Dominasi, hegemoni, dan kekuasaan dalam Serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra - USD Repository
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN
DALAM SERAT RANGSANG TUBAN KARYA KI PADMASUSASTRA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Brigitta Gangga Tribuana
NIM: 154114043
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN
DALAM SERAT RANGSANG TUBAN KARYA KI PADMASUSASTRA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Brigitta Gangga Tribuana
NIM: 154114043
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 11 Januari 2019
Penulis
Brigitta Gangga Tribuana
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah
untuk Kepentingan Akademis
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Brigitta Gangga Tribuana
NIM
: 154114043
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Dominasi, Hegemoni, dan Kekuasaan
dalam Serat Rangsang Tuban Karya Ki Padmasusastra.
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya
di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta
izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 11 Januari 2019
Yang menyatakan,
Brigitta Gangga Tribuana
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Jangan pernah ragu akan jarak.
Karena jarak menghasilkan rindu.
Jangan pernah takut akan waktu.
Karena waktu yang menyatukan kita.
Karya ini kupersembahkan kepada mamaku tercinta, M.G. Purwini Disriati.
Saudara-saudariku terkasih Padmo Adi dan Angela Padma Dewi.
Serta semua orang yang saya kasihi dan yang mengasihi saya.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Terjadilah padaku, menurut kehendak-Mu”
(Luk.1: 26-38)
“Hidup itu seperti pergelaran wayang, dimana kamu menjadi dalang atas naskah
semesta yang dituliskan oleh Tuhan mu.”
(Sujiwo Tejo)
“Bahagia adalah ketika kita lebih sering tersenyum, lebih berani bermimpi, lebih
mudah tertawa, dan lebih banyak bersyukur.”
(Merry Riana)
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Yang Maha Sempurna. Berkat
bimbingan dan pertolongan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Dominasi, Hegemoni, dan Kekuasaan dalam Serat Rangsang Tuban
Karya Ki Padmasusastra dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan tepat waktu
jika tidak didasari dengan niat, memulai, dan menyelesaikan dengan penuh suka
cita yang terbangun dari diri penulis sendiri. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasihnya kepada beberapa pihak yang sudah
memberikan bimbingan, dukungan, semangat dan motivasi dalam penulisan
skripsi ini.
Pertama, penulis mengucapkan terima kasih kepada Susilawati Endah Peni
Adji, S.S., M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing Akademik, Kaprodi, dan
sekaligus merangkap sebagai pembimbing I yang selalu memberikan banyak
masukan berharga dan dukungan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Kedua, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Yoseph Yapi Taum,
M. Hum. sebagai pembimbing II yang telah memberikan dukungan semangat dan
mengarahkan penyusunan skripsi ini.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ketiga, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma (USD), Yogyakarta. Kepada Prof. Dr.
Praptomo Baryadi, M. Hum. sebagai dosen terfavorit bagi seluruh mahasiswa
Sastra Indonesia USD, kepada Sony Christian Sudarsosno, S.S., M.A. selaku
Wakil Ketua Program Studi Sastra Indonesia USD, Drs. B Rahmanto, M. Hum.,
Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S., M.A., Dr.Paulus Ari Subagyo, M. Hum.
(alm), dan Drs. Hery Antono, M. Hum. (alm) yang sangat berjasa dan telah
bersedia memberikan ilmunya selama saya kuliah di Program Studi Sastra
Indonesia. Serta penulis mengucapkan terima kasih kepada Staf Sekretariat
Fakultas Sastra Indonesia atas pelayanan dan bantuan yang diberikan dengan baik
selama ini.
Keempat, ucapan terima kasih khususnya untuk mama saya, M.G Purwini
Disriati yang selalu memberikan semangat dan doa yang terbaik untuk penulis.
Terima kasih sudah bekerja keras dan mengizinkan penulis meraih mimpinya di
Kota Yogyakarta. Ucapan terima kasih pula untuk kedua kakak saya, Padmo Adi
dan Angela Padma Dewi, kedua kakak ipar saya Kartika Indah dan Antonius Adi,
serta untuk kedua keponakan saya Rama Sanjaya Padmakarna dan Kidung Ayunda
yang tak hentinya memberikan semangat dan dukungan psikologis kepada saya.
Terima kasih juga kepada saudara sepupu saya Adrianus Hendry yang sama-sama
kuliah di Jogja, dia selalu ada disaat saya kesepia dan selalu memberikan semangat
terlebih ketika saya mengerjakan skripsi ini. Tak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada bapak saya, Hadrianus Denda Surono (alm) yang memberikan inspirasi
bagi saya dalam penulisan skripsi ini.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kelima, untuk sahabat saya, yaitu Susana Saras dan Roswita Yostin yang
selalu setia menemani segala rasa selama saya kuliah di sini. Kalian selalu setia
menjadi tempat bercerita yang asyik dan menjadi tempat hiburan yang
membangkitkan semangat saya. Terima kasih juga untuk anak-anak JO LALI,
Saras, Yostin, Lana, Maya, Berta dan Anin yang menjadi teman terbaik selama
menjalani proses berdinamika di UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Grisadha
(Grup Tari Sanata Dharma). Serta untuk seluruh mahasiswa Prodi Sastra Indonesia
angkatan 2015, terima kasih atas bantuannya selama saya kuliah di sini, teruntuk
Erline, Grey, Ina, Laras, Phelvine, Amanda, Brigitta, Genjikable, Galih, Ditho dan
Semujur.
Terakhir, saya mengucapkan terima kasih kepada Ignatius Wahyu Aji
Wibowo, teman baik saya sewaktu dibangku SMP, yang sudah kembali hadir di
waktu yang sangat tepat, menjadi kado Natal 2018 yang tak terduga bagi saya,
pertemuan singkat kita sangat berarti dan terima kasih sudah membangkitkan
semangatku. Terima kasih juga untuk kedua sahabatku, Yosephine Pratita dan
Dika Sekar, yang meski diam mengamati saja, tetap memberikan perhatian dan
semangat untuk penulis. Serta ucapan terima kasih untuk kakak dan adek temu
gedhe ku, yaitu Andreas Eka Wijaya (Pongky) dan Dioda Yotam Paninggar yang
sangat berjasa dalam membangkitkan semangat dikala saya terpuruk ketika
pengerjaan skripsi ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Serta ucapan terima kasih kepada semua pihak, yaitu Mbah Putri, om,
tante, saudara sepupu saya, teman-teman saya, dan orang sekitar yang mengenal
saya, yang tidak dapat saya tuliskan satu-persatu. Skripsi ini adalah bentuk
tanggung jawab saya sebagai salah satu keturunan dari Ki Padmasusastra dan
dengan mengapresiasi karya beliau saya ingin megenalkan kepada dunia bahwa
ada sastrawan daerah dari Surakarta yang memiliki karya yang begitu luarbiasa
menginspirasi.
Yogyakarta, 12 Januari 2019
Penulis
Brigitta Gangga Tribuana
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Tribuana, Brigitta Gangga. 2019. Dominasi, Hegemoni dan Kekuasaan dalam
Serat Rangsang Tuban Karya Ki Padmasusatra. Skripsi Strata Satu
(S-1). Yogyakarta: Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas
Sanata Dharma.
Penelitian ini mengangkat topik tentang “Dominasi, Hegemoni, dan
Kekuasaan dalam Serat Rangsang Tuban Karya Ki Padmasusastra”. Penelitian ini
bertujuan untuk (1) menguraikan struktur cerita dalam serat Rangsang Tuban
karya Ki Padmasusastra yang mencakup tokoh, penokohan, dan latar; dan (2)
mendeskripsikan dominasi, hegemoni, dan kekuasaan menggunakan prespektif
Antonio Gramsci dan Johan Galtung dalam serat Rangsang Tuban karya Ki
Padmasusastra. Dalam menguraikan struktur cerita, penulis menggunakan kajian
strukturalis. Selain itu, untuk mendeskripsikan dan menganalisa serat tersebut,
penulis menggunakan teori dominasi dan hegemoni Antonio Gramsci, serta teori
kekuasaan menurut Johan Galtung. Penelitian sastra ini menggunakan paradigma
M. H Abrams, yaitu pendekatan objektif dan pendekatan mimetik. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara metode studi pustaka, metode
analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data.
Tokoh utama dalam serat ini adalah Prabu Warsakusuma, Prabu
Warihkusuma, dan Raden Udakawimba. Sedangkan tokoh tambahan dalam serat
ini adalah Prabu Sindupati, Kyai Umbul Mudal, Endang Wresti, Ki Patih
Toyamarta, Ki Tumenggung Jalasenggara, Prabu Hertambang, Dewi Wayi, Kyai
Buyut Wulusan atau Kyai Ageng Wulusan, Nyai Buyut Wulusan, Kyai Penghulu,
Arya Toyatuli, Raden Lodaka, dan Rara Sendang. Analisis latar dalam serat ini
terbagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat
dalam serat ini adalah di Negeri Tuban, Gunung Mudal, Banyubiru, Desa
Sumbereja, Tirtakandas, dan Gunung Rancakarni. Latar waktu dalam serat ini
adalah tahun 1600-an, pada masa kerajaan Tuban, dan latar sosial yang terdapat
dalam serat ini adalah kehidupan masyarakat Jawa pada masa Mataram.
Penulis menemukan dominasi, hegemoni, dan kekuasaan di dalam serat
ini. Analisis dominasi yang terjadi berujung pada pemberontakan. Terdapat tiga
macam hegemoni dalam serat ini, yaitu: (1) hegemoni dalam kebijakan negara, (2)
hegemoni dalam pendidikan, dan (3) hegemoni dalam tata cara kenegaraan.
Analisis kekuasaan dalam penelitian ini terbagi atas tiga perbedaan, yaitu sebagai
berikut: (1) kekuasaan atas diri sendiri dan kekuasaan atas orang lain; (2)
kekuasaan ideologi, kekuasaan remeneratif, dan kekuasaan punitif; (3) sumber
kekuasan: “ada”, “memiliki”, dan “kedudukan”. Sumber kekuasaan yang paling
dominan dalam serat ini adalah darah biru atau kebangsawanan.
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Tribuana, Brigitta Gangga. 2019. Domination, Hegemony, and Power in
Romance Rangsang Tuban by Ki Padmasusastra. Undergraduate
Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature. Faculty of Literature.
University of Sanata Dharma.
This research talks about “Domination, Hegemony, and Power in
Romance RangsangTuban by Ki Padmasusastra”. The research wants to (1)
describe the srtucture of the story in romance Rangsang Tuban by Ki
Padmasusastra, which include personage, personification, and background;
and (2) using Antonio Gramsci and Johan Galtung‟s theories, the research
wants to describe the domination, hegemony, and power in this romance. To
describe the structure of the story, the writer uses structuralist study.
Moreover, to describe and to analyze the romance, the writer uses Gramsci‟s
theory of domination and hegemony, and Johan Galtung‟s theory of power.
This research uses the paradigm of M.H. Abrams, which is objective approach
and mimetic approach.The methods of data collecting in this research are
literature review, data analysis, and presentation of the results of data analysis.
The main characters of this romance are Prabu Warsakusuma, Prabu
Warihkusuma, and Raden Udakawimba. Meanwhile the additional characters
in this romance are Prabu Sindupati, Kyai Umbul Mudal, Endang Wresti, Ki
Patih Toyamarta, Ki Tumenggung Jalasenggara, Prabu Hertambang, Dewi
Wayi, Kyai BuyutWulusan or Kyai Ageng Wulusan, Nyai Buyut Wulusan,
Kyai Penghulu, Arya Toyatuli, Raden Lodaka, and Rara Sendang. There are
three backgrounds analysis of this romance, which are background of places,
background of time, and background of social. The background of places in
this romance areTuban Country, Mudal Mount, Banyubiru, Sumbereja
Village, Tirtakandas, and Rancakarni Mount. Background of time in this
romance is year 1600‟s, in the time of Tuban Kingdom. The background of
social in this romance is the life of Javanese people in the era of Mataram.
