Laporan Praktikum Kimia Anorganik 2 Pemb

JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK 2
“ Pembuatan Kompleks Cu ”
Tanggal Praktikum : 24 April 2014

DISUSUN OLEH :
RIZKY HARRY SETIAWAN
1112016200069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

PEMBUATAN KOMPLEKS Cu
Oleh : Rizky Harry Setiawan (1112016200069)
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Ir. H. Juanda no. 95 Ciputat 15412
Tujuan : membuat Kompleks Cu dengan cara pembuatan garam cupri ammonium sulfat dan

kedua pembuatan garam tetraamina coper (II) sulfat monohidrat..
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan pembuatan Kompleks Cu dengan Pembuatan garam cupri amonium
Sulfat dan garam tetraamintembaga(II)sulfat monohidrat dengan menggunakan metode
pemanasan serta menggunakan beberapa bahan antara lain 4.9 gram CuSO4 pentahidrat, 2.6
gram aluminium sulfat, dilarutkan dengan , aquades 100ml sementara pembuatan garam
tetraamintembaga (II)sulfat monohidrat menggunakan 8 ml amoniak 15M, a ir 5 ml, 4. 3 gram
CuSO4, ethanol. Didapatkan larutan berwarna biru dan larutan putih tanpa Kristal. Pada
praktikum kali ini praktikan dianggap gagal dalam praktikum karena tidak dapat
menghasilkan garam atau Kristal pada kedua percobaan.
.

INTRODUCTION
Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom ion pusat dan sejumlah ligan
yang terikat erat dengan atom ion pusat itu. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi,
bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruang yang tersedia sekitar atom atau ion pusat dalam
apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing masingnya dapat dihuni satu ligan
(monodentat)( Vogel ,1985 : 95).
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam yang berikatan
dengan ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi merupakan ikatan kovalen dimana

ligan memberikan sepasang elektronnya pada ion logam untuk berikatan. Atom pusat yang
digunakan dalam peercobaan ini adalah tembaga. Ligan yang digunakan adalah ammonium,
sulfat, dan aqua. Kestabilan senyawa kompleks dipengaruhi oleh faktor ligan dan atom
pusat. Faktor yang mempengaruhi kestabilan kompleks berdasarkan pengaruh atom pusat
antara lain besar dan muatan dari ion, nilai CFSE, dan faktor distribusi muatan (Agustina,
dkk., 2013 pdf 1-2 ).

Logam tembaga merupakan logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat.
Tembaga dapat melebur pada suhu 1038oC. Karena potensial elektrodanya positif (+ 0,34 V)
untuk pasangan Cu / Cu2+ tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer,
meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut sedikit (Vogel,1985: 229).
Garam-garam tembaga(II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat,
padat, maupun dalam larutan-air; warna ini benar-benar khas hanya untuk ion
tetraakuokuprat(II) [Cu(H2O)4]2+ saja.Garam-garam tembaga(II) anhidrat, seperti tembaga(II)
sulfat anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning) (Vogel,1985: 230).
Larutan ammonia bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit maka akan
terbentuk endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat basa):
2 Cu2+ + SO4 2- + 2 NH3 + 2 H2O → Cu(OH)2.CuSO4 ↓ + 2NH4+
yang larut dalam reagensia berlebihan, pada mana terjadi warna biru tua, yang disebabkan oleh
terbentuknya ion kompleks tetraaminokuprat(II)

Cu(OH)2.CuSO4 ↓ + 8 NH3 → 2 [Cu(NH3)4]2+ + SO4 2- + 2 OHjika larutan mengandung garam ammonium (atau larutan itu sangat asam dan ammonia
yang dipakai untuk menetralkannya sangat banyak) maka pengendapan tak terjadi-sama sekali,
tetapi warna biru langsung terbentuk (Vogel, 1985 : 231).
Ion logam tembaga di alam digunakan dalam banyak reaksi-reaksi kimia termasuk
penggunaan oksigen. Tembaga dapat dengan mudah mengalami reaksi redoks dengan satu
elektron dan mampu menghasilkan sebuah kation donor π,Cu+, yang mana tidak radikal. Oleh
karena itu, tembaga sangat penting dalam pengikatan dioksigen juga dalam aktivasidioksigen.
Tingkat oksidasi Cu lebih tinggi tidak dapat dimanfaatkan, hanya tingkat oksidasi Cu+dan
Cu2+yang penting dalam sistem biologi. Tembaga dalam metalloprotein dan metaloenzim
memegang peranan dalam protein hanya melalui ligan rantai sampingnya (ligan donor N, O,
atau S). Tembaga dalam sistem biologi muncul relatif lambat dalam evolusi darikehidupan.
Dengan berjalannya waktu,organism menggabungkan tembaga dalam sistemnya, dengan telah
mengembangkan sistem protein tersebut menjadi kompleks (Hidayati,2010 pdf 1 ).
Tembaga(II) merupakan salah satu ion logam transisi deret pertama yang mempunyai
orbital d yang terisi sebagian atau belum terisi penuh. Tembaga(II) mempunyai konfigurasi
9

electron 3d dengan satu electron tidak berpasangan. Tembaga(II) memiliki stabilitas kompleks
yang paling besar jika dibandingkan dengan logam transisi deret pertama yang lain dan paling
stabil jika dibandingkan dengan bilangan oksidasi

tembaga
lain.Kebanyakan
senyawa
Tembaga(I) cukup mudah teroksidasi menjadi Tembaga(II). Pada umumnya Tembaga(II) dapat
membentuk kompleks dengan bilangan koordinasi 4, 5, atau 6 dengan geometri square planar,
square pyramidal, atau oktahedral (Suciningrum, 2011 pdf 26).

