Perkembangan Infrastruktur di Kawasan Pa

Kuliah Lapangan Politik di Kota
Semester Ganjil 2016-2017

Perkembangan Infrastruktur di Kawasan Pariwisata Sanur:
Analisa Kondisi Lingkungan, Ekonomi-Sosio Kultural
Masyarakat

Oleh
Koordinator : Tis’ah Harashta Dina

071411331013

Anggota

071411331004

: VanyFitria
Nur Qomariyah

071411331039


Lucky Dwi Nahar

071411333012

Radityo Akbar

071411333019

Program Studi Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga
Surabaya
201
Statement of Authorship

“Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa tugas terlampir adalah murni
hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa
menyebutkan sumbernya.
Materi ini belum pernah digunakan sebagai bahan untuk tugas pada mata ajaran lain
kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya menyatakan menggunakannya.

Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Koordinator
NIM
Mata Ajaran
Judul Tugas
Dosen

: Tis’ah Harashta Dina
: 071411331013
: Politik di Kota
: Perkembangan Infrastruktur di Kawasan Pariwisata Sanur: Analisa Kondisi
Lingkungan, Pertumbuhan Ekonomi, serta Kesejahteraan Masyarakat
: Wisnu Pramutanto
Ucu Martanto

.

Surabaya, 23 Desember 2016


(Tis’ah Harashta Dina)

ABSTRAK

2

Kota Pariwisata memiliki dimensi pembangunan yang kompleks didalamnya. Fokus
pembangunan dan perkembangan pariwisata yakni terletak di Kawasan Pantai Sanur.
Konstruksi tata ruang menjadi salah satu fokus utama dalam konteks pembangunan
infrastruktur serta monitoring spasial di Kawasan Pantai Sanur yang identik dengan
Pariwisata di Urban Areas. Upaya penataan ruang kota tersebut nampaknya tidak bisa
terlepas dari agenda politis dan dampak secara empirik pada tiga dimensi lainnya seperti
ekonomi, sosio-kultural, dan lingkungan. Kawasan Pantai Sanur tidak hanya dinilai sebagai
bentuk seaside dan urban tourism, namun juga cultural-tourism. Pembangunan infrastruktur
tidak hanya ditinjau dari segi ekonomi, namun juga bagaimana bisa dinilai sebagai simbol
local wisdom masyarakat setempat dan memberikan pekerjaan kepada masyarakat
lokal, sebagai bentuk usaha untuk meningkatkan kualitas hidup. Realitas pembangunan
Kawasan Pariwisata yang kompleks tentunya juga dapat memberikan konsekuensi logis bagi
masuknya investasi dan bantuan dari luar negeri (foreign aid). Program Denpasar Sewerage

Development Project (DSDP) merupakan satu contoh ketika dampak perkembangan
infrastruktur menyebabkan terganggungnya saluran limbah. Program DSDP merupakan
proyek jaringan limbah cair yang digagas oleh Jepang bersama Dinas PU. Dalam
perjalanannya, proyek ini memberikan banyak manfaat untuk masyarakat melalui
pengelolaan limbah yang terintegrasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
melakukan wawancara ke stake-holders yang terkait. Data-data yang diperoleh juga
merupakan data primer hasil pengamatan dan wawancara serta data sekunder dari internet
maupun studi literatur.
Keywords: Pariwisata, Infrastruktur, Ekonomi-Sosio Kultural, Lingkungan.

DAFTAR ISI

3

Statement of Authorship .......................................................................................................... .1
Abstrak.......................................................................................................................................2
Daftar Isi ................................................................................................................................... 3
Daftar Gambar............................................................................................................................5
Kata pengantar .......................................................................................................................... 6
Abbreviations.............................................................................................................................7

I. Pendahuluan ...........................................................................................................................8
I.1 Latar Belakang Penelitian.........................................................................................8
I.2 Rumusan Masalah...................................................................................................11
I.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................11
I.4 Manfaat Penelitian..................................................................................................12
I.5 Kerangka Teori.......................................................................................................12
II. Gambaran Umum................................................................................................................15
II.1 Sejarah Singkat Kota Denpasar.............................................................................15
II.2 Keadaan dan Perkembangan Penduduk Kota Denpasar........................................20
II.3 Keadaan dan Perkembangan Ekonomi Kota Denpasar.........................................23
III. Temuan dan Analisis Data.................................................................................................29
III.1 Pola Pembangunan Infrastruktur Pariwisata di Kawasan Sanur..........................29
III.2 Dampak Pembangunan Infrastruktur Pariwisata Terhadap Kondisi Ekonomi dan
Sosio Kultural Masyarakat Denpasar..................................................................45
III.2.1 Analisa The Big Push Theory................................................................48
III.2.2 Analisa Growth Machine......................................................................50
III.3 Dampak Pembangunan Infrastruktur Pariwisata Terhadap Kondisi
Lingkungan.........................................................................................................54
III.3.1 DSDP Sebagai Upaya Penanganan Permasalahan Lingkungan............57
III.3.2 Analisis Politik Lingkungan..................................................................61

IV. Kesimpulan .......................................................................................................................64
4

Lampiran

DAFTAR GAMBAR
5

Gambar 1. Peta Kota Denpasar................................................................................................19

Kata Pengantar
6

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat, hidayah dan
karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan laporan kuliah lapangan mata kuliah Politik di Kota
ini. Dalam praktik kuliah lapangan mata kuliah Politik di Kota ini, penulis mengambil judul
“Perkembagan Infrastruktur di Kawasan Pariwisata Sanur: Analisa Kondisi Lingkungan,
Ekonomi-Sosio Kultural Masyarakat”. Praktik kuliah lapangan mata kuliah Politik di Kota
dilakukan di Kota Denpasar, Provinsi Bali.
Dalam proses pelaksanaan praktik kuliah lapangan hingga terbentuknya laporan

penelitian kuliah lapangan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:



Orang tua penulis yang selalu mendukung segala kegiatan perkuliahan dan akademik.
Kedua dosen pembimbing mata kuliah Politik di Kota, yakni Bapak Wisnu
Pramurtanto dan Bapak Ucu Martanto yang telah memberikan pendalaman materi
mata kuliah Politik di Kota, dukungan, serta bimbingan saat pelaksanaan praktik



kuliah lapangan di Kota Denpasar
Teman – teman peserta mata kuliah Politik di Kota yang saling membantu,
bekerjasama dan solid dalam kegiatan perkuliahan maupun praktik kuliah lapangan
mata kuliah Politik di Kota. Penulis ucapkan terima kasih atas kerja sama dan
koordinasi yang baik dalam pembagian tugas ini.

Laporan penelitian ini disusun selain sebagai pemenuhan tugas laporan penelitian praktik
kuliah lapangan, juga dengan tujuan agar dapat dijadikan sumber referensi pembaca terkait
politik perkotaan yang terfokuskan pada dimensi tata ruang. Demikian laporan penelitian ini

kami susun. Tentu laporan ini masih masih memiliki kekurangan di dalamnya. Untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat bermanfaat untuk menjadikan tulisan
ini menjadi lebih baik lagi.

