Manusia dan Masyarakat Indonesia Kesetar
PEREMPUAN & ANAK
Kelompok 7 :
1.Eric Nathanael (1406577966)
2.Haryogi M. Bangkit
3.Isnah Ayu Annisa
4.M. Dhimas Judanto (1406579044)
5.Nabila Ayu Larasati (1406609091)
6.Nilna Fakhri
7.Nurlaeliyah (1406608901)
8.Putri Rachelia Azzura (1406608984)
9.Settyas Tedy A. (1406609066)
10.Shafira Ramadanti Desliara (1406608965)
Kedudukan Perempuan pada
Masa Kolonial
Pada masa ini perempuan tidak mendapat
pendidikan yang layak karena pendidikan hanya
untuk kalangan elit dan dikhususkan untuk laki-laki
Perempuan hanya boleh melakukan kegiatan
rumah tangga
Pergerakan emansipasi wanita dipelopori oleh R.A.
Kartini dan Dewi Sartika yang bertujuan adanya
persamaan derajat antara pria dan wanita melalui
pendidikan
Pada tahun 1912 di bentuk organisasi Putri
Mahardika di bawah Budi Utomo yang memberikan
bantuan, bimbingan, dan penerangan pada wanita
Kedudukan Anak pada Masa
Kolonial
Pendidikan
Untuk mengatur pendidikan keluarlah
indisch staatsblad nomor 125 yang
membagi sekolah bumi putra menjadi dua
Sekolah kelas 1 untuk anak priyayi dan
kaum terkemuka, bahasa pengantar
belanda
Sekolah kelas 2 untuk rakyat jelata, bahasa
pengantar bahasa daerah
Kedudukan Perempuan pada
Masa Jepang
Fujinkai
Didirikan oleh Pemerintah Kolonial Jepang
pada 3 November 1943 di pimpin oleh
Ny.Abdurrahman.
Fujinkai tidak menjangkau perempuan dari
golongan rendah baik di desa maupun di kota.
Sehingga keanggotaanya hanya para istri
pamong praja (bupati, camat, dan lurah).
Tugas Pokok Fujinkai
Membantu kegiatan garis depan dan
memperkuat garis belakang
Palang Merah
Latihan penggunaan senjata
Dapur umum
Jugun Ianfu
Kebijakan ini diberlakukan oleh
pemerintah Jepang karena kebutuhan
akan “hiburan”
Sebelumnya hal ini telah dilakukan
secara paksa terhadap perempuan Cina
dan Korea, juga perempuan jepang
sendiri
Kedudukan Anak pada Masa
Jepang
Pendidikan
Dimana anak-anak disekolahkan namun hanya
untuk keperluan perang
Latihan perang
Dimana anak-anak dilatih kemampuan bertempur
Kedudukan Perempuan
pada Masa Sekarang
Pada masa sekarang kedudukan perempuan
sederajat dengan laki-laki, dimana sekarang
perempuan berhak atas pendidikan dan berkarya
sebagaimana laki-laki
Perempuan juga berhak memilih dan dipilih
dalam pemilu
Perempuan juga punya kuota sebesar 30% di
Parlemen
Perkembangan Wanita di
Mata Hukum
Perempuan
dalam Hukum
Wanita sebagai
warga negara
maupun sumber
daya insani
mempunyai
kedudukan hak dan
kewajiban serta
kesempatan yang
sama dengan pria
untuk berperan
dalam
pembangunan di
segala bidang.
Perkembangan Wanita dalam
Hukum
Pada abad petengahan
sampai dengan permulaan
abad ke – 9, kaum wanita di
dunia tidak mendapat
kedudukan, hak yang layak
yang dilindungi oleh undangundang dan hukum. Dimana
kaum wanita disamakan
dengan barang-barang yang
hanya milik kaum lelaki.
Nyatalah bahwa wanita
sebagai warga negara,
sebagai ibu atau sebagai
istri pada hakikatnya
mempunyai peranan
penting yang saling
melengkapi bersama pria,
oleh sebab itu hak – hak
mereka wajib dihormati.
Ketimpangan dalam Hukum
Relasi sejajar antara perempuan dan laki-
laki atau perempuan dengan negara
masih lekat dengan ketimpangan.
Tiga kebijakan atau perundang-undangan
yang menjadi bukti nyata krontrol negara
atas tubuh perempuan, di antaranya
Undang-undang Perkawinan, RUU
Pornografi, dan sejumlah Perda yang
diskriminatif terhadap perempuan.
