MEMBANGUN PEREKONOMIAN MELALUI PENINGKAT ID
MEMBANGUN PEREKONOMIAN MELALUI
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN NASIONAL
Didik Wahyu Purnama
DIII Akuntansi Kurikulum Khusus, Jl. Bintaro Utama Sektor V Bintaro Jaya, Tangerang Selatan
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
ABSTRAK
Isu ketahanan pangan menjadi topik penting karena pangan adalah kebutuhan
manusia yang hakiki. Melalui pangan kualitas sumber daya manusia dapat dibentuk. Pangan
dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap stabilitas sosial dan politik, yang mana
keduanya adalah kunci untuk melaksanakan pembangunan. Kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah belum mampu untuk membebaskan
sektor pertanian dari berbagai permasalahan yang ada. Pemerintah masih menyimpan
sejumlah pekerjaan rumah untuk meningkatkan produktivitas pertanian nasional serta
meningkatkan kesejahteraan para petani lokal.
Pertanian di Indonesia sekarang ini
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki sumber daya alam yang sangat
melimpah.
Sumber
daya
alam Indonesia
berupa minyak
bumi, timah, gas
alam, nikel, kayu, bauksit, tanah subur, batu bara, emas, dan perak dengan pembagian
lahan
terdiri
dari
tanah pertanian sebesar
10%, perkebunan sebesar
7%, padang
rumput sebesar 7%, hutan dan daerah berhutan sebesar 62%, dan lainnya sebesar 14%
dengan lahan irigasi seluas 45.970 km. [ CITATION Wor94 \l 1057 ]
Dari data lainnya disebutkan bahwa dari total potensi lahan pertanian di Indonesia
belum sepenuhnya dimanfaatkan. Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang
cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Data dari kajian akademis yang
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian
pada tahun 2006 memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192
juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64,6 persen) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha
sisanya (35,4 persen) merupakan kawasan lindung. Dari total luas kawasan budidaya, yang
berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah seluas 25,6 juta
ha, lahan kering tanaman semusim 25,3 juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta
ha. Sampai saat ini, dari areal yang berpotensi untuk pertanian tersebut, yang sudah
dibudidayakan menjadi areal pertanian sebesar 47 juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta
ha yang berpotensi untuk perluasan areal pertanian. [ CITATION Bar03 \l 1057 ]
Lahan pertanian adalah modal yang sangat penting dalam menggenjot produksi
pangan. Tanpa perluasan lahan (ekstensifikasi) upaya peningkatan produksi pangan hanya
bertumpu pada inovasi teknologi atau peningkatan produktivitas (intensifikasi). Bila hanya
bertumpu pada peningkatan produktivitas, pada titik tertentu, produksi pangan bakal tak
mampu memenuhi permintaan terhadap pangan yang terus meningkat seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk[ CITATION Kad14 \l 1057 ].
Berkaca dari negara-negara maju, mereka tak pernah mengabaikan sektor
pertanian. Ketahanan pangan dapat mereka cukupi dengan baik. Potensi terjadinya inflasi
karena kelangkaan bahan makanan dapat diminimalisasi. Pun dengan tingkat kesejahteraan
petani dapat dicapai dengan baik.
Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat membantu pemerintah menurunkan
angka kemiskinan [ CITATION VOA14 \l 1057 ]. Jika pemerintah serius terhadap sektor
pertanian, lapangan kerja akan terbuka dan otomatis tingkat pengangguran dan tingkat
kemiskinan dapat ditekan. Sektor pertanian ini mempekerjakan sekitar 40 persen tenaga
kerja Indonesia. [ CITATION Bam \l 1057 ]
turunnya produktivitas sektor pertanian bahan pangan
Tanaman padi, jagung, dan kedelai merupakan bahan makanan yang utama bagi
masyarakat Indonesia. Maka dari itu, penulis hanya membatasi pembahasan hanya seputar
tiga jenis komoditas tersebut.
Peningkatan produktivitas hasil pertanian berupa padi, jagung dan kedelai belum
memberi hasil yang memuaskan. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, hasil panen
tanaman padi, kedelai, dan jagung dalam 6 tahun terakhir, tercatat hanya tanaman padi
yang hasilnya terus meningkat. Sedangkan dua komoditas lain hasil panennya tidak selalu
meningkat.
Tabel 1. Hasil Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (2008-2013)
Untuk mengatasi kurangnya produktivitas kedelai dan jagung, pemerintah mengambil
kebijakan impor. Pada 2013, dari total kebutuhan kedelai sebesar 2,5 juta ton , produksi
kedelai di tanah air hanya bisa mencukupi 700-800 ribu ton/tahun dan sisanya dipenuhi
dengan impor, [ CITATION Ken13 \l 1057 ]. Sedangkan untuk jagung, untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri, pemerintah melakukan impor sebesar 3,2 juta ton. [ CITATION
Ind13 \l 1057 ]
Tingginya tingkat ketergantungan pada impor pangan ini tak lepas dari pertambahan jumlah
penduduk di satu sisi, dan di sisi lain terjadi penurunan jumlah penduduk yang bekerja di
sektor pertanian. Apabila kondisi yang demikian terus menerus berlanjut, dapat dipastikan
krisis pangan akan menjadi permasalahan baru bagi bangsa ini.