The writer finds domination, hegemony, and power in this romance.
There are three kinds of hegemony in this romance, which are (1) hegemony in
state policy, (2) hegemony in education, and (3) hegemony in state rules.
There are also three kinds of power in this romance, which are (1) the power to
oneself and the power to others; (2) the power of ideology, the power of
remunerative, and the power of punitive; (3) the source of power: “being”,
“having”, and “position”. The most domination source of power in this
romance is the power of being the royal blood.
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi
MOTTO ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ xii
ABSTRACT ........................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
1.4
Manfaat Hasil Penelitian................................................................................ 6
1.4.1
Manfaat Teoretis ................................................................................ 6
1.4.2
Manfaat Praktis .................................................................................. 7
1.5
Tinjauan Pustaka............................................................................................ 7
1.6
Kerangka Teori ............................................................................................ 11
1.7
1.8
1.6.1
Analisis Struktural............................................................................ 11
1.6.2
Analisis Dominasi, Hegemoni, dan Kekuasaan ............................... 15
Metode Penelitian ........................................................................................ 19
1.7.1
Metode Pengumpulan Data .............................................................. 20
1.7.2
Metode Analisis Data ....................................................................... 21
1.7.3
Metode Penyajian Hasil Analisis Data ............................................. 21
1.7.4
Sumber Data ..................................................................................... 22
Sistematika Penyajian .................................................................................. 23
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II ANALISIS STRUKTUR CERITA DALAM SERAT RANGSANG
TUBAN KARYA KI PADMASUSASTRA ....................................................... 24
2.1
Pengantar ..................................................................................................... 24
2.2
Tokoh dan Penokohan ................................................................................. 24
2.3
2.2.1
Tokoh Utama.................................................................................... 25
2.2.2
Tokoh Tambahan ............................................................................. 31
Latar ............................................................................................................. 39
2.3.1
Latar Tempat .................................................................................... 39
2.3.2
Latar Waktu ...................................................................................... 44
2.3.3
Latar Sosial....................................................................................... 45
BAB III DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT
RANGSANG TUBAN KARYA KI PADMASUSASTRA ................................ 47
3.1
Pengantar ..................................................................................................... 47
3.2
Dominasi dan Hegemoni ............................................................................. 47
3.3
3.2.1
Dominasi .......................................................................................... 49
3.2.2
Hegemoni ......................................................................................... 53
3.2.2.1
Hegemoni dalam Kebijakan Negara ................................. 53
3.2.2.2
Hegemoni dalam Pendidikan ............................................ 55
3.2.2.3
Hegemoni dalam Tata Cara Kenegaraan........................... 56
Kekuasaan .................................................................................................... 58
3.3.1
Kekuasaan atas Diri Sendiri dan Kekuasaan atas Orang Lain ......... 58
3.3.2
Ideologis, Remuneraif, dan Punitif .................................................. 62
3.3.3
Sumber Kekuasaan ........................................................................... 64
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 69
4.1
Kesimpulan .................................................................................................. 69
4.2
Saran ............................................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 73
LAMPIRAN ......................................................................................................... 75
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra adalah karya cipta dari seorang penulis untuk tujuan
estetika kehidupan manusia. Salah satu karya sastra adalah novel. Menurut
Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 9), sebutan novel dalam bahasa Inggris
yang masuk ke Indonesia berasal dari bahasa Itali novella (yang dalam bahasa
Jerman: novelle). Secara harfiah novella berarti „sebuah barang baru yang
kecil‟, dan kemudian diartikan sebagai „cerita pendek dalam bentuk prosa‟.
Menurut KBBI edisi V (2016), novel adalah karangan prosa yang panjang
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di
sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Sedangkan
prosa sendiri adalah karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yang terdapat
dalam puisi), KBBI edisi V (2016).
Objek yang akan menjadi pokok pembahasan dalam skripsi ini adalah
sebuah prosa sastra Jawa modern yang berbentuk serat (bahasa Jawa), dalam
segi penceritaan hampir mirip dengan novel. Serat (bahasa Jawa) berarti
sebuah karya sastra yang berisi tentang ajaran-ajaran dari leluhur yang
bertujuan untuk kebaikan. Novel dan serat memiliki perbedaan, di mana
novel menceritakan secara detail bagaimana keadaan yang terjadi dalam
cerita tersebut, sedangkan serat hanya menceritaan pokok-pokok penting
dalam ceritanya saja.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Objek material pada penelitian ini adalah serat Rangsang Tuban karya
Ki Padmasusastra. Serat ini ditulis pertama kali pada tahun 1900
menggunakan tulisan tangan dalam bentuk aksara Jawa, namun baru di
publikasikan pada tahun 1912 oleh Budi Utomo di Surakarta. Pada tahun
1985 Balai Pustaka mengalih aksara Rangsang Tuban ke dalam bahasa Jawa
Latin, serta menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia supaya lebih
mudah dibaca dan dipahami oleh pembacanya. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra terbitan Balai
Pustaka (1985) yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia untuk
menjadi objek pada penelitiannya.
Ki Padmasusastra memproklamasikan dirinya sebagai, „Tiyang mardika
ingkang marsudi kasusastran Jawi ing Surakarta’, artinya „orang merdeka
yang menekuni kesusastraan Jawa di Surakarta‟. Ki Padmasusastra
menyatakan dirinya merdeka karena dia tidak terikat oleh aturan-aturan
keraton seperti gurunya, yaitu Ranggawarsita yang memang keturunan
keraton. Suwardi adalah nama kecil Ki Padmasusastra, beliau lahir di
Kampung Sraten, Surakarta tanggal 21 Maulud 1771 J atau tanggal 20 April
1841 Masehi dan meninggal pada hari Senin Wage tanggal 17 Rajab 1856 J
atau tanggal 1 Februari 1926 Masehi (85 tahun, mengikuti hitungan Jawa),
dengan meninggalkan puluhan karya yang berkualitas. Ki Padmasusastra
tidak hanya seorang penulis sastra fiksi dan sastra wulang (ajar), beliau juga
banyak memperhatikan dunia bahasa, sebenarnya beliau adalah seorang ahli
bahasa di masanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Serat Rangsang Tuban, (Padmasusasta, 1985: 6) petikan dari kitab
Weddha,
karya
Padmasusastra.
Empu
Serat
Manehgunna,
Rangsang
kemudian
Tuban,
digubah
(Padmasusastra,
oleh
Ki
1985:
6)
mengisahkan tentang dua orang pangeran dari Negeri Tuban yang bernama
Pangeran Warihkusuma dan Pangeran Adipati Anom Warsakusuma. Konflik
awal terjadi ketika Pangeran Adipati Anom Warsakusuma merasa iri kepada
kakaknya Pangeran Warihkusuma yang akan menikah dengan saudara
sepupunya yang bernama Endang Wresti. Kemudian terjadilah penyerangan
dari pangeran Warsakusuma untuk Pangeran Warihkusuma, namun Pangeran
Warihkusuma tidak melawan karena dia merasa malu jika harus berperang
dengan
saudaranya
sendiri,
terlebih
bila
masalahnya
hanyalah
memperebutkan Endang Wresti. Hal ini terdapat dalam kutipan (1) dan (2).
(1) Ringkasnya, sri baginda saat itu masih mampu mempertahankan sikapnya
yang wajar terhadap kakaknya, akan tetapi kemudian menyatakan
keinginannya utuk langsung kembali ke istana tidak dapat menunggui
perkawinan kakaknya karena mendadak badannya merasa kurang enak
badan (Padmasusastra, 1985: 11).
(2) Pangeran Warihkusma tidak mau melaksanakan perlawanan karena
kuwatir akan menimbulkan kerusakan atau korban di kalangan rakyat.
Selain musuh terlampau besar, ia pun merasa malu bermusuhan dengan
saudara sendiri hanya karena berebut istri (Padmasusastra, 1985: 13).
Serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra dipilih sebagai topik
dalam penelitian ini didasarkan alasan sebagai berikut: (i) Novel Rangsang
Tuban merupakan serat Jawa
yang membuka pintu sastra Jawa untuk
pembaca di Indonesia; (ii) Adanya persoalan dalam serat ini, yaitu domiasi,
hegemoni dan kekuasaan yang dapat dilihat dari tokoh-tokoh dalam serat
Rangsang Tuban; (iii) Peneliti tertarik dengan dominasi dan hegemoni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
prespektif Antonio Gramsci dan teori kekuasaan menurut Johan Galtung,
menurut peneliti serat Rangsang Tuban
cocok dianalisis dengan kedua
pendekatan tersebut; (iv) Adanya manfaat terhadap hasil penelitian, di mana
peneliti menjadi jembatan antara penulis karya sastra, teks sastra, dan
pembaca sebagai penikmat karya sastra untuk dapat lebih mengenal karya
sastrawan, terutama sastrawan daerah; (v) Belum ada penelitian serat
Rangsang Tuban yang membahas dengan kedua pendekatan tersebut; (vi)
Novel Rangsang Tuban digubah oleh sastrawan yang berasal dari daerah
Solo, bukan dari pusat Jakarta; dan (vii) Penulis memiliki tanggung jawab
secara biologis, yaitu sebagai salah satu keturunan dari Ki Padmasusastra dan
secara akademis penulis ingin mengapresiasi hasil karya dari sastrawan
daerah, yaitu Ki Padmasusastra.
Dalam penelitian ini, hal pertama yang akan dibahas adalah struktur
cerita dalam serat Rangsang Tuban. Strukturalisme adalah suatu pendekatan
penelitian terhadap karya sastra terhadap unsur-unsur yang membentuknya.
Peneliti membatasi dalam mengidentifikasi dan mengkaji unsur intrinsik serat
Rangsang Tuban hanya dengan melihat dari tokoh, penokohan, dan latar
yang menjelaskan fungsi antar unsur yang memiliki keterkaitan hubungan
keseluruhan untuk mencapai pemahaman tentang estetik, makna keseluruhan
struktur karya sastra.
Setelah itu, hal kedua yang akan dibahas dalam penelitian tentang serat
Rangsang Tuban adalah keterkaitan tokoh-tokoh dengan dominasi dan
hegemoni prespektif Antonio Gramsci, serta kekuasaan menurut Johan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Galtung. Secara literal hegemoni berarti “kepemimpinan”, (Faruk, 2010:
132). Konsep hegemoni
menurut Gramsci adalah sesuatu yang lebih
kompleks. Konsep yang digunakan oleh Gramsci berfungsi untuk meneliti
bentuk-bentuk politik, kultural, dan ideologis tertentu. Namun, di dalam
penelitian ini peneliti juga akan mengkalaborasikan antara teori dominasi dan
hegemoni menurut Antonio Gramsci dengan teori kekuasaan menurut Johan
Galtung. Hal ini, karena peneliti menemukan adanya kekuasaan atau
dominasi yang diawali dari sebuah hegemoni dan di akhir cerita terdapat pula
sebuah hegemoni di dalam serat Rangsang Tuban. Perlu diketahui bahwa
dominasi adalah bagian dari hegemoni. Dominasi adalah sebuah perlawanan
dan membuat orang yang terdominasi menjadi dirugikan. Sedangkan
hegemoni di sini adalah sebuah tekanan yang mengharuskan pihak yang
terhegemoni menerimanya karena beranggapan bahwa itu merupakan sebuah
takdir dan tidak dapat dilawan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat disusun
rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana struktur cerita yang mencakup tokoh, penokohan, dan latar
dalam serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra?
