BAB I PENDAHULUAN - DOCRPIJM 1505364814BAB I Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Permukiman perkotaan dan perdesaan merupakan suatu kawasan
hunian. Permasalahan
yang
banyak
muncul selama ini berkisar pada
permukiman yang tidak sehat, dimana ditentukan berbagai indikasi yang
mengisyaratkan ketidakmampuan daya dukung kawasan dan perlu segera
ada upaya-upaya baik represif maupun preventif. Penanganan yang tidak
tepat terhadap masalah infrastruktur sehingga akan membawa dampak
negatif pada perkembangan kawasan diperdesaan secara keseluruhan.
Permasalahan permukiman harus dilakukan secara menyeluruh, oleh
sebab itu diperlukan
sehingga
perencanaan
program-program
yang matang
pengembangan
dan
komprehensif
kawasan permukiman
perkotaan dan perdesaan dapat berjalan dengan optimal dan tepat sasaran
sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.
Menanggapi hal tersebut maka pemerintah dalam mengantisipasi
permasalahan tersebut mengimplementasikan melalui program diantaranya
yang mengarah pada upaya pengembangan kawasan yang merupakan
wujud keberpihakan kepada masyarakat berpenghasilan rendah terutama
pada kawasan yang lingkungannya tertinggal dalam bidang pembangunan
infrastruktur pada daerah perkotaan ataupun perdesaan. Maka perencanaan
matang harus diambil untuk menyiapkan kawasan-kawasan permukiman
yang layak huni dipedesaan, pengembangan yang sudah disiapkan segala
infrastruktur
untuk
memudahkan dan memurahkan akses
penghuni tersebut kelokasi tempat berinteraksi
masyarakat
sosial yang merupakan
kawasan hunian diperkotaan dan diperdesaan.
Dalam beberapa dekade ini pemerintah pusat dan pemerintah daerah
mewujudkan
keberpihakan
kepada
masyarakat
berpenghasilan rendah
dengan berbagai program yang ada, sedangkan mendapatkan tugas untuk
membantu
prasarana
dan sarana
guna
mendukung kawasan
yang
diperuntukkan bagi mereka tersebut diatas.
1
1.1.
Maksud dan Tujuan
Pelaksanaan
kegiatan ini dimaksudkan
untuk mencapai target
pemerintah dalam memberikan dukungan bagi pengembangan prasarana
kawasan perkotaan dan diperdesaan yang bertujuan untuk mencipatkan
kemudahan dalam pemograman dan tersedianya input yang komprehensif
untuk mendukung pengembangan
permukiman
diperdesaan
sarana dan prasarana
sehingga
akan
mendukung
kawasan
peningkatan
perekonomian masyarakat.
Penyusunan RIPJM bertujuan antara lain UNTUK :
•
mendukung koordinasi pelaku pembangunan.
•
mendukung integrasi, sinkronisasi, sinergi antara daerah, antar ruang, dan
antar waktu, serta antar fungsi pemerintah.
•
bisa menjamin keterkaitan dan konsistensi, penganggaran, pelaksanaan
dan pengawasan.
•
mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
•
menjamin tercapainya Sumber Daya Manusia yang efesien, efektif dan
berkelanjutan.
1.2. Sasaran
a. Terwujudnya pembangunan kawasan permukiman baik diperkotaan
maupun di perdesaan yang berkelanjutan sejalan dengan kebijakan
program pengembangan perdesaan.
b.Terwujudnya pelaksanaan perencanaan kawasan sesuai
dengan
arahan kebijakan dan strategi pembangunan kawasan perdesaan
dan aspirasi masyarakat pada kawasan perencanaan.
c.Terwujudnya suatu pembangunan
yang terencana
dan
dapat
memberikan manfaat pada kawasannya.
1.3. Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota Sarolangun, pada
hakekatnya mencakup proses, kerangka pembahasan, analisis kelayakan
2
program serta sintesis program dan anggaran dalam rangka mewujudkan
perencanaan program infrastruktur yang berkualitas (RPIJM yang berkualitas),
sehingga mampu meningkatkan kemampuan manajemen pembangunan
daerah dalam Bidang PU/Cipta Karya.
Panduan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya pada dasarnya mencakup
penjelasan yang mencakup hal-hal yang perlu diperhatikan sebagairamburambu dalam penyusunan RPIJM, kebijakan, prioritas program, format dan
muatan substansi yang perlu dikandung di dalam sebuah dokumen RPIJM.
Adapun cakupan/panduan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya, yaitu:
1.
Memberikan
arahan
proses
penyusunan
Rencana
Program
Infrastruktur Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya terutama yang
dibiayai dari APBN maupun APBD (Cost Sharing maupun Joint
Program)
Propinsi
maupun
Kabupaten/Kota
dalam
rangka
mendukung pencapaian sasaran pembangunan lima tahun Bidang
PU/Cipta Karya sebagaimana dimaksud dalam RPJMN 2004-2009 dan
seterusnya maupun MDG 2015 yang akan datang.
2.
Mendorong pembangunan daerah Bidang PU/Cipta Karya terutama di
kota-kota yang mendapatkan prioritas, termasuk kota-kota sedang, dan kota
kecil dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan
pertumbuhan daerah.
3.
Memberikan
penjelasan
umum
mengenai
hal-hal
yang
dipertimbangkan dalam penyusunan RPIJM secara umum meliputi:
4.
•
Rambu-rambu, arahan kebijakan dan Prioritas Pembangunan
Nasional (RPJMN 2004-2009),
•
Isu dan kecenderungan situasi dan kondisi yang perlu
diperhatikan,
•
Pola pikir penyusunan RPIJM bidang PU/Cipta Karya dan
sasaran/keluaran yang perlu dicapai.
Memberikan petunjuk kerangka dasar ataