Toilet Training Pada Anak Usia Toddler

GASTER, Vol. 7 No. 2 Agustus 2010
Toilet Training Pada Anak Usia Toddler

Riyani Wulandari
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan‘Aisyiyah Surakarta

Abstrak: Toilet training pada anak usia toddler merupakan cara untuk melatih anak agar
dapat mengontrol buang air kecil dan buang air besar secara mandiri pada tempatnya
(toilet). Usia yang tepat untuk dilakukan toilet training adalah pada saat anak berusia 1-3
tahun atau usia toddler.Tujuan dilakukannya toilet training adalah untuk melatih
kemandirian anak dalam melakukan buang air kecil dan buang besar sendiri pada
tempatnya. Keberhasilan toilet training pada anak sangat dipengaruhi oleh adanya beberapa
faktor, yaitu: kesiapan fisik, kesiapan mental dan kesiapan psikologis anak. Sedangkan teknik
yang yang dapat dilakukan untuk toilet traing pada anak adalah melalui teknik lisan, yaitu
memberikan instruksi pada anak dengan kata-kata sebelum dan sesuadah buang air kecil dan
buang air besar dan yang kedua adalah melalui teknik modeling, yaitu usaha melatih anak
dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar dengan cara memberikan contoh dan
anak menirukannya.
Kata Kunci: Toilet training, toddler

PENDAHULUAN

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi
berlangsung sama, saling berkaitan sehingga sulit di pisahkan.Perkembangaan anak yang
kurang akan berakibat kualitas SDM yang buruk dimasa mendatang. Kualitas perkembangan
anak terutama ditentukan padausia batita (bayi usia tiga tahun) yang usia kisarannya 0-3 tahun
(Hurlock, 1999:50).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Perkembangan yang terjadi pada anak menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel- sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing- masing dapat memenuhi fungsinya. Selain itu

GASTER, Vol. 7 No. 2 Agustus 2010
termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
(Rusmil, 2008: 14).
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia sebaiknya direncanakan sejak awal
kehidupan seseorang dan berlanjut pada masa usia batita. Pada masa itu sangat penting untuk
meletakkan dasar-dasar pertumbuhan dan perkembangan anak. Menghasilkan suatu generasi
yang dapat tumbuh dan berkembang secara baik perlu diupayakan melalui berbagai cara agar
mendukung perkembangan sehat dan dapat tercapai perkembangan secara sempurna (Hidayat,
2005: 48).

Salah satu stimulasi yang penting dilakukan orangtua adalah stimulasi terhadap
kemandirian anak dalam melakukan BAB (buang air besar) dan BAK (buang air kecil).
Kebiasaan mengompol pada anak usia di bawah usia 2 tahun masih dianggap sebagai hal yang
wajar. Anak mengompol di bawah usia 2 tahun disebabkan karena anak belum mampu
mengontrol kandung kemih secara sempurna. Tidak jarang kebiasaan mengompol masih
terbawa sampai usia 4-5 tahun. Kasus yang ditemukan di Indonesia anak usia 6 tahun yang
masih mengompol sekitar 12 % (Asti, 2008). Mendidik anak dalam melakukan BAB dan
BAK akan efektif apabila dilakukan sejak dini. Kebiasaan baik dalam melakukan BAK dan
BAB yang dilakukan sejak dini akan dibawa dampai dewasa. Salah satu cara yang dapat
dilakukan orangtua dalam mengajarkan BAB dan BAK pada anak adalah melalui toilet
training (Dewi, 2008).
Toilet training merupakan cara untuk melatih anak agar bisa mengontrol buang air
kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Hal ini penting dilakukan untuk melatih kemandirian
anak dalam melakukan BAK dan BAB sendiri. Toilet training baik dilakukan sejak dini untuk
menanamkan kebiasaan yang baik pada anak ( Azzam, 2009).
Toilet training akan dapat berhasil dengan baik apabila ada kerjasama antara orangtua
dengan anak. Kerja sama yang baik akan memberikan rasa saling percaya pada orangtua dan
anak. Menurut beberapa penyelidikan, sikap, tingkah laku dan cara berpikir anak kelak setelah
ia dewasa akan sangat dipengaruhi pengalamannya pada saat ini. Toilet training sangat
penting dalam membentuk karakter anak dan membentuk rasa saling percaya dalam hubungan