1.2.2 Bagaimanakah dominasi dan hegemoni prespektif Antonio Gramsci,
serta kekuasaan menurut Johan Galtung dalam serat Rangsang Tuban
karya Ki Padmasusastra?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun di atas, tujuan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Menguraikan struktur cerita dalam serat Rangsang Tuban karya Ki
Padmasusastra yang mencakup tokoh, penokohan, dan latar.
1.3.2 Mendeskripsikan dominasi dan hegemoni prespektif Antonio Gramsci,
serta kekuasaan menurut Johan Galtung dalam serat Rangsang Tuban
karya Ki Padmasusastra. Hal ini akan dibahas dalam Bab III.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat hasil penelitian atau kegunaan hasil penelitian dalam serat
Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra dibagi menjadi dua manfaat, yaitu
manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1.4.1
Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis, yaitu manfaat bagi perkembangan disiplin ilmu baik
ilmu bahasa, sastra dan budaya. Dalam penelitian ini peneliti mengemukakan
disiplin ilmu dalam bidang sastra. Beberapa manfaat teoretis yang ada dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.4.1.1 Memperkaya kajian sastra Jawa modern dengan teori dominasi dan
hegemoni prespektif Antonio Gramsci.
1.4.1.2 Memperkaya kajian sastra Jawa modern dengan teori kekuasaan
menurut Johan Galtung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.4.2
Manfaat Praktis
Manfaat praktis, yaitu berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan profesi
tertentu di luar bidang ilmu bahasa dan sastra (studi budaya dan studi gender).
Beberapa manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.4.1.3 Penulis berharap setiap pembaca memiliki pengetahuan yang mendalam
tentang cerita dalam serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra.
1.4.1.4 Pembaca dapat mengapresiasi sebuah karya sastra Jawa modern, salah
satunya adalah serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra.
1.4.1.5 Menambah semangat membaca untuk mempelajari karya sastra,
terutama novel.
1.4.1.6 Peneliti mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangan bagi siapa saja yang berprofesi dalam bidang pendidikan
maupun sastra untuk mengenal lebih mendalam tentang dominasi dan
hegemoni prespektif Antonio Gramsci, serta kekuasaan menurut Johan
Galtung.
1.4.1.7 Memperkenalkan sastrawan asal Surakarta era Hindia Belanda,
bernama Ki Padmasusastra
1.5 Tinjauan Pustaka
Berdasarkan pengamatan penulis sudah ada yang menganalisis serat
Rangsang Tuban karya Ki Padmasustra (versi novel dalam bahasa Jawa)
dalam bentuk penelitan berupa jurnal ilmiah, namun penelitian tersebut hanya
membahas analisis strukturnya saja. Peneliti juga menemukan sinopsis novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Rangasang Tuban dalam daring. Serta beberapa skripsi yang membahas
tentang hegemoni dan kekerasan yang dapat membantu peneliti dalam
menganalisis penelitiannya tersebut. Berikut ini adalah beberapa jurnal ilmiah
dan skripsi yang menjadi bahan bacaan dari peneliti.
Analisis Struktural Novel Rangsang Tuban Karya Padmasusastra dan
Pembelajarannya di SMA dalam jurnal yang disusun oleh Isrofi, Program
Studi Pendidikan dan Sastra Jawa, Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Hasilnya adalah aspek struktural dalam novel Rangsang Tuban karya
Padmasusastra meliputi tema, alur atau plot, tokoh dan penokohan, latar,
judul dan sudut pandang. Pembelajaran novel Rangsang Tuban karya
Padmasusastra sesuai Kurikulum 2013 diterapkan pada siswa-siswi SMA
kelas XII semester gasal. Metode pembelajaran yang digunakan adalah
dengan metode diskusi dan tanya jawab. Dalam pelaksanaan pembelajaran,
siswa membaca sinopsis novel Rangsang Tuban karya Padmasusastra,
selanjutnya
siswa
mendiskusikan
secara
berkelompok
dan
mengemukakannya.
Kajian Sosiologi dalam novel Rangsang Tuban Karya Padmasusastra
dalam jurnal yang disusun oleh Kurniawan, Program Studi Pendidikan dan
Sastra Jawa, Univeritas Muhammadiyah Purworejo. Hasilnya adalah unsur
intrisik novel Rangsang Tuban karya Padmasusastra, yang terdiri dari tema
utama, tokoh dan penokohan, alur maju, latar. Aspek sosial dalam novel,
yang terdiri dari aspek kekerabatan, aspek perekonomian, aspek politik, aspek
religi atau aspek keperayaan. Namun dalam jurnal tersebut lebih ditonjolkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
ke dalam aspek kekerabatan dan aspek perekonomian. Serta ada pula
moralitas dalam novel Rangsang Tuban Karya Padmasusastra, yaitu
hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan antar manusia dengan
lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan.
Bentuk-bentuk Counter-Hegemoni dalam Novel Kuil di Dasar Laut
Karya Seno Joko Suyono: Prespektif Antonio Gramsci, merupakan sebuah
Skripsi oleh Homba, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada Juli 2016.
Hasilnya adalah peneliti menemukan perlawanan keras yang dilakukan
dengan cara menerbitkan petisi dan aksi demonstrasi; perlawanan pasif yang
dilakukan melalui cara tapak tilas dan tirakat, menantang maut, dan mencari
ketenangan di luar negeri; perlawanan humanistik yang dilakukan melalui
negosiasi dengan penguasa; perlawanan metafisik yang dilaksanakan melalui
perjalanan spiritual ke pepunden-pepunden untuk mencari wahyu tandingan
melawan Soeharto.
Skripsi oleh Wiharjo, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada
tahun 2018 yang berjudul Bentuk-Bentuk Hegemoni dan Counter-Hegemoni
dalam Novel Entrok Karya Okky Mandasari Prespektif Antonio Gramasci.
Hasilnya adalah
peneliti menemukan tahap bentuk-bentuk hegemoni
masyarakat sipil, para pemimpin yang berkuasa penuh terhadap masyarakat
sipil. Sementara tahapan bentuk hegemoni dalam masyarakat politik adalah
ancaman atasan terhadap bawahan, cara mempertahankan kekuasaan, dan
strategi untuk menyingkirkan penentang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Skripsi oleh Utami, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada
Januari 2018 yang berjudul Kekerasan Struktural dan Personal dalam Novel
Candik Ala 1965 Karya Tinuk R. Yampolsky. Hasilnya adalah peneliti
menemukan tiga jenis kekerasan struktural, yaitu (1) kekerasan strukturan
yang dialami oleh simpatisan PKI, (2) kekerasan struktural terhadap
masyarakt sipil pada masa orde baru, dan (3) kekerasa struktural terhadap
masyarakat sipil di Kamboja. Peneliti juga menemukan empat jenis kekerasan
persolan, yaitu (1) kekerasan personal terhadap anggota oraganisasi
kepemudaan, (2) kekerasan terhadap simpatisan PKI, (3) kekerasan personal
terhadap wanita, dan (4) kekerasan personal terhadap waga sipil di Kamboja.
Bentuk kekerasan yang mendominasi kekerasan personal pada novel tersebut,
yaitu (1) cara yang digunakan adalah menggunakan badan manusia itu
sendiri, (2) bentuk organisasinya adalah TNI, dan (3) sasaran pendekatannya
berbentuk anatomis.
Meski demikian, penulis ingin mendalami atau lebih fokus pada unsur
intrinsik, dominasi, hegemoni, dan kekuasaan yang terdapat dalam serat
Rangsang Tuban karya Padmasusastra, karena analisis sebelumya yang
ditemukan penulis sebagian besar menggunakan sosiologi sastra dan hanya
sebagian saja dan belum mencakup semua isi dalam serat tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1.6 Kerangka Teori
1.6.1
Analisis Struktural
Sebuah karya sastra memiliki sebuah unsur pembangun yang tersusun
atas unsur-unsur intrinsik (intrinsic). Unsur intrinsik sebuah novel adalah
unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita
(Nurgiyantoro, 1998: 23). Struktur tersebut dapat dilakukan dengan analisis
struktural. Analisis Struktural karya sastra, dilakukan dengan mendefinisikan,
mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan antar unsur intrinsik fiksi yang
bersangkutan.
Nugiyantoro (1998: 37) menjelaskan bahwa analisis struktural
bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar
berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah
kemenyeluruhan. Tahap awal dapat diidentifikasi dan dideskripsikan,
misalnya bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan,
latar, sudut pandang. Barulah dijelaskan bagaimana fungsi-fungsi dari
masing-masing unsur itu dalam menunjang makna keseluruhan dan
membentuk totalitas kemaknaan yang padu.
Analisis struktural dalam serat Rangsang Tuban ini akan berfokus pada
tokoh dan penokohan; latar yang terdiri dari latar tempat, latar waktu dan latar
sosial. Hal ini bertujuan agar penelitian lebih efektif dan efisien, maka
diperlukan batasan-batasan sesuai dengan kebutuan penelitian. Hasil dari
analisis tokoh, penokohan dan latar akan memudahkan peneliti dalam
merumuskan ke dalam rumusan masalah selanjutnya, yaitu bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dominasi dan hegemoni prespektif Antonio Gramsci, serta kekuasaan
menurut Johan Galtung dalam serat Rangsang Tuban.
1.6.1.1 Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah pelaku cerita. Tokoh adalah individu rekaan yang
mengalami sebuah peristiwa atau perlakuan di dalam berbagai peristiwa
cerita. Nurgiyantoro (1998: 165) istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya,
pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “Siapakah
tokoh utama novel itu?”, atau “Ada berapa orang jumlah pelaku novel itu?”,
atau “Siapakah tokoh protagonis dan anatagonis dalam novel itu?”, dan
sebagainya.
Tokoh
cerita
(character),
menurut
Abrams
(1981:20)
dalam
Nurgiyantoro (1998: 165-166), adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam
suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki
kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam
ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut juga
dapat diketahui bahwa antara seorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat
berkaitan dalam penerimaan pembaca. Dalam hal ini, khususnya dari
pandangan teori resepsi, pembacalah sebenarnya yang memberi arti
semuanya. Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan
berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain (nonverbal). Pembedaan
antar tokoh yang satu dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi
daripada dilihat secara fisik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Penokohan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tokoh. Meliputi
permasalahan karakterisasi penggambaran tokoh cerita, dan metode pelukisan
tokoh. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang
yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan dan karakterisasi sering
juga diartikan dengan karakter dan perwatakan, menunjuk pada penerapan
tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita.
Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam
beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu
dilakukan. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh
dapat saja dikategorikan ke dalam beberapa jenis penamaan sekaligus,
misalnya sebagai tokoh utama-protagonis-berkembang-tipikal (Nurgiyantoro,
1998: 176).
Penelitian ini berfokus pada tokoh utamanya saja, hal tersebut karena
banyaknya tokoh yang terdapat dalam serat Rangsang Tuban, namun tokohtokoh tambahan dalam serat ini juga sangat berpengaruh terhadap jalannya
cerita. Dalam serat ini terdapat tiga tokoh utama yang menjadi pusat dan
penggerak dalam alur cerita secara keseluruhan.
1.6.1.1.1 Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam sebuah penceritaan
novel yang bersangkutan. Tokoh utama selalu hadir atau paling banyak
dibicarakan sebagai pelaku yang dikenai kejadian dan konflik, mempengaruhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
perkembngan plot. Tokoh utama dalam sebuah novel bisa lebih dari satu
orang.
Sedangakan tokoh tambahan adalah tokoh
yang memegang peran
sebagai pelengkap atau sebagai tambahan dalam seluruh jalan cerita novel.
Tokoh tambahan muncul menurut kebutuhan cerita dalam novel. Pemunculan
tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita terbilang lebih sedikit, tidak terlalu
dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh
utama, baik secara langsung maupun tidak langsung.