Perempuan dalam Hukum
Islam
Keseimbangan
kedudukan suami istri
itu tidak terbatas
dalam rumah tangga
saja, akan tetapi dalam
hubungan masyarakat
Pasal 31 ayat 1 UU
No.1/1974
Suami istri memikul
kewajiban yang luhur
untuk menegakkan
rumah tangga yang
sakinah, mawadah, dan
rahmah yang menjadi
sendi dasardari
susunan masyarakat
(Pasal 77 ayat 1 Buku 1
Hukum Perkawinan
Kompilasi Hukum Islam
di Indonesia)
Perempuan dalam hukum
Adat
“Sesudah 2010 wanita Bali berhak atas warisan
berdasarkan Keputusan Pesamuan Agung III
MUDP Bali No. 01/Kep/PSM-3MDP Bali/X/2010,
15 Oktober 2010. Di SK ini, wanita Bali
menerima setengah dari hak waris purusa
setelah dipotong 1/3 untuk harta pusaka
dan kepentingan pelestarian. Hanya jika
kaum wanita Bali yang pindah ke agama lain,
mereka tak berhak atas hak waris. Jika
orangtuanya ikhlas, tetap terbuka dengan
memberikan jiwa dana atau bekal sukarela.”
UU RI NOMOR 23 TAHUN 2002 TTG PERLINDUNGAN
ANAK
Pasal 1(butir 1)
ANAK adalah
SESEORANG YANG BELUM BERUSIA
18(DELAPAN BE-LAS) TAHUN,
TERMASUK ANAK YANG MASIH DALAM
KANDUNGAN
UU RI NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN
ANAK
Pasal 1 (butir 2)
PERLINDUNGAN ANAK adalah
SEGALA KEGIATAN UNTUK MENJAMIN
DAN MELINDUNGI ANAK DAN HAKHAKNYA AGAR DAPAT HIDUP, TUMBUH,
BERKEMBANG,
DAN
BERPARTISIPASI,
SECARA
OPTIMAL
SESUAI
DENGAN
HARKAT DAN MARTABAT KEMANUSIAAN,
SERTA MENDAPAT PERLINDUNGAN DARI
KEKERASAN DAN DISKRIMINASI
UU RI NOMOR 23 TAHUN 2002 TTG PERLINDUNGAN ANAK
• Penyelenggaraan
Perlindungaan
Anak
Berasaskan
PANCASILA dan berlandaskan UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 serta Prinsipprinsip Dasar KONVENSI HAK-HAK ANAK
•
•
•
•
meliputi
Non Diskriminasi
Kepentingan yang terbaik bagi anak
Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan
perkembangan dan
Penghargaan terhadap pendapat anak
:
UU RI NOMOR 23 TAHUN 2002 TTG PERLINDUNGAN
ANAK
PERLINDUNGAN ANAK BERTUJUAN :
Untuk MENJAMIN TERPENUHINYA HAK-HAK ANAK
AGAR DAPAT HIDUP, TUMBUH, BERKEMBANG, DAN
BERPARTISIPASI SECARA OPTIMAL SESUAI DENGAN
HARKAT DAN MARTABAT KEMANUSIAAN, SERTA
MENDAPAT PERLINDUNGAN DARI KEKERASAN DAN
DISKRIMINASI, DEMI TERWUJUDNYA ANAK INDONESIA YANG BERKUALITAS, BERAKHLAK MULIA, DAN
SEJAHTERA (Psl 3)
UU RI NOMOR 23 TAHUN 2002 TTG PERLINDUNGAN
ANAK
HAK – HAK ANAK :
Setiap Anak Berhak :
-Dpt hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
secara
wajar sesuai dg harkat & martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
-Atas suatu nama sbg identitas diri & status
kewarganegaraan
-Untuk beribadah menurut agamanya , berpikir &
berekspresi
sesuai dg tingkat kecerdasan & usianya dlm bimbingan
ortu
-Untuk mengetahui orangtuanya, dibesarkan & diasuh
oleh
UU RI NOMOR 23 TAHUN 2002 TTG PERLINDUNGAN
ANAK
- Memperoleh pelayanan kesehatan & jaminan sosial
sesuai
kebutuhan fisik, mental, spriritual dan sosial
- Memperoleh pendidikan & pengajaran dlm rangka
pengemb
pribadinya dan tingkat kecerdasan sesuai minat &
bakatnya
- Menyatakan pendapat & didengar pendapatnya,
menerima, mencari & memberikan informasi sesuai dg tingkat
kecerdasan & usianya demi pengemb. diri sesuai dg nilai kesusilaan &
kepatutan
- Utk beristirahat & memanfaatkan waktu luang, bergaul
dg anak
yg sebaya, bermain, berkreasi sesuai minat bakat,
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB
Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua
berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
perlindungan anak :
Negara & Pemerintah :
•Menghormati hak asasi anak tanpa membedakan suku,
agama,ras, golongan, jenis kelamin,etnik,budaya, dan bahasa,
status hukum anak, dan kondisi fisik, dan/atau mental
•Memberikan
dukungan
sarana
dan
prasarana
dalam
penyelenggaraan perlindungan anak
•Menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak
•Mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak
•Menjamin
anak
untuk
mempergunakan
haknya
dalam
menyampaikan pendapat sesuai dg usia dan tingkat kecerdasan
anak
KEWAJIBAN & TANGGUNGJAWAB
Dilakukan
Oleh
MASYARAKA