anak dan orangtua.
Dampak orangtua tidak menerapkan toilet training pada anak diantaranya adalah anak
menjadi keras kepala dan susah untuk diatur. Selain itu anak tidak mandiri dan masih
membawa kebiasaan mengompol hingga besar. Toilet training yang tidak diajarkan sejak dini
akan membuat orangtua semakin sulit untuk mengajarkan pada anak ketika anak bertambah
usianya (Hidayat, 2005:19).

GASTER, Vol. 7 No. 2 Agustus 2010
Mengajarkan toilet training pada anak bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Dalam mengajarkan toilet training dibutuhkan metode atau cara yang tepat sehingga mudah
dimengerti oleh anak. Penggunaan metode yang tepat akan mempengaruhi keberhasilan
orangtua dalam mengajarkan konsep toilet training pada anak. Pengetahuan tentang toilet
training sangat penting untuk dimiliki oleh seorang ibu. Hal ini akan berpengaruh pada
penerapan toilet training pada anak (Hutabarat, 2007).

A. TOILET TRAINING
1. Pengertian Toilet Training
Menurut Hurlock (1999: 70) toilet Training pada anak adalah latihan
menanamkan kebiasaan pada anak untuk aktivitas buang air kecil dan buang air besar
pada tempatnya (toilet).

2. Keuntungan dilakukan Toilet Training
a. Kemandirian
Toilet Training juga dapat menjadi awal terbentuknya kemandirian anak secara
nyata sebab anak sudah bisa untuk melakukan hal-hal yang kecil seperti buang air
kecil dan buang air besar (Dewi, 2008).
b. Mengetahui bagian-bagian tubuh dan fungsinya
Toilet Training bermanfaat pada anak sebab anak dapat mengetahui bagian-bagian
tubuh serta fungsinya (anatomi) tubuhnya. Dalam proses toilet training terjadi
pergantian implus atau rangsangan dan instink anak dalam melakukan buang air
kecil dan buang air besar ( Hutabarat, 2007).
3. Menurut Rusmil (2008:53) faktor-faktor yang mendukung toilet training pada anak
adalah sebagai berikut:
a. Kesiapan Fisik
1) Usia telah mencapai 18-24 bulan
2) Dapat jongkok kurang dari 2 jam
3) Mempunyai kemampuan motorik kasar seperti duduk dan berjalan
4) Mempunyai kemampuan motorik halus seperti membuka celana dan pakaian
b. Kesiapan Mental
1)


Mengenal rasa ingin berkemih dan devekasi

2)

Komunikasi secara verbal dan nonverbal jika merasa ingin berkemih

GASTER, Vol. 7 No. 2 Agustus 2010
3)

Keterampilan kognitif untuk mengikuti perintah dan meniru perilaku
orang lain

c. Kesiapan Psikologis
1)

Dapat jongkok dan berdiri ditoilet selama 5-10 menit tanpa berdiri dulu

2)

Mempunyai rasa ingin tahu dan penasarsan terhadap kebiasaan orang

dewasa dalam BAK dan BAB

3)

Merasa tidak betah dengan kondisi basah dan adanya benda padat
dicelana dan ingin segera diganti

d. Kesiapan Anak
1)

Mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih dan devekasi

2)

Ada keinginan untuk meluangkan waktu untuk latihan berkemih
dan devekasi pada anaknya

3)

Tidak mengalami koflik tertentu atau stress keluarga yang

berarti (Perceraian)