1.6.1.2 Latar
Latar atau setting mengandung pengertian sebagai tempat, hubungan
waktu, dan lingkungan sosial termpat terjadinya peristiwa yang diceritakan.
Latar dikelompokkan bersama dengan tokoh dan penokohan, ke dalam fakta
(cerita) karena ketiga hal tersebut yang akan dialami dan dapat menjadi
imajinasi pembaca secara faktual jika membaca sebuat cerita fiksi. Latar
memberikan kesan realistik dan sungguh-sungguh terjadi. Penelitian ini
berfokus pada latar tempat, latar waktu dan latar sosial saja.
1.6.1.2.1 Latar Tempat
Latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah cerita fiksi. Menurut Nurgiyantoro (1998: 227), penggunaan tempat
dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau paling tidak tak
bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1.6.1.2.2 Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu
dalam cerita fiksi dapat menjadi dominan dan fungsional jika dikerjakan
dengan teliti, khususnya jika dihubungkan dengan waktu sejarah.
1.6.1.2.3 Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya
fiksi (Nurgiyantoro, 1998: 233). Kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap merupakan masalah
dalam lingkup yang cukup kompleks.
Latar sosial berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan,
seperti rendah, menenengah, dan atas. Latar sosial dapat dipandang atau
menggambarkan suasana kedaerahan, local color, warna setempat daerah
tertentu melalui kehidupan sosial masyarakat. Masalah penamaan tokohtokoh juga berhubungan dengan latar sosial. Status sosial adalah salah satu
hal yang perlu diperhitungkan dalam pemilihan latar dalam cerita fiksi. Latar
sosial.
1.6.2
Analisis Dominasi, Hegemoni, dan Kekuasaan
Peneliti menggunakan dua kajian dalam analisis serat Rangsang Tuban
karya Ki Padmasusastra, yaitu dengan teori dominasi dan hegemoni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
prespektif Antonio Gramsci, serta teori kekuasaan menurut Johan Galtung.
Kedua teori tersebut digunakan untuk menganalisis beberapa strategi
kekuasaan yang terdapat dalam serat Rangsang Tuban yang diawali dari
sebuah hegemoni, kemudian terdapat dominasi-dominasi kekuasaan yang ada
di dalamnya, dan diakhir cerita ditutup dengan hegemoni.
1.6.2.1 Dominasi dan Hegemoni Perspekif Antonio Gramsci
Hegemoni adalah sebuah dominasi oleh satu kelompok yang lain, tanpa
ancaman kekerasan, sebagai ide-ide yang dituntun oleh kelompok dominasi
terhadap kelompok yang didominasi atau dikuasai, diterima sebagai sesuatu
yang wajar dan tidak memberatkan. Hegemoni membuat masyarakat percaya
dengan prinsip-prinsip, aturan-aturan dan hukum yang dianggap dapat
mensejahterakan bersama, meskipun sebenarnya tidak. Menurut Faruk (2010:
144), Gramsci berpegang teguh pada penyatuan kedua aspek tersebut secara
bersama-sama. Salah satu cara yang di dalamnya “pemimpin” dan “dipimpin”
disatukan adalah lewat “kepercayaan-kepercayaan populer”.
Istilah hegemoni diturunkan dari istilah Yunani, hegeisthai yang berarti
kepemimpinan (Sehandi, 2016: 188). Konsep hegemoni banyak digunakan
oleh sosiolog untuk menjelaskan fenomena terjadinya usaha untuk
mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa. Penguasa tidak hanya
terbatas pada penguasa negara (pemerintah). Teori hegemoni digunakan
untuk memahami model kekuasaan, tetapi bukan atas dasar pemaksaan,
melainkan atas dasar kesepakatan, konsensus, dan masuk akal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Hegemoni adalah suatu dominasi kekuasaan suatu kelas sosial atas
kepada kelas sosial lainnya melalui kepemimpinan intelektual dan moral yang
dibantu dengan dominasi atau penindasan. Hegemoni mendefinisikan sifat
kompleks dari hubungan antar masyarakat dengan kelompok-kelompok
pemimpin masyarakat. Pemimpin dan yang dipimpin disatukan lewat
kepercayaan-kepercayaan populer.
Ada tiga tahapan hegemoni menurut Gramsci dalam Faruk (2010: 137),
yaitu
(1) dominasi, (2) kepemimpinan intektual, dan (3) hegemoni.
Kepemimpinan intelektual dan hegemoni di sini dapat diasatukan karena
memiliki arti yang hampir sama. Sedangkan dominasi berdiri sendiri karena
dominasi adalah bagian dari hegemoni tersebut. Menurut Faruk (2010: 135),
kekerasan adalah cara dominasi, yaitu penamaan kekuasaan dari kelas yang
berkuasa terhadap kelas yang tertindas dengan cara paksa, dengan melibatkan
aparat-aparat kekerasan seperti polisi dan sejenisnya, sedangkan kesetujuan
adalah cara hegemoni, yaitu penamaan kekuasaan yang sama, tetapi yang
dilakukan untuk mencapai kesepakatan dari kelas yang dikuasai, penerimaan
yang ikhlas dari kelas itu.
Menurut Gramsci dalam Taum (2015: 37), untuk melestarikan
kekuasaan, dominasi harus dilengkapi dengan hegemoni. Hegemoni adalah
asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang membentuk makna dan mendefinisikan
realitas bagi mayoritas masyarakat dalam kebudayaan tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1.6.2.2 Teori Kekuasaan Menurut Johan Galtung
Kekuasaan adalah kemampuan atau wewenang untuk menguasai orang
lain, memaksa dan mengendalikan mereka sampai mereka patuh, mencampuri
kebebasannya, dan memaksakan tindakan-tindakan dengan cara yang khusus
(Windhu, 1992: 32). Kekuasaan (power) sebagai sebuah konsep yang paling
dasar dan kaya dalam ilmu politik.
Konsep kekuasaan dibangun dalam sebuah relasi yang tidak seimbang.
Hal ini, memperlihatkan perbedaan antara otoritas atau wewenang dengan
kekuasaan. Kekuasaan lebih cenderung menaruh kepercayaan kepada
kekuatan. Sedangkan, otoritas adalah sebuah kekuasaan yang dilegitimasikan
yang telah mendapat pengakuan umum. Konsep kekuasaan Galtung betolak
dari prinsip hidup manusia, yaitu “ada” (being) dan “memiliki” (having)
(Windhu, 1992: 34). Kekerasan terjadi karena ada relasi yang tidak seimbang.
Ketidakseimbangan itu terjadi karena adanya perbedaan dalam segi ada,
memiliki dan kedudukan dalam struktur sosial.
Kekuasaan sering disebut dengan dominasi. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia dalam daring, arti kata dominasi adalah penguasa oleh
pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lemah (dalam bidang politik,
militer, ekonomi, perdagangan, olahraga, dan sebagainya). Kekuasaan sama
halnya dengan dominasi namun berbeda arti dengan hegemoni.
Ada tiga dimensi kekuasaan yang dijabarkan oleh Galtung, (1)
“kekuasaan atas diri sendiri” dan “kekuasaan atas orang lain”, (2) tiga tipe
kekuasaan atas orang lain: ideologis, remuneratif dan punitif, serta (3) tiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
sumber kekuasaan, yaitu “ada”, “memiliki”, dan “kedudukan” manusia dalam
struktur sosial.
1.7 Metode Penelitian
Metode berasal dari kata methodos (bahasa Latin), yang berakar dari
kata meta (menuju, melalui, mengikuti) dan hodos (jalan, cara, arah). Metode
merupakan cara, strategi untuk memahami realitas, sebuah langkah-langkah
yang sistematis agar dapat memecahkan rangkaian sebab akibat. Secara
konkret, metode merupakan cara mengumpulkan data, menganalisis data, dan
menyajikan data yang dianalisis.
Paradigma penelitian sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah
paradigma M. H Abrams. Abrams membagi kritik sastra menjadi empat
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan objektif, (2) pendekatan ekspresif, (3)
pendekatan mimetik, dan (4) pendekatan pragmatik. Dalam penelitian sastra
ini, penulis hanya memfokuskan pada dua pendekatan saja yaitu, pada
pendekatan objektif dan pendekatan mimetik. Pada pendekan objektif yang
membahas tentang struktur cerita yang mencakup tokoh, penokohan dan latar
yang terdiri dari latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Sedangkan
pendekatan mimetik yang mencakup dua teori, yaitu teori Antonio Gramsci
yang membahas tentang dominasi dan hegemoni, serta teori dari Johan
Galtung yang membahas tentang kekuasaan yang terdapat dalam serat
Rangsang Tuban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Metode penelitian adalah cara atau prosedur yang akan ditempuh oleh
peneliti dalam memecahkan masalah dalam penelitian. Penelitian ini akan
melalui tiga tahap, yaitu metode pengumpulan data, metode analisis data, dan
metode penyajian hasil analisis data. Berikut ini akan diuraikan masingmasing tahap serta sumber data yang diperoleh peneliti dalam melaksanakan
penelitian, kemudian akan dijabarkan pula sumber data yang diperoleh
peneliti dalam melaksanakan penelitian.
1.7.1
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan proses pengambilan data, agar
data yang diambil dapat mewakili dan dapat memudahkan proses analisis
dalam sebuah penelitian. Metode yang digunakan dalam analisis serat
Rangsang Tuban adalah dengan studi pustaka. Peneliti menggunakan teknik
baca dan teknik studi pustaka. Teknik baca digunakan oleh peneliti untuk
membaca serat Rangsang Tuban dan teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian. Hasil bacaan akan dicatat dan menghasilkan data. Hasil catatan
tersebut adalah poin-poin yang berkaitan dengan tokoh, penokohan, latar, dan
stategi kekuasaan hegemoni yang terdapat dalam serat Rangsang Tuban.
Metode studi pustaka digunakan untuk mendapatkan data serta
beberapa referensi yang akurat untuk menganalisis serat Rangsang Tuban
dengan teori yang akan digunakan. Studi pustaka berkaitan dengan objek
penelitan, yaitu dominasi, hegemoni, dan kekuasan dalam serat Rangsang
Tuban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
1.7.2
Metode Analisis Data
Metode analisis data berupa deskripsi tentang tokoh, penokohan, dan
latar. Setelah data terklasifikasi, data tersebut akan dirumuskan dalam stategi
dominasi, hegemoni, dan kekuasaan. Analisis mengenai tokoh, penokohan,
dan latar (latar tempat, latar waktu dan latar sosial) yang sangat penting
untuk membantu peneliti dalam mengaitkan bentuk-bentuk strategi dominasi,
hegemoni, dan kekuasaan yang ada dengan konteks latar tempat, latar waktu,
dan latar sosial yang ada dalam serat Rangsang Tuban.
Metode analisis data dalam penelitian ini akan dirumuskan dengan
analisis isi dan analisis formal. Metode analisis isi atau analisis konten akan
mengungkapkan isi dari karya sastra yang dianalisis sebagai bentuk
komunikasi antara pengarang dan pembaca karya sastra. Sedangkan metode
formal atau struktural, peneliti menganalisis unsur-unsur yang ada dalam
karya sastra tersebut.