Kebijakan pemerintah Indonesia baik di bidang fiskal dan moneter nampaknya belum
menjadikan pertanian sebagai prioritas untuk memajukan pembangunan perekonomian
nasional. Situasi ekonomi nasional sedang menuju ke arah liberalisasi ekonomi yang sangat
agresif. Hampir semua sektor ekonomi rakyat diserahkan dalam mekanisme perdagangan
bebas yang begitu massif termasuk pertanian. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya
produk pangan dari luar negeri yang tingkat produktivitasnya sudah jauh lebih tinggi dan
dengan harga yang lebih murah. Sedangkan produktivitas pangan nasional masih terseokseok dengan harga yang kalah bersaing. [ CITATION Kon09 \l 1057 ]
Padahal sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Peranan
tersebut antara lain: potensi sumber daya alam Indonesia yang besar dan beragam,
besarnya pangsa pasar baik di dalam negeri maupun di luar negeri, besarnya jumlah
penduduk yang menggantungkan hidupnya di sektor ini, dan perannya dalam penyediaan
pangan bagi ketahanan pangan nasional.
Permasalahan terkait turunnya produktivitas
Dalam tiga tahun terakhir, jumlah petani di Indonesia menurun. Survei Angkatan Kerja
Nasional (Sakernas) 2013 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), di sana
menunjukkan jumlah penduduk berusaia di atas 15 tahun yang bekerja sebagai petani per
Februari 2013 mencapai 39,95 juta. Jumlah itu menurun dibandingkan pada tahun Februari
2010 sebanyak 42,82 juta.
Tabel 2. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan
Pekerjaan Utama (2010 - 2013)
Keengganan para generasi muda untuk mau menggeluti pertanian juga dirasa masih
kurang. Sensus pertanian BPS menemukan kalangan muda Indonesia dengan usia kurang
dari 35 tahun yang terjun ke bisnis pertanian hanya mencapai 12,87% dari total rumah
tangga usaha pertanian. Sementara kalangan laki-laki masih mendominasi profesi petani
dengan jumlah mencapai 23,14 juta rumah tangga, jauh lebih tinggi dibandingkan petani
utama perempuan sebanyak 3 juta rumah tangga. [ CITATION Fik13 \l 1057 ]
Dimungkinkan penurunan jumlah petani karena profesi petani tidak menguntungkan.
Akibatnya mereka melakukan hijrah atau urbanisasi bahkan lebih suka menjadi tenaga kerja
di luar negeri karena dari aspek ekonomi lebih menguntungkan. Dari data yang dihimpun
dari BPS, upah riil petani per hari untuk tahun 2013 hanya sebesar Rp 27,502, menurun
dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp 30,473. Menurunnya upah riil berarti bahwa
kemampuan (daya) beli para petani mengalami penurunan pula.
Tabel 3. Upah Nominal dan Upah Buru Tani di Indonesia
45,000
40,000
Upah (Rupiah)
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
-
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Faktor lainnya lagi, masalah ketersediaan pupuk yang masih kurang dan jumlah subsidi
pupuk yang terbatas menjadi persoalan yang berpengaruh langsung terhadap produktivitas
dan pasokan pangan kita. Hal itu disinyalir karena distribusi melalui pola rayonisasi
(pembagian wilayah atas beberapa rayon) yang tidak fleksibel, sehingga tidak mudah
melakukan penyesuaian pasokan antarwilayah sekaligus lemahnya pengawasan dari
Pemda dalam pengelolaan pupuk bersubsidi.
Bahkan ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menilai Surat Keputusan
Menperindag yang mengatur rayonisasi distribusi pupuk, melanggar Undang-Undang
tentang Larangan Praktik Usaha Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat karena SK
tersebut menimbulkan anti persaingan usaha. KPPU beralasan bahwa sistem rayonisasi
tersebut membuat distribusi pupuk tidak bisa menjangkau daerah yang tidak ditunjuk oleh
menperindag. [ CITATION Ray14 \l 1057 ]
Juga diperparah dengan law enforcement tidak dijalankan oleh pemerintah seperti
diamanatkan UU Nomor
41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Berkelanjutan yang dikonversikan menjadi area lain. Alih fungsi lahan pertanian menjadi
nonpertanian dinilai sudah tak terkendali, menyusul pesatnya perkembangan sektor industri
dan pemukiman di Indonesia. Setiap tahun diperkirakan 80 ribu hektare areal pertanian
hilang, berubah fungsi ke sektor lain atau setara 220 hektare setiap harinya[ CITATION Ali13
\l 1057 ]
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah ini seolah-olah tidak menjunjung asas
keadilan bagi petani. Akibatnya petani yang sebagian besar adalah rakyat kecil tidak
terlindungi haknya oleh pemerintah. Sehingga petani terusir dari tempat mereka bekerja
dan memulai untuk bekerja pada sektor lain.
Juga lemahnya panduan pemerintah bagi para pertain terkait musim tanam yang saat ini
sudah banyak berubah akibat perubahan cuaca yang ekstrim.
Sebagian besar petani Indonesia masih sangat lemah dalam mengakses sumber-sumber
permodalan formal. Lemahnya kepemilikan modal disebabkan oleh kecilnya skala usaha
sehingga tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan akumulasi modal. Setiap selesai
panen, hasil penjualaan digunakan untuk membayar pinjaman sarana produksi dan
kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, lemahnya akses petani kecil terhadap sumbersumber permodalan formal disebabkan oleh prosedur yang tidak sederhana dan sejumlah
persyaratan yang harus dipenuhi oleh petani. [ CITATION Bam \l 1057 ]
Secara garis besar pembangunan pertanian mempunyai beberapa kelemahan, yakni hanya
terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta pendekatannya yang
sentralistik atau terpusat. Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih
banyak didominasi oleh usaha dengan: (a) skala kecil, (b) modal yang terbatas, (c)
penggunaan teknologi yang masih sederhana (minim inovasi), (d) sangat dipengaruhi oleh
musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga
sehingga menyebabkan terjadinya pengangguran tersembunyi, (g) akses terhadap kredit,
teknologi, dan pasar sangat rendah, (h) pasar komoditi pertanian yang sifatnya
mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi
harga yang merugikan petani (kartel).
