BAB I PENDAHULUAN - DOCRPIJM 1505364814BAB I Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Permukiman perkotaan dan perdesaan merupakan suatu kawasan
hunian. Permasalahan

yang

banyak

muncul selama ini berkisar pada

permukiman yang tidak sehat, dimana ditentukan berbagai indikasi yang
mengisyaratkan ketidakmampuan daya dukung kawasan dan perlu segera
ada upaya-upaya baik represif maupun preventif. Penanganan yang tidak
tepat terhadap masalah infrastruktur sehingga akan membawa dampak
negatif pada perkembangan kawasan diperdesaan secara keseluruhan.
Permasalahan permukiman harus dilakukan secara menyeluruh, oleh
sebab itu diperlukan
sehingga


perencanaan

program-program

yang matang

pengembangan

dan

komprehensif

kawasan permukiman

perkotaan dan perdesaan dapat berjalan dengan optimal dan tepat sasaran
sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.
Menanggapi hal tersebut maka pemerintah dalam mengantisipasi
permasalahan tersebut mengimplementasikan melalui program diantaranya
yang mengarah pada upaya pengembangan kawasan yang merupakan
wujud keberpihakan kepada masyarakat berpenghasilan rendah terutama

pada kawasan yang lingkungannya tertinggal dalam bidang pembangunan
infrastruktur pada daerah perkotaan ataupun perdesaan. Maka perencanaan
matang harus diambil untuk menyiapkan kawasan-kawasan permukiman
yang layak huni dipedesaan, pengembangan yang sudah disiapkan segala
infrastruktur

untuk

memudahkan dan memurahkan akses

penghuni tersebut kelokasi tempat berinteraksi

masyarakat

sosial yang merupakan

kawasan hunian diperkotaan dan diperdesaan.
Dalam beberapa dekade ini pemerintah pusat dan pemerintah daerah
mewujudkan


keberpihakan

kepada

masyarakat

berpenghasilan rendah

dengan berbagai program yang ada, sedangkan mendapatkan tugas untuk
membantu

prasarana

dan sarana

guna

mendukung kawasan

yang


diperuntukkan bagi mereka tersebut diatas.

1

1.1.

Maksud dan Tujuan
Pelaksanaan

kegiatan ini dimaksudkan

untuk mencapai target

pemerintah dalam memberikan dukungan bagi pengembangan prasarana
kawasan perkotaan dan diperdesaan yang bertujuan untuk mencipatkan
kemudahan dalam pemograman dan tersedianya input yang komprehensif
untuk mendukung pengembangan
permukiman


diperdesaan

sarana dan prasarana

sehingga

akan

mendukung

kawasan
peningkatan

perekonomian masyarakat.
Penyusunan RIPJM bertujuan antara lain UNTUK :


mendukung koordinasi pelaku pembangunan.




mendukung integrasi, sinkronisasi, sinergi antara daerah, antar ruang, dan
antar waktu, serta antar fungsi pemerintah.



bisa menjamin keterkaitan dan konsistensi, penganggaran, pelaksanaan
dan pengawasan.



mengoptimalkan partisipasi masyarakat.



menjamin tercapainya Sumber Daya Manusia yang efesien, efektif dan
berkelanjutan.

1.2. Sasaran
a. Terwujudnya pembangunan kawasan permukiman baik diperkotaan

maupun di perdesaan yang berkelanjutan sejalan dengan kebijakan
program pengembangan perdesaan.
b.Terwujudnya pelaksanaan perencanaan kawasan sesuai

dengan

arahan kebijakan dan strategi pembangunan kawasan perdesaan
dan aspirasi masyarakat pada kawasan perencanaan.
c.Terwujudnya suatu pembangunan

yang terencana

dan

dapat

memberikan manfaat pada kawasannya.

1.3. Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota Sarolangun, pada

hakekatnya mencakup proses, kerangka pembahasan, analisis kelayakan

2

program serta sintesis program dan anggaran dalam rangka mewujudkan
perencanaan program infrastruktur yang berkualitas (RPIJM yang berkualitas),
sehingga mampu meningkatkan kemampuan manajemen pembangunan
daerah dalam Bidang PU/Cipta Karya.
Panduan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya pada dasarnya mencakup
penjelasan yang mencakup hal-hal yang perlu diperhatikan sebagairamburambu dalam penyusunan RPIJM, kebijakan, prioritas program, format dan
muatan substansi yang perlu dikandung di dalam sebuah dokumen RPIJM.
Adapun cakupan/panduan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya, yaitu:

1.

