Tindak tutur ilokusi dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan - USD Repository

  

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL KEMAMANG

KARYA KOEN SETYAWAN

SKRIPSI

Disusun untuk Memperoleh Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh :

Martinus Eka Noviawan Saputro

  

061224064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2013

   

  

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL KEMAMANG

KARYA KOEN SETYAWAN

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh :

  

Martinus Eka Noviawan Saputro

061224064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

  

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013 

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih yang melimpah, menuntun dan  memberkati  perjalanan hidup saya hingga saat ini. 

    Kedua orang tua saya, Sergius Hari Patmono (Alm.) dan Dominica Suwartini  yang selalu setia mendukung, membimbing, dan memberi nasihat yang  bermanfaat bagi hidup saya. 

    Adik‐adik saya, Ricardus Alga Admaja dan Julius Toni Admaja yang selalu  menghibur dan membawa kegembiraan.  

    Kekasih saya, Lidwina Maria Dianing Tri yang selalu setia menemani, selalu  memberi semangat dan mendukung langkah‐langkah saya.     

    Teman‐teman Kuliah yang memberi dukungan dan semangat.  

  • ***

HALAMAN MOTTO

  

“Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula

lihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitar anda

dengan penuh kesadaran”

(James Thurber)

  

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah

gagal,

tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh”

(Confusius)

  

ABSTRAK

  Saputro, Martinus Eka Noviawan. 2013. Tindak Tutur Ilokusi dalam Novel Kemamang Karya Koen Setyawan. Skripsi. Yogyakarta: PBSID. FKIP.

  JPBS. Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini berusaha menemukan jawaban terhadap dua masalah, yakni

  (a) wujud tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan, dan (b) maksud ilokusi yang terdapat dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan.

  Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Karena penelitian ini mendeskripsikan data yang berupa kata-kata. Pengumpulan data pada penelitian ini dengan teknik baca dan catat. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah: (1) menangkap dan mengidentifikasi maksud tindak ilokusi novel dengan membaca tuturan, (2) data dikelompokan ke dalam wujud dan maksud tindak tutur ilokusi, dan (3) menguraikan data dengan cara menuliskannya.

  Berdasarkan analisis data, penelitian ini menemukan lima wujud ilokusi dan maksud tindak tutur ilokusi, wujud tindak tutur ilokusi, yakni; (1) asertif yang berupa menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim, (2), direktif yang berupa perintah, dan nasehat, (3) ekspresif yang berupa meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa, (4) komisif yang berupa berjanji, bersumpah, dan menawarkan sesuatu, dan (5) deklarasi yang berupa berpasrah. Maksud tindak tutur ilokusi meliputi, maksud ilokusi asertif antara lain; (1) mengabaikan, (2) mengajak, (3) memberikan, (4) memberitahu, (5) menakut- nakuti, dan (6) menyuruh. Maksud ilokusi direktif, antara lain; (1) mengajak, (2) menolong, dan (3) menyuruh. Maksud ilokusi ekspresif, antara lain; (1) menyetujui, (2) menyuruh, (3) mengingatkan, (4) mengabaikan, (5) memperhatikan, (6) tidak bisa melakukan, (7) merasa heran, dan (8) menyadari. Maksud ilokusi komisif, antara lain; (1) tergesa-gesa, (2) mengabaikan, (3) mengerjakan, (4) menakut-nakuti, (5) mengajak, (6) mempengaruhi, (7) merasa takut, (8) meyakinkan, (9) menghargai dan (10) berharap. Maksud ilokusi deklarasi, antara lain; (1) meminta pertolongan, (2) memberi nasehat, (3) memberitahu,(4) tidak percaya, dan (5) mengajak.

  

ABSTRACT

  Saputro, Martinus Eka Noviawan. 2013. Said Illocutionary Acts in the Novel Kemamang Author by Koen Setyawan. Thesis. Yogyakarta PBSID.

  FKIP. JPBS. Sanata Dharma University. This research tried to find answers in two problems, that are (a) Form of illocutionary speech acts contained in the work of Koen Setiawan Kemamang novel, and (b) Illocutionary intent contained in Kemamang novel Koen Setiawan works.

  This research is qualitative research. Because this research describe the data in the form of words. Collecting data in this research did by reading and note technique. Analysis of the data in the research conducted by step: (1) capture and identify the purpose of the follow-illocution novel by reading the speech, (2) The data are grouped into the form and purpose of illocutionary speech acts, and (3) outlines the data by writing it down.