Harga pangan dihadapkan dengan permasalahan inflasi.
inflasi juga kerap menerpa perekonomian di suatu negara. Inflasi adalah suatu proses
kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian, [ CITATION Sad94 \l 1057 ].
Inflasi adalah proses bukan tingkatan harga. Jadi, harga yang tinggi tidak dapat disebut
sebagai inflasi. Melainkan tingkat perubahan yang terjadi akibat dari suatu peristiwa
ekonomi. Biasanya terlihat dari harga-harga berbagai macam barang terus menanjak. Inflasi
biasanya terjadi dari satu periode ke periode berikutnya dan dinyatakan dalam prosentase.
Inflasi disebabkan oleh berbagai peristiwa ekonomi. Peristiwa-peristiwa tersebut antara lain:
meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat atas berbagai komoditas, berlebihnya jumlah
uang yang beredar di masyarakat yang mendorong konsumsi atau bahkan spekulasi, dan
dapat pula disebabkan oleh terhambatnya distribusi komoditas konsumsi ke masyarakat
sehingga menjadikan komoditas tersebut mengalami kelangkaan. Tuntutan kenaikan upah
oleh para buruh juga akan mendorong naiknya harga-harga barang yang beredar di
masyarakat. [ CITATION Sad94 \l 1057 ]
Gambar 1. Tingkat Inflasi di Berbagai Negara
Inflasi memberikan dampak negatif dalam perekonomian suatu negara. Inflasi yang
demikian ini biasanya timbul pada negara-negara yang mengalami hiperinflasi atau inflasi
yang tidak terkendali. Tingkat daya beli masyarakat menurun sehingga dengan jumlah uang
yang sama, hanya mendapatkan barang dengan jumlah yang lebih sedikit dari sebelumnya.
Masyarakat menjadi enggan untuk menabung dan ber investasi. Dengan demikian laju
pertumbuhan perekonomian pun akan menurun dan perekonomian menjadi lesu. Secara
umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong
kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan
merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Selain dampak negatif di atas, inflasi juga dapat menimbulkan dampak positif. Syaratnya
adalah inflasi yang terjadi masih berada dalam kategori ringan. Meningkatnya harga-harga
akan diiringi dengan meningkatnya produktivitas para pekerja. Masyarakat akan semakin
giat menabung dan berinvestasi. Investor-investor semakin tergerak untuk menanamkan
modalnya di dalam negeri. Sehingga laju perekonomian akan semakin baik. [ CITATION
Inf14 \l 1057 ]
Tentu saja inflasi yang dibahas dalam jurnal ini adalah yang berdampak buruk terhadap
perekonomian nasional kaitannya dengan sektor pertanian. Inflasi dapat menyebabkan Taraf
kemakmuran masyarakat mengalami penurunan apabila tanpa disertai naiknya upah.
Bagi petani di Indonesia, kenaikan harga kebutuhan pangan di masyarakat tidak berdampak
pada meningkatnya pendapatan mereka. Meski tahun 2013 Indonesia telah mencapai
swasembada beras, namun petani tidak merasakan keuntungannya. Praktek kartel dicurigai
menjadi penyebabnya. Sehingga keuntungan dalam meningkatnya komoditas pangan hanya
dinikmati segelintir orang saja.
Kartel dimaknai sebagai kerja sama sejumlah perusahaan yang bersaing untuk
mengoordinasi kegiatannya sehingga dapat mengendalikan jumlah produksi dan harga
suatu barang dan atau jasa untuk memperoleh keuntungan di atas tingkat keuntungan yang
wajar. secara klasik dapat dilakukan melalui tiga hal yakni harga, produksi, dan wilayah
pemasaran. [ CITATION Khu13 \l 1057 ]
Seringkali Bahan makanan menjadi penyumbang indeks inflasi terbesar dibandingkan
komoditas lain. Berdasarkan data yang diperoleh dalam 8 tahun terakhir, tercatat pada 2013,
2012, dan 2011 bahan makanan tidak menjadi penyumbang indeks tertinggi. Namun meski
tidak menjadi yang tertinggi, bahan makanan masih memiliki indeks yang tinggi.
Tabel 4. Inflasi Indonesia Menurut Kelompok Pengeluaran
Naiknya harga bahan makanan disebabkan dan berbanding lurus dengan kenaikan produk
pertanian. Mahalnya harga produk pertanian dalam negeri dapat disebabkan oleh berbagai
hal, bukan hanya impor. Harga pangan yang melonjak belakangan ini karena dugaan
kartel dan minimnya infrastruktur. Padahal, infrastruktur merupakan urat nadi yang
penting
untuk
mendistribusikan
bahan
pangan.
kondisi
infrastruktur
yang
memprihatinkan seperti jalan rusak, telah merugikan banyak pihak, termasuk petani
kecil karena hasil panennya tidak terdistribusi dengan baik. Dengan infrastruktur yang
buruk, waktu tempuh untuk distribusi akan semakin lama dan biaya yang dikeluarkan
pun semakin banyak.
Kesimpulan saran
Melihat keadaan negara ini dimana sering kali diterpa inflasi yang cukup tinggi dan tingkat
pengangguran yang semakin meningkat, hendaknya sektor pertanian dapat dijadikan
sebagai sarana untuk mengatasinya. Dengan pengelolaan secara tepat, sektor pertanian
dapat menyerap tenaga kerja yang besar. Maka jumlah pengangguran dapat dikurangi.
Jumlah institusi pendidikan Indonesia yang menjadikan sektor pertanian sebagai
spesialisasinya cukup banyak, bahkan tersebar dari ujung Sumatera hingga Papua. Namun
kenyataannya pertanian kita seolah masih jauh tertinggal. Hendaknya pemerintah bekerja
sama dengan institusi-institusi tersebut untuk bersama-sama membangun pertanian
Indonesia menjadi lebih baik. Dengan cara memperbanyak sekolah-sekolah lapangan yang
secara langsung dapat menularkan ilmu di kampus kepada para petani di lapangan. Inovasiinovasi teknologi dan benih semakin diperbanyak.