MATERIALS & METHODS
Materials
1) Gelas Ukur
2) Gelas Kimia 100mL
3) Pipet Tetes
4) Neraca Analitik
5) Corong gelas
6) Statif
7) kertas saring
8) klem & Ring
9) Batang Pengaduk
10) Tang krus (Penjepit besi)
11) Kaca Arloji

12) Spatula
13) Kaki tiga
14) Kawat kasa
15) Pembakar spiritus
16) Cawan porselin
17) Oven

1) Padatan CuSO4.5H2O
2) Padatan Ammonium sulfat (NH4)2SO4
3) Larutan NH3 15 M
4) Larutan etanol
5) Akuades
6) Es Batu

Methods
A. Pembuatan Garam Cupri Ammonium Sulfat
1. Timbang padatan CuSO4.5H2O sebanyak 4,9 gram
2. Timbang padatan Ammonium sulfat (NH4)2SO4 sebanyak 2,6 gram
3. Larutkan kedua padatan yang sudah ditimbang tadi dengan akuades sebanyak
100 ml

4. Panaskan larutan tersebut secara perlahan sampai semua padatan larut sempurna
5. Letakkan larutan yang sudah dipanaskan tadi pada suhu ruangan hingga terbentuk
Kristal
6. Saring larutan yang sudah mengkristal tadi dan keringkan selama 15 menit (jangan
lupa kertas saring di timbang terlebih dahulu)
7. Kristal yang sudah mengering di timbang beratnya.

B. Pembuatan Garam Tetraamina Coper(II) Sulfat Monohidrat
1. Masukkan larutan NH3 15 M sebanyak 8 ml kedalam gelas kimia
2. Tambahkan dengan akuades sebanyak 5 ml
3. Biarkan sampai larutan tersebut mengkristal
4. Timbang kristal CuSO4 sebanyak 4,3 gram
5. Kristal tersebut masukkan ke dalam Kristal NH3
6. Tambahkan etanol sebanyak 8 ml pada Kristal-kristal tersebut secara perlahan
lahan dan jangan di aduk, akan tetapi di goyang- goyang tutup kaca arlojinya
7. Dinginkan dengan es batu, lalu diamkan
8. Setelah didiamkan, lalu di aduk, maka nanti akan terbentuk kristal lagi
9. Setelah terbentuk Kristal lagi maka di pisahkan, dan cuci dengan NH3 sebanyak 5
ml, tambah cuci dengan etanol sebanyak 5 ml, tambah cuci lagi dengan etanol lagi
5 ml

10. Setelah itu saring Kristal tersebut (jangan lupa timbang kertas saringnya), lalu
keringkan selama 15 menit dan kemudian di timbang Kristal tersebut.

.

RESULT & DISCUSSION
 Tabel Hasil Pengamatan
PERLAKUAN

PENGAMATAN
Berbentuk

Ditimbang 4,9 gram CuSO4. 5H2O

padatan

(serbuk)

berwarna biru
Berbentuk padatan berwarna


Ditimbang 2,6 gram Ammonium sulfat (NH4)2SO4

putih
Dicampurkan 4,9 gram CuSO4. 5H2O dengan
Ammonium sulfat (NH4)2SO4 + H2O

2,6 gram

dipanaskan

Larutan berwarna biru tua dan
Tidak menghasilkan kristal
Berbau sangat menyengat

Larutan NH3 15 M

 Persamaan Reaksi

CuSO4.5H2O (s) + (NH4)2SO4 (s) + H2O (l)

NH3 (aq) + H2O (l)
2 NH4OH (aq) + [Cu(NH4)2(SO4)2 ]

dipanaskan

[Cu(NH4)2(SO4)2] + 6 H2O(aq)

NH4OH (aq)
Cu(NH3)4(SO4)2.1H2O (s)

