Perbandingan Unsur Novel Indonesia dan T

TUGAS BAHASA INDONESIA
“Membandingkan Unsur-unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
Hikayat, Novel Indonesia, dan Novel Terjemahan”

Disusun oleh:
Kelompok 3
1. Anita Rahayu (03)
2. Lukman Hidayat
(12)
3. Miftahul Fa’izah
(14)

SMA NEGERI 1 WATES
TAHUN 2013/2014

A. Unsur-unsur Intrinsik “Hikayat Bayan Budiman”
1. Tema

: kesetiaan seorang istri kepada suaminya

2. Tokoh dan Penokohan :

a. Khoja Mubarak

: kaya, taat beragama, sayang dan peduli pada anaknya.

b. Khoja Maimun

: tampan, taat beragama, pandai berlayar dan berdagang, giat
bekerja, sangat sayang, peduli, dan percaya pada istrinya, serta
suka menasehati istrinya.

c. Bibi Zainab

: cantik, mudah tergoda, patuh pada suami, emosional, tega
menyakiti binatang, dan khilaf untuk menepati janji.

d. Burung Tiung

: selalu menasehati istri tuannya, religius, dan patuh dengan
perintah tuannya.


e. Bayan Budiman

: bijaksana, pintar, cerdik, patuh dengan perintah tuannya, dapat
menyelamatkan nyawanya sendiri dan menyelamatkan rumah
tangga tuannya.

f. Anak Raja
3. Setting

: mudah terpesona, suka menggoda.
:

a. Tempat

: negara Ajam, dalam rumah, tingkap mahligai.

b. Waktu

: suatu hari, malam demi malam.


c. Suasana

: menegangkan.
“Teguran burung tiung betina itu membuatkan Bibi Zainab marah lalu
dihempaskan burung itu ke bumi.”

4. Alur

: maju.

5. Sudut pandang: orang ke-3 serbatahu
6. Amanat

:

a. Setia dalam menjalin hubungan.
b. Dengarkanlah baik-baik nasihat yang diberikan kepada kita karena itu akan
memberikan petunjuk baik bagi kita.

c. Berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak.

d. Patuh dengan perintah yang diberikan.
e. Jadilah orang yang cerdik dalam menyikapi problematika hidup.
7. Gaya Bahasa :
a. Menggunakan bahasa Melayu klasik sehingga sangat sulit dipahami.
b. Kata-kata yang digunakan juga tidak lazim didengar pada umumnya dan jarang
digunakan dalam percakapan sehari-hari.
c. Nama-nama tokoh dalam hikayat cenderung ke arah Islam.
d. Menggunakan majas Hiperbola.
“Apapun hamba ini haraplah tuan, jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan,
insyaAllah di atas kepala hambalah menanggungnya....”
e. Menggunakan perumpamaan.
“Adapun akan hamba tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang
dicabut bulunya oleh seorang isteri saudagar….”

B. Unsur-unsur Intrinsik “Hikayat Bayan Budiman”
1. Nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat
a. Nilai agama : “... setelah ia berdoa kepada Tuhan”
“... mengerjakan maksiat lagi dilarangkan Allah Ta’ala dan
ditegahkan Rasulullah s.a.w.”
b. Nilai Moral

1) Peduli dengan istri
“Khoja Maimun telah membeli dua ekor burung sebagai peneman isterinya
sepeninggalan beliau pergi belayar.”
2) Bijak
“Bayan yang bijak bukan saja dapat menyelamatkan nyawanya tetapi juga
dapat menyekat isteri tuannya...”
c. Nilai Budaya
:
1) Seorang istri patuh terhadap suami
2) Perjodohan
“...sampai umur Khojan Maimun lima belas tahun, ia dikahwinkan dengan
anak saudagar yang kaya.”
3) Perselingkuhan
“Bibi Zainab telah jatuh berahi terhadap putera raja itu dan putera Raja itu
juga telah jatuh cinta pada Bibi Zainab.

d. Nilai ekonomi
e. Nilai estetika

: “...terlalu amat kaya orangnya”

“...oleh kerana hampir kehabisan harta..”
: “...amat elok parasnya.