  Based on the data analysis, this research found the five form illocutionary intent and speech act, a form of illocutionary speech acts, that are: (1) assertive in the form of states, suggesting, boasting, complaining, and claims, (2) directive in the form of orders and advice, (3) expressive form of apology, blaming, praising, and condolence, (4) komisif the form of promise, swear, and offer something, and (5)declaration in the form of surrender. Illocutionary speech act intent includes, among other assertive illocutionary intent of ; (1) neglect, (2) invite, (3) give, (4) tell, (5) make scare, and (6) order to do. Directive illocutionary intention, among others: (1) invite, (2) help, and (3) order to do. Expressive illocutionary intention, among others: (1) approve, (2) order to do, (3) warn, (4) ignore, (5) attention, (6) can not do, (7) feel surprise, and (8) realize. Commissive illocutionary intention, among others: (1) haste, (2) ignore, (3) work, (4) make scare, (5) invite, (6) affect, (7) feel afraid, (8) convince, (9) appreciate, and (10) hope. Illocutionary intention declarations, among others: (1) ask for help, (2) give advice, (3) tell, (4) do not believe, and (5) invite.

   

KATA PENGANTAR

  Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia yang melimpah. Karena atas berkat dan karunia yang diberikan oleh Tuhan Yang Esa, penulis diijinkan menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh Universitas Sanata Dharma untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

  Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  2. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing, mengarahkan, memberi dukungan dan semangat, memberikan saran dengan teliti dan sabar.

  4. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan, memberikan semangat, dan bantuan.

  5. Seluruh dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah yang telah memberikan ilmu sehingga dapat menyelesaikan studi.

  6. Robertus Mursidiq, selaku Karyawan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah yang bersedia melayani kepentingan administrasi.

  7. Kedua Orang Tuaku, Sergius Hari Patmono (Alm.) dan Dominica Suwartini terima kasih atas cinta kasih, doa, dukungan, dan bimbingan yang luar biasa.

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................. v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi

HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................... vii

ABSTRAK .................................................................................................... viii

ABSTRACT ................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ................................................................................. x

DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................

  3 1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................

  3 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................

  4 1.5 Batasan Istilah ...................................................................................

  4 1.6 Sistematika Penyajian ........................................................................

  6 BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................

  7 2.1 Penelitian yang Relevan ...................................................................

  7 2.2 Kajian Teori .....................................................................................

  9 2.2.1 Pengertian Pragmatik ............................................................

  9

  2.2.2 Tindak Tutur .......................................................................... 11 2.2.3 Tindak Tutur Ilokusi .............................................................

  15 2.2.4 Klasifikasi Tindak Tutur Ilokusi ..........................................

  16 2.2.5 Kerangka Berpikir ................................................................

  20

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ................................................

  21 3.1 Jenis Penelitian .................................................................................

  21 3.2 Sumber Data .....................................................................................

  21 3.3 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................

  22 3.4 Teknik Analisis Data ........................................................................

  22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.........................

  25 4.1 Deskripsi Data ..................................................................................

  25 4.2 Analisis Data ....................................................................................

  29 4.2.1 Wujud Tindak Tutur Ilokusi dalam Novel Kemamang ...........

  30 4.2.2 Maksud Tindak Tutur Ilokusi dalam Novel Kemamang .........

  31 4.2.2.1 Tindak Ilokusi Asertif ....................................................

  31 4.2.2.2 Tindak Ilokusi Direktif ...................................................

  38 4.2.2.3 Tindak Ilokusi Ekspresif ................................................

  43 4.2.2.4 Tindak Ilokusi Komisif ..................................................

  49 4.2.2.5 Tindak Ilokusi Deklarasi ................................................

  54

  4.3 Hubungan Novel Kemamang dengan Tindak Tutur Ilokusi………

  58 BAB V PENUTUP………………………………………………………. .

  61 5.1 Kesimpulan .......................................................................................

  61 5.2 Saran .................................................................................................

  62 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

  63 LAMPIRAN .................................................................................................

  65

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup di lingkungan masyarakat.

  Di dalam kehidupan bermasyarakat, berkomunikasi merupakan kegiatan menyampaikan maksud yang dikehendaki penutur agar dapat ditangkap oleh mitra tutur. Dalam berkomunikasi mitra tutur berusaha memahami maksud yang diujarkan oleh penutur. Wijana (1996: 18) menyatakan bahwa sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu.

  Selain itu Austin melalui Ibrahim (1993: 106) menjelaskan bahwa sebagian ujaran bukanlah pernyataan atau pertanyaan tentang informasi tertentu, tetapi ujaran itu merupakan tindakan. Pranowo (2009: 14) menyatakan ada tiga hal penting ketika penutur berinteraksi dengan mitra tutur. Pertama, mitra tutur diharapkan dapat memahami maksud yang disampaikan oleh penutur. Kedua, setelah mitra tutur memahami maksud penutur, mitra tutur akan mencari aspek tuturan yang lain. Ketiga, tuturan penutur juga kadang-kadang disimak oleh orang lain yang sebenarnya tidak berkaitan langsung dengan penutur maupun mitra tutur.