Surabaya, 12 Januari 2017

Penyusun
ABBREVIATIONS
DSDP: Denpasar Sewerage Development Project
7

LPD: Lembaga Perkreditan Desa
YPS: Yayasan Pembangunan Sanur
Pecalang: Polisi Adat
Desa Pakraman: Desa Adat
IPAL: Instalasi Pengolahan Air Limbah
IMF: International Monetary Fund
KMP: Koninklijke Paketcart Maatsckapy
Bali Beach: Inna Grand Bali Beach
PDRB: Pendapatan Domestik Regional Bruto

RTRW: Rencana Tata Ruang dan Wilayah
Tri Hita Karana: Motto/falsafah kehidupan yang dianut masyarakat Bali
KSN: Kawasan Strategis Nasional
RTH: Ruang Terbuka Hijau
RDTR: Rencana Detail Tata Ruang
RDTRK: Rencana Detail Tata Ruang Kota
DAS: Daerah Aliran Sungai
B3: Limbah beracun secara langsung ataupun tidak dan tidak dilihat dari kuantitasnya
TPA: Tempat Pembuangan Akhir
PKN: Pusat Kegiatan Nasional
DD: Dana Desa
YPS: Yayasan Pembangunan Sanur
ABT: Air Bawah Tanah
AP: Air Pemukiman
DSDP: Denpasar Sewerage Development Project
JICA: Japan International Cooperation Agency
JIBC: Japan International Bank for Cooperation
PCI: Pacific Consultant International
BAB I
PENDAHULUAN

8

1.1 Latar Belakang Penelitian
Menjamurnya semangat globalisasi dalam semua dimensi kehidupan menjadikan
konstelasi politik di Negara Berkembang menuju Quo Vadiz rezim. Tuntutan demokratisasi
memunculkan inisiatif adanya bentuk pengakomodasian kreasi seluruh lapisan masyarakat
untuk ikut berpartisipasi dalam kompleksitas agenda pembangunan. Proses semacam ini tak
terhindarkan dari demokrasi politik yang menghendaki adanya perluasan partisipasi dan
pemberian otonomi bagi masyarakat lokal.1 Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah
No. 22 Tahun 1999 menjadi saksi awal bahwa penyelenggaraan Politik Desentralisasi
dianggap esensial sebagai bentuk penekanan pada pola prinsip-prinsip demokrasi, peran serta
masyarakat, pemerataan dan keadilaan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman
daerah.2 Tak terkecuali pada pola perkembangan kota yang saat ini menjadi salah satu titik
fokus pelaksanaan agenda pembangunan. Pembaharuan atas design politik desentralisasi terus
dilakukan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan yang holistik dan partisipasi
masyarakat yang otonom (socio-cultural approach) dalam pembuatan kebijakan daerah
termasuk dalam pengelolaan kawasan potensi pariwisata. Penjelasan awal kerangka
desentralisasi adalah uraian dari beberapa pendekatan yang empirik dalam pola
pengembangan kawasan pariwisata juga merujuk pada resolusi kebijakan dalam memberikan
keluasan bagi daerah untuk menaruh perhatian pada ciri khas lokal (local wisdom).

Asumsi dasar dijalankannya pembaharuan atas politik desentralisasi dan praktik
otonomi daerah dari tiap rezim pasca-reformasi menjadi agenda utama pembangunan
khususnya kawasan potensial pariwisata bagi tiap daerah serta melakukan konstruksi
masyarakat yang otonom dan terintegrasi. Indonesia adalah Negara Kesatuan, bentuk politik
desentralisasi dimaknai sebagai wujud konkrit pembagian wewenang antara pusat-daerah.
1 Lihat, Vedi R Hadiz, Localising Power in Post-Authoritarian Indonesia: A Southeast Asia Perspective
(California, USA: Standford University Press, 2010).
2 Lihat, Undang-undang Pemerintahan Daerah No. 22 Tahun 1999 yang menjadi formal legal implementasi
politik desentralisasi pasca-reformasi.

9

Pada awalnya, wajah desentralisasi bermaksud menciptakan pemerintahan yang baik (good
governance) ditingkat lokal. Kehadirannya memang disokong oleh lembaga-lembaga
supranasional (neo-institusionalisme) seperti International Monetary Fund (IMF) dan World
Bank. Wilayah ini mendapatkan fungsi untuk mengimplementasikan Desentralisasi Fiskal,
supporting program dengan tujuan mempercepat kualitas progress ekonomi tiap daerah,
pengembangan potensi wilayah, dan terwujudnya kesejahteraan masyarakat sekitar secara
merata. Secara teknis, proporsi pembiayaan tiap daerah menjadi adil, rata, dan demokratis.
Adanya perspektif kedekatan masyarakat dengan pemimpinnya, interaksi bisa berpola topdown maupun bottom-up.
Secara positif, masyarakat dan pemerintah daerah akan membentuk lingkaran
konsensi (concession circle). Politik desentralisasi secara tidak langsung dapat memacu
semangat masyarakat lokal untuk berkreasi dalam mengelola sumber daya kawasan
pariwisata. Partisipasi demokratis warga telah membiakkan komitmen warga yang luas
maupun hubungan-hubungan horizontal seperti halnya kepercayaan (trust), toleransi,
kerjasama, dan solidaritas yang membentuk apa yang disebut Putnam sebagai komunitas sipil
(civic community).3 Indikator-indikator civic engagement adalah adanya solidaritas sosial dan
partisipasi massal yang merentang pada gilirannya berkorelasi tinggi dengan kinerja
pembangunan ekonomi sektor pariwisata dan kualitas kehidupan yang demokratis. Jika
dilihat dari bawah, otonomi daerah berarti ruang dan kapasitas daerah melakukan akses
terhadap proses kebijakan di tingkat pusat, supaya kebijakan pusat mempunyai basis yang
legitimate di hadapan masyarakat lokal.

3 Robert Putnam, Making Democracy Work: Civic Tradition in Modern Italy (Princeton, New Jersey: Princeton
University Press, 1993). Gagasan Putnam tentang civic community ini sangat dipengaruhi oleh republikenisme
dan pemikiran Tocqueville ketika dia mengkaji tentang kehidupan asosiasional sebagai basis demokrasi di
Amerika Serikat. Lihat Alexis de Tocqueville, Democracy in America, ed. J.P. Mayer (Garden City, NY: Anchor
Books, 1969).