2. Latar belakang pengarang :
Pengarang hikayat Bayan Budiman tidak diketahui (anonim) sehingga tidak
dapat diketahui pula latar belakang pengarang itu sendiri.
3. Latar belakang sosial-budaya masyarakat
Keadaan masyarakat pada jaman itu mayoritas mengandalkan usaha
perdagangan. Pelayaran menjadi sebuah tradisi bagi orang Melayu.
Selain itu, penerapan prinsip berpegang teguh pada norma-norma hidup,
terutama norma agama pada kehidupan sehari-hari juga sudah banyak dilakukan.
Namun, masih tetap ada kecurangan dan perbuatan yang melanggar norma-norma
kehidupan yang berlaku di masyarakat tersebut.

Novel Indonesia

Salah Pilih
oleh: Nur Sutan Iskandar

Di sebuah daerah di Minangkabau, tinggal sebuah keluarga. Seorang ibu, saudara

perempuannya, dan seorang anak perempuan terdapat dalam keluarga tersebut. Anak
perempuan itu bernama Asnah, ia adalah anak angkat dari Mariati. Asnah adalah seorang
gadis yang cantik, baik, sopan, lembut, serta taat dan patuh terhadap Mariati, walaupun
Mariati hanyalah ibu angkatnya. Kebaikan hati Asnah itu pulalah yang membuat Mariati
teramat sangat sayangnya terhadap Asnah, jadilah Asnah pengobat dalam setiap sakitnya dan
penghibur dikala susahnya. Setiap kali perlu sesuatu, Mariati lebih senang dilayani oleh
Asnah daripada oleh Sitti Maliah, jadilah Sitti Maliah kadang-kadang merasa iri terhadap
Asnah karena tak jarang pekerjaannya tidak terpakai oleh Mariati. Walaupun demikian, Sitti

Maliah tetap senang dan sayang terhadap Asnah karena memang perangai gadis tersebut
benar-benar baiknya.
Selain Asnah, Mariati juga mempunyai seorang anak laki-laki bernama Asri. Asri
sama pula sayangnya terhadap Asnah sebagaimana dia menyayangi adik kandungnya. Namun
karena Asri sedang bersekolah di Jakarta, jadi dia tak dapat selalu bertemu dengan Asnah
untuk sekedar berbagi cerita. Namun, seiring berjalannya waktu, berubah pulalah perasaan
Asnah terhadap Asri. Semula perasaannya terhadap Asri hanya sebatas perasaan sayang
terhadap seorang saudara, namun demikian perasaan itu terus mengalir hingga menumbuhkan
benih-benih cinta di hati Asnah. Walau demikian, Asnah tak ingin Asri mengetahui perasaan
dirinya. Sebisa mungkin dia bersikap biasa manakala Asri pulang.
Hingga tiba saat Asri tamat dari sekolahnya, dan Mariati menyuruh Asri tinggal dan

bekerja di Kampung halamannya saja karena ia merasa ia sudah demikian tua dan sakitsakitan maka ia tak ingin jauh-jauh dari anak laki-lakinya itu. Sebenarnya keinginan Mariati
tadi sangat bertentangan dengan keinginan hati Asri, karena ia sangat ingin meneruskan
sekolahnya ke sekolah setingkat SMA atau ke sekolah kedokteran, namun sebagai seorang
anak yang ingin berbakti kepada ibunya, akhirnya ia mengikuti keinginan ibunya tersebut.
Hingga suatu saat merasa bahwa Asri sudah cukup umur bahkan bisa dibilang sudah matang
untuk menikah. Asri menyetujui saja keinginan ibunya tersebut, hanya saja dia masih bingung
dalam mencari calon istri untuk dirinya. Asnah begitu kaget manakala ia mendengar bahwa
Asri akan segera menikah. Tapi ia berusaha sebisa mungkin menutupi perasaannya tersebut.
Asri masih bingung memilih-milih wanita calon istrinya, sebernanya Asri dan Asnah boleh
saja menikah, hanya karena adat istiadat yang berlaku saat itu maka dirasa tidak pantas
mereka menikah karena dianggap masih sepedukuan yang berasal dari satu kaum.
Lalu dipilih-pilihlah wanita di Negerinya yang belum menikah. Akhirnya Asri
menemukan seorang gadis yang dirasa cocok untuk menjadi pendampingnya kelak. Gadis itu
adalah Saniah. Keinginannya melamar Saniah bukanlah tanpa alasan. Asri lebih dahulu
tertarik kepada kakak Saniah, yaitu Rusiah. Rusiah adalah seorang perempuan yang baik
hatinya, dan lembut perangainya. Namun ketika Asri bersekolah di Bukittinggi, ternyata
Rusiah dikawinkan dengan seorang laki-laki bernama Sutan Sinaro.
Jadi Asri memutuskan untuk meminang Saniah karena dirasa bahwa Saniah pun tak
akan jauh beda dengan kakaknya, baik rupa ataupun perangainya.
Sampai suatu saat Asri bersama-sama ibunya memutuskan untuk bertamu ke rumah

