PENAN AMAN TANAMAN PADI. doc1

PENANAMAN PADI

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
Kelompok 6
1. Ani Domiah

(141510601167)

2. Lilik Laeliyah

(141510601019)

3. Lingga Mareta Hadi (141510601061)
4. Nuril Muyassaroh

(141510601108)

5. M. Syauqi Hasbi


(141510601147)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki ribuan pulau
yang amat subur sehingga cocok untuk usaha bercocok tanam (bertani). Ribuan
pulau yang dimiliki negara Indonesia membentang dari Sabang sampai Merauke
membentuk jarak sekitar lima ribu kilometer antara Asia dan Australia, dari ujung
utara Sumatera hingga ke Papua Barat. Berbagai jenis tanaman dapat tumbuh
subur ditanam di negeri yang berjuluk zamrud khatulistiwa ini.
Salah satu tanaman yang tumbuh subur di negara Indonesia adalah
tanaman pangan padi. Sebagai tanaman pangan utama, pembudidayaan tanaman
padi tentu sangat diperhatikan mulai dari pembibitan hingga pasca panen. Salah
satu proses dari budidaya tanaman padi adalah proses penanaman. Kesalahan

dalam melakukan penanaman akan berimplikasi terhadap pertumbuhan tanaman
dimana kemungkinan besar tanaman tidak dapat melanjutkan pertumbuhannya
hingga panen.
Menanam merupakan kegiatan menempatkan bahan tanam, dapat berupa
benih atau bibit pada media tanam. Media tanam yang digunakan untuk menanam
pun bermacam-macam seperti pot, pekarangan, lahan dan lainnya. Tanaman padi
di tanam pada lahan sawah yang subur. Menanam padi pada lahan sawah dapat
dilakukan dengan cara menempatkan bibit padi pada lahan sawah dengan jarak
tanam yang telah ditentukan. Pengaturan jarak tanam berpengaruh pada
pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Sebelum melakukan penanaman bibit
padi, terdapat tahapan yang harus dimengerti terlebih dahulu yaitu dari seleksi
bibit, menyemai bibit, mengolah lahan sawah untuk persiapan penanaman hingga
pada tahap menanam.
Penanaman padi dilakukan secara manual yaitu menggunakan tangan.
Jumlah bibit padi pada setiap lubang tanam yaitu antara 2-3 batang padi dan juga
harus mengatur kedalaman dalam menanam padi. Kedalaman menanam padi juga
menentukan pertumbuhan pada padi tersebut. Kedalaman yang baik pada tanaman
padi yaitu sekitar 3-4 cm. Dalam penanaman bibit ada beberapa pola yang telah

banyak diterapkan oleh para petani di pedesaan maupun di kota. Beberapa pola

yang banyak diterapkan oleh para petani yaitu pola konvensional dan pola jajar
legowo. Pola tersebut menekankan pada jarak tanam antar bibit pada setiap
lajurnya.
Penanaman pada pola konvensional yang biasanya diterapkan oleh para
petani yang masih belum mengenal banyak tentang sistem pertanaman padi. Pola
konvensional merupakan pola jarak tanam tunggal atau bujur sangkar. Jarak tanam
yang dipakai pada pola konvensional adalah 20 x 20 cm. Jarak tanam ini masih
bisa dimodifikasi sesuai dengan varietas padi yang akan di tanam. Pada
penanaman jajar legowo, terdapat beberapa pola yang banyak digunakan dan
termasuk tipe terbaik untuk mendapatkan produksi gabah tinggi yaitu jajar legowo
2 : 1 dan jajar legowo 4 : 1 dimana kedua tipe jajar legowo ini memiliki pola jarak
tanam yang sedikit berbeda.
Cara tanam jejer legowo merupakan cara tanam padi sawah yang
memilki beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh 1 baris kosong
dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris tengah.
Cara tanam tersebut meilki beberapa tujuan antara lain : (1) memanfaatkan sinar
matahari bagi tanaman yang berada pada bagian pinggir barisan, (2) mengurangi
kemungkinan serangan hama, terutama tikus, (3) menekan serangan penyakit, (4)
mempermudah pelaksanaan pemupukan dan pengendalian hama/penyakit, dan (5)
menambah populasi tanaman. Cara tanam jejer legowo mempermudah tanaman

padi dalam memperoleh unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.
1.2 Tujuan
Mengetahui cara menanam padi secara langsung di lahan sawah dengan
jarak tanam konvensional (bujur sangkar) dan jejer legowo 2 : 1 dan 4 : 1.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Hatta (2011) dalam Hatta (2012), penentuan jarak tanam
dipengaruhi oleh varietas. Varietas tertentu memiliki banyak sekali anakan, tetapi
sebaliknya ada juga varietas yang memiliki sangat sedikit jumlah anakan.
Beberapa varietas yang banyak ditanam petani tergolong memiliki banyak anakan.
Namun demikian, ada juga varietas yang beredar tergolong beranak sedikit atau
sedang. Aturan umumnya, varietas yang memiliki banyak anakan ditanam dengan
jarak yang renggang, sebaliknya varietas yang beranak sedikit ditanam dengan
jarak yang rapat. Oleh karena itu, tidak ada jarak tanam yang ideal untuk semua
varietas, melainkan, setiap varietas memiliki jarak tanam idealnya tersendiri.
Varietas juga berpengaruh terhadap komponen hasil. Jumlah anakan produktif,
panjang malai, jumlah bulir per malai, dan hasil padi adalah beberapa komponen
hasil yang dipengaruhi oleh varietas.
Kualitas lahan sawah yang menjadi sentra-sentra produksi padi dengan
pengelolaan secara konvensional telah mengalami penurunan akibat dari

degradasi lahan. Selain itu, kondisi anaerobik, terutama akibat penggenangan
seperti pada tanah sawah secara konvensional dan lahan basah lainnya menjadikan
sumber utama dari emisi gas metan sehingga isu tersebut telah membuat khawatir
para pemerhati lingkungan. Salah satu solusi untuk memecahkan masalah tersebut
adalah dengan penggunaan metode SRI dalam setiap budidaya tanaman padi yang
lebih memperhatikan faktor lingkungan dan efisiensi pada agroinput (Nurhasahah
dkk., 2012).
Menurut Suwono et al (2000) dalam Jumakir dkk (2012), salah satu
upaya untuk meningkatkan produksi padi di lahan sawah irigasi di desa tersebut
dengan sistem tanam jajar legowo dengan pendekatan pengelolaan tanaman
terpadu. Sistem tanam jajar legowo di harapkan akan meningkatkan produksi padi
lebih tinggi. Salah satu keunggulan cara tanam jajar legowo bila dibandingkan
dengan tegel adalah jumlah tanaman per satuan luas lebih banyak sehingga
produksinya lebih tinggi dan dengan jarak yang berselang seling menyebabkan
sirkulasi udara dan sinar matahari yang masuk lebih banyak sehingga mengurangi

hama penyakit serta pemupukan dan penyiangan lebih mudah. Peningkatan
penggunaan sistem tanam jajar legowo perlu untuk dilakukan karena dapat
meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani sehingga sesuai dengan
pembangunan pertanian yang selama ini dicita-citakan.

Pada budidaya padi dengan sistem tanam pindah, jarak tanam merupakan
salah satu faktor produksi yang sangat penting karena menentukan produktivitas
yang dicapai. Jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan peningkatan biaya
produksi dan peluang untuk roboh, sedangkan jarak tanam terlalu lebar dapat
menyebabkan penurunan populasi tanaman per unit area dari optimal yang pada
akhirnya berakibat penurunan hasil panen per unit area. Teknologi legowo 2 : 1
dan 4 : 1 masih memberikan hasil yang lebih tinggi yaitu 12-22 % dibandingkan
dengan cara tanam biasa (Suparwoto, 2010).
Menurut Imran dan Syarifuddun (2005) dalam Saadah dkk (2011), sistem
tanam jajar legowo 2:1 adalah penanaman padi yang diatur sedemikian rupa
dengan lorong atau ruang terbuka yang cukup lebar. Cara tanam padi sistem jajar
legowo 2:1 bertujuan untuk memperbaiki produktivitas usahatani padi. Legowo
diambil dari Bahasa Jawa Banyumas, terdiri dari kata “Lego” dan “Dowo”. Lego
berarti luas dan Dowo berarti memanjang, jadi diantara kelompok tanaman padi
terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan tanaman.
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi pada
setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman pinggir.
Secara umum, tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi daripada tanaman
yang ada di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga menunjukkan
pertumbuhan yang lebih baik karena persaingan tanaman antar barisan dapat

dikurangi. Penerapan cara tanam sistem legowo memiliki beberapa kelebihan
yaitu, sinar matahari dapat dimanfaatkan lebih banyak untuk proses fotosintesis,
pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman menjadi lebih
mudah dilakukan di dalam lorong-lorong. Selain itu, cara tanam padi sistem
legowo juga meningkatkan populasi tanaman (Anggraini dkk., 2013).

Upaya untuk meningkatkan hasil panen padi per satuan luas harus
diiringi dengan keberlanjutan teknologi yang dikenalkan serta bergantung
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi teknologi petani.
Inovasi teknologi untuk meningkatkan produksi padi terus dilakukan untuk
mendapatkan paket teknologi spesifik. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengetahui tingkat adopsi teknologi petani dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi tingkat adopsi petani dalam menerapkan teknologi budidaya padi
sistem tanam jajar legowo agar dapat meningkatkan pendapatan dan tingkat
efisiensi ekonomis petani (Lalla dkk., 2012).
Saat penanaman padi sawah dilakukan, kondisi lahan dalam keadaan
tidak tergenang atau macak-macak. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 25 cm x
25 cm atau 30 cm x 15 cm atau jarak tanam jejer legowo 40 cm x 20 cm x 20 cm.
Bibit yang ditanam berkisar 3 bibit per lubang. Setelah 3 hari penanaman, air
dimasukkan ke dalam lahan. Adapun penyulaman dapat dilakukan 7 hari setelah

tanam (HST) jika ada bibit yang mati (Purwono dan Purnamawati, 2007).
Pembuatan jarak tanam dilakukan menggunakan batang bambu dengan
panjang tiga meter dan sudah dibelah. Batang bambu diberi garis putih-putih
berukuran 10, 20, dan 40 cm. garis-garis pada batang tersebut digunakan sebagai
pedoman untuk penancapan bibit padi. Teknik pembuatan jarak tanam yang
dianjurkan dalam padi organic adalah teknik penanaman jajar legowo. Hal ini
disebabkan karena teknik jajar legowo akan memudahkan petani untuk memantau
serta mengendalikan gulma, hama, dan penyakit tanaman (Sriyanto, 2010).
Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan
dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe
lainnya. Namun dari hasil penelitian, tipe terbaik untuk mendapatkan produksi
gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1, dan untuk mendapat bulir gabah
berkualitas benih dicapai oleh legowo 2:1. Modifikasi jarak tanam pada cara
tanam legowo bisa dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Secara umum, jarak
tanam yang dipakai adalah 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25
cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan
tanahnya (Bobihoe, 2013).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum acara “ Penanaman Padi ” dilaksanakan pada hari Sabtu
tanggal 4 April 2015 pukul 07.00 – 10.00 WIB di Agrotechnopark Jubung.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Bibit padi dari pesemaian yang siap tanam.
3.2.2 Alat
1. Tali rafia yang sudah diberi tanda sesuai jarak tanam yang digunakan.
3.3 Cara Kerja
1. Mengambil tali rafia yang sudah diberi tanda sesuai jarak tanam yang
digunakan.
2. Membentangkan tali rafia dilahan.
3. Menanam bibit padi sesuai dengan pola jarak tanam yang ditandai pada tali
rafia.
4. Menggeser tali raffia ke arah belakang sesudah satu baris tertanami semua
(menanam padi dengan pola mundur).
5. Menanam baris selanjutnya hingga seluruh lahan petak yang ditanami.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
PENANAMAN PADI

A

Jarak Tanam Konvensional (Buju Sangkar 20 x 20 cm)

1 Tahap Pekerjaan:
2 Hasil Pekerjaan:
3 Keterangan:
B

Jarak Tanam Jajar Legowo 2 : 1

1 Tahap Pekerjaan:
2 Hasil Pekerjaan:
3 Keterangan:
C

Jarak Tanam Jajar Legowo 4 : 1

1 Tahap Pekerjaan:
2 Hasil Pekerjaan:

3 Keterangan:

4.2 Pembahasan
Sebelum melakukan penanaman padi swah, perlu diketahui berbagai
macam metode/sistem penanaman padi di lahan sawah. Metode tersebut sangat
menentukan terhadap peningkatan produktivitas padi. Terdapat 2 macam metode
penanaman padi di lahan sawah yaitu :
1. Metode tanam konvensional (tegel)
Metode penanaman padi secara konvensional merupakan metode penanaman
padi dengan bentuk bujur sangkar atau jarak tanam tunggal. Jarak tanam yang

dipakai umumnya 20 x 20 cm atau bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25
cm sesuai dengan pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat
kesuburan tanahnya.

Gambar 1. Pola Tanam Konvensional

2. Metode tanam jajar legowo
Metode tanam jajar legowo merupakan cara menanam padi sawah yang
memilki beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh satu baris kosong
dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada barisan
tengah. Sistem tanam jajar legowo merupakan suatu upaya memanipulasi
lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memilki jumlah tanaman pinggir
yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti yang telah diketahui
bahwa tanaman padi yang berada di pinggir memilki pertumbuhan dan
perkembangan uang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan
tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih
tinggi. hal ini disebabkan karena tanaman yang berada di pinggir akan
memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak. Terdapat beberapa
tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum dapat dilakukan yaitu
jajar legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1), dan lain sebagainya.
a. Jajar legowo 2 : 1
Tipe ini merupakan cara tanam padi dimana setiap dua baris tanaman
diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak
tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah setengah

kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada sistem
jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm (antar barisan) x 10 cm (barisan pinggir) x
40 cm (barisan kosong). Sistem tanam jajar legowo (2 : 1) membuat seluruh
tanaman dikondisikan seolah-olah menjadi tanaman pinggir. Penerapan
sistem ini dapat meningkatkan produksi padi dengan gabah kualitas benih
dimana sistem jajar legowo seperti ini sering dijumpai pada pertanaman
untuk tujuan penangkaran atau produksi benih.

Gambar 2. Pola Tanam Jajar Legowo 2:1

b. Jajar legowo 3 : 1
Merupakan cara tanam padi dimana setiap tiga barisan tanaman diselingi
oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman
antar barisan. Modifikasi tanaman pinggir dilakukan pada baris tanaman ke1 dan ke-3 yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek
tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan
dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-3)
dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan. Sistm ini

memiliki ukuran 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) x 10 cm
(barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).

Gambar 3. Pola Tanam Jajar Legowo 3 : 1

c. Jajar legowo 4 : 1
Nerupakan sistem penanaman padi dimana setiap empat baris tanaman
diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak
tanaman antar barisan. Dengan adanya sistem legowo ini maka setiap
barisan tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir
yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman
pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam
antar barisan. Sistem jajar legowo 4 : 1 memilki ukuran 20 cm (antar barisan
dan pada barisan tengah) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan
kosong). Tipe jajar legowo 4 : 1 terbukti terbaik dalam memberikan hasil
produksi gabah tinggi.

Gambar 4. Pola Tanam Jajar Legowo 4 : 1

Dari beberapa macam sistem tanam tersebut terdapat salah satu sitem
yang dapat menghasilkan kualitas padi lebih baik daripada sistem tanam padi
lainnya. Sistem tanam tersebut adalah sistem tanam jajar legowo 4 : 1. Metode
jajar legowo 4 : 1 memiliki kualitas padi yang lebih baik dibandingkan dengan
metode jajar legowo 2 : 1 karena pada sistem jajar legowo 4 : 1 terdapat tanaman
pagar yang mendapatkan penyinaran matahari yang cukup, dimana penyinaran
matahari tersebut dapat meningkatkan proses fotosintesis pada daun tanaman
sehingga bobot bulir padi yang dihasilkan lebih berat dan jarang sekali ditemukan
bulir padi yang tidak bernas. Pola jarak tanam jajar legowo 4:1 juga digunakan
untuk penangkaran padi untuk tujuan mendapatkan bulir gabah berkualitas benih.
Bulir gabah yang dihasilkan dengan menggunakan jarak tanam 4:1 sangat
bermutu atau berkualitas. Sedangkan untuk pola jajar legowo 2 : 1 akan
menambah populasi tanaman sampai sekitar 33,3%. Dengan adanya penambahan
tersebut, tujuan budidaya padi untuk konsumsi bisa tercapai. Karena pada saat ini
kebutuhan konsumsi beras semakin meningkat dengan seiring bertambahnya
penduduk. Banyak para petani yang ingin mendapatkan produksi gabah tinggi
menggunakan pola jarak tanam jajar legowo 2:1 ini dalam membudidayakan padi.
Jadi pola jarak tanam jajar legowo 2:1 ini cocok untuk budidaya padi dengan

tujuan untuk konsumsi. Oleh karena itu, pola tanam jajar legowo 4 : 1 dapat
menghasilkan kualitas padi yang lebih baik dibandingkan jajar legowo 2 : 1.
Berdasarkan praktikum penanaman padi yang telah dilakukan, cara
tanam konvensional dapat dilakukan dengan mudah karena jarak tanam yang
tunggal, namun dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo pola tanam
konvensional ini memilki beberapa kekurangan antara lain : (1) tidak
dimungkinkan dilakukannya sistem pengembangan agribisnis, (2) produktivitas
padi lebih rendah yakni sekitar 160.000 rumpun/ha, (3) tidak adanya efek tanaman
pinggir mengakibatkan produksi gabah yang dihasilkan kurang berkualitas dan
maksimal, (4) pemanfaatan unsur hara tanaman kurang maksimal akibat tidak
adanya ruang kosong antar baris tanaman, dan (5) pengawasan terhadap OPT
relatif sulit untuk dilakukan. Sistem tanam konvensional disamping memilki
kekurangan juga memililki kelebihan yaitu lebih mudah dalam penanamannya
karena jarak tanamnya yang seragam. Sistem tanam konvensional menggunakan
jarak tanam 20 x 20 cm. Sistem tanam jajar legowo merupakan sistem tanam yang
memberikan ruang tumbuh yang longgar sekaligus populasi yang lebih tinggi.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan terhadap sistem tanam padi jajar
legowo 2 : dan 4 : 1, dapat ditemukan perbedaan yang jelas antara keduanya,
yakni dimana dalam sistem jajar legowo 2 : 1 Setiap dua baris diselingi satu
barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak tanam
dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam dalam
barisan, sedangkan sistem tanam jajar legowo 4 : 1 Setiap tiga baris tanaman padi
diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Jarak
tanam yang dipinggir setengah dari jarak tanam yang ditengah. jarak tanam yang
digunakan dalam jajar legowo 2 : 1 adalah 20 x 10 x 40 cm dalam 2 baris,
sedangkan pada jajar legowo 4 : 1 adalah 20 x 10 x 40 cm dalam 4 baris.
Pengaturan jarak tanam jarwo dan konvensional tersebut menggunakan kinco
untuk menyamakan jarak tanam antar tanaman. sistem tanam jajar legowo
memilki beberapa keuntungan antara lain : (1) dapat mengoptimalkan
pemanfaatan sinar matahari bagi tanaman pinggir, (2) mengurangi kemungkinan
serangan hama, terutama tikus karena tikus kurang suka hidup di tempat yang

terbuka, (3) menekan serangan penyakit, (4) menambah populasi tanaman
sehingga produktivitasnya lebih besar, (5) berpotensi untuk pengembangan sistem
agribisnis seperti padi-ikan atau padi-ikan-bebek (Bobihoe, 2013).
Secara teknis, setiap budidaya suatu tanaman harus memperhatikan
kondisi iklim serta kondisi lahan di sekitar tanaman tersebut tumbuh. Dalam
kenyataan

di

lapangan,

iklim

dan

cuaca

sangat

sulit

untuk

dimodifikasi/dikendalikan sesuai dengan kebutuhan, kalaupun bisa memerluan
biaya dan teknologi yang tinggi. Iklim/cuaca sering seakan-akan menjadi faktor
pembatas produksi pertanian. Faktor iklim mempunyai peranan yang sangat
penting dalam perencanaan dan sistem produksi pertanian karena seluruh unsur
iklim berpengaruh terhadap berbagai proses fisiologis, pertumbuhan dan
produktivitas tanaman. Keadaan iklim aktual (cuaca) pada periode tertentu sangat
menentukan pola tanam padi, jenis varietas, teknologi usahatani, pertumbuhan ,
produksi tanaman, serangan hama/penyakit dan lain-lainnya. Pertumbuhan dan
produksi tanaman padi merupakan hasil akhir dari proses fotosintesis dan berbagai
fisiologi lainnya. Selain radiasi surya, proses fotosintesis bulir padi sangat
ditentukan oleh ketersediaan air, konsentrasi CO2 dan suhu udara. Sedangkan
proses respirasi dan beberapa proses metabolisme tanaman secara signifikan
dipengaruhi oleh suhu udara dan beberapa unsur iklim lain.

Selain proses

metabolisme, proses pembungaan, pengisian biji dan pematangan biji atau buah
tanaman padi juga sangat dipengaruhi oleh radiasi surya (intensitas dan lama
penyinaran), suhu udara dan kelembaban nisbi serta angin. Oleh sebab itu,
produkstivitas dan mutu hasil tanaman padi yang banyak ditentukan pada fase
pengisian dan pematangan biji atau buah sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur
iklim dan cuaca, terutama radiasi surya dan suhu udara. Tanaman padi sawah
memerlukan curah hujan antara 200 mm/bulan, ketinggian tempat optimal 0-1500
mdpl dengan suhu optimal sekitar 23°C. pada saat musim kemarau berlangsung,
ketersediaan air harus terjaga untuk meningkatkan produktivitas (Nurhidayat,
2010).
Selain kondisi iklim, kondisi lahan juga turut berperan terhadap
produktivitas tanaman padi. Kondisi lahan yang baik untuk tanaman padi adalah

tanah yang digunakan untuk tempat budidaya harus benar-benar subur, terbebas
dari pathogen dalam tanah, tidak terdapat gulma di dalam petakan sawah,
kelembapan tanah juga harus terjaga, serta kadar air tanah dalam kondisi kapasitas
lapang. Tanah untuk budidaya tanaman padi harus banyak mengandung humus
serta bahan organic dan unsure hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi itu sendiri. Tanah yang
baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah yang mengandung pasir,
debu, maupun lempung.
Setelah mengetahui berbagai metode penanaman padi sawah, terdapat
sistem penanaman yang mampu menghasilkan produk yang berkualitas serta
berkuantitas tinggi. menurut saya sistem penanaman yang berpotensi untuk
menghasilkan produk berkualitas dan berkuantitas tinggi adalah sistem
penanaman padi jajar legowo. Dalam sistem penanaman jajar legowo, terdapat
barisan kosong yang memungkinkan sinar matahari dapat masuk ke barisan
tanaman secara maksimal sehingga dapat memperlancar proses fotosintesis. Selain
itu, pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman menjadi lebih mudah
untuk dilakukan dibandingkan dengan sistem tanam konvensional. Jumlah
populasi sistem tanam jajar legowo juga lebih banyak sehingga produktivitas yang
dihasilkan dari sistem tersebut jauh lebih maksimal dibandingkan sistem tanam
konvensional. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sistem tanam jajar
legowo 4 : 1 digunakan untuk mendapatkan bulir gabah berkualitas benih
sedangkan sistem tanam 2 : 1 digunakan untuk mendapatkan produksi gabah
tertinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam penanaman pada
budidaya padi yaitu :
1. Mutu Bibit Padi
Sebelum melakukan penanaman, harus mengetahui mutu bibit yang akan
ditanam. Dalam menentukan mutu bibit yang baik, sebelumnya perlu adanya
penyeleksian benih. Benih padi diseleksi terlebih dahulu, agar benih yang tidak
bermutu tidak akan digunakan dan dibuang, dan untuk benih yang bermutu,
benih padi tersebut akan digunakan untuk persemaian untuk menghasilkan

bibit padi yang bermutu. Bibit padi yang bermutu ini, salah satu yang akan
menentukan keberhasilan dalam penanaman budidaya padi.
2. Cara tanam
Cara tanam bibit padi sangat menentukan keberhasilan dalam penanaman
dalam budidaya padi. Apabila cara tanam yang dilakukan dengan baik dan
sesuai dengan prosedur yang ditentukan, maka keberhasilan dalam penanaman
akan baik. Tapi sebaliknya, jika cara tanam itu salah, seperti jarak tanam terlalu
dekat, penancapan bibit kedalam lubang tanam terlalu dalam dan
sebagainya.Hal tersebut justru dapat menyebabkan keberhasilan dalam
penanama akan semakin rendah atau buruk, sehingga cara tanam harus
diperhatikan dalam melakukan penanaman.
3. Jarak tanam
Dalam melakukan penanam jarak tanam juga harus diperhatikan dimana jarak
tanam merupakan kesesuaian antara tanama satu dengan tanama lainnya. Jarak
tanam yang baik, jarak tanam yang sesuai dengan jenis tanaman, kesuburan
tanah, dan juga ketinggian tempat atau musim. Jika sesuai dengan hal-hal
tersebut, maka keberhasilan dalam penanaman budidaya padi akan berhasil.
Sebaliknya, jika dalam memberikan jarak tanam yang tidak sesuai seperti
menimbulkan kompetisi antar tanaman dalam memperebutkan unsur hara,
maka salah satu tanaman akan berakibat kekurangan unsur hara. Hal tersebut,
akan mengakibatkan tingkat keberhasilan penanaman menjadi buruk bahkan
bisa menyebabkan kematian tanaman.
4. Pola jarak tanam
Pola jarak tanam juga menentukan keberhasilan dalam budidaya padi.
Pengaturan pola jarak tanam yang baik adalah seperti pola jarak tanam jajar
legowo. Pola jarak tanam tersebut dapat menekan serangan hama seperti tikus
dan penyakit, sehingga pola jarak tanam yang digunakan atau yang diterapkan
dalam keadaan tersebut, dapat membatu dalam keberhasilan penanaman
budidaya padi. Jarak tanam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman
padi. Jarak tanam yang sesuai dengan tanaman padi yang ditanam akan
berdampak positif pada pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Jarak tanam

yang sesuai atau tidak terlalu dekat, tidak akan berpotensi terjadinya kompetisi
antar tanaman dalam memperebutkan unsur hara didalam tanah. Tanaman padi
akan cepat tumbuh dan mampu berproduksi tinggi atau antar tanaman padi
tidak akan saling mengganggu, akan tetapi jika jarak tanam tidak sesuai dengan
tanaman padi akan berdampak buruk bagi tanaman tersebut. Pertumbuhan
tanaman padi akan terhambat dan produksi tanaman padi tidak maksimal atau
kurang. Hal tersebut diakibatkan karena adanya kompetisi antar tanaman padi
dalam memperebutkan unsur hara di dalam tanah.
Dari beberapa sistem tanam padi yang telah dibahas dalam kegiatan
praktikum, petani lebih menyukai sistem tanam padi konvensional dengan jarak
20 x 20 cm atau 25 x 25 cm. Hal tersebut disebabkan karena dalam sistem tanam
jajar legowo lebih banyak membutuhkan tenaga kerja karena harus mengatur jarak
tanam antar barisan tanaman. Pada sistem tanam konvensional pengaturan jarak
tanam seragam sehingga lebih mempermudah petani dalam melakukan
penanaman. Petani mengetahui bahwa pola tanam konvesional tersebut lebih
mempersulit mereka dalam perawatan padi, akan tetapi pola tanam tersebut masih
digunakan oleh petani hingga saat ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
petani terhadap pola tanam jajar legowo sehingga petani tidak menghiraukan
sistem tanam padi jajar legowo tersebut.
Setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode sistem
penanaman padi yaitu konvensional dan jajar legowo, maka perlu dilakukan
penyuluhan oleh dinas pertanian atau lembaga yang terkait di dalamnya.
Penyuluhan terhadap para petani perlu dilakukan agar para petani bersedia untuk
berpindah sistem tanam dari konvensional ke jajar legowo. Selain itu, penyuluhan
juga bertujuan untuk membantu para petani agar dapat meningkatkan
produktivitasnya sehingga kesejahterann petani akan tercapai.

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Cara menanam padi secara konvensional yaitu metode penanaman padi
dengan bentuk bujur sangkar atau jarak tanam tunggal. Jarak tanam yang
dipakai umumnya 20 x 20 cm atau bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau
25 cm sesuai dengan pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau
tingkat kesuburan tanahnya.
2. Cara menanam padi jajar legowo 2 : 1 adalah cara tanam padi sawah
dimana setiap dua baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang
memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris sedangkan jarak
tanaman dalam barisan adalah setengah kali jarak tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20
cm (antar barisan) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).
3. Cara menanam padi jajar legowo 4 : 1 yaitu cara tanam padi sawh dimana
setiap empat baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang
memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan.
5.2 Saran
Sistem tanam padi jajar legowo terbukti bisa meningatkan produktivitas
padi jauh lebih banyak dibandingkan sistem tanam basa. Oleh karena itu, petani
yang telah terbiasa menggunakan sistem tanam konvensional diharapkan beralih
ke sistem tanam jajar legowo yang lebih menguntungkan petani. Selain itu,
kemudahan dalam perawatan pada sistem tanam jajar legowo juga turut
memudahkan petani dalam melakukan pengendalian terhadap OPT yang
menyerang tanaman padi.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Fita., A. Suryanto, dan N. Aini. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit
pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13. Produksi
Tanaman, 1(2): 52-60.
Bobihoe, Julistia. 2013. Sistem Tanam Padi Jajar Legowo. Jambi : Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.
Hatta, Muhammad. 2012. Uji Jarak Tanam Sistem Legowo Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Padi pada Metode SRI.
Agrista, 16(2): 87-93.
Jumakir., Waluyo, dan Suparwoto. 2012. Peningkatan Produktivitas Padi dan
Pendapatan Petani Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo di Lahan Sawah
Irigasi. Pembangunan Manusia, volume 6 nomor 2.
Lalla, Hajrah., M.S.S. Ali, dan Saadah. 2012. Adaptasi Petani Padi Sawah
Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo 2 : 1 di Kecamatan Polong
Bangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Sains dan Teknologi, 12(3): 255264.
Nurhasanah., Supardi, dan Syakur. 2012. Kesuburan Tanah Pada Sistem Budidaya
Konvensional dan SRI di Kabupaten Aceh Besar. Manajemen Sumber
Daya Lahan, 1(2): 151-158.
Nurhidayat, Encum. 2010. Pengaruh Iklim Terhadap Produktivitas Tanaman PAdi
Sawah. http://encum-nurhidayat.blogspot.com/2010/12/pengaruh-iklimterhadap-produktifitas.html. Diakses pada 10 April 2015.
Purwono. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Saadah., A. Sulili, dan R.B. Deserama. 2011. Peranan Penyuluhan Pertanian
Terhadap Pendapatan Petani yang Menerapkan Sistem Tanam Jajar
Legowo. Agrisistem, 7(2): 91-94.
Sriyanto, Sugeng. 2010. Panen Duit dari Bisnis Padi Organik. Jakarta :
AgroMedia Pustaka.
Suparwoto. 2010. Penerapan Sistem Tanam Legowo pada Usaha Tani Padi untuk
Meningkatkan Produksi dan Pendapatan Petani. Pembangunan Manusia,
volume 10 nomor 1.

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPOSISI KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN TIGA HIBRID TANAMAN ANGGREK Dendrobium sp.

10 148 1

KAJIAN APLIKASI PUPUK KASCING PADA TIGA JENIS TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) DENGAN PERBANDINGAN MEDIA YANG BERBEDA

3 58 19

PENGARUH TINGKAT SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ASAM JAWA (Tamarindus indica, Linn.)

2 32 14

INSTRUMEN UKUR KADAR KEBUTUHAN PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC

13 68 149

INTEGRASI APLIKASI METARHIZIUM ANISOPLIAE DAN NEMATODA PATOGEN SERANGGA SEBAGAI AGEN PENGENDALI HAYATI HAMA URET LEPIDIOTA STIGMA YANG MENYERANG TANAMAN TEBU

5 78 10

KARAKTERISASI HIDROLISAT PROTEIN IKAN WADER (Rasbora jacobsoni) SECARA ENZIMATIS DENGAN ENZIM PROTEASE DARI TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea)

5 51 48

PENGARUH JENIS DAN POPULASI GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)

4 23 54

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELMPOK TANI KARYA SUBUR DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

3 52 58

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merr) PADA MUSIM TANAM KETIGA

2 27 50

PENGARUH APLIKASI BEBERAPA BAHAN PEMBENAH TANAH DAN TANAMAN SELA TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH PADA TANAH PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis) YANG DITANAMI TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta)

1 18 9