Model Struktur Ruang Growth Pole Theory
MODEL STRUKTUR RUANG : GROWTH POLE
(STUDI KASUS: TEMBALANG)
Diajukan Dalam Memenuhi Tugas Ekonomi Regional
Dosen Pengampu :
Drs. R. Mulyo Hendarto, MSP.
Dr. Dwisetia Poerwono, MSc.
Disusun oleh:
Shelby Devianty Widodo
12020112120015
Zaka Nur Fakhruddin
12020112130032
Silfia Nurul F
12020112130072
Clara Palupi
12020112130100
Muhammad Fakhruddin
12020112130047
Anicha Dien Raras
12020112140052
Astianti Ramadian
12020112140053
Mahardea Puspa Senja
12020112140105
Yuke Firdausi
12020112130090
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
KOTA SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan suatu wilayah merupakan hal yang penting sebagai penunjang
berbagai kegiatan perekonomian di suatu daerah. Munculnya pusat-pusat pertumbuhan
baru di suatu daerah tentu akan mempercepat pertumbuhan kawasan-kawasan di
sekitarnya. Pusat pertumbuhan merupakan kawasan yang mengalami perkembangan
yang pesat dalam hal perekonomian maupun kegiatan yang lain sehingga dapat menjadi
pusat pembangunan di daerah tersebut.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2011) daerah Semarang atas menjadi pusat
aktivitas dan pertumbuhan baru di Kota Semarang, dengan dukungan infrastruktur jalan
dan aksessibilitas yang terjangkau. Fasilitas perdagangan dan perumahan baru juga
banyak bermunculan di daerah Semarang atas, seperti Carefour, KFC, Perumahan
Banyumanik, Perumahan Pucang Gading, dan fasilitas pendidikan baik negeri maupun
swasta, seperti Universitas Diponegoro, Polines, potekkes. Cepatnya pertumbuhan di
daerah ini dikarenakan kondisi lahan di Semarang bawah yang tidak mendukung untuk
diadakannya pembangunan.
Adanya Universitas di suatu daerah mengakibatkan berkembangnya kawasan
disekitar kampus. Konsep kampus sebagai pusat pertumbuhan merupakan implementasi
geografis dari konsep kutub pertumbuhan (growth pole) yang dipakai untuk memacu
pertumbuhan perkembangan daerah terbelakang melalui pemusatan investasi daam
suatu kutub-kutub tertentu, sehingga terjadi keuntungan ekonomi atau aglomerasi pada
daerah-daerah yang dipengaruhinya (Richardson, 1976).
Di daerah Semarang atas terdapat beberapa Universitas, Universitas Diponegoro
(Undip) merupakan salah satu Universitas yang cukup berpengaruh terhadap
pertumbuhan di kawasan sekitarnya. Setelah perpindahan yang dilakukan oleh Undip
pada tahun 2010 lalu ke daerah Semarang atas, tepatnya Kecamatan Tembalang.
Adanya puluhan ribu mahasiswa pendatang di daerah Semarang atas ini membuat para
penduduk sekitar membuat berbagai macam fasilitas untuk memenuhi kebutuhan para
mahasiswa, diantaranya dibangunnya kos-kosan maupun kontrakan, banyaknya restoran
dan rumah makan, serta fasilitas-fasilitas lainnya.
Sehubungan dengan hal di atas, penelitian ini berusaha memaparkan teori
Growth pole (kutub pertumbuhan) dan mengaplikasikannya dalam studi kasus
Kecamatan Tembalang. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Model Struktur Ruang : Growth Pole (Studi Kasus:
Tembalang).”
1.2 Rumusan Masalah
Pindahnya kampus Universitas Diponegoro ke Kecamatan Tembalang membentuk
suatu pusat pertumbuhan yang baru di Kota Semarang. Selain menjadi pusat
pertumbuhan baru di Kota Semarang, hal ini juga berdampak bagi para penduduk
sekitar di Kecamatan Tembalang. Sejalan dengan latar belakang yang telah diuraikan
sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kawasan Tembalang telah memenuhi ciri-ciri sebagai pusat pertumbuhan?
2. Bagaimana kondisi kawasan Tembalang saat ini?
3. Bagaimana dampak dan kondisi kawasan sekitar Kecamatan Tembalang setelah
pindahnya Universitas Dipoegoro ke Tembalang?
1.3 Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, antara lain:
1. Mengetahui kawasan Tembalang sebagai pusat pertumbuhan baru.
2. Mengetahui kondisi terkini kawasan Tembalang.
3. Mengetahui dampak dan kondisi kawasan sekitar Kecamatan Tembalang setelah
pindahnya Universitas Diponegoro.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan informasi
bagi masyarakat maupun mahasiswa.
2. Bagi Penulis maupun akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam menulis dan
digunakan sebagai bahan acuan unuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi bagi
masyarakat yang ingin membuka usaha-usaha dalam menunjang kegiatan
perekonomian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole)
Perkembangan modern dari teori titik pertumbuhan terutama berasal dari
karya ahli-ahli teori ekonomi regional Perancis yang dipelopori oleh François
Perroux. Perroux (1955) telah mengembangkan konsep kutub pertumbuhan ( pole de
croissance/ pole de development/ growth pole). Menurut pendapatnya, petumbuhan
ataupun pembangunan tidak dilakukan di seluruh tata ruang, tetapi terbatas pada
beberapa tempat atau lokasi tertentu. Tata ruang diidentifikasikannya sebagai arena
atau medan kekuatan yang didalamnya terdapat kutub-kutub atau pusat-pusat. Setiap
kutub mempunyai kekuatan pancaran pengembangan ke luar dan kekuatan tarikan
ke dalam.
Teori tersebut menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi dan khususnya
mengenai perusahaan - perusahaan dan industry - industri serta saling
ketergantungannya, dan bukan mengenai pola geografis dan pergeseran industri baik
secara intra maupun secara inter, pada dasarnya konsep kutub pertumbuhan
mempunyai pengertian tata ruang ekonomi secara abstrak.
Teori Growth Pole dapat pula diartikan secara fungsional dan secara geografis
(Tarigan ; 2005) :
Secara Fungsional
Suatu lokasi pemusatan kelompok usaha atau cabang industri yang hubungannya
bersifat memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu mestimulasi
kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar (daerah belakangnya).
Secara Geografis
Suatu lokasi yang memiliki tingkat aksesibilitas tinggi sehingga menjadi pusat
daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan banyak usaha tertarik untuk
berlokasi didaerah tersebut dan masyarakat senang datang memanfaatkan
fasilitas yang ada.
Beberapa pakar telah mendefinisikan tentang pusat petumbuhan, dimana
MCCrone (1969) dalam Gore (1985) menjelaskan bahwa suatu pusat pertumbuhan
terdiri dari suatu kompleks industri yang saling berkaitan dan mendapat keunggulan
ekonomi dari keuntungan lokasi (locational proximity). Lain halnya dengan Nichols
(1969) dalam Gore (1985) mengemukakan suatu pusat pertumbuhan adalah suatu pusat
kegiatan
ekonomi
di
perkotaan
yang
mengalami
pertumbuhan
secara self
sustaining, dan sampai suatu titik pertumbuhan itu didorong ke luar daerah pusat
terutama ke daerah-daerah yang kurang berkembang.
Sedangkan Parr (1973) dalam Gore (1985), suatu pusat pengembangan
menyajikan suatu pusat perkotaan dengan ukuran populasi yang terdefinisikan meliputi
salah satu karakteristik pertumbuhan, dmana: (a) pertumbuhan penduduk (kesempatan
kerja) pada tingkat yang lebih besar dari rata-rata ukuran regional, dan (b) pertumbuhan
absolut penduduk (kesempatan kerja) yang lebih besar daripada pertumbuhan regional.
Lasuen (1974) dalam Gore (1985) mendefinisikan pusat pengembangan adalah
sekelompok industri yang besar yg mempunyai keterkaitan yg kuat melalui hubungan
input-output antara leading industri di sekitarnya yang secara geografi membentuk
kluster. Leading industri mendorong ke seluruh kelompok, menginovasi, dan tumbuh
pada tempat yang lebih cepat daripada industri-industri eksternal ke pusat.
Lebih spesifik lagi Boudeville dalam Gore (1985) mendefinisikan kutub
pertumbuhan regional sebagai sekelompok industri yang mengalami ekspansi yang
berlokasi di suatu daerah perkotaan dan mendorong perkembangan kegiatan ekonomi
lebih lanjut keseluruh daerah pengaruhnya. Konsep-konsep yang dikemukakan di dalam
teori pusat pertumbuhan antara lain:
Konsep leading industries
Menyatakan bahwa di pusat kutub pertumbuhan terdapat perusahaan-perusahaan
besar yang bersifat propulsif yaitu perusahaan yang relatif besar, menimbulkan
dorongan dorongan pertumbuhan nyata terhadap lingkungannya, mempunyai
kemampuan inovasi tinggi, dan termasuk ke dalam industri-industri yang cepat
berkembang. Dalam konsep ini leading industries yaitu: pertama relatif baru,
dinamis, dan mempunyai tingkat teknologi maju yang mendorong iklim
pertumbuhan kondusif ke dalam suatu daerah permintaan terhadap produknya
mempunyai elastisitas pendapatan yang tinggi dan biasanya dijual ke pasar-pasar
nasional. Kedua mempunyai kaitan-kaitan antara industri yang kuat dengan
sektor-sektor
lainnya
sehingga
terbentuk forward
linkages dan backward
linkages.
Konsep polarisasi.
Konsep ini mengemukakan bahwa pertumbuhanleading industries yang sangat
cepat (propulsive growth) akan mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi
lainnya ke kutub pertumbuhan.
Konsep spread effect
Konsep ini mengemukakan bahwa pada suatu waktu kualitas propulsif dinamis
dari kutub pertumbuhan akan memencar dan memasuki ruang-ruang di
sekitarnya (Spread effect atautrickling down effect). Dengan kata lain bersifat
mendorong wilayah belakangnya, yang berarti antara kota dan wilayah
belakangnya terdapat hubungan yang harmonis. Kota membutuhkan bahan baku
dari wilayah belakangnya dan menyediakan berbagai kebutuhan wilayah
belakangnya untuk dapat mengembangkan diri. Apabila terdapat hubungan yang
harmonis dengan wilayah belakangnya, maka otomatis kota itu akan berfungsi
untuk mendorong wilayah belakangnya. Jadi agar sesuatu konsentrasi kegiatan
ekonomi dapat dianggap pusat pertumbuhan, apabila konsentrasi itu dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi baik ke dalam (diantara berbagai sektor
didalam kota) maupun ke luar (ke wilayah belakangnya).
Menurut (Tarigan, 2005) suatu kota dikatakan sebagai pusat pertumbuhan harus
mempunyai 4 ciri yaitu:
1. Adanya hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang
memiliki nilai ekonomi
Adanya hubungan intern dari berbagai macam kegiatan hubungan internal
sangat menentukan dinamika sebuah kota. Ada keterkaitan antara satu sektor
dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor yang tumbuh akan
mendorong pertumbuhan sektor lainnya, karena saling terkait. Dengan
demikian kehidupan kota menciptakan sinergi untuk saling mendukung
terciptanya pertumbuhan.
2. Adanya unsur pengganda (multiplier effect)
Adanya unsur pengganda (multiplier effect) keberadaan sektor-sektor yang
saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek pengganda.
Maknanya bila ada permintaan satu sektor dari luar wilayah, peningkatan
produksi sektor tersebut akan berpengaruh pada peningkatan sektor lain.
Peningkatan ini akan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga
total kenaikan produksi dapat beberapa kali lipat dibandingkan dengan
kenaikan permintaan di luar untuk sektor tersebut. Unsur efek pengganda
memiliki peran yang signifikan terhadap pertumbuhan kota belakangnya.
Hal ini terjadi karena peningkatan berbagai sektor di kota pusat pertumbuhan
akan membutuhkan berbagai pasokan baik tenaga kerja maupun bahan baku
dari kota belakangnya.
3. Adanya konsentrasi geografis
Adanya konsentrasi geografis konsentrasi geografis dari berbagai sektor atau
fasilitas, selain bisa menciptakan efisiensi di antara sektor-sektor yang saling
membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik (attraciveness) dari kota
tersebut. Orang yang datang ke kota tersebut bisa mendapatkan berbagai
kebutuhan pada lokasi yang berdekatan. Jadi kebutuhan dapat diperoleh
dengan lebih hemat waktu, biaya, dan tenaga. Hal ini membuat kota tersebut
menarik untuk dikunjungi dan karena volume transaksi yang makin
meningkat akan menciptakan economic of scale sehingga tercipta efisiensi
lebih lanjut.
4. Bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya
Bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya sepanjang terdapat
hubungan yang harmonis di antara kota sebagai pusat pertumbuhan dengan
kota belakangnya maka pertumbuhan kota pusat akan mendorong
pertumbuhan kota belakangnya. Kota membutuhkan bahan baku dari
wilayah belakangnya dan menyediakan berbagai fasilitas atau kebutuhan
wilayah belakangnya untuk dapat mengembangkan diri.
Pusat-pusat yang pada umumnya merupakan kota–kota besar tidak hanya
berkembang sangat pesat, akan tetapi mereka bertindak sebagai pompa-pompa
pengisap dan memiliki daya penarik yang kuat bagi wilayah-wilayah
belakangnya yang relatif statis. Wilayah-wilayah pinggiran di sekitar pusat
secara berangsurangsur berkembang menjadi masyarakat dinamis. Terdapat arus
penduduk, modal, dan sumberdaya ke luar wilayah belakang yang dimanfaatkan
untuk menunjang perkembangan pusat-pusat dimana pertumbuhan ekonominya
sangat cepat dan bersifat kumulatif. Sebagai akibatnya, perbedaan pendapatan
antara pusat dan wilayah pinggiran cenderung lebih besar (Rahardjo Adisasmito,
2005).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Penulisan paper ini merupakan studi empiris mengenai teori Growth Pole atau kutub
pertumbuhan. Daerah penelitian dalam penulisan paper ini adalah kampus
Universitas Diponegoro Tembalang, Semarang.
3.1 Jenis dan Sumber Data
3.1.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan paper ini menggunakan data
sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang
diperoleh dari literatur-literatur yang relevan seperti paper, text-book, surat
kabar dan karya ilmiah lain. Sedangkan data primer diperoleh dari wawancara
langsung.
3.1.2 Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi-instansi
terkait, yaitu dari Kantor Kelurahan Tembalang.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam suatu penelitian ilmiah dimaksudkan untuk bahan
atau data yang relevan, akurat reliable yang hendak kita teliti. Oleh karena itu perlu
diguunakan metode pengumpulan data yang baik dan cocok. Dalam penelitian ini
digunakan metode pengumpulan data berupa:
3.2.1 Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini didapatkan dari publikasi
yang dilakukan oleh instansi tertentu yaitu Kantor Kelurahan Tembalang.
3.2.2 Wawancara
Metode ini dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepada
masyarakat sekitar Kecamatan Tembalang.
.
3.3 Metode Analisis
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Tembalang
4.1.1. Letak dan Geografis Tembalang
Gambar 4.1
Peta Tembalang
Kecamatan Tembalang terletak di kota semarang. Luas wilayah tembalang sebesar
4.177,62km2. Kecamatan tembalang memiliki 12 kelurahan yaitu: Rowosari, Meteseh,
Kramas, Tembalang, Bulusan, Mangunharjo, Sendangmulyo, Sambiroto, Jangli,
Tandang, kedungmundu dan Sendangguwo.
4.2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dalam paper ini adalah wilayah Kecamatan Tembalang
serta sekitar kampus Undip Tembalang.
4.3. Kawasan Tembalang Sebagai Pusat Pertumbuhan
4.3.1. Leading Industries
Tembalang dijadikan sebagai pusat pertumbuhan baru karena setelah adanya
perpindahan kampus Universitas Diponegoro dari Peleburan. Secara geografis,
kawasan Tembalang bukan
kawasan yang strategis, namun karena adanya
Universitas Diponegoro diharapkan mampu menjadi pusat daya tarik ( pole of
attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi
disini. Perpindahan kampus Undip dilakukan agar suasana pembelajaran menjadi
lebih efektif karena daerah Tembalang merupakan daerah perbukitan yaitu sekitar
270 mdpL dengan suhu udara 25-34C.
Pada tahun 2010 Universitas Diponegoro memutuskan untuk memindahkan
lokasi belajar mengajar untuk jenjang S1 dan D3 di daerah Tembalang yang dimana
sebelumnya berada di daerah Peleburan. Perpindahan kampus Undip pun tidak
secara langsung diikuti oleh seluruh fakultas. Pada awal Sepetember 2010,
Sedikitnya ada empat fakultas yang sebelumnya menempati kampus bawah
(Peleburan), kini mulai pindah ke Tembalang. Antara lain Fakultas Ekonomika dan
Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip), Fakultas Hukum (FH),
Fakultas Ilmu Budaya (FIB), dan Fakultas Kedokteran (FK). Sebelumnya, Kampus
Tembalang sudah memiliki beberapa fakultas yang sejak awal dibangun menempati
kawasan tersebut. Di antaranya Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas
Peternakan, Fakultas Teknik, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK),
Psikologi serta Keperawatan. Pada tahun 2014, seluruh fakultas S1 yang berada di
kampus Peleburan sudah memindahkan kampusnya ke daerah Tembalang.
Sebelum adanya Undip di Tembalang, daerah ini sangatlah sepi .Jalanjalannya pun masih tidak beraspal, angkutan umum sudah tidak ada lagi setelah jam
6 sore, masih terdapat banyak lahan kosong yang digunakan sebagai penyerapan air
atau sekedar penghijauan, namun dengan kepindahan Undip Pleburan ke
Tembalang, otomatis telah membangkitkan ekonomi masyarakat di Tembalang
dengan berdirinya kos-kosan, usaha laundry, dan warung makan.
Letak kawasan kampus Undip yang dibuat secara ekslusif membuat banyak
warga semarang yang berbondong-bondong untuk membuka usaha di wilayah
Tembalang. Menurut data tahun 2013 Jumlah warga Tembalang hanya 5.386, tetapi
yang tinggal di Tembalang baik itu kost maupun mengontrak ada sekitar 15 ribu
orang. Jumlah kos-kosan ada 500-an lebih. Luas lahan Tembalang yang digunakan
untuk kampus Undip mencapai 186 hektare dan sesuai PP nomor 50 tahun 1990,
luas Tembalang sekarang ini tinggal 270 hektare.
Tembalang dapat dikatakan sebagai Kawasan industry baru karena telah
memiliki ciri-ciri sebagai wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan, antara lain:
A. Adanya Konsentrasi Geografis
Secara geografis, letak kawasan Tembalang dengan kawasan lainnya seperti
Banyumanik, Ngesrep, dan Meteseh cukup berdekatan. Adanya konsentrasi
geografis tersebut selain menyebabkan efisiensi di antara sektor-sektor yang saling
membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik terhadap wilayah tersebut.
Masyarakat setempat maupun para pendatang bisa mendapatkan berbagai
kebutuhan pada lokasi yang berdekatan seperti perumahan, restoran, toserba,
penginapan.
B. Adanya Efek Pengganda (Multiplier Effect)
Keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan
menciptakan efek pengganda. Apabila ada satu sektor memiliki permintaan ke
sektor lain yang berada di luar wilayah, produksi akan meningkat karena ada
keterkaitan membuat produksi sektor lain
juga meningkat dan akan terjadi
beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga kenaikan total produksi bisa
beberapa kali lipat. Sebagai contoh, karena banyak kendaraan bermotor
menyebabkan banyak berdirinya bengkel kendaraan bermotor, pom bensin, dan
jasa cuci motor di kawasan Tembalang.
C. Bersifat Mendorong Daerah Belakangnya
Kawasan pertumbuhan baru akan mendorong pertumbuhan daerah
belakangnya sepanjang terdapat hubungan yang harmonis di antara kawasan
pertumbuhan baru dengan daerah belakangnya. Pusat pertumbuhan baru tidak
hanya berkembang sangat pesat, akan tetapi mereka bertindak sebagai pompapompa penghisap dan memiliki daya penarik yang kuat bagi wilayah-wilayah
belakangnya yang relative statis. Selain itu, akan muncul usaha-usaha baru seperti
restoran, kontrakan dan lain sebagainya.
Kawasan industri baru yang terjadi di Tembalang karena pindahnya
Universitas Diponegoro, menjadikan daerah-daerah disekitar Tembalang seperti
Banyumanik, Meteseh, Kramas, dan Candi menjadi lebih maju dibanding sebelum
pindahnya Universitas Diponegoro. Kawasan lain di sekitar Tembalang tersebut
membangun industri-industri baru terkait dengan kebutuhan para mahasiswa
Universitas Diponegoro tersebut seperti munculnya perumahan, kost-an, toserba,
penginapan.
D. Adanya Hubungan Internal dari Berbagai Macam Kegiatan yang Memiliki
Nilai Ekonomi
Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan, hubungan
internal sangat menentukan dinamika sebuah kota. Ada keterkaitan antara satu
sektor dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor yang tumbuh akan
mendorong pertumbuhan sektor lainnya, karena saling terkait. Dengan demikian
kehidupan kota menciptakan sinergi untuk saling mendukung terciptanya
ertumbuhan.
Sebagai contoh, Sektor pendidikan di kawasan Tembalang ini semakin
berkembang, selain Universitas Diponegoro juga terdapat beberapa perguruan
tinggi lainnya seperti Polines dan Poltekes. Semakin berkembangnya sektor
pendidikan di kawasan Tembalang ini juga mendorong sektor perekonomiannya.
Berkembangnya sektor perekonomian di kawasan Tembalang ini ditandai dengan
munculnya banyak kos-kosan maupun pusat-pusat pertokoan yang dapat
meningkatkan sektor perekonomian di Tembalang.
4.3.2. Kondisi Tembalang Terkini (Efek Polarisai)
Konsep polarisasi mengemukakan bahwa pertumbuhan leading industries yang
sangat cepat (propulsive growth), akan mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi
lainnya ke kutub pertumbuhan.
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, banyak perubahan yang terjadi antara
sebelum dan sesudah adanya pembangunan kampus Universitas Diponegoro, khususnya
pada lapangan usaha yang ada di wilayah Tembalang. Berikut ini akan disajikan tabel
perbandingan sebelum dan sesudah adanya kampus Universitas Diponegoro.
No.
1
Lapangan Usaha
Dimensi
Jasa Fotocopy
Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
Kisaran pendapatan per bulan
2 Jasa Laundry
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
3 Jasa Tranportasi
Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
4 Pedagang Kaki Lima
Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
5 Toko buku
Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
6 Toko klontong
Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
7 Kios
Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
8 Tempat Makan Skala Usaha Besar
Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
9 Tempat Makan Skala Usaha Kecil & Menengah Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
10 Jasa Tukang Parkir
Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
Kisaran pendapatan per bulan
11 Rumah Kost
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
Sebelum
Rp 14,850,000
Rp 790,000
Tetap
Rp 1,200,000
(tidak ada)
Tetap
Rp 200,000,000
Rp 1,000,000
Tetap
Rp 60,000,000
Rp
500,000
Tetap
Rp 60,000,000
Rp
750,000
Tetap
Sesudah
Rp 37,900,000
Rp 1,200,000
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 18,000,000
Rp 1,000,000
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 1,500,000
(tidak ada)
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 4,000,000
Rp 900,000
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 270,000
Rp 1,500,000
Memungkinkan untuk bertambah
Rp300,000,000
Rp
800,000
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 90,000,000
Rp
950,000
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 60,000,000
Rp
900,000
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 43,800,000
Rp
850,000
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 2,250,000
(tidak ada)
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 8,000,000
Rp 1,000,000
Memungkinkan untuk bertambah
Keberadaan Undip di Tembalang memiliki berbagai dampak. Dampak positif
yang ditimbulkan yaitu suasana di Tembalang menjadi lebih hidup dan ramai,
tumbuhnya lapangan usaha baru dan semakin berkembangnya lapangan usaha yang
sudah ada. Hal ini terbukti dari survey
40 responden terhadap jasa fotocopy,
laundry, transportasi, pedagang kaki lima, toko dan kios, tempat makan, jasa tukang
parkir, dan rumah kost. Keberadaan Undip di Tembalang meningkatkan omzet
penjualan bagi usaha fotocopy, transportasi, toko dan kios, jasa tukang parkir, dan
rumah kost. Selain itu, juga menumbuhkan lapangan usaha baru di bidang laundry,
jasa transportasi rental mobil, pedagang kaki lima, dan berbagai tempat makan.
Adanya Undip di Tembalang juga menyerap tenaga kerja di berbagai lapangan
usaha dan meningkatkan gaji karyawan. Sedangkan dampak lain yang ditimbulkan
akibat tumbuhnya berbagai lapangan usaha adalah semakin ketatnya persaingan
usaha.
4.3.3. Dampak Dan Kondisi Kawasan Sekitar Kecamatan Tembalang Setelah
Pindahnya Universitas Dipoegoro Ke Tembalang
Pindahnya kampus Universitas Diponegoro dari Peleburan ke Tembalang
selain memberikan dampak pada Kelurahan Tembalang, dimana kampus Universitas
Diponegoro berdiri, juga memberikan dampak pada daerah sekitarnya yaitu
Banyumanik, Meteseh, Kramas, dan Candi. Hal ini menunjukkan bahwa pindahnya
kampus Universitas Diponegoro menimbulkan konsep spread effect. Konsep ini
mengemukakan bahwa pada suatu waktu kualitas propulsif dinamis dari kutub
pertumbuhan akan memencar dan memasuki ruang-ruang di sekitarnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan di Kelurahan Meteseh,
dengan menggunakan sampel acak yang kami dapatkan untuk kategori perumahan
hasilnya menunjukan bahwa faktor yang menyebabkan dibangunnya perumahan
tersebut karena Undip berpindah ke Tembalang. Hasil yang kami dapatkan dari
perumahan yang berada di Kecamatan Banyumanik, menjelaskan bahwa tidak ada
faktor dari pindahnya Undip ke Tembalang dengan pembangunan perumahan
tersebut. Akan tetapi, meskipun tidak adanya faktor tersebut, beberapa orang tua
mahasiswa di Undip membeli rumah di kawasan tersebut untuk anak mereka. Selain
itu, di Kecamatan Candi juga berdiri hotel. Pendirian hotel tersebut juga merupakan
salah satu spread effect dari perpindahan kampus Universitas Diponegoro ke
Tembalang karena banyak orang tua dari mahasiswa Universitas Diponegoro yang
membutuhkan penginapan ketika mengunjungi anaknya sehingga mendorong
pengusaha untuk mendirikan hotel di daerah sekitar Tembalang tersebut.
Bukan hanya perumahan dan hotel, hasil analisis yang kami lakukan pada
KFC, Carrefour, dan Pizza Hut yang berada pada Kecamatan Banyumanik yang
berdiri sekitar tahun 2011 menyatakan bahwa ada pengaruh kepindahan Undip ke
Tembalang dengan dibukannya KFC, Carrefour dan Pizza Hut tersebut. Melihat
jumlah mahasiswa Universitas Diponegoro yang cukup banyak mendorong
berdirinya KFC, Pizza Hut dan Carrefour untuk mencukupi kebutuhan mahasiswa.
Hal ini juga membuktikan adanya konsep spread effect dari munculnya kawasan
industry baru akibat pindahnya kampus Universitas Diponegoro.
Konsep spread effect lain setelah pindahnya kampus Universitas Diponegoro
di Tembalang menjadikan daerah-daerah lain di sekitar Tembalang menjadi lebih
maju dibanding dengan sebelum pindahnya kampus Universitas Diponegoro.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa di Kelurahan
Meteseh mendapatkan dampak positif dari pindahnya kampus Universitas
Diponegoro tersebut. Sebelumnya, pada tahun 2006 kawasan Meteseh masih sangat
sepi, jalanan yang ada di daerah tersebut masih banyak yang rusak, masih minim
penerangan jalan dan SPBU yang berada di Kelurahan tersebut masih sangat sepi
tetapi ketika Universitas Diponegoro berpindah ke Tembalang kawasan Meteseh
menjadi lebih ramai. Jalan sudah banyak yang diperbaiki sehingga sekarang jalanan
sudah lebih baik jika dibanding dulu, penerangan jalan juga sudah mulai banyak,
SPBU juga lebih ramai dibandingkan dulu mengingat banyak mahasiswa
Universitas Diponegoro yang sering melewati daerah tersebut sehingga perbaikan
terus dilaksanakan. Disamping itu, para pengusaha juga sudah mulai melirik
kawasan Meteseh tersebut untuk membangun perumahan-perumahan baru.
Jadi, pindahnya kampus Universitas Diponegoro dari Peleburan ke
Tembalang tidak hanya memberikan dampak positif berupa munculnya kawasan
industry baru disekitar Tembalang tersebut tetapi juga memberikan dampak positif
terhadap kawasan-kawasan lain disekitar Tembalang. Berdirinya Universitas
Diponegoro di Tembalang mengakibatkan kawasan lain di sekitar Tembalang untuk
membangun industry-industri baru terkait dengan kebutuhan para mahasiswa
Universitas Diponegoro tersebut. Kondisi seperti inilah yang dimaksud dengan
konsep spread effect dari pindahnya kampus Universitas Diponegoro ke Tembalang.
BAB V
PENUTUP
5.1
Simpulan
Kawasan Tembalang melalui pembangunan dan perkembangannya yang cukup
pesat dapat menjadikan Tembalang sebagai pusat pertumbuhan baru di Kota Semarang.
Setelah pindahnya Universitas Diponegoro ke kawasan Tembalang berdampak pada
perkembangan berbagai sektor yang ada di Tembalang. Kawasan Tembalang ini juga
telah memiliki ciri-ciri sebagai pusat pertumbuhan, antara lain:
a. Adanya Konsentrasi Geografis
b. Adanya Hubungan Internal dari Berbagai Macam Kegiatan yang Memiliki Nilai
Ekonomi
c. Ada Efek Pengganda (Multiplier Effect)
d. Bersifat Mendorong Daerah Belakangnya
Daerah-daerah yang diharapkan terkena dampak pertumbuhan di wilayah kawasan
Tembalang ini meliputi daerah-daerah di sekelilingnya, yaitu: Meteseh, Banyumanik,
Kramas, dan Candi.
5.2
Saran
Adapun beberapa saran dari penulis, antara lain:
1. Bagi penulis maupun akademisi agar dapat memperbaiki kekurangan dalam
penelitian ini.
2. Bagi masyarakat dihimbau agar dapat berkontribusi bagi pembangunan di
daerah Tembalang sebagai pusat pertumbuhan baru di Kota Semarang.
3. Bagi pengusaha diharapkan agar dapat melakukan pembangunan sesuai
dengan tujuan dalam perkembangan kawasan Tembalang sebagai pusat
pertumbuhan.
\
Daftar Pustaka
Agung,Dodi Haryanto. 2011. Dampak Relokasi Kampus Universitas Diponegoro
terhadap Usaha makanan di sekitarnya . Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang.
http://www.bps.go.id/ .diunduh pada tanggal 29 September 2014
Maghfiratul, Savira Fadhilah. 2013. Kawasan Industri Daerah Semarang Barat Sebagai
Pusat Pertumbuhan Baru. Tugas Ekonomi Regional, Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
(STUDI KASUS: TEMBALANG)
Diajukan Dalam Memenuhi Tugas Ekonomi Regional
Dosen Pengampu :
Drs. R. Mulyo Hendarto, MSP.
Dr. Dwisetia Poerwono, MSc.
Disusun oleh:
Shelby Devianty Widodo
12020112120015
Zaka Nur Fakhruddin
12020112130032
Silfia Nurul F
12020112130072
Clara Palupi
12020112130100
Muhammad Fakhruddin
12020112130047
Anicha Dien Raras
12020112140052
Astianti Ramadian
12020112140053
Mahardea Puspa Senja
12020112140105
Yuke Firdausi
12020112130090
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
KOTA SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan suatu wilayah merupakan hal yang penting sebagai penunjang
berbagai kegiatan perekonomian di suatu daerah. Munculnya pusat-pusat pertumbuhan
baru di suatu daerah tentu akan mempercepat pertumbuhan kawasan-kawasan di
sekitarnya. Pusat pertumbuhan merupakan kawasan yang mengalami perkembangan
yang pesat dalam hal perekonomian maupun kegiatan yang lain sehingga dapat menjadi
pusat pembangunan di daerah tersebut.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2011) daerah Semarang atas menjadi pusat
aktivitas dan pertumbuhan baru di Kota Semarang, dengan dukungan infrastruktur jalan
dan aksessibilitas yang terjangkau. Fasilitas perdagangan dan perumahan baru juga
banyak bermunculan di daerah Semarang atas, seperti Carefour, KFC, Perumahan
Banyumanik, Perumahan Pucang Gading, dan fasilitas pendidikan baik negeri maupun
swasta, seperti Universitas Diponegoro, Polines, potekkes. Cepatnya pertumbuhan di
daerah ini dikarenakan kondisi lahan di Semarang bawah yang tidak mendukung untuk
diadakannya pembangunan.
Adanya Universitas di suatu daerah mengakibatkan berkembangnya kawasan
disekitar kampus. Konsep kampus sebagai pusat pertumbuhan merupakan implementasi
geografis dari konsep kutub pertumbuhan (growth pole) yang dipakai untuk memacu
pertumbuhan perkembangan daerah terbelakang melalui pemusatan investasi daam
suatu kutub-kutub tertentu, sehingga terjadi keuntungan ekonomi atau aglomerasi pada
daerah-daerah yang dipengaruhinya (Richardson, 1976).
Di daerah Semarang atas terdapat beberapa Universitas, Universitas Diponegoro
(Undip) merupakan salah satu Universitas yang cukup berpengaruh terhadap
pertumbuhan di kawasan sekitarnya. Setelah perpindahan yang dilakukan oleh Undip
pada tahun 2010 lalu ke daerah Semarang atas, tepatnya Kecamatan Tembalang.
Adanya puluhan ribu mahasiswa pendatang di daerah Semarang atas ini membuat para
penduduk sekitar membuat berbagai macam fasilitas untuk memenuhi kebutuhan para
mahasiswa, diantaranya dibangunnya kos-kosan maupun kontrakan, banyaknya restoran
dan rumah makan, serta fasilitas-fasilitas lainnya.
Sehubungan dengan hal di atas, penelitian ini berusaha memaparkan teori
Growth pole (kutub pertumbuhan) dan mengaplikasikannya dalam studi kasus
Kecamatan Tembalang. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Model Struktur Ruang : Growth Pole (Studi Kasus:
Tembalang).”
1.2 Rumusan Masalah
Pindahnya kampus Universitas Diponegoro ke Kecamatan Tembalang membentuk
suatu pusat pertumbuhan yang baru di Kota Semarang. Selain menjadi pusat
pertumbuhan baru di Kota Semarang, hal ini juga berdampak bagi para penduduk
sekitar di Kecamatan Tembalang. Sejalan dengan latar belakang yang telah diuraikan
sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kawasan Tembalang telah memenuhi ciri-ciri sebagai pusat pertumbuhan?
2. Bagaimana kondisi kawasan Tembalang saat ini?
3. Bagaimana dampak dan kondisi kawasan sekitar Kecamatan Tembalang setelah
pindahnya Universitas Dipoegoro ke Tembalang?
1.3 Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, antara lain:
1. Mengetahui kawasan Tembalang sebagai pusat pertumbuhan baru.
2. Mengetahui kondisi terkini kawasan Tembalang.
3. Mengetahui dampak dan kondisi kawasan sekitar Kecamatan Tembalang setelah
pindahnya Universitas Diponegoro.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan informasi
bagi masyarakat maupun mahasiswa.
2. Bagi Penulis maupun akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam menulis dan
digunakan sebagai bahan acuan unuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi bagi
masyarakat yang ingin membuka usaha-usaha dalam menunjang kegiatan
perekonomian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole)
Perkembangan modern dari teori titik pertumbuhan terutama berasal dari
karya ahli-ahli teori ekonomi regional Perancis yang dipelopori oleh François
Perroux. Perroux (1955) telah mengembangkan konsep kutub pertumbuhan ( pole de
croissance/ pole de development/ growth pole). Menurut pendapatnya, petumbuhan
ataupun pembangunan tidak dilakukan di seluruh tata ruang, tetapi terbatas pada
beberapa tempat atau lokasi tertentu. Tata ruang diidentifikasikannya sebagai arena
atau medan kekuatan yang didalamnya terdapat kutub-kutub atau pusat-pusat. Setiap
kutub mempunyai kekuatan pancaran pengembangan ke luar dan kekuatan tarikan
ke dalam.
Teori tersebut menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi dan khususnya
mengenai perusahaan - perusahaan dan industry - industri serta saling
ketergantungannya, dan bukan mengenai pola geografis dan pergeseran industri baik
secara intra maupun secara inter, pada dasarnya konsep kutub pertumbuhan
mempunyai pengertian tata ruang ekonomi secara abstrak.
Teori Growth Pole dapat pula diartikan secara fungsional dan secara geografis
(Tarigan ; 2005) :
Secara Fungsional
Suatu lokasi pemusatan kelompok usaha atau cabang industri yang hubungannya
bersifat memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu mestimulasi
kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar (daerah belakangnya).
Secara Geografis
Suatu lokasi yang memiliki tingkat aksesibilitas tinggi sehingga menjadi pusat
daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan banyak usaha tertarik untuk
berlokasi didaerah tersebut dan masyarakat senang datang memanfaatkan
fasilitas yang ada.
Beberapa pakar telah mendefinisikan tentang pusat petumbuhan, dimana
MCCrone (1969) dalam Gore (1985) menjelaskan bahwa suatu pusat pertumbuhan
terdiri dari suatu kompleks industri yang saling berkaitan dan mendapat keunggulan
ekonomi dari keuntungan lokasi (locational proximity). Lain halnya dengan Nichols
(1969) dalam Gore (1985) mengemukakan suatu pusat pertumbuhan adalah suatu pusat
kegiatan
ekonomi
di
perkotaan
yang
mengalami
pertumbuhan
secara self
sustaining, dan sampai suatu titik pertumbuhan itu didorong ke luar daerah pusat
terutama ke daerah-daerah yang kurang berkembang.
Sedangkan Parr (1973) dalam Gore (1985), suatu pusat pengembangan
menyajikan suatu pusat perkotaan dengan ukuran populasi yang terdefinisikan meliputi
salah satu karakteristik pertumbuhan, dmana: (a) pertumbuhan penduduk (kesempatan
kerja) pada tingkat yang lebih besar dari rata-rata ukuran regional, dan (b) pertumbuhan
absolut penduduk (kesempatan kerja) yang lebih besar daripada pertumbuhan regional.
Lasuen (1974) dalam Gore (1985) mendefinisikan pusat pengembangan adalah
sekelompok industri yang besar yg mempunyai keterkaitan yg kuat melalui hubungan
input-output antara leading industri di sekitarnya yang secara geografi membentuk
kluster. Leading industri mendorong ke seluruh kelompok, menginovasi, dan tumbuh
pada tempat yang lebih cepat daripada industri-industri eksternal ke pusat.
Lebih spesifik lagi Boudeville dalam Gore (1985) mendefinisikan kutub
pertumbuhan regional sebagai sekelompok industri yang mengalami ekspansi yang
berlokasi di suatu daerah perkotaan dan mendorong perkembangan kegiatan ekonomi
lebih lanjut keseluruh daerah pengaruhnya. Konsep-konsep yang dikemukakan di dalam
teori pusat pertumbuhan antara lain:
Konsep leading industries
Menyatakan bahwa di pusat kutub pertumbuhan terdapat perusahaan-perusahaan
besar yang bersifat propulsif yaitu perusahaan yang relatif besar, menimbulkan
dorongan dorongan pertumbuhan nyata terhadap lingkungannya, mempunyai
kemampuan inovasi tinggi, dan termasuk ke dalam industri-industri yang cepat
berkembang. Dalam konsep ini leading industries yaitu: pertama relatif baru,
dinamis, dan mempunyai tingkat teknologi maju yang mendorong iklim
pertumbuhan kondusif ke dalam suatu daerah permintaan terhadap produknya
mempunyai elastisitas pendapatan yang tinggi dan biasanya dijual ke pasar-pasar
nasional. Kedua mempunyai kaitan-kaitan antara industri yang kuat dengan
sektor-sektor
lainnya
sehingga
terbentuk forward
linkages dan backward
linkages.
Konsep polarisasi.
Konsep ini mengemukakan bahwa pertumbuhanleading industries yang sangat
cepat (propulsive growth) akan mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi
lainnya ke kutub pertumbuhan.
Konsep spread effect
Konsep ini mengemukakan bahwa pada suatu waktu kualitas propulsif dinamis
dari kutub pertumbuhan akan memencar dan memasuki ruang-ruang di
sekitarnya (Spread effect atautrickling down effect). Dengan kata lain bersifat
mendorong wilayah belakangnya, yang berarti antara kota dan wilayah
belakangnya terdapat hubungan yang harmonis. Kota membutuhkan bahan baku
dari wilayah belakangnya dan menyediakan berbagai kebutuhan wilayah
belakangnya untuk dapat mengembangkan diri. Apabila terdapat hubungan yang
harmonis dengan wilayah belakangnya, maka otomatis kota itu akan berfungsi
untuk mendorong wilayah belakangnya. Jadi agar sesuatu konsentrasi kegiatan
ekonomi dapat dianggap pusat pertumbuhan, apabila konsentrasi itu dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi baik ke dalam (diantara berbagai sektor
didalam kota) maupun ke luar (ke wilayah belakangnya).
Menurut (Tarigan, 2005) suatu kota dikatakan sebagai pusat pertumbuhan harus
mempunyai 4 ciri yaitu:
1. Adanya hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang
memiliki nilai ekonomi
Adanya hubungan intern dari berbagai macam kegiatan hubungan internal
sangat menentukan dinamika sebuah kota. Ada keterkaitan antara satu sektor
dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor yang tumbuh akan
mendorong pertumbuhan sektor lainnya, karena saling terkait. Dengan
demikian kehidupan kota menciptakan sinergi untuk saling mendukung
terciptanya pertumbuhan.
2. Adanya unsur pengganda (multiplier effect)
Adanya unsur pengganda (multiplier effect) keberadaan sektor-sektor yang
saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek pengganda.
Maknanya bila ada permintaan satu sektor dari luar wilayah, peningkatan
produksi sektor tersebut akan berpengaruh pada peningkatan sektor lain.
Peningkatan ini akan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga
total kenaikan produksi dapat beberapa kali lipat dibandingkan dengan
kenaikan permintaan di luar untuk sektor tersebut. Unsur efek pengganda
memiliki peran yang signifikan terhadap pertumbuhan kota belakangnya.
Hal ini terjadi karena peningkatan berbagai sektor di kota pusat pertumbuhan
akan membutuhkan berbagai pasokan baik tenaga kerja maupun bahan baku
dari kota belakangnya.
3. Adanya konsentrasi geografis
Adanya konsentrasi geografis konsentrasi geografis dari berbagai sektor atau
fasilitas, selain bisa menciptakan efisiensi di antara sektor-sektor yang saling
membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik (attraciveness) dari kota
tersebut. Orang yang datang ke kota tersebut bisa mendapatkan berbagai
kebutuhan pada lokasi yang berdekatan. Jadi kebutuhan dapat diperoleh
dengan lebih hemat waktu, biaya, dan tenaga. Hal ini membuat kota tersebut
menarik untuk dikunjungi dan karena volume transaksi yang makin
meningkat akan menciptakan economic of scale sehingga tercipta efisiensi
lebih lanjut.
4. Bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya
Bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya sepanjang terdapat
hubungan yang harmonis di antara kota sebagai pusat pertumbuhan dengan
kota belakangnya maka pertumbuhan kota pusat akan mendorong
pertumbuhan kota belakangnya. Kota membutuhkan bahan baku dari
wilayah belakangnya dan menyediakan berbagai fasilitas atau kebutuhan
wilayah belakangnya untuk dapat mengembangkan diri.
Pusat-pusat yang pada umumnya merupakan kota–kota besar tidak hanya
berkembang sangat pesat, akan tetapi mereka bertindak sebagai pompa-pompa
pengisap dan memiliki daya penarik yang kuat bagi wilayah-wilayah
belakangnya yang relatif statis. Wilayah-wilayah pinggiran di sekitar pusat
secara berangsurangsur berkembang menjadi masyarakat dinamis. Terdapat arus
penduduk, modal, dan sumberdaya ke luar wilayah belakang yang dimanfaatkan
untuk menunjang perkembangan pusat-pusat dimana pertumbuhan ekonominya
sangat cepat dan bersifat kumulatif. Sebagai akibatnya, perbedaan pendapatan
antara pusat dan wilayah pinggiran cenderung lebih besar (Rahardjo Adisasmito,
2005).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Penulisan paper ini merupakan studi empiris mengenai teori Growth Pole atau kutub
pertumbuhan. Daerah penelitian dalam penulisan paper ini adalah kampus
Universitas Diponegoro Tembalang, Semarang.
3.1 Jenis dan Sumber Data
3.1.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan paper ini menggunakan data
sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang
diperoleh dari literatur-literatur yang relevan seperti paper, text-book, surat
kabar dan karya ilmiah lain. Sedangkan data primer diperoleh dari wawancara
langsung.
3.1.2 Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi-instansi
terkait, yaitu dari Kantor Kelurahan Tembalang.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam suatu penelitian ilmiah dimaksudkan untuk bahan
atau data yang relevan, akurat reliable yang hendak kita teliti. Oleh karena itu perlu
diguunakan metode pengumpulan data yang baik dan cocok. Dalam penelitian ini
digunakan metode pengumpulan data berupa:
3.2.1 Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini didapatkan dari publikasi
yang dilakukan oleh instansi tertentu yaitu Kantor Kelurahan Tembalang.
3.2.2 Wawancara
Metode ini dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepada
masyarakat sekitar Kecamatan Tembalang.
.
3.3 Metode Analisis
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Tembalang
4.1.1. Letak dan Geografis Tembalang
Gambar 4.1
Peta Tembalang
Kecamatan Tembalang terletak di kota semarang. Luas wilayah tembalang sebesar
4.177,62km2. Kecamatan tembalang memiliki 12 kelurahan yaitu: Rowosari, Meteseh,
Kramas, Tembalang, Bulusan, Mangunharjo, Sendangmulyo, Sambiroto, Jangli,
Tandang, kedungmundu dan Sendangguwo.
4.2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dalam paper ini adalah wilayah Kecamatan Tembalang
serta sekitar kampus Undip Tembalang.
4.3. Kawasan Tembalang Sebagai Pusat Pertumbuhan
4.3.1. Leading Industries
Tembalang dijadikan sebagai pusat pertumbuhan baru karena setelah adanya
perpindahan kampus Universitas Diponegoro dari Peleburan. Secara geografis,
kawasan Tembalang bukan
kawasan yang strategis, namun karena adanya
Universitas Diponegoro diharapkan mampu menjadi pusat daya tarik ( pole of
attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi
disini. Perpindahan kampus Undip dilakukan agar suasana pembelajaran menjadi
lebih efektif karena daerah Tembalang merupakan daerah perbukitan yaitu sekitar
270 mdpL dengan suhu udara 25-34C.
Pada tahun 2010 Universitas Diponegoro memutuskan untuk memindahkan
lokasi belajar mengajar untuk jenjang S1 dan D3 di daerah Tembalang yang dimana
sebelumnya berada di daerah Peleburan. Perpindahan kampus Undip pun tidak
secara langsung diikuti oleh seluruh fakultas. Pada awal Sepetember 2010,
Sedikitnya ada empat fakultas yang sebelumnya menempati kampus bawah
(Peleburan), kini mulai pindah ke Tembalang. Antara lain Fakultas Ekonomika dan
Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip), Fakultas Hukum (FH),
Fakultas Ilmu Budaya (FIB), dan Fakultas Kedokteran (FK). Sebelumnya, Kampus
Tembalang sudah memiliki beberapa fakultas yang sejak awal dibangun menempati
kawasan tersebut. Di antaranya Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas
Peternakan, Fakultas Teknik, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK),
Psikologi serta Keperawatan. Pada tahun 2014, seluruh fakultas S1 yang berada di
kampus Peleburan sudah memindahkan kampusnya ke daerah Tembalang.
Sebelum adanya Undip di Tembalang, daerah ini sangatlah sepi .Jalanjalannya pun masih tidak beraspal, angkutan umum sudah tidak ada lagi setelah jam
6 sore, masih terdapat banyak lahan kosong yang digunakan sebagai penyerapan air
atau sekedar penghijauan, namun dengan kepindahan Undip Pleburan ke
Tembalang, otomatis telah membangkitkan ekonomi masyarakat di Tembalang
dengan berdirinya kos-kosan, usaha laundry, dan warung makan.
Letak kawasan kampus Undip yang dibuat secara ekslusif membuat banyak
warga semarang yang berbondong-bondong untuk membuka usaha di wilayah
Tembalang. Menurut data tahun 2013 Jumlah warga Tembalang hanya 5.386, tetapi
yang tinggal di Tembalang baik itu kost maupun mengontrak ada sekitar 15 ribu
orang. Jumlah kos-kosan ada 500-an lebih. Luas lahan Tembalang yang digunakan
untuk kampus Undip mencapai 186 hektare dan sesuai PP nomor 50 tahun 1990,
luas Tembalang sekarang ini tinggal 270 hektare.
Tembalang dapat dikatakan sebagai Kawasan industry baru karena telah
memiliki ciri-ciri sebagai wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan, antara lain:
A. Adanya Konsentrasi Geografis
Secara geografis, letak kawasan Tembalang dengan kawasan lainnya seperti
Banyumanik, Ngesrep, dan Meteseh cukup berdekatan. Adanya konsentrasi
geografis tersebut selain menyebabkan efisiensi di antara sektor-sektor yang saling
membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik terhadap wilayah tersebut.
Masyarakat setempat maupun para pendatang bisa mendapatkan berbagai
kebutuhan pada lokasi yang berdekatan seperti perumahan, restoran, toserba,
penginapan.
B. Adanya Efek Pengganda (Multiplier Effect)
Keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan
menciptakan efek pengganda. Apabila ada satu sektor memiliki permintaan ke
sektor lain yang berada di luar wilayah, produksi akan meningkat karena ada
keterkaitan membuat produksi sektor lain
juga meningkat dan akan terjadi
beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga kenaikan total produksi bisa
beberapa kali lipat. Sebagai contoh, karena banyak kendaraan bermotor
menyebabkan banyak berdirinya bengkel kendaraan bermotor, pom bensin, dan
jasa cuci motor di kawasan Tembalang.
C. Bersifat Mendorong Daerah Belakangnya
Kawasan pertumbuhan baru akan mendorong pertumbuhan daerah
belakangnya sepanjang terdapat hubungan yang harmonis di antara kawasan
pertumbuhan baru dengan daerah belakangnya. Pusat pertumbuhan baru tidak
hanya berkembang sangat pesat, akan tetapi mereka bertindak sebagai pompapompa penghisap dan memiliki daya penarik yang kuat bagi wilayah-wilayah
belakangnya yang relative statis. Selain itu, akan muncul usaha-usaha baru seperti
restoran, kontrakan dan lain sebagainya.
Kawasan industri baru yang terjadi di Tembalang karena pindahnya
Universitas Diponegoro, menjadikan daerah-daerah disekitar Tembalang seperti
Banyumanik, Meteseh, Kramas, dan Candi menjadi lebih maju dibanding sebelum
pindahnya Universitas Diponegoro. Kawasan lain di sekitar Tembalang tersebut
membangun industri-industri baru terkait dengan kebutuhan para mahasiswa
Universitas Diponegoro tersebut seperti munculnya perumahan, kost-an, toserba,
penginapan.
D. Adanya Hubungan Internal dari Berbagai Macam Kegiatan yang Memiliki
Nilai Ekonomi
Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan, hubungan
internal sangat menentukan dinamika sebuah kota. Ada keterkaitan antara satu
sektor dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor yang tumbuh akan
mendorong pertumbuhan sektor lainnya, karena saling terkait. Dengan demikian
kehidupan kota menciptakan sinergi untuk saling mendukung terciptanya
ertumbuhan.
Sebagai contoh, Sektor pendidikan di kawasan Tembalang ini semakin
berkembang, selain Universitas Diponegoro juga terdapat beberapa perguruan
tinggi lainnya seperti Polines dan Poltekes. Semakin berkembangnya sektor
pendidikan di kawasan Tembalang ini juga mendorong sektor perekonomiannya.
Berkembangnya sektor perekonomian di kawasan Tembalang ini ditandai dengan
munculnya banyak kos-kosan maupun pusat-pusat pertokoan yang dapat
meningkatkan sektor perekonomian di Tembalang.
4.3.2. Kondisi Tembalang Terkini (Efek Polarisai)
Konsep polarisasi mengemukakan bahwa pertumbuhan leading industries yang
sangat cepat (propulsive growth), akan mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi
lainnya ke kutub pertumbuhan.
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, banyak perubahan yang terjadi antara
sebelum dan sesudah adanya pembangunan kampus Universitas Diponegoro, khususnya
pada lapangan usaha yang ada di wilayah Tembalang. Berikut ini akan disajikan tabel
perbandingan sebelum dan sesudah adanya kampus Universitas Diponegoro.
No.
1
Lapangan Usaha
Dimensi
Jasa Fotocopy
Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
Kisaran pendapatan per bulan
2 Jasa Laundry
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
3 Jasa Tranportasi
Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
4 Pedagang Kaki Lima
Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
5 Toko buku
Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
6 Toko klontong
Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
7 Kios
Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
8 Tempat Makan Skala Usaha Besar
Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
9 Tempat Makan Skala Usaha Kecil & Menengah Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
10 Jasa Tukang Parkir
Kisaran pendapatan per bulan
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
Kisaran pendapatan per bulan
11 Rumah Kost
Gaji tenaga kerja
Skala Usaha
Sebelum
Rp 14,850,000
Rp 790,000
Tetap
Rp 1,200,000
(tidak ada)
Tetap
Rp 200,000,000
Rp 1,000,000
Tetap
Rp 60,000,000
Rp
500,000
Tetap
Rp 60,000,000
Rp
750,000
Tetap
Sesudah
Rp 37,900,000
Rp 1,200,000
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 18,000,000
Rp 1,000,000
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 1,500,000
(tidak ada)
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 4,000,000
Rp 900,000
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 270,000
Rp 1,500,000
Memungkinkan untuk bertambah
Rp300,000,000
Rp
800,000
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 90,000,000
Rp
950,000
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 60,000,000
Rp
900,000
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 43,800,000
Rp
850,000
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 2,250,000
(tidak ada)
Memungkinkan untuk bertambah
Rp 8,000,000
Rp 1,000,000
Memungkinkan untuk bertambah
Keberadaan Undip di Tembalang memiliki berbagai dampak. Dampak positif
yang ditimbulkan yaitu suasana di Tembalang menjadi lebih hidup dan ramai,
tumbuhnya lapangan usaha baru dan semakin berkembangnya lapangan usaha yang
sudah ada. Hal ini terbukti dari survey
40 responden terhadap jasa fotocopy,
laundry, transportasi, pedagang kaki lima, toko dan kios, tempat makan, jasa tukang
parkir, dan rumah kost. Keberadaan Undip di Tembalang meningkatkan omzet
penjualan bagi usaha fotocopy, transportasi, toko dan kios, jasa tukang parkir, dan
rumah kost. Selain itu, juga menumbuhkan lapangan usaha baru di bidang laundry,
jasa transportasi rental mobil, pedagang kaki lima, dan berbagai tempat makan.
Adanya Undip di Tembalang juga menyerap tenaga kerja di berbagai lapangan
usaha dan meningkatkan gaji karyawan. Sedangkan dampak lain yang ditimbulkan
akibat tumbuhnya berbagai lapangan usaha adalah semakin ketatnya persaingan
usaha.
4.3.3. Dampak Dan Kondisi Kawasan Sekitar Kecamatan Tembalang Setelah
Pindahnya Universitas Dipoegoro Ke Tembalang
Pindahnya kampus Universitas Diponegoro dari Peleburan ke Tembalang
selain memberikan dampak pada Kelurahan Tembalang, dimana kampus Universitas
Diponegoro berdiri, juga memberikan dampak pada daerah sekitarnya yaitu
Banyumanik, Meteseh, Kramas, dan Candi. Hal ini menunjukkan bahwa pindahnya
kampus Universitas Diponegoro menimbulkan konsep spread effect. Konsep ini
mengemukakan bahwa pada suatu waktu kualitas propulsif dinamis dari kutub
pertumbuhan akan memencar dan memasuki ruang-ruang di sekitarnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan di Kelurahan Meteseh,
dengan menggunakan sampel acak yang kami dapatkan untuk kategori perumahan
hasilnya menunjukan bahwa faktor yang menyebabkan dibangunnya perumahan
tersebut karena Undip berpindah ke Tembalang. Hasil yang kami dapatkan dari
perumahan yang berada di Kecamatan Banyumanik, menjelaskan bahwa tidak ada
faktor dari pindahnya Undip ke Tembalang dengan pembangunan perumahan
tersebut. Akan tetapi, meskipun tidak adanya faktor tersebut, beberapa orang tua
mahasiswa di Undip membeli rumah di kawasan tersebut untuk anak mereka. Selain
itu, di Kecamatan Candi juga berdiri hotel. Pendirian hotel tersebut juga merupakan
salah satu spread effect dari perpindahan kampus Universitas Diponegoro ke
Tembalang karena banyak orang tua dari mahasiswa Universitas Diponegoro yang
membutuhkan penginapan ketika mengunjungi anaknya sehingga mendorong
pengusaha untuk mendirikan hotel di daerah sekitar Tembalang tersebut.
Bukan hanya perumahan dan hotel, hasil analisis yang kami lakukan pada
KFC, Carrefour, dan Pizza Hut yang berada pada Kecamatan Banyumanik yang
berdiri sekitar tahun 2011 menyatakan bahwa ada pengaruh kepindahan Undip ke
Tembalang dengan dibukannya KFC, Carrefour dan Pizza Hut tersebut. Melihat
jumlah mahasiswa Universitas Diponegoro yang cukup banyak mendorong
berdirinya KFC, Pizza Hut dan Carrefour untuk mencukupi kebutuhan mahasiswa.
Hal ini juga membuktikan adanya konsep spread effect dari munculnya kawasan
industry baru akibat pindahnya kampus Universitas Diponegoro.
Konsep spread effect lain setelah pindahnya kampus Universitas Diponegoro
di Tembalang menjadikan daerah-daerah lain di sekitar Tembalang menjadi lebih
maju dibanding dengan sebelum pindahnya kampus Universitas Diponegoro.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa di Kelurahan
Meteseh mendapatkan dampak positif dari pindahnya kampus Universitas
Diponegoro tersebut. Sebelumnya, pada tahun 2006 kawasan Meteseh masih sangat
sepi, jalanan yang ada di daerah tersebut masih banyak yang rusak, masih minim
penerangan jalan dan SPBU yang berada di Kelurahan tersebut masih sangat sepi
tetapi ketika Universitas Diponegoro berpindah ke Tembalang kawasan Meteseh
menjadi lebih ramai. Jalan sudah banyak yang diperbaiki sehingga sekarang jalanan
sudah lebih baik jika dibanding dulu, penerangan jalan juga sudah mulai banyak,
SPBU juga lebih ramai dibandingkan dulu mengingat banyak mahasiswa
Universitas Diponegoro yang sering melewati daerah tersebut sehingga perbaikan
terus dilaksanakan. Disamping itu, para pengusaha juga sudah mulai melirik
kawasan Meteseh tersebut untuk membangun perumahan-perumahan baru.
Jadi, pindahnya kampus Universitas Diponegoro dari Peleburan ke
Tembalang tidak hanya memberikan dampak positif berupa munculnya kawasan
industry baru disekitar Tembalang tersebut tetapi juga memberikan dampak positif
terhadap kawasan-kawasan lain disekitar Tembalang. Berdirinya Universitas
Diponegoro di Tembalang mengakibatkan kawasan lain di sekitar Tembalang untuk
membangun industry-industri baru terkait dengan kebutuhan para mahasiswa
Universitas Diponegoro tersebut. Kondisi seperti inilah yang dimaksud dengan
konsep spread effect dari pindahnya kampus Universitas Diponegoro ke Tembalang.
BAB V
PENUTUP
5.1
Simpulan
Kawasan Tembalang melalui pembangunan dan perkembangannya yang cukup
pesat dapat menjadikan Tembalang sebagai pusat pertumbuhan baru di Kota Semarang.
Setelah pindahnya Universitas Diponegoro ke kawasan Tembalang berdampak pada
perkembangan berbagai sektor yang ada di Tembalang. Kawasan Tembalang ini juga
telah memiliki ciri-ciri sebagai pusat pertumbuhan, antara lain:
a. Adanya Konsentrasi Geografis
b. Adanya Hubungan Internal dari Berbagai Macam Kegiatan yang Memiliki Nilai
Ekonomi
c. Ada Efek Pengganda (Multiplier Effect)
d. Bersifat Mendorong Daerah Belakangnya
Daerah-daerah yang diharapkan terkena dampak pertumbuhan di wilayah kawasan
Tembalang ini meliputi daerah-daerah di sekelilingnya, yaitu: Meteseh, Banyumanik,
Kramas, dan Candi.
5.2
Saran
Adapun beberapa saran dari penulis, antara lain:
1. Bagi penulis maupun akademisi agar dapat memperbaiki kekurangan dalam
penelitian ini.
2. Bagi masyarakat dihimbau agar dapat berkontribusi bagi pembangunan di
daerah Tembalang sebagai pusat pertumbuhan baru di Kota Semarang.
3. Bagi pengusaha diharapkan agar dapat melakukan pembangunan sesuai
dengan tujuan dalam perkembangan kawasan Tembalang sebagai pusat
pertumbuhan.
\
Daftar Pustaka
Agung,Dodi Haryanto. 2011. Dampak Relokasi Kampus Universitas Diponegoro
terhadap Usaha makanan di sekitarnya . Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang.
http://www.bps.go.id/ .diunduh pada tanggal 29 September 2014
Maghfiratul, Savira Fadhilah. 2013. Kawasan Industri Daerah Semarang Barat Sebagai
Pusat Pertumbuhan Baru. Tugas Ekonomi Regional, Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.