4. Usia yang tepat dilakukan Toilet Training
Toilet Training dapat berlangsung pada usia 1-3 tahun atau usia balita, sebab
kemampuan spingter ani untuk mengontrol rasa ingin devekasi telah berfungsi.
Namun setiao anak kemampuanya berbeda tergantung faktor fisik dan psikologisnya
(Hidayat, 2005: 20).
5. Cara-cara melakukan Toilet Training
a. Teknik lisan
Usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan intruksi pada anak dengan katakata sebelum dan sesudah buang air kecil dan buang air besar. Cara ini benar
dilakukan oleh orang tua dan mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan
rangsangan untuk buang air kecil dan buang air besar. Dimana kesiapan psikologis
anak akan semakin matnag sehingga anak mampu melakukan buang air kecil dan
buang air besar (Dewi, 2008).
b. Teknik modeling
Usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air kecil dan buang air
besar dengan cara memberikan contoh dan anak menirukannya. Cara ini juga dapat
dilakukan dengan membiasakan anak uang bair kecil dan buang air besar dengan
cara mengajaknya ke toilet dan memberikan pispot dalam keadaan yang aman.
Namun dalam memberikan contoh orang tua harus melakukannya secara benar dan

mengobservasi waktu memberikan contoh toilet training dan memberikan pujian

GASTER, Vol. 7 No. 2 Agustus 2010
saat anak berhasil dan tidak memarahi saat anak gagal dalam melakukan toilet
training.
6. Menurut Hidayat (2005: 81) hal-hal yang perlu diperhatikan selama Toilet Training
adalah :
a. Hindari pemakain popok sekali pakai
b. Ajari anak mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan buang air kecil dan
buang air besar
c. Motivasi anak untuk melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci tangan dan
kaki sebelum tidur dan cuci muka disaat bangun tidur
d. Jangan marah bila anak dalam melakukan toilet training
7. Tanda anak siap untuk melakukan Toilet Training menurut Rusmil (2008:60) adalah:
a. Tidak mengompol dalam waktu beberapa jam sehari minimal 3-4 jam
b. Anak berhasil bangun tidur tanpa mengompol
c. Anak mengetahui saat merasa ingin BAK dan BAB dengan menggunakan katakata pup
d. Sudah mampu member tahu bila celana atau popok sekali pakainya sugah basah
dan kotor
e. Bila ingin BAK dan BAB anak memberi tahu dengan cara memegang alat kelamin

atau minta ke kamar mandi
f. Bias memakai dan melepas celana sendiri
g. Memperlihatkan ekspresi fisik misalnya wajah meringis, merah atau jongkok saat
merasa BAB dan BAK
h. Tertarik dengan kebiasaan masuk ke kamar mandi seperti kebiasaan orang
sekitarnya
i. Minta diajari menggunakan toilet
j. Mampu jongkok 5-10 menit tanpa berdiri dulu
B. ANAK USIA TODDLER
1. Karakteristik anak usia toddler menurut Hurlock (1999:58) adalah:
a.Kehidupan anak berpusat pada kesenangannya (selama perkembangan otot sfingter).
Contoh : menahan dan bermain-main dengan fesesnya.
b. Anak ingin melakukan hal-hal yang ingin dilakukannya sendiri dengan
menggunakan kemampuan yang sudah mereka miliki. Contoh : berjinjit, berjalan,
memanjat, dan memilih mainan atau barang yang diinginkannya.

GASTER, Vol. 7 No. 2 Agustus 2010
c.Bersifat egosentris.
d. Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil (toilet training).
e.Menyusun/menumpuk kotak.

f. Menyusun kata-kata.
g. Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar.
h. Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar
dikeluarganya.
2. Pedoman orang tua selama usia toddler ( 1-3 tahun) menurut Azzam (2009) adalah
sebagai berikut:
a.Siapkan orang tua untuk perubahan perilaku yang diperkirakan dari toddler,
khususnya negativisme dan ritualisme.
b. Kaji kebiasaan makan saat ini dan dorong penyapihan bertaahap dari botol dan
peningkatan masukan makanan padat.
c.Tekankan perubahan pola makan yang diperkirakan dari anoreksia fisiologis.
d. Kaji pola tidur di malam hari, terutama kabiasaan sebelum tidur yang dapat
menunda-nunda waktu tidur.
e.Siapkan orang tua terhadap potensial bahaya di rumah.
f. Diskusikan kebutuhan untuk disiplin yang keras tapi lembut dan cara untuk
menghadapi negativisme, tekankan keuntungan positif dari disiplin yang tepat.
g. Tekankan pentingnya perpisahan singkat yang periodik baik bagi anak dan orang
tua.
h. Diskusikan mainan baru yang menggunakan pengembangan motorik kasar dan
halus, bahasa, kognitif dan ketrampilan sosial.