Untuk menciptakan kedaulatan pangan dan mengurangi ketergantungan kita terhadap impor
bahan pangan, hendaknya pemerintah lebih memperhatikan sektor pertanian. Dengan
demikian produktivitas akan meningkat serta neraca perdagangan pun akan seimbang atau
bahkan surplus.
Sektor pertanian Indonesia secara nyata memiliki potensi yang besar untuk terus
dikembangkan serta ikut berperan dalam memajukan perekonomian nasional. Mulai dari
lahan yang sangat luas, jumlah sumber daya manusia yang melimpah, dan jumlah
lingkungan pendidikan yang berorientasi pada pertanian yang tersebar di seluruh wilayah
nusantara.
Kedaulatan pangan masih belum dapat dicapai karena produktivitas lahan belum mampu
memenuhi jumlah kebutuhan yang ada. Demi memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah
mengambil langkah untuk melakukan impor. Jumlah impor yang cukup tinggi membuat
beban anggaran pemerintah semakin besar dan semakin mengikis peran petani lokal untuk
berkontribusi. Petani pun menjadi golongan masyarakat dengan tingkat ekonomi yang
rendah.
Dengan tingkat kesejahteraan yang masih rendah mendorong petani untuk meninggalkan
pekerjaannya. Hal ini mengakibatkan jumlah petani berangsur-angsur menurun dari tahun
ke tahun. Kebijakan-kebijakan yang ada belum dapat menjadikan petani untuk dapat
berbuat lebih baik.
Mensejahterakan petani bukan hanya tentang meningkatkan pendapatan sekelompok
masyarakat. Namun petani adalah salah satu elemen penting dalam mata rantai kedaulatan
pangan. Jika pemerintah mampu menciptakan sebuah kebijakan yang mendorong perbaikan
kehidupan petani, maka produktivitas pertanian akan meningkat. Dengan demikian,
kapasitas produksi akan mampu mengimbangi laju kebutuhan pangan penduduk.
Pemerintah sebagai regulator sebenarnya memiliki kuasa untuk mememajukan sektor
pertanian. Namun kenyataannya, Kebijakan-kebijakan yang ada belum sepenuhnya tepat
sasaran bahkan hanya menguntungkan sebagian orang saja contonya yaitu impor bahan
pangan masih cukup tinggi dan persawahan yang beralih fungsi menjadi bangunan.
Pemerintah juga perlu meningkatkan investasi di pedesaan. Dengan lebih banyaknya
investasi di desa misalnya dalam alat-alat pertanian yang lebih modern, huller , traktor, dan
juga dalam pembangunan-pembangunan prasarana fisik seperti jembatan-jembatan baru,
bendungan irigasi dan lain-lain maka timbul adanya keperluan akan peningkatan
keterampilan tenaga kerja. Seorang petani yang mengerjakan sawah dengan bajak atau
traktor dalam waktu yang sama akan mampu menyelesaikan luas sawah yang lebih besar.
Pembangunan pertanian di masa yang akan datang dihadapkan pula pada tantangan untuk
menghadapi perubahan tatanan politik di Indonesia yang mengarah pada era demokratisasi
yakni tuntutan otonomi daerah dan pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula
pada tantangan untuk mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah pada
globalisasi dunia. Oleh karena itu, pembangunan pertanian di Indonesia tidak saja dituntut
untuk menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi namun juga mampu
mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat.
Dari banyak hal yang harus kita lakukan dalam mengembangkan pertanian pada masa yang
akan datang, kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang menjadi
prioritas dalam melakukan program apapun. Tentu hal itu tidak boleh hanya menguntungkan
satu golongan saja namun diarahkan untuk mencapai pondasi yang kuat pada
pembangunan nasional. Pembangunan adalah penciptaan sistem dan tata nilai yang lebih
baik hingga terjadi keadilan dan tingkat kesejahteraan yang tinggi.
Daftar Pustaka
(2013). Alih Fungsi Lahan Pertanian di Indonesia 80 Ribu Hektar per tahun. Subang: www.pikiranrakyat.com.
Ariyanti, F. (2013). Petani Indonesia Kebanyakan Sudah Sepuh. Jakarta: bisnis.liputan6.com.
Bank, World. (1994). Indonesia: environment and development.
Barat, D. P. (2003). Potensi Pertanian Indonesia. diperta.jabarprov.go.id.
(2013). Indonesia Impor Jagung Rp 385 Miliar Dalam Sebulan. Jakarta: finance.detik.com.
Indonesia, V. (2014). BPS: Inflasi, Kemiskinan Meningkat pada 2013. Washington: VOA Indonesia.
(2014). Inflasi. id.wikipedia.org.
(2013). Kenapa Indonesia Ketergantungan Impor Kedelai? Ini Sebabnya. Jakarta: finance.detik.com.
Khudori. (2013). Membongkar Kartel Pangan. nasional.sindonews.com.
(2009). Kondisi Pertanian Indonesia Saat Ini Berdasarkan Pandangan Mahasiswa Pertanian
Indonesia. Banten: www.paskomnas.com.
(2014). Rayonisasi Pupuk Langgar UU Persaingan Usaha. Jakarta: pelita.or.id.
Rivai, B. S. (t.thn.). Peningkatan Akses Petani Terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Energi. 188 208.
Ruslan, K. (2014, Januari Sabtu). Lahan Pertanian Indonesia dari Waktu ke Waktu.
Sukirno, S. (1994). Liputan Analisis dan Data Makroekonomi. Dalam Makroekonomi Teori Pengantar
(hal. 9-16). Jakarta: Rajawali Pers.
