Makalah Mikrobiologi tentang Penyakit Le

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolongannya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Leptospirosis”, dengan lancar dan baik. Makalah
ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi. Dalam makalah ini kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, serta masih banyak
kekeliruan dan kesalahan.
Oleh karena itu dengan tulus hati serta penuh pengharapan penulis senantiasa mengaharapkan
saran dan kritik dari pihak manapun juga demi kesempurnaan penulis lebih lanjut. Semoga makalah
yang sederhana ini, bermakna bagi pembaca demi tugas pelayanan terhadap sesama di dalam segala
bentuk kehidupan, karena kita makhluk yang saling melengkapi dan membutuhkan.

Madiun, 9 Oktober 2015

Penyusun

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang .................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah ............................................................... 2

1.3

Tujuan................................................................................... 2


PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Leptospirosis ....................................................... 3

2.2

Penyebab Penyakit Leptospirosis .......................................... 4

2.3

Proses Penularan Penyakit Leptospirosis ............................. 5

2.4

Tanda dan Gejala pada Penyakit Leptospirosis..................... 6

2.5

Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Leptospirosis ........... 9


PENUTUP
3.1

Kesimpulan .......................................................................... 11

3.2

Saran .................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam


terjadinya penyakit dan wabah. Bahwasanya lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit sudah
sejak lama diperkirakan orang.
Dewasa ini berbagai masalah kesehatan yang timbul dalam masyarakat terutama disebabkan
karena keadaan kesehatan lingkungan yang kurang atau tidak memenuhi syarat disamping factor
perilaku hidup sehat yang belum memasyarakat.
Menurut Blum, faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap kesehatan
manusia dibandingkan dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Lingkungan yang
sehat diartikan sebagai lingkungan yang konduktif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan
bebas polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman
sehat, perencanaan kawasan berwawasan lingkungan dan kehidupan mayarakat yang saling tolong
menolong.
Berbagai penyakit yang timbul di masyarakat sebenarnya merupakan suatu indicator
dari baik buruknya kondisi lingkungan, sebagai contoh yaitu Leptospirosis. WHO percaya
angka kematian Leptospirosis mungkin antara 5% sampai 25% dari pasien yang terinfeksi. Ini
tidak berarti bahwa orang yang terinfeksi dengan akses ke pelayanan kesehatan yang tepat
memiliki risiko kematian yang sama.
Leptospirosis merupakan penyakit global, tetapi lebih sering terjadi pada daerah tropis
dan subtropis. Leptospirosis dapat juga terjadi di pemukiman miskin di kota-kota besar negara
berkembang yang tidak berada di daerah tropis.

Berikut ini adalah area/negara/benua yang dikenal memiliki insiden tertinggi
Leptospirosis, antara lain: Afrika, India, Cina, Amerika Tengah, Brasil, Karibia, Asia
Tenggara, dan Rusia Selatan. Kasus infeksi juga dilaporkan di beberapa hotspot wisata seperti:
Selandia Baru, Australia, Hawaii, dan Barbados.
1

1.2

1.3

Rumusan Masalah
1.2.1

Apakah yang dimaksud dengan Leptospirosis?

1.2.2

Apakah yang menjadi penyebab terjadinya penyakit Leptospirosis?

1.2.3


Bagaimana cara penularan penyakit Leptospirosis?

1.2.4

Bagaimanakah tanda dan gejala pada penyakit Leptospirosis?

1.2.5

Bagaimanakah pengobatan dan pencegahan penyakit Leptospirosis?

Tujuan
1.3.1

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Leptospirosis.

1.3.2

Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit Leptospirosis.


1.3.3

Untuk mengetahui cara penularan penyakit Leptospirosis.

1.3.4

Untuk mengetahui tanda dan gejala pada penyakit Leptospirosis.

1.3.5

Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan penyakit Leptospirosis.

