TUGAS AKHIR ANALISIS FAKTOR KEAMANAN SAF
TUGAS AKHIR ANALISIS FAKTOR KEAMANAN (SAFETY FACTOR) STABILITAS LERENG MENGGUNAKAN GEO SLOPE/ W 2012
(Studi Kasus Daerah Rawan Longsor Desa Panyindangan Kecamatan Banjaran -
Kabupaten Majalengka)
Oleh :
ARIF IMAN NUR ARIFIN
NIM : 11.15.1.0024
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MAJALENGKA
TUGAS AKHIR ANALISIS FAKTOR KEAMANAN (SAFETY FACTOR) STABILITAS LERENG MENGGUNAKAN GEO SLOPE/ W 2012
(Studi Kasus Daerah Rawan Longsor Desa Panyindangan Kecamatan Banjaran -
Kabupaten Majalengka)
Oleh :
ARIF IMAN NUR ARIFIN
NIM : 11.15.1.0024
Tugas Akhir Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Fakultas Teknik Universitas Majalengka
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MAJALENGKA
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul : Analisa Faktor Keamanan (Safety Factor) Stabilitas Lereng Menggunakan Geo Slope/ W 2012. Sub Judul
: (Studi Kasus Daerah Rawan Longsor Desa Panyindangan Kecamatan Banjaran - Kabupaten Majalengka)
Nama
: Arif Iman Nur Arifin
NPM
Program Studi
: Teknik Sipil
Majalengka, ____________________________ 2015
Menyetujui : Komisi Pembimbing :
Dony Susandi, ST., MT. Yayat Hendrayana, ST., MT.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengesahkan :
Ketua Program Studi Teknik Sipil Dekan Fakultas Teknik Universitas Majalengka
Universitas Majalengka
Abdul Kholiq, ST., MT. Dr. H. Riza M Yunus, ST., MT.
LEMBAR PENGESAHAN ANALISIS FAKTOR KEAMANAN (SAFETY FACTOR) STABILITAS LERENG MENGGUNAKAN GEO SLOPE/ W 2012
(Studi Kasus Daerah Rawan Longsor Desa Panyindangan Kecamatan Banjaran -
Kabupaten Majalengka)
TUGAS AKHIR
Oleh :
Nama : ARIF IMAN NUR ARIFIN NIM
Jurusan
: Teknik Sipil
Telah diperiksa dan disahkan dihadapan Tim Penguji Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Majalengka.
Majalengka, Desember 2015 Mengesahkan, Komisi Sidang Tugas Akhir
Dony Susandi, ST., MT.
.............................. Yayat Hendrayana, ST., MT. : Pembimbing II/ Anggota .............................. Abdul Kholiq, ST., MT.
: Pembimbing 1/Ketua
: Penguji / Anggota
Mengetahui, Ketua Program Studi S-1 Teknik Sipil Unversitas Majalengka
Abdul Kholiq, ST., MT.
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir yang berjudul “Analisa Faktor Keamanan (Safety Factor) Stabilitas Lereng Menggunakan Geo Slope/ W
2012, (Studi Kasus Daerah Rawan Longsor Desa Panyindangan Kecamatan Banjaran - Kabupaten Majalengka) ”, ini sepenushnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tdak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap mennaggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan lain dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Majalengka, Desember 2015 Yang Membuat Pernyataan
Arif Iman Nur Arifin
LEMBAR PERSEMBAHAN
Sang Pemberi Cahaya Iman Allah SWT... Rasa syukur ku panjatkan, Kau terus memberikan yang terbaik dalam hidupku.
Meski dengan banyaknya selimut dosa menyelimutiku. Kau terus selimutiku dengan sinar rahmat-Mu. Dalam bimbingan-Mu dan atas karunia-Mu akan ilmu telah memberikanku kemudahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.
“ Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang yang sangat kukasihi dan kusayangi “
Mamah ... Tiada henti mamah panjatkan do’a pada sang kholiq untuk arif.
Tiada habis kesabaran mamah menunggu arif menjadi seorang sarjana, meski gagal berkali-kali. Tiada lelah mamah menyiapkan segalanya dalam keseharian arif terutama pada saat-saat arif sedang
menyusun tugas akhir.
Tiada kata yang bisa arif sampaikan, tiada hal yang dapat arif lakukan untuk menggantikan semuanya
yang sudah mamah berikan. Arif sudah lulus mah. Terima kasih buat semuanya. “You are number one for me”
Mpah ... Dalam keheningan malam kau terus membanting tulang untukku.
Ketika sang surya menampakkan wujud tiada lelah dan tak kau perdulikan keringat menetes hanya untuk
memberika “pena” terbaik untukku. Tak kau tampakkan kekesalan ketika arif membuatmu kecewa. Hanya kalimat “Terima Kasih” dan janganlah bosan dalam membimbing arif kedepannya.
My Love Terima kasih untuk semua perhatianmu, kasih sayangmu dan cintamu untukku. Terima kasih atas kesabaranmu yang tiada batas selama ini dalam menghadapi manusia yang susah diatur dan selalu saja membantah. Semoga Allah SWT selalu meridhoi kita dan mengakhiri perjalanan kita dipelaminan. Amin ... ... ... ..
Keluargaku Tercinta Untuk Ua Yeyet dan Ua Pupu terima kasih untuk segalanya yang tidak bisa arif sebutkan satu per satu. Untuk Ibu dan Mpa terima kasih untuk semua nasehat dan sarannya.
Untuk Om Aan terima kasih untuk menjadi pembimbing bayangan dalam pengerjaan tugas akhir arif,
semua masukan sangat berarti hingga arif dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk Bi Imas dan Om Amar terima kasih karena dengan senang hati mendengarkan rengekan dari keponakanmu dan selalu memberikan nasihat untuk penyelesaiannya.
Untuk adikku Ikhwan Sukmawijaya terima kas ih untuk semangat dan do’a yang kau berikan tanpa terihat
oleh tata.
Dan terima kasih untuk semua keluarga besarku yang tidak dapat ku sebutkan satu per satu, terima kasih
untuk semua yang kalian berikan untuk arif. Terima kasih semuanya
UCAPAN TERIMA KASIH, KU UCAPKAN KEPADA :
Dosen Pembimbing Tugas Akhirku...