keluarga Saniah. Keluarga itu adalah keluarga orang terpandang, keluarga seorang bangsawan
kaya dan terpelajar. Walaupun ibu gadis tersebut memiliki perangai yang kaku dan cenderung
angkuh, namun Asri yakin bahwa Saniah tentunya berperangai lain dengan ibunya. Asri
memutuskan memilih Saniah sebagai calon istrinya. Mereka berdua melaksanakan acara
pertunangan terlebih dahulu. Saat pertunangan, Saniah benar-benar menampakkan perangai
yang sangat baik, ia pun hormat terhadap seluruh keluarga Asri. Perangai demikian itu
membuat Asri semakin yakin dengan pilihannya itu. Tak lama, dilangsungkanlah upacara
perkawinan Asri dengan Saniah yang sangat meriah.

Setelah menikah, mereka berdua lalu pindah ke Rumah Gedang milik keluarga Asri.
Dari situlah diketuahui bahwa perangai Saniah tidaklah seelok yang dia perlihatkan saat
sebelum menikah. Saniah begitu memandang rendah terhadap Asnah hanya karena Asnah
adalah seorang anak angkat. Dia merasa bahwa tidak sepatutnya Asnah disejajarkan dengan
dirinya yang berasal dari kaum terpandang. Ternyata, perangai Saniah begitu angkuhnya,
berbeda dengan yang dia perlihatkan sebelum menikah dahulu. Saniah begitu sering berkata
menyindir, bersikap bengis, bahkan mencaci maki yang begitu menyakitkan hati Asnah.
Bahkan terhadap mertuanya pun, Saniah bersikap yang kurang sopan. Namun Asnah adalah
seorang gadis tegar dan sabar yang mempunyai hati lapang, dia tak pernah membalas
perlakuan buruk dari iparnya itu.
Tak lama setelah menikah, adat buruk Saniah semakin menjadi. Bahkan sekarang dia

berani melawan terhadap suaminya, kerap kali ia juga berkata-kata kasar terhadap suaminya.
Sehingga dapat dilihat kalau adat Saniah tak jauh bedanya dengan ibunya, Rangkayo Saleah.
Hingga membuat kesabaran Asri kian berkurang dan akhirnya Asri membiarkan Saniah
pulang ke rumah orang. Hingga suatu hari Rangkayo Saleah mendapat kabar bahwa anak lakilakinya, Kaharuddin akan menikah dengan seorang perempuan anak seorang saudagar batik di
kota Padang, tak tertahankan lagilah amarahnya. Dianggapnya oleh Rangkayo Saleah bahwa
Kaharuddin akan menikah dengan seorang perempuan yang tak tentu asal-usulnya. Sementara
Dt. Indomo merasa tidak setuju dengan pendapat istrinya itu, ia setuju saja anaknya menikah
dengan siapapun asal perempuan yang disukainya itu terpelajar, sehat, orang baik-baik dan
bersopan santun. Kaya, miskin, bangsawan, berbeda negeri, dan sebagainya tidaklah
dipandang sebagai alasan. Namun Rangkayo Saleah tetap teguh pada pendiriannya untuk
tidak menyetujui pernikahan Kaharuddin. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Padang
mendatangi Kaharuddin. Maka diajaknya lah Saniah pergi ke kota Padang.
Namun entah mengapa, begitu banyak yang ia ingat saat ia memandang Rumah
Gedang yang nampak jelas terlihat dikejauhan. Tiba-tiba ia teringat akan suaminya, yang
begitu sayang terhadapnya, maka teringatlah ia bahwa ia telah durhaka terhadap suaminya,
teringat ia akan dosa-dosa yang telah ie perbuat terhadap orang-orang di sekitarnya, termasuk
pada Asnah. Lama benar ia memandang, seakan-akan ia akan pergi jauh.
Lalu dilanjutkannyalah perjalanan mereka. Dan Rangkayo Saleah menyuruh kepada
supir untuk memacu kendaraannya lebih cepat agar mereka bisa lebih cepat sampai di tujuan.
Akhirnya, peristiwa yang sangat tidak diharapkanpun terjadi mobil yang dinaiki Saniah jatuh