T
ORANG
PERSEORANGAN
LEMBAGA PERLINDUNGAN
ANAK
LEMBAGA SOSIAL
KEMASYARAKATAN
LEMBAGA SWADAYA MASY /
LSM
LEMBAGA PENDIDIKAN
LEMBAGA KEAGAMAAN
BADAN USAHA
MEDIA MASSA
KEWAJIBAN & TANGGUNGJAWAB
Mengasuh, memelihara,
mendidik & melindungi
anak
Keluarga
&
Ortu
Menumbuh kembangkan
Anak sesui dengan
kemampuan, bakat &
minatnya
Mencegah terjadinya
perkawinan pd usia anakanak
BENTUK-BENTUK KEKERASAN TERHADAP
ANAK
BENTUK-BENTUK KEKERASAN TERHADAP ANAK
EKSPLOITASI
SEKSUAL
KEKERAS
AN FISIK
PENELANTARAN
EKSPLOITAS
I
EKONOMI
KETENTUAN PIDANA (Psl 77 s/d Psl 90)
PENCABULAN THDP ANAK (KEKERASAN
SEKSUAL)
Ps. 81,82 UU RI no.23/2002
Min 3 th max 15 th + denda plg sedikit Rp
60 jt, denda plg bnyk Rp.300 jt
KEKERASAN FISIK
Ps. 80 UU RI no.23/2002
+ 3 th – 6bln,denda Rp 72 jt
Larat 5 th + (denda Rp100 jt)
Mati 10 th + (denda Rp 200 jt)
Ortu + 1/3
PERDAGANGAN ANAK
Psl. 83( 15 th + Rp 300 jt)
Psl. 88 UU RI no.23/2002(paling lama 10 th + Rp
200 jt)
Hak Anak
Apabila kita perhatikan maka undang-undang ini secara garis besar
memuat 20 hak anak. Hal ini meliputi: Setiap anak berhak:
Untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan dislaiminasi
(pasal4)
Atas suatu nama sebagai identitas diri dan status
kewarganegaraan (pasal 5)
Untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi
sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan
orang tua (pasal 6)
Untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh
orang tuanya sendiri (pasal 7 (l))
Memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai
Lembaga yang Mengatur
Perlindungan Anak
Nama Lembaga
Bidang
Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI)
Pengawasan dan Perlindungan
Anak
Kementrian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan
Anak (Kemenpppa)
Kebijakan dan Penanganan
Masalah Perempuan dan Anak di
Indonesia
Kepolisian Republik Indonesia
(Polri)
Perlindungan, Pengayoman, dan
Pelayanan Keamanan Masyarakat
Komite Nasional Perlindungan
Anak (Komnas PA)
Advokasi dan Perlindungan Anak
United Nations Children’s Fund
(UNICEF)
Diambil dari -> http://www.kpai.go.id/lembaga-mitra-kpai/
Dasar Hukum Pemberdayaan
dan Perlindungan Perempuan
Konon
- Undang-Undang Dasar
- Undang-Undang
- Peraturan Presiden
- Peraturan Menteri
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Wanita
(Convention on the Elimination of All
Forms of Discrimination Against Women)
CEDAW atau ICEDAW (International Convention on
Elimination of All Forms of Discrimation Againts
Women) adalah sebuah Konvensi Internasional
tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi
terhadap perempuan yang ditangani langsung oleh
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Konvensi CEDAW sendiri telah diratifikasi oleh
pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang
Nomor 7 tahun 1984. Alasan Indonesia meratifikasi
CEDAW adalah ketentuan-ketentuan CEDAW tidak
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945,
diskriminasi tidak sesuai dengan Pancasila serta
UUD 1945 dan semua warga Negara sama
kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan.
Undang-Undang
UUD 1945 , Pasal 27, 28, 29, dan 31
Undang Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
Undang-Undang No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga
Undang-Undang No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Undang-Undang No 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang
Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
- Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003
tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD.
-
Peraturan Presiden No. 18 tahun 2014
tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial
Hak-hak Perempuan
1.
Hak-hak perempuan di bidang politik dan pemerintahan
2.
Hak-hak perempuan di bidang kewarganegaraan
3.
Hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan
pengajaran
4.
Hak-hak perempuan di bidang ketenagakerjaan
5.
Hak-hak perempuan di bidang kesehatan
6.
Hak-hak perempuan untuk melakukan perbuatan
hukum
7.