Bapak Doni Susandi, ST., MT dan Bapak Yayat Hendrayana ST., MT, selaku dosen pembimbing tugas akhir
saya, banyak ilmu yang bapak berikan pada saya yang bodoh ini dan menjadikan saya sosok yang mengerti. Hanya kata terima kasih yang dapat saya sampaikankarena bapak tiada lelah membimbing dan membantu saya selama dalam penyusunan tugas akhir ini, nasehati, kritik dan Sarannya sangat
membantu saya untuk lebih baik dari sebelumnya, saya tidak akan lupa atas bantuan dan kesabaran dari
bapak. Terima kasih.
Ketua Program Studi Teknik Sipil...
Bapak Abdul Kholiq ST.,MT , selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil dan sekaligus selaku dosen penguji
saya. Terima kasih Pak karena sudah banyak memberikan nasehat, kritik dan saran kepada saya.
Seluruh Dosen Pengajar di Fakultas Teknik : Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yg sangat berarti yang telah kalian berikan kepada saya …
Teman-Teman angkatan 2011 : Canda, tawa, kesal dan sedih semua telah kita lalui hingga menjadikan saya sosok yang lebih dewasa. Berkat kalian semua, terimakasih semuanya.
Himpunan Mahasiswa Sipil – Universitas Majalengka :
Disana saya belajar Disana saya berteman Disana saya bercanda
Terima kasih untuk semua teman-teman Himpunan Mahasiswa Sipil – Universitas Majalengka
Dalam sebuah “akibat” carilah “sebab” yang berasal dari diri sendiri Akhir bukanlah sebuah akhir, ketika engkau berniat menyelesaikannya.
Arif Iman Nur Arifin
ABSTRAK
Arif Iman Nur Arifin – 11.15.1.0024 [email protected]
Kabupaten Majalengka masuk kedalam peringkat 7 dalam daerah rawan bencana alam di provinsi Jawa Barat dan peringkat 16 untuk tingkat nasional, salah satu bentuk bencana alam adalah longsor dan di kabupaten majalengka terdapat 15 kawasan daerah rawan longsor. Hal utama yang menjadi penyebab terjadi longsoran adalah curah hujan dengan intensitas dan curah hujan yang besar. Kelongsoran tanah merupakan proses perpindahan massa tanah secara alami dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Hal ini terjadi karena tanah kehilangan kesetimbangan daya dukungnya dan akan terhenti jika telah mencapai kesetimbangan baru. Tujuan penelitian adalah menganalisis nilai faktor keamanan yang dimiliki oleh lereng tersebut yang didasarkan pada data pengujian di lapangan serta dengan metode irisan hingga menggunakan program geo slope/ w 2012 dimana tipe analisa adalah Bishop. Hasil dari analisa yaitu terjadinya longsor pada lereng di Desa Panyindangan dengan nilai faktor keamanan yaitu > 1,20.
Kata Kunci : Bishop, Curah Hujan, Geo Slope/ W 2012, Longsoran.
ABSTRACT
Majalengka district entered into the rank 7 th in natural disaster-prone areas in the province of West Java and ranked 16 th at the national level, one form of natural
disasters are land slides and in the district there are 15 regional Majalengka areas prone to land slides. The main thing that causes avalanches occur are rainfalls intensity and rainfall greatness. Sliding soil is a land mass transfer process naturally from a high place to a lower place. This occurs because the soil loses its carrying capacity and the balance will be stopped if it has reached a new equilibrium.The research objective was to analyze the value of the safety factor that is owned by the slope based on testing data in the field as well as the method of slices to use geo slope program / w 2012 in which types of analysis are Bishop. Then do the analysis and comparison of the results of calculations by the methods mentioned above. Results of the analysis is the occurrence of landslides on the slopes in the village Panyindangan with safety factor value is > 1.20 .
Keywords: Bishop, Geo Slope / W 2012, Land Slide, Rainfall.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat yang telah diberikan-Nya, Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Laporan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Faktor Keamanan (Safety Factor) Stabilitas Lereng Menggunakan
Geo Slope/ W 2012 Studi Kasus Daerah Rawan Longsor Desa Panyindangan Kecamatan Banjaran - Kabupaten Majalengka ” ini ditujukan untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik untuk pengerjaan Tugas Akhir (TA) di Universitas Majalengka.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak, Proposal Laporan Seminar Tugas Akhir ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan Laporan Laporan Seminar Tugas Akhir ini, yaitu kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Sutarman, M.sc,. Selaku Rektor Universitas Majalengka
2. Dr. H. Riza M Yunus. ST,. MT. selaku Dekan Fakultas Teknik
3. Abdul Kholiq, ST., MT. selaku Ketua Prodi Teknik Sipil
4. Dony Susandi., ST., MT, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah mengarahkan alur dari penelitian Laporan Tugas Akhir ini, dan memberikan dorongan semangat.
5. Yayat Hendrayana, ST., MT selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan wawasan yang lebih mendalam, dan motivasi yang bermanfaat untuk kedepannya.
6. Kedua orang tua saya, terima kasih atas pengorbanan yang telah kalian berikan, dukungan, dorongan semangat, dan kasih sayang yang kalian berikan. Terima kasih
7. Kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Sipil Universitas Majalengka, salam persahabatan.
Penulis pun menyadari bahwa penyusunan laporan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya terima. Harapan saya, semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat khususnya bagi saya sebagai penyusun dan umumnya bagi pembaca yang budiman, semoga kita mendapatkan ridha-Nya.
Amin ya robbal alamin.
Majalengka, Desember 2015
Penulis,
99
5.5.3 Penyelesaian Longsoran ...................................
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan .................................................................. 100
6.2 Saran ........................................................................... 100 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
102
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
104
DAFTAR NOTASI
Ʃ = Jumlah Keseluruhan >
= Lebih Dari <
= Kurang Dari γ
= Gamma Tanah
c = Kohesi υ
= Sudut Geser Dalam
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Curah Hujan ....................................................................
3 Tabel 2.1
Faktor Kapasitas Daya Dukung Tanah – Terzaghi .................. 22 Tabel 2.2
24 Tabel 2.3
Kisaran Faktor Keamanan .......................................................