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN NASIONAL
Didik Wahyu Purnama
DIII Akuntansi Kurikulum Khusus, Jl. Bintaro Utama Sektor V Bintaro Jaya, Tangerang Selatan
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
ABSTRAK
Isu ketahanan pangan menjadi topik penting karena pangan adalah kebutuhan
manusia yang hakiki. Melalui pangan kualitas sumber daya manusia dapat dibentuk. Pangan
dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap stabilitas sosial dan politik, yang mana
keduanya adalah kunci untuk melaksanakan pembangunan. Kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah belum mampu untuk membebaskan
sektor pertanian dari berbagai permasalahan yang ada. Pemerintah masih menyimpan
sejumlah pekerjaan rumah untuk meningkatkan produktivitas pertanian nasional serta
meningkatkan kesejahteraan para petani lokal.
Pertanian di Indonesia sekarang ini
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki sumber daya alam yang sangat
melimpah.
Sumber
daya
alam Indonesia
berupa minyak
bumi, timah, gas
alam, nikel, kayu, bauksit, tanah subur, batu bara, emas, dan perak dengan pembagian
lahan
terdiri
dari
tanah pertanian sebesar
10%, perkebunan sebesar
7%, padang
rumput sebesar 7%, hutan dan daerah berhutan sebesar 62%, dan lainnya sebesar 14%
dengan lahan irigasi seluas 45.970 km. [ CITATION Wor94 \l 1057 ]
Dari data lainnya disebutkan bahwa dari total potensi lahan pertanian di Indonesia
belum sepenuhnya dimanfaatkan. Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang
cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Data dari kajian akademis yang
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian
pada tahun 2006 memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192
juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64,6 persen) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha
sisanya (35,4 persen) merupakan kawasan lindung. Dari total luas kawasan budidaya, yang
berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah seluas 25,6 juta
ha, lahan kering tanaman semusim 25,3 juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta
ha. Sampai saat ini, dari areal yang berpotensi untuk pertanian tersebut, yang sudah
dibudidayakan menjadi areal pertanian sebesar 47 juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta
ha yang berpotensi untuk perluasan areal pertanian. [ CITATION Bar03 \l 1057 ]
Lahan pertanian adalah modal yang sangat penting dalam menggenjot produksi
pangan. Tanpa perluasan lahan (ekstensifikasi) upaya peningkatan produksi pangan hanya
bertumpu pada inovasi teknologi atau peningkatan produktivitas (intensifikasi). Bila hanya
bertumpu pada peningkatan produktivitas, pada titik tertentu, produksi pangan bakal tak
mampu memenuhi permintaan terhadap pangan yang terus meningkat seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk[ CITATION Kad14 \l 1057 ].
Berkaca dari negara-negara maju, mereka tak pernah mengabaikan sektor
pertanian. Ketahanan pangan dapat mereka cukupi dengan baik. Potensi terjadinya inflasi
karena kelangkaan bahan makanan dapat diminimalisasi. Pun dengan tingkat kesejahteraan
petani dapat dicapai dengan baik.
Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat membantu pemerintah menurunkan
angka kemiskinan [ CITATION VOA14 \l 1057 ]. Jika pemerintah serius terhadap sektor
pertanian, lapangan kerja akan terbuka dan otomatis tingkat pengangguran dan tingkat
kemiskinan dapat ditekan. Sektor pertanian ini mempekerjakan sekitar 40 persen tenaga
kerja Indonesia. [ CITATION Bam \l 1057 ]
turunnya produktivitas sektor pertanian bahan pangan
Tanaman padi, jagung, dan kedelai merupakan bahan makanan yang utama bagi
masyarakat Indonesia. Maka dari itu, penulis hanya membatasi pembahasan hanya seputar
tiga jenis komoditas tersebut.
Peningkatan produktivitas hasil pertanian berupa padi, jagung dan kedelai belum
memberi hasil yang memuaskan. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, hasil panen
tanaman padi, kedelai, dan jagung dalam 6 tahun terakhir, tercatat hanya tanaman padi
yang hasilnya terus meningkat. Sedangkan dua komoditas lain hasil panennya tidak selalu
meningkat.
Tabel 1. Hasil Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (2008-2013)
Untuk mengatasi kurangnya produktivitas kedelai dan jagung, pemerintah mengambil
kebijakan impor. Pada 2013, dari total kebutuhan kedelai sebesar 2,5 juta ton , produksi
kedelai di tanah air hanya bisa mencukupi 700-800 ribu ton/tahun dan sisanya dipenuhi
dengan impor, [ CITATION Ken13 \l 1057 ]. Sedangkan untuk jagung, untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri, pemerintah melakukan impor sebesar 3,2 juta ton. [ CITATION
Ind13 \l 1057 ]
Tingginya tingkat ketergantungan pada impor pangan ini tak lepas dari pertambahan jumlah
penduduk di satu sisi, dan di sisi lain terjadi penurunan jumlah penduduk yang bekerja di
sektor pertanian. Apabila kondisi yang demikian terus menerus berlanjut, dapat dipastikan
krisis pangan akan menjadi permasalahan baru bagi bangsa ini.
Kebijakan pemerintah Indonesia baik di bidang fiskal dan moneter nampaknya belum
menjadikan pertanian sebagai prioritas untuk memajukan pembangunan perekonomian
nasional. Situasi ekonomi nasional sedang menuju ke arah liberalisasi ekonomi yang sangat
agresif. Hampir semua sektor ekonomi rakyat diserahkan dalam mekanisme perdagangan
bebas yang begitu massif termasuk pertanian. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya
produk pangan dari luar negeri yang tingkat produktivitasnya sudah jauh lebih tinggi dan
dengan harga yang lebih murah. Sedangkan produktivitas pangan nasional masih terseokseok dengan harga yang kalah bersaing. [ CITATION Kon09 \l 1057 ]
Padahal sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Peranan
tersebut antara lain: potensi sumber daya alam Indonesia yang besar dan beragam,
besarnya pangsa pasar baik di dalam negeri maupun di luar negeri, besarnya jumlah
penduduk yang menggantungkan hidupnya di sektor ini, dan perannya dalam penyediaan
pangan bagi ketahanan pangan nasional.