terbalik dan masuk ke dalam sungai yang kering airnya. Saniah yang kelihatannya masih
bernafas segera diselamatkan orang-orang dan dibawa ke rumah sakit. Namun karena
kecelakaan yang dialaminya begitu parah, akhirnya Saniah pun meninggal dunia setelah
sempat bertemu dan meminta maaf kepada suaminya.
Setelah beberapa lama Saniah meninggal, begitu banyak lamaran datang kepada Asri.
Namun dia tak ingin salah pilih lagi. Dan ia memutuskan kalaupun ia hendak menikah lagi, ia
hanya akan menikah dengan orang yang sudah sangat dikenal oleh dirinya dan dapat menjadi
kawan yang selalu ada dalam susah, sedih, senang dan gembira, yaitu Asnah. Ia tak ingin
salah pilih lagi karena ia yakin bahwa Asnah lah satu-satunya perempuan terbaik bagi dirinya.

Namun saat itu Asnah tinggal bersama Mariah, saudara perempuan Mariati yang tinggal di
Bayur. Jadilah Asri mendatanginya sekalian minta izin kepada Mariah untuk menikahi Asnah.
Para penghulu adat dan masyarakat pun sangat kaget mendengar keputusan Asri,
karena walau bagaimanapun, Asri dan Asnah sudah dianggap sebagai saudara sepesukuan.
Walaupun Asri tidak setuju pada pendapat orang-orang, karena baginya Asnah hanyalah
saudara angkat yang dibesarkan bersama-sama dengannya dan tidak ada ikatan darah
dengannya. Adat pun mengatakan bahwa jika ada saudara sepesukuan yang melangsungkan
perkawinan, maka mereka tidak akan diakui lagi sebagai warga Minangkabau. Dan Asri,
daripada ia harus mengikuti adat yang bertentangan dengan hati nuraninya dan harus
kehilangan orang yang dicintainya, ia pun memutuskan untuk membawa Asnah pergi
meninggalkalkan Minangkabau. Dan ia pun rela melepaskan pekerjaannya sebagai seorang
Sutan Bendahara. Mereka memutuskan untuk pergi ke Jawa.
Awalnya, kehidupan mereka disana tidak begitu berkecukupan. Mereka pun banyak
dijauhi oleh orang-orang sekampung mereka yang kebetulan sama-sama berniaga di Jawa.
Namun karena usaha keras dan kesabarah hati mereka, akhirnya Asri mendapatkan pekerjaan
yang layak. Dan yang terpenting, Asri mendapatkan kebahagian bersama Asnah.
Selang berapa lama, Asri dan Asnah mendapatkan surat dari para penghulu negri
untuk segera pulang ke kampung halamannya. Karena penduduk kampung sadar telah
kehilangan orang pintar yang mempunyai cita-cita yang besar untuk kemajuan negrinya.
Seiring kemajuan zaman, pengetahuan penduduk negri pun sudah terbuka lebar dan mereka
lebih bisa menanggapi sesuatu hal dengan cara yang masuk akal. Akhirnya, Asri dan Asnah
pulang kembali ke kampung halamannya. Mereka disambut dengan suka cita oleh para
penduduk disana. Asri diberikan kedudukan sebagai Engku Sutan Bendahara. Mereka sangat
dihormati oleh penduduk dan hidup berbahagia.

A. Unsur Intrinsik
1. Tema : Kesalahan seseorang dalam menentukan pilihannya.
2. Tokoh dan Penokohan :
a. Asri
: Penyayang, sabar, patuh terhadap orang tua, berbudi
baik, terpelajar
b. Asnah : Penyayang, perhatian, sabar, lembut, sopan, patuh,
pemaaf, tertutup
c. Ibu Mariati: Baik hati, tegas, sangat perhatian terhadap
keluarganya
d. Siti Maliah
: Baik hati, penyayang

3.