25 Tabel 2.4
Korelasi Macam Tanah dan Koefisien Rembesan (k) .............
25 Tabel 3.1
Korelasi Macam Tanah dan Sudut Geser Dalam ....................
51 Tabel 3.2
Kisaran Faktor Keamanan (Ward, 1978) .................................
54 Tabel 3.3
Form Tabel Perhitungan Metode Fellenius .............................
Form Tabel Perhitungan Metode Bishop Disederhanakan ...... 57 Tabel 3.4
Form Tabel Perhitungan Metode Bishop Disederhanakan ...... 57 Tabel 3.5
Form Tabel Perhitungan Metode Bishop Disederhanakan ...... 57 Tabel 3.6
58 Tabel 4.1
Form Tabel Perhitungan Metode Irisan ...................................
62 Tabel 4.2
Data Sondir Titik S-01 .............................................................
64 Tabel 4.3
Data Sondir Titik S-02 .............................................................
66 Tabel 4.4
Data Sondir Titik S-03 .............................................................
69 Tabel 4.5
Data Jenis Tanah ......................................................................
71 Tabel 4.6
Keterangan Lebar dan Tinggi Elevasi Profil Longsoran .........
Hubungan Antara Kepadatan, Relative Density, Nilai N, qc dan Ø (Herman Bagemann, 1965) ...........................................
72 Tabel 4.7
Hubungan Antara Konsistensi Dengan Tekanan Conus Pada Tanah Lempung (Herman Bagemann, 1965) .................
73 Tabel 4.8
Korelasi Berat Jenis Tanah (Γ) Untuk Tanah Non Kohesif Dan Kohesif .............................................................................
Tabel 5.1 Hasil Sondir Titik S-01 ............................................................
78 Tabel 5.2
79 Tabel 5.3
Hasil Sondir Titik S-02 ............................................................
80 Tabel 5.4
Hasil Sondir Titik S-03 ............................................................
83 Tabel 5.5
Hasil Hand Bored S-03 ...........................................................
84 Tabel 5.6
Keterangan Gambar .................................................................
86 Tabel 5.7
Perhitungan Metode Fellenius .................................................
88 Tabel 5.8
Perhitungan Metode Bishop Disederhanakan .........................
89 Tabel 5.9
Lanjutan Metode Bishop Disederhanakan ...............................
90 Tabel 5.10
Lanjutan Metode Bishop Disederhanakan ...............................
91 Tabel 5.11
Lanjutan Metode Irisan ............................................................
95
Nilai Safety Factor Perhitungan Manual .................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Majalengka merupakan kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat dengan Ibu kotanya adalah Majalengka . Secara geografis wilayah
Kabupaten Majalengka terletak pada meridian 01 o 14‟20” - 01 36‟42” Bentang Timur (BT) dan 06 o
33‟40” – 07 o 04‟19” Lintang Selatan (LS) dengan luas 1.204,24 km 2 atau 2,71% luas total Propinsi Jawa Barat. (Lihat Lampiran Gambar
1). Secara administratif wilayah Kabupaten Majalengka berbatasan dengan wilayah : Kabupaten Indramayu di sebelah utara; Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis di sebelah selatan; Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan di sebelah timur dan Kabupaten Sumedang di sebelah barat. (Lihat Lampiran Gambar 1).
Keadaan geografi khususnya morfologi wilayah Kabupaten Majalengka sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian suatu daerah dengan daerah lainnya, bagian utara wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian selatan berupa pegunungan (Lihat Lampiran Gambar 2). Morfologi dataran rendah yang meliputi Kecamatan Kadipaten , Kecamatan Kasokandel, Kecamatan Panyingkiran, Kecamatan Dawuan, Kecamatan Jatiwangi, Kecamatan Sumberjaya, Kecamatan Ligung, Kecamatan Jatitujuh, Kecamatan Kertajati, Kecamatan Cigasong, Kecamatan Majalengka, Kecamatan Leuwimunding dan Kecamatan Palasah. Kemiringan tanah di daerah ini antara 5%-8% dengan
ketinggian antara 20-100 m di atas permukaan laut (dpl), kecuali di Kecamatan Majalengka tersebar beberapa perbukitan rendah dengan kemiringan antara 15%- 25%. Morfologi berbukit dan bergelombang meliputi Kecamatan Rajagaluh dan Sukahaji sebelah Selatan, Kecamatan Maja , sebagian Kecamatan Majalengka . Kemiringan tanah di daerah ini berkisar antara 15-40%, dengan ketinggian 300- 700 m dpl. Morfologi perbukitan terjal meliputi daerah sekitar Gunung Ciremai , sebagian kecil Kecamatan Rajagaluh, Kecamatan Argapura, Kecamatan Sindang, Kecamatan Talaga, sebagian Kecamatan Sindangwangi, Kecamatan Cingambul, Kecamatan Banjaran, Kecamatan Bantarujeg, Kecamatan Malausma dan Kecamatan Lemahsugih dan Kecamatan Cikijing bagian Utara. Kemiringan di daerah ini berkisar 25%-40% dengan ketinggian antara 400-2000 m di atas permukaan laut.
Keadaan morfologi daerah Majalengka bagian selatan yang memiliki ketinggian antara 400 - 2000 m di atas permukaan laut dengan kemiringan daerah berkisar 25% - 40%, selain itu Majalengka merupakan daerah rawan gempa dan kondisi tersebut diperparah dengan kondisi curah hujan yang intensitas/ frekuensi tinggi cukup sering. Karakter tanah di Desa Panyindangan berdasarkan hal diatas serta didukung oleh karakteristik tanah di Desa Panyindangan sendiri merupakan lanau/ tanah merah, hal ini sangat berkemungkinan terjadi longsoran pada lereng alami, dan ditambah oleh intensitas hujan yang tinggi dan sering. Berikut data curah hujan di Kabupaten Majalengka pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 :
Tabel 1.1 Data Curah Hujan
REKAPITULAS I CURAH HUJAN TAHUNAN KECAMATAN BANJARAN - KABUPATEN MAJALENGKA
Tahun
No Bulan Keterangan
1 Januari 301,00 386,00 651,00 565,00 552,00 2 Februari
237,00 112,00 - 8 Agustus
- 23,00 21,00 No Data 9 September
47,00 - No Data 10 Oktober
47,00 41,00 104,00 41,00 No Data 11 November
237,00 No Data 12 Desember
359,00 No Data
410,00 No Data
390,00 No Data
Jumlah Hujan
Curah Hujan Rata-Rata
Sumber : Dinas PSDA-PE Kabupaten Majalengka
Dilihat dari data curah hujan yang bersumber dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air - Pertambangan dan Energi (PSDA-PE) Kabupaten Majalengka, pada tiga tahun terakhir (2013-2015) ini intensitas hujan sering dan tinggi. Jika dilihat dari curah hujan rata-rata curah hujan dari tahun 2013-2015 terus meningkat, dan di tahun 2015 pada bulan Februari curah hujan sampai 635 mm, disebabkan curah hujan yang tinggi dan sering terjadi dan faktor pendukung lainnya terjadi bencana alam longsoran dibeberapa daerah di Kabupaten Majalengka seperti yang diberitakan oleh beberapa media online, seperti :
1. REPUBLIKA.CO.ID ( 15 Maret 2015 )
2. Metronews.Com ( 15 Maret 2015 ) (Lihat Lampiran Berita 1 dan 2)
Penulis melampirkan gambar beserta data kerusakan tempat tinggal akibat bencana (Lihat Lampiran Gambar 3). Bila mengingat pada 2 tahun kebelakang yang bertepat pada tanggal 15 April 2013 terjadi bencana alam berupa longsor yang di akibatkan pergerakan tanah yang berlokasi di Desa Cigintung Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka. Hal tersebut dipicu atau disebabkan oleh hujan deras yang terus mengguyur daerah tersebut. Dan pada tahun 2015 ini telah terjadi banyak bencana longsoran di akibatkan oleh derasnya debit hujan yang terjadi dengan ditambah intensitas hujan yang tinggi. Pada tanggal 15 maret 2015 telah terjadi longsoran di Desa Silihwangi, Desa Cikidang, Desa Gununglarang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka.
Dilansir dari beberapa media online Kabupaten Majalengka masuk kedalam peringkat 7 dalam daerah rawan bencana alam di Jawa Barat dan peringkat 16 untuk tingkat nasional. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka mencatat sebanyak 20 kecamatan masuk ke dalam daerah rawan bencana. Dari 20 kecamatan tersebut, 15 kecamatan diantaranya masuk dalam zona rawan bencana tanah longsor. Dari data yang ada di BPBD, daerah yang dinilai rawan bencana longsor tersebar di sejumlah daerah di Majalengka selatan dan Majalengka tengah. Daerah tersebut yakni Kecamatan Lemahsugih, Kecamatan Malausma, Kecamatan Bantarujeg, Kecamatan Cingambul, Kecamatan Cikijing, Kecamatan Talaga, Kecamatan Banjaran, Kecamatan Argapura, Kecamatan Sukahaji, Kecamatan Maja, Kecamatan Sindang, Kecamatan Rajagaluh, Kecamatan Sindangwangi, Kecamatan Leuwimunding dan Kecamatan Majalengka.
Stabilitas lereng (slope stability) sangat erat kaitannya dengan kelongsoran tanah. Kelongsoran tanah (land slides) merupakan proses perpindahan massa tanah secara alami dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Hal ini terjadi karena tanah kehilangan kesetimbangan daya dukungnya dan akan terhenti jika telah mencapai kesetimbangan baru (Dr. Eng. Yulvi Zaika, MT., 2011).
Salah satu cara untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan melakukan analisa stabilitas lereng. Analisis stabilitas lereng banyak digunakan dalam perencanaan konstruksi, seperti : timbunan untuk jalan raya, galian lereng untuk jalan raya serta konstruksi tubuh bendung. Maksud dari analisis ini adalah menentukan faktor keamanan (safety factor) dari bidang potensial longsor (critical point). Faktor keamanan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya yang menahan dengan gaya yang menggerakkan.
Berdasarkan hal tersebut penulis memilih unutuk melakukan alanisa stabilitas lereng di Desa Panyindangan Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibawakan oleh penulisan dari tugas akhir ini adalah :
1. Bagaimana mencari dan menganalisa critical point (titik kritis) tanah yang terjadi pada lereng yang berlokasi di Desa Panyindangan Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka menggunakan program Geo Slope/ W 2012 ?
2. Bagaimana cara menganalisa nilai keamanan/ safety factor (SF) pada lereng dengan perbandingan beberapa metode perhitungan Metode Fellenius
(Fellenius Method) , Metode Bishop Disederhanakan (Simplifed Bishop Method ) , dan Metode Irisan (Method Of Slice) ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Pemecahan Masalah
Tujuan dari penulis dalam membuat analisa stabilitas lereng ini adalah menganalisa lereng alami yang terletak di Desa Panyindangan untuk mengurangi kerugian dari longsoran yang mungkin akan terjadi dengan memberikan pemecahan masalahnya.
Manfaat dari dibuatnya analisa stabilitas lereng ini adalah bisa dijadikan sebagai reverensi dalam melakukan analisa yang sama.
1.4 Pembatasan dan Asumsi Masalah
Dalam analisis tugas akhir ini penulis akan membahas tentang stabilitas lereng yang terdapat di Desa Panyidangan Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka. Dengan pembahasan yang akan penulis ambil :
1. Analisa Stabilitas Lereng menggunakan :
a. Software Geo Slope/ W 2007.
b. Metode perhitungan manual, diantaranya :
1) Metode Fellenius (Fellenius Method),
2) Metode Bishop Disederhanakan (Simplifed Bishop Method) , dan
3) Metode Irisan (Method Of Slice). Penulis membawakan permasalahan mengenai analisa longsoran pada lereng alami didaerah Desa Panyindangan Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka.
1.5 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian pada studi kasus Tugas Akhir (TA) yang penulis ambil berlokasi di Desa Panyindangan Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka, menganalisa longsoran yang terjadi pada daerah persawahan. Dengan koordinat pada 6 °57‟32,92” Lintang Selatan (LS) 108°18‟51,81” Lintang Timur (LT) pada elevasi 673 meter diatas permukaan laut (dpl).