Memberikan

arahan

proses


penyusunan

Rencana

Program

Infrastruktur Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya terutama yang
dibiayai dari APBN maupun APBD (Cost Sharing maupun Joint
Program)

Propinsi

maupun

Kabupaten/Kota

dalam

rangka


mendukung pencapaian sasaran pembangunan lima tahun Bidang
PU/Cipta Karya sebagaimana dimaksud dalam RPJMN 2004-2009 dan
seterusnya maupun MDG 2015 yang akan datang.
2.

Mendorong pembangunan daerah Bidang PU/Cipta Karya terutama di
kota-kota yang mendapatkan prioritas, termasuk kota-kota sedang, dan kota
kecil dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan
pertumbuhan daerah.

3.

Memberikan

penjelasan

umum

mengenai


hal-hal

yang

dipertimbangkan dalam penyusunan RPIJM secara umum meliputi:

4.



Rambu-rambu, arahan kebijakan dan Prioritas Pembangunan
Nasional (RPJMN 2004-2009),



Isu dan kecenderungan situasi dan kondisi yang perlu
diperhatikan,



Pola pikir penyusunan RPIJM bidang PU/Cipta Karya dan
sasaran/keluaran yang perlu dicapai.

Memberikan petunjuk kerangka dasar ataupun sistematika RPIJM
sebagai ancar-ancar dan penjelasan/petunjuk spesifik dan setiap
tahapan hal-hal yang perlu dibahas oleh masing-masing aspek atau
komponen program mencakup:

3



Rencana pembangunan perkotaan,



Sinkronisasi dan prioritas program (kesepakatan program
/anggaran sebagai ringkasan memorandum program),



Program investasi infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya dalam
penyediaan perumahan dan permukiman; perbaikan perumahan
dan

permukiman;

penyehatan

lingkungan

permukiman

(pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, penanganan
drainase), penyediaan dan pengelolaan air minum; penataan
bangunan; dan pembangunan jalan dan jembatan serta
pengendalian banjir.


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)



Analisis



Pembangunan, Rencana Peningkatan Pendapatan Daerah,



Rencana Pengembangan Kelembagaan Daerah,



Lampiran penunjang.

Keuangan

Daerah

dan

Pembiayaan

Program

Cakupan komponen program investasi RPIJM tersebut pada hakekatnya
harus dipertimbangkan selain untuk mencapai sasaran RPJM 2004-2009,
juga harus ditinjau
pembangunan

secara kontekstual

masing-masing

sesuai dengan tantangan

Kabupaten/Kota.

Dalam

hal

inicakupan

komponen program untuk Kabupaten/Kota yang satu dengan yang lainnya
dapat saja berbeda sesuai dengan kebutuhan. Bisa saja terjadi program
investasi suatu Kabupaten/Kota hanya mencakup beberapa komponen
program saja (tidak perlu harus lengkap) tergantung urgensi kebutuhan dan
prioritas penanganannya.

1.4 Pendekatan
Pendekatan penyusunan RPIJM pada hakekatnya perlu
mempertimbangkan beberapa hal antara lain:


Proses Perencanaan yang Partisipatif: Pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas dan pembangunan Kabupaten/Kota

yang dinamis

membutuhkan penyediaan fasilitas infrastruktur, dan yang layak,

4

memadai, terjangkau, adil, serta bagi masyarakat luas. Untuk itu
diperlukan perencanaan program investasi yang partisipatif;


Membangun Transparansi dan Persepsi Bersama: Permasalahan yang
dihadapi Kabupaten/Kota baik persoalan ekonomi, sosial, budaya,
lingkungan maupun persoalan kapasitas institusi agar menjadi
persepsi bersama;



Keterpaduan dan Keberlanjutan: Perencanaan Program Investasi
Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya mengacu pada prinsip
pengembangan wilayah, UTRW/K, RPJMN, RPJMD, dan Renstra
PU/Cipta

Karya,

Dinas

Terkait,

Masterplan

Sektor,

Strategi

Pembangunan Kabupaten/Kota, maupun Peraturan Perundangan yang
berlaku;


Kelayakan Teknis, Sosial, Ekonomi dan Lingkungan: Penentuan
prioritas program dan kegiatan perlu mengacu pada hasil Studi
Kelayakan

(FS/DED),

kelayakan

ekonomi

dan

sosial

serta

lingkungan;


Credit

Worthiness

dan

Akuntabilitas;

Perhitungan

kemampuan

penyediaan dana perlu didasarkan pada hasil analisis keuangan.
Demikian pula kemampuan pelaksanaan perlu diperhitungkan dari
hasil analisis kelembagaannya serta perlu mempertimbangkan
keberlanjutan pembangunan.
Bertolak dari pentingnya Rencana Program Investasi Jangka Menengah
(RPIJM)

dalam

mendukung

pembangunan

infrastruktur

bidang

PU/CiptaKarya, pemerintah daerah perlu diberdayakan untuk menyusun
RPIJM masing-masing.

Dalam

upaya

melaksanakan

hal

tersebut,

diperlukan adanya panduan penyusunan yang dapat memberikan kerangka
bagaimana menyusun RPIJM bidang PU/Cipta Karya secara profesional.
Pada akhirnya diharapkan pemerintah daerah

akan mampu menyusun

RPIJM secara mandiri yang pada akhirnya mampu meningkatkan efektifitas
dan efisiensi manajemen pembangunan bidang PU/Cipta Karya.

5

2. Landasan Hukum
Penyusunan RPIJM pada dasarnya harus bertitik tolak (mengacu) kepada
peraturan perundangan maupun kebijakan yang berlaku pada saat RPIJM
disusun. Peraturan dan perundangan maupun kebijakan yang perlu diacu
tersebut diantaranya adalah sebagaimana berikut:
1.

Peraturan Perundangan
a. UU No. 17/2007 tentang Rencana
Jangka Panjang Nasional;

Pembangunan

b. UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang;
c. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;
d. UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah;
e. UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;
f. UU No. 7/2004 tentang Sumberdaya Air;
g. UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan pembangunan
Nasional;
h. UU No. 38/2004 tentang Jalan;
i. UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara;
j. UU No. 4/1992 tentang Perumahan dan Permukiman;
k. UU No. 16/1985 tentang Rumah Susun;
l. Peraturan dan Perundangan lainnya yang terkait.
2.

Kebijakan dan Strategi
a. Permen PU 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi
Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman,
bahwa
pembangunan
perkotaan
perlu
ditingkatkan
dan
diselenggarakansecara berencana dan terpadu;
b. Permen PU 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan (KSNP) Sistem Penyediaan Air Minum;
c. Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan (KSNP-SPP) Sistem Pengelolaan Persampahan;

d. Keputusan Presiden No. 7/2004 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2004-2009.
Disamping itu, yang perlu juga dijadikan sebagai acuan atas dasar

6

pendekatan dalam penyusunan RPIJM adalah kebijakan ataupun arahan
dari pimpinan Departemen PU/Cipta Karya serta kebijakan pimpinan
instansi terkait.
3. Tujuan dan Pentingnya RPIJM
3.1. Pentingnya RPIJM
Kedudukan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya yaitu berada di
bawah kebijakan spasial dan kebijakan sektoral yang ada di setiap daerah
sebagai Rencana Pembangunan Infrastruktur (Infrastructure Development
Plan) di masing-masing daerah baik pada skala Propinsi maupun
Kabupaten/Kota. RPIJM pada hakekatnya merupakan operasionalisasi dari
RPJMN dan RPJMD. Kebijakan spasial dalam RPIJM mengacu pada RTRW
Nasional, Propinsi, Kabupaten/Kota sedangkan kebijakan sektoral/program
dalam RPIJM mengacu pada RPJMN dan RPJMD
lanjutannya serta

Masterplan

sektor

yang

ada.

2004-2009 atau
Bilamana

suatu

daerah belum mempunyai Rencana Tata Ruang maupun Masterplan Sektor
(RIS) masih dapat dilakukan assessment berdasarkan kebijakan

tata

ruang maupun kebijakan sektoral yang ada.
RPIJM dimaksudkan bukan untuk menggantikan fungsi RPJMD
sebagai dokumen politik sebagaimana Repelitada pada masa yang lalu, akan
tetapi RPIJM merupakan dokumen teknis kelayakan program (Feasibility
Study) untuk rencana pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya.
Sebagai dokumen teknis, RPIJM perlu dikerjakan secara profesional
(oleh ahlinya), namun

tetap

menekankan

proses

partisipasi

melalui

dialog kebijakan dengan pihak-pihak terkait, masyarakat, profesional dan
lain-lain pada tahap penyusunan rencana pembangunan Kabupaten /Kota
dan melalui dialog investasi dengan masyarakat dan dunia usaha maupun
pihak-pihak yang terkait pada tahap penyusunan prioritas program/kelayakan
program investasi. Dengan demikian, RPIJM yang bersifat sektoral dan
terpadu merupakan Consolidated FS yang dapat diterima semua pihak
sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah.
Lebih jauh, yang perlu ditekankan di dalam cara berpikir
dalam penyusunan RPIJM bagaimana dapat mengenali permasalahan
dan tantangan pembangunan perkotaan, terutama dalam rangka untuk
7

bisa merencanakan
efektif, sehingga

dan

memprogramkan

diharapkan

RPIJM

kegiatan

yang

investasi

disusun

secara

adalah

dapat

menjawab tantangan pembangunan, namun masih dalam batas-batas
efisiensi kemampuan penyelenggaraan. Untuk itu perlu dilakukan suatu
analisis antara kondisi saat ini dengan kondisi yang ingin dicapai dalam
waktu mendatang (akhir

RPIJM 2009)

sesuai

dengan

tujuan

dan

sasaran
pembangunan serta kebijakan dan strategi penanganannya berdasarkan
skala prioritas yang ditetapkan.
3.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten/Kota
Mengacu

kepada

RPJMD

pembangunan

daerah,

pada

hakekatnya

pembangunan adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap
tempat berusaha dan tempat tinggal baik dalam segi kualitas maupun
kuantitas dalam lingkungan yang sehat dengan menciptakan lingkungan
perkotaan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi perkotaan yang
mendukung perkembangan wilayah secara efektif dan efisien serta
memperhatikan keseimbangan-keterpaduan hubungan antara perkotaan dan
perdesaan. Hal ini berarti bahwa, segala usaha pembangunan tersebut
haruslah dapat menjamin terciptanya:

• Peningkatan produktifitas Kabupaten/Kota (productivity);


Peningkatan efisiensi pelayanan dan kegiatan kota (efficiency),



Pembangunan perkotaan yang berkelanjutan melalui pendekatan yang
berwawasan lingkungan (sustainable environment);



Pembangunan perkotaan yang berkeadilan sosial (socially just);

• Pembangunan perkotaan yang mendukung kelestarian udaya kota (culturally
vibrant);
• Pembangunan perkotaan yang mendukung terciptanya jati kota (city
sense or image);

• Pembangunan perkotaan yang didukung oleh partisipasi politik
masyarakat kota (politically participatory).

8

3.3. Sasaran Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota
Adapun sasaran pembangunan daerah (perkotaan dan perdesaan) adalah
sebagai berikut:

• Terselenggaranya pengelolaan pembangunan perkotaan yang lebih
efektif dan efisien dalam pemanfaatan sumber daya alamnya yang
mengacu

kepada

rencana

termasuk

pengelolaan

tata

administrasi

ruang

kota

pertanahan

yang
yang

berkualitas
lebih

tertib

dan adil serta ditunjang oleh kelembagaan pemerintah yang makin
siap melaksanakan otonomi daerah;


Makin

mantapnya

masyarakat

dan

kemitraan

dunia

usaha

pemerintah
dalam

daerah

pelaksanaan

dengan

pembangunan

perkotaan, baik melalui organisasi kemasyarakatan, lembaga
swadaya maupun pengusaha perorangan;
• Meningkatkan
meningkatnya

kesejahteraan
pendapatan

masyarakat

perkapita

dan

yang
kualitas

ditujukan
hidup

oleh

penduduk

yang semakin merata;


Berkurangnya jumlah penduduk miskin;

• Meningkatnya kualitas fisik lingkungan sesuai dengan baku mutu
lingkungan.
4. Mekanisme dan Framework Penyusunan RPIJM
Kedudukan RPIJM yaitu berada di bawah kebijakan spasial dan kebijakan
sektoral yang ada di setiap daerah. Kebijakan spasial yang langsung menjadi
acuan penyusunan RPIJM yaitu RTRW

Kabupaten/Kota dan kebijakan

sektoral/program yang menjadi acuan yaitu RPJM Daerah.
RPIJM nantinya dapat digunakan untuk bahan masukan dalam penyusunan
masterplan/Rencana Induk Sistem (RIS) yang lebih rinci.

9

Gambar 1.2 Kedudukan RPIJM dalam Rencana Pembangunan Nasional
KEBIJAKAN
SEKTORAL/PROGRAM
KEBIJAKAN SPASIAL
Nasional

RTRWN

RPJMN

Propinsi

RTRW PROPINSI

RPJM PROPINSI

Kabupaten/
Kota

RTRW KAB/KOTA

RPJM KAB/KOTA

MASTER PLAN

STRATEGI PEMBANGUNAN
KOTA/KABUPATEN

RENCANA INDUK SISTEM
(RIS)

Strategi Pembangunan Per Kawasan
Strategi Pembangunan Sektoral
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH

Gambar 1.2 Diagram Penyusunan RPIJM
RTRW Kab/Kot

RPJM Daerah

RPJP Daerah

Susun strategi pembangunan
Kabupaten/Kota

Tingkat
perumusan
rencana
Dialog rencana dengan
Masyarakat & dunia usaha

Skenario pembangunan
Kabupaten/Kota

Master plan kawasan-kawasan
Master plan sektor-sektor

RD Survey kebutuhan prasarana dan sarana

Tingkat
perumusan
program

Analisis permasalahan &
Potensi keuangan

Analisis permasalahan &
Potensi sarana & prasarana

Susun rencana
Peningkatan pendapatan

Susun rencana program
Investasi sarsana dan prasarana

Dialog investasi dengan
Masyarakat & dunia usaha

Tingkat
perumusan
Proyek/
investasi

Penilaian kelayakan
Program investasi (FS/DED)

Analisis permasalahan &
Potensi kelembagaan
Susun rencana perkuatan
Manajemen & kelembagaan

Program Investasi Jangka Menengah

Susun prioritas proyek/
Investasi tahunan

Memorandum proyek/
Expenditure plan

10

Diagram
Alir Proses Perencanaan dan Penyusunan RPIJM
Indentifikasi Kabupaten/Kota

Dialog
Rencana
Kebijakan

Penyusunan Skenario
Pembangunan Infrastruktur
Kabupaten/Kota

Skenario Pembangunan
Infrastruktur
Kabupaten/Kota

Survei Kebutuhan
Prasarana

Analisis
Permasalahan dan
Potensi keuangan

Penyusunan Rencana
Tindakan Peningkatan
Pendapatan Daerah
(RTPPD)

Dialog
Rencana Kebijakan

Analisis
Permasalahan dan
Potensi Prasarana

Peyusunan Rencana
Program Investasi
Prasarana

Analisis
Permasalahan &
Kabupaten/Kota

Penyusunan Rencana
Tindakan
Pengembangan
Kelembagaab Daerah
(RTPKD)

Skenario
Pembangunan
Infrastruktur
Kabupaten/Kota

Penilaian Kelayakan Program
Investasi

Penyusunan Proyek Tahunan

Memorandum Proyek
(Kesepakatan Program Kerja)

11

KEDUDUKAN RPIJM SECARA HISTORIS

Nasional

Era Orde Baru

Dimensi spasial/sektoral

Era Reformasi

GBHN

RTRW Nasional

RPJP Nasional

RPJM Nasional

Repelita Nasional

Pola Dasar

RTRW Propinsi/Daerah

RPJP Daerah

Propinsi/Daerah

Repelittada

Skenario/Strategi Pembangunan
Masterplan/Ris

RPJM Daerah

Feasbility Study
PJM P3KT

Masyarakat/
Desa

Detailed Engineering Design

RPJM Daerah

Corporate Plan

Corporate Plan

Community Plan

Community Plan

12