SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT SALINITAS PE

Journal of Marine and Fisheries Udayana University

SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT, SALINITAS
PERMUKAAN LAUT DAN ARUS PERMUKAAN LAUT,
INDONESIA TAHUN 2011 SECARA TEMPORAL
Made Pande Darmawan a*, Gede Ening Sumantra b, Ketut Budiarta a
a

1Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana,Kampus UNUD Bukit Jimbaran, Badung, Bali, Indonesia

b

1Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana,Kampus UNUD Bukit Jimbaran, Badung, Bali, Indonesia

c

1Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana,Kampus UNUD Bukit Jimbaran, Badung, Bali, Indonesia
* Penulis koresponden. Tel.: (0361) 701636
Alamat e-mail: md_pande@yahoo.co.id

Abstract


Indonesia is an archipelago country, Indonesia is located on the equator, so this caused Indonesia belong to the tropical
climate. Indonesia is also flanked by two oceans, namely the Indian Ocean and the Pacific Ocean. Since the two are Indonesia is a
country rich in natural resources, especially in the maritime field. Many factors affect the characteristics of marine diversity in
Indonesia, such as temperature, currents and salinity. The few studies in Indonesia on the matter, so many researchers from both
outside and inside the country researching about the difference it. But the extent of the oceans in Indonesia makes it difficult to do in
the field and require a lot of time and cost. So it is used remote sensing techniques to save costs and time in doing analyzing data. With
remote sensing we get data on SST, salinity, and the movement of ocean currents. On the surface currents that occurred in Indonesia in
particular is influenced by monsoon winds that movement of January was headed westward, but in October the movement of currents
follow the movement of ocean currents Indonesia, for the surface temperature, the movement of hot tubs that are north of Indonesia
down towards the southern cause is the position of the sun like the whole solar apparent motion, to salinity in Indonesia to change
depending on the season, have influenced the process of evaporation and also the influx of river water in the estuary area
Keywords: Suhu Permukaan Laut, Salinitas Permukaan laut, arus permukaan
Abstrak

Indonesia merupakan negara yang berbentuk kepulauan, Indonesia terletak di garis khatulistiwa, sehingga ini menyebabkan
Indonesia termasuk ke dalam iklim tropis. Indonesia juga di apit oleh dua samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Karena
dua hal tersebut Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alamnya, terutama di bidang kelautannya. Banyak faktor
yang mempengaruhi keberagaman karakteristik laut di Indonesia, seperti suhu, arus dan salinitas. Sedikitnya penelitian di Indonesia
mengenai hal tersebut, maka banyak peneliti baik dari luar maupun dalam negeri meneliti tentang perbedaan hal tersebut. Tetapi

luasnya lautan di Indonesia membuat penelitian ini sulit untuk dilakukan di lapangan dan memerlukan waktu dan biaya yang banyak.
Sehingga digunakanlah teknik pengindraan jauh untuk menghemat biaya dan waktu dalam melakukan penganalisisan data. Dengan
penginderaan jauh kita mendapatkan data mengenai SST, salinitas, dan pergerakan arus laut. Pada arus permukaan yang terjadi di
Indonesia paa bulan tertentu di pengaruhi oleh angin muson yang pergerakan dari januari itu menuju kebarat, namun pada bulan
oktober gerakan arus mengikuti gerakan arus laut Indonesia, untuk suhu permukaan , pergerakan kolam air panas yang berada di utara
Indonesia turun menuju selatan yang menyebabkan tersebut adalah posisi dari matahari seperti gerak semu mathari, untuk salinitas di
Indonesia mengalami perubahan tergantung musim , ini di pengaruhi proses penguapan dan juga proses masuknya air sungai pada
daerah estuari
Kata Kunci: Suhu Permukaan Laut; Salinitas Permukaan laut,;arus permukaan

1. Pendahuluan
Indonesia sebagai "Benua Maritim" berada di
khatulistiwa dimana dua pertiga wilayahnya adalah laut
mempunyai peranan yang penting dalam proses p
erubahan iklim baik lokal maupun global. Dinamika
laut regional dan suhu permukaan laut (SPL) me
rupakan faktor penting yang mempengaruhi dinamika
iklim regional dan iklim global (Qu et al. 2005). Suhu
perairan juga merupakan salah satu parameter yang
secara langsung mempengaruhi kehidupan organisme

laut. Perubahan suhu akan
mempengaruhi
metabolisma, reproduksi dan distribusi ikan di laut
(Nibakken, 1988).
Salah satu parameter yang di gunakan yaitu
salinitas. Salinitas didefinisikan sebagai berat dalam
gram dari semua zat padat yang terlarut dalam 1 kilo
gram air laut jikalau semua brom dan yodium
digantikan dengan khlor dalam jumlah yang setara;
semua karbonat diubah menjadi oksidanya dan semua
zat organik dioksidasikan. Salinitas merupakan faktor
penting bagi penyebaran organisme perairan laut dan
oksigen dapat merupakan faktor pembatas dalam
penentuan kehadiran makhluk hidup didalam air
(Nurhayati, 2006). Salinitas laut diukur dalam PSU
(Practical Salinity Unit). Pada umumnya nilai salinitas
wilayah laut Indonesia berkisar antara 28 PSU sampai
dengan 33 PSU (Nontji, 2005).
Parameter selanjutnya yang terdapat pada
perairan Indonesia yaitu Arus. Arus merupakan gerakan

air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di
dunia. Arus – arus ini mempunyai arti yang sangat
penting dalam menentukan arah pelayaran bagi kapalkapal. Kecepatan arus ini, akan berkurang cepat sesuai
dengan makin bertambahnya kedalaman perairan dan
akhirnya angin menjadi tidak berpengaruh sama sekali
terhadap kecepatan arus pada kedalaman di bawah 200
meter. Pada saat kecepatan arus berkurang, maka
tingkat perubahan arah arus yang disebabkan oleh gaya
coriolis akan meningkat. Hasilya adalah bahwa hanya
terjadi sedikit pembelokan dari arah arus yang relatif
cepat di lapisan permukaan dan arah pembelokannya
akan semakin besar pada aliran arus yang kecepatannya
menjadi makin lambat di lapisan perairan yang
mempunyai kedalaman makin bertambah besar.
Akibatnya akan timbul suatu aliran arus dimana makin
dalam suatu perairan maka arus yang terjadi pada
lapisan-lapisan perairan makin di belokkan arahnya.
Hubungan ini dikenal sebagai Spiral Ekman (Hutabarat ,
1985).
Untuk menggambarkan data tersebut dan

menjadikan sebuah data yang memberikan informasi
secara temporal maupun spasial maka parameter seperti
suhu, salinitas, dan arus sangat berperan penting dalam
kehidupan organisme laut dan bagi kehidupan manusia
dan perlu di ketahui persebarannya di laut indonesia
2. Metode Penelitian
2.1 Data

Data analisis Penelitian menggunakan data insitu
yang menggunakan dua data, yang pertama dari data
satellite JASON-2 yang di download pada ECMWF
(European Center for Medium Range Forecast) dengan
link apps.ecmwf.int/datasets untuk data SST (Sea
Surface Temprature) , data SST yang digunakan
berikuran 1 ˚ , data tersebut berupa data rata rata
bulanan pada tahun 2011. Yang kedua menggunakan
satelite NOAA di download OSCAR (Ocean Sruface
CurrentReal
time)
pada

link
www.oscar.noaa.gov/_datadownload,
dengan
menggunakan data rata-rata bulanan pada tahun 2011
2.2 Analisis Data
Analisis data ini menggunakan metode interpolasi
kriging , Metode Kriging adalah estimasi stochasti
menggunakan kombinasi linear dari weight untuk
memperkirakan nilai diantara sampel data . Metode ini
diketemukan oleh D.L. Krige untuk memperkirakan nilai dari
bahan tambang. Asumsi dari metode ini adalah jarak dan
orientasi antara sampel data menunjukkan korelasi spasial
yang penting dalam hasil interpolasi ESRI, 1996). Persamaan
metode interpolasi kriging yang digunakan sebagai berikut ;

(1)
dengan :
s,si
m(s)


:lokasi untuk estimasi dan salah satu lokasi dari
data yang berdekatan, dinyatakan dengan i
; nilai ekpetasi dari Z(s) m(si)
;nilai
ekspetasi dari Z(si)

: faktor bobot
N
:banyaknya data sampel yang digunakan untuk
estimasi
Z (s) dianggap sebagai bidang acak dengan suatu komponen
trend m (s) dan sisa e(s) =Z(s) – m(s) . Estimasi
kriging untuk sisa pada s adalah jumlah berbobot
dari sisa pada sekitar dan titik. Nilai
diturunkan
dari fungsi kovariansi atau semivariogram, yang
harus mencirikan komponen sisa.

Dalam kegiatan analisis ini menerapkan metode
Interpolasi data yang menggunakan aplikasi (SIG)

System Informasi geografis, untuk mempermudah
mendapatkan hasil olahan data berupa gambar atau map
yang menggambarkan keadaan sebaran spasial dan
temporal dari data satellite.

3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Pergerakan Arus Dipermukaan Laut tahun 2011
Data Sebaran Arus Permukaan tahun 2011

Gambar 1. Sebaran arus permukaan laut setiap bulan tahun 2011

Pada bulan januari, februari dan maret
tahun 2011. Dapat dilihat bahwa arus mengalir dari
utara menuju ke selatan, tetapi membelok oleh
karena gaya coreolis yang terdapat di daerah ini
sehingga membuatnya membelok. Perubahan arah
arus ini disebabkan oleh arah angin yang
mempengaruhi arah arusnya, dimana pada saat ini
sedang terjadi muson barat. Saat angin muson barat
terjadi, angin yang mengalir dari Benua Asia

(musim dingin) ke Benua Australia (musim panas)
dan mengandung curah hujan yang banyak di
Indonesia bagian Barat. Sehingga bulan ini di
barengi dengan terjadinya musim penghujan di
wilayah Indonesia.
Struktur massa air perairan Indonesia
umumnya dipengaruhi karakteristik massa air
Lautan Pasifik dan sistem angin munson, dimana
pada Musim Barat (Desember – Februari) bertiup
angin munson barat laut di bagian utara ekuator
dan barat daya di selatan ekuator. Karakteristik
massa air perairan Indonesia umumnya ditandai
dengan salinitas yang lebih rendah, sedangkan pada
Musim Timur (Juni – Agustus) bertiup angin
Muson tenggara di selatan ekuator dan timur laut di
utara ekuator, perairan Indonesia memiliki
karakteristik dengan nilai salinitas yang lebih tinggi.

Oleh karena itu salinitas pada perairan Indonesia
pada saat bulan januari,,februari dan maret cukup

tinggi namun tidak terlalu tinggi.
Selain itu, terjadinya Arus lintas Indonesia
(Arlindo) yang merupakan bagian penting dalam
sirkulasi samudra dunia dalam penghantaran panas
(heat). Dimana dalam kondisi normal, di perairan
Pasifik di sebelah Utara Irian terdapat kolam Air
Hangat (Warm Water Pool) yang disebabkan oleh
menumpuknya air yang terbawa oleh Katulistiwa
Selatan karena hembusan Angin Pasat (trade
winds) di Pasifik. Menurut Gordon et al. (1994)
jalur Arlindo sendiri dibagi menjadi 2 jalur yaitu
jalur barat dan jalur timur. Jalur barat dimana
massa air masuk melalui Laut 7 Sulawesi dan
Basin Makasar. Sebagian massa air akan mengalir
melalui Selat Lombok dan berakhir di Lautan
Hindia sedangkan sebagian lagi dibelokan ke arah
timur terus ke Laut Flores (Gordon 2001) hingga
Laut Banda dan kemudian keluar ke Lautan Hindia
melalui Laut Timor. Jalur timur dimana massa air
masuk melalui Laut Halmahera dan Laut Maluku

terus ke Laut Banda. Dari Laut Banda, massa air
akan mengalir mengikuti 2 (dua) rute (Gordon et al.
1994).

Selanjutnya adalah arusnya. Diketahui
bersama bahwa arus dipengaruhi oleh angina. Dan
pada saat ni tengah terjadi peralihan dari angina
muson barat ke angina muson timur.
Dimana dapat dilihat pada grafik arus
bahwa pada bulan juni telah terjadi angina muson
timur, yaitu: angin yang mengalir dari Benua
Australia(musim dingin) ke Benua Asia (musm
panas) sedikit curah hujan (kemarau) di Indonesia
bagian
Timur karena angin melewati celah- celah sempit
dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan
Victoria). Ini yang menyebabkan Indonesia
mengalami musim kemarau.

Sedangkan untuk arusnya dapat dilihat
bahwa pada bulan Juli, Agustus dan September,
arah arus bererak dari belahan bumi selatan menuju
belahan bumi utara dan selanjutnya di belokkan
oleh gaya coreolis yang menyebabkan arahnya
membelok mengikuti arah pulau Nusa Tenggara,
Bali, dan Jawa. Sehingga menyebabkan terjadinya
Upwelling yang berdampak pada suburnya
perairan. Namun disaat yang bersamaan terjadi
kemarau di daratan sedangkan untuk bulan
September. Arah arus mulai agak berubah, hal ini
di karenakan pada bulan ini telah terjadi peralihan
dari musim timur ke musim barat

3.2 Suhu Permukaan Laut

Gambar 2. Sebaran Suhu Permukaan laut tahun 2011
Beberapa faktor yang mempengaruhi temperatur
permukaan di antaranya; kondisi musim (iklim),
angin, serta fenomena yang terjadi di laut seperti
upwelling, arus, dan lain-lain. Untuk pergerakan
suhu hangat permukaan laut indonesia mengalami
pergerakan dari utara ke selatan , (me
Pada hasil pengolahan data SST di
Indonesia tahun 2011 dilihat bahwa pada bulan
Januari, suhu diperairan indonesia tepatnya pada
selatan ekuator lebih panas dibandingkan dengan

bagian utara ekuator. Pada peta tersebut terlihat
pada Laut China Selatan dingin.
Pada bulan Februari, Maret dan April peta
SST menunjukan adanya kemiripan. Tepatnya pada
daerah selatan Indonesia temperaturnya lebih panas
dibandingkan dengan belahan uata Indonesia.
Perubahan ini disebabkan dengan adanya
pergerakan matahari yang mendekati garis lintang
utara, sehingga pada Laut China Selatan
mengalami peningkatan temperatur.
Pada bulan Mei, Juni, dan Juli matahari
sudah berada di bagian utara ekuator. Hal tersebut

akan menyebabkan selatan ekuator menjadi lebih
dingin diabndingkan dengan utara ekuator.
Selanjutnya pada bulan Agustus, September
dan Oktober terlihat mengalami peningkatan
temperatur. Peningkatan temperatur terlihat pada
bulan September dimana pada bagian selatan Papua
mengalami penurunan. Akan tetapi temperatur
dingin terus menyebar di Selatan Jawa. Selanjutnya
pada bulan oktober matahari mulai menuju selatan
ekuator sehingga di bagian utara ekuator

temperatur mengalami penurunan dan pada bagian
selatan ekuator mengalami peningkatan.
Bulan November dan Desember, selatan ekuator
mengalami peningkatan temperatur secara derastis
serta terjadinya penurunan temperatur di uata
ekuator.

3.2 Salinitas Permukaan Laut

Gambar 3. Sebaran salinitas tahun 2011
Salinitas pada bulan desember - maret di
Indonesia mengalami musim hujan pada bulan tersebut
untuk kawasan timur meiliki salinitas dengan kisaran
nilai dari 33,2-34,8
perbedaan terlihat jika di
bandingkan dengan dengan salinitas di perairan laut
jawa, selat karimata dan selat sunda yang memiliki
salinitas dengan kisaran 29,8-32. Terjadi perbedaan
salinitas perairan di kawasan Indonesia timur dan barat
itu di karenakan di kawasan Indonesia bagian barat
benyak terdapaat muara sungai di daerah Kalimantan
selatan sampai laut jawa merupaakan muara sungai
besar seperti sungai Kapuas dan sungai Mahakam.
Semakin banyak sungai yang bermuara ke laut maka

salinitas laut tersebut akan rendah. Pada musim hujan
(Desember-Maret) massa air dari Laut Cina Selatan
masuk melalui Selat Karimata dan mendorong massa air
sebelumnya ke arah timur, isohaline 32% bergeser ke
arah timur(Durand , 1995). Curah hujan dan aliran
sungai memperhebat pengenceran yang berkembang
dan daerah pantai (Sumatra, Kalimantan) hingga
memenuhi keseluruhan Laut Jawa.
Pada bulan april-mei merupakan bulan
peralihan dari musim hujan menuju musim panas.
Sebaran salinitas di Indonesia pada bulan ini tidak
mengalami perbedaan yang signifikan dari bulan

sebelumnya. Untuk kawasan laut jawa selat sunda dan
selat karimata memiliki sebaran salinitas yang lebih
rendah jika di bandingkan dengan di kawasan timur
Indonesia walaupun pada bulan mei tampak di daerah
psisir merauke sebaran salintasnya rendah di kisaran
31,2-31,6 tetapi secara umum kawasan timur Indonesia
memiliki sebaran salinitas yang relative lebih tinggi.

Ucapan terimakasih

Pada musim kemarau (Juni-Oktober) angin
bertiup dari tenggara dengan curah hujan sangat
terbatas, terjadi penetrasi yang progresif dari massa air
oseanik ke laut Jawa sehingga mendorong massa air
salinitas rendah ke arah barat dan ke arah
pantaiisohaline 32%
bergeser ke arah barat
(Wyrtli,1961; Durand). karena itu tampak sebaran
salinitas yang rendah di daerah selat karimata hingga
menuju ke perairan laut cina selatan. Di kawasan timur
Indonesia sebaran salinitas lebih tinggi, karena tingkat
evaporasi pada daerah tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan kawasan barat Indonesia.
Meskipun intensitas cahaya matahari pada bulan JuniAgustus di Indonesia sama, tetapi di kawasan timur
Indonesia massa air dengan salinitas rendah didorong ke
barat oleh pergerakan angin tenggara yang berasal dari
benua Australia.

Daftar Pustaka

4. Simpulan

 Untuk data sebaran arus pada tahun 2011
mengalami pergerakan yang yang dipengaruhi
oleh angin pasat dan arus lintas Indonesia yang
membuat pergerakan arusnya selalu berubah
pada setiap bulannya
 Pada parameter suhu permukaan laut mengamai
perubahan kolam air hangat dari bagian utara
menuju selatan sesuai dengan gerak semu
matahari dan suhu udara pada daerah tersebut
 Pada sebaran salinitas terlihat perbuahannya
sesuai musim dikarenakan proses penguapan dan
sumber masukan dari pulaunya

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada dosen dan
juga teman teman yang membantu dalam pengerjaan
jurnal ini, untuk membantu menyelesaikan jurnal ini
yang membahas tentang sebaran SST, SSS, dan Arus
Permukaan Laut

Penulisan kutipan dan daftar pustaka menggunakan Harvad
style seperti contoh di bawah dengan mengurutkan sesuai
dengan abjad.
Jurnal:

Abbott, M. R., & Letelier, R. M. (1999). Chlorophyll
fluorescence (MODIS product number 20). NASA
Algorithm
Theoretical
Basis
Document,
http://modis.gsfc.nasa.gov/data/atbd/atbd_mod22.pdf
). [cited 5 March 2012
Davis Gordon B, 1994, Management System
Information, TP. Midas Surya Grafindo, Jakarta.
Davis, B. Gordon. 1996. Kerangka Dasar Sistem
ESRI.1996. Using ArcView Network Analyst, New
York: ESRI.
Durand, J.R., and Widodo, J.1995. Java Sea fisheries, a
provisional approach. In BIODYNEX: Biology,
Dynamics, Exploitation of the Small Pelagie Fishes
in
the
JavaSea.M.PotierandS.Nurhakim(eds.),AARD/ORS
TOM.273275
ESRI. 1996. Using the ArcView Spatial Analyst.
Redlands, Environmental Systems Research Institute,
Inc.
Gordon, Baverly.1986. Popular Culture. Volume
20, issue 3,pages 135-146.
Huffman, G. J., & Bolvin, D. T. (2011). TRMM and other
data precipitation data set documentation. Laboratory for
Atmospheres, NASA Goddard Space Flight Center and
Science
Systems
and
Applications,
Inc.
(ftp://rsd.gsfc.nasa.gov/pub/trmmdocs/3B42_3B43_doc.pdf) [cited 19 August 2014].

Nibakken, J. W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan
Ekologis. Gramedia. Jakarta.
Wyrtki Klause, 1961, Phyical Oceanography of the
South East Asian Waters, Institute Oceanography:
California Informasi Manajemen. Jakarta: Gahalia
Indo

© 2015 by the authors; licensee Udayana University, Indonesia. This article is an open access