Gambar 1.1 Lokasi Penelitian
Sumber : Foto Dokumentasi, 2015
Bila dilihat dari hasil survey lokasi, daerah disana merupakan pesawahan. Vegetasi (pepohonan) masih sangatlah banyak, terbukti di atas lereng yang terjadi longsoran masih banyak pepohonan. Dan di bawah lereng terdapat sungai. (Lihat Lampiran Gambar 4 s/d 7).
1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Sistematika penulisan yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I.
PENDAHULUAN Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat PENDAHULUAN Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
BAB II. LANDASAN TEORI Berisi tentang dasar-dasar teori dan referensi Tugas Akhir tersebut, yang dapat menunjang dalam penyelesaian inti dari permasalahan pada tugas akhir ini.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Metode analisis yang digunakan adalah menggunakan Method Of Slice (Metode Irisan) dan Software Geo Slope/ W 2007.
BAB IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pengumpulan seluruh data yang diperlukan dalam perhitungan yang mengacu kepada landasan teori dan beberapa pengolahan data, yang berupa data primer maupun berupa data sekunder.
BAB V. ANALISA DAN PEMBAHASAN Berisi tentang perbandingan hasil perhitungan manual menggunakan metode irisan dengan hasil perhitungan program komputer serta pembahasan terhadap hasil-hasil tersebut.
BAB VI. PENUTUP Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil BAB V dan beberapa argumentasi yang menimbulkan beberapa saran yang berkaitan dengan hasil dari BAB V tersebut.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
Beberapa tahun kebelakang pada tahun 2013 Kabupaten Majalengka digemparkan oleh bencana alam berupa longsoran tanah yang terjadi di Desa Cigintung Kecamatan Malausma, kejadian tersebut mengakibatkan banyak kerugian baik dari segi bangunan, ekonomi dan lain-lain. Pada tanggal 15 maret 2015 Kabupaten Majalengka kembali tertimpa bencanan alam berupa longsoran yang terjadi di Desa Silihwangi, Desa Gununglarang dan Desa Cikidang Kecamatan Bantarujeg.
Dengan latar belakang diatas penulis akan menganalisa mengenai stabilitas lereng yang berada di daearah rawan bencana, dengan tujuan mencari titik longsoran dan memberikan sebuah solusi berupa konstruksi penahan longsor.
Pemilihan jenis konstruksi merupakan hal yang harus diperhatikan, karena lokasi yang memiliki keadaan tanah yang labil. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar pemasangan konstruksi bukannya menambah parah kondisi tapi untuk memperbaiki kondisi lereng.
2.2 Lereng
2.2.1 Pengertian
Lereng adalah sebuah permukaan tanah yang terbuka, yang berdiri membentuk sudut tertentu terhadap sumbu horizontal, atau dapat dikatakan lereng adalah permukaan tanah yang memiliki dua atau lebih elevasi yang berbeda Lereng adalah sebuah permukaan tanah yang terbuka, yang berdiri membentuk sudut tertentu terhadap sumbu horizontal, atau dapat dikatakan lereng adalah permukaan tanah yang memiliki dua atau lebih elevasi yang berbeda
Lereng alamiah adalah lereng yang terbentuk karena proses alam tanpa campur tangan manusia, sedangkan lereng buatan adalah lereng yang dibentuk oleh manusia seperti lereng akibat sebuah galian dan lereng akibat timbunan.
Gambar 2.1 Lereng Alami
Sumber : Google Image - Lereng Alami, 2015
Perbedaan elevasi pada permukaan tanah seperti lereng dapat mengakibatkan pergerakan massa tanah dari bidang dengan elevasi yang tinggi menuju bidang dengan elevasi yang lebih rendah, pergerakan ini diakibatkan oleh gravitasi. Pergerakan massa tanah tersebut juga dapat dipengaruhi oleh air dan gaya gempa. Pergerakan atau gaya tersebut akan menghasilkan tegangan geser yang berfungsi sebagai gaya penahan dan apabila berat massa tanah yang bekerja sebagai gaya pendorong itu lebih besar dari tegangan geser tersebut maka akan mengakibatkan kelongsoran.
2.2.2 Stabilitas Lereng
Suatu permukaan tanah yang miring yang membentuk sudut tertentu terhadap bidang horisontal disebut sebagai lereng (slope). Lereng dapat terjadi Suatu permukaan tanah yang miring yang membentuk sudut tertentu terhadap bidang horisontal disebut sebagai lereng (slope). Lereng dapat terjadi
Gambar 2.2 Kelongsoran Lereng
Sumber : Google Image - Kelongsoran Lereng, 2015
Kemantapan (stabilitas) lereng merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam pekerjaan yang berhubungan dengan penggalian dan penimbunan tanah, batuan dan bahan galian, karena menyangkut persoalan keselamatan manusia (pekerja), keamanan peralatan serta kelancaran produksi. Keadaan ini berhubungan dengan terdapat dalam bermacam-macam jenis pekerjaan, misalnya pada pembuatan jalan, bendungan, penggalian kanal, penggalian untuk konstruksi, penambangan dan lain-lain.
Dari keterangan di atas, dapat dipahami bahwa Analisa kemantapan lereng merupakan suatu bagian yang penting untuk mencegah terjadinya bencana yang fatal. Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), tanah atau batuan umumnya Dari keterangan di atas, dapat dipahami bahwa Analisa kemantapan lereng merupakan suatu bagian yang penting untuk mencegah terjadinya bencana yang fatal. Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), tanah atau batuan umumnya
Sedangkan tanah atau batuan sendiri mempunyai sifat-sifat fisik asli tertentu, seperti sudut geser dalam (angle of internal friction), gaya kohesi dan bobot isi yang juga sangat berperan dalam menentukan kekuatan tanah dan yang juga mempengaruhi kemantapan lereng. Oleh karena itu dalam usaha untuk melakukan analisa kemantapan lereng harus diketahui dengan pasti sistem tegangan yang bekerja pada tanah atau batuan dan juga sifat-sifat fisik aslinya. Dengan pengetahuan dan data tersebut kemudian dapat dilakukan Analisa kelakuan tanah atau batuan tersebut jika digali atau “diganggu”. Setelah itu, bisa
ditentukan geometri lereng yang diperbolehkan atau mengaplikasi cara-cara lain yang dapat membantu lereng tersebut menjadi stabil dan mantap.