1.7.3
Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Metode penyajian hasil analalisis data dalam penelitian ini akan
dirumuskan secara deskriptif, kualitatif. Hasil analisis data akan berupa
pemaknaan sebuah karya sastra yang disajikan secara deskriptif. Metode
penyajian hasil analisis secara kualitatif merupakan cara penyajian hasil
analisis data dengan memanfaatkan penafsiran menggunakan menyajikan
sebuah penelitian ke dalam bentuk deskriptif. Fakta sosial yang sebagaimana
ditafsirakan oleh subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
1.7.4
Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumber data
tertulis yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber data,
yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
1.7.4.1 Sumber Data Primer
Penelitian ini meru
DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN
DALAM SERAT RANGSANG TUBAN KARYA KI PADMASUSASTRA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Brigitta Gangga Tribuana
NIM: 154114043
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN
DALAM SERAT RANGSANG TUBAN KARYA KI PADMASUSASTRA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Brigitta Gangga Tribuana
NIM: 154114043
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 11 Januari 2019
Penulis
Brigitta Gangga Tribuana
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah
untuk Kepentingan Akademis
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Brigitta Gangga Tribuana
NIM
: 154114043
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Dominasi, Hegemoni, dan Kekuasaan
dalam Serat Rangsang Tuban Karya Ki Padmasusastra.
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya
di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta
izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 11 Januari 2019
Yang menyatakan,
Brigitta Gangga Tribuana
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Jangan pernah ragu akan jarak.
Karena jarak menghasilkan rindu.
Jangan pernah takut akan waktu.
Karena waktu yang menyatukan kita.
Karya ini kupersembahkan kepada mamaku tercinta, M.G. Purwini Disriati.
Saudara-saudariku terkasih Padmo Adi dan Angela Padma Dewi.
Serta semua orang yang saya kasihi dan yang mengasihi saya.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Terjadilah padaku, menurut kehendak-Mu”
(Luk.1: 26-38)
“Hidup itu seperti pergelaran wayang, dimana kamu menjadi dalang atas naskah
semesta yang dituliskan oleh Tuhan mu.”
(Sujiwo Tejo)
“Bahagia adalah ketika kita lebih sering tersenyum, lebih berani bermimpi, lebih
mudah tertawa, dan lebih banyak bersyukur.”
(Merry Riana)
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Yang Maha Sempurna. Berkat
bimbingan dan pertolongan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Dominasi, Hegemoni, dan Kekuasaan dalam Serat Rangsang Tuban
Karya Ki Padmasusastra dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan tepat waktu
jika tidak didasari dengan niat, memulai, dan menyelesaikan dengan penuh suka
cita yang terbangun dari diri penulis sendiri. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasihnya kepada beberapa pihak yang sudah
memberikan bimbingan, dukungan, semangat dan motivasi dalam penulisan
skripsi ini.
Pertama, penulis mengucapkan terima kasih kepada Susilawati Endah Peni
Adji, S.S., M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing Akademik, Kaprodi, dan
sekaligus merangkap sebagai pembimbing I yang selalu memberikan banyak
masukan berharga dan dukungan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Kedua, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Yoseph Yapi Taum,
M. Hum. sebagai pembimbing II yang telah memberikan dukungan semangat dan
mengarahkan penyusunan skripsi ini.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ketiga, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma (USD), Yogyakarta. Kepada Prof. Dr.
Praptomo Baryadi, M. Hum. sebagai dosen terfavorit bagi seluruh mahasiswa
Sastra Indonesia USD, kepada Sony Christian Sudarsosno, S.S., M.A. selaku
Wakil Ketua Program Studi Sastra Indonesia USD, Drs. B Rahmanto, M. Hum.,
Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S., M.A., Dr.Paulus Ari Subagyo, M. Hum.
(alm), dan Drs. Hery Antono, M. Hum. (alm) yang sangat berjasa dan telah
bersedia memberikan ilmunya selama saya kuliah di Program Studi Sastra
Indonesia. Serta penulis mengucapkan terima kasih kepada Staf Sekretariat
Fakultas Sastra Indonesia atas pelayanan dan bantuan yang diberikan dengan baik
selama ini.
Keempat, ucapan terima kasih khususnya untuk mama saya, M.G Purwini
Disriati yang selalu memberikan semangat dan doa yang terbaik untuk penulis.
Terima kasih sudah bekerja keras dan mengizinkan penulis meraih mimpinya di
Kota Yogyakarta. Ucapan terima kasih pula untuk kedua kakak saya, Padmo Adi
dan Angela Padma Dewi, kedua kakak ipar saya Kartika Indah dan Antonius Adi,
serta untuk kedua keponakan saya Rama Sanjaya Padmakarna dan Kidung Ayunda
yang tak hentinya memberikan semangat dan dukungan psikologis kepada saya.
Terima kasih juga kepada saudara sepupu saya Adrianus Hendry yang sama-sama
kuliah di Jogja, dia selalu ada disaat saya kesepia dan selalu memberikan semangat
terlebih ketika saya mengerjakan skripsi ini. Tak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada bapak saya, Hadrianus Denda Surono (alm) yang memberikan inspirasi
bagi saya dalam penulisan skripsi ini.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kelima, untuk sahabat saya, yaitu Susana Saras dan Roswita Yostin yang
selalu setia menemani segala rasa selama saya kuliah di sini. Kalian selalu setia
menjadi tempat bercerita yang asyik dan menjadi tempat hiburan yang
membangkitkan semangat saya. Terima kasih juga untuk anak-anak JO LALI,
Saras, Yostin, Lana, Maya, Berta dan Anin yang menjadi teman terbaik selama
menjalani proses berdinamika di UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Grisadha
(Grup Tari Sanata Dharma). Serta untuk seluruh mahasiswa Prodi Sastra Indonesia
angkatan 2015, terima kasih atas bantuannya selama saya kuliah di sini, teruntuk
Erline, Grey, Ina, Laras, Phelvine, Amanda, Brigitta, Genjikable, Galih, Ditho dan
Semujur.
Terakhir, saya mengucapkan terima kasih kepada Ignatius Wahyu Aji
Wibowo, teman baik saya sewaktu dibangku SMP, yang sudah kembali hadir di
waktu yang sangat tepat, menjadi kado Natal 2018 yang tak terduga bagi saya,
pertemuan singkat kita sangat berarti dan terima kasih sudah membangkitkan
semangatku. Terima kasih juga untuk kedua sahabatku, Yosephine Pratita dan
Dika Sekar, yang meski diam mengamati saja, tetap memberikan perhatian dan
semangat untuk penulis. Serta ucapan terima kasih untuk kakak dan adek temu
gedhe ku, yaitu Andreas Eka Wijaya (Pongky) dan Dioda Yotam Paninggar yang
sangat berjasa dalam membangkitkan semangat dikala saya terpuruk ketika
pengerjaan skripsi ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Serta ucapan terima kasih kepada semua pihak, yaitu Mbah Putri, om,
tante, saudara sepupu saya, teman-teman saya, dan orang sekitar yang mengenal
saya, yang tidak dapat saya tuliskan satu-persatu. Skripsi ini adalah bentuk
tanggung jawab saya sebagai salah satu keturunan dari Ki Padmasusastra dan
dengan mengapresiasi karya beliau saya ingin megenalkan kepada dunia bahwa
ada sastrawan daerah dari Surakarta yang memiliki karya yang begitu luarbiasa
menginspirasi.
Yogyakarta, 12 Januari 2019
Penulis
Brigitta Gangga Tribuana
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Tribuana, Brigitta Gangga. 2019. Dominasi, Hegemoni dan Kekuasaan dalam
Serat Rangsang Tuban Karya Ki Padmasusatra. Skripsi Strata Satu
(S-1). Yogyakarta: Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas
Sanata Dharma.
Penelitian ini mengangkat topik tentang “Dominasi, Hegemoni, dan
Kekuasaan dalam Serat Rangsang Tuban Karya Ki Padmasusastra”. Penelitian ini
bertujuan untuk (1) menguraikan struktur cerita dalam serat Rangsang Tuban
karya Ki Padmasusastra yang mencakup tokoh, penokohan, dan latar; dan (2)
mendeskripsikan dominasi, hegemoni, dan kekuasaan menggunakan prespektif
Antonio Gramsci dan Johan Galtung dalam serat Rangsang Tuban karya Ki
Padmasusastra. Dalam menguraikan struktur cerita, penulis menggunakan kajian
strukturalis. Selain itu, untuk mendeskripsikan dan menganalisa serat tersebut,
penulis menggunakan teori dominasi dan hegemoni Antonio Gramsci, serta teori
kekuasaan menurut Johan Galtung. Penelitian sastra ini menggunakan paradigma
M. H Abrams, yaitu pendekatan objektif dan pendekatan mimetik. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara metode studi pustaka, metode
analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data.
Tokoh utama dalam serat ini adalah Prabu Warsakusuma, Prabu
Warihkusuma, dan Raden Udakawimba. Sedangkan tokoh tambahan dalam serat
ini adalah Prabu Sindupati, Kyai Umbul Mudal, Endang Wresti, Ki Patih
Toyamarta, Ki Tumenggung Jalasenggara, Prabu Hertambang, Dewi Wayi, Kyai
Buyut Wulusan atau Kyai Ageng Wulusan, Nyai Buyut Wulusan, Kyai Penghulu,
Arya Toyatuli, Raden Lodaka, dan Rara Sendang. Analisis latar dalam serat ini
terbagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat
dalam serat ini adalah di Negeri Tuban, Gunung Mudal, Banyubiru, Desa
Sumbereja, Tirtakandas, dan Gunung Rancakarni. Latar waktu dalam serat ini
adalah tahun 1600-an, pada masa kerajaan Tuban, dan latar sosial yang terdapat
dalam serat ini adalah kehidupan masyarakat Jawa pada masa Mataram.
Penulis menemukan dominasi, hegemoni, dan kekuasaan di dalam serat
ini. Analisis dominasi yang terjadi berujung pada pemberontakan. Terdapat tiga
macam hegemoni dalam serat ini, yaitu: (1) hegemoni dalam kebijakan negara, (2)
hegemoni dalam pendidikan, dan (3) hegemoni dalam tata cara kenegaraan.
Analisis kekuasaan dalam penelitian ini terbagi atas tiga perbedaan, yaitu sebagai
berikut: (1) kekuasaan atas diri sendiri dan kekuasaan atas orang lain; (2)
kekuasaan ideologi, kekuasaan remeneratif, dan kekuasaan punitif; (3) sumber
kekuasan: “ada”, “memiliki”, dan “kedudukan”. Sumber kekuasaan yang paling
dominan dalam serat ini adalah darah biru atau kebangsawanan.
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Tribuana, Brigitta Gangga. 2019. Domination, Hegemony, and Power in
Romance Rangsang Tuban by Ki Padmasusastra. Undergraduate
Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature. Faculty of Literature.
University of Sanata Dharma.
This research talks about “Domination, Hegemony, and Power in
Romance RangsangTuban by Ki Padmasusastra”. The research wants to (1)
describe the srtucture of the story in romance Rangsang Tuban by Ki
Padmasusastra, which include personage, personification, and background;
and (2) using Antonio Gramsci and Johan Galtung‟s theories, the research
wants to describe the domination, hegemony, and power in this romance. To
describe the structure of the story, the writer uses structuralist study.
Moreover, to describe and to analyze the romance, the writer uses Gramsci‟s
theory of domination and hegemony, and Johan Galtung‟s theory of power.
This research uses the paradigm of M.H. Abrams, which is objective approach
and mimetic approach.The methods of data collecting in this research are
literature review, data analysis, and presentation of the results of data analysis.
The main characters of this romance are Prabu Warsakusuma, Prabu
Warihkusuma, and Raden Udakawimba. Meanwhile the additional characters
in this romance are Prabu Sindupati, Kyai Umbul Mudal, Endang Wresti, Ki
Patih Toyamarta, Ki Tumenggung Jalasenggara, Prabu Hertambang, Dewi
Wayi, Kyai BuyutWulusan or Kyai Ageng Wulusan, Nyai Buyut Wulusan,
Kyai Penghulu, Arya Toyatuli, Raden Lodaka, and Rara Sendang. There are
three backgrounds analysis of this romance, which are background of places,
background of time, and background of social. The background of places in
this romance areTuban Country, Mudal Mount, Banyubiru, Sumbereja
Village, Tirtakandas, and Rancakarni Mount. Background of time in this
romance is year 1600‟s, in the time of Tuban Kingdom. The background of
social in this romance is the life of Javanese people in the era of Mataram.
