ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA ARPUSD

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA ARPUSDA
YOGYAKARTA

Oleh:
Iwin Ardyawin (1520010029)
Machsun Rifauddin (1520010013)
Miftahunnisa Ighriza (875854)
Rani Kurnia Vlora (1520010041)

Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies
Konsentrasi Ilmu Perpustakaan Dan Informasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
2016

1

A. Pendahuluan
Kemajuan teknologi dan informasi di era globalisasi menjadikan posisi
perpustakaan semakin diperhitungkan, karena perpustakaan merupakan lembaga
nonprofit yang bertujuan sebagai sarana penyaluran informasi bagi masyarakat.
Perpustakaan yang menyediakan informasi dan memberikan layanan kepada

pemustaka dari seluruh lapisan masyarakat adalah perpustakaan umum.
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat
luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis
kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial ekonomi.1
Salah satu perpustakaan umum yang menyediakan berbagai jenis layanan
untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat di kota Yogyakarta adalah
ARPUSDA. ARPUSDA merupakan perpustakaan umum yang memiliki
pelayanan inovatif. Pelayanan tersebut ditunjukkan seperti adanya gazebo dan free
wifi yang dapat diakses oleh masyarakat sampai jam 12 malam. Selain itu
perpustakaan ini juga tetap buka layanan di hari minggu. Tambah..(Reza)!!!
Sebuah organisasi atau lembaga membutuhkan manusia-manusia agar
bekerja bersama sama untuk mencapai tujuan yang sama, tujuan bersama, dan
tujuan bersama.2 Layaknya sebuah organisasi, perpustakaan membutuhkan
kepemimpinan yang ideal untuk mengatur sumber daya manusianya. Posisi
pemimpin dalam perpustakaan sangat vital karenya kemajuan dan kesuksesan
perpustakaan dalam penyediaan informasi kepada masyarakat sangat dipengaruhi
oleh kebijakannya. Pemimpin dalam perpustakaan juga memegang peran penting
dalam mewujudkan visi dan misi serta tujuan bersama sehingga perpustakaan
dapat terus maju dan berkembang seperti yang diharapkan.
Menurut House dalam Gary Yukl, Kepemimpinan adalah kemampuan

individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain mampu
memberikan kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan organisasi. 3
Sedangkan setiap pemimpin memiliki perilaku yang berbeda-beda dalam
memimpin bawahannya atau sering disebut dengan gaya kepemimpinan
(leadership style). Gaya kepemimpinan merupakan norma prilaku yang digunakan
1

Undang-Undang Perpustakaan No. 43 Tahun 2007 ( Jakarta: Graha Ilmu, 2007).
Djokosantoso Moeljono, Beyond leadership (Jakarta: Elek Media Komputindo), 26.
3
Gary Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi (Jakarta : Indeks, 2009), 4.

2

2

oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang
lain seperti yang ia lihat.4
Salah satu teori tentang gaya kepemimpinan adalah gaya kepemimpinan
situasional. Gaya situasional berangkat dari konsep teori situasional Harsey dan

Blanchard, dimana konsep ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari
hubungan antara gaya kepemimpinan yg efektif dan tingkat kematangan para
pengikutnya.5 Hasil observasi awal peneliti menemukan fakta awal bahwa type
kepemimpinan kepala ARPUSDA mengarah pada gaya kepemimpinan situasional,
dimana ia dalam memerintah bersifat keras tegas dan disiplin, namun tidak
memaksa. Hal ini ditunjukkan ketika ia memberikan tugas kepada bawahannya
selalu

memberikan

penawaran

dan

menanyakan

kesanggupan

untuk


menyelesaikan tugas tersebut. Kehebatan yang dimilikinya yaitu ia selalu
membuat rancangan strategis tentang tugas yang akan dilakukan dan meminta
masukan dari bawahanya dalam rapat.6
Peneliti menganggap gaya kepemimpinan situasional ini cukup efektif dan
tepat untuk diterapkan di dalam perpustakan dengan melihat fakta di lapangan
bahwa kepala ARPUSDA yang notabenya tidak memiliki latar belakang
pendidikan Ilmu Perpustakaan namun memiliki gaya kepemimpinan yang
sedemikian tersebut menjadikan perpustakaan maju dan berkembang. Sampai saat
ini belum pernah ditemukan penelitian yang membahas tentang gaya
kepemimpinan situasional di perpustakaan, oleh sebab itu perlu adanya kajian
yang lebih mendalam tentang gaya kepemimpinan situasional dan makalah ini
mencoba menganalisis dan menjelaskan tentang gaya kepemimpinan situasional
kepala ARPUSDA Yogyakarta.
B. Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif (Qualitatif Descriptive) dan termasuk kategori
penelitian lapangan (field research). Penelitian kualitiatif adalah penelitian yang
4

Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, Cet. 9, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


2003) 49.
5

Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, Cet. 22, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), 317.
6
Observasi...

3

bermaksud untuk menggambarkan dan memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain-lain., secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.7 Peneliti menggunakan metode penelitian ini karena peneliti
ingin mengeksplor lebih mendalam terhadap fenomena yang terjadi di lapangan.
Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah kepala ARPUSDA
Yogyakarta. Sedangkan informan dalam penelitin ini adalah 4 staf ARPUSDA
dari unit yang berbeda. Penentuan jumlah 4 informan dalam penelitian ini

disesuaikan berdasarkan intensitas dan interaksi informan dengan kepala
perpustakaan dan keempatnya dianggap telah mewakili. Adapun keempat
informan tersebut adalah kepala unit pengembangan perpustakaan, sekretaris
kepala perpustakaan, kepala unit layanan dan PPTK (Pejabat..)
Teknik pengambilan data menggunakan wawancara, observasi langsung
dan dokumen. Sedangkan analisis data data yang dilakukan sebagai berikut:8
1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,
(Wawancara dan pengamatan yangtelah ditulis dalam catatan
lapangan).
2. Mereduksi data yag dilakukan dengan jalan abstraksi yaitu membuat
rangkuman inti, proses, dan pernyataan-pernyataan.
3. Menyusun dalam satuan-satuan kemudian dikategorikan sesuai jenis
dan kebutuhan (koding)
4. Memeriksa keabsahan data.
5. Menafsirkan data.
6. Menuliskan hasil analisis kedalam laporan.
Keabsahan data menggunakan trianggulasi yaitu teknik pengecekan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain atau dengan kata lain
membandingkan data hasil wawancara, observasi dan dokumen dengan cara
mengkroscek ulang data dan melihat kekonsistenan jawaban informan atas

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
7

Lexi J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosyada karya,
2012). Ed. Revisi, 6.
8
Lexi J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif , 247.

4

C. Kajian Teori
1. Kepemimpinan
Menurut Moeljono,

pemimpin

adalah

manusianya


sementara

kepemimpinan adalah sifat yang melekat kepadanya sebagai sebagai
pemimpin.9 Adapun dari segi bahasa kepemimpinan diartiakan sebagai perihal
pemimpin atau cara memimpin.10 Sedangkan dari segi istilah Hempil dan
Coons dalam Gary Yukl mendefinisikan kepemimpinan sebagai perilaku
individu yang mengarahkan aktivitas kelompok untuk mencapai sasaran
bersama.11 Yulk sendiri mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah proses
untuk mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang
perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses
untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan
bersama.12 Kepemimpinan juga didefinisikan sebagai kegiatan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia
baik perorangan maupun kelompok.13
Dari beberap pengertian kepemimpinan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepemimpinan merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk menyetujui dan
menyepakati sebuah inisiatif atau gagasan demi pencapaian tujuan bersama.
Kepemimpinan juga tidak akan lepas dari sebuah hubungan atau interaksi
antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpinnya. Hal ini senada dengan

pendapat Thaha yang menyatakan bahwa “kepemimpinan adalah hubungan
timbal balik antara mereka yang memilih untuk memimpin dan mereka yang
memutuskan untuk mengikuti”.14 Untuk mengetahui lebih jelas tentang

9

Djokosantoso Moeljono, Beyond leadership (Jakarta: Elek Media Komputindo, 2003),

27.
10

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), http://kbbi.web.id/pimpin. Diakses 7
November 2016
11
Gary Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi (Jakarta : Indeks, 2009), 4.
12
Gary Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi (Jakarta : Indeks, 2009), 8.
13
Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, Cet. 9, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003), 9.

14
James A. Kouzes, Barry Z. Posner, “Kredibilitas” alih bahasa: Anton Adiwiyoto
(Jakarta: Profesional Book, 1997) 33.

5

kepemimpinan perlukiranya untuk mengetahui unsur-unsur utama esensi
kepemimpinan yaitu:15
1. Unsur pemimpin atau yang mempengaruhi.
2. Unsur orang yang dipimpin sebagai pihak yangdipengaruhi.
3. Unsur interaksi atau kegiatan atau usaha dan proses mempengaruhi.
4. Unsur tujuan yang hendak dicapai dalam proses mempengaruhi.
5. Unsur perilaku atau kegiatan sebagai hasil mempengaruhi
Konsep tentang kepemimpinan sendiri telah dikenal dan berkembang
cukup lama di Indonesia. Sebuah semboyan yang bermakna filosofis tentang
kepemimpinan yang sangat terkenal karya Ki Hajar Dewantoro yaitu 16: (1) Ing
ngarso sung tulodo, yang berarti kalau pemimpin itu berada di depan, ia
memberi teladan, (2) Ing madyo mangun karso, yang berarti kalau pemimpin
itu berada di tengah, ia membangkitkan tekad dan semangat, dan (3) Tut wuri
handayani, yang berarti kalau pemimpin itu berada di belakang, ia berperanan

kekuatan pendorong dan penggerak. Dari semboyan diatas dapat dipahami
bahwa seorang pemimpin harus tahu posisi dimana dia berada dan fungsi apa
yang dapat ia lakukan untuk menjalankan kepemimpinan yang efektif.
2. Gaya kepemimpinan

Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda dalam
kepemimpinannya, gaya tersebut secara tidak langsung melekat pada sifat dan
perilaku setiap pemimpin. Gaya kepemimpinan diartikan sebagai sifat,
kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian yang membedakan seorang
pemimpin dengan orang lain.17 Wijaya Supardo mengungkapkan bahwa “Gaya
kepemimpinan adalah suatu cara dan porses kompleks dimana seseorang
mempengaruhi orang-orang lain untuk mencapai suatu misi, tugas atau suatu
sasaran dan mengarahkan organisasi dengan cara yang lebih masuk akal”. 18
Gaya kepemimpinan juga diartikan sebagai cara pemimpin dalam mengerakan
dan mengarahkan pada bawahannya untuk melakukan tindakan-tindakan yang
terarah dalam mendukung pencapaian tujuan.19
15

Sudaryono, Leadership: Teori dan Praktek kepemimpinan (Jakarta: Lentera Ilmu
Cendikia, 2012), 9.
16
Rivai, Veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003), 123
17
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003), 29
18
Wijaya Supardo,. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Cet,1 (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006), 4.
19

Toman Sony Tambunan, Pemimpi dan Kepemimpinan. (Yogyakarta; Graha Ilmu. 2015), 45

6

Dari beberapa pendapat tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan merupakan sebuah perilaku yang melekat pada diri seseorang
dalam mempengaruhi orang lain baik itu secara individual, kelompok atau
organisasi. Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin juga
tergantung pada kapasitas dari kepribadiannya, dari pengalaman yang
dimilikinya, dan dari situasi yang dihadapi. Pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang dapat mengakomodir, mempersatukan suara mayoritas tanpa
mengesampingkan minoritas dengan gaya kepemimpinan yang yang
dimilikinya sehingga tercapai tujuan bersama.
3. Gaya Kepemimpinan Situasional

Para ilmuan banyak berdebat mengenai gaya kepemimpan yang paling
efektif dengan menunjukkan berbagai macam teori-teori salah satunya adalah
gaya kepemimpinan situasional. Gaya kepemimpina situasional dapat
dikatakan sebagai gaya kepemimpinan yang ideal karena karakteristik gaya
kepemimpinan

ini

bersifat

keras

dan

tegas

namun

disisi

lain

mempertimbangkan kemampuan dan kematangan orang-orang yang dipimpin.
Setiap pemimpin berfungsi dalam setiap situasi, baik berupa situasi manusia,
fisik dan waktu, setiap terjadi perubahan situasi membutuhkan perubahan juga
dalam kemampuan memimpin seseorang.20 Oleh karena itu seorang pemimpin
harus fleksibel tidak terlalu kaku jika menghadapi berbagai masalah dan
mempunyai kemampuan yang besar dalam beradaptasi pada berbagai situasi
dilingkungan sekitarnya. Dengan demikian gaya kepemimpinan situasional
dirasa sangat cocok dan tepat untuk seorang pemimpin.
Menurut Hersey dan Blanchard dalam Safaria teori situasional berfokus
pada karakteristik kematangan bawahan sebagai kuci pokok situasi yang
menentukan keefektifan perilaku seorang pemimpin.21 Kematangan (maturity)
dalam kepemimpinan situasional dapat dirumuskan sebagai suatu kemampuan
dan kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan
perilakunya sendiri.22

20

Riduan R. Amin, Manajemen Peralatan Berat untuk Jalan. (Yogyakarta; Graha Ilmu. 2015). 9

21

Safira, Triantoro, Kepemimpinan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 70.
Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, Cet. 22, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), 322.
22

7

Hersey

dan

Blanchard

bahwa gaya kepemimpinan

dalam

situasional

Thoha

juga

didasarkan

menjelaskan
pada

saling

berhubungannya hal-hal berikut ini:23
1. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan
2. Jumlah dukungan sosio-emosional yang diberikan oleh pemimpin
3. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan
dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu
Gaya kepemimpinan situasional termasuk type gaya kepemimpinan baru
dengan menggabungkan 4 (empat) gaya kepemimpinan yang diadopsi dan
disesuaikan dengan empat karakteristik kesiapan dan kematangan bawahan,
keempat gaya tersebut masing-masing adalah telling style, selling style,
participating style, dan delegating style.

Gambar 1: Model Kepemimpinan Situasional dari Hersey dan Blanchard 24.

23

Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, Cet. 22, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), 317.
24
www?

8

“S” pada table adalah singkatan dari Style, dan “R” pada table
merupakan singkatan dari Readiness. Gambar table ini dibaca mulai dari
bagian kanan terlebih dahulu, dimana keadaan dalam organisasi seperti R1,
akan efektif apabila gaya kepemimpinan yang digunakan adalah dengan gaya
S1 pada table, begitu juga seterusnya. Kurva pada gambar juga menunjukan
tinggi rendahnya hubungan kerja antara leader dan juga follower, dimana letak
S dibawah menunjukan rendahnya hubungan dan apabila S diatas menunjukan
tingginya hubungan kerja antara atasan dengan bawahan.
Adapun penjelasan empat gaya kepemimpinan situasional yang penting
di diatas adalah, yaitu:25
1. Gaya S1: memberi tahu (telling). Gaya ini ditandai dengan komunikasi
satu arah, bersifat instruksi-instruksi yang mengarahkan bawahan secara
ketat di dalam menyelesaikan tugas tugasnya. Pada gaya S1 ini pemimpin
lebih

banyak

memberitahukan,

membimbing,

mengarahkan,

dan

menentukan peranan bawahan. Gaya ini sangat sesuai ketika kesiapan dan
kematangan anak buah rendah (R1) yang ditandai dengan keterampilan
dan keahlian yang rendah serta kurangnya motivasi dalam bekerja.
2. Gaya S2: mempromosikan (selling). Gaya ini ditandai dengan komunikasi
dua-arah dari pemimpin, walaupun masih memberikan pengarahan tetapi
pemimpin meminta masukan dari bawahan sebelum membuat keputusan.
Pemimpin juga memberikan dukungan sosio-emosional agar bawahan
turut bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Gaya ini sangat sesuai
dengan kesiapan dan kematangan bawahan yang dalam kategori sedang
(R2) yang ditandai dengan kemampuan serta keahlian yang rendah, tetapi
memiliki motivasi yang kuat.
3. Gaya S3: Berpatisipasi (participating). Gaya ini ditandai dengan kerjasama
antara pemimpin dan bawahan dalam pengambilan keputusan, melalui
komunikasi dua arah, dan memberikan kemudahan akses informasi
penting. Pemimpin selalu melibatkan bawahan untuk berpatisipasi di
dalam setiap aktivitas kerja. Dengan memberikan kesempatan partisipasi
luas kepada bawahan, maka motivasi bawahan akan semakin berkembang
dengan baik. Gaya ini sangan sesuai dengan kesiapan anak yang masuk
dalam kategori sedang (R3), yang ditandai dengan kemampuan dan
25

Safira, Triantoro, Kepemimpinan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 70.

9

keahlian tinggi yang dimiliki bawahan, tetapi kurang mempunyai motivasi
untuk mengaktualkan kemampuannya tersebut.
4. Gaya S4: Mendelegasikan (delegating). Gaya ini ditandai dengan
kebebasan dan pendelegasian tugas serta wewenang yang luas kepada
bawahan.

Pemimpin

hanya

memberikan

sedikit

pengarahan

dan

pengawasan, karena kemampuan dan keahlian bawahan yang sangat tinggi
dalam menyelesaikan tugasnya dengan efektif dan efisien. Gaya
mendelegasikan ini sangat sesuai dengan keadaan bawahan yang masuk di
dalam kategori kesiapan tinggi (R4), yang ditandai dengan kemampuan
dan keahlian yang tinggi dari bawahan, serta adanya motivasi yang tinggi
dalam menyelesaikan tugasnya. Pendelegasian tugas ini akan membuat
bawahan semakin berkembang dan diberdayakan sehingga keahlian yang
tinggi dan motivasi yang tinggi menjadi syarat utama bagi bawahan
sebelum mereka menerima pendelegasian tugas.
Keempat gaya gaya dasar kepemimpinan situasional yang dikemukakan
Hersey dan Blanchard tersebut juga telah diadopsi oleh Thaha sebagaimana
berikut:26

Sumber : Miftah Thoha, (2012:319)

Gaya 1 (G1), seorang pemimpin menunjukan perilaku yang banyak
memberikan pengarahan dan sedikit dukungan. Pemimpin ini memberikanintruksi
26

Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, Cet. 22, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), 318-319.

10

yang spesifiktentang peranan dan tujuan bagi pengikutnya, dan secara ketat
mengawasi pelaksanaan tugas mereka. Gaya 2 (G2), pemimpin menunjukan
perilaku yang banyak mengarahkan dan banyak memberikan dukungan.
Pemimpin tipe ini menjelaskan keputusan dan kebijaksanaan yang ia ambil dan
mau menerima pendapat pengikutnya, namun masih memberikan pengawasan
yang ketat. Gaya 3 (G3), perilaku pemimpin menekankan pada banyak
memberikan dukungan dan sedikit pengarahan. Dalam gaya ini pemimpin
menyusun keputusan bersama-sama, saling tukar menukar ide dalam pemecahan
masalah dengan komunikasi yang semakin ditingkatkan dan pemimpin selalu
memendukung usaha-usaha bawahannya. Gaya 4 (G4), perilaku pemimpin yang
memberikan sedikit dukungan dan sedikit pengarahan. Pemimpin dengan gaya ini
mendelegasikan keputusan-keputusan dan tanggung jawab pelaksana kepada
bawahannya. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan
meyakini setiap kemampuannya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, menunjukan bahwa penggabungan
empat gaya dasar kepemimpinan merupakan hal menarik dan penting untuk
dipahami dan dipertimbangkan oleh setiap pemimpin dalam kaitanya dengan gaya
kepemimpinan. Pemimpin tidak harus selalu memerintah dan mengontrol
melainkan juga memberikan kepercayaan langsung kepada bawahannya dan
memberikan kesempatan kepada bawahanya untuk terus mengembangkan potensi
dirinya dalam bekerja. Pemimpin juga perlu mengarahkan, mendukung dan
memotivasi bawahannya sehingga terjadi suatu hubungan kerja yang baik dalam
sebuah organisasi.
D. Analisis dan Pembahasan

11

Kepemimpinan menekankan bagaimana pemimipin mencerminkan kehendak
mayoritas, Seseorang menjadi pemimpin karena meraka didukung oleh
kelompok, organisai atau masyarakat yang dipimpinnya. 27
Seorang pemimpi harus mempunyai kualitas kepemimpinan yang berbasiskan
universal seorang pemimpin, mempunyai perilaku pemimpin tatkala berada
dalam kelompok kerja, menggunakan format kekuasaan-pengaruh dalam
melaksanakan tugas kepemimpinannya, dan selaku menekankan perlunya
konteks ruang dan waktu dimana kepemimpinan dilaksanakan.28
Kepemimpinan bukanlah kekuasaan melainkan sebuah tugas, tanggung jawab,
dan pengorbanan.29
E. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan makalah ini adalah …

27

Ronald H.Humphrey, Effective Leadership, (USA: Library of congress Catalogi-in
Publication Data, 2014), 6.
28
Djokosantoso Moeljono, Beyond leadership (Jakarta: Elek Media Komputindo, 2003),
28.
29
Djokosantoso Moeljono, Beyond leadership (Jakarta: Elek Media Komputindo, 2003),
43.

12

DAFTAR PUSTAKA
Thoha. 2010. Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

13