Dalam menentukan kestabilan atau kemantapan lereng dikenal istilah faktor keamanan (safety factor) yang merupakan perbandingan antara gaya-gaya yang menahan gerakan terhadap gaya-gaya yang menggerakkan tanah tersebut dianggap stabil, bila dirumuskan sebagai berikut :
Faktor Kemanan (FK) = Gaya Penahan / Gaya Penggerak
Dimana untuk keadaan : FK > 1,0 : lereng dalam keadaan bagus, tak terjadi longsor FK = 1,0 : lereng dalam keadaan seimbang, kemugkinan terjadi longsor FK < 1,0 : lereng tidak kuat, akan terjadi longsor
Jadi dalam menganalisa kemantapan lereng akan selalu berkaitan dengan perhitungan untuk mengetahui angka faktor keamanan dari lereng tersebut.
2.3 Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall)
Dinding Penahan Tanah (DPT) adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menahan tanah lepas atau alami (tanah hasil urugan atau tanah asli) dan mencegah keruntuhan tanah yang miring atau lereng yang kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri, dipengaruhi oleh kondisi gambaran tofografi tempat itu, bila dilakukan pekerjaan tanah seperti penanggulan atau pemotongan tanah. Tanah yang tertahan memberikan dorongan secara aktif pada struktur dinding sehingga struktur cenderung akan terguling atau akan tergeser.
Secara umum fungsi dari DPT (Dinding Penahan Tanah) adalah untuk menahan besarnya tekanan tanah akibat parameter tanah yang buruk sehingga longsor bias dicegah, serta untuk melindungi kemiringan tanah dan melengkapi kemiringan dengan pondasi yang kokoh. Sedangkan fungsi dari konstruksi penahan tanah adalah menahan tanah yang berada dibelakannya dari bahaya longsor akibat :
1. Benda-benda yang ada di atas tanah, seperti : perkerasan & konstruksi jalan, jembatan, kendaraaan dan lain-lain.
2. Berat tanah.
3. Berat air (tanah). DPT terbuat dari 2 jenis bahan, antara lain :
1. Beton (Cantilever Walls).
2. Batu kali (Gravity Walls). Secara singkat dinding penahan tanah merupakan dinding yang dibangun untuk menahan massa tanah di atas struktur atau bangunan yang dibuat. Di lapangan dinding penahan tanah dapat ditemui pada saluran air di samping jalan, pada pinggir sungai agar tebing sungai tidak longsor, pada bendungan dan saluran irigasi dan dinding penahan bukit agar tidak longsor.
Gambar 2.3 Dinding Penahan Tanah (DPT)
Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi, 2014
Bahan konstruksi untuk dinding penahan tanah yaitu: kayu, beton, pasangan batu, baja. Sedangkan bentuk dinding penahan tanah yaitu : profil persegi, profil jajaran genjang, profil trapesium siku, profil trapesium dan profil segitiga. Dalam merencanakan sebuah dinding penahan tanah perlu diperhatikan syarat kestabilitasan dinding yaitu : dinding tidak terjungkal, dinding tidak tergeser, dinding tidak amblas dan dinding tidak pecah.
1. Diagram Gaya
a. Akibat Air
b. Akibat Tanah
c. Akibat Beban Merata
d. Akibat Gempa
2. Gaya Vertikal
a. Berat Sendiri
H1+H2+H3 + B2 * B1
b. Berat Tanah
Wa2 = Pa + Pp (Akibat Tanah)
c. Berat Air
Wa3 = Pa + Pp (Akibat Air) Wa3 = Pa + Pp (Akibat Air)
e. Daya Dukung Tanah Rumus Terzaghi
qult = C * Nc +
qult q-ijin =
SF
3. Stabilitas Eksternal
a. Terhadap Guling/ Over Turning
b. Terhadap Geser/ Shear
c. Stabilitas Terhadap Keruntuhan Tanah Dasar
ΣM total
= MA
MP
X = ΣM total
ΣV
ΣV
- Ea
Cek Tegangan
V 6 * σ e max
σ tanah ijin
V 6 * σmin e
0,00 kN/m²
b * 1 b Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding penahan
tanah dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu : Dinding Gravitasi, Dinding Penahan Kantiliver, Dinding Kontravort, Dinding Butters, Dinding Jembatan dan Boks Culvert. Beberapa jenis dinding penahan tanah antara lain :
1. Dinding Gravitasi (Gravity Wall)
Gambar 2.4 Dinding Gravitasi (Gravity Wall)
Sumber : Google Images - Gravity Wall, 2015
Dinding ini biasanya dibuat dari beton murni (tanpa tulangan) atau dari pasangan batu kali. Stabilitas stabilitasnya konstryksinya diperoleh hanya dengan mengandalkan berat sendiri konstruksinya. Biasanya tinggi dinding tidak lebih dari 4 m (empat meter).
2. Dinding Penahan Kantilever (Cantilever Retaining Wall)
Gambar 2.5 Dinding Penahan Kantilever (Cantilever Retaining Wall)
Sumber : Google Images - Cantilever Retaining Wall, 2015
Dinding ini terbuat dari beton bertulang yang tersusun dari suatu dinding vertical dan tapak lantai. Masing-masing berperan sebagai balok atau plat kantiliever. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan dan berat tanah diatas tumit tapak (hill). Terdapat 3 bagian struktur yang berfungsi sebagai kantilever, yaitu bagian dinding vertical (steem) tumit tapak dan ujung kaki tapak tumit tapak dan ujung kaki tapak. Biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6-7 meter.
3. Dinding Konterfort (Counterfort Wall)
Gambar 2.6 Dinding Konterfort (Counterfort Wall)
Sumber : Google Images - Counterfort Wall, 2015
Kontrafort berfungsi sebagai pengikat tarik dinding vertical dan ditempatkan pada bagian timbunan dengan interval jarak tertentu. Dinding kontrafort akan lebih ekonomis digunakan bila ketinggian dinding lebih dari 7 m (tujuh meter).
