CALL FOR PAPER TEMU ILMIAH REGIONAL JAWA

CALL FOR PAPER
TEMU ILMIAH REGIONAL JAWA TIMUR
FoSSEI

Pengoptimalan Aset Wakaf melalui Sukuk Sebagai Pembangunan Pusat
Layanan Sarana Wisata Syariah Terpadu guna medukung Pengembangan
Pariwisata Syariah di Pulau Lombok

oleh
Muhammad Said Hannaf

145020501111025

Ilham Juney Rahman

145020100111014

Alfian Tanjung

145020101111031


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Malang
2016

i

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengoptimalan Aset Wakaf melalui Sukuk Sebagai
Pembangunan Pusat Layanan Sarana Wisata Syariah Terpadu guna medukung
Pengembangan Pariwisata Syariah di Pulau Lombok”

Hari

: Rabu

Tanggal

: 20 Januari 2016


Nama Ketua

: Muhammad Said Hannaf

Tempat Tanggal Lahir

: Bekasi 2 September 1996

Fakultas dan Angkatan

: Ekonomi dan Bisnis / 2014

Malang, 20 Januari 2016

Ketua Kelompok

Pembimbing,

MUHAMMAD SAID HANNAF

NIM. 145020501111025

Dr. ASFI MANZILATI, SE., ME
NIP. 19680911 199103 2 003

ii

SURAT PERNYATAAN CALL FOR PAPER
TEMILREG JATIM 2016
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama

: Muhammad Said Hannaf

Fakultas / Perguruan Tinggi : Ekonomi dan Bisnis/ Univesitas Brawijaya
Dengan ini menyatakan bahwa karya paper dengan judul
“Pengoptimalan Aset Wakaf melalui Sukuk Sebagai Pembangunan Pusat Layanan
Sarana Wisata Syariah Terpadu guna medukung Pengembangan Pariwisata Syariah di

Pulau Lombok”
belum pernah dipublikasikan pada jurnal dan belum pernah menjuarai perlombaan di tingkat
nasional/internasional sebelumnya serta tidak mengundang unsur plagiat di dalamnya.
Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa ada unsur dari siapapun. Jika
kemudian hari ditemukan ketidakbenaran informasi, maka saya bersedia didiskualifikasi
ataupun dibatalkan dari status juara dalam perlombaan ini.

(Muhammad Said Hannaf)
NIM. 145020501111025

iii

ABSTRAK
Wisata halal/syariah merupakan tren yang tinggi dan digemari oleh masyarakat dunia dalam
dekade ini. Perkembangan wisata Syariah terus meningkat sepanjang tahunnya, destinasi
wisata Syariah diminati oleh berbagai kalangan baik muslim maupun nun muslim. Indonesia
sebagai negara dengan populasi muslim terbesar didunia, menjadi peluang bagi Indonesia
untuk menjadi salah satu negara utama destinasi wisata halal/syariah. Untuk mensukseskan
tujuan tersebut pemerintah Indonesia telah menetapkan tiga daerah yang menjadi tujuan
utama destinasi wisata syariah yakni Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi

Nusa Tenggara Barat. Salah satu provinsi yang unggul dalam wisata syariah/halal tingkat
dunia adalah provinsi Nusa Tenggara Barat, karena meraih pengargaan internasional yakni
World’s Best Halal Travel Summit (ajang kompetisi pariwisata halal) di Abu Dhabi, Uni
Emirate Arab (UEA). Pertumbuhan wisatawan tentunya perlu ditingkatkan ditunjang oleh
infrastruktur dan informasi wisata yang komperhensif. Pulau Lombok sebagai destinasi
utama wisata syariah/halal di Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki peluang pengembangan
investasi wisata syariah. Dengan banyaknya tanah wakaf di Pulau Lombok dan tahun 20152019 merupakan tahun utama arah gerak pengembangan pasar modal syariah. Dengan
demikian sangat tepat untuk mengembangkan infrastruktur wisata syariah dengan pasar
modal dalam hal ini instrumen Sukuk sebagai instrumen pasar modal yang digunakan.
Melalui pengembanagn model sukuk intifa yang diterapkan di Arab Saudi, maka penulis
memberi sebuah solusi yaitu Pengoptimalan Aset Wakaf melalui Sukuk Sebagai
Pembangunan Pusat Layanan Sarana Wisata Syariah Terpadu guna medukung
Pengembangan Pariwisata Syariah di Pulau Lombok. Pusat wisata syariah terpadu untuk
mempermudah wisatawatan memperoleh informasi dan layanan jasa yang telah terstandariasi
oleh Kementerian Pariwisata dan Majelis Ulama Indonesia. Kolaborasi antara sukuk dan
wakaf memiliki beberapa keunggulan, Pertama mampu menciptakan produktivitas aset-aset
wakaf dan pemberdayaan masyarakat. Kedua meningkatan pangsa keuangan syariah melalui
sektor non-perbankan yang selama ini belum signifikan dan Ketiga sukuk yang di terbitkan
merupakan model sukuk yang prioritas investornya lokal baik itu skala provinsi NTB maupun
nasional.

Kata kunci : Pusat Wisata Syariah Terpadu, Sukuk, Wakaf,

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah yang Tuhan yang Maha Kuasa, karena berkat
pertolongan melalui doa kepada-Nya kita serta usaha dapat menyelesaikan Paper yang
berjudul Pengoptimalan Aset Wakaf melalui Sukuk Sebagai Pembangunan Pusat Layanan
Sarana Wisata Syariah Terpadu guna medukung Pengembangan Pariwisata Syariah di Pulau
Lombok.
Kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kerja tim dan Mas Azzuhri Tri Ahara
dan Dosen Pembimbing kami Ibu Asfi Manzilati atas saran-sarannya pada paper kami ini
sKemudian pihak-pihak yang telah berperan membantu kami dalam menyelesaikan Paper ini
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini membutuhkan saran dan kritik yang membangun
untuk meningkatkan kualitas paper ini. Akhir kata Semoga paper yang kami buat dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 20 Januari 2015


Penulis

v

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

i

LEMBAR PENGESAHAN

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS

iii

ABSTRAK


iv

KATA PENGANTAR

v

DAFTAR ISI

iv

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang


1

1.2 Rumusan Masalah

4

1.3 Tujuan Penulisan

4

1.4 Manfaat Penulisan

4

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.Definisi Wakaf dan Potensi di Pulau Lombok

5


2.2.Pendayagunaan Tanah Wakaf dalam Sejarah Islam

6

2.3.Definisi Sukuk dan Potensinya terhadap Wakaf

8

2.4.Pengembangan SukukIntifa di Negara Arab Saudi

10

2.5.Pariwisata Syariah

11

2.6.Sarana Wisata Syariah

12


BAB III METODE PENULISAN
3.1. Jenis Penulisan

14

3.2. Teknik Penulisan

14

3.3. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

15

3.4. Metode Analisis Data

15

vi

BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Optimalisasi tanah wakaf melalui sukukintifa untuk pembangunan pusat pariwisata
syariah terpadu

17

4.2. Konsep Pusat Layanan Sarana Wisata Syariah terpadu

18

4.3. Efek ganda perekonomian daerah dengan menggunakan sukuk intifa pada aset wakaf 20
4.4. Analisis BOCR penerbitan sukuk wakaf