PEMBAHASAN
Percobaan dilakukan kali ini telah dilakukan percobaan mengenai pembuatan komplek
Cu. Pembuatan kompleks Cu dibuat dengan melakukan dua langkah pembuatan garam yaitu
pertama pembuatan garam cupri ammonium sulfat dan kedua pembuatan garam tetraamina coper
(II) sulfat monohidrat.Pada langkah pembuatan garam pertama yaitu garam cupri ammonium
sulfat, saat padatan 4,9 gram CuSO4.5H2O ditambah 2,6 gram padatan ammonium sulfat,
lalu ditambah akuades dan dipanaskan maka yang terjadi larutan menjadi berwarna biru tua
yang larut sempurna. Larutan yang berwarna biru tua ini menandakan bahwa di dalam larutan
tersebut mengandung kompleks dari Cu, dimana pancaran warna dari larutan yang
mengandung kompleks Cu akan menyerap warna lain dan memancarkan warna biru tua. Akan

tetapi, setelah didiamkan selama 2 hari larutan ini tidak membentuk Kristal cupri
ammonium sulfat, maka dari itu untuk percobaan kali ini praktikan dianggap gagal.
Meskipun dilakukan pemanasan sampai larutan setengahnya namun masih tidak dapat
endapan diduga karena pada penambahan air yang lebih banyak sehingga mngganggu
terbentuknya kompleks . Bilangan koordinasi untuk ion tembaga dalam [Cu(NH3)4]2+adalah 4.
Kristal CuCl2. 6H2O dan kristal CuSO4. 5H2O adalah kristal yang berhidrat atau mengikat air,
sehingga jika dilarutkan dalam pelarut air akan menyebabkan kristal Cu2+ berhidrat menjadi
lebih banyak dilingkupi oleh air (proses sulvasi), sehingga pembentukan senyawa kompleks Cu
(II) akan sulit dan berlangsung lambat. Namun apabila kristal berhidrat tersebut dilarutkan
dalam pelarut yang mengikat hidrat..
Pada langkah pembuatan garam kedua yaitu garam tetraamina coper(II) sulfat
monohidrat, saat larutan amoniak yang sangat pekat yaitu dengna konsentrasi sebesar 15 M
dimasukkan ke gelas kimia sebanyak 8 ml ditambah dengan akuades sebanyak 5 ml maka
larutan akan berbau sangat menyengat larutan tidak beerwarna. Saat larutan ini di tunggu selama
2 hari juga, maka yang terjadi larutan tersebut tidak membentuk Kristal juga. Karena pada
larutan ini tidak terbentuk Kristal juga dan pada percobaan pertama tidak membentuk Kristal
juga dimana seharusnya Kristal yang didapat pada percobaan pertama tersebut akan dicampur
dengan Kristal pada percobaan kedua ini, setelah itu kedua Kristal ini akan membentuk Kristal
baru. Akan tetapi, pada percobaan ini praktikan dianggap gagal.
Ammonia merupakan ligan netral yang penting yang membentuk kompleks dengan ion

logam. Sehingga dapat dipastikan pembuatan kompleks cupri amonium Sulfat ini gagal. Begitu
juga pada garam kompleks tetraamin tembaga(II)sulfat monohidrat tidak terdapat Kristal setelah
penambahan air pada amoniak pekat. Percobaan karena tidak menghasilkan Kristal sama sekali
didalam kedua percobaan ini Hal ini dimungkinkan karena adanya kesalahan dan
kekurangtelitian praktikan dalam menjalani praktikum seperti kurang teliti dalam
menimbang, bahan yang digunakan kurang fresh, dan faktor- faktor lainnya.

CONCLUSION
Berdasarkan hasil praktikum mengenai Pembuatan Kompleks Cu ,maka praktikan dapat
menyimpulkan bahwa :
1) Dalam percobaan ini praktikan dianggap telah gagal dalam melakukan praktikum karena
praktikan tidak berhasil membentuk Kristal pada semua percobaan.
2) Kegagalan
percobaan
kompleks
Cu
baik garam cupri ammonium
Sulfat maupun tetraamin tembaga(II)sulfat monohidrat dikarenakan penambahan air yang
terlalu banyak dimana kristal Cu2+ berhidrat menjadi lebih banyak dilingkupi oleh air
(proses sulvasi), sehingga pembentukan senyawa kompleks Cu (II) akan sulit dan
berlangsung lambat.
3) Kristal yang seharusnya
terbentuk
ammonium sulfat [Cu(NH4)2(SO4)2].

pada

percobaan

pertama

yaitu

cupri

REFERENSI

G .Svehla ,Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I Edisi ke
Lima. Jakarta: PT.Kalman Media Pusaka.
Agustina,L.,dkk.2013.Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Cu(II)-8-Hidroksikuinolin
dan Co (II)-8-Hidroksikuinolin.
.
http://download.portalgaruda.org/article.php?captcha=marrano&article=74285&val=4709&
title=&yt0=Download%2FOpen .( Diakses pada tanggal 3 Mei 2014 Pukul 21:40 WIB)
Hidayati,Nurlisa.dkk.2010.Karakterisasi Kompleks Senyawa Cu (Ii) Glisin Dengan
Menggunakan Spketrokopi U.V-Vis Dan Ft-Ir.http://fmipa.unmul.ac.id/pdf/103 (Diakses
pada tanggal 3 Mei 2014 pada pukul 20:42 WIB.)
Suciningrum,Endah.2011.Sintesis Karakterisasi Kompleks Tembaga(II) dengan Difenilamin.
http://eprints.uns.ac.id/10409/1/202651811201109511.pdf.(Diakses pada tanggal 3 Mei
2014 Pukul 21:02 WIB)