10

Pembahasan utama dalam tulisan ini akan meninjau desain tata ruang Kota Denpasar
memberikan ruang yang luas pada pertumbuhan kapital dan maksimalisasi aktivitas ekonomi
didalamnya. Hadirnya agenda dalam mewujudkan kemajuan pariwisata yang identik dengan
pembangunan, tidak serta merta hanya melibatkan peran Pemerintah secara holistik. Akan
tetapi juga memerlukan berbagai pertimbangan untuk mengembangkan infrastruktur kota,
diantaranya kerjasama serta kemitraan yang dibangun dapat memberikan dampak yang
signifikan bagi wilayah pariwisata tersebut. Dalam rangka menjangkau fenomena terkait
penataan ruang dan perkembangan infrastruktur kota yang mengarah pada pertumbuhan
ekonomi kota wisata, sosio-kultural, dan analisis dampak lingkungan, harus ada uraian
mengenai rencana strategis dalam memberikan keputusan politik yang absah. Kewenangan
atau otoritas Pemerintah menjadi kunci utama bagaimana keputusan politik tersebut
direncanakan, diformulasikan, dan diimplementasikan.
Kawasan Pariwisata Pantai Sanur menjadi fokus dan scope kajian mengenai
pendekatan aksiologis Pemerintah dalam melakukan desain tata ruang fisik, yakni
pembangunan infrastruktur. Asumsi dasarnya, pembangunan infrastruktur yang tepat guna
dapat menjadi salah satu mekanisme penggerak roda perekonomian dan pariwisata di wilayah
Pantai Sanur. Selain itu pertimbangan lainnya juga mengenai hubungan yang horizontal
(sosio-kultural) masyarakat kawasan strategis pariwisata, dan analisis dampak maupun
regulasi terhadap lingkungan sekitarnya. Perkembangan infrastruktur ditinjau secara fisik dan
regulatif, serta respon-respon dari masyarakat sekitarnya. Harapan yang baik mengenai
adanya pembangunan infrastruktur adalah dapat memberikan pertumbuhan ekonomi yang
pesat, lapangan pekerjaan yang luas, arus ekonomi lancar dan juga kesejahteraan yang merata
merupakan goals Kota Denpasar dan pembangunan di daerah kota pariwisata.
Selain itu, pembangunan yang bersifat fisik harus pula memperhatikan beberapa hal
yang fundamental seperti halnya peraturan perundang-undangan, nilai-nilai sosial-kultural
11

masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Secara administrati, semenjak era Otonomi Daerah,
hal-hal yang bersifat semangat kedaerahan kembali dimunculkan dalam formulasi kebijakan
nasional. Asumsinya, agar nilai-nilai kearifan lokal tersebut tidak luntur apabila telah
disahkan dalam legal formal. Sehingga, perubahan sosial yang ada dalam setiap tahun
berikutnya tidak menimbulkan kekhawatiran yang berarti. Otonomi Daerah menjadi solusi
yang

kolaboratif

untuk

mengakomodasi

basic

needs

masyarakat

tanpa

harus

menyeragamkannya dengan kebudayaan lain. Pembangunan yang ada di Pantai Sanur telah
didesain sedemikian rupa tanpa mengurangi nilai-nilai budaya dan filosofis masyarakatnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pola pembangunan infrastruktur pariwisata di kawasan sanur?
2. Bagaimanakah dampak pembangunan infrastruktur pariwisata di Kawasan Sanur
terhadap kondisi lingkungan Kawasan Sanur?
3. Bagaimanakah pembangunan infrastruktur di kawasan Pantai Sanur dapat berdampak
pada perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (aspek sosio-kultural) di
Kawasan Sanur?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola pembangunan infrastruktur pariwisata di Kawasan Sanur.
2. Untuk mengetahui dampak pembangunan infrastruktur pariwisata di Kawasan Sanur
terhadap kondisi lingkungan Kawasan Sanur.
3. Untuk mengetahui bagaimana pembangunan infrastruktur di Kawasan Sanur dapat
berdampak pada perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (aspek sosiokultural) di Kawasan Sanur.
1.4 Manfaat Penelitian
1) Bagi Peneliti

12

a) Untuk melatih kemampuan analisis penulis dalam melihat fenomena politik
perkotaan, khususnya dalam kerangka tata ruang perkotaan.
b) Untuk memberikan gambaran peneliti bagaimana pembangunan infrastruktur
pariwisata di Kawasan Sanur dapat berdampak pada kondisi lingkungan,
perkembangan ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat Kawasan Sanur.
2) Bagi Mahasiswa
a) Untuk memberikan gambaran bagaimana fenomena politik perkotaan di Kawasan
Sanur, Kota Denpasar, khususnya dilihat dalam kerangka tata ruang perkotaan.
b) Untuk

memberikan

informasi

bagaimana

perkembangan

pembangunan

infrastruktur pariwisata di Kawasan Sanur dapat berdampak pada kondisi
lingkungan, perkembangan ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat Kawasan
Sanur.
3) Bagi Masyarakat Umum
a) Untuk memberikan informasi terkait dinamika politik perkotaan dengan perspektif
tata ruang.
b) Untuk memberikan informasi bagaimana pembangunan infrastruktur pariwisata
dapat berpengaruh dalam beberapa aspek kehidupan, yakni lingkungan,
perkembangan ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat.

1.5 Kerangka Teori
Penelitian ini berfokus pada bagaimana pembangunan infrastruktur pariwisata dapat
berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, yakni aspek lingkungan,
perkembangan ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat di Kawasan Sanur. Oleh karenanya,
sebagai alat untuk memahami berbagai fenomena yang terjadi terkait dengan fokus penelitian

13

di atas, peneliti menggunakan keranga teori yang relevan untuk memahami dan menganalisis
data yang ditemukan di lapangan.

Kajian Teori Politik Lingkungan
Kajian mengenai Politik Lingkungan merupakan kajian dengan melihat persoalan
sumberdaya alam sebagai persoalan sosial-politik, oleh karenanya teori ini berupaya untuk
melihat bagaimana perubahan lingkungan yang terjadi, akibat dari penguasaan, penggunaan
kekuasaan dan kepentingan manusia, khususnya dalam konteks sosial-politik. Teori ini pada
dasarnya juga hadir untuk merespon berbagai teori sosial yang telah ada sebelumnya, namun
masih belum menempatkan alam dan lingkungan hidup sebagai variabel yang mempengaruhi
kehidupan manusia. Alam dikesampingkan eksistensinya dan oleh karenanya eksploitasi dan
perusakan lingkungan hidup menjadi hal yang tidak dapat dihindarkan. Dalam teori politik
lingkungan, asumsi bahwa lingkungan hidup dan alam yang kian tereksploitasi dan rusak
akibat kepentingan kehidupan manusia menyebabkan perubahan lingkungan yang tidak
bersifat netral. Ketidaknetralan perubahan lingkungan tersebut merupakan dampak politik
lingkungan yang melibatkan aktor-aktor yang berkepentingan, baik aktor dalam scope lokal,
regional, maupun internasional.

Kajian The Big Push Theory
Pola pertumbuhan ekonomi yang ada di dalam suatu kawasan menjadikan salah satu sumber
(resources) yang dominan terhadap sirkulasi ekonomi yang ada. Rodenstein Rodan dalam
teorinya menjelaskan tentang bagaimana leading sector mempunyai peranan yang vital dalam
kebutuhan ekonomi berkelanjutan. Pengelolaan sektor utama ini harus bertujuan untuk
menjaga keseimbangan sirkulasi kapital dan menghindari bentuk economic backwardness.
Asumsinya, ketika sektor utama dapat dikelola secara optimal, maka impact yang diberikan

14

cukup signifikan. Pada taraf output, nantinya sektor ini akan mempunyai daya tarik investasi,
sehingga dapat menunjang perkembangan dibeberapa sektor tambahan lainnya.

Kajian Teori Mesin Pertumbuhan (Growth Machine)
Kajian mengenai teori mesin pertumbuhan pada dasarnya adalah kajian yang melihat
bagaimana dinamika pertumbuhan perkotaan, disebabkan oleh mesin pertumbuhan dalam
perkotaan tersebut. Mesin pertumbuhan yang berada pada entitas kota tersebutlah yang hadir
dalam menciptakan perputaran kegiatan ekonomi yang berdampak pada pertumbuhan
perkotaan. Tesis mesin pertumbuhan lebih berfokus pada isu pembangunan perkotaan yang
sangat spesifik. Dalam kajiannya yang lebih komprehensif, kajian mengenaimesin
pertumbuhan tidak concern terhadap pertanyaan yang meliputi “siapa yang berkuasa?”, tetapi
lebih concern terhadap siapa yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap restrukturasi fisik
atas tata ruang, kenapa, serta dengan dampak yang seperti apa. Dengan kehadiran pihakpihak private yang cukup penting dan berpengaruh, maka konsekuensi logisnya adalah bahwa
terdapat hubungan penting antara pembuat keputusan lokal dan non-lokal, selayaknya
harmonisasi antara kapital parokial, dan metropolitan.

BAB II

15

GAMBARAN UMUM
2.1 Sejarah Singkat Kota Denpasar
Sejarah perkembangan pariwisata di Bali yang tercatat dalam sejarah untuk pertama
kalinya adalah pada tahun 1579, yakni ketika Cornellis de Houtman melakukan ekspedisi
untuk mengelilingi dunia, dalam rangka menemukan daerah penghasil rempah-rempah yang
baru. Kedatangan mereka yang ternyata tidak berhasil dalam menemukan sumber rempahrempaah baru, justru menemukan kondisi serta situasi kehidupan masyarakat yang unik,
dengan kondisi yang tak pernah dijumpai sebelumnya dengan daerah lain, serta memiliki
daya tarik alam yang indah. Hal tersebutlah yang akhirnya menjadi laporan perjalanan
ekspedisi mereka di Bali kepada raja Belanda. Dari titik tersebut lalu perkembangan
pariwisata di Bali kembali diperkuat dengan kedatangan kapal dagang Belanda KMP
(Koninklijke Paketcart Maatsckapy) ke Kota Denpasar, bersama dengan tamu-tamu dari
Eropa pada tahun 1920. Kedatangan kapal dagang Belanda tersebut selain bertujuan untuk
mencari rempah-rempah, juga sekaligus agar mendapat penumpang dalam perjalanan ke
Indonesia, dimana pada kala itu Bali diperkenalkan sebagai The Island of God. Banyak
penumpang yang berasal dari Eropa tersebut berlatar belakang sebagai seorang seniman, yang
ketika mereka kembali ke negaranya masing-masing, cerita dan eksotika Bali tersimpan
dalam berbagai karya yang mereka ciptakan. Sehingga dari titik tersebutlah, kepopuleran Bali
mulai tersebar secara luas ke mancanegara.
Dengan semakin populernya Bali dalam taraf internasional, maka hal tersebut juga
berdampak pada semakin meningkatnya kuantitas pengunjung yang datang ke Bali. Sebagai
konsekuensi logis, maka perlu adanya upaya akomodasi peningkatan jumlah wisatawan yang
berkunjung ke Bali tersebut. Salah satu bentuk akomodasi tersebut adalah dengan
didirikannya Hotel Bali Beach, yang terletak di Kawasan Sanur, Denpasar, Bali. Hotel Bali

16

Beach ini didirikan pada tahun 1963, dan diresmikan pada tahun 1966, dan merupakan satusatunya hotel berlantai sembilan dengan ketinggian lebih dari 15 meter di Bali. Jumlah
kedatangan wisatawan di Bali terus meningkat dari tahun ke tahun, dimana peningkatan
kedatangan wisatawan tersebut tidak hanya berasal dari kategori wisatawan lokal, tetapi juga
wisatawan mancanegara.
Kota Denpasar adalah salah satu destinasi wisata unggulan yang ada di Indonesia dan
berlokasi di Provinsi Bali. Dengan penawaran kekayaan alam, budaya, serta karakteristik
masyarakat yang unik, hal tersebut menjadikan Provinsi Bali dan Kota Denpasar sebagai
obyek pariwisata berkelas dunia, dan mendatangkan gelombang wisatawan yang cukup besar,
baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Salah satu keunggulan yang
dimiliki oleh Kota Denpasar dibandingkan dengan daerah lainnya di Provinsi Bali adalah
karena Kota Denpasar hadir sebagai “first image” dari pada Bali.4 Maksud daripada first
image tersebut merupakan gambaran yang diberikan pada Kota Denpasar sebagai wajah
terdepan sekaligus miniatur Bali oleh orang-orang secara umum ketika mendengar nama Bali.
Hal ini menjadi identitas serta keuntungan tersendiri bagi Kota Denpasar. Selain sebagai first
image, keunggulan lainnya yang turut dimiliki oleh Kota Denpasar, yakni berdekatan dengan
lokasi bandara udara utama di Bali. Dengan adanya pintu masuk bandara udara yang
berlokasi tak jauh dari Kota Denpasar, maka bertambah pula nilai tawar Kota Denpasar
sebagai wajah Provinsi Bali. Hal ini menjadikan Pemerintah, baik pusat maupun daerah
cukup concern terhadap kondisi dan perkembangan yang ada di Kota Denpasar.
Kota Denpasar sebagai kota otonom sekaligus juga merupakan ibukota Provinsi Bali,
dan pusat pelayanan wilayah Bali bagian selatan dengan fungsi sebagai Kota Pusat
Pemerintahan, Pusat Pelayanan Barang dan Jasa, Pusat pelayanan Pendidikan Tinggi, pusat
permukiman yang memiliki pengaruh langsung yang kuat kepada wilayah sekitarnya. Selain
4 Denpasar Tourism Data 2015, Dinas Pariwisata Kota Denpasar.

17

itu sebagai salah satu tujuan wisata internasional, Pulau Bali yang telah beberapa kali
mendapat julukan Pulau Terindah di dunia, dengan ibukotanya (Provinsi Bali) yaitu Kota
Denpasar sekaligus juga merupakan tujuan perjalanan internasional sehingga Kota Denpasar
juga merupakan Kota Internasional yang harus mampu mengakomodasi kebutuhan sarana
dan prasarana penunjang standar internasional dengan tetap menjaga jatidiri kota yang
bernuansa budaya Bali
Sejarah terbentuknya kota Denpasar sendiri berawal dari kabupaten Badung, bahwa
sejak tahun 1980 Denpasar mulai membentuk kota administratif dalam kabupaten Badung. 5
Selanjutnya pada sekitar 1991 mulai memisahkan diri dari Kabupaten Badung, sehingga
menjadi kotamadya yang sudah mulai dirintis ketika tahun 1980 sebagai kota adminstratif.
Pada tanggal 27 Februari 1992 melalui UU. No. 1 Tahun 1992 Denpasar diresmikan dengan
status Daerah Kota. Pada awal pembentukannya Kota Denpasar memiliki Luas wilayah
12.398 Ha, dengan jumlah penduduk 335.196 jiwa yang tersebar pada 3 wilayah kecamatan.
Selanjutnya pada tahun 1998, terjadi segmentasi dari ketiga kecamatan, hingga akhirnya
terbentuk wilayah kecamatan yang baru lagi yakni kecamatan Denpasar Utara.
Perkembangan wilayah administratif kota Denpasar sendiri hingga sekarang terbagi
menjadi 4 wilayah administratif yang disesuaikan dengan empat arah mata angin, yaitu barat,
timur, utara dan selatan. Menjelang 15 tahun setelah pembentukannya, Kota Denpasar telah
tumbuh menjadi Kota Besar dengan pertambahan jumlah penduduk yang pesat, pertumbuhan
perekonomian dan pola ruang kota yang semakin padat. Pada tahun 2007 jumlah penduduk
Kota Denpasar telah berkembang menjadi 608.595 jiwa. Di sisi lain jumlah sediaan ruang
Kota Denpasar adalah tetap, kecuali adanya tambahan ruang reklamasi Pulau Serangan
sehingga luas wilayah bertambah sejak tahun 1999 menjadi 12.778 Ha. Secara geografis
wilayah Kota Denpasar berada antara 08035’31“-08044’49“LS dan 115010’23“-115016’27“
BT dengan luas wilayah 127,78 Km² dengan batas-batas sebagai berikut :
5 Hasil Wawancara dengan Camat Kecamatan Denpasar Selatan, 1 Desember 2016

18

a. Sebelah Utara : Kecamatan Mengwi dan Abiansemal (Kabupaten Badung)
b. Sebelah Timur: : Kecamatan Sukawati (Kabupaten Gianyar) dan Selat Badung
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Kuta Selatan (Kabupaten Badung) dan Teluk Benoa
d. Sebelah Barat

: Kecamatan Kuta Utara dan Kuta (Kabupaten Badung)

Sedangkan secara administrasi, Kota Denpasar terdiri dari 4 wilayah kecamatan yang terbagi
menjadi 27 desa dan 16 kelurahan sebagai berikut.
No
1

Kecamatan
Denpasar Utara

Desa
Kelurahan
Dangin Puri Kangin, Dangin Puri Kauh, Dangin Puri Kaja,
Pemecutan Kaja, Ubung, Ubung Kaja, Tonja, Peguyangan
Dauh Puri Kaja, Peguyangan Kaja,
Peguyangan Kangin

2

Denpasar Barat

Padang Sambian Klod, Pemecutan Klod, Dauh
Puri,
Dauh Puri Kauh, Dauh Puri Klod, Dauh Pemecutan, Padang
Puri Kangin, Tegal Harum, Tegal Kertha, Sambian
Padang Sambian Kaja

3

Denpasar Timur

Dangin Puri Klod, Sumerta Klod, Kesiman Kesiman,Sumerta,
Kertalangu, Sumerta Kaja, Sumerta Kauh, Dangin
Puri,
Penatih Dangin Puri
Penatih

4

Denpasar Selatan

Pemongan, Sidakaya, Sanur Kauh, Sanur Pedungan, Sesetan,
Kaja
Serangan, Panjer,
Renon, Sanur

Tabel 1. Pembagian Daerah Administrasi Kota Denpasar
Sumber: RKPD Kota Denpasar Tahun 2016.

19

Gambar 1. Peta Kota Denpasar skala 1: 30.000
Sumber: https://petatematikindo.wordpress.com
20

2.2 Keadaan dan Perkembangan Penduduk Kota Denpasar
Sebagai ibukota Provinsi Bali, Kota Denpasar merupakan salah satu daerah dengan
kepadatan penduduk tertinggi, karena pesatnya laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke
tahun. Pesatnya laju pertumbuhan penduduk di Kota Denpasar tersebut tidak sebanding lurus
dengan luas wilayah Kota Denpasar, yakni sebagai daerah dengan luas terkecil di Provinsi
Bali dibandingkan dengan kaupaten lainnya, sehingga hal ini berakibat pada tingkat
kepadatan penduduk yang padat di Kota Denpasar. Populasi Kota Denpasar pada tahun 2000
adalah 522.381 jiwa dengan angka pertumbuhan 3.01% per tahun. Jumlah penduduk di
Denpasar Barat kala itu adalah sejumlah 232.177 jiwa (44,44%), sedangkan Denpasar Timur
sejumlah 140.535 jiwa (26,9%), dan Denpasar Selatan sejumlah 149.669 (28,66%). Dari
populasi tersebut sebanyak 7,21% dari total penduduk Denpasar adalah anak-anak, sedangkan
25,47% dari total penduduk masuk kedalam kategori usia sekolah (6-19 tahun ), 23,49% dari
total penduduk masuk kedalam kateogori usia dewasa (20-29 tahun ), dan 43,83% lainnya
merupakan penduduk dengan usia diatas 30 tahun. 50,6% dari total penduduk kala itu dalah
laki-laki dan sisa 49,4% lainnya adalah perempuan. Dari populasi 82,73% memeluk agama
Hindu, 11,28% Muslim, 1,93% Katolik , 2,10% protestan, dan 1,96% Budha. Dari data
tersebut dapat dilihat bahwa Kota Denpasar pada tahun 2000 masih terdiri atas 3 wilayah
administrasi saja, yakni Denpasar Barat, Selatan, dan Timur. Dengan komposisi pembagian
penduduk lebih banyak berkategorikan orang dewasa dengan usia 30 tahunan keatas. Salah
satu daerah padat penduduk adalah Denpasar Barat, yang merupakan bagian pusat dari roda
perekonomian di Kota Denpasar. Sedangkan untuk agama yang dianut secara mayoritas dari
penduduk Kota Denpasar adalah agama Hindu, sejumlah 82,73%. Hal ini menjadikan agama
Hindu sebagai agama mayoritas, dengan hal tersebut maka aktivitas sosial kultural maupun
perekonomian di Kota Denpasar juga turut dipengaruhi dengan pemikiran-pemikiran agama
Hindu.