4. Dinding Butters (Butters Wall) Dinding ini hampir sama dengan dinding kontrafort, hanya bedanya bagian kontrafort diletakkan di depan dinding. Dalam hal ini, struktur kontrafort berfungsi memikul tegangan tekanan pada dinding ini, bagian tumit lebih pendek dari pada bagian kaki stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan dan berat tanah diatas tumit tapak. Dinding ini lebih ekonomis untuk ketinggian lebih dari 7 m (tujuh meter).
5. Abutment Jembatan (Bridge Abutment)
Gambar 2.7 Abutment Jembatan (Bridge Abutment)
Sumber : Google Images - Bridge Abutment, 2015
Struktur ini berfungsi seperti dinding penahan tanah yang memberikan tahanan horizontal dari tanah timbunan dibelakangnya. Pada perencanaanya, struktur dianggap sebagai balok yang dijepit pada dasar dan tumpu bebas pada bagian atas.
6. Box Culvert
Gambar 2.8 Box Culvert
Sumber : Google Images - Box Culvert, 2015
Dalam memilih jenis dinding penahan tanah yang ekonomis, faktor- faktor yang mempengaruhi diantaranya sifat tanah, kondisi lokasi, metode pelaksanaan dan ketinggian. Sebagai pegangan, ketinggian dinding penahan digunakan sebagai standar perencanaan kontruksi dinding penahan tanah.
2.4 Tanah
Beban utama yang dipikul oleh dinding penahan tanah adalah berat tanah itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang memadai tentang tanah untuk dapat mendesain dinding penahan tanah.
Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut. Tanah umumnya dapat disebut sebagai kerikil (gravel) , pasir (sand), lanau (silt), atau lempung (clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan pada tanah tersebut. Untuk menerangkan hal di atas, Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut. Tanah umumnya dapat disebut sebagai kerikil (gravel) , pasir (sand), lanau (silt), atau lempung (clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan pada tanah tersebut. Untuk menerangkan hal di atas,
Gambar 2.9 Diagram Fase Tanah
Sumber : Google Image - Fase Tanah, 2015
Besarnya kadar air dan udara berpengaruh besar pada stabilitas tanah, oleh karena itu tidak semua jenis tanah dapat digunakan untuk timbunan di belakang dinding penahan tanah. Bahan timbunan yang paling baik digunakan adalah tanah yang kering dan tidak kohesif.
2.5 Parameter Tanah/ Batuan
Dalam perencanaan perhitungan kapasitas kemampuan daya dukung tanah dapat dihitung berdasarkan teori terzaghi 1943. q ult = c.Nc + q.Nq + 0,5. γ.N γ .............................................(pers 1)
q all =q ult /SF
Keterangan : q 2
ult : Daya Dukung Tanah (KN/m ) Nc : Faktor Kehesi Tanah Nq : Faktor Kapasitas Dukung Tanah
γ : Gamma Tanah Nγ : Faktor Berat Volume Tanah
Nilai nilai faktor pengali kapasitas daya dukung tanah tersebut dapat dihitung berdasarkan hubunganya terhadap nilai sudut geser dalam tanah (internal friction) sesuai pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.1 Faktor – Faktor Kapasitas Dukung Tanah (Terzaghi, 1943)
Internal
Keruntuhan Geser Local friction ( )
Keruntuhan Geser Umum
Sumber : Karl Von Terzaghi, 1943 dalam - Guy Sanglerat, 1989.
Pada perancangan konstruksi, indikasi model keruntuhan yang terjadi dapat diketahui melalu nilai N-SPT (terzaghi dan peck, 1948). Kondisi keruntuhan geser lokal (local shear failure) dapat dianggap terjadi bila nilai N<5, sedangkan keruntuhan geser umum (general shear failure) terjadi bila N>30.
Untuk Analisa stabilitas lereng diperlukan parameter tanah berupa engineering properties :
1. Kuat Geser Kuat geser terdiri dari kohesi (c) dan sudut geser dalam (υ). Untuk Analisa stabilitas lereng untuk jangka panjang digunakan harga kuat geser efektif ma ksimum (c‟, υ‟). Untuk lereng yang sudah mengalami gerakan atau material pembentuk lereng yang mempunyai diskontinuitas tinggi digunakan
harga kuat geser sisa (cr = 0; υr).
2. Berat Isi Berat isi diperlukan untuk perhitungan beban guna Analisa stabilitas lereng. Berat isi dibedakan menjadi berat isi asli, berat isi jenuh, dan berat isi terendam air yang penggunaannya tergantung kondisi lapangan.
Analisa stabilitas lereng pada dasarnya dapat ditinjau sebagai mekanisme gerak suatu benda yang terletak pada bidang miring. Benda akan tetap pada posisinya jika gaya penahan R yang terbentuk oleh gaya geser antara benda dan permukaan lereng lebih besar dibandingkan dengan gaya gelincir T dari benda akibat gaya gravitasi. Sebaliknya bendaakan tergelincir jika gaya penahan R lebih kecil dibanding dengan gaya gelincir T. Secara matematis stabilitas lereng dapat diformulasikan sebagai :
FK : R / T
Dimana : FK = Faktor Keamanan R
= Gaya Penahan
= Gaya Yang Menyebabkan Glincir
2.5.1 Angka Keamanan (Safety Factor)
Zona kerentanan gerakan tanah adalah suatu zona yang mempunyai kesamaan kerentanan relatif (relative susceptibility) untuk terjadi gerakan tanah. Penentuan zona kerentanan gerakan tanah ini berdasarkan parameter, yaitu besarnya kemiringan lereng, jenis tanah dan batuan, curah hujan, jumlah dan luas gerakan tanah, tata guna lahan, kegempaan, nilai angka kestabilan lereng, dll. Klasifikasi zona kerentanan gerakan tanah terbagi menjadi empat, yaitu zona kerentanan gerakan tanah tinggi, menengah, rendah dan sangat rendah (SNI 13- 7124-2005 “Penyusunan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah”).