i. Tekankan kebutuhan pengawasan gigi, type hygiene gigi dasar dirumah.
j. Tekankan pentingnya pertemanan sebaya dalam bermain.
k. Gali kebutuhan persiapan untuk menambah saudara kandung.
l. Diskusikan metode disiplin yang ada, keefektifannya dan perasaan orang tua tentang
negativisme anak.
m. Diskusikan tanda-tanda kesiapan untuk latihan toileting, tekankan pentingnya
menunggu kesiapan fisik dan psikologis.
n. Diskusikan perkembangan rasa takut, tekankan normalitas dan perilaku yang bersifat
sementara ini.
o. Siapkan orang tua untuk menghadapi tanda-tanda regresi dikala stres.

GASTER, Vol. 7 No. 2 Agustus 2010
p. Kaji kemampuan anak untuk berpisah dengan mudah dari orang tua untuk periode
singkat dalam situasi yang dikenal.
q. Berikan kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan aneh, frustasi
dan kejengkelan sadari bahwa seringkali sulit untuk menyayangi toddler pada saat
mereka tidak tidur.
r. Tunjukkan beberapa perubahan yang diperkirakan pada tahun berikutnya, seperti
lapang perhatian memanjang, negativisme berkurang dan meningkatnya perhatian
untuk menyenangkan orang lain.
s. Diskusikan pentingnya imitasi dan peniruan domestik serta kebutuhan untuk
menyertakan anak di dalam aktivitas.
t. Diskusikan pendek ke arah latihan toileting.
u. Tekankan keunikan proses berpikir toddler, khususnya melalui penggunaan bahasa
mereka, pemahaman yang buruk tentang waktu, hubungan sebab akibat dalam hal
kedekatan peristiwa dan ketidakmampuan untuk melihat kejadian dari sudut
pandang orang lain.
v. Tekankan bahwa disiplin masih harus dibentuk dam dikonkritkan dan bahwa
kepercayaan pada semata-mata alasan verbal dan penjelasan menimbulkan
kebingungan, kesalahpahaman dan bahkan cidera.
w. Diskusikan penyelidikan dan prasekolah atau pusat perawatan sehari terhadap
pencapaian tahun kedua.
C. TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER
Toilet training adalah merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu
mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Seperti halnya pada
usia toddler, kemampuan sfingter uretra untuk mengontrol rasa ingin berkemih dan
sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin defekasipun mulai berkembang. Dimana seiring
kemampuan anak yang telah mampu untuk berjalan yaitu antara usia 18 – 24 bulan.
Namun kesiapan fisik, psikologi, dan intelektual, itu semua sangat berpengaruh pada
sukses tidaknya toilet training (Hutabarat, 2007).
Toilet training bisa mulai dilakukan pada usia 1-3 tahun. Yang perlu diperhatikan
saat akan melakukan toilet training selain berdasarkan usia adalah anak seharusnya juga
sudah siap secara emosional. Harus ada kemauan dari si anak sendiri, tidak melawan atau
menunjukkan tanda-tanda ketakutan. Jika anak bertahan kuat, sebaiknya ditunggu
beberapa saat. Bila anak baru diajarkan pada usia 3 tahun, maka dikhawatirkan akan susah