Hak-hak perempuan dalam ikatan/ putusnya
perkawinan
Hak-hak Perempuan di
Bidang Politik dan
Pemerintahan
•
Jaminan dalam instrumen-instrumen
internasional
•
Pasal 21 DUHAM butir 1 dan 2
•
ICCPR Pasal 25
•
CEDAW Pasal 7 dan Pasal 8
•
Pasal 7 Undang-undang No. 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik
•
UU No. 10 Tahun 2008 Tentang PEMILU
Hak-hak Perempuan di Bidang
Kewarganegaraan
•
Undang-undang Kewarganegaraan RI menyatakan
bahwa kewarganegaraan seorang anak didasarkan
hanya pada kewarganegaraan ayahnya ( asas ius
sanguinis)
•
DUHAM Pasal 15
•
CEDAW Pasal 9
•
Konvensi tentang Kewarganegaraan Wanita Kawin,
Pasal 1, 2 dan 3
•
Konvensi tentang Kewarganegaraan Wanita, Pasal 1
•
Amandemen II Undang-Undang Dasar 1945
mengatur tentang hak kewarganegaraan yang
terdapat di dalam Pasal 28 D (4),
•
Pasal 47 UU HAM
Hak-hak Wanita di bidang
Pendidikan dan Pengajaran
•
DUHAM Pasal 26 ayat (1),
•
CEDAW Pasal 10,
•
Kovenan tentang hak-hak Ekonomi Sosial
dan Budaya Pasal 13 ayat (2),
•
Konvensi melawan diskriminasi dalam
Pendidikan, Pasal 4 (d)
•
Amandemen II Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 28 C ayat (1)
•
Undang-undang HAM Pasal 48
Hak-hak Wanita di Bidang
Ketenagakerjaan
•
DUHAM Pasal 23
•
Kovenan Internasional tentang hak-hak Ekonomi Sosial
dan Budaya, Pasal 6 ayat (1), Pasal 7 dan Pasal 8 ayat 1
butir (a) dan (b),
•
Konvensi ILO No.111, Pasal 2
•
Konvensi tentang Hak-hak Politik Wanita, di dalam Pasal 3
•
Amandemen II Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 D
ayat (2), Pasal 28 E ayat (1), Pasal 49 ayat (1)
•
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan paragraph 3 tentang perempuan, yaitu
pada Pasal 76
•
CEDAW Pasal 11 ayat 2 butir (a)
Hak-hak Wanita di Bidang
Kesehatan
Pasal 25 Universal Declaration of Human
Rights
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H
Pasal 12 ayat (1) Konvensi Internasional
tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
Pasal 49 ayat (2) Undang-Undang HAM
Pasal 4 Undang-Undang No. 23 Tahun
1992 tentang kesehatan
Hak-hak Wanita untuk
Melakukan Perbuatan Hukum
•
Pasal 50 Undang-Undang HAM RI
•
Menurut Hukum Islam, seorang wanita
dianggap dewasa jika telah akil baliq, yaitu
setelah ia mendapat menstruase (pada usia
antara 13 – 15 tahun )
•
hukum adat, seorang wanita telah dianggap
dewasa jika sudah berusia 15 tahun
•
Perdata Barat, seorang wanita telah
dianggap dewasa setelah berusia 16 tahun
Hak-hak Wanita dalam
Ikatan /Putusnya Perkawinan
•
Hak-hak wanita dalam ikatan /putusnya
perkawinan
•
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, mengenai ikatan dan putusnya
perkawinan diatur di dalam Pasal 30, 34, 3537, dan Pasal 38-41
•
Undang-Undang HAM, hak-hak wanita
sebagai seorang istri diatur di dalam Pasal 51
•
Pasal 51 ayat (1) UU no.39/1999
•
Pasal 3 ayat (1) UU no.39/1999
Peran Anak atau Pemuda
dalam Masyarakat
Sebagai generasi penerus
bangsa,
• Bersosialisasi dan
berkontribusi kepada
masyarakat,
• Sebagai agen perubahan.
•
Peran Wanita dalam
Masyarakat
Sebagai pelanjut keturunan,
Sebagai penyeimbang dalam
kehidupan sehari-hari,
Sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya.
Apakah di Indonesia perempuan
dan anak diperlakukan tidak setara
hanya karena mereka perempuan
dan anak?
-> Menurut kelompok kami dilihat dari
dua perspektif
1. Perbuatan di mata hukum ->
kedudukan anak dan perempuan sama
dimata hukum menurut pasal 27 UUD 1945
2. Secara Kodrati -> kewajiban anak dan
perempuan berbeda
Peran apa yang dapat dimainkan
oleh perempuan dan anak untuk
memastikan keberlangsungan
hidup bangsa Indonesia?
-> Selain perempuan berperan dalam
keluarga peran Perempuan yang
dapat
dimainkan
dalam
bidang
ekonomi, pendidikan, dan politik
-> Peran yang dapat dimainkan anak
untuk keberlangsungan hidup bangsa
Indonesia untuk dapat menuntut
ilmu, mengikuti pelatihan sesuai
bidang yang diminati
Apa yang harus dilakukan untuk
mewujudkannya?
a. peningkatan partisipasi dan peran perempuan dalam
proses politik dan jabatan publik;
b. peningkatan akses perempuan dan anak terhadap layanan
pendidikan, kesehatan, hukum, dan bidang pembangunan
lainnya
c. peningkatan kampanye anti kekerasan, diskriminasi, dan
eksploitasi terhadap perempuan dan anak
d. peningkatan partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan
media massa dalam pencapaian kesetaraan dan keadilan
gender serta pemenuhan hak-hak anak
e. peningkatan kesejahteraan dan perlindungan
termasuk pengembangan anak usia dini
anak,
Kelompok 7 :
1.Eric Nathanael (1406577966)
2.Haryogi M. Bangkit
3.Isnah Ayu Annisa
4.M. Dhimas Judanto (1406579044)
5.Nabila Ayu Larasati (1406609091)
6.Nilna Fakhri
7.Nurlaeliyah (1406608901)
8.Putri Rachelia Azzura (1406608984)
9.Settyas Tedy A. (1406609066)
10.Shafira Ramadanti Desliara (1406608965)
Kedudukan Perempuan pada
Masa Kolonial
Pada masa ini perempuan tidak mendapat
pendidikan yang layak karena pendidikan hanya
untuk kalangan elit dan dikhususkan untuk laki-laki
Perempuan hanya boleh melakukan kegiatan
rumah tangga
Pergerakan emansipasi wanita dipelopori oleh R.A.
Kartini dan Dewi Sartika yang bertujuan adanya
persamaan derajat antara pria dan wanita melalui
pendidikan
Pada tahun 1912 di bentuk organisasi Putri
Mahardika di bawah Budi Utomo yang memberikan
bantuan, bimbingan, dan penerangan pada wanita
Kedudukan Anak pada Masa
Kolonial
Pendidikan
Untuk mengatur pendidikan keluarlah
indisch staatsblad nomor 125 yang
membagi sekolah bumi putra menjadi dua
Sekolah kelas 1 untuk anak priyayi dan
kaum terkemuka, bahasa pengantar
belanda
Sekolah kelas 2 untuk rakyat jelata, bahasa
pengantar bahasa daerah
Kedudukan Perempuan pada
Masa Jepang
Fujinkai
Didirikan oleh Pemerintah Kolonial Jepang
pada 3 November 1943 di pimpin oleh
Ny.Abdurrahman.
Fujinkai tidak menjangkau perempuan dari
golongan rendah baik di desa maupun di kota.
Sehingga keanggotaanya hanya para istri
pamong praja (bupati, camat, dan lurah).
Tugas Pokok Fujinkai
Membantu kegiatan garis depan dan
memperkuat garis belakang
Palang Merah
Latihan penggunaan senjata
Dapur umum
Jugun Ianfu
Kebijakan ini diberlakukan oleh
pemerintah Jepang karena kebutuhan
akan “hiburan”
Sebelumnya hal ini telah dilakukan
secara paksa terhadap perempuan Cina
dan Korea, juga perempuan jepang
sendiri
Kedudukan Anak pada Masa
Jepang
Pendidikan
Dimana anak-anak disekolahkan namun hanya
untuk keperluan perang
Latihan perang
Dimana anak-anak dilatih kemampuan bertempur
Kedudukan Perempuan
pada Masa Sekarang
Pada masa sekarang kedudukan perempuan
sederajat dengan laki-laki, dimana sekarang
perempuan berhak atas pendidikan dan berkarya
sebagaimana laki-laki
Perempuan juga berhak memilih dan dipilih
dalam pemilu
Perempuan juga punya kuota sebesar 30% di
Parlemen
Perkembangan Wanita di
Mata Hukum
Perempuan
dalam Hukum
Wanita sebagai
warga negara
maupun sumber
daya insani
mempunyai
kedudukan hak dan
kewajiban serta
kesempatan yang
sama dengan pria
untuk berperan
dalam
pembangunan di
segala bidang.
Perkembangan Wanita dalam
Hukum
Pada abad petengahan
sampai dengan permulaan
abad ke – 9, kaum wanita di
dunia tidak mendapat
kedudukan, hak yang layak
yang dilindungi oleh undangundang dan hukum. Dimana
kaum wanita disamakan
dengan barang-barang yang
hanya milik kaum lelaki.
Nyatalah bahwa wanita
sebagai warga negara,
sebagai ibu atau sebagai
istri pada hakikatnya
mempunyai peranan
penting yang saling
melengkapi bersama pria,
oleh sebab itu hak – hak
mereka wajib dihormati.
Ketimpangan dalam Hukum
Relasi sejajar antara perempuan dan laki-
laki atau perempuan dengan negara
masih lekat dengan ketimpangan.
Tiga kebijakan atau perundang-undangan
yang menjadi bukti nyata krontrol negara
atas tubuh perempuan, di antaranya
Undang-undang Perkawinan, RUU
Pornografi, dan sejumlah Perda yang
diskriminatif terhadap perempuan.
Perempuan dalam Hukum
Islam
Keseimbangan
kedudukan suami istri
itu tidak terbatas
dalam rumah tangga
saja, akan tetapi dalam
hubungan masyarakat
Pasal 31 ayat 1 UU
No.1/1974
Suami istri memikul
kewajiban yang luhur
untuk menegakkan
rumah tangga yang
sakinah, mawadah, dan
rahmah yang menjadi
sendi dasardari
susunan masyarakat
(Pasal 77 ayat 1 Buku 1
Hukum Perkawinan
Kompilasi Hukum Islam
di Indonesia)
Perempuan dalam hukum
Adat
“Sesudah 2010 wanita Bali berhak atas warisan
berdasarkan Keputusan Pesamuan Agung III
MUDP Bali No. 01/Kep/PSM-3MDP Bali/X/2010,
15 Oktober 2010. Di SK ini, wanita Bali
menerima setengah dari hak waris purusa
setelah dipotong 1/3 untuk harta pusaka
dan kepentingan pelestarian. Hanya jika
kaum wanita Bali yang pindah ke agama lain,
mereka tak berhak atas hak waris. Jika
orangtuanya ikhlas, tetap terbuka dengan
memberikan jiwa dana atau bekal sukarela.”
UU RI NOMOR 23 TAHUN 2002 TTG PERLINDUNGAN
ANAK
Pasal 1(butir 1)
ANAK adalah
SESEORANG YANG BELUM BERUSIA
18(DELAPAN BE-LAS) TAHUN,
TERMASUK ANAK YANG MASIH DALAM
KANDUNGAN
UU RI NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN
ANAK
Pasal 1 (butir 2)
PERLINDUNGAN ANAK adalah
SEGALA KEGIATAN UNTUK MENJAMIN
DAN MELINDUNGI ANAK DAN HAKHAKNYA AGAR DAPAT HIDUP, TUMBUH,
BERKEMBANG,
DAN
BERPARTISIPASI,
SECARA
OPTIMAL
SESUAI
DENGAN
HARKAT DAN MARTABAT KEMANUSIAAN,
SERTA MENDAPAT PERLINDUNGAN DARI
KEKERASAN DAN DISKRIMINASI
UU RI NOMOR 23 TAHUN 2002 TTG PERLINDUNGAN ANAK
• Penyelenggaraan
Perlindungaan
Anak
Berasaskan
PANCASILA dan berlandaskan UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 serta Prinsipprinsip Dasar KONVENSI HAK-HAK ANAK
•
•
•
•
meliputi
Non Diskriminasi
Kepentingan yang terbaik bagi anak
Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan
perkembangan dan
Penghargaan terhadap pendapat anak
:
UU RI NOMOR 23 TAHUN 2002 TTG PERLINDUNGAN
ANAK
PERLINDUNGAN ANAK BERTUJUAN :
Untuk MENJAMIN TERPENUHINYA HAK-HAK ANAK
AGAR DAPAT HIDUP, TUMBUH, BERKEMBANG, DAN
BERPARTISIPASI SECARA OPTIMAL SESUAI DENGAN
HARKAT DAN MARTABAT KEMANUSIAAN, SERTA
MENDAPAT PERLINDUNGAN DARI KEKERASAN DAN
DISKRIMINASI, DEMI TERWUJUDNYA ANAK INDONESIA YANG BERKUALITAS, BERAKHLAK MULIA, DAN
SEJAHTERA (Psl 3)
UU RI NOMOR 23 TAHUN 2002 TTG PERLINDUNGAN
ANAK
HAK – HAK ANAK :
Setiap Anak Berhak :
-Dpt hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
secara
wajar sesuai dg harkat & martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
-Atas suatu nama sbg identitas diri & status
kewarganegaraan
-Untuk beribadah menurut agamanya , berpikir &
berekspresi
sesuai dg tingkat kecerdasan & usianya dlm bimbingan
ortu
-Untuk mengetahui orangtuanya, dibesarkan & diasuh
oleh
UU RI NOMOR 23 TAHUN 2002 TTG PERLINDUNGAN
ANAK
- Memperoleh pelayanan kesehatan & jaminan sosial
sesuai
kebutuhan fisik, mental, spriritual dan sosial
- Memperoleh pendidikan & pengajaran dlm rangka
pengemb
pribadinya dan tingkat kecerdasan sesuai minat &
bakatnya
- Menyatakan pendapat & didengar pendapatnya,
menerima, mencari & memberikan informasi sesuai dg tingkat
kecerdasan & usianya demi pengemb. diri sesuai dg nilai kesusilaan &
kepatutan
- Utk beristirahat & memanfaatkan waktu luang, bergaul
dg anak
yg sebaya, bermain, berkreasi sesuai minat bakat,
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB
Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua
berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
perlindungan anak :
Negara & Pemerintah :
•Menghormati hak asasi anak tanpa membedakan suku,
agama,ras, golongan, jenis kelamin,etnik,budaya, dan bahasa,
status hukum anak, dan kondisi fisik, dan/atau mental
•Memberikan
dukungan
sarana
dan
prasarana
dalam
penyelenggaraan perlindungan anak
•Menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak
•Mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak
•Menjamin
anak
untuk
mempergunakan
haknya
dalam
menyampaikan pendapat sesuai dg usia dan tingkat kecerdasan
anak
KEWAJIBAN & TANGGUNGJAWAB
Dilakukan
Oleh
MASYARAKA
T
ORANG
PERSEORANGAN
LEMBAGA PERLINDUNGAN
ANAK
LEMBAGA SOSIAL
KEMASYARAKATAN
LEMBAGA SWADAYA MASY /
LSM
LEMBAGA PENDIDIKAN
LEMBAGA KEAGAMAAN
BADAN USAHA
MEDIA MASSA
KEWAJIBAN & TANGGUNGJAWAB
Mengasuh, memelihara,
mendidik & melindungi
anak
Keluarga
&
Ortu
Menumbuh kembangkan
Anak sesui dengan
kemampuan, bakat &
minatnya
Mencegah terjadinya
perkawinan pd usia anakanak
BENTUK-BENTUK KEKERASAN TERHADAP
ANAK
BENTUK-BENTUK KEKERASAN TERHADAP ANAK
EKSPLOITASI
SEKSUAL
KEKERAS
AN FISIK
PENELANTARAN
EKSPLOITAS
I
EKONOMI
KETENTUAN PIDANA (Psl 77 s/d Psl 90)
PENCABULAN THDP ANAK (KEKERASAN
SEKSUAL)
Ps. 81,82 UU RI no.23/2002
Min 3 th max 15 th + denda plg sedikit Rp
60 jt, denda plg bnyk Rp.300 jt
KEKERASAN FISIK
Ps. 80 UU RI no.23/2002
+ 3 th – 6bln,denda Rp 72 jt
Larat 5 th + (denda Rp100 jt)
Mati 10 th + (denda Rp 200 jt)
Ortu + 1/3
PERDAGANGAN ANAK
Psl. 83( 15 th + Rp 300 jt)
Psl. 88 UU RI no.23/2002(paling lama 10 th + Rp
200 jt)
Hak Anak
Apabila kita perhatikan maka undang-undang ini secara garis besar
memuat 20 hak anak. Hal ini meliputi: Setiap anak berhak:
Untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan dislaiminasi
(pasal4)
Atas suatu nama sebagai identitas diri dan status
kewarganegaraan (pasal 5)
Untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi
sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan
orang tua (pasal 6)
Untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh
orang tuanya sendiri (pasal 7 (l))
Memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai
Lembaga yang Mengatur
Perlindungan Anak
Nama Lembaga
Bidang
Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI)
Pengawasan dan Perlindungan
Anak
Kementrian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan
Anak (Kemenpppa)
Kebijakan dan Penanganan
Masalah Perempuan dan Anak di
Indonesia
Kepolisian Republik Indonesia
(Polri)
Perlindungan, Pengayoman, dan
Pelayanan Keamanan Masyarakat
Komite Nasional Perlindungan
Anak (Komnas PA)
Advokasi dan Perlindungan Anak
United Nations Children’s Fund
(UNICEF)
Diambil dari -> http://www.kpai.go.id/lembaga-mitra-kpai/
Dasar Hukum Pemberdayaan
dan Perlindungan Perempuan
Konon
- Undang-Undang Dasar
- Undang-Undang
- Peraturan Presiden
- Peraturan Menteri
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Wanita
(Convention on the Elimination of All
Forms of Discrimination Against Women)
CEDAW atau ICEDAW (International Convention on
Elimination of All Forms of Discrimation Againts
Women) adalah sebuah Konvensi Internasional
tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi
terhadap perempuan yang ditangani langsung oleh
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Konvensi CEDAW sendiri telah diratifikasi oleh
pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang
Nomor 7 tahun 1984. Alasan Indonesia meratifikasi
CEDAW adalah ketentuan-ketentuan CEDAW tidak
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945,
diskriminasi tidak sesuai dengan Pancasila serta
UUD 1945 dan semua warga Negara sama
kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan.
Undang-Undang
UUD 1945 , Pasal 27, 28, 29, dan 31
Undang Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
Undang-Undang No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga
Undang-Undang No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Undang-Undang No 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang
Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
- Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003
tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD.
-
Peraturan Presiden No. 18 tahun 2014
tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial
Hak-hak Perempuan
1.
Hak-hak perempuan di bidang politik dan pemerintahan
2.
Hak-hak perempuan di bidang kewarganegaraan
3.
Hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan
pengajaran
4.
Hak-hak perempuan di bidang ketenagakerjaan
5.
Hak-hak perempuan di bidang kesehatan
6.
Hak-hak perempuan untuk melakukan perbuatan
hukum
7.