Tabel 2.2 Kisaran Faktor Keamanan (SF)
Faktor Keamanan Kerentanan Gerakan Tanah
≤ 1,2 Tinggi : Gerakan Tanah Sering Terjadi 1,2 < Safety Factor ≤ 1,7
Menengah : Gerakan Tanah Dapat Terjadi 1,7 < Safety Factor ≤ 2,0
Rendah : Gerakan Tanah Jarang Terjadi > 2,0
Sangat Rendah : Gerakan Tanah Sangat Jarang Terjadi
Sumber : Ward. R, 1978 dalam SNI 13-7124-2005, 2005
Secara umum faktor keamanan suatu lereng merupakan perbandingan nilai rata-rata kuat geser tanah atau batuan di sepanjang bidang keruntuhan kritisnya terhadap beban yang diterima lereng di sepanjang bidang keruntuhannya. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kriteria faktor keamanan adalah resiko yang dihadapi, kondisi beban dan parameter yang digunakan dalam melakukan analisa stabilitas lereng.
2.5.2 Korelasi Jenis Tanah (SPT/ CPT/ Sondir)
Dalam tema tugas akhir yang penulis ambil yang memerlukan sebuah penyelidikan tanah yang bertujuan untuk memperoleh data-data tanah yang diperlukan untuk perencanaan sebuah konstruksi untuk menahan tekanan tanah/ longsoran. Dalam masalah stabilitas lereng kita memerlukan data korelasi tanah yang dihasilkan dari beberapa pengujian SPT (Standar Penetration Test), CPT (Cone Penetration Test) atau Uji Sondir.
Tujuan lain dari penyelidikan tanah adalah untuk menentukan kapasitas daya dukung tanah, menentukan tipe dan kedalaman konstruksi, mengetahui kedalaman muka air tanah, memprediksi besarnya penurunan yang terjadi, dan lain sebagainya. Tergantung pada konstruksi yang akan dibangun pada tanah tersebut.
Terdapat beberapa korelasi jenis tanah dan batuan yang bersumber dari beberapa narasumber, sebagai berikut :
Tabel 2.3 Korelasi Macam Tanah dan Koefisien Rembesan (k)
Pasir Yang Mengandung Koefisien Rembesan (k)
(cm/detik) Pasir yang mengandung lempung
atau lanau
Pasir halus -3 5 x 10 s/d 10
Pasir Kelanauan -4 2 x 10 s/d 10
Sumber : Wesley, L.D., 1997 dalam Armansyah Rachim, 2012
Tabel 2.4 Korelasi Macam Tanah (Bahan) dan Sudut Geser Dalam (ø)
Bahan
s/d 40° Isian Batu (Rock Fill)
Kerikil Kepasiran
s/d 40° Pasir Padat
s/d 40° Pasir Lepas
60° Lempung Kelanauan
s/d 30° Lempung Plastis Rendah
25° Lempung Plastis Tinggi
Nilai c’ Sebaiknya Dianggap Nol
15° Sumber : Wesley, L.D., 1997 dalam Armansyah Rachim, 2012
Tiang Besi
2.6 Longsoran
Gambar 2.10 Longsoran
Sumber : Google Images – Longsoran, 2015
Tanah longsor (landslides) adalah perpindahan sejumlah massa berupa batuan, tanah, atau bahan rombakan, material penyusun lereng, yang merupakan campuran tanah dan batuan, secara gravitasional menuju bagian bawah suatu lereng (Cruden, 1991).
Proses terjadinya tanah longsor disebabkan karena air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu terhadap suatu bidang horizontal. Pada tempat dimana terdapat dua permukaan tanah yang berbeda ketinggian, maka akan ada gaya-gaya yang bekerja mendorong sehingga tanah yang lebih tinggi kedudukannya cenderung bergerak kearah bawah yang disebut dengan gaya potensial gravitasi yang menyebabkan terjadinya longsor.
2.6.1 Faktor Penyebab Longsoran
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari pada gaya penahan yang dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air beban serta kestabilan tanah. Proses pemicu longsoran dapat berupa :
1. Peningkatan kandungan air dalam lereng, sehingga terjadi akumulasi air yang merenggangkan ikatan antar butir tanah dan akhirnya mendorong butir-butir tanah untuk longsor.
2. Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin, penggalian, dan getaran lalu lintas kendaraan. Gempa bumi pada tanah pasir dengan kandungan air sering mengakibatkan liquefaction atau tanah kehilangan kekuatan geser dan daya dukung, yang diiringi dengan penggenangan tanah oleh air dari bawah tanah.
3. Peningkatan beban yang melampaui daya dukung tanah atau kuat geser tanah.
2.6.2 Klasifikasi Longsoran
Menurut Kementrian ESDM (2008), jenis tanah longsor dapat dibedakan atas 6 (Enam) jenis, yaitu :
1. Longsoran Translasi
Gambar 2.11 Longsoran Tranlasi
Sumber : Google Images - Klasifikasi Longsoran, 2015
Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
2. Longsoran Rotasi
Gambar 2.12 Longsoran Rotasi
Sumber : Google Images - Klasifikasi Longsoran, 2015
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
3. Pergerakan Blok
Gambar 2.13 Pergerakan Blok
Sumber : Google Images - Klasifikasi Longsoran, 2015
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata, longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
4. Runtuhan Batu
Gambar 2.14 Runtuhan Batu
Sumber : Google Images - Klasifikasi Longsoran, 2015
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
5. Rayapan Tanah
Gambar 2.15 Rayapan Tanah
Sumber : Google Images - Klasifikasi Longsoran, 2015
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.
6. Aliran Bahan Rombakan
Gambar 2.16 Aliran Bahan Rombakan
Sumber : Google Images - Klasifikasi Longsoran, 2015
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api.
2.7 Geo Slope Office
Selain perhitungan manual, stabilitas lereng dapat juga dianalisis menggunakan software komputer. Ada beberapa macam software yang telah dikembangkan. Tapi untuk penelitian ini akan menggunakan software Geo slope Office .
Gambar 2.17 Geo Studio
Sumber : http://sci-geoteknik.blogspot.com/2012/02/geo-studio-2007.html, 2015
Geo Slope adalah suatu software yang membantu insinyur dalam menyelesaikan suatu permasalahan terutama yang berhubungan dengan tanah. Geo slope terdiri dari beberapa bagian sub program yang kesemuanya dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya jika dibutuhkan. Sub program Geo slope yaitu: