kesehatan ini, semua upaya kesehatan yang berhubungan dan
dilaksaakan oleh masyarakat harus diupayakan berperan serta dalam mengenai kesehatan
para lanjut usia. Puskesmas dan dokter praktek swasta merupakan tulang punggung layaan
ditingkat ini. Puskesmas berperan dalam membentuk kelompok lanjut usia. Di dalam kelompok
lanjut usia ini pelayaan kesehatan dapat lebih mudah dilaksaakan, baik usaha promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif (Darmojo, 2011).
Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan program yang ditujukan bagi para lansia.
Salah satunya yaitu program pelayanan kesehatan Posyandu lansia yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan lanjut usia yang mencakup peningkatan kualitas kesehatan lansia
agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka secara mandiri dan bijaksana dalam
menyongsong hari tua dan juga meningkatkan peran keluarga dalam memberikan kepedulian
terhadap lansia (Agustina, 2012).
Posyandu lansia merupakan perwujudan pelaksanaan program pengembangan diri kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia, sebagai suatu forum komunikasi dalam
bentuk peran serta masyarakat usia lanjut, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial
dalam penyelenggaraannya, dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayaan kesehatan (Ismawati dkk, 2010).
Aryati (2007), masalah yang selama ini terjadi adalah masyarakat belum mengerti sepenuhnya
tentang manfaat Posyandu, biasanya mereka malas mendatangi Posyandu yang diadakan
setiap bulan. Perilaku individu untuk berpartisipasi aktif dalam penggunaan Posyandu
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan,
jenis pekerjaan dan jenis kelamin (Depkes RI, 2005).
Hasil penelitian Rongers dalam Notoatmodjo (2010), dijelaskan bahwa perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Hal ini sesuai dengan Supriyatno (2000), mengemukakan bahwa pengetahuan
yang salah tentang tujuan dan manfaat Posyandu dapat menimbulkan salah persepsi yang
akhirnya kunjungan lansia ke Posyandu rendah. Bila pengetahuan lebih dapat dipahami, maka
timbul suatu sikap dan perilaku untuk berpartisipasi. Selain itu tingkat pengetahuan seseorang
juga mempengaruhi perilaku individu, yang mana makin tinggi pengetahuan seseorang maka
makin tinggi kesadaran untuk perperan serta, dalam hal ini adalah melakukan kunjungan ke
Posyandu lansia.
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang
datang dari luar. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memberikan
respon yang lebih rasional dan lebih berpotensi dari pada mereka yang berpendidikan lebih
rendah atau sedang (Notoatmodjo, 2010). Tingkat pendidikan turut menentukan mudah
tidaknya seseorang menyerap dan memahami tentang Posyandu lansia. Selain pendidikan ada
faktor lain yang berpengaruh yaitu usia dimana semua fungsi ingatan, penglihatan,
pendengaran, daya konsentrasi dan kemampuan fisik secara umum mulai menurun sehingga
memerlukan orang lain untuk memenuhi keperluannya dalam mempertahankan kunjungan ke
Posyandu lansia.
Berdasarkan hasil penelitian Rahmawati (2008), sebagian besar lansia yang aktif ke Posyandu
lansia sebanyak 70,6% berjenis kelamin perempuan, sedangkan lansia yang tidak aktif ke
Posyandu lansia sebanyak 52% berjenis kelamin laki-laki. Menurut Azwar (2005), jenis kelamin
mempengaruhi penyebaran suatu masalah kesehatan salah satunya adalah perbedaan tingkat
kesadaran berobat antara perempuan dan laki-laki, karena pada umumnya kaum perempuan
memiliki kesadaran yang baik untuk berobat daripada kaum laki-laki.
Dibandingkan penduduk lansia desa dan kota, masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan
lebih banyak yang masih bekerja pada usia tua dibandingkan di daerah perkotaan. Alasan
lansia untuk bekerja antara lain disebabkan oleh jaminan sosial dan kesehatan yang masih
kurang. Hal ini mendorong lanisa untuk tetap bekerja dan mencari pekerjaan, sehingga
mempengaruhi kunjungan lansia ke Posyandu lansia. Keadaan ini bisa terjadi bila seseorang
bekerja terlalu keras dengan kondisi perekonomian yang pas-pasan serta berpendidikan rendah
dimana pengertian tentang kesehatan adalah minimal dan akses terhadap informasi juga
terbatas (Astuti cit Rosyid, 2009).
Dilihat dari berbagai fenomena tentang lansia maka program pembinaan dan pemeliharaan
kesehatan lanjut usia sangat dibutuhkan. Posyandu atau pos pelayanan terpadu yang
merupakan program Puskesmas melalui kegiatan peran serta masyarakat telah berupaya untuk
melaksanakan program pembinaan lanjut usia. Adapun Posyandu yang dijadikan penelitian
oleh peneliti adalah Posyandu Blok II. Kegiatan Posyandu yang dilaksanakan satu bulan sekali
yang meliputi penimbangan dan pengukuran tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah dan
pemberian makanan tambahan yang dikelola oleh kader Posyandu. Pemeriksaan kesehatan
lansia, bukan sekedar memeriksa dan melakukan penimbangan terhadap berat badan dan
pengukuran tekanan darah semata, lebih dari itu dilakukan untuk menggerakan masyarakat,
khususnya para lansia agar mau menjaga kesehatan fisik, pisikis dan spiritual mereka.
Dari data yang diperoleh dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 22
Desember 2012 oleh peneliti di wilayah Posyandu Blok II yaitu pada umur 60 – 69 tahun, yang
terdiri atas laki – laki 6 orang dan perempuan 25 orang sehingga totalnya 31 orang dan pada
umur > 70 tahun yang terdiri atas laki – laki 1 orang dan perempuan 14 orang sehingga totalnya
15 orang, jadi jumlah seluruh lansia di Posyandu Blok II sebanyak sebanyak 46 orang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 lansia. Lansia mengatakan bahwa Posyandu lansia
adalah tempat untuk memeriksaan kesehatan bagi lansia, dengan adanya Posyandu lansia
sangat membantu mereka karena mereka dapat mengetahui kesehatannya, Posyandu lansia
biasanya diadakan dua bulan sekali pada minggu kedua, lansia juga mengatakan di Posyandu
tersebut ada pemeriksaan tekanan darah, gula darah dan asam urat. Disana biasanya mereka
dibantu oleh kader, bidan dan dokter. Tetapi tidak semua lansia mengetahui jadwal dan
pelayanan yang ada pada Posyandu lansia.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 lansia tersebut didapatkan data bahwa masih ada
sebagian lansia yang belum mengerti tentang Posyandu lansia, tujuan dan manfaatnya.
Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan lansia
tentang Posyandu lansia dengan perilaku mengunjungi Posyandu lansia di Posyandu Blok II
Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang
Posyandu lansia dengan perilaku mengunjungi Posyandu lansia di Posyandu Blok II
Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Mengetahui hubungan pengetahuan lansia tentang Posyandu lansia dengan Perilaku
mengunjungi Posyandu lansia di Posyandu Blok II Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta.
Tujuan khusus
Diketahui karakteristik lansia berdasarkan jenis kelamin dan umur di Posyandu Blok II
Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta.
Diketahui pengetahuan lansia tentang Posyandu lansia di Posyandu Blok II Puskesmas Depok
II Sleman Yogyakarta.
Diketahui perilaku lansia dalam mengunjungi Posyandu di Posyandu Blok II Puskesmas Depok
II Sleman Yogyakarta.
Diketahui keeratan hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang Posyandu lansia dengan
Perilaku mengunjungi Posyandu lansia di Posyandu Blok II Puskesmas Depok II Sleman
Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi media untuk penerapan berbagai konsep ilmu
pengetahuan gerontik dan dapat dijadikan sebagai kajian ilmiah penelitian tentang hubungan
tingkat pengetahuan lansia tentang Posyandu lansia dengan tingkat perilaku mengunjungi
Posyandu lansia.
Manfaat praktis
Bagi Puskesmas Depok II.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Posyandu Blok II Puskesmas Depok II, diharapkan dapat
menjadi masukan untuk perencanaan dan pengembangan program lanjut usia dalam pelayanan
kesehatan lansia secara optimal.
Bagi Profesi Keperawatan.
Dapat dijadikan referensi pengembangan ilmu keperawatan khususnya di bidang keperawatan
gerontik.
Bagi Universitas Respati Yogyakarta.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan di perpustakaan Universitas Respati
Yogyakarta sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan pembaca dengan
hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang Posyandu lansia dengan perilaku menggunjungi
Posyandu lansia.
Bagi Peneliti selanjutnya.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dan pembelajaran untuk dijadikan informasi awal
bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Rusdiyanto (2007), dengan judul: Hubungan antara Pengetahuan Lansia tentang Posyandu
Lansia dengan Frekuensi Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Kemusu II Kabupaten Boyolali. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 74 responden,
menggunakan total sampling. Penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Analisis data menggunakan uji statistik korelasi spearman rank (Rho). Perbedaan
pada penelitian ini terletak pada tempat penelitian, metode penelitian dan teknik sampling.
Akbar (2008), dengan judul: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kehadiran
Lansia di Posyandu Lansia Melati V Kelurahan Karangayu. Rancangan penelitian adalah cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 53 responden, menggunakan consecutive
sampling. Analisis data menggunakan uji spearman rank. Perbedaan dengan peneliti ini terletak
pada tempat penelitian dan teknik sampling.
Maryatun (2009), dengan judul: Hubungan Pengetahuan Tentang Posyandu Lansia dan
Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Kehadiran Keposyandu Lansia di RW III Kelurahan
Tinjomoyo Kecamataan Banyumanik Wilayah Binaan Puskesmas Ngesrep Kota Semarang.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan mendekatan cross sectional. Sampel
sebanyak 42 responden dengan menggunkan total sampling. Analisis data menggunakan uji
spearman rank. Perbedaan penelitian ini terletak pada tempat penelitian, metode penelitian dan
teknik sampling.
johannes jonathan tuhatelu, 71722052004810001, 88.938.506.8-823.000, pateten 2
lingk 4 kec aertembaga, 082187581787