GASTER, Vol. 7 No. 2 Agustus 2010
mengubah pola yang telah menjadi perilaku. Jika sampai usia 4 tahun belum bisa BAK
dan BAB di tempat yang sewajarnya, maka dianggap kurang wajar. Bila demikian, perlu
kiranya orang tua memberikan pengertian kepada si anak tentang cara yang benar. Berikut
adalah teknik yang dapat dilakukan orang tua dalam melatih anak untuk buang air besar
dan kecil pada usia toddler:
1. Tekhnik lisan
Merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi pada
anak dengan kata-kata, yaitu sebelum dan sesudah buang air kecil dan besar. Cara ini
kadang-kadang merupakan hal biasa yang dilakukan pada orang tua, akan tetapi
apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar,
dimana dengan lisan ini persiapan psikologis pada anak akan semakin matang dan
akhirnya anak akan mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil dan
buang air besar (Dewi, 2008).
2. Tekhnik modelling
Merupakan usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air besar dan
buang air kecil dengan cara meniru dengan memberikannya contoh terlebih dahulu,
ataupun bisa dengan membiasakan buang air kecil dan besar secara benar.
Sedangkan tips yang dapat dilakukan oleh ibu dalam melatih anak usia toddler toilet
training menurut Azzam (2009) adalah:
1. Tetaplah berfikiran positif pada si kecil, jadikan acara ganti popok menjadi saat yang
menyenangkan
2. Berikan pujian pada si kecil saat ia bisa menahan pipis atau pup nya hingga ke toilet
3. Jangan terburu-buru, tak ada salahnya memulainya agak telat, jusru semakin besar
usianya ia semakin mudah diajarkan menggunakan toilet.
4. Belajar menggunakan toilet sama seperti kemampuan lain yang sedang di pelajari si
kecil, jadi wajar jika ia beberapa kali gagal terlebih dahulu sebelum akhirnya berhasil.
5. Pakaikan pakaian yang mudah dibuka, agar saat waktunya pipis atau pup ia mudah
membuka sendiri bajunya.
6. Jangan memaksakan si kecil untuk duduk di toilet atau potty nya, karena sikap
memaksakan anda justru akan membuat mereka kesal dan tidak akan membuatnya
belajar lebih cepat.
7. Ajaklah si kecil saat memilih potty atau toilet seatnya.

GASTER, Vol. 7 No. 2 Agustus 2010
8. Beberapa anak takut mendengar suara toilet flushing atau tidak suka melihat pupinya
di flushing, tunggulah hingga ia keluar toilet baru kemudian anda mem-flushing
toiletnya.
9. Toilet training untuk malam hari lebih sulit ketimbang siang hari, sebelum
memutuskan melepas popok kertas si kecil, tunggu hingga beberapa kali anda
mendapatkan popok si kecil tetap kering sampai pagi hari selama beberapa hari, baru
anda menidurkannya tanpa menggunakan popok kertas.
10. Usahakan untuk tidak marah saat anak anda sesekali masih mengompol atau pupi di
celana, berilah kepercayaan padanya bahwa lain waktu ia pasti bisa melakukannya.

SIMPULAN

Toilet training pada anak usia toddler adalah suatu latihan untuk menanamkan
kebiasaan buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya secara mandiri. Toilet training
dapat mulai dilakukan pada anak usia toddler atau pada anak usia 1-3 tahun, dimana pada usia
tersebut kemampuan sfinkter uretra untuk mengontrol rasa ingin berkemih dan sfinkter ani
untuk mengontrol rasa ingin defikasi mulai berkembang.
Ada dua macam teknik yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam melatih anak
untuk buang air kecil dan buang air besar pada anak usia toddler, yaitu dengan teknik lisan
dan teknik modeling. Toilet training akan berhasil dengan baik apabila ada kerja sama antara
orang tua dana anak. Kerja sama yang baik akan memberikan rasa saling percaya pada orang
tua dan anak.

GASTER, Vol. 7 No. 2 Agustus 2010
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika
Hurlock, B.E. 1999. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Rusmil, K. 2008. Petumbuhan dan Perkembangan Anak. Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat
Dewi, I. (2008). “ Mengenal Pola Asuh Orang Tua”. http://www.bbc.co.uk diakses tanggal
4 Pebruari 2010

Azzam. (2009). “Toilet Training Pada Anak”.http://wrm-indonesia.org

diakses tanggal 4

Pebruari 2010

Hutabarat, F. (2007). “ Pertumbuhan dan Perkembangan Anak usia
tahun”.http://keluargasehat.wordpress.com diakses tanggal 4 Pebruari 2010

1-3

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65