21

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan

24

5.2. Rekomendasi

24

DAFTAR PUSTAKA

25

BIODATA PENULIS

26

vii

DAFTAR TABEL
Tabel 1 dan 2 Jumlah Aset Tanah Wakaf di Pulau Lombok

5

Tabel 3 Perbedaan Sukuk dan Obligasi

9

Tabel 4 Aspek sarana wisata berprinsip syariah

13

viii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Penggunaan Aset Wakaf

2

Gambar 2 Model Sukuk Intifa

10

Gambar 3 Layanan Wisata Syariah Terpadu

18

Gambar 4 Skema Pembiayaan Sukuk Wakaf

19

ix

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wisata Syariah merupakan tren yang tinggi dan digemari oleh masyarakat dunia dalam
dekade ini. Perkembangan wisata Syariah terus meningkat sepanjang tahunnya, destinasi
wisata Syariah diminati oleh berbagai kalangan baik muslim maupun nun muslim.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh MasterCard & CrescentRating tentang ‘‘Global
Muslim Travel Index 2015’, tersaji data bahwa di tahun 2014 terdapat 108 juta Muslim yang
telah melakukan perjalanan dengan menghabiskan biaya U$145 miliar. Angka ini
merepresentasikan sekitar 10% dari total ekonomi wisata global. Pada tahun 2020 para
wisatawan Muslim diprediksi akan meningkat menjadi 150 juta dengan biaya yang
dikeluarkan sebesar U$200 miliar. Kedepan, wisatawan Muslim akan terus meningkat dan
menjadi salah satu sektor pariwisata yang yang berkembang pesat di dunia.
Lebih lanjut dalam penelitian ini dinyatakan bahwa populasi Muslim di dunia terus
berkembang dengan pesat. Pada tahun 2030 populasi Muslim diprediksi mewakili 26,5%
populasi dunia. Mayoritas populasi Muslim berasal dari negara yang ekonominya sedang
berkembang seperti Indonesia, Turki, dan Negara-negara Teluk. Oleh karena itu, Muslim
merupakan konsumen penting dalam semua sektor bisnis, termasuk bisnis pariwisata. Dalam
melakukan perjalanan, keyakinan (faith) turut memengaruhi wisatawan Muslim dalam
memutuskan tempat wisata yang akan mereka tuju. Mereka tentu akan mencari dan
membutuhkan produk-produk dan layanan-layanan yang sesuai dengan keyakinan mereka.
Hal ini terlihat dengan semakin pesatnya Pertumbuhan perbankan dan keuangan syariah,
pangan halal (halal food), dan lain-lain di dunia.
Melihat potensi tersebut, jika dilihat dengan potensi wisata syariah di Indonesia
ternyata negara zamrud khatulistiwa ini memiliki cukup banyak destinasi ramah bagi
wisatawan Muslim tidak terkecuali di Nusa Tenggara Barat, khususnya Lombok. Di Pulau
Lombok terdapat lima ribu lebih masjid dimana di setiap dusun dan lingkungan terdapat lebih
dari satu masjid besar dan megah yang sebagian besar memiliki arsitektur Timur Tengah.
Meski mayoritas Muslim, bahwa keunggulan NTB sebagai tujuan wisata syariah bukan hanya
karena memiliki banyak masjid namun juga karena wisata syariah merupakan bagian dari
kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. "Aktivitas apapun yang menjadi wisata syariah
adalah bagian dari rutinitas masyarakat Lombok, termasuk saat turis menginap di pondok
pesantren, akan dibawa lebih dalam pada aktivitas sehari-hari para santri," katanya.
1

Kemudian dukungan dalam bentuks penghargaan sebagai destinasi wisata Syariah di
Pulau Lombok menjadi nilai tambah sebagai destinasi wisata syariah di Indonesia. Dikatakan
gubernur, wisata syariah merupakan salah satu potensi yang sangat mungkin untuk
dikembangkan di Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia,
ataupun untuk Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu provinsi dengan mayoritas penduduk
muslim, yang pada saat yang sama juga dikaruniakan keindahan alam, keragaman budaya dan
potensi-potensi tempat wisata lain yang bisa dikembangkan. Potensi wisata syariah atau
wisata keluarga di Nusa Tenggara Barat itu sangat besar. Bukan hanya karena mayoritas
penduduk islam, tapi karena potensi alam dan budaya yang menarik para wisatawan cukup
banyak di daerah kita. Dikatakan oleh gubernur NTB, wisata syariah sebagai wisata yang
mengadopsi nilai-nilai islam, dimana dalam hal tersebut ada aspek kehalalan dalam makanan
dan beberapa hal lainnya yang menjadi perhatian para Muslim Travellers ke mana pun
mereka pergi.
Untuk mendukung pengembangan wisata syariah di Pulau Lombok diperlukan
pembangunan infrastruktur dan saran pendukung lainnya untuk meningkatkan minat
wisatawan melancong. Tanah merupakan sumber daya utama yang dibutuhkan oleh karena
itu melihat bahwa berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Wilayah Kementerian Agama
Kabupaten Lombok Barat, jumlah tanah wakaf di Kabupaten Lombok barat mencapai
3.284.185 meter persegi. Sayangnya, tanah wakaf tersebut sebagian besar baru dimanfaatkan
untuk kesejahteraan masjid, kuburan, panti asuhan, dan sarana pendidikan. Dan hanya
sebagian kecil yang dikelola ke arah lebih produktif. Untuk meningkatkan produktivitas
wakaf tersebut salah satunya adalah memberikan celah pengembangan aset wakaf untuk
kegiatan perekonomian. Penelitian itu menunjukkan, harta wakaf lebih banyak bersifat diam
(77%) dari pada yang menghasilkan atau produktif (23%). Berarti, tanah wakaf yang
demikian besar itu tentunya belum memberikan manfaat produktif, tapi masih dipergunakan
untuk kepentingan yang bersifat konsumtif.

Gambar 1 Sumber : siwak.kemenag.go.id

2

Berdasarkan chart diatas secara nasional pemanfaatan wakaf terbagi atas lima hal
tersebut. Tentunya benefit nilai ekonominya rendah dan pemberdayaan masyarakat juga
terbatas. Nilai tambah yang dihasilkan oleh wakaf tersebut belum dapat dinikmati dampaknya
dalam pembangunan ekonomi nasional. Jika kita bandingkan dengan negara Singapura dan
Malaysia nilai tambah yang dihasilkan oleh aset wakaf mereka sangat besar.
Untuk mewujudkan wakaf yang produktif salah satu strateginya adalah membuka kran
investasi yang aman dan komprehensif dampaknya berkelanjutan bagi iklim bisnis dan
pembangunan daerah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh M Maulana Hamzah
(2015) bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat menduduki peringkat ke-20 dari 33 provinsi
sebagai daerah berpotensi sukuk. Hal tersebut menunjukkan investor-investor lokal maupun
kesiapan pemerintah harus terus ditingkatkan dalam membuka investasi tersebut. Hal tersebut
menjadi peluang dan tantangan dalam mengembangkan minat investor untuk membangun
infrastruktur wisata khususnya di Pulau Lombok.
Berkaitan dengan skema pendanaan baru dalam pasar modal syariah
digunakan

oleh pemerintah,

yaitu

Surat

Berharga

yang mulai

Syariah Negara (SBSN) dengan

underlying asset proyek atau project based sukuk (PBS) yang dijelaskan secara terperinci
dalam Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 24/PMK.05/2014. Peningkatan nilai tambah
wakaf melalui investasi pasar modal sangat besar, namun ada beberapa aset yang idle . Jika
aset wakaf bisa menjadi underlying aset sukuk, dari sana bisa menghasilkan dana yang bisa
digunakan untuk investasi ke sektor mikro syariah, di tengah krisis keuangan global beberapa
waktu lalu, lembaga keuangan mikro syariah, seperti Baitul Maal wat Tamwil (BMT), sangat
menjanjikan karena memiliki return on equity (ROE) hingga 32 persen. Jika dana dari sukuk
diinvestasikan di sana, returnya akan tinggi. Keuangan mikro juga berdampak besar untuk
memberdayakan perekonomian masyarakat miskin. Dengan menggunakan wakaf sebagai
underlying, maka tenor sukuk pun bisa menjadi lebih panjang.
Skema pendanaan ini bisa menjadi solusi penghubung permasalahan kurangnya
modal dalam pembangunan Wisata Syariah Terpadu melalui pengoptimalan potensi tanah
wakaf di Indonesia. Lebih lanjutpendanaan dengan sukuk “Al-Intifa‟ yang menggunakan
lahan sebagai underlying asset dapat menciptakan kemaslahatan yang luas ketika digunakan
untuk mendukung pengembangan gedung-gedung dan sarana prasarana penunjang Wisata
Syariah Terpadu.

3

1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep lokalisasi wisata Syariah terpadu di pulau Lombok?
b. Bagaimana skema pembiayaan infrastruktur wisata Syariah terpadu menggunakan
sukuk Intifa ?
c. Bagaimana efek berganda bagi perekonomian daerah dengan menggunakan suku
intifa pada aset wakaf?
1.3. Tujuan pembuatan karya tulis
Mengacu pada rumusan masalah diatas tujuan dari karya tulis ini adalah
a. Pengoptimalan aset wakaf melalui sukuk sebagai underlying aset bagi
pembangunan wisata Syariah di Pulau Lombok
b. Sebagai alternatif sumber permodalan lokalisasi wisata Syariah terpadu di pulau
Lombok.
1.4. Manfaat Penulisan
a. Manfaat akademis
Masyarakat (investor dan penduduk lokal) mendapatkan informasi mengenai variasi
sumber permodalan sehingga menjadi alternatif penyelesaian masalah bagi
masyarakat dalam meningkatkan output jasa daerah
b. Manfaat Praktis
Sebagai sumber informasi mengenai potensi wakaf di Pulau Lombok sebagai
underlying Asset dalam suku intifaa

4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Definisi Wakaf dan Potensi di Pulau Lombok
Wakaf secara etimologi adalah al habs (menahan). Wakaf merupakan kata yang
berbentuk masdar (gerund) dari ungkapan waqfu la syai yang pada dasarnya berarti
menahan sesuatu. Dengan demikian, pengertian wakaf secara bahasa adalah menyerahkan
tanah untuk orang-orang miskin untuk ditahan. Diartikan demikian karena barang milik itu
dipegang dan ditahan orang lain, seperti menahan hewan ternak, tanah dan segala sesuatu.
Dalam Al Quran terdapat beberapa ayat yang didasarkan sebagai landasan perintah
wakaf, dalam Quran Surat Al Baqarah ayat 261 yang artinya. Dan ayat Al Quran lain
dalam Ali Imran ayat 92. Terdapat empat rukun wakaf yang harus dipenuhi 1). orang yang
berwakaf (al waqif) 2). benda yang diwakafkan (la mauquf) 3). orang yang menerima
wakaf (mauquf alaih) 4) lafaz atau ikrar wakaf. Dalam undang-undang No. 41 tahun 2004
tentang wakaf terdapat dua tambahan hal yang harus dipenuhi, yaitu Peruntukan harta
wakaf dan jangka waktu wakaf. Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf menurut
UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf, harta wakaf hanya diinvestasikan hanya
diperuntukkan lima macam hal , yaitu: (a) sarana dan kegiatan ibadah (2) sarana dan
kegiatan pendidikan dan kesehatan (3) bantuan kepada a fakir dan miskin, anak terlantar,
yatim piatu, beasiswa (4) kemajuan dan peningkatan ekonomi umat, dan/atau kemajuan
kesejahteraan umum yang tidak bertentangan dengan Syariah dan peraturan perundangundangan.
Jika dihubungkan dengan potensi wakaf di Pulau Lombok yang memiliki jumlah
penduduk sebanyak 3.105.841 juta jiwa dengan jumlah penduduk Muslim mencapai
3.082.747 juta jiwa. Dominasi penduduk muslim di Pulau Lombok menjadi peluang dalam
pengembangan wisata Syariah. Berdasarkan data siwak kementrian agama.
Kabupaten/Kota

Luas

Kabupaten Lombok Barat

2.798.602

Kabupaten Lombok Timur

2.396.880

Kabupaten Lombok Tengah

25.397

Kabupaten Lombok Utara

0

Kota Mataram

1.968

Kabupaten/Kota

Lokasi

Kabupaten Lombok Barat

1.863

Kabupaten Lombok Timur

992

Kabupaten Lombok Tengah

17

Kabupaten Lombok Utara

0

Kota Mataram

5

Sumber : siwak.kemenag.go.id

5

Data diatas menunjukkan pulau Lombok merupakan jumlah lokasi dan luas wilayah
tanah wakaf sebagian besar berlokasi di Lombok Barat. Berdasarkan data tersebut jumlah
tanah yang diwakafkan di pulau Lombok mencapai 5.000.000+/- km2 . namun berdasarkan
data yang diterbitkan oleh kanwil kementrian agama kabupaten Lombok Barat, hanya 30%
aset wakaf yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang produktif. Sedangkan sisanya
hanya digunakan untuk kegiatan konsumtif saja.
2.2. Pendayagunaan Tanah Wakaf dalam Sejarah I slam
Institusi atau pranata wakaf memiliki peranan dalam perjalanan sejarah danperadaban
umat Islam. Berbagai lembaga wakaf telah berfungsi sebagai tempatpenyebaran ilmu dan
budaya, dan memberikan ruang bagi ulama, para ahli fikihdan budayawan untuk
mengembangkan keilmuan dan keahliannya. Di antaralembaga-lembaga wakaf yang
memiliki fungsi tersebut sebagai berikut:
Pertama, untuk tempat ibadah (masjid). Masjid wakaf yang pertama kaliberdiri adalah
masjid Quba, yang didirikan oleh Rasulullah SAW saat pertama kalimenginjakkan kakinya di
Madinah, kemudian Masjid Nabawi yang didirikan tahunpertama Hijriah, kemudian
bermunculan masjid-masjid wakaf pada masa Khulafā`al-Rasyidin, Bani Umayyah dan Bani
al-‘Abbas. Ibnu Bathutah menggambarkanaktivitas ilmu yang terjadi di masjid pada masa itu,
di mana masjid-masjidmengadakan halaqah-halaqah yang mengajarkan bermacam-macam
ilmupengetahuan. Para ahli hadits membacakan hadits di atas bangku yang tinggi,
danmembaca al-Qur’an dengan bacaan yang bagus setiap pagi dan sore. Beberapakelompok
guru mentalqinkan bacaan al-Qur’an kepada anak-anak kecil, merekatidak menulis al-Qur’an
di papan tulis karena takut merusak citra al-Qur’an.Pengajar ilmu menulis, mengajarkan cara
menulis syair, sehingga anak-anak setelahbelajar membaca, mereka kemudian belajar
menulis.Bersamaan dengan peranan masjid sebagai pusat pengajaran dan dakwahIslam, di
sekitar masjid berdiri asrama-asrama yang menampung orang-orangmiskin ataupun penuntut
Ilmu yang berasal dari tempat yang jauh,yang dikenaldengan istilah Rubath,Khaniqah,
Zawayah dan Khalawy.
Kedua, untuk al-Katatib (Pusat Baca Tulis). Al-Kuttab atau al-maktab merupakan
tempat bagi anak- anak usia dini ataupun pemula yang ingin belajarmembaca dan menulis,
belajar al-Qur’an, dan dasar-dasar ilmu-ilmu agama. Padamasa bani Umayyah, al-katatib,
diperuntukkan bagi anak-anak khalifah dankeluarga istana serta orang kaya, akan tetapi
selanjutnya bermunculan al-katatib yang didirikan oleh para dermawan sebagai wakaf untuk

6

anak-anak yatim, anakanakmiskin. Ibnu Huql mencatat dalam satu kota seperti Sicilia berdiri
300 alkatatib,yang dalam satu al-kuttab menampung ratusan bahkan ribuan siswa.
Ketiga, untuk Madrasah (Sekolah). Madrasah yang dibiayai dengan hartawakaf yang
terkenal dalam sejarah Islam adalah madrasah al-Nizhamiyah diBaghdad yang didirikan oleh
Bani Saljuk Turki tahun 459 H. Tujuan pendirianmadrasah ini menurut Nizham al-Mulk
untuk mencetak pemuda-pemuda calonpemimpin bangsa yang memiliki ilmu atas dasar
akidah ahlus-sunnah. Kemunculanmadrasah al- Nizhamiyah yang didanai dengan dana wakaf
diikuti denganberdirinya madrasah-madrasah yang lain diberbagai negara Islam, seperti
madrasahwakaf al-Nuriyah di Suriah, yang didirikan oleh Nuruddin al-Zanki, madrasahwakaf
al- Zhahiriyah yang didirikan oleh al-Zhahir Beybers di Kairo tahun 626 H,Madrasah alShalihiyyah yang merupakan wakaf raja al-Shalih Najm al-Din Ayyubdi Mesir tahun 641 H,
Madrasah al-Mas’udiyah yang didirikan oleh Mas’ud al-Syafi’i di Baghdad. Madrasah ini
mengajarkan fikih empat madzhab disampingilmu-ilmu umum dan kedokteran. Lalu ada
madrasah al-Shalahiyah di Halb yangdidirikan Amir Shalahuddin Yusuf al-Dawadar,
madrasah al-Ghiyats atau madrasahal-Malik Manshur di Mekkah, yang didirikan al- Manshur
Ghiyats al-Din tahun 813H. Ada juga madrasah- madrasah lain yang dibangun dan dibiayai
operasionalnyadengan dana wakaf, seperti madrasah al-Mustanshiriyah di Baghdad,
madrasahSulthan Hasan, Jami’ al-Azhar di Mesir, al-Zaitunah di Tunis, al-Qurawiyyin di
FesMaroko.

Al-Jami’

al-Azhar

merupakan

masjid

sekaligus

lembaga

pendidikan

yangdidirikan oleh Jauhar al-Shaqily (panglima pasukan Mu’izli Dinillah al-Fathimy)pada
tahun 359 H. Nama al-Azhar diambil dari Fatimah al-Zahra.
Keempat, untuk Maktabah (Perpustakaan). Lembaga berbasis wakaf lain yangmemiliki
peran dalam pembentukan intelektual umat Islam adalah maktabah atauperpustakaan.
Maktabah memiliki nama lain seperti khizanah al-kutub,bait alhikmah,dar al-ilm,dar alkutub. Maktabah tersebar hampir di seluruh penjurudunia Islam sejak abad ke-4. Maktabah
menjadi kiblat bagi penuntut ilmu, karenamembantu mereka dalam memperoleh ilmu
pengetahuan lewat buku-buku dengangratis. Maktabah yang didanai dengan harta wakaf
yang terkenal dalam sejarahIslam diantaranya adalah : 1). Dar al-’Ilm di Mosul (abad ke-4
Hijriah); 2). Dar al-Ilmdi Baghdad (tahun 381 H); 3). Dar al-Hikmah di Kairo (tahun 395 H).

7

2.3. Definisi Sukuk dan Potensinya terhadap Wakaf
Sukuk adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab yaitu dari kata Sakk dengan bentuk
jamaknya adalah suku, yang berarti dokumen atau sertifikat. Dalam pasar modal Islam
menyerupai obligasi yang terdapat di pasar modal, yaitu surat atau sertifikat dari pihak yang
membutuhkan dana.
Berdasarkan The Accounting and Auditing Organizaton for Islamic Financial
Institution (AAOIFI) Sharia Standards No. 17 tentang Investment Sukuk (Sukuk Investasi),
Sukuk didefinisikan sebagai sertifikat bernilai sama dengan yang merupakan bukti atas
bagian kepemilikan yang tak terbagi terhadap suatu aset, hak manfaat dan jasa-jasa atau atas
kepemilikan proyek atau kegiatan investasi tertentu.
Investment sukuk are certificate of aqual value representing undivided shares in
ownership of tangible asset, usufruct and Services or (in The ownership of) the asset of
particuler projects or special investment activity.
Berdasarkan keputusan ketua Badan Pengawas dan Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan BAPEPAM_LK No. KEP-181/BL/2009, suku didefinisikan sebagai efek Syariah
berupa sertifikat atau tanda bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang
tidak tertentu (tidak dipisahkan atau tidak terbagi) atas 1. Aset berwujud tertentu; 2. Nilai
manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada; 3. Jasa yang
sudah ada maupun yang akan ada; 4. Aset proyek tertentu dan/atau; 5. Jasa atas aset tertentu
atau aktivitas investasi tertentu; atau 6. Kegiatan investasi yang telah ditentukan.
Lebih lanjut berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
(DSN_MUI) tentang Obligasi Syariah, Sukuk didefinisikan sebagai surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip Syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang obligasi
Syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi
Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo. Dan fatwa dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No. 69/DSNMUI/VI/2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara yang diterbitkan beradasarkan prinsip
Syariah sebagai bukti atas bagian kepemilikan aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing.
Sukuk obligasi Syariah memiliki beberapa karakteristik, antara lain: (1) merupakan
bukti kepemilikan atas aset, hak manfaat, jasa atau kegiatan investasi tertentu; (2) pendapatan
8

yang diberikan berupa imbalan, margin, bagi hasil, sesuai dengan jeniss akad yang digunakan
dalam penerbitannya; (3) terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir; (4) memerlukan
adanya underlying Asset penerbitan ; (5) penggunaan dana hasil penerbitan suku (proceeds)
harus sesuai dengan prinsip Syariah.
Adapun perbedaan yang mencolok antara suku (obligasi Syariah) dengan obligasi
konvensional sebagaimana dijelaskan dalam tabel 3 di bawah ini :
Sukuk
Prinsip Dasar

Surat

Obligasi Konvensional
berharga

diterbitkan
prinsip

yang Penyertaan

utang

tanpa

berdasarkan syarat dari penerbit dan

Syariah,

sebagai tidak

bukti

berdasarkan

prinsip

Syariah

kepemilikan/penyertaan
terhadap suatu Asset yang
menjadi

dasar

penerbitan

sukuk
Underlying Asset

Memerlukan
Asset

underlying Tidak ada

sebagai

dasar

penerbitan
Fatwa/Opini syariah

Memerlukan
Syariah

Fatwa/Opini Tidak ada

untuk

kesesuaian

menjamin

suku

dengan

prinsip syariah
Penggunaan Dana

Tidak

dapat

digunakan Bebas

untuk hal yang bertentangan
dengan prinsip syariah
Return

Berupa imbalan, bagi hasil,
margin, Capital gain

9

Berdasarkan publikasi Departemen Keuangan, Pembiayaan infrastruktur melalui penerbitan
obligasi mampu menyediakan dana dalam jumlah besar karena melibatkan banyak pihak.
Apabila likuiditas obligasi dapat dilaksanakan dengan baik dan tingkat bunganya lebih
kompetitif dibandingkan dengan bunga deposito, minat pemilik dana untuk memiliki obligasi
akan semakin membesar sehingga obligasi atau surat utang merupakan alternatif yang baik
sebagai sumber pembiayaan dalam rangka pembangunan daerah terutama untuk percepatan
pembangunan dalam hal ini infrastruktur dan dipersempit dalam sektor pariwisata Syariah
2.4 Pengembangan Sukuk Intifa di Negara Arab Saudi
Negara Arab Saudi juga merupakan salah satu negara yang giatmengembangkan aset
wakafnya menggunakan instrumen sukuk seperti proyekpembangunan menara hotel Zamzam
di Mekah . Manajemen aset wakafdi Arab Saudi telah ditempatkan di bawah satu
kementerian yaitu KementerianUrusan Islam , Wakaf , Dakwah dan Nasihat. Semua aset
wakaf yang ada di Arab Saudi diatur oleh Kementerian tersebut.

Gambar 2 : Ilustrasi oleh penulis
1.

Lembaga wakaf Arab Saudi telah mengidentifikasi sebidang tanah wakaf yang
berpontensi milik Sultan Abd. Aziz untuk dimajukan. Institusi wakaf telah
menyewakan tanah tersebut kepada perusahaan Bin Laden Group untuk periode
28 tahun dengan menggunakan kontrak ijarah. Perusahaan Bin Laden Group akan
mengembangkan tanah wakaf tersebut dengan menggunakan metode BOT (buildoperate-transfer).

2.

Bin Laden Group akan membayar jumlah sewa tanah tersebut kepada lembaga
wakaf Arab Saudi.
10

3.

Bin Laden Group telah mengarahkan Munshaat Real Estate Project untuk
menerbitkan sukuk al-intifa 'sebesar USD 390 juta untuk tujuan pembangunan
sebuah menara hotel Zamzam di atas beberapa buah lot tanah wakaf.

4.

Munshaat Real Estate Project menawarkan terbitan sukuk al-intifa ' (time share
basis bond) kepada investor sebagai bukti kepemilikan manfaat terhadap menara
hotel Zamzam.

5.

Sejumlah USD 390 juta telah berhasil dikumpulkan dalam waktu 2minggu
penerbitannya.

6.

Jumlah langganan sukuk al-intifa 'tersebut akan diberikan kepada Bin Laden
Group untuk dijadikan modal pembangunan menara hotel Zamzam.

7.

Konstruksi menara hotel Zamzam telah memakan waktu selama 3 tahun dimulai
pada pertengahan tahun 2003 dan selesai pada pertengahan 2006. Setelah menara
Zamzam tersebut siap digunakan, investor memiliki hak

manfaat (usufruct)

terhadap bangunan tersebut selama 24 tahun. Ruang dan kamar yang siap
(terletak di menara hotel Zamzam) akan diberi sewa secara harian atau mingguan
kepada pengerja ibadah haji dan umrah. Setelah berakhirnya sewa tanah wakaf
selama 28 tahun, Bin Laden Group akan mengembalikan kepemilikan
keseluruhan menara Zamzam kepada lembaga wakaf Arab Saudi.75
2.5 Pariwisata Syariah
Pengertian pariwisata berdasarkan WTO (World Toursm Organitation) dalam Duman
(2011) merupakan kegiatan berpergian sesorang diluar kegiatan kesehariannya untuk
menikmati waktu luang, bisnis dan kegiatan lainnya serta tidak berhubungan dengan kegiatan
amal sukarela. Sementara, penegertian pariwisata menurut UU No. 10 Tahun 2010 tentang
kepariwisataan merupakan segala aktivitas wisata yang didukung oleh fasilitas dimana
masyarakat, pemerintah dan pengusaha sebagai penyediannya. Sedangkan pariwisata syriah
merupakan jenis pariwisata dimana adanya menjunjung nilai-nilai islami dalam melakukan
kegiatan wisata serta dapat juga dikatakan semua kegiatan wisata boleh dilakukan namun
tidak bertentangan secara syariah. Sebagaimana Syakiri (2007) dalam (Duman, 2011)
menyatakan bahwa konsep pariwisata syariah tidak hanya sebatas wisata yang bersifat religi,
tetapi mengandung seluruh jenis pariwisata selama hal ini tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.

Berdasarkan

(Chukaew,

2015)

pariwisata

syriah

memiliki

beberapa

karakteristik yang menadi standar pengukuran pariwisata syriah, diantaranya :

11

1) Memiliki kaidah-kaidah yang sesuai prinsip muslim dalam segi pelayanan.
2) Pemandu wisata dan staf memegang teguh prinsip muslim.
3) Memastikan segala kegiatan tidak bertentangan dengan prinsip islam.
4) Memiliki tipe bangunan yang tidak bertentangan dengan ketentuan islam.
5) Adanya standarisasi halal pada restauran.
6) Menjamin sistem keamanan terhadap transportasi yang digunakan.
7) Tersedianya tempat bagi para wisatawan muslim melakukan kegiatan ibadah
8) Destinasi wisata tidak bertentangan dengan prinsip islam.
2.6 Sarana Wisata Syariah
Berdasarkan Warpani (2006) dalam Dwiputra (2013) sarana wisata merupakan bentuk
pelayanan terhadap wisatawan sesuai kebutuhannya dalam rangka menikmati kegiatan wisata
yang dilakukan. Bentuk pelayanan wisata terhadap wisatawan tentunya disesuaikan dengan
kebutuhan wisatawan. Secara umum, sarana wisata dapat berupa hotel atau penginapan,
restoran dan rumah makan, biro perjalanan, serta alat transportasi (Dwiputra, 2013).
Didalam aspek sarana wisata dapat meliputi tiga hal, yakni akomodasi, tempat makan,
dan temapat belanja (Dwiputra, 2013). Pengadaan akomodasi merupakan hal yang penting
dilakukan karena ketika wisatawan hendak menuju objek wisata yang ditunju diperlukan
sarana yang bersifat menampung dan memindahkan yakni hotel/penginapan dan transportasi.
Selain itu, adanya tempat makan adalah hal yang harus dilakukan dalam rangka
mempermudah wisatawan memenuhi kebutuhan utamanya. Sedangkan, tempat belanja
sebagai pelengkap dari layanan sarana wisata sebagai buah tangan dan lainya sesuai
keinginan wisatawan. Sementara itu, penambahan unsur syariah di dalam sarana wisata
membuat adanya perbedaan dibandingkan dengan umumnya. Perbedaan ini terletak pada
prosedur opersional masing-masing jenis sarana wisata seperti adanya hotel syriah,
restoran/food court bersertifikasi halal, biro perjalanan sesuai prinsip syriah. Sebagaimana,
(Chukaew, 2015) dalam penjabarannya terdapat empat aspek sarana wisata dikatakan
berprinsip syariah.

12

No.
1.

Aspek
Lokasi

Penjelasan
Lokasi wisata yang dipilih merupakan yang dibolehkan dalam
kaidah islam dan dapat meningkatan nilai-nilai spiritual wisatawan.

2.

Transportasi

Penerapan sistem sepeti pemisahan tempat duduk antara laki-laki
dan wanita yang bukan mahram sehingga tetap berjalannya syariat
islam dan terjaganya kenyamanan wisatawan (Utomo,2014).

3.

Konsumsi

Berdasarkan QS. Al-Maidah ayat 3 islam sangat memperhatikan
tingkat kehalalan produk baik dari segi sifatnya, perolehannya
maupun pengolahannya. Selain itu, suatu penelitian menunjukkan
bahwa minat wisatawan dalam makanan memainkan peran sentral
dalam memilih tujuan wisata (Moura, 2012)

4.

Hotel

Segala proses operasional baik kerja maupun fasilitas yang
disediakan berjalan sesuai dengan prinsip syariah (Utomo, 2009).
Namun, pelayanan disini tidak hanya sebatas dalam lingkup
makanan dan minuman, melainkan fasilitas yang ditawarkan seperti
spa, gym, kolam renang, ruang tamu serta fungsional laki-laki dan
perempuan sebaiknya terpisah, Rosenberg (dalam Syahida, 2009)

13

BAB III
METODE PENULISAN

3.1. Jenis Penulisan
Karya tulis ini dibuat menggunakan jenis penulisan deskriptif denganpendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penulisan yangmenghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dari objek (orang danperilaku) yang diamati dengan didukung oleh
studi literatur atau studikepustakaan berdasarkan pendalaman kajian pustaka berupa data dan
angka,sehingga gambaran lapangan dapat dipahami dengan baik (Moloeng, 1990:5).Menurut
Sugiyono (2005:21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatumetode yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasilpenelitian, namun tidak
digunakan untuk pengambilan kesimpulan yang lebihluas, fokus pada rumusan masalah yang
diangkat. Sedangkan Whitney (1960:160) menyatakan bahwa metode deskriptif sebagai
penggunaan intrepretasi yangtepat dalam mencari fakta atas objek yang diamati.
Tulisan ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasi suatufenomena
yang terjadi melalui deskripsi terhadap sejumlah variabel yangberkaitan dengan masalah atau
objek yang diamati (Faisal, 1999:20). Dalammelakukan analisis permasalahan, penulis
melakukan proses analisis yangmendalam dan luas terhadap permasalahan yang terjadi.
Kemudian dikaitkandengan keadaan dan kondisi lapangan yang berhubungan langsung
dengan pokokpermasalahan. Setelah menemukan benang merah antara permasalahan
yangdiamati dengan kondisi objek di lapangan, penulis kemudian menganalisis solusiyang
dapat di lakukan, salah satunya melalui gagasan unik dan kreatif.

3.2. Teknik Penulisan

Penulisan dilakukan dengan memahami, mendalami, dan mengeksplorasibeberapa data
terutama data yang berupa angka yang berisi perbandingan data daritahun ke tahun, demikian
pula untuk data deskripsi. Sesuai dengan jenispenulisan yang digunakan, maka penulisan
karya ilmiah ini menggunakan teknikpenulisan kualitatif, dengan mendeskripsikan,
menjabarkan dan merangkaivariabel-variabel yang diteliti menjadi objek penting yang
kemudiandikembangkan

dalam

setiap

bagian

pembahasan.

Setiap

objek

yang

diamatidisinkronkan dengan kondisi lapangan yang ada. Setelahnya dibuat pembahasanyang

14

menunjukkan apa dan mengapa menggunakan objek tersebut, beserta solusiyang kemudian
ditawarkan dalam Bab pembahasan.

3.3 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah datasekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung olehpengumpul data (Sugiono:
2008, 402). Data sekunder ini merupakan data berasaldari studi literatur yang dapat
dipertanggungjawabkan, seperti buku-buku, jurnal,skripsi, website resmi dan bacaan lain
yang absah tentang industri halal, Badan Wakaf Indonesia dan sukuk selaku objek. Teknik
pengumpulan data adalah studiliteratur, yaitu mencari sumber data sekunder yang
mendukungpenulisan/penelitian, juga untuk mencari perkembangan ilmu pengetahuan
terkaityang tengah berkembang hingga pada kesimpulan dan generalisasi yang pernahdibuat
(Nazir: 2005, 93). Data yang telah diperolah, dianalisis dan dilakukandiskusi serta
perbandingan alternatif yang lain untuk memperkuat argumen danpermahaman terhadap
permasalahan yang diangkat.

3.4. Metode Analisis Data
Bertolak dari permasalahan yang di ungkapkan dalam rumusan masalahdan pendekatan
penulisan, penulis melakukan analisis terhadap data-datakualitatif yang diperoleh dengan
metode analisis deskriptif kualitatif. Dalam halini data yang diperoleh kemudian disusun
secara terstruktur sesuai denganmasalah yang dikaji sehingga dapat memberikan gambaran
dalam alurpembahasan. Data-data yang menunjukkan keadaan permasalahan akandihadapkan
dan dibandingkan dengan potensi penyelesaian berdasarkan kondisi dilapangan. Dengan
demikian, arah dan gambaran pembahasan bisa lebih jelas dansaling terkait satu sama
lain.Proses analisa data yang digunakan dalam penulisan ini yaitu secara bolakbalikdan
interaktif. Analisa yang dilakukan terdiri dari: (1) pengumpulan data(data collection), yaitu
mengumpulkan semua data yang mempunyai relevansisebagai sumber pembahasan. (2)
reduksi data (data reduction), data yang telahdikumpul kemudian diseleksi sesuai dengan
rumusan masalah dan kriteria gagasan yang diinginkan untuk memudahkan arah dalam alur
pembahasan.
Dalamreduksi data, dilakukan diskusi, yaitu bertukar pikiran dengan orang yang
memiliki kompetensi dalam bidang perbankan syariah dan pembiayaan. Data yangdigunakan
akhirnya adalah data dan sumber informasi terpercaya yang telahdidalami. Dalam hal ini
15

intuitif subjektif penulis juga dilibatkan, karena alurgagasan penulis tentang masalah yang
dibahas patut dilibatkan, (3) penyajian data(data display), data yang telah diseleksi/direduksi
kemudiann disajikan dalambentuk tulisan maupun gambar. Dalam hal ini dari data yang ada
juga, penulisanmemberikan gambaran arah dan skema kerja gagasan yang ditawarkan, dan
(4)pemaparan dan penegasan kesimpulan (conclution drawing and verification),yaitu data
disajikan dengan memaparkan solusi secara jelas dan rinci yangkemudian dapat disimpulkan
sesuai dengan permasalahan yang diangkat.

16

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Optimalisasi tanah wakaf melalui sukuk intifa untuk pembangunan pusat
pariwisata syariah terpadu
Pulau Lombok merupakan salah satu pulau penting yang berperan dalam pembangunan
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Potensi wisata Pulau Lombok merupakan salah satu sektor
yang menunjang pendapatan pemerintah daerah. Lombok menjadi daerah wisata yang
strategis berbasis wisata Syariah. Tentunya terdapat faktor-faktor yang mendukung Pulau
Lombok agar dapat menjadi pusat wisata Syariah di Indonesia secara umum dan Provinsi
Nusa Tenggara Barat secara khusus, pertama populasi penduduk muslim di Pulau Lombok
mencapai 99,02 persen. Kedua dukungan yang diberikan oleh pemerintah daerah juga tinggi
dalam pengembangan Pariwisata Syariah di Lombok. Ketiga lingkungan budaya Islami yang
telah ada sejak dahulu di Pulau Lombok mendukung Pengembangan wisata Syariah.
Tentunya dalam pengembangan wisata Syariah diperlukan kemantapan berbagai hal
mulai dari infrastruktur, pelayanan wisata yang optimal sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh kementrian pariwisata. Perkembangan wisata Syariah didukung dengan aspek
permodalan yang optimal Dengan adanya investasi yang tinggi. Peluang investasi dalam
sektor pariwisata Syariah sangat penting untuk pengembangan sarana fisik yang diperlukan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maulana Hamzah yang berjudul Prospek
Pembangunan Green Municipal Islamic Bonds pada daerah berpotensi suku di Indonesia
menunjukkan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat menduduki peringkat ke dua puluh dari
33 Provinsi yang diperingkat, berdasarkan analisis terhadap kemampuan keuangan daerah,
kemampuan pinjaman dari total maksimal pinjaman dan tingkat akuntabilitas LKPD.
Meskipun Provinsi Nusa Tenggara Barat tidak termasuk dalam kategori unggul dalam
penerbitan sukuk, tetapi melihat peluang investasi yang tinggi oleh karena itu pengembangan
sukuk dapat menjadi alternatif sumber investasi sehingga dapat meningkatkan peran pasar
modal melalui Sukuk-sukuk yang diterbitkan oleh daerah nusa tenggara barat.
Penerbitan sukuk di fokuskan untuk pembangunan infrastruktur pulau Lombok sebagai
daerah yang dipersiapkan sebagai pusat wisata Syariah terpadu. Pulau Lombok memiliki
potensi underlying aset sukuk yang berasal dari tanah-tanah wakaf yang tidak produktif.
Seperti dijelaskan dalam bab dua Paper ini. Potensi tanah-tanah wakaf di Pulau Lombok
17

sebagai underlying aset tentunya dapat meningkatkan nilai tambah yang dihasilkan oleh tanah
wakaf yang dimanfaatkan dalam kegiatan produktif tersebut.

4.2. Konsep Pusat Layanan Sarana Wisata Syariah terpadu
Pusat layanan sarana wisata sayriah terpadu merupakan pemusatan operasional usaha
antara usaha-usaha layanan sarana wisata seperti hotel/penginapan, restoran dan tempat
makan, tempat belanja, serta biro perjalanan. Pemusatan ini dilakukan pada satu tempat yang
memanfaatkan tanah wakaf. Selain itu, pada konsepsi ini melibatkan usaha layanan sarana
wisata lokal yang telah ada. usaha layanan jasa ini memiliki nilai peningkatan dalam
kuantitas usahanya. Berdasarkan data perhitungan yang dilakukan BPS, sepanjang tahun
2012 dan 2013 meningkat dari 2.305 menjadi 2.450 usaha.Namun, dalam hal ini terdapat
prinsip syariah yang harus diterapkan pada sistem operasional masing-masing elemen sarana
wisata. Artinya pusat layanan sarana wisata ini terdapat seperti hotel syariah, restoran/food
court bersertifikasi halal, biro perjalanan sesuai prinsip syriah.
Gambar. Konsepsi Pusat Layanan Wisata Syariah Terpadu

Tanah Wakaf

Pusat Layanan
Sarana Wisat a

Prinsip
Syariah
Biro

Hot el/

Perjalanan

Peginapan

Restoran

Tempat
Belanja

Layanan

Sumber : Ilustrasi Penulis

Wisat a Lokal

Secara konseptual, konsep pusat layanan wisata syariah terpadu ini sangat mungkin
untuk diimplemetasikan. Rasionalisasinya adalah konsep ini akan mempermudah wisatawan
muslim baik domestik maupaun asing dalam rangka menikmati wisata syariah di pulau

18

Lombok. Selain itu, konsep ini dapat mengakomodir segala aktivitas wisatawan muslim
dengan prinsip syriah sehingga tetap menumbuhkan nilai-nilai spiritual wisatawan muslim.

Skema Sukuk Wakaf Pusat Layanan Wisata Syariah Terpadu

Skema pembiayaan sukuk wakaf diatas merupakan pengembangan dari sukuk intifa dalam
BWI
1. BWI menyewakan tanah wakaf kepada perusahaan pengembang
2. Untuk membiayai usaha di atas tanah wakaf tersebut, kemudian perusahaan
pengembang menerbitkan sukuk.
3. SPV sebagai agen menjual suku tersebut kepada masing-masing layanan wisata lokal
Syariah yang direkomendasikan oleh BWI
4. Pengusaha layanan wisata lokal menyerahkan dana investasi suku tersebut kepada
perusahaan pengembang
5. Perusahaan pengembang membayar sewa kepada BWI berupa bangunan diatas tanah
wakaf tersebut.
19

Pengembangan Sukuk dilakukan dengan sistem pembagian proporsional dimana open
tender suku dilakukan dengan memerhatikan tingkat proporsional jenis jasa usaha wisata
dimana dalam pembangunan gedung tersebut developer membuat perencanaan yang tepat
agar gedung-gedung yang dibangun memenuhi seluruh kriteria lima jenis jasa usaha wisata
Syariah tersebut. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan sukuk wakaf, dalam
seleksi investor dikontrol oleh BWI secara langsung. Diprioritaskan bagi investasi yang
dilakukan oleh masyarakat lokal. Sehingga masyarakat lokal memiliki peluang untuk
mengenal pasar modal Syariah yang lebih jauh sistem ini yang tidak diterapkan dalam model
sukuk intifa di Arab Saudi sehingga dalam pembangunan zam-zam tower investor asing lebih
banyak porsi investasinya dibandingkan masyarakat lokal.
Dalam pengembangan sukuk wakaf peran perbankan syariah penting dalam menujang
pangsa pasar sukuk. Seprti halnya sukuk ritel negara yang dijual melalui bank-bank yang
ditunjuk oleh pemerintah. Pemerintah daerah dapat menggunakan kewenangannya untuk
menjual sukuk-sukuk wakaf melaui bank yang ditunjuk oleh daerah. Dalam pembelian sukuk
wakaf ini perlu diciptakan sistem yang menjamin investor dengan modal yang kecil untuk
lebih besar peluangnya dalam membeli sukuk wakaf. Hal ini bermanfaat sebagai salah alat
kontrol pemerintah daerah di Pulau Lombok dalam hal ini Provinsi NTB untuk meningkatkan
nilai investasi yang risikonya rendah dan memberi kesempatan bagi penduduk NTB untuk
berinvestasi dalam pembangunan kawasan wisata syariah terpadu.
4.3. Efek ganda perekonomian daerah dengan menggunakan sukuk intifa pada aset
wakaf
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh M Maulana Hamzah tentang potensi
daerah yang menerbitkan sukuk, bahwa jika dirangking ditingkat provinsi se-nasional potensi
penerbitan sukuk daerah di provinsi Nusa Tenggara Barat tidak masuk dalam lima besar
provinsi tingkat nasional. Pengembangan sukuk daerah yang dikolaborasi dengan sukuk
wakaf merupakan instrumen turunan sukuk yang kompetitif dalam menciptakan pasar modal
syariah yang kuat di NTB, dimana peran dinas-dinas atau departemen yang terkait saling
berkoordinasi untuk meningkatkan nilai wisata syariah di Pulau Lombok.
Pertama sukuk wakaf meningkatkan aspek kemampuan permodalan yang mandiri bagi
pemerintah daerah, sehingga PAD yang tinggi nantinya dapat dialokasikan dalam
pembangunan infrastruktur pendukung akses wisata. Kedua perekonomian daerah yang nilai
20

sukuknya tinggi menciptakan kepercayaan terhadap iklim investasi yang terus menerus. Efek
jangka panjangny adalah pendapatan daerah nantinya akan didominasi oleh sukuk sehingga
permasalahan pemerintah yang terbiasa saling pinjam-meminjam akan berkurang. Ketiga
sukuk wakaf dalam nilai keislamannya sangatlah tinggi kemaslahatannya bagi masyarakat
selama konsekuensi dari maqashid syariah diperhatikan dan diterapkan dengan hati hati hal
tersebut terbukti dengan keberhasilan nilai tambah yang dihasilkan oleh aset-aset wakaf yang
dikelola secara produktif di negara-negara lain contohya Singapura. Keempat pertumbuhan
aset wakaf nantinya menciptakan kepedulian dan keinginan masyarakat daerah untuk ikut
berkontribusi dalam wakaf baik itu sebagai pengelola maupun pemberi wakaf.

4.4. Analisis BOCR penerbitan sukuk wakaf
Dalam penerbitan suku wakaf ini terdapat benefit, opportunity, cost dan risk bagi penerbit
sukuk maupun investor suku wakaf itu sendiri.
A. Benefit
Keuntungan yang akan diperoleh penerbit dan investor sukuk wakaf. Benefit penerbita
adalah keuntungan yang akan diperoleh penerbit dari penerbitan suku wakaf. Benefit investor
adalah keuntungan yang akan diperoleh investor jika berinvestasi pada suku wakaf tersebut.
Penerbit
• Memperoleh pembiayaan untuk mengembangkan aset wakaf. Selama ini pengembangan
aset wakaf terkendali minimnya sumber pembiayaan, sehingga dengan penerbitan suku
wakaf ini menjadi sumber pembiayaan bagi pengembangan aset wakaf da menjadikannya
produktif
• Mengembangkan instrumen keuangan Islam. Dengan adanya suku wakaf ini menjadi
inovasi bagi instrumen keuangan Islam dan dapat mengembangkan keuangan Islam itu
sendiri. Sukuk wakaf dalam Beik (2015) adalah instrumen keuangan yang berpotensi
untuk mensejahterakan umat
• Meningkatkan kesejahteraan umat. Badan Wakaf Indonesia akan memperoleh keuntungan
dari pengembangan aset wakaf. Menurut Shodiq (2010) nantinya profit tersebut juga dapat
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan umat seperti penyaluran bantuan pada
lembaga pendidikan dan lembaga sosial lainnya.

21

Investor
• Instrumen investasi yang sesuai dengan Syariah. Dengan adanya suku wakaf ini investor
dapat berinvestasi pada instrumen keuangan yang sesuai dengan Syariah Islam.
• Imbal Hasil yang kompetitif. Imbal hasil sukuk di pasar Indonesia lebih tinggi
dibandingkan dengan obligasi konvensional, sehingga dapat dipastikan gimbal hasil yang
nantinya diberikan suku wakaf tidak jauh berbeda dari gimbal hasil suku di Indonesia.
Seperti yang diungkapkan oleh Helbianto (2009) gimbal hasil suku di Indonesia yang
cukup tinggi berkisar antara 8-10%, menjadi daya tarik bagi Investor.
B. Opportunity
Segala Aspek yang berpeluang memberi keuntungan bagi penerbit suku dan investor suku
waqf. Opportunity penerbit adalah aspek yang berpeluang memberi keuntungan bagi penerbit
sukuk wakaf. Opportunity investor adalah aspek yang berpeluang memberi keuntungan bagi
investor jika berinvestasi pada suku wakaf tersebut.
Penerbit sukuk
• Membangun kemandirian umat. Dengan adanya pengembangan aset wakaf produktif
sehingga nantinya BWI dapat menyalurkan profit aset wakaf untuk pembangunan sarana
yang dapat meningkatkan pariwisata Syariah untuk dapat meningkatkan perekonomian.
• Mencegah terjadinya Capital Outflow. Suku wakaf sudah berkembang dibeberapa negara
seperti Singapura, Arab Saudi, dan Malaysia. Dengan adanya suku wakaf yang diterbitkan
oleh BWI akan mencegah terjadinya Capital outflow.
Investor
• Berperan memajukan umat Islam. Wakaf merupakan saran dalam Islam yang ditujukan
untuk keadilan sosial ekonomi. Sehingga Investor suku wakaf secara tidak langsung akan
berperan memajukan ekonomi umat melalui pengembangan aset wakaf tersebut.
C. Cost
Segala aspek yang dapat mengakibatkan beban dalam jangka pendek kepada penerbit suku
maupun Investor. Cost penerbit suku yakni aspek yang dapat menagakibatkan beban dalam
jangka pendek. Cost Investor yakni aspek yang dapat mengakibatkan beban dalam jangka
pendek bagi investor jika berinvestasi pada suku wakaf tersebut.

22

Penerbit Sukuk
• Penerbitan suku wakaf yang masih mahal. Suku sebagai instrumen keuangan Islam selama
ini belum banyak diketahui orang terlebih lagi suku wakaf merupakan instrumen baru.
Benjamin (2013) mengatakan bahwa masyarakat banyak yang belum mengetahui tentang
sukuk. Sehingga dibutuhkan sosialisasi yang masif untuk meningkatkan minat investor
terhadap sukuk wakaf.
Investor
• Kurang likuidnya sukuk. Menurut Satriani (2014) sukuk di Indonesia belum likuid. Sukuk
selama ini belum banyak beredar di masyarakat dan pasokan sukuk juga masih terbatas.
Selain itu investor yang berinvestasi pada sukuk cenderung memegang sukuk sampai jatuh
tempo sehingga menyebabkan sukuk kurang likuid dipasar sekunder.
D. Risiko
Segala aspek yang berpeluang memberkan kerugian jangka panjang kepada penerbit
maupun investor. Risiko penerbit sukuk adalah segala aspek yang berpeluang memberikan
kerugian jangka panjang kepada penerbit sukuk. Risiko investor adalah segala aspek yang
berpeluang memberikan kerugian jangka panjang kepada investor.
Penerbit Sukuk
• Risiko default. Risiko terkait dengan gagalnya pengembangan aset wakaf sehingga tidak
dapat memberikan keuntungan kepada

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

STUDI PENJADWALAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PADA PROYEK PEMBANGUNAN PUSAT PERDAGANGAN CIREBON RAYA (PPCR) CIREBON – JAWA BARAT

34 235 1

STUDI ANALISA PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI JAWA TIMUR

24 197 1

ANALISIS EKSPOR INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI SENTRA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN KABUPATEN CIREBON JAWA BARAT

11 104 2

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI ANTARA MAHASISWA SUKU JAWA DAN SUKU MADURA

6 144 7

AN ANALYSIS OF LANGUAGE CONTENT IN THE SYLLABUS FOR ESP COURSE USING ESP APPROACH THE SECRETARY AND MANAGEMENT PROGRAM BUSINESS TRAINING CENTER (BTC) JEMBER IN ACADEMIC YEAR OF 2000 2001

3 95 76

HE APPLICATION OF PROFESSION ETHICS FOR SUPPORTING THE WORKING PERFORMANCE OF CUSTOMER SERVICE STAFF IN PT BRI RAMBIPUJI JEMBER

2 94 12

RECONSTRUCTION PROCESS PLANNING REGULATORY FRAMEWORK IN THE REGIONAL AUTONOMY (STUDY IN THE FORMATION OF REGULATION IN THE REGENCY LAMPUNG MIDDLE ) REKONSTRUKSI PERENCANAAN PERATURAN DAERAH DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

0 34 50