21

Berdasarkan angka statistik, jumlah penduduk Kota Denpasar dari tahun ke tahun
terus mengalami peningkatan. Laju perkembangan penduduk yang diakibatkan migrasi
penduduk. Sedangkan distribusi penduduk Kota Denpasar sendiri adalah sebagai berikut.
No

Uraian

Distribusi Penduduk Tahun Presentase

1
2
3
4

2014
Denpasar Barat
210.205 jiwa
Denpasar Selatan
198.495 jiwa
Denpasar Utara
182.448 jiwa
Denpasar Timur
137.881 jiwa
Tabel 2. Distribusi Penduduk Kota Denpasar

28,83%
27,22%
25,02%
18,91%

Sumber: BPS Kota Denpasar
Dengan distribusi sedemikian rupa, secara lebih jauh kita juga dapat melihat kondisi
kepadatan penduduk yang ada di Kota Denpasar. Kepadatan penduduk itu sendiri adalah
banyaknya penduduk per kilometer persegi yang merupakan perbandingan jumlah penduduk
dan luas wilayah. Kepadatan penduduk di Kota Denpasar pada tahun 2012 telah mencapai
680.919 jiwa /km2. Kepadatan untuk masing-masing kecamatan di Kota Denpasar adlaah
sebagai berikut.
a. Kecamatan Denpasar Barat sebesar 8.711 jiwa/km2
b. Kecamatan Denpasar Timur sebesar 6.117 jiwa/km2
c. Kecamatan Denpasar Utara sebesar 5.862 jiwa/km2
d. Kecamatan Denpasar Selatan sebesar 3.970 jiwa/km2

Status pertumbuhan penduduk Kota Denpasar dapat dinilai cukup tinggi. Menurut
data Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Bali tahun 2010 oleh Pemerintah Provinsi
Bali, angka kepadatan penduduk di Kota Denpasar menempati posisi tertinggi dengan nilai
6.170 jiwa/km2, dan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 4,00%. Angka tersebut
sangat menonjol dibandingkan dengan daerah lainnya di Bali. Kepadatan penduduk di Kota
22

Denpasar tersebut dikarenakan perbandingan antara luas kota dengan jumlah penduduk yang
ada di Kota Denpasar sangat besar perbandingannya, dibandingkan dengan daerah lain.
Sehingga, dengan luas daerah sebesar 127.78 km2, dan dengan jumlah penduduk sebanyak
788,445 jiwa, maka tingkat kepadatan penduduk yang ada di Kota Denpasar sangat tinggi.
Hingga pada akhirnya, dengan perbandingan luas daerah dengan jumlah penduduk yang
sedemikian rupa, sekitar 6.170 jiwa penduduk Kota Denpasar tinggal per km persegi.
Kepadatan
Kabuptaen/Kota
No

Luas

Pertumbuha
Jumlah Penduduk

2

(km )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bali

Penduduk
n Penduduk

Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karangasem
Buleleng
Denpasar

841.80
261,618
1.22
839.33
420,370
1.12
418.52
543,681
4.63
368.00
470,380
1.81
315.00
170,559
0.94
520.81
215,404
1.06
839.54
396,892
0.97
1,365.88
624,079
1.12
127.78
788,445
4.00
5,636.66
3,891,428
1.87
Tabel 3. Data Statistik Provinsi Bali

(Jiwa/km2)
311
501
1,299
1,278
541
414
473
457
6,170
1,272

Sumber: Pemerintah Provinsi Bali. (www.baliprov.go.id)
Kota Denpasar merupakan daerah dengan pertumbuhan penduduk paling tinggi
nomor dua di Provinsi Bali, yakni dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 4,02%.
Sedangkan daerah di Bali dengan laju pertumbuhan penduduk paling tinggi ada di Kabupaten
Badung, yakni sebesar 4,64%. Hal tersebut adalah sebagai konsekuensi dari hadirnya Kota
Denpasar dan Kabupaten Badung sebagai kawasan pariwisata terbesar di Bali. peningkatan
laju pertumbuhan penduduk di Kota Denpasar terjadi secara signifikan, pada tahun 2010, laju
pertumbuhan penduduk Kota Denpasar adalah sebesar 4,00%, sedangkan pada tahun 2015,
laju pertumbuhan penduduk di Kota Denpasar meningkat menjadi 4,02%. Peningkatan laju
pertumbuhan penduduk tersebut juga terjadi di Kabupaten Badung dalam rentan waktu 201023

2015, yakni sebesar 0,01% dari tahun 2010 yang sebesar 4,63% menjadi 4,64%. Dalam
perbandingan tersebut, laju pertumbuhan di Kota Denpasar lebih cepat sebesar 0,01% dalam
rentan tahun 2010-2015 dibandingkan dengan Kabupaten Badung.
2.3 Keadaan dan Perkembangan Ekonomi Kota Denpasar
Kota Denpasar selain sebagai first image Bali, juga merupakan kota terpadat seperti
yang telah dijelaskan pada bagian atas. Lebih jauh lagi, Kota Denpasar merupakan kota yang
memiliki Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita tertinggi kedua di
Provinsi Bali. Perkembangan ekonomi Kota Denpasar dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
perekonomian nasional maupun global. Pembangunan yang telah dilaksanakan memberikan
dampak positif terhadap perekonomian Kota Denpasar. Kegiatan kepariwisataan di Bali
memiliki peranan sebagai penarik dan pendorong tumbuhnya sektor/lapangan usaha
perekonomian tersebut. Untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan ekonomi di suatu
daerah, salah satu indikator penting yang dapat digunakan adalah pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi sendiri dapat diukur berdasarkan nilai PDRB ( Produk Domestik
Regional Bruto) dan PDRB perkapita. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, secara umum
perekonomian Kota Denpasar terus mengalami peningkatan. Selain besaran pertumbuhan per
sektor di Kota Denpasar pada tahun 2012 dapat pula dilihat sumber pertumbuhan yang
memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi Kota Denpasar tahun 2012. Pertumbuhan
PDRB Kota Denpasar sebesar 7,18 persen pada tahun 2012 disumbangkan dari sektor tersier
sebesar 5,73 persen, sektor sekunder adalah penyumbang sumber pertumbuhan berikutnya
yaitu sebesar 1,27 persen, sedangkan pertumbuhan yang terkecil disumbangkan dari sektor
primer sebesar 0,19 persen.
Oleh karena itu bila dilihat dari segi kesiapan finansialnya, Kota Denpasar dapat
dikatakan sebagai salah satu wilayah yang siap dengan pemberlakuan otonomi daerah.
Sedangkan arah pembangunan kota Denpasar adalah pembangunan berwawasan budaya,
24

dimana hal ini diwujudkan dengan menggalakkan penggunaan ruang terbuka hijau seperti
Lapangan Puputan untuk berbagai kegiatan masyarakat, disamping pembinaan kesenian
tradisional. Pendapatan primer daripada masyarakat Kota Denpasar tetap bertumpu pada
pertanian, disamping sektor pariwisata dan jasa. Namun dengan perkembangan pembangunan
pariwisata di Bali dan Denpasar yang gencar dilakukan Pemerintah, maka sektor industri
pariwisata khususnya di Kota Denpasar juga semakin gencar dilakukan oleh masyarakat.
potensi pariwisata Kota Denpasar dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan bisnis.
Indikator perkembangan industri pariwisata tersebut dapat dilihat melalui kuantitas
wisatawan yang berkunjung
Perkembangan jumlah kedatangan wisatawan di Bali, berdasarkan data dari Dinas
Pariwisata Kota Denpasar, dapat dinilai terus meningkat secara signifikan dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2011, sejumlah 2.756.579 wisatawan berkunjung ke Bali. Lalu pada tahun
2012 kuantitas kedatangan tersebut kembali meningkat menjadi 2.892.019 orang. Di tahun
berikutnya, yakni 2013 peningkatan kembali terjadi sejumlah 386.579 orang, sehingga
jumlah kedatangan wisatawan menembus angka 3.278.598. angka kedatangan wisatawan
tersebut masih bertambah pada tahun 2014, sehingga total kedatangan wisatawaan adalah
sejumlah 3.768.362 orang. Lebih jauh lagi pada tahun 2015 jumlah kedatangan wisatawan
akhirnya menembus angka 4.001.751 orang. Data ini menunjukkan bahwa kedatangan
wisatwan mancanegara di Bali terus meningkat secara signifikandari tahun ke tahun, dengan
peningkatan terbesar terjadi pada rentan tahun 2013 menuju tahun 2014, dengan angka
peningkatan kedatangan wisatawan mencapai 489.764 orang.

25

Grafik Perkembangan Kedatangan Wisatawan Mancanegara Ke Bali Tahun 2011-2015
4,500,000
4,000,000
3,500,000
3,000,000
2,500,000
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
0

2011

2012

2013

2014

2015

Ga

mbar 2. Grafik Perkembangan Kedatangan Wisatawan Mancanegara Ke Bali Tahun 20112015
Sumber: Dinas Pariwisata Kota Denpasar
Peningkatan secara signifikan atas kedatangan wisatawan ke Bali juga tentunya
berdampak pada peningkatan kedatangan wisatawan di Kota Denpasar, sebagai first image
Bali. Untuk melihat perkembangan kedatangan wisatawan ke Kota Denpasar, kita dapat
melihatnya melalui data perkembangan wisatawan yang menginap di Kota Denpasar pada
tahun 2011-2015. Pada tahun 2011, total wisatawan mancanegara dan domestik yang
menginap di Kota Denpasar adalah sejumlah 439.999 orang, disusul tahun berikutnya dengan
penurunan 16.460 wisatawan, yakni menjadi 423.539 orang. Penurunan tersebut tidak
bertahan lama, karena pada tahun 2013, terjadi peningkatan jumlah wisatawan yang
menginap di Kota Denpasar yakni sejumlah 56.585 orang, sehingga jumlah total wisatawan
menjadi 480.124 orang. Pada tahun 2014 dan 2015 jumlah wisatawan kembali meningkat
mencapai angka 504.130 dan 580.450 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah
wisatawan yang berkunjung ke Kota Denpasar dan menginap selalu bertambah secara
signifikan dari tahun ke tahun. Dengan jumlah wisatwan menginap paling tinggi adalah pada
26

tahun 2015, yakni sejumlah 580.450 orang, dengan jumlah wisatawan mancanegara sejumlah
495.414 orang dan wisatawan domestik sejumlah 85.036 orang. Walaupun pada tahun 2015
tersebut adalah tahun dimana wisatawan paling banyak berkunjung, namun peningkatan
tersebut lebih signifikan terjadi paa wisatawan yang berasal dari mancanegara dibandingkan
dengan wisatawan domestik. Penurunan jumlah wisatawan domestik paling rendah terhadi
pada tahun 2015, dimana pada tahun yang sama tersebut juga terjadi kenaikan jumlah
wisatawan mancanegara tertinggi.

Grafik Perkembangan Wisatawan Yang Menginap di Kota Denpasar Tahun 2011-2015
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0

2011

2012

2013

2014

2015

Ga

mbar 3. Grafik Perkembangan Wisatawan Yang Menginap di Kota Denpasar Tahun 20112015
Sumber: Dinas Pariwisata Kota Denpasar
Data menunjukkan bahwa tahun 2015 merupakan pencapaian kuantitas jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara tertinggi yang datang ke Bali, yakni sejumlah 4.001.751
orang. Di sisi lain, kedatangan kunjungan wisatawan mancanegara yang tercatat di Kota
Denpasar dengan indikator aktivitas menginap pada tahun 2015 terhitung sebagai tahun
tertinggi aktivitas menginap wisatawan mancanegara di Kota Denpasar, yakni sebesar
27

495.414 orang. Kondisi tersebut disikapi dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Denpasar bekerjasama dengan pelaku pariwisata seperti membangun
pencitraan dengan inovasi (pembuatan event pariwisata), pelaksanaan promosi terpadu
melalui media cetak maupun elektronik, menyebarluaskan materi promosi dalam bentuk
brosur-brosur (Denpasar Info, Pesona Denpasar, Discover Denpasar, Denpasar To Day, Map
of Denpasar dan lain-lain), VCD, mengikuti promosi dan roadshow, pemanfaatan teknologi
melalui website.6 Dengan terus meningkatnya kunjungan wisatawan baik mancanegara
maupun lokal di Kota Denpasar, pada dasarnya berdampak secara positif terhadap pergerakan
dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, khususnya pada sektor industri pariwisata.
Eksistensi sebuah pariwisata tidak hanya diukur dari kuantitas pengunjung, akan
tetapi juga laju perkembangan insrastruktur dan kondisi sosio-kultural masyarakat yang ada
di daerah itu. Pengelolaan Sumber Daya Alam juga sangat penting untuk memastikan tidak
ada dominasi local strongman. Disisi lain, dalam menerapkan pola manajerial yang baik,
harus ada Sumber Daya Manusia yang memadai. Hal ini tentunya menjadi peluang bagi
masyarakat sekitar untuk terus memajukan pariwisata tanpa menghilangkan kearifan lokalnya
(local wisdom).
Sebagai Kota yang menjadi tujuan Wisata baik Mancanegara maupun Nusantara, Kota
Denpasar banyak memiliki potensi dan produk unggulan yang mendukung pengembangan
Sektor Wisata. Pariwisata sebagai

salah Potensi Unggulan

daerah di Kota Denpasar

meliputi obyek wisata kota, daya tarik wisata dan atraksi wisata. Obyek Wisata Kota ini
tersebar di seluruh wilayah Kota Denpasar meliputi tempat-tempat yang dapat memikat
kedatangan wisatawan ke Kota Denpasar. Sedangkan daya tarik pariwisata, sebagaimana
halnya dengan daya tarik Pulau Dewata lebih disebabkan karena keunikan dan budaya
masyarakat. Hal inilah yang memberikan nuansa pada berbagai atraksi wisata yang ada di
kota Denpasar.

Atraksi tersebut berupa tari-tarian sakral, even-even nasional dan

6 Ibid.

28

internasional yang dilaksanakan di Kota Denpasar, permainan tradisional dan sebagainya.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota dalam rangka menata potensi obyekobyek wisata kota, dalam perjalanannya telah diikuti pula oleh penataan yang telah dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten lainnya. Penataan ini disatu pihak dapat memberikan nilai
tambah pada pariwisata Kota, tetapi dapat pula menjadi penyebab beralihnya kunjungan
wisatawan ke obyek wisata di luar Kota Denpasar.