Permasalahan terkait turunnya produktivitas
Dalam tiga tahun terakhir, jumlah petani di Indonesia menurun. Survei Angkatan Kerja
Nasional (Sakernas) 2013 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), di sana
menunjukkan jumlah penduduk berusaia di atas 15 tahun yang bekerja sebagai petani per
Februari 2013 mencapai 39,95 juta. Jumlah itu menurun dibandingkan pada tahun Februari
2010 sebanyak 42,82 juta.
Tabel 2. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan
Pekerjaan Utama (2010 - 2013)
Keengganan para generasi muda untuk mau menggeluti pertanian juga dirasa masih
kurang. Sensus pertanian BPS menemukan kalangan muda Indonesia dengan usia kurang
dari 35 tahun yang terjun ke bisnis pertanian hanya mencapai 12,87% dari total rumah
tangga usaha pertanian. Sementara kalangan laki-laki masih mendominasi profesi petani
dengan jumlah mencapai 23,14 juta rumah tangga, jauh lebih tinggi dibandingkan petani
utama perempuan sebanyak 3 juta rumah tangga. [ CITATION Fik13 \l 1057 ]
Dimungkinkan penurunan jumlah petani karena profesi petani tidak menguntungkan.
Akibatnya mereka melakukan hijrah atau urbanisasi bahkan lebih suka menjadi tenaga kerja
di luar negeri karena dari aspek ekonomi lebih menguntungkan. Dari data yang dihimpun
dari BPS, upah riil petani per hari untuk tahun 2013 hanya sebesar Rp 27,502, menurun
dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp 30,473. Menurunnya upah riil berarti bahwa
kemampuan (daya) beli para petani mengalami penurunan pula.
Tabel 3. Upah Nominal dan Upah Buru Tani di Indonesia
45,000
40,000
Upah (Rupiah)
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
-
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Faktor lainnya lagi, masalah ketersediaan pupuk yang masih kurang dan jumlah subsidi
pupuk yang terbatas menjadi persoalan yang berpengaruh langsung terhadap produktivitas
dan pasokan pangan kita. Hal itu disinyalir karena distribusi melalui pola rayonisasi
(pembagian wilayah atas beberapa rayon) yang tidak fleksibel, sehingga tidak mudah
melakukan penyesuaian pasokan antarwilayah sekaligus lemahnya pengawasan dari
Pemda dalam pengelolaan pupuk bersubsidi.
Bahkan ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menilai Surat Keputusan
Menperindag yang mengatur rayonisasi distribusi pupuk, melanggar Undang-Undang
tentang Larangan Praktik Usaha Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat karena SK
tersebut menimbulkan anti persaingan usaha. KPPU beralasan bahwa sistem rayonisasi
tersebut membuat distribusi pupuk tidak bisa menjangkau daerah yang tidak ditunjuk oleh
menperindag. [ CITATION Ray14 \l 1057 ]
Juga diperparah dengan law enforcement tidak dijalankan oleh pemerintah seperti
diamanatkan UU Nomor
41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Berkelanjutan yang dikonversikan menjadi area lain. Alih fungsi lahan pertanian menjadi
nonpertanian dinilai sudah tak terkendali, menyusul pesatnya perkembangan sektor industri
dan pemukiman di Indonesia. Setiap tahun diperkirakan 80 ribu hektare areal pertanian
hilang, berubah fungsi ke sektor lain atau setara 220 hektare setiap harinya[ CITATION Ali13
\l 1057 ]
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah ini seolah-olah tidak menjunjung asas
keadilan bagi petani. Akibatnya petani yang sebagian besar adalah rakyat kecil tidak
terlindungi haknya oleh pemerintah. Sehingga petani terusir dari tempat mereka bekerja
dan memulai untuk bekerja pada sektor lain.
Juga lemahnya panduan pemerintah bagi para pertain terkait musim tanam yang saat ini
sudah banyak berubah akibat perubahan cuaca yang ekstrim.
Sebagian besar petani Indonesia masih sangat lemah dalam mengakses sumber-sumber
permodalan formal. Lemahnya kepemilikan modal disebabkan oleh kecilnya skala usaha
sehingga tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan akumulasi modal. Setiap selesai
panen, hasil penjualaan digunakan untuk membayar pinjaman sarana produksi dan
kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, lemahnya akses petani kecil terhadap sumbersumber permodalan formal disebabkan oleh prosedur yang tidak sederhana dan sejumlah
persyaratan yang harus dipenuhi oleh petani. [ CITATION Bam \l 1057 ]
Secara garis besar pembangunan pertanian mempunyai beberapa kelemahan, yakni hanya
terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta pendekatannya yang
sentralistik atau terpusat. Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih
banyak didominasi oleh usaha dengan: (a) skala kecil, (b) modal yang terbatas, (c)
penggunaan teknologi yang masih sederhana (minim inovasi), (d) sangat dipengaruhi oleh
musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga
sehingga menyebabkan terjadinya pengangguran tersembunyi, (g) akses terhadap kredit,
teknologi, dan pasar sangat rendah, (h) pasar komoditi pertanian yang sifatnya
mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi
harga yang merugikan petani (kartel).
Harga pangan dihadapkan dengan permasalahan inflasi.
inflasi juga kerap menerpa perekonomian di suatu negara. Inflasi adalah suatu proses
kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian, [ CITATION Sad94 \l 1057 ].
Inflasi adalah proses bukan tingkatan harga. Jadi, harga yang tinggi tidak dapat disebut
sebagai inflasi. Melainkan tingkat perubahan yang terjadi akibat dari suatu peristiwa
ekonomi. Biasanya terlihat dari harga-harga berbagai macam barang terus menanjak. Inflasi
biasanya terjadi dari satu periode ke periode berikutnya dan dinyatakan dalam prosentase.
Inflasi disebabkan oleh berbagai peristiwa ekonomi. Peristiwa-peristiwa tersebut antara lain:
meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat atas berbagai komoditas, berlebihnya jumlah
uang yang beredar di masyarakat yang mendorong konsumsi atau bahkan spekulasi, dan
dapat pula disebabkan oleh terhambatnya distribusi komoditas konsumsi ke masyarakat
sehingga menjadikan komoditas tersebut mengalami kelangkaan. Tuntutan kenaikan upah
oleh para buruh juga akan mendorong naiknya harga-harga barang yang beredar di
masyarakat. [ CITATION Sad94 \l 1057 ]
Gambar 1. Tingkat Inflasi di Berbagai Negara
Inflasi memberikan dampak negatif dalam perekonomian suatu negara. Inflasi yang
demikian ini biasanya timbul pada negara-negara yang mengalami hiperinflasi atau inflasi
yang tidak terkendali. Tingkat daya beli masyarakat menurun sehingga dengan jumlah uang
yang sama, hanya mendapatkan barang dengan jumlah yang lebih sedikit dari sebelumnya.
Masyarakat menjadi enggan untuk menabung dan ber investasi. Dengan demikian laju
pertumbuhan perekonomian pun akan menurun dan perekonomian menjadi lesu. Secara
umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong
kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan
merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Selain dampak negatif di atas, inflasi juga dapat menimbulkan dampak positif. Syaratnya
adalah inflasi yang terjadi masih berada dalam kategori ringan. Meningkatnya harga-harga
akan diiringi dengan meningkatnya produktivitas para pekerja. Masyarakat akan semakin
giat menabung dan berinvestasi. Investor-investor semakin tergerak untuk menanamkan
modalnya di dalam negeri. Sehingga laju perekonomian akan semakin baik. [ CITATION
Inf14 \l 1057 ]
Tentu saja inflasi yang dibahas dalam jurnal ini adalah yang berdampak buruk terhadap
perekonomian nasional kaitannya dengan sektor pertanian. Inflasi dapat menyebabkan Taraf
kemakmuran masyarakat mengalami penurunan apabila tanpa disertai naiknya upah.
Bagi petani di Indonesia, kenaikan harga kebutuhan pangan di masyarakat tidak berdampak
pada meningkatnya pendapatan mereka. Meski tahun 2013 Indonesia telah mencapai
swasembada beras, namun petani tidak merasakan keuntungannya. Praktek kartel dicurigai
menjadi penyebabnya. Sehingga keuntungan dalam meningkatnya komoditas pangan hanya
dinikmati segelintir orang saja.
Kartel dimaknai sebagai kerja sama sejumlah perusahaan yang bersaing untuk
mengoordinasi kegiatannya sehingga dapat mengendalikan jumlah produksi dan harga
suatu barang dan atau jasa untuk memperoleh keuntungan di atas tingkat keuntungan yang
wajar. secara klasik dapat dilakukan melalui tiga hal yakni harga, produksi, dan wilayah
pemasaran. [ CITATION Khu13 \l 1057 ]
Seringkali Bahan makanan menjadi penyumbang indeks inflasi terbesar dibandingkan
komoditas lain. Berdasarkan data yang diperoleh dalam 8 tahun terakhir, tercatat pada 2013,
2012, dan 2011 bahan makanan tidak menjadi penyumbang indeks tertinggi. Namun meski
tidak menjadi yang tertinggi, bahan makanan masih memiliki indeks yang tinggi.
Tabel 4. Inflasi Indonesia Menurut Kelompok Pengeluaran
Naiknya harga bahan makanan disebabkan dan berbanding lurus dengan kenaikan produk
pertanian. Mahalnya harga produk pertanian dalam negeri dapat disebabkan oleh berbagai
hal, bukan hanya impor. Harga pangan yang melonjak belakangan ini karena dugaan
kartel dan minimnya infrastruktur. Padahal, infrastruktur merupakan urat nadi yang
penting
untuk
mendistribusikan
bahan
pangan.
kondisi
infrastruktur
yang
memprihatinkan seperti jalan rusak, telah merugikan banyak pihak, termasuk petani
kecil karena hasil panennya tidak terdistribusi dengan baik. Dengan infrastruktur yang
buruk, waktu tempuh untuk distribusi akan semakin lama dan biaya yang dikeluarkan
pun semakin banyak.
Kesimpulan saran
Melihat keadaan negara ini dimana sering kali diterpa inflasi yang cukup tinggi dan tingkat
pengangguran yang semakin meningkat, hendaknya sektor pertanian dapat dijadikan
sebagai sarana untuk mengatasinya. Dengan pengelolaan secara tepat, sektor pertanian
dapat menyerap tenaga kerja yang besar. Maka jumlah pengangguran dapat dikurangi.
Jumlah institusi pendidikan Indonesia yang menjadikan sektor pertanian sebagai
spesialisasinya cukup banyak, bahkan tersebar dari ujung Sumatera hingga Papua. Namun
kenyataannya pertanian kita seolah masih jauh tertinggal. Hendaknya pemerintah bekerja
sama dengan institusi-institusi tersebut untuk bersama-sama membangun pertanian
Indonesia menjadi lebih baik. Dengan cara memperbanyak sekolah-sekolah lapangan yang
secara langsung dapat menularkan ilmu di kampus kepada para petani di lapangan. Inovasiinovasi teknologi dan benih semakin diperbanyak.
Untuk menciptakan kedaulatan pangan dan mengurangi ketergantungan kita terhadap impor
bahan pangan, hendaknya pemerintah lebih memperhatikan sektor pertanian. Dengan
demikian produktivitas akan meningkat serta neraca perdagangan pun akan seimbang atau
bahkan surplus.
Sektor pertanian Indonesia secara nyata memiliki potensi yang besar untuk terus
dikembangkan serta ikut berperan dalam memajukan perekonomian nasional. Mulai dari
lahan yang sangat luas, jumlah sumber daya manusia yang melimpah, dan jumlah
lingkungan pendidikan yang berorientasi pada pertanian yang tersebar di seluruh wilayah
nusantara.
Kedaulatan pangan masih belum dapat dicapai karena produktivitas lahan belum mampu
memenuhi jumlah kebutuhan yang ada. Demi memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah
mengambil langkah untuk melakukan impor. Jumlah impor yang cukup tinggi membuat
beban anggaran pemerintah semakin besar dan semakin mengikis peran petani lokal untuk
berkontribusi. Petani pun menjadi golongan masyarakat dengan tingkat ekonomi yang
rendah.
Dengan tingkat kesejahteraan yang masih rendah mendorong petani untuk meninggalkan
pekerjaannya. Hal ini mengakibatkan jumlah petani berangsur-angsur menurun dari tahun
ke tahun. Kebijakan-kebijakan yang ada belum dapat menjadikan petani untuk dapat
berbuat lebih baik.
Mensejahterakan petani bukan hanya tentang meningkatkan pendapatan sekelompok
masyarakat. Namun petani adalah salah satu elemen penting dalam mata rantai kedaulatan
pangan. Jika pemerintah mampu menciptakan sebuah kebijakan yang mendorong perbaikan
kehidupan petani, maka produktivitas pertanian akan meningkat. Dengan demikian,
kapasitas produksi akan mampu mengimbangi laju kebutuhan pangan penduduk.
Pemerintah sebagai regulator sebenarnya memiliki kuasa untuk mememajukan sektor
pertanian. Namun kenyataannya, Kebijakan-kebijakan yang ada belum sepenuhnya tepat
sasaran bahkan hanya menguntungkan sebagian orang saja contonya yaitu impor bahan
pangan masih cukup tinggi dan persawahan yang beralih fungsi menjadi bangunan.
Pemerintah juga perlu meningkatkan investasi di pedesaan. Dengan lebih banyaknya
investasi di desa misalnya dalam alat-alat pertanian yang lebih modern, huller , traktor, dan
juga dalam pembangunan-pembangunan prasarana fisik seperti jembatan-jembatan baru,
bendungan irigasi dan lain-lain maka timbul adanya keperluan akan peningkatan
keterampilan tenaga kerja. Seorang petani yang mengerjakan sawah dengan bajak atau
traktor dalam waktu yang sama akan mampu menyelesaikan luas sawah yang lebih besar.
Pembangunan pertanian di masa yang akan datang dihadapkan pula pada tantangan untuk
menghadapi perubahan tatanan politik di Indonesia yang mengarah pada era demokratisasi
yakni tuntutan otonomi daerah dan pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula
pada tantangan untuk mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah pada
globalisasi dunia. Oleh karena itu, pembangunan pertanian di Indonesia tidak saja dituntut
untuk menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi namun juga mampu
mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat.
Dari banyak hal yang harus kita lakukan dalam mengembangkan pertanian pada masa yang
akan datang, kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang menjadi
prioritas dalam melakukan program apapun. Tentu hal itu tidak boleh hanya menguntungkan
satu golongan saja namun diarahkan untuk mencapai pondasi yang kuat pada
pembangunan nasional. Pembangunan adalah penciptaan sistem dan tata nilai yang lebih
baik hingga terjadi keadilan dan tingkat kesejahteraan yang tinggi.
Daftar Pustaka
(2013). Alih Fungsi Lahan Pertanian di Indonesia 80 Ribu Hektar per tahun. Subang: www.pikiranrakyat.com.
Ariyanti, F. (2013). Petani Indonesia Kebanyakan Sudah Sepuh. Jakarta: bisnis.liputan6.com.
Bank, World. (1994). Indonesia: environment and development.
Barat, D. P. (2003). Potensi Pertanian Indonesia. diperta.jabarprov.go.id.
(2013). Indonesia Impor Jagung Rp 385 Miliar Dalam Sebulan. Jakarta: finance.detik.com.
Indonesia, V. (2014). BPS: Inflasi, Kemiskinan Meningkat pada 2013. Washington: VOA Indonesia.
(2014). Inflasi. id.wikipedia.org.
(2013). Kenapa Indonesia Ketergantungan Impor Kedelai? Ini Sebabnya. Jakarta: finance.detik.com.
Khudori. (2013). Membongkar Kartel Pangan. nasional.sindonews.com.
(2009). Kondisi Pertanian Indonesia Saat Ini Berdasarkan Pandangan Mahasiswa Pertanian
Indonesia. Banten: www.paskomnas.com.
(2014). Rayonisasi Pupuk Langgar UU Persaingan Usaha. Jakarta: pelita.or.id.
Rivai, B. S. (t.thn.). Peningkatan Akses Petani Terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Energi. 188 208.
Ruslan, K. (2014, Januari Sabtu). Lahan Pertanian Indonesia dari Waktu ke Waktu.
Sukirno, S. (1994). Liputan Analisis dan Data Makroekonomi. Dalam Makroekonomi Teori Pengantar
(hal. 9-16). Jakarta: Rajawali Pers.