4.
5.
6.

e. Saniah : Sombong, congkak, pandai berpura-pura, ketus, suka
berbicara kasar.
f. Rangkayo Saleah
: Angkuh, sombong, kasar, menganggap
rendah orang lain.
g. Dt. Indomo
: walaupun baik tetapi terlalu takut terhadap
istrinya sehingga
tidak tegas dalam mengambil keputusan
h. Kaharuddin
: rendah hati, tidak suka membeda-bedakan orang
karena
perbedaan harta dan kekayaan saja.
Latar:
a. Tempat : di daerah Minangkabau, di rumah Gadang, di rumah
Saniah, di
rumah sakit, di sungai yang kering, di rumah sakit, di
Pulau Jawa.
b. Waktu : Zaman dahulu
c. Suasana : Menegangkan, mengharukan, dan membahagiakan
Alur : Maju
Sudut pandang
: Orang ketiga serbatahu
Gaya bahasa
:
-

Sebagian besar menggunakan bahasa melayu, sehingga sulit
untuk dipahami dalam bahasa Indonesia.

-

Jika diliat tahun terbitnya yaitu pada tahun 1928, kata-kata yang
dipilih oleh pengarang banyak yang tidak dimengerti oleh pembaca,
kemungkinan hanya dapat di mengerti oleh orang orang yang sudah
berumur, karena rata-rata kata yang di pilihnya adalah kata-kata tua
yang sudah sangat jarang di pergunakan di era sekarang.

7. Amanat
:
a. Jangan menilai seseorang dari rupa dan harta saja, karena belum
tentu seseorang yang bagus rupa, kaya harta, bagus pula
akhlaknya.
b. Jangan melupakan adat daerah sendiri.
c. Jangan membeda-bedakan strata sosial.
d. Berbaktilah terhadap orang tua.
e. Sadarilah kesalahan diri sendiri dan bersegeralah meminta maaf
kepada orang yang disakiti.
f. Sesuatu yang menurut orang banyak itu salah, belum tentu
merupakan suatu kesalahan.
g. Ada kalanya kita harus menolak adat yang terlalu keras, dan mencoba mencari
jalan keluar dengan berpikir panjang dan berhati-hati, sehingga kita dapat berlaku
bijaksana dalam mengambil keputusan.

B. Unsur Ekstrinsik
1. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel
a. Nilai sosial
- Ibu Mariati mengangkat Asnah sebagai anaknya.
- Asnah selalu membantu Ibu Mariati.
b. Nilai moral
- Berbaktilah terhadap orang tua.
- Bersabarlah dalam menghadapi cobaan.
- Sadarilah kesalahan diri sendiri dan bersegeralah meminta
maaf kepada orang yang disakiti.
- Jangan mengulangi kesalahan yang sama.
c. Nilai pendidikan
: Asri bersekolah di Jakarta dan berkeinginan
untuk
melanjutkan ke sekolah setingkat SMA atau
sekolah kedokteran.
d. Nilai adat/budaya
- Saudara sepesukuan tidak diperbolehkan untuk menikah.
- Menyebutkan beberapa unsur-unsur kebudayaan melayu.
e. Nilai agama

: Pernyataan bahwa dalam agama Islam tidak ada dan tidak
diperbolehkan bila menikah dengan saudara sendiri.

2. Latar belakang pengarang
Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah Melayu, Nur Sutan Iskandar
diangkat menjadi guru. Selama menjalani profesi tersebut, ia belajar secara otodidak
dari buku-buku, terutama mengenai bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Tulisantulisannya pun sering dimuat dalam berbagi surat kabar di Padang.
Karir di Balai Pustaka di awali dengna bekerja sebagi korektor, kemudian
sebagi redaktur dan redaktur kepala. Atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan
kemerdekaan, Departemen Sosial menganugerahi tanda kehormatan Perintis
Kemerdekaan. Penghargaan di bidang kebudayaan juga diperoleh dengan pemberian
tanda kehormatan Satyalencana pada tahun 1961.
Seorang sastrawan yang produktif, Nur Sutan Iskandar mengahasilkan tidak
kurang dari 82 judul buku. Salah satunya adalah novel Salah Pilih yang diterbitkan
pada tahun 1928.
3. Latar belakang sosial-budaya masyarakat
Pengarang berusaha menjelaskan beberapa adat minang yang sangat
berpengaruh dalam kehidupan masyarakatnya. Masyarakat minang juga memegang
teguh yang menjadi peraturan adatnya, terutama adat mengenai perkawinan di tanah
minang yang menggunakan perjodahan oleh orang tua ke dua belah pihak.

Tak hanya itu, masyarakat minang yang sudah dewasa sangat membatasi
pergaulan dan tingkah lakunya dengan lawan jenis, walaupun itu masih ada ikatan
kekeluargaan. Dengan adanya adat minang yang sangat kental ini, masih terdapat
masyarakat minang yang memberontak dan melanggar aturan adat tersebut.