Hak-hak perempuan dalam ikatan/ putusnya
perkawinan
Hak-hak Perempuan di
Bidang Politik dan
Pemerintahan
•
Jaminan dalam instrumen-instrumen
internasional
•
Pasal 21 DUHAM butir 1 dan 2
•
ICCPR Pasal 25
•
CEDAW Pasal 7 dan Pasal 8
•
Pasal 7 Undang-undang No. 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik
•
UU No. 10 Tahun 2008 Tentang PEMILU
Hak-hak Perempuan di Bidang
Kewarganegaraan
•
Undang-undang Kewarganegaraan RI menyatakan
bahwa kewarganegaraan seorang anak didasarkan
hanya pada kewarganegaraan ayahnya ( asas ius
sanguinis)
•
DUHAM Pasal 15
•
CEDAW Pasal 9
•
Konvensi tentang Kewarganegaraan Wanita Kawin,
Pasal 1, 2 dan 3
•
Konvensi tentang Kewarganegaraan Wanita, Pasal 1
•
Amandemen II Undang-Undang Dasar 1945
mengatur tentang hak kewarganegaraan yang
terdapat di dalam Pasal 28 D (4),
•
Pasal 47 UU HAM
Hak-hak Wanita di bidang
Pendidikan dan Pengajaran
•
DUHAM Pasal 26 ayat (1),
•
CEDAW Pasal 10,
•
Kovenan tentang hak-hak Ekonomi Sosial
dan Budaya Pasal 13 ayat (2),
•
Konvensi melawan diskriminasi dalam
Pendidikan, Pasal 4 (d)
•
Amandemen II Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 28 C ayat (1)
•
Undang-undang HAM Pasal 48
Hak-hak Wanita di Bidang
Ketenagakerjaan
•
DUHAM Pasal 23
•
Kovenan Internasional tentang hak-hak Ekonomi Sosial
dan Budaya, Pasal 6 ayat (1), Pasal 7 dan Pasal 8 ayat 1
butir (a) dan (b),
•
Konvensi ILO No.111, Pasal 2
•
Konvensi tentang Hak-hak Politik Wanita, di dalam Pasal 3
•
Amandemen II Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 D
ayat (2), Pasal 28 E ayat (1), Pasal 49 ayat (1)
•
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan paragraph 3 tentang perempuan, yaitu
pada Pasal 76
•
CEDAW Pasal 11 ayat 2 butir (a)
Hak-hak Wanita di Bidang
Kesehatan
Pasal 25 Universal Declaration of Human
Rights
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H
Pasal 12 ayat (1) Konvensi Internasional
tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
Pasal 49 ayat (2) Undang-Undang HAM
Pasal 4 Undang-Undang No. 23 Tahun
1992 tentang kesehatan
Hak-hak Wanita untuk
Melakukan Perbuatan Hukum
•
Pasal 50 Undang-Undang HAM RI
•
Menurut Hukum Islam, seorang wanita
dianggap dewasa jika telah akil baliq, yaitu
setelah ia mendapat menstruase (pada usia
antara 13 – 15 tahun )
•
hukum adat, seorang wanita telah dianggap
dewasa jika sudah berusia 15 tahun
•
Perdata Barat, seorang wanita telah
dianggap dewasa setelah berusia 16 tahun
Hak-hak Wanita dalam
Ikatan /Putusnya Perkawinan
•
Hak-hak wanita dalam ikatan /putusnya
perkawinan
•
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, mengenai ikatan dan putusnya
perkawinan diatur di dalam Pasal 30, 34, 3537, dan Pasal 38-41
•
Undang-Undang HAM, hak-hak wanita
sebagai seorang istri diatur di dalam Pasal 51
•
Pasal 51 ayat (1) UU no.39/1999
•
Pasal 3 ayat (1) UU no.39/1999
Peran Anak atau Pemuda
dalam Masyarakat
Sebagai generasi penerus
bangsa,
• Bersosialisasi dan
berkontribusi kepada
masyarakat,
• Sebagai agen perubahan.
•
Peran Wanita dalam
Masyarakat
Sebagai pelanjut keturunan,
Sebagai penyeimbang dalam
kehidupan sehari-hari,
Sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya.
Apakah di Indonesia perempuan
dan anak diperlakukan tidak setara
hanya karena mereka perempuan
dan anak?
-> Menurut kelompok kami dilihat dari
dua perspektif
1. Perbuatan di mata hukum ->
kedudukan anak dan perempuan sama
dimata hukum menurut pasal 27 UUD 1945
2. Secara Kodrati -> kewajiban anak dan
perempuan berbeda
Peran apa yang dapat dimainkan
oleh perempuan dan anak untuk
memastikan keberlangsungan
hidup bangsa Indonesia?
-> Selain perempuan berperan dalam
keluarga peran Perempuan yang
dapat
dimainkan
dalam
bidang
ekonomi, pendidikan, dan politik
-> Peran yang dapat dimainkan anak
untuk keberlangsungan hidup bangsa
Indonesia untuk dapat menuntut
ilmu, mengikuti pelatihan sesuai
bidang yang diminati
Apa yang harus dilakukan untuk
mewujudkannya?
a. peningkatan partisipasi dan peran perempuan dalam
proses politik dan jabatan publik;
b. peningkatan akses perempuan dan anak terhadap layanan
pendidikan, kesehatan, hukum, dan bidang pembangunan
lainnya
c. peningkatan kampanye anti kekerasan, diskriminasi, dan
eksploitasi terhadap perempuan dan anak
d. peningkatan partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan
media massa dalam pencapaian kesetaraan dan keadilan
gender serta pemenuhan hak-hak anak
e. peningkatan kesejahteraan dan perlindungan
termasuk pengembangan anak usia dini
anak,