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Leptospirosis
Penyakit Leptospirosis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri

Leptospira Sp. Penyakit ini paling sering ditularkan dari hewan ke manusia ketika orang
dengan luka terbuka di kulit melakukan kontak dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi
air kencing hewan. Bakteri juga dapat memasuki tubuh melalui mata atau selaput lendir.
Hewan yang umum menularkan infeksi kepada manusia adalah tikus, musang, opossum, rubah,
musang kerbau, sapi atau binatang lainnya. Karena sebagian besar di Indonesia Penyakit ini
ditularkan melalui kencing Tikus, Leptospirosis popular disebut penyakit kencing tikus.
Menurut WHO (World Health Organization), sekitar 10 juta orang diperkirakan
terserang Leptospirosis setiap tahun. Tingkat kematian penyakit ini sulit untuk dihitung, karena
Leptospirosis cenderung terjadi di beberapa bagian dunia dengan pelayanan kesehatan
masyarakat yang sangat mendasar yang tidak secara rutin melaporkan banyak penyebab
kematian.
2.1.1

Klasifikasi ilmiah

Gambar 2.1 Bakteri Leptospira
Sp Berbentuk Spiral
Kerajaan:

Gambar


Spirochaetes

Kelas:

Spirochaeates

Ordo:

Spirochaetales

Famili:

Leptospiraceae

Genus:

Leptospira

Bakteri


Leptospira

secara

mikroskopis pada jaringan ginjal menggunakan

Bacteria

Filum:

2.2

metode pewarnaan perak. Untuk mendiagnosa
Leptospirosis,

maka

hal


yang

perlu

diperhatikan adalah riwayat penyakit, gejala
klinis dan diagnosa penunjang.
3

2.1.2

Ciri-ciri bakteri Leptospira sp.
2.1.2.1

Bakteri Leptospira berukuran panjang 6-20 mikron dan diameter 0,1-0,2
mikron.

2.1.2.2

Bentuknya dapat berkerut-kerut dan terpilin dengan ketat sebagai
pembanding.

2.1.2.3

Ukuran sel darah merah hanya 7 mikron.

2.1.2.4

Ukuran bakteri relative kecil dan panjang sehingga sulit terlihat bila
menggunakan

mikroskop cahaya dan untuk melihat bakteri ini

diperlukan mikroskop dengan teknik kontras.
2.1.2.5

Dapat bergerak maju dan mundur.

2.1.2.6

Leptospira mempunyai kurang lebih 175 serovar. Bahkan lebih dari 200
serovar.

2.1.2.7

Dapat hidup dalam waktu yang lama di air, tanah yang lembab, tanaman,
dan lumpur.

2.2

Penyebab Penyakit Leptospirosis
Penyakit Leptospirasis ini umumnya disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. Bakteri
Leptospira sp merupakan golongan bakteri yang biasanya hidup dalam tubuh tikus, babi, sapi,
kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Bakteri ini mendiami
ginjal dan dikeluarkan ketika hewan tersebut buang air kecil, dan menginfeksi tanah atau air.
Kontaminasi tersebut dapat bertahan dalam tanah atau air selama berbulan-bulan.
Manusia dapat terinfeksi melalui:
2.2.1

Minum air yang terkontaminasi.

2.2.2

Melakukan kontak dengan air atau tanah yang tercemar dan memiliki luka terbuka di
kulit.

2.2.3

Mata, hidung atau mulut melakukan kontak dengan air atau tanah yang tercemar.

2.2.4

Melakukan kontak dengan darah hewan yang terinfeksi (kurang umum).

4

Manusia tidak umum terinfeksi Leptospira, akan tetapi umumnya wabah dapat muncul
ketika ada banjir. Manusia jarang menginfeksi manusia lain, tetapi mungkin melakukannya
selama hubungan seksual atau menyusui.