Novel Terjemahan
"Kisah Petualangan James Bond: Silverfin"
oleh: Charlie Higson
James Bond memulai petualangan hebatnya di Eton, sebuah sekolah tua di dekat sungai
Thames, London. Di Eton, James bertemu dengan George Hellebore dan ayahnya Lord
Randolph Hellebore. Lord Hellebore disegani oleh hampir semua orang di Eton karena dia
aktif membangun sekolah itu dengan uang dan segala materi yang dia miliki.
Berawal dari Piala Hellebore, James mulai menyadari akan sifat sebenarnya dari Lord
Hellebore. Dia juga menyadari bahwa George Hellebore akan menggunakan cara apapun agar
bisa memenangi Piala Hellebore. Tetapi George melakukannya karena dia mendapat tekanan
dan ancaman dari ayahnya, sampai-sampai Lord Hellebore tega memaksa George untuk
meminum ramuan ciptaannya yang dapat membuat George menjadi lebih tangguh dari
manusia biasa.
Petualangan James berlanjut ketika James berkunjung ke pondok milik paman dan
bibinya, Max Bond dan Charmian Bond. Pondok itu terletak di sebuah desa di Highland
Barat, Keithly. Dari pamannya lah, James mengetahui tentang keberadaan sebuah kastil yang
terletak terlalu jauh dari pondok pamannya. Kastil itu ternyata milik Lord Hellebore. Karena
penasaran, James pun memutuskan untuk menyelidiki kastil itu bersama seorang anak lakilaki yang ditemuinya di kereta saat perjalanan ke Skotlandia. Anak itu bernama Red Kelly.
Bersama-sama, mereka pergi ke kastil Hellebore. Ketika mereka sudah dekat dengan
kastil tersebut, James dan Red bertemu dengan seorang detektif dari Agensi Detektif
Pinkerton di Amerika. Detektif itu bernama Mike Moran atau Mike Si Penjagal. Menurut info
dari Si Penjagal, Lord Hellebore membuat sebuah eksperimen terselubung di dalam kastil
tersebut. Karena waktu itu sudah sore, Si Penjagal menyuruh James dan Red untuk kembali
ke Keithly sambil mencari informasi. Sementara Si Penjagal akan terus memantau dan
menyelidiki kastil itu dari dekat.
Waktu pun berjalan, James merasa dia dan Red harus kembali ke kastil karena Si
Penjagal tak kunjung memberi kabar kepada mereka. James dan Red pun pergi lagi ke kastil
Hellebore. Ternyata, Si Penjagal telah tewas karena tercebur ke sebuah kolam di dekat kastil.
James dan Red pun memutuskan untuk menyelinap ke dalam kastil. Namun Red terjatuh dari
pohon hingga kakinya patah. James pun menyelinap sendirian. Akan tetapi, dia tertangkap
oleh Lord Hellebore dan dikurung di dalam kastil. Dalam keputus asaan, dia teringat dengan
kata-kata pamannya “Tak seorang pun bisa mengekang seorang Bond selamanya”. Kata-kata
itu memberikan semangat baru pada James. Akhirnya James berhasil keluar dari kastil dan
bertemu kembali dengan Red.
James dan Red lalu berencana pulang ke Keithly. Akan tetapi, Lord Hellebore
mengetahui bahwa James telah melarikan diri dan Hellebore pun mengejar James. James
memutuskan untuk kembali ke kastil dan mengakhiri semua ini, mengakhiri semua rencana

jahat Hellebore. Dibantu oleh Wilder dan kudanya, Martini, dia kembali ke kastil. James
bertemu dengan George dan ternyata George telah berada di pihak James. Singkat cerita,
mereka berhasil membinasakan semua eksperimen Lord Hellebore, bahkan Lord Hellebore
pun tewas. James kembali bersekolah di Eton, sementara George pergi ke Amerika untuk
tinggal bersama ibunya.