BAB III
TEMUAN DAN ANALISIS DATA

3.1 Pola Pembangunan Infrastruktur Pariwisata di Kawasan Sanur

29

Denpasar sebagai ibukota Provinsi Bali sekaligus menjadi destinasi pariwisata
nasional yang sangat penting dan menjadi perhatian dunia. Dengan berkembangnya teknologi
informasi dan komunikasi, berita dan permasalahan yang muncul di Kota Denpasar sudah
dapat tersebar di berbagai media nasional maupun internasional. Sebagai first image Bali,
serta sebagai salah satu potensi wisata unggulan Indonesia, Denpasar memiliki posisi yang
sangat strategis dan memberikan dampak yang sangat luas bagi pembangunan di kota
Denpasar. Selain berdampak secara positif terhadap pembangunan, hal ini juga menjadi
tantangan besar bagi masyarakatnya, khususnya dalam melihat bagaimana prospek di masa
depan. Terlepas dari begitu banyaknya persoalan yang dihadapi, tantangan yang pertama
dapat dirasakan adalah tampilan visual atau wajah kota dengan segala aktifitas didalamnya.
Sebagaimana manusia, tampilan fisiknya paling tidak mencerminkan kepribadiannya,
demikian juga sebuah kota, tampilan visualnya paling tidak mencerminkan budaya
masyarakatnya.7
Untuk melihat pola pembangunan infrastruktur pariwisata di Kawasan Sanur,
Denpasar, maka fokus pola pembangunannya bertumpu pada Rencana Tata Ruang dan
Wilayah Kota Denpasar (RTRW). Kota Denpasar dinilai memiliki peluang pengembangan
wilayah yang pesat. Namun pembangunan yang dilakukan di Kota Denpasar berbeda dengan
pembangunan yang ada di kota lain, karena visi pembangunan Kota Denpasar bertumpu pada
perwujudan Denpasar Kota Berbudaya dilandasi Tri Hita Karana, sehingga membutuhkan
kearifan dalam konsep penataan ruang, yang memberi ruang kepada peningkatan kegiatan
perekonomian dengan tetap memelihara kelestarian budaya dan lingkungan wilayah Kota
Denpasar. Berdasarkan Perda Kota Denpasar No. 27 Tahun 2011, RTRW didasarkan atas azas
Tri

Hita

Karana,

keterpaduan,

keserasian-keselarasan-keseimbangan,

keberlanjutan,

keberdayagunaan-keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan-kemitraan, perlindungan
kepentingan umum, kepastian hukum dan keadilan, serta akuntabilitas.
7 Lihat, Ir. I Gusti Putu Anindya Putra, Tata Ruang Denpasar dan Tantangannya Kedepan.
30

Proses perumusan dan penyusunan RTRW Kota Denpasar melalui tahapn yang panjang,
karena penyusunan dan peresmiannya sendiri tertunda selama 3 tahun dengan alasan RTRW
Provinsi Bali yang masih belum selesai. Karena memang pada dasarnya bahwa peraturan
legal formal, pada konteks ini adalah RTRW haruslah bersifat hierarkis agar peraturan yang
berada dibawahnya searah dengan peraturan yang lebih tinggi. Selanjutnya problem
perencanaan RTRW Kota Denpasar juga ikut dipengaruhi dengan masuknya perencanaan
Kawasan Strategis Nasional (KSN) SARBAGITA, yang memerlukan penyesuaianpenyesuaian materi teknis. Didalam RTRW Kota Denpasar, kawasan RTH dipertahankan
sebesar 36,84% dengan rincian RTH Publik 21,84% dan RTH Privat 15%, suatu hal yang
patut di apresiasi dimana lahan pertanian dapat diajukan menjadi RTH Publik dengan fungsi
eko wisata, selaras dengan filosofi kehidupan masyarakat Bali yakni selaras dengan alam.
RTRW Kota Denpasar terdiri dari 5 Wilayah Pengembangan yang memerlukan RDTRK,
sejauh ini telah disusun 3 RDTRK dan masih menyisakan 2 RDTRK. Sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, seluruh RDTRK harus disahkan melalui Peraturan Daerah.
Sampai saat ini ke tiga RDTRK yang telah disusun belum mendapatkan pengesahan,
demikian pula 2 RDTRK belum juga disusun. Dengan demikian masih terjadi ‘kekosongan’
dasar hukum dalam mengaplikasikan Rencana Tata Ruang Kota Denpasar. Kesenjangan ini
kedepan akan berdampak terhadap pengelolaan dan pengendalian tata ruang di kota
Denpasar.8

3.1.1 Pengembangan Wilayah, Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
Permasalahan pembangunan di bidang tata ruang dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Pengembangan

wilayah

ke

depan

diarahkan

pada

pengembangan

untuk

mengakomodasikan sektor-sektor unggulan dengan mempertimbangkan keberadaan
8 Ibid, hlm. 3.

31

dan tingkat kepentingan antar sektor terhadap wilayah dalam hal potensi dengan
permasalahan-permasalahan terkait dengan ketersediaan sarana-prasarana untuk
mendukung pengembangan wilayah.
2. Permasalahan yang ada pada pengelolaan sumber daya alam, baik yang dapat
diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui melalui penerapan teknologi
ramah lingkungan dengan memperhatikan daya tampung dan daya dukungnya melalui
peran serta aktif masyarakat adalah semakin banyaknya sampah yang diproduksi
masyarakat dengan kemampuan pengadaan armada angkutan yang terbatas.
Permasalahan lainnya adalah terjadinya alih fungsi lahan pertanian yang luar biasa,
sehingga dikhawatirkan daya dukung alam semakin menurun yang berakibat pada
kekurangharmonisan alam.
3. Penyusunan data dan informasi untuk perencanaan pembangunan sesuai amanat pasal
152 Undang-undang No. 32 Th. 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang pada
dasarnya harus dikelola dalam sistem informasi daerah yang terintegrasi secara
nasional belum dapat direalisasikan dan keterkaitan serta konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan belum memenuhi harapan. Proyeksi
hambatan dibidang perencanaan dan pengendalian pembangunan antara lain: (1)
Keterbatasan SDM yang memiliki kemampuan profesi di bidang planologi; (2)
Ketersediaan data base untuk perencanaan pembangunan yang terintegrasi; (3)
Ketidaktaatan antara produk rencana dengan penganggaran program/kegiatan; dan (4)
kompleksitas kebutuhan dan kepentingan masyarakat akar rumput yang perlu
diakomodasi dalam perencanaan pada kondisi anggaran pemerintah yang terbatas.
4. Prediksi kondisi sumber daya alam kedepan tidak jauh berbeda dengan kondisi saat
ini apabila tidak ada upaya konservasi dalam pengelolaan sumber daya alam yang
tepat. Dalam setiap proses pembangunan yang dilaksanakan harus diarahkan untuk
32

tidak menimbulkan adanya kerusakan terhadap lingkungan, bahkan sebaliknya agar
terwujudnya suatu proses pengelolaan secara berkelanjutan dan sumber daya alam
yang dikelola agar dapat menunjang pengembangan perekonomian masyarakat
daerah, memiliki nilai tambah dan daya saing yang tinggi ditingkat konsumen dan
pasar lokal, regional, nasional maupun internasional.
5. Pengelolaan sumber daya alam harus dapat dilakukan secara optimal dan berkualitas
untuk memenuhi kebutuhan dari generasi kegenerasi secara berkelanjutan seperti:
hutan,

pertanian,

peternakan,

perikanan,

perkebunan

dan

perairan

dapat

dikembangkan sesuai perkembangan teknologi dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, kondisinya dapat dipertahankan d