2.3

Proses Penularan Penyakit Leptospirosis
Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga,
burung, landak, kelelawar dan tupai. Di Indonesia, penularan paling sering melalui tikus. Air
kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui permukaan
kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung. Bisa juga melalui makanan atau minuman
yang terkontaminasi setitik urin tikus yang terinfeksi Leptospira, kemudian dimakan dan
diminum manusia.
Saat masuk ke ginjal, kuman akan melakukan migrasi ke interstitium, tubulus renal, dan
tubular lumen menyebabkan nefritis interstitial dan nekrosis tubular. Ketika berlanjut menjadi
gagal ginjal biasanya disebabkan karena kerusakan tubulus, hipovolemia karena dehidrasi dan
peningkatan permeabilitas kapiler. Pada gangguan hati, akan tampak nekrosis sentrilobular
dengan proliferasi sel Kupffer, yang terjadi karena disfungsi sel-sel hati. Leptospira juga dapat
menginvasi otot skletal dan menyebabkan edema (bengkak), vacuolisasi miofibril, dan nekrosis
lokal.
Gangguan sirkulasi mikro muskular dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat
menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemi sirkulasi. Dalam kasus berat akan
menyebabkan kerusakan endotelium kapiler. Gangguan paru adalah mekanisme sekunder dari
kerusakan pada alveolar and vaskular interstisial yang mengakibatkan hemoptu. Leptospirajuga
dapat menginvasi cairan humor (humor aqueus) mata yang dapat menetap dalam beberapa
bulan, seringkali mengakibatkan uveitus kronis dan berulang.
Meskipun kemungkinan dapat terjadi komplikasi yang berat tetapi lebih sering terjadi
self limiting disease dan tidak fatal. Sejauh ini, respon imun siostemik dapat mengeliminasi
kuman

dari

tubuh,

tetapi

dapat

memicu

mengakibatkan secondary end-organ injury.
5

reaksi

gejala

inflamasi

yang

dapat

Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien. Masa inkubasi leptospirosis
adalah dua hingga 26 hari. Sekali berada di aliran darah, bakteri ini bisa menyebar ke seluruh
tubuh dan mengakibatkan gangguan khususnya hati dan ginjal.
Penularan tidak langsung terjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran
air dan lumpur yang tercemar urin hewan seperti tikus, umumnya terjadi saat banjir. Wabah
leptospirosis dapat juga terjadi pada musim kemarau karena sumber air yang sama dipakai oleh
manusia dan hewan. Sedangkan untuk penularan secara langsung dapat terjadi pada seorang
yang senantiasa kontak dengan hewan (peternak, dokter hewan). Penularan juga dapat terjadi
melalui air susu, plasenta, hubungan seksual, pecikan darah manusia penderita leptospira meski
kejadian ini jarang ditemukan.

Gambar 2.3 Proses Penularan Penyakit Leptospirosis

2.4

Tanda dan Gejala Penyakit Leptospirosis
Tanda-tanda dan gejala Leptospirosis biasanya muncul secara tiba-tiba, sekitar 7 sampai
14 hari setelah seseorang terinfeksi. Dalam beberapa kasus, tanda dan gejala tersebut mungkin
muncul sebelum atau sesudahnya. Leptospirosis ini memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:
2.4.1

Tanda dan Gejala Leptospirosis Ringan
Adapun beberapa tanda dan gejala Leptospirosis ringan yaitu :
6

 Menggigil
 Batuk
 Diare
 Sakit kepala, bisa datang tiba-tiba
 Demam tinggi
 Nyeri otot, khususnya punggung bawah dan betis
 Mual
 Hilang nafsu makan
 Mata merah dan iritasi
 Nyeri Kulit
Orang yang terkena gejala Leptospirosis biasanya membaik dalam waktu satu
minggu tanpa pengobatan. Sebagian kecil dari mereka tidak membaik, dan akan
menderita Leptospirosis berat.
2.4.2

Tanda dan Gejala Leptospirosis Berat atau Klinis
Tanda dan gejala ini akan muncul beberapa hari setelah gejala Leptospirosis
ringan telah menghilang. Tanda dan gejala tergantung pada organ vital yang telah
terpengaruh oleh bakteri Leptospira Sp.
2.4.2.1

Tanda dan gejala ketika jantung, hati dan ginjal yang terkena:


Kelelahan



Detak jantung tidak teratur, seringkali cepat



Nyeri otot



Mual



Mimisan



Nyeri di dada



Sesak nafas



Hilang nafsu makan



Tangan, kaki atau mata kaki membengkak



Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
7



Putih mata, lidah dan kulit menguning (jaundice)

Orang yang terkena gejala Leptospirosis berat yang tidak diobati bisa
mengalami gagal ginjal yang mengancam jiwa.
2.4.2.2

Tanda dan gejala ketika otak yang terkena
Meningitis mengacu pada infeksi pada lapisan luar otak, sedangkan
ensefalitis mengacu pada infeksi jaringan otak. Tanda-tanda dan gejala bagi
meningitis dan ensefalitis adalah serupa, dan dapat mencakup:


Ruam merah muncul pada kulit. Ketika ditekan, tidak berubah warna
atau memudar



Kebingungan atau disorientasi



Mengantuk



Kejang



Demam tinggi



Mual



Fotofobia (sensitivitas terhadap cahaya)



Masalah dengan gerakan fisik



Leher kaku



Pasien tidak dapat berbicara



Muntah



Agresivitas, atau berperilaku tidak biasa
Meningitis atau ensefalitis yang tidak diobati dapat mengakibatkan

kerusakan otak serius, dan dapat mengancam nyawa.
2.4.2.3

Tanda dan gejala ketika paru-paru yang terkena
Tanda dan gejala ini adalah yang paling serius dan mengancam
nyawa. Hilangnya fungsi paru-paru, ketika pasien tidak bisa bernapas adalah
kondisi fatal. Tanda dan gejalanya dapat meliputi:
 Demam tinggi
 Sesak nafas
8

 Batuk darah
Dalam kasus yang parah, akan ada begitu banyak darah sehingga
menyebabkan pasien tersedak.
2.5

Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Leptospirosis
2.5.1

Pengobatan
Cara mengobati penderita Leptospirosis yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
 Pemberian suntikan Benzyl (crystal) Penisilin akan efektif jika secara dini pada
hari ke 4-5 sejak mulai sakit atau sebelum terjadi jaundice dengan dosis 6-8
megaunit secara 1.v, yang dapat secra bertahap selama 5-7 hari.
 Selain cara diatas, kombinasi crystalline dan procaine penicillin dengan jumlah
yang sama dapat diberikan setiap hari dengan dosis 4-5 megaunit secara i.m,
separuh dosis dapat Diberikan selama 5-6 hari. Procaine penicillin 1,5 megaunit
i.m, dapat diberikan secara kontinue selama 2 hari setelah terjadi albuminuria.
 Penderita yang alergi terhadap penicilline dapat diberikan antibiotik lain yaitu
etracycline atau Erythromycine, tetapi kedua antibiotik tersebut kurang efektif
dibanding Penicilline. Tetracycline tidak dapat diberikan jika penderita mengalami
gagal ginjal. Tetracycline dapat diberikan secepatnya dengan dosis 250 mg setiap 8
jam i.m atau i.v selama 24 jam, kemudian 250-500 mg setiap 6 jam secara oral
selama 6 hari. Erythromycine diberikan dengan dosis 250 mg setiap 6 jam selama 5
hari.
Terapi dengan antibiotika (streptomisin,khlortetrasiklin, atau oksitetrasiklin),
apabila

dilakukan

pada

awal

perjalanan

penyakit

biasanya

berhasil.

Pemberian (oksitetrasiklin, atau oksitetrasiklin) apabila dilakukan pada awal perjalanan
penyakit, banyak berhasil. Pemberian oksitetrasiklin dengan dosis 10 mg/kg bb selam
lima hari pada ternak babi penderita Leptospirosis, dapat memberikan kesembuhan
cukup baik yaitu 86%. Pemberian per-oral dengan mencampurkan oksitetrasiklin
dengan dosis 500-1000 gr ke dalam setiap makanannya selam 14 hari berturut-turut
dapat menghilangkan keadaan sebagai pembawa penyakit pada ternak babi 94%.
9

2.5.2

Pencegahan
Menurut Widarso pencegahan Leptospirosis dapat dilakukan dengan cara :

 Pendidikan kesehatan mengenai bahaya serta cara menular penyakit, berperan
dalam upaya pencegahan penyakit Leptospirosis.
 Usaha-usaha lain yang dapat dianjurkan antara lain mencuci kaki, tangan serta
bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah.