A. Unsur Intrinsik
1. Tema
: Perjuangan melawan kejahatan
2. Tokoh dan Penokohan
:
a. James Bond
: seorang petualang, pembela kebenaran, cerdik, pantang
menyerah, jiwa pemberani, pintar bersiasat.
b. Lord Hellebore : kaya, punya pengaruh besar di sekolah (Eton), jahat, pintar,
sangat ambisius, serakah, licik, tidak peduli pada anak.
c. George Hellebore : licik, tertekan, curang, tetapi akhirnya terpengaruh untuk ikut
berjuang melawan kejahatan ayahnya.
d. Paman Max dan Bibi Charmian : baik, sayang pada James, suka bercerita.
e. Red Kelly
: ramah, pemberani, pandai berkelahi.
f. Mike Moran (Si Penjagal)
: seorang detektif, pembela kebenaran,
pemberani, berani mengambil resiko, peduli
dengan orang lain.
g. Wilder Lawless : ramah, baik, suka membantu, pemberani, pintar bela diri.
3. Latar
a. Tempat :
 Sekolah tua bernama Eton di dekat sungai Thames, London.
 Pondok di sebuah desa di Highland Barat, Keithly.
 Kastil Hellebore
 Sebuah kolam di dekat kastil
b. Waktu
: Berawal dari Piala Hellebore, sore hari.
c. Suasana : Membuat penasaran, menegangkan.
4. Alur
: maju.
Ceritanya dimulai dengan kehidupan James Bond di Eton, kemudian masa
liburan James di pondok milik pamannya sambil menyelidiki kejahatan Lord
Hellebore, hingga akhirnya James Bond dan teman-teman berhasil mengalahkan Lord
Hellebore.
5. Sudut pandang: orang ketiga pelaku utama.
6. Amanat
:
a. Jangan mudah menyerah dengan keadaan meski banyak halangan dan rintangan.
b. Kita hendaknya mudah berinteraksi dengan orang lain.
c. Semua orang, bahkan musuh pun dapat dijadikan teman.
d. Jangan bersikap curang untuk mendapatkan hal yang diinginkan.
e. Berani mengambil resiko untuk melawan kejahatan.
7. Gaya bahasa :
a. Bahasa terjemahan yang digunakan mudah dipahami karena menggunakan bahasa
Indonesia yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Masih terdapat berbagai kata yang penerjemahannya tidak sesuai dengan kata yang
dimaksud pada novel aslinya.

c. Menggunakan majas hiperbola/melebih-lebihkan suatu keadaan.
“...meminum ramuan ciptaannya yang dapat membuat George menjadi lebih
tangguh dari manusia biasa.”
“...eksperimen terselubung.”
“...mereka berhasil membinasakan semua eksperimen Lord Hellebore.”

B. Unsur Ekstrinsik
1. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel:
a. Nilai pendidikan
 James Bond memulai petualangan hebatnya di Eton, sebuah sekolah tua di
dekat sungai Thames, London.
 Lord Hellebore membuat sebuah eksperimen biologi untuk membuat manusia
yang sangat tangguh.
b. Nilai moral
 George Hellebore akan menggunakan cara apapun agar bisa memenangi Piala
Hellebore.
 Berani mengambil resiko dalam keadaan apapun, terlebih melawan kejahatan.
c. Nilai sosial : James dan Red bekerja sama untuk mengalahkan Lord Hellebore.

2. Latar belakang pengarang
Charles Higson merupakan seorang aktor Inggris yang juga merupakan
seorang komedian dan pengarang. Ia merupakan penulis beberapa skenario untuk
acara TV dan film bioskop. Jadi, beliau ini sangat mahir dalam bidang tulis-menulis
cerita beraliran apapun karena sudah terbiasa menulis skenario dan menjadi aktor
dalam puluhan judul film di Inggris dengan berbagai macam aliran, termasuk
petualangan.

3. Latar belakang sosial-budaya masyarakat
Orang Eropa, khususnya Inggris kebanyakan sangat mempunya ambisi untuk
menjadi pemenang. Mereka akan melakukan berbagai cara dan akan menghalalkan
segala cara itu agar dapat menjadi nomer 1 dan dikenal oleh orang banyak.

Selain itu, dengan banyaknya kejahatan di Inggris, terdapat berbagai organisasi
yang bertugas sebagai detektif untuk menyelidiki dan menyelesaikan
permasalahan/kejahatan tersebut.

Membandingkan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik pada Hikayat,
Novel Indonesia, dan Novel Terjemahan
A. Persamaan Unsur Intrinsik
1. Ketiganya bertemakan masalah-masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat.
2. Di dalam penokohan, ketiganya menghadirkan tokoh protagonis dan antagonis.
3. Ketiganya menonjolkan latar tempat, yaitu tempat-tempat disampaikan dengan
gamblang dan sangat rinci sehingga dapat diketahui dan terlihat dengan jelas.
4. Pada latar suasana ketiganya tidak menggambarkannya dengan jelas sehingga
pembaca harus pandai menafsirkan sendiri suasana yang terjadi.
5. Ketiganya menggunakan alur maju, yaitu menceritakan kisahnya dari awal hingga
akhir.
6. Ketiganya menggunakan sudut pandang orang ketiga, yaitu menggunakan sebutan
nama tokoh langsung, “dia”, dan “beliau”.
7. Amanat yang disampaikan ketiganya berupa pesan-pesan moral dalam kehidupan
bermasyarakat.
B. Perbedaan Unsur Intrinsik
1. Jika dilihat dari isinya, ketiganya memiliki arah cerita masing-masing. Pada hikayat
menggambarkan kisah percintaan, dimana seorang istri yang diuji kesetiannya pada
saat ditinggal suaminya. Sedangkan pada novel Indonesia cenderung menggambarkan
adat dan budaya perkawinan Minangkabau, yaitu menceritakan kesalahan seseorang
dalam menentukan pilihan dengan melanggar adat-budanya. Berbeda halnya dengan
novel terjemahan yang cenderung menggambarkan kisah petualangan, yaitu
menceritakan petualangan seseorang dalam melawan kejahatan.

2. Gaya bahasa yang digunakan hikayat dan novel indonesia lebih kompleks
dibandingkan novel terjemahan. Pada hikayat dan novel indonesia, banyak
menggunakan majas dan perumpamaan, serta menggunakan bahasa Melayu dengan
penyusunan kalimatnya tidak sesuai EYD dan kata-kata yang digunakan juga tidak
lazim digunakan sehingga ceritanya sangat sulit untuk dipahami. Sedangkan pada
novel terjemahan menggunakan bahasa yang digunakan relatif sederhana karena biasa
digunakan sehingga ceritanya mudah untuk dipahami. Namun, pada novel terjemahan
masih terdapat berbagai kata yang penerjemahannya tidak sesuai dengan kata yang
dimaksud pada novel aslinya.
C. Persamaan Unsur Ekstrinsik
1. Ketiganya menunjukkan berbagai nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya,
mulai dari nilai agama, moral, sosial, adat/budaya, pendidikan, dan nilai estetika.
2. Pada novel indonesia dan novel terjemahan, latar belakang pengarang yang paling
berpengaruh dengan pembuatan novel tersebut adalah profesinya. Pada novel
indonesia, pengarang berprofesi sebagai guru yang secara otodidak mempelajari buku
mengenai bahasa Melayu dan bahasa Belanda sehingga gaya bahasa yang digunakan
cenderung bahasa Melayu dan beberapa menggunakan bahasa Belanda.
Sedangkan, pada novel terjemahan pengarang berprofesi sebagai aktor dan
penulis skenario. Dengan profesinya tersebut, pengarang sudah sangat mahir membuat
suatu cerita seperti petualangan seseorang, yang pada akhirnya ia bukukan menjadi
novel yang menceritakan petualangan seseorang dalam melawan kejahatan.
Namun, latar belakang pengarang yang berpengaruh pada kedua novel ini
berbeda dengan hikayat. Pada hikayat “Bayan Budiman” ini tidak diketahui
pengarangnya maka tidak dapat diketahui pula latar belakang pengarang itu sendiri.
D. Perbedaan Unsur Ekstrinsik
1. Nama-nama tokoh yang digunakan disesuaikan dengan waktu dan tempat cerita itu
dibuat. Pada hikayat nama tokohnya cenderung Arab Melayu, pada novel Indonesia
cenderung Melayu Klasik, dan pada novel terjemahan nama tokohnya lebih modern
dan sesuai dengan bahasanya, bahasa Inggris sehingga lebih cenderung ke arah Eropa.
2. Ketiganya mempunyai latar belakang sosial-budaya masyarakat yang berbeda, yaitu
cerita yang disampaikan disesuaikan dengan keadaan masyarakatnya pada saat waktu
cerita itu dibuat. Pada hikayat disesuaikan prinsip masyarakat yang berpegang teguh

pada agama, sedangkan pada novel indonesia disesuaikan dengan adat dan buadaya
masyarakat Minangkabau tentang perkawinan, dan pada novel terjemahan
disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya yang penuh ambisi serta keinginan
melawan kejahatan yang sudah merajalela di wilayah Inggris.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24