The writer finds domination, hegemony, and power in this romance.
There are three kinds of hegemony in this romance, which are (1) hegemony in
state policy, (2) hegemony in education, and (3) hegemony in state rules.
There are also three kinds of power in this romance, which are (1) the power to
oneself and the power to others; (2) the power of ideology, the power of
remunerative, and the power of punitive; (3) the source of power: “being”,
“having”, and “position”. The most domination source of power in this
romance is the power of being the royal blood.
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi
MOTTO ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ xii
ABSTRACT ........................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
1.4
Manfaat Hasil Penelitian................................................................................ 6
1.4.1
Manfaat Teoretis ................................................................................ 6
1.4.2
Manfaat Praktis .................................................................................. 7
1.5
Tinjauan Pustaka............................................................................................ 7
1.6
Kerangka Teori ............................................................................................ 11
1.7
1.8
1.6.1
Analisis Struktural............................................................................ 11
1.6.2
Analisis Dominasi, Hegemoni, dan Kekuasaan ............................... 15
Metode Penelitian ........................................................................................ 19
1.7.1
Metode Pengumpulan Data .............................................................. 20
1.7.2
Metode Analisis Data ....................................................................... 21
1.7.3
Metode Penyajian Hasil Analisis Data ............................................. 21
1.7.4
Sumber Data ..................................................................................... 22
Sistematika Penyajian .................................................................................. 23
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II ANALISIS STRUKTUR CERITA DALAM SERAT RANGSANG
TUBAN KARYA KI PADMASUSASTRA ....................................................... 24
2.1
Pengantar ..................................................................................................... 24
2.2
Tokoh dan Penokohan ................................................................................. 24
2.3
2.2.1
Tokoh Utama.................................................................................... 25
2.2.2
Tokoh Tambahan ............................................................................. 31
Latar ............................................................................................................. 39
2.3.1
Latar Tempat .................................................................................... 39
2.3.2
Latar Waktu ...................................................................................... 44
2.3.3
Latar Sosial....................................................................................... 45
BAB III DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT
RANGSANG TUBAN KARYA KI PADMASUSASTRA ................................ 47
3.1
Pengantar ..................................................................................................... 47
3.2
Dominasi dan Hegemoni ............................................................................. 47
3.3
3.2.1
Dominasi .......................................................................................... 49
3.2.2
Hegemoni ......................................................................................... 53
3.2.2.1
Hegemoni dalam Kebijakan Negara ................................. 53
3.2.2.2
Hegemoni dalam Pendidikan ............................................ 55
3.2.2.3
Hegemoni dalam Tata Cara Kenegaraan........................... 56
Kekuasaan .................................................................................................... 58
3.3.1
Kekuasaan atas Diri Sendiri dan Kekuasaan atas Orang Lain ......... 58
3.3.2
Ideologis, Remuneraif, dan Punitif .................................................. 62
3.3.3
Sumber Kekuasaan ........................................................................... 64
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 69
4.1
Kesimpulan .................................................................................................. 69
4.2
Saran ............................................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 73
LAMPIRAN ......................................................................................................... 75
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra adalah karya cipta dari seorang penulis untuk tujuan
estetika kehidupan manusia. Salah satu karya sastra adalah novel. Menurut
Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 9), sebutan novel dalam bahasa Inggris
yang masuk ke Indonesia berasal dari bahasa Itali novella (yang dalam bahasa
Jerman: novelle). Secara harfiah novella berarti „sebuah barang baru yang
kecil‟, dan kemudian diartikan sebagai „cerita pendek dalam bentuk prosa‟.
Menurut KBBI edisi V (2016), novel adalah karangan prosa yang panjang
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di
sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Sedangkan
prosa sendiri adalah karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yang terdapat
dalam puisi), KBBI edisi V (2016).
Objek yang akan menjadi pokok pembahasan dalam skripsi ini adalah
sebuah prosa sastra Jawa modern yang berbentuk serat (bahasa Jawa), dalam
segi penceritaan hampir mirip dengan novel. Serat (bahasa Jawa) berarti
sebuah karya sastra yang berisi tentang ajaran-ajaran dari leluhur yang
bertujuan untuk kebaikan. Novel dan serat memiliki perbedaan, di mana
novel menceritakan secara detail bagaimana keadaan yang terjadi dalam
cerita tersebut, sedangkan serat hanya menceritaan pokok-pokok penting
dalam ceritanya saja.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Objek material pada penelitian ini adalah serat Rangsang Tuban karya
Ki Padmasusastra. Serat ini ditulis pertama kali pada tahun 1900
menggunakan tulisan tangan dalam bentuk aksara Jawa, namun baru di
publikasikan pada tahun 1912 oleh Budi Utomo di Surakarta. Pada tahun
1985 Balai Pustaka mengalih aksara Rangsang Tuban ke dalam bahasa Jawa
Latin, serta menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia supaya lebih
mudah dibaca dan dipahami oleh pembacanya. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra terbitan Balai
Pustaka (1985) yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia untuk
menjadi objek pada penelitiannya.
Ki Padmasusastra memproklamasikan dirinya sebagai, „Tiyang mardika
ingkang marsudi kasusastran Jawi ing Surakarta’, artinya „orang merdeka
yang menekuni kesusastraan Jawa di Surakarta‟. Ki Padmasusastra
menyatakan dirinya merdeka karena dia tidak terikat oleh aturan-aturan
keraton seperti gurunya, yaitu Ranggawarsita yang memang keturunan
keraton. Suwardi adalah nama kecil Ki Padmasusastra, beliau lahir di
Kampung Sraten, Surakarta tanggal 21 Maulud 1771 J atau tanggal 20 April
1841 Masehi dan meninggal pada hari Senin Wage tanggal 17 Rajab 1856 J
atau tanggal 1 Februari 1926 Masehi (85 tahun, mengikuti hitungan Jawa),
dengan meninggalkan puluhan karya yang berkualitas. Ki Padmasusastra
tidak hanya seorang penulis sastra fiksi dan sastra wulang (ajar), beliau juga
banyak memperhatikan dunia bahasa, sebenarnya beliau adalah seorang ahli
bahasa di masanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Serat Rangsang Tuban, (Padmasusasta, 1985: 6) petikan dari kitab
Weddha,
karya
Padmasusastra.
Empu
Serat
Manehgunna,
Rangsang
kemudian
Tuban,
digubah
(Padmasusastra,
oleh
Ki
1985:
6)
mengisahkan tentang dua orang pangeran dari Negeri Tuban yang bernama
Pangeran Warihkusuma dan Pangeran Adipati Anom Warsakusuma. Konflik
awal terjadi ketika Pangeran Adipati Anom Warsakusuma merasa iri kepada
kakaknya Pangeran Warihkusuma yang akan menikah dengan saudara
sepupunya yang bernama Endang Wresti. Kemudian terjadilah penyerangan
dari pangeran Warsakusuma untuk Pangeran Warihkusuma, namun Pangeran
Warihkusuma tidak melawan karena dia merasa malu jika harus berperang
dengan
saudaranya
sendiri,
terlebih
bila
masalahnya
hanyalah
memperebutkan Endang Wresti. Hal ini terdapat dalam kutipan (1) dan (2).
(1) Ringkasnya, sri baginda saat itu masih mampu mempertahankan sikapnya
yang wajar terhadap kakaknya, akan tetapi kemudian menyatakan
keinginannya utuk langsung kembali ke istana tidak dapat menunggui
perkawinan kakaknya karena mendadak badannya merasa kurang enak
badan (Padmasusastra, 1985: 11).
(2) Pangeran Warihkusma tidak mau melaksanakan perlawanan karena
kuwatir akan menimbulkan kerusakan atau korban di kalangan rakyat.
Selain musuh terlampau besar, ia pun merasa malu bermusuhan dengan
saudara sendiri hanya karena berebut istri (Padmasusastra, 1985: 13).
Serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra dipilih sebagai topik
dalam penelitian ini didasarkan alasan sebagai berikut: (i) Novel Rangsang
Tuban merupakan serat Jawa
yang membuka pintu sastra Jawa untuk
pembaca di Indonesia; (ii) Adanya persoalan dalam serat ini, yaitu domiasi,
hegemoni dan kekuasaan yang dapat dilihat dari tokoh-tokoh dalam serat
Rangsang Tuban; (iii) Peneliti tertarik dengan dominasi dan hegemoni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
prespektif Antonio Gramsci dan teori kekuasaan menurut Johan Galtung,
menurut peneliti serat Rangsang Tuban
cocok dianalisis dengan kedua
pendekatan tersebut; (iv) Adanya manfaat terhadap hasil penelitian, di mana
peneliti menjadi jembatan antara penulis karya sastra, teks sastra, dan
pembaca sebagai penikmat karya sastra untuk dapat lebih mengenal karya
sastrawan, terutama sastrawan daerah; (v) Belum ada penelitian serat
Rangsang Tuban yang membahas dengan kedua pendekatan tersebut; (vi)
Novel Rangsang Tuban digubah oleh sastrawan yang berasal dari daerah
Solo, bukan dari pusat Jakarta; dan (vii) Penulis memiliki tanggung jawab
secara biologis, yaitu sebagai salah satu keturunan dari Ki Padmasusastra dan
secara akademis penulis ingin mengapresiasi hasil karya dari sastrawan
daerah, yaitu Ki Padmasusastra.
Dalam penelitian ini, hal pertama yang akan dibahas adalah struktur
cerita dalam serat Rangsang Tuban. Strukturalisme adalah suatu pendekatan
penelitian terhadap karya sastra terhadap unsur-unsur yang membentuknya.
Peneliti membatasi dalam mengidentifikasi dan mengkaji unsur intrinsik serat
Rangsang Tuban hanya dengan melihat dari tokoh, penokohan, dan latar
yang menjelaskan fungsi antar unsur yang memiliki keterkaitan hubungan
keseluruhan untuk mencapai pemahaman tentang estetik, makna keseluruhan
struktur karya sastra.
Setelah itu, hal kedua yang akan dibahas dalam penelitian tentang serat
Rangsang Tuban adalah keterkaitan tokoh-tokoh dengan dominasi dan
hegemoni prespektif Antonio Gramsci, serta kekuasaan menurut Johan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Galtung. Secara literal hegemoni berarti “kepemimpinan”, (Faruk, 2010:
132). Konsep hegemoni
menurut Gramsci adalah sesuatu yang lebih
kompleks. Konsep yang digunakan oleh Gramsci berfungsi untuk meneliti
bentuk-bentuk politik, kultural, dan ideologis tertentu. Namun, di dalam
penelitian ini peneliti juga akan mengkalaborasikan antara teori dominasi dan
hegemoni menurut Antonio Gramsci dengan teori kekuasaan menurut Johan
Galtung. Hal ini, karena peneliti menemukan adanya kekuasaan atau
dominasi yang diawali dari sebuah hegemoni dan di akhir cerita terdapat pula
sebuah hegemoni di dalam serat Rangsang Tuban. Perlu diketahui bahwa
dominasi adalah bagian dari hegemoni. Dominasi adalah sebuah perlawanan
dan membuat orang yang terdominasi menjadi dirugikan. Sedangkan
hegemoni di sini adalah sebuah tekanan yang mengharuskan pihak yang
terhegemoni menerimanya karena beranggapan bahwa itu merupakan sebuah
takdir dan tidak dapat dilawan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat disusun
rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana struktur cerita yang mencakup tokoh, penokohan, dan latar
dalam serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra?
1.2.2 Bagaimanakah dominasi dan hegemoni prespektif Antonio Gramsci,
serta kekuasaan menurut Johan Galtung dalam serat Rangsang Tuban
karya Ki Padmasusastra?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun di atas, tujuan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Menguraikan struktur cerita dalam serat Rangsang Tuban karya Ki
Padmasusastra yang mencakup tokoh, penokohan, dan latar.
1.3.2 Mendeskripsikan dominasi dan hegemoni prespektif Antonio Gramsci,
serta kekuasaan menurut Johan Galtung dalam serat Rangsang Tuban
karya Ki Padmasusastra. Hal ini akan dibahas dalam Bab III.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat hasil penelitian atau kegunaan hasil penelitian dalam serat
Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra dibagi menjadi dua manfaat, yaitu
manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1.4.1
Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis, yaitu manfaat bagi perkembangan disiplin ilmu baik
ilmu bahasa, sastra dan budaya. Dalam penelitian ini peneliti mengemukakan
disiplin ilmu dalam bidang sastra. Beberapa manfaat teoretis yang ada dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.4.1.1 Memperkaya kajian sastra Jawa modern dengan teori dominasi dan
hegemoni prespektif Antonio Gramsci.
1.4.1.2 Memperkaya kajian sastra Jawa modern dengan teori kekuasaan
menurut Johan Galtung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.4.2
Manfaat Praktis
Manfaat praktis, yaitu berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan profesi
tertentu di luar bidang ilmu bahasa dan sastra (studi budaya dan studi gender).
Beberapa manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.4.1.3 Penulis berharap setiap pembaca memiliki pengetahuan yang mendalam
tentang cerita dalam serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra.
1.4.1.4 Pembaca dapat mengapresiasi sebuah karya sastra Jawa modern, salah
satunya adalah serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra.
1.4.1.5 Menambah semangat membaca untuk mempelajari karya sastra,
terutama novel.
1.4.1.6 Peneliti mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangan bagi siapa saja yang berprofesi dalam bidang pendidikan
maupun sastra untuk mengenal lebih mendalam tentang dominasi dan
hegemoni prespektif Antonio Gramsci, serta kekuasaan menurut Johan
Galtung.
1.4.1.7 Memperkenalkan sastrawan asal Surakarta era Hindia Belanda,
bernama Ki Padmasusastra
1.5 Tinjauan Pustaka
Berdasarkan pengamatan penulis sudah ada yang menganalisis serat
Rangsang Tuban karya Ki Padmasustra (versi novel dalam bahasa Jawa)
dalam bentuk penelitan berupa jurnal ilmiah, namun penelitian tersebut hanya
membahas analisis strukturnya saja. Peneliti juga menemukan sinopsis novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Rangasang Tuban dalam daring. Serta beberapa skripsi yang membahas
tentang hegemoni dan kekerasan yang dapat membantu peneliti dalam
menganalisis penelitiannya tersebut. Berikut ini adalah beberapa jurnal ilmiah
dan skripsi yang menjadi bahan bacaan dari peneliti.
Analisis Struktural Novel Rangsang Tuban Karya Padmasusastra dan
Pembelajarannya di SMA dalam jurnal yang disusun oleh Isrofi, Program
Studi Pendidikan dan Sastra Jawa, Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Hasilnya adalah aspek struktural dalam novel Rangsang Tuban karya
Padmasusastra meliputi tema, alur atau plot, tokoh dan penokohan, latar,
judul dan sudut pandang. Pembelajaran novel Rangsang Tuban karya
Padmasusastra sesuai Kurikulum 2013 diterapkan pada siswa-siswi SMA
kelas XII semester gasal. Metode pembelajaran yang digunakan adalah
dengan metode diskusi dan tanya jawab. Dalam pelaksanaan pembelajaran,
siswa membaca sinopsis novel Rangsang Tuban karya Padmasusastra,
selanjutnya
siswa
mendiskusikan
secara
berkelompok
dan
mengemukakannya.
Kajian Sosiologi dalam novel Rangsang Tuban Karya Padmasusastra
dalam jurnal yang disusun oleh Kurniawan, Program Studi Pendidikan dan
Sastra Jawa, Univeritas Muhammadiyah Purworejo. Hasilnya adalah unsur
intrisik novel Rangsang Tuban karya Padmasusastra, yang terdiri dari tema
utama, tokoh dan penokohan, alur maju, latar. Aspek sosial dalam novel,
yang terdiri dari aspek kekerabatan, aspek perekonomian, aspek politik, aspek
religi atau aspek keperayaan. Namun dalam jurnal tersebut lebih ditonjolkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
ke dalam aspek kekerabatan dan aspek perekonomian. Serta ada pula
moralitas dalam novel Rangsang Tuban Karya Padmasusastra, yaitu
hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan antar manusia dengan
lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan.
Bentuk-bentuk Counter-Hegemoni dalam Novel Kuil di Dasar Laut
Karya Seno Joko Suyono: Prespektif Antonio Gramsci, merupakan sebuah
Skripsi oleh Homba, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada Juli 2016.
Hasilnya adalah peneliti menemukan perlawanan keras yang dilakukan
dengan cara menerbitkan petisi dan aksi demonstrasi; perlawanan pasif yang
dilakukan melalui cara tapak tilas dan tirakat, menantang maut, dan mencari
ketenangan di luar negeri; perlawanan humanistik yang dilakukan melalui
negosiasi dengan penguasa; perlawanan metafisik yang dilaksanakan melalui
perjalanan spiritual ke pepunden-pepunden untuk mencari wahyu tandingan
melawan Soeharto.
Skripsi oleh Wiharjo, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada
tahun 2018 yang berjudul Bentuk-Bentuk Hegemoni dan Counter-Hegemoni
dalam Novel Entrok Karya Okky Mandasari Prespektif Antonio Gramasci.
Hasilnya adalah
peneliti menemukan tahap bentuk-bentuk hegemoni
masyarakat sipil, para pemimpin yang berkuasa penuh terhadap masyarakat
sipil. Sementara tahapan bentuk hegemoni dalam masyarakat politik adalah
ancaman atasan terhadap bawahan, cara mempertahankan kekuasaan, dan
strategi untuk menyingkirkan penentang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Skripsi oleh Utami, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada
Januari 2018 yang berjudul Kekerasan Struktural dan Personal dalam Novel
Candik Ala 1965 Karya Tinuk R. Yampolsky. Hasilnya adalah peneliti
menemukan tiga jenis kekerasan struktural, yaitu (1) kekerasan strukturan
yang dialami oleh simpatisan PKI, (2) kekerasan struktural terhadap
masyarakt sipil pada masa orde baru, dan (3) kekerasa struktural terhadap
masyarakat sipil di Kamboja. Peneliti juga menemukan empat jenis kekerasan
persolan, yaitu (1) kekerasan personal terhadap anggota oraganisasi
kepemudaan, (2) kekerasan terhadap simpatisan PKI, (3) kekerasan personal
terhadap wanita, dan (4) kekerasan personal terhadap waga sipil di Kamboja.
Bentuk kekerasan yang mendominasi kekerasan personal pada novel tersebut,
yaitu (1) cara yang digunakan adalah menggunakan badan manusia itu
sendiri, (2) bentuk organisasinya adalah TNI, dan (3) sasaran pendekatannya
berbentuk anatomis.
Meski demikian, penulis ingin mendalami atau lebih fokus pada unsur
intrinsik, dominasi, hegemoni, dan kekuasaan yang terdapat dalam serat
Rangsang Tuban karya Padmasusastra, karena analisis sebelumya yang
ditemukan penulis sebagian besar menggunakan sosiologi sastra dan hanya
sebagian saja dan belum mencakup semua isi dalam serat tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1.6 Kerangka Teori
1.6.1
Analisis Struktural
Sebuah karya sastra memiliki sebuah unsur pembangun yang tersusun
atas unsur-unsur intrinsik (intrinsic). Unsur intrinsik sebuah novel adalah
unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita
(Nurgiyantoro, 1998: 23). Struktur tersebut dapat dilakukan dengan analisis
struktural. Analisis Struktural karya sastra, dilakukan dengan mendefinisikan,
mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan antar unsur intrinsik fiksi yang
bersangkutan.
Nugiyantoro (1998: 37) menjelaskan bahwa analisis struktural
bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar
berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah
kemenyeluruhan. Tahap awal dapat diidentifikasi dan dideskripsikan,
misalnya bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan,
latar, sudut pandang. Barulah dijelaskan bagaimana fungsi-fungsi dari
masing-masing unsur itu dalam menunjang makna keseluruhan dan
membentuk totalitas kemaknaan yang padu.
Analisis struktural dalam serat Rangsang Tuban ini akan berfokus pada
tokoh dan penokohan; latar yang terdiri dari latar tempat, latar waktu dan latar
sosial. Hal ini bertujuan agar penelitian lebih efektif dan efisien, maka
diperlukan batasan-batasan sesuai dengan kebutuan penelitian. Hasil dari
analisis tokoh, penokohan dan latar akan memudahkan peneliti dalam
merumuskan ke dalam rumusan masalah selanjutnya, yaitu bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dominasi dan hegemoni prespektif Antonio Gramsci, serta kekuasaan
menurut Johan Galtung dalam serat Rangsang Tuban.
1.6.1.1 Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah pelaku cerita. Tokoh adalah individu rekaan yang
mengalami sebuah peristiwa atau perlakuan di dalam berbagai peristiwa
cerita. Nurgiyantoro (1998: 165) istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya,
pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “Siapakah
tokoh utama novel itu?”, atau “Ada berapa orang jumlah pelaku novel itu?”,
atau “Siapakah tokoh protagonis dan anatagonis dalam novel itu?”, dan
sebagainya.
Tokoh
cerita
(character),
menurut
Abrams
(1981:20)
dalam
Nurgiyantoro (1998: 165-166), adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam
suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki
kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam
ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut juga
dapat diketahui bahwa antara seorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat
berkaitan dalam penerimaan pembaca. Dalam hal ini, khususnya dari
pandangan teori resepsi, pembacalah sebenarnya yang memberi arti
semuanya. Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan
berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain (nonverbal). Pembedaan
antar tokoh yang satu dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi
daripada dilihat secara fisik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Penokohan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tokoh. Meliputi
permasalahan karakterisasi penggambaran tokoh cerita, dan metode pelukisan
tokoh. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang
yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan dan karakterisasi sering
juga diartikan dengan karakter dan perwatakan, menunjuk pada penerapan
tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita.
Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam
beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu
dilakukan. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh
dapat saja dikategorikan ke dalam beberapa jenis penamaan sekaligus,
misalnya sebagai tokoh utama-protagonis-berkembang-tipikal (Nurgiyantoro,
1998: 176).
Penelitian ini berfokus pada tokoh utamanya saja, hal tersebut karena
banyaknya tokoh yang terdapat dalam serat Rangsang Tuban, namun tokohtokoh tambahan dalam serat ini juga sangat berpengaruh terhadap jalannya
cerita. Dalam serat ini terdapat tiga tokoh utama yang menjadi pusat dan
penggerak dalam alur cerita secara keseluruhan.
1.6.1.1.1 Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam sebuah penceritaan
novel yang bersangkutan. Tokoh utama selalu hadir atau paling banyak
dibicarakan sebagai pelaku yang dikenai kejadian dan konflik, mempengaruhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
perkembngan plot. Tokoh utama dalam sebuah novel bisa lebih dari satu
orang.
Sedangakan tokoh tambahan adalah tokoh
yang memegang peran
sebagai pelengkap atau sebagai tambahan dalam seluruh jalan cerita novel.
Tokoh tambahan muncul menurut kebutuhan cerita dalam novel. Pemunculan
tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita terbilang lebih sedikit, tidak terlalu
dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh
utama, baik secara langsung maupun tidak langsung.