 Pembersihan tempat-tempat air dan kolam-kolam renang sangat membantu dalam
usaha mencegah penyakit Leptospirosis.
 Melindungi pekerja-pekerja yang dalam pekerjaannya mempunyai resiko yang
tinggi terhadap Leptospirosis dengan penggunaan sepatu bot dan sarung tangan.
 Vaksinasi terhadap hewan-hewan peliharaan dan hewan ternak dengan vaskin strain
local.

 Mengisolasi hewan-hewan sakit guna melindungi masyarakat, rumah-rumah
penduduk serta daerah-daerah wisata dari urine hewan-hewan tersebut. 2.5.2.7
Pengamatan terhadap hewan pengerikit yang ada disekitar penduduk, terutama di
desa dengan melakukan penangkapan tikus untuk diperiksa terhadap kuman
Leptospirosis.
 Kewaspadaan terhadap Leptospirosis pada keadaan banjir.
 Pemberantasan rodent (tikus) dengan peracunan atau cara-cara lain.

10

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
3.1.1

Penyakit Leptospirosis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri
Leptospira Sp.

3.1.2

Bakteri Leptospira Sp merupakan golongan bakteri yang biasanya hidup dalam
tubuh tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar
dan tupai.

3.1.3

Penyakit ini paling sering ditularkan dari hewan ke manusia ketika orang dengan
luka terbuka di kulit melakukan kontak dengan air atau tanah yang telah
terkontaminasi air kencing hewan.

3.1.4

Penyakit ini ditularkan melalui kencing Tikus, Leptospirosis popular disebut
penyakit kencing tikus.

3.1.5

Ada dua jenis utama penyakit Lepitospirosis, yaitu :
3.1.5.1 Leptospirosi ringan
3.1.5.2 Leptospirosis berat

3.2

Saran
Pencegahan atau pengendalian Leptospirosis dapat dilakukan dengan cara memutus
siklus penularan melalui pengobatan dan vaksinasi bagi ternak atau hewan kesayangan ;
mengurangi populasi tikus dan meningkatkan sanitasi lingkungan. Dalam upaya pencegahan
leptospirosis pada manusia memerlukan aktivitas terintegrasi antara dokter hewan dan
dokter, dan peningkatan pengetahuan serta pemahaman masyarakat tentang bahaya
leptospirosis . Penggunaan vaksin yang sesuai dikombinasikan dengan perbaikan sanitasi
lingkungan merupakan upaya pengendalian Leptospirosis pada hewan di masa datang.

11

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. ”Apa itu Penyakit Leptospirosis” dalam http://ciricara.com/2012/06/20/apa-itu-penyakitleptospirosis/ yang diakses tanggal 4 Oktober 2015, pukul 10.00 WIB
Dr

Widodo

Judarwanto

SpA.

2006.

“Penyakit

Leptospirosis

Pada

Manusia”

dalam

http://indonesiaindonesia.com/f/13740-penyakit-leptospirosis-manusia/ yang di akses tanggal 4
Oktober 2015, pukul 10.00 WIB.
Nurhadi, Muhammad. 2012. Kesehatan Masyarakat Veteriner. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
“Penyebab

&

Gejala

Penyakit

Leptospirosis

pada

Manusia”

http://www.amazine.co/22886/penyebab-gejala-penyakit-leptospirosis-pada-manusia/

dalam
yang

diakses tanggal 4 Oktober, pukul 10.00 WIB.
Priyanto, A. 2006. “Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Leptospirosis”
dalam http://eprints.undip.ac.id/6320/1/Agus_Priyanto.pdf yang di akses tanggal 4 Oktober
2015, pukul 10.00 WIB.
“Wikipedia” dalam http://wikipedia.org.co.id yang diakses tanggal 22 Februari 2014, pukul 10.00
WIB.

12