  Terkait dengan aspek tutur penutur dan lawan tutur ditegaskan bahwa lawan tutur adalah orang yang menjadi sasaran tuturan dari penutur, tujuan tuturan adalah maksud penutur mengucapkan sesuatu atau makna yang dimaksud penutur dengan mengucapkan sesuatu (Nadar, 2009: 7). Jadi penutur melakukan tuturan yang mengandung maksud tertentu, sehingga mitra tutur memberikan efek terhadap maksud yang dituturkan oleh penutur.

  Suatu bentuk tuturan yang terdapat dalam novel dapat menimbulkan efek terhadap mitra tutur. Mitra tutur akan melakukan sesuatu tindakan berdasarkan apa yang telah dituturkan oleh penutur. Dalam konteks tuturan langsung efek yang ditimbulkan berupa tindakan oleh mitra tutur. Namun dalam novel, efek yang ditimbulkan dari tuturan tersebut berupa tuturan tertulis. Selain menimbulkan efek terhadap mitra tutur, mitra tutur juga harus memperhatikan efek ilokusi yang dikehendaki (Ibrahim, 1993: 11). Oleh karena itu, maksud ilokusi dapat dipenuhi apabila mitra tutur mengetahui sikap yang diekspresikan oleh penutur. Jika mitra tutur tidak memahami sikap yang diekspresikan oleh penutur maka maksud ilokusi tidak dapat dipenuhi.

  Novel adalah suatu karya sastra yang digemari di kalangan remaja. Bahkan novel tidak hanya sebagai suatu karya sastra tulis tetapi dalam perkembangannya, novel diangkat menjadi topik dalam film. Di dalam novel, tuturan yang diucapkan oleh tokoh dapat berupa pernyataan, perintah, larangan, ajakan. Tuturan yang yang dilakukan oleh tokoh yang terdapat dalam novel memiliki tipe tindak ilokusi. Searle melalui Ibrahim (1993: 15) menjelaskan tipe tindak ilokusi yang terdiri atas representatif (representatives), direktif (directives), komisif (komisives), dan ekspresif (ekspresives). Demikian juga pada karangan fiksi berupa novel, terdapat tipe tindak ilokusi yang dituturkan oleh tokoh dalam novel.

  Novel menceritakan kisah yang mempresentasikan suatu situasi yang dianggap mencerminkan kehidupan nyata atau untuk merangsang imajinasi (Danesi, 2010: 75). Novel mengandung imajinasi, kejadian atau peristiwa dalam novel seolah-olah adalah suatu kisah nyata yang terjadi. Tuturan yang terdapat dalam novel mengandung tindak tutur ilokusi mendorong peneliti untuk menggali tindak tutur ilokusi dalam novel. Dipilihnya novel Kemamang karya Koen Setyawan karena penelitian mengenai tindak tutur ilokusi dalam novel belum banyak diteliti. Novel Kemamang merupakan karya sastra, yang di dalamnya terdapat tindak tutur ilokusi. Tuturan dalam novel mengandung tindak tutur ilokusi yang dituturkan oleh tokoh-tokoh.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang, peneliti ingin mengupas tindak tutur ilokusi yang terdapat pada novel Kemamang karya Koen Setyawan. Peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

  1. Wujud tindak tutur ilokusi apa sajakah yang muncul dalam novel

  Kemamang karya Koen Setyawan?

  2. Maksud ilokusi apa sajakah yang dituturkan oleh tokoh dalam novel

  Kemamang karya Koen Setyawan?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di depan tadi, tujuan penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

  1) Mendeskripsikan wujud tindak tutur ilokusi dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan.

  2) Mendeskripsikan maksud ilokusi yang dituturkan oleh tokoh dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian dapat digolongkan menjadi dua, yaitu manfaat praktis dan manfaat teoretis. Manfaat penelitian tersebut dinyatakan sebagai berikut:

  1. Manfaat praktis

  a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang tindak tutur, sehingga pembaca mampu mengidentifikasi wujud tindak tutur ilokusi saat berkomunikasi.

  b. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan tentang tindak tutur dalam karya sastra.

  2. Manfaat teoretis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu bahasa khususnya tentang tindak tutur.

  1.5 Batasan Istilah

  1. Pragmatik Pengertian pragmatik (semantik behavioral) yaitu ilmu yang menelaah keseluruhan perilaku insan, terutama sekali dalam hubunganya dengan tanda-tanda dan lambang-lambang. Pragmatik memusatkan perhatian pada cara insan berperilaku dalam situasi keseluruhan pemberian tanda dan penerimaan tanda (George melalui Rahardi, 2003: 13).

  2. Novel Panuti Sudjiman melalui Purba (2010: 63) menjelaskan bahwa novel adalah prosa rekaan yang panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.

  3. Tindak Tutur Purwo (1990: 16) menjelaskan bahwa tuturan merupakan ujaran kalimat pada konteks yang sesungguhnya.

  4. Tindak Tutur Lokusi Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut sebagai The Act of Saying Something (Wijana, 1996: 17).

  5. Tindak Tutur Ilokusi Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dapat juga digunakan untuk melakukan sesuatu (Wijana, 1996: 18). Jadi, tindak tutur ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu.

  6. Tindak Tutur Perlokusi Sebuah tuturan yang dituturkan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh atau efek bagi yang mendengarnya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya (Wijana, 1996: 19). Jadi, tindak tutur perlokusi adalah tindak mempengaruhi seseorang atau orang lain.

1.6 Sistematika Penyajian

  Penelitian ini meliputi lima bab. Bab I berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II berisi penelitian yang relevan dan kajian teori. Bab

  III berisi jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV berisi deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. Bab V berisi kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Yang Relevan

  Berikut ini penelitian terdahulu yang dapat menunjukan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang sekarang ini masih relevan untuk dilaksanakan.

  1. Penelitian Sarwoyo (2009) Penelitian Sarwoyo yang berjudul Tindak Ilokusi dan Penanda Tingkat

  

Kesantunan di dalam Surat Kabar berusaha menemukan jawaban atas dua

  pertanyaan atau masalah utama yakni; (a) jenis tindak ilokusi apa saja yang tedapat dalam tuturan di surat kabar, dan (b) penanda apa saja yang terdapat dalam tuturan di surat kabar yang menunjukan tingkat kesantunan tuturan atau ujaran tersebut. Yang dijadikan data dalam penelitian ini adalah tuturan yang terdapat di dalam surat kabar, dengan sumber datanya berupa tuturan-tuturan yang ada di dalam lima surat kabar yaitu: Jawa Pos, Kedaulatan Rakyat, Republika,

  Kompas, dan Suara Merdeka, dengan jangka waktu Maret-Mei 2008.

  Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak dan teknik catat sebagai teknik dasarnya dan simak bebas libat cakap serta teknik catat sebagai teknik lanjutan.

  Hasil dari penelitian ini adalah (a) ditemukan empat jenis tindak ilokusi yang muncul dalam tuturan surat kabar. Keempat jenis tindak tutur tersebut adalah tindak ilokusi direktif, komisif, representatif, dan ekspresif. (b) ditemukan enam jenis penanda tingkat kesantunan tuturan di dalam surat kabar yakni; analogi, diksi atau pilihan kata, gaya bahasa, penggunaan keterangan atau kata modalitas, penyebutan subyek yang menjadi tujuan tuturan dan bentuk tuturan.

  2. Penelitian Pratiwi (2011) Penelitian Pratiwi yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Wacana

  

Novel Grafis Eendaagsche Exprestreinen pengarang Risdianto dan Yusi Avianto

  Pareanom berusaha menemukan jawaban atas dua persoalan yaitu: (a) jenis tindak tutur apa saja yang terdapat dalam novel Eendaagsche Exprestrinen pengarang Risdianto dan Yusi Avianto Pareanom, dan (b) fungsi tindak tutur apa saja yang digunakan dalam novel Eendaagsche Exprestreinen pengarang Risdianto dan Yusi Avianto Pareanom.

  Jika dilihat dari metode yang digunakan, penelitian ini dapat digolongkan penelitian deskriptif dokumentasi. Karena meneliti berupa dokumen novel grafis.

  Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah baca dan catat. Teknik baca meliputi membaca dan mengamati wacana yang akan dijadikan sebagai objek kajian, yang diamati adalah tuturan tokoh-tokoh yang terdapat dalam wacana. Adapun teknik catat dengan mencatat hal-hal yang diduga mengandung tindak tutur ilokusi dan kemudian klasifikasi atau pengelompokan.

  Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan lima jenis tindak tutur ilokusi yang muncul dalam tuturan novel grafis, yaitu tindak ilokusi representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi. Kemudian ditemukan pula empat fungsi tindak tutur ilokusi yaitu kopetitif, menyenangkan, bekerja sama dan bertentangan.

  Penelitian terdahulu memiliki persamaan dengan penelitian ini. Persamaanya adalah meneliti tindak tutur ilokusi, penelitian yang dilakukan oleh Sarwoyo menemukan empat jenis tindak tutur ilokusi. Penelitian ini meneliti wujud ilokusi yang terdiri dari lima wujud ilokusi. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pratiwi meneliti tentang tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam novel Eendaagsche Exprestreinen pengarang Risdianto dan Yusi Avianto Pareanom. Penelitian ini meneliti tentang tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha melengkapi penelitian terdahulu dengan metode penelitian yang berbeda.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Pengertian Pragmatik

  Pengertian tentang pragmatik didefinisikan oleh beberapa tokoh-tokoh pragmatik. Di dalam buku Rahardi (2003), Berkenalan Dengan Ilmu Bahasa

  

Pragmatik dijelaskan tentang pengertian pragmatik. Yule dalam bukunya yang

  berjudul Pragmatik (1996) juga dijelaskan definisi tentang pragmatik. Menurut Yule (1996: 3) pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca.

  Heatherington melalui Rahardi (2003: 12) menjelaskan bahwa pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial performansi bahasa dapat mempengaruhi tafsiran atau interpretasi. Pragmatik menelaah bukan saja pengaruh-pengaruh fonem suprasegmental, dialek, register, tetapi justru memandang performansi ujaran pertama-tama sebagai suatu kegiatan sosial yang ditata oleh aneka ragam konvensi sosial. Para teoritikus pragmatik telah mengidentifikasi adanya tiga jenis prinsip kegiatan ujaran yaitu kekuatan ilokosi (illocutionary force), prinsip-prinsip percakapan (conversational principles), dan presuposisi (presupositions).

  Morris melalui Rahardi (2003: 13) mendefinisikan bahwa ilmu bahasa pragmatik sebenarnya adalah bidang bahasa yang mempelajari relasi antara lambang-lambang bahasa dengan para penafsirnya. Pragmatik menurut Morris adalah suatu ilmu bahasa yang mempelajari relasi antara lambang-lambang bahasa dengan penafsirnya. Hal ini ditentukan oleh penafsirnya. Seorang mitra tutur jika menafsirkan lambang bunyi bahasa berupa tuturan yang dituturkan oleh penutur.

  Berbeda bila penafsirnya seorang pembaca yang membaca sebuah bacaan yang mengandung lambang bunyi bahasa.

  Berbeda dengan pengertian Morris, Pragmatik Levinson melalui Rahardi (2003: 12) adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain, telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat. Jadi, Levinson menjelaskan bahwa pragmatik ditentukan oleh pengguna bahasa itu sendiri. Konteks bahasa ditentukan oleh pemakai bahasa itu sebagai dasar atau laporan tentang pemahaman bahasa.

  Pengertian pragmatik menurut Dowty melalui Rahardi (2003: 13) adalah telaah mengenai kegiatan ujaran langsung dan tak langsung, presuposisi, implikatur, konvensional. Pengertian yang dijelaskan oleh Dowty hampir memiliki kesamaan dengan pengertian pragmatik yang dijelaskan oleh Levinson.

  Persamaan tersebut dapat dilihat dari cara menafsirkan sesuai dengan telaah penyampaian lambang-lambang bahasa.

  Rahardi (2005: 49) menjelaskan bahwa pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu. Selain itu Yule juga menjelaskan pengertian pragmatik.

  Yule (1996: 3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca. Pragmatik lebih banyak berhubungan dengan analisisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tururannya. Jadi, pragmatik merupakan kegiatan menuturkan ujaran atau ungkapan yang mempelajari lambang-lambang bahasa. Pragmatik menyerasikan kalimat dan konteks tuturan. Tuturan yang dilakukan oleh penutur atau penulis yang akan ditafsirkan pendengar atau pembaca.

2.2.2 Tindak Tutur

  Di dalam Ibrahim (1996: 109) tindak tutur didefinisikan menurut fungsi psikologis dan sosial di luar wacana yang terjadi. Tindak tutur itu mencakup;

  1. Ekspresi situasi psikologis, misalnya; berterima kasih, permohonan maaf.

  2. Tindak sosial seperti mempengaruhi perilaku orang lain, misalnya; mengingatkan, memerintah.

  3. Membuat kontrak, misalnya, berjanji, menamai Austin melalui Cummings (2011: 9) menjelaskan bahwa tindak lokusi melakukan berbagai tindak ilokusi seperti memberitahu, memerintah, mengingatkan, melaksanakan, yakni ujaran-ujaran yang memiliki daya konvensional tertentu. Bagi Austin, tujuan penutur dalam bertutur bukan hanya untuk memproduksi kalimat-kalimat yang memiliki pengertian dan acuan tertentu. Misalnya, dalam berujar:

  ‘‘Anjing galak itu ada di kebun’’ Penutur bisa sedang melakukan tindak ilokusi dalam bentuk memperingatkan seseorang agar tidak masuk ke dalam kebun. Dalam hal ini, peringatan merupakan daya ilokusi ujaran itu. Akhirnya mitra tutur melakukan beberapa tindak perlokusi: apa yang dihasilkan atau dicapai dengan mengatakan sesuatu, seperti meyakinkan, membujuk, menghalangi. Jika dengan mengujarkan ‘‘Anjing galak itu ada di kebun’’ penutur berhasil menghalangi mitra tutur untuk masuk ke dalam kebun. Maka melalui ujaran ini penutur ini telah melakukan suatu tindak perlokusi.

  Austin melalui Chaer (2004: 53) menjelaskan bahwa tindak tutur atau tindak ujaran (speech act) mempunyai kedudukan dalam pragmatik. Uraian berikut memaparkan klasifikasi dari berbagai jenis tindak tutur. Ada tiga jenis tindak tutur, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi.

  Tindak tutur lokusi (locutionary act) adalah tindak tutur yang digunakan untuk menyatakan sesuatu dalam arti berkata. Tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. Misalnya “Ibu guru berkata kepada saya agar saya membantunya.”

  Tindak tutur ilokusi (illocutionary act) adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit. Tindak tutur ilokusi ini biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan dan menjanjikan. Misalnya “Ibu guru menyuruh agar saya segera berangkat. Tindak tutur ilokusi hanya berkaitan dengan makna, maka makna tindak tutur ilokusi berkaitan dengan nilai yang dibawakan oleh preposisinya.

  Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistik dari orang lain itu. Misalnya ucapan dokter kepada pasienya “Mungkin Ibu menderita sakit jantung koroner.” Ucapan dokter kepada pasiennya menimbulkan si Ibu tersebut menjadi panik dan sedih. Maka ucapan dokter tersebut adalah tindak tutur perlokusi.

  Pranowo (2009: 34) menjelaskan bahwa tindak tutur dibagi menjadi tiga, yaitu:

  1. Tindak lokusi Ujaran yang dihasilkan oleh seorang penutur.

  2. Tindak ilokusi Adalah maksud yang terkandung dalam ujaran.

  3. Tindak perlokusi Efek yang ditimbulkan oleh ujaran.

  Contohnya adalah sebagai berikut: ”Anda merokok ?” Dari contoh tuturan di atas, oleh Pranowo (2009: 34) dijelaskan sebagai berikut:

  1. Tindak lokusinya: ”kalimat tanya”.

  2. Tindak ilokusinya: berupa permintaan, larangan, pertanyaan, tawaran.

  3. Tindak perlokusinya: berupa tindakan pemberian, penghentian, sekedar jawaban, dan penerimaan atau penolakan sesuai dengan situasinya. Black (2011: 38) menjelaskan bahwa ada tiga tindak yang langsung kita ucapkan secara bersamaan. Yang pertama adalah tindak lokusioner, yaitu menghasilkan ucapan yang tertata baik menurut tata bahasa yang sedang kita gunakan. Yang kedua adalah tindak ilokusioner, yaitu menyampaikan makna tertentu. Ilokusi yang kita sampaikan lewat lokusi adalah makna yang ingin kita sampaikan. Yang ketiga adalah tindak perlokusi, yaitu efek dari kata-kata kita.

  Yule (2006: 83) menjelaskan bahwa jenis tindak tutur dibagi menjadi tiga, yaitu yang pertama adalah tindak lokusi, yang merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna dalam suatu bahasa. Yang kedua tindak ilokusi, membentuk tuturan dengan beberapa fungsi di dalam pikiran yang ditampilkan melelui penekanan komunikatif suatu tuturan. Yang ketiga adalah perlokusi, tidak secara sederhana menciptakan tuturan yang memiliki fungsi tanpa memaksudkan tuturan itu memiliki akibat.

  Dari ketiga tindak tutur tersebut, yang paling banyak dibahas adalah tindak tutur ilokusi. Tindak ilokusi dalam suatu tuturan adalah suatu pesan dan maksud yang terkandung dalam tuturan itu. Tindak tutur merupakan situasi ujar yang dilakukan oleh penutur yang menimbulkan suatu efek atau suatu akibat dari sebab-sebab tertentu. Ujaran penutur akan mengandung maksud, maksud tersebut menghasilkan suatu tindakan atau perilaku oleh mitra tutur.

2.2.3 Tindak Tutur Ilokusi

  Tindak tutur ilokusi merupakan bagian dari klasifikasi tindak tutur. Tindak tutur ilokusi secara singkat dijelaskan bahwa tindak tutur ilokusi merupakan maksud tuturan yang dimaksud oleh penutur. Definisi dan jenis-jenis tindak tutur akan dijelaskan lebih rinci, sebagai berikut.

  Leech (1993: 21) menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi dalam komunikasi yang berorientasi pada tujuan atau meneliti makna sebuah tuturan merupakan usaha untuk merekonstruksi tindakan apa yang menjadi tujuan penutur ketika ia memproduksi tuturannya.

  Yule (1996: 84) menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi membentuk tuturan dengan beberapa fungsi di dalam pikiran. Tindak ilokusi ditampilkan melalui proses penekanan komunikatif suatu tuturan.

  Contoh: “Saya baru saja membuat kopi”

  Dari contoh di atas apa yang dimaksud oleh penutur dapat diidentifikasi antara lain; untuk membuat suatu pernyataan, tawaran, penjelasan atau maksud- maksud komunikatif lainnya. Penutur berusaha menyampaikan maksud atas tuturan yang diucapkan. Ini juga dapat disebut sebagai penekanan ilokusi.

2.2.4 Klasifikasi Tindak Tutur Ilokusi

  Tindak tutur ilokusi dibedakan menjadi lima jenis. Ada beberapa jenis tindak tutur ilokusi yang sudah teridentifikasi. Black (2011: 43) menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :

  a. Tindak wicara representatif Tindak wicara representatif adalah pernyataan dan deskripsi.

  Penutur mamaparkan pandangannya tentang dunia sesuai dengan pemahamannya sendiri. Sebagian besar dari karya fiksi, sama seperti bahasa sehari-hari, adalah sebagian besar terdiri dari tindak wicara representatif, dan sebagian besar dari aktifitas yang dilakukan narator adalah melakukan tindak wicara representatif ini.

  b. Tindak wicara ekspresif Tindak wicara ekspresif adalah tindak wicara yang bisa menunjukan sikap dari penutur, seperti memberi selamat ikut berduka cita atau mengungkapkan rasa senang. Tindak wicara ini memiliki fungsi interpersonal yang kuat maka dapat diperkirakan bahwa tindak wicara ekspresif akan banyak digunakan dalam wacana dari tokoh-tokoh dalam fiksi daripada di dalam wacana dari suara narator, biar pun kadang juga digunakan oleh narator.

  c. Direktif Direktif pada dasarnya adalah kalimat perintah dan dalam wacana sastra, bentuk direktif biasanya ditemukan dalam wacana antara tokoh dengan tokoh. Direktif yang ditunjukkan kepada pembaca jarang disampaikan dengan menggunakan suara narator dan alasannya tentunya sudah jelas, yaitu pembaca berada di luar dari kerangka komunikasi dari sebuah karya fiksi.

  d. Komisif Tindak wicara komisif adalah tindakan-tindakan yang membuat penuturnya menjadi terikat untuk melakukan tertentu di masa depan. Yang termasuk di dalamnya adalah janji atau ancaman (dimana perbedaan antara keduanya adalah tergantung pada bagaimana pengaruh dari tindakan itu nantinya kepada pendengar).

  Komisif adalah bentuk yang banya dijumpai di dalam wacana antara tokoh-tokoh dalam fiksi, tetapi jarang dijumpai dalam wacana narrator, biarpun memang ada beberapa novel yang bagian awalnya adalah termasuk dalam komisif.

  e. Deklarasi Deklarasi adalah sebuah bentuk tindak wicara yang unik, dalam artian bahwa tindak kesuksesan didalam menjalankannya adalah tergantung dari status penutur dan situasi di seputar kejadian.

  Deklarasi adalah sejenis tindak yang sudah menjadi institusi di dalam masyarakat.

  Searle melalui Rahardi (2005: 36) menggolongkan tindak ilokusi yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Tindak ilokusi menurut Searle adalah sebagai berikut ; (1) Asertif (asertives), yakni bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan

  

(stating), menyarankan (suggesting), membual (boasting), mengeluh

(complaining), dan mengklaim (claiming); (2) Direktif (Directives), yakni bentuk

  tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan, misalnya memesan (ordering), memerintah (commanding), memohon (requesting), menasehati (advising), dan merekomendasi

  

(recommending) ; (3) Ekspresif (Expressives) adalah bentuk tuturan yang

  berfungsi untuk menyatakan atau menunjukan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih (thanking), memberi selamat

  

(congratulaying), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blaming), memuji

(praising), dan berbelasungkawa (condoling); (4) Komisif (Commisives), yakni

  bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji (promising), bersumpah (vowing), dan menawarkan sesuatu (offering); (5) Deklarasi (Declarations), yakni bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataanya, misalnya berpasrah (resigning), memecat (dismissing), membabtis (christening), memberi nama (naming), mengankat (appointing), mengucilkan (excommunicating), dan menghukum (sentencing).

  Secara singkat wujud atau jenis-jenis tindak tutur ilokusi dapat dibagi menjadi lima yaitu; (1) representatif adalah suatu pernyataan atau deskripsi, (2) ekspresif adalah pemberian sikap dari penutur, (3) direktif adalah suatu perintah, (4) komisif adalah tindakan yang membuat penuturnya melakukan sesuatu di masa depan, dan (5) deklarasi adalah tindak yang menjadi institusi di dalam masyarakat.

  Satu hal yang sangat mendasar yang kiranya perlu sekali untuk dicatat dari penggolongan tindak tutur ke dalam bentuk-bentuk tuturan menurut tokoh bahasa yang sangat ternama ini adalah bahwa ternyata satu tindak tutur dalam sebuah pertuturan dapat memiliki maksud dan fungsi yang bermacam-macam (Rahardi, 2005: 74). Penggolongan tindak tutur menurut Searle, sangat jelas diklasifikasi atau dikelompokan. Sehingga untuk dapat menjawab rumusan masalah, peneliti menggunakan pengelompokan tindak tutur menurut Searle.

  Pengelompokan tindak tutur ilokusi menurut Searle, menjadi patokan untuk dapat menjawab rumusan masalah. Pengelompokan tindak tutur ilokusi itu menjelaskan secara rinci dan mudah dimengerti oleh peneliti. Teori pendekatan tindak tutur ilokusi menurut Serale menjadi patokan atau dasar penelitian yang dijelaskan secara spesifik.

2.2.5 Kerangka Berpikir Di bawah ini terdapat bagan yang menjelaskan tentang kerangka berpikir.

  Bagan kerangka berpikir, mempermudah untuk menjelaskan alur penelitian tindak tutur ilokusi dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan.

  TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL KEMAMANG KARYA KOEN SETYAWAN 

  PENDEKATAN ILOKUSI WUJUD ILOKUSI MAKSUD Searle melalui Rahardi (2005)

  ILOKUSI METODE PENELITIAN KUALITATIF Moleong (2006)

  TEKNIK PENGUMPULAN DATA HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.1 Jenis Penelitian

  Penelitian ini berusaha menganalisis dan mendeskripsikan wujud dan maksud ilokusi yang terdapat dalam novel Kemamang karya Koen Seteyawan.

  Moleong (2007: 9) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Maka dari itu jenis penelitian ini adalah bersifat kualitatif.

  3.2 Sumber Data

  Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka (Moleong, 2007: 11). Dalam penelitian kualitaif hasil penelitianya berupa penjelasan terhadap data-data yang ditemukan (Chaer, 2011: 185). Selanjutnya Lofland dan Lofland (1984) melalui Moleong (2007: 157) menjelaskan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata. Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan yang berupa kata-kata atau percakapan tokoh yang terdapat dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan.

  3.3 Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan teknik baca dan catat. Teknik baca berupa membaca dan mengamati wacana, kemudian menganalisis wujud dan maksud tuturan yang akan digunakan sebagai objek kajian penelitian, yang diamati adalah tuturan tokoh yang terdapat dalam novel

  

Kemamang karya Koen Setyawan. Teknik catat dilakukan dengan cara mencatat

  tuturan tokoh dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan yang mengandung tindak tutur ilokusi serta mendeskripsikan wujud dan maksud tuturan tersebut.

  3.4 Teknik Analisis Data

  Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982) melalui Moleong (2007: 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Tahapan analisis data kualitatif menurut Seiddel (1998) melalui Moleong (2007: 248) sebagai berikut.

  1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap akan ditelusuri.

  2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksinya.

  3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum. Dengan demikian Patton (1980) melalui Moleong (2007: 248) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Langkah-langkah dalam analisis data dijelaskan sebagai berikut.

  a. Identifikasi Langkah awal yang dilakukan adalah menangkap maksud tindak ilokusi yang terdapat dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan.

  Mengidentifikasi data dengan membaca percakapan dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan.

  b. Klasifikasi Setelah data diidentifikasi, kemudian data dikelompokan kedalam wujud dan maksud tindak tutur ilokusi. Pengelompokan ini berdasarkan pada teori yang terdapat pada bab dua, yaitu tentang wujud atau bentuk ilokusi. Dengan cara memilah-milah suatu data yang akan menjadi jawaban atas rumusan masalah.

  c. Deskripsi Langkah akhir pada bagian deskripsi adalah menguraikan data. Data yang sudah diidentifikasi dan diklasifikasikan kemudian diuraikan atau dituliskan. Sesuai dengan teknik pengumpulan data yaitu teknik baca dan teknik catat. Pada akhirnya data tersebut akan menjadi lampiran untuk memperkuat bukti dari pengumpulan data yang ada.

   

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

  Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Kemamang karya Koen Setyawan. Data dalam penelitian ini berupa percakapan tokoh yang terdapat dalam novel Kemamang karya Koen Setyawan. Untuk mendeskripsikan data penelitian lebih jelas, akan dijelaskan beberapa tuturan sebagai berikut ini.

  (1) “Akhir-akhir ini beberapa binatang ternak yang digembalakan di

  dekat danau hilang secara misterius. Beberapa hari kemudian binatang-binatang itu ditemukan mati mengenaskan. Isi perut dan kepalanya hilang” (Kemamang hal. 33).