1.6.1.2 Latar
Latar atau setting mengandung pengertian sebagai tempat, hubungan
waktu, dan lingkungan sosial termpat terjadinya peristiwa yang diceritakan.
Latar dikelompokkan bersama dengan tokoh dan penokohan, ke dalam fakta
(cerita) karena ketiga hal tersebut yang akan dialami dan dapat menjadi
imajinasi pembaca secara faktual jika membaca sebuat cerita fiksi. Latar
memberikan kesan realistik dan sungguh-sungguh terjadi. Penelitian ini
berfokus pada latar tempat, latar waktu dan latar sosial saja.
1.6.1.2.1 Latar Tempat
Latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah cerita fiksi. Menurut Nurgiyantoro (1998: 227), penggunaan tempat
dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau paling tidak tak
bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1.6.1.2.2 Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu
dalam cerita fiksi dapat menjadi dominan dan fungsional jika dikerjakan
dengan teliti, khususnya jika dihubungkan dengan waktu sejarah.
1.6.1.2.3 Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya
fiksi (Nurgiyantoro, 1998: 233). Kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap merupakan masalah
dalam lingkup yang cukup kompleks.
Latar sosial berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan,
seperti rendah, menenengah, dan atas. Latar sosial dapat dipandang atau
menggambarkan suasana kedaerahan, local color, warna setempat daerah
tertentu melalui kehidupan sosial masyarakat. Masalah penamaan tokohtokoh juga berhubungan dengan latar sosial. Status sosial adalah salah satu
hal yang perlu diperhitungkan dalam pemilihan latar dalam cerita fiksi. Latar
sosial.
1.6.2
Analisis Dominasi, Hegemoni, dan Kekuasaan
Peneliti menggunakan dua kajian dalam analisis serat Rangsang Tuban
karya Ki Padmasusastra, yaitu dengan teori dominasi dan hegemoni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
prespektif Antonio Gramsci, serta teori kekuasaan menurut Johan Galtung.
Kedua teori tersebut digunakan untuk menganalisis beberapa strategi
kekuasaan yang terdapat dalam serat Rangsang Tuban yang diawali dari
sebuah hegemoni, kemudian terdapat dominasi-dominasi kekuasaan yang ada
di dalamnya, dan diakhir cerita ditutup dengan hegemoni.
1.6.2.1 Dominasi dan Hegemoni Perspekif Antonio Gramsci
Hegemoni adalah sebuah dominasi oleh satu kelompok yang lain, tanpa
ancaman kekerasan, sebagai ide-ide yang dituntun oleh kelompok dominasi
terhadap kelompok yang didominasi atau dikuasai, diterima sebagai sesuatu
yang wajar dan tidak memberatkan. Hegemoni membuat masyarakat percaya
dengan prinsip-prinsip, aturan-aturan dan hukum yang dianggap dapat
mensejahterakan bersama, meskipun sebenarnya tidak. Menurut Faruk (2010:
144), Gramsci berpegang teguh pada penyatuan kedua aspek tersebut secara
bersama-sama. Salah satu cara yang di dalamnya “pemimpin” dan “dipimpin”
disatukan adalah lewat “kepercayaan-kepercayaan populer”.
Istilah hegemoni diturunkan dari istilah Yunani, hegeisthai yang berarti
kepemimpinan (Sehandi, 2016: 188). Konsep hegemoni banyak digunakan
oleh sosiolog untuk menjelaskan fenomena terjadinya usaha untuk
mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa. Penguasa tidak hanya
terbatas pada penguasa negara (pemerintah). Teori hegemoni digunakan
untuk memahami model kekuasaan, tetapi bukan atas dasar pemaksaan,
melainkan atas dasar kesepakatan, konsensus, dan masuk akal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Hegemoni adalah suatu dominasi kekuasaan suatu kelas sosial atas
kepada kelas sosial lainnya melalui kepemimpinan intelektual dan moral yang
dibantu dengan dominasi atau penindasan. Hegemoni mendefinisikan sifat
kompleks dari hubungan antar masyarakat dengan kelompok-kelompok
pemimpin masyarakat. Pemimpin dan yang dipimpin disatukan lewat
kepercayaan-kepercayaan populer.
Ada tiga tahapan hegemoni menurut Gramsci dalam Faruk (2010: 137),
yaitu
(1) dominasi, (2) kepemimpinan intektual, dan (3) hegemoni.
Kepemimpinan intelektual dan hegemoni di sini dapat diasatukan karena
memiliki arti yang hampir sama. Sedangkan dominasi berdiri sendiri karena
dominasi adalah bagian dari hegemoni tersebut. Menurut Faruk (2010: 135),
kekerasan adalah cara dominasi, yaitu penamaan kekuasaan dari kelas yang
berkuasa terhadap kelas yang tertindas dengan cara paksa, dengan melibatkan
aparat-aparat kekerasan seperti polisi dan sejenisnya, sedangkan kesetujuan
adalah cara hegemoni, yaitu penamaan kekuasaan yang sama, tetapi yang
dilakukan untuk mencapai kesepakatan dari kelas yang dikuasai, penerimaan
yang ikhlas dari kelas itu.
Menurut Gramsci dalam Taum (2015: 37), untuk melestarikan
kekuasaan, dominasi harus dilengkapi dengan hegemoni. Hegemoni adalah
asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang membentuk makna dan mendefinisikan
realitas bagi mayoritas masyarakat dalam kebudayaan tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1.6.2.2 Teori Kekuasaan Menurut Johan Galtung
Kekuasaan adalah kemampuan atau wewenang untuk menguasai orang
lain, memaksa dan mengendalikan mereka sampai mereka patuh, mencampuri
kebebasannya, dan memaksakan tindakan-tindakan dengan cara yang khusus
(Windhu, 1992: 32). Kekuasaan (power) sebagai sebuah konsep yang paling
dasar dan kaya dalam ilmu politik.
Konsep kekuasaan dibangun dalam sebuah relasi yang tidak seimbang.
Hal ini, memperlihatkan perbedaan antara otoritas atau wewenang dengan
kekuasaan. Kekuasaan lebih cenderung menaruh kepercayaan kepada
kekuatan. Sedangkan, otoritas adalah sebuah kekuasaan yang dilegitimasikan
yang telah mendapat pengakuan umum. Konsep kekuasaan Galtung betolak
dari prinsip hidup manusia, yaitu “ada” (being) dan “memiliki” (having)
(Windhu, 1992: 34). Kekerasan terjadi karena ada relasi yang tidak seimbang.
Ketidakseimbangan itu terjadi karena adanya perbedaan dalam segi ada,
memiliki dan kedudukan dalam struktur sosial.
Kekuasaan sering disebut dengan dominasi. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia dalam daring, arti kata dominasi adalah penguasa oleh
pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lemah (dalam bidang politik,
militer, ekonomi, perdagangan, olahraga, dan sebagainya). Kekuasaan sama
halnya dengan dominasi namun berbeda arti dengan hegemoni.
Ada tiga dimensi kekuasaan yang dijabarkan oleh Galtung, (1)
“kekuasaan atas diri sendiri” dan “kekuasaan atas orang lain”, (2) tiga tipe
kekuasaan atas orang lain: ideologis, remuneratif dan punitif, serta (3) tiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
sumber kekuasaan, yaitu “ada”, “memiliki”, dan “kedudukan” manusia dalam
struktur sosial.
1.7 Metode Penelitian
Metode berasal dari kata methodos (bahasa Latin), yang berakar dari
kata meta (menuju, melalui, mengikuti) dan hodos (jalan, cara, arah). Metode
merupakan cara, strategi untuk memahami realitas, sebuah langkah-langkah
yang sistematis agar dapat memecahkan rangkaian sebab akibat. Secara
konkret, metode merupakan cara mengumpulkan data, menganalisis data, dan
menyajikan data yang dianalisis.
Paradigma penelitian sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah
paradigma M. H Abrams. Abrams membagi kritik sastra menjadi empat
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan objektif, (2) pendekatan ekspresif, (3)
pendekatan mimetik, dan (4) pendekatan pragmatik. Dalam penelitian sastra
ini, penulis hanya memfokuskan pada dua pendekatan saja yaitu, pada
pendekatan objektif dan pendekatan mimetik. Pada pendekan objektif yang
membahas tentang struktur cerita yang mencakup tokoh, penokohan dan latar
yang terdiri dari latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Sedangkan
pendekatan mimetik yang mencakup dua teori, yaitu teori Antonio Gramsci
yang membahas tentang dominasi dan hegemoni, serta teori dari Johan
Galtung yang membahas tentang kekuasaan yang terdapat dalam serat
Rangsang Tuban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Metode penelitian adalah cara atau prosedur yang akan ditempuh oleh
peneliti dalam memecahkan masalah dalam penelitian. Penelitian ini akan
melalui tiga tahap, yaitu metode pengumpulan data, metode analisis data, dan
metode penyajian hasil analisis data. Berikut ini akan diuraikan masingmasing tahap serta sumber data yang diperoleh peneliti dalam melaksanakan
penelitian, kemudian akan dijabarkan pula sumber data yang diperoleh
peneliti dalam melaksanakan penelitian.
1.7.1
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan proses pengambilan data, agar
data yang diambil dapat mewakili dan dapat memudahkan proses analisis
dalam sebuah penelitian. Metode yang digunakan dalam analisis serat
Rangsang Tuban adalah dengan studi pustaka. Peneliti menggunakan teknik
baca dan teknik studi pustaka. Teknik baca digunakan oleh peneliti untuk
membaca serat Rangsang Tuban dan teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian. Hasil bacaan akan dicatat dan menghasilkan data. Hasil catatan
tersebut adalah poin-poin yang berkaitan dengan tokoh, penokohan, latar, dan
stategi kekuasaan hegemoni yang terdapat dalam serat Rangsang Tuban.
Metode studi pustaka digunakan untuk mendapatkan data serta
beberapa referensi yang akurat untuk menganalisis serat Rangsang Tuban
dengan teori yang akan digunakan. Studi pustaka berkaitan dengan objek
penelitan, yaitu dominasi, hegemoni, dan kekuasan dalam serat Rangsang
Tuban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
1.7.2
Metode Analisis Data
Metode analisis data berupa deskripsi tentang tokoh, penokohan, dan
latar. Setelah data terklasifikasi, data tersebut akan dirumuskan dalam stategi
dominasi, hegemoni, dan kekuasaan. Analisis mengenai tokoh, penokohan,
dan latar (latar tempat, latar waktu dan latar sosial) yang sangat penting
untuk membantu peneliti dalam mengaitkan bentuk-bentuk strategi dominasi,
hegemoni, dan kekuasaan yang ada dengan konteks latar tempat, latar waktu,
dan latar sosial yang ada dalam serat Rangsang Tuban.
Metode analisis data dalam penelitian ini akan dirumuskan dengan
analisis isi dan analisis formal. Metode analisis isi atau analisis konten akan
mengungkapkan isi dari karya sastra yang dianalisis sebagai bentuk
komunikasi antara pengarang dan pembaca karya sastra. Sedangkan metode
formal atau struktural, peneliti menganalisis unsur-unsur yang ada dalam
karya sastra tersebut.
1.7.3
Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Metode penyajian hasil analalisis data dalam penelitian ini akan
dirumuskan secara deskriptif, kualitatif. Hasil analisis data akan berupa
pemaknaan sebuah karya sastra yang disajikan secara deskriptif. Metode
penyajian hasil analisis secara kualitatif merupakan cara penyajian hasil
analisis data dengan memanfaatkan penafsiran menggunakan menyajikan
sebuah penelitian ke dalam bentuk deskriptif. Fakta sosial yang sebagaimana
ditafsirakan oleh subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
1.7.4
Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumber data
tertulis yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber data,
yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
1.7.4.1 Sumber Data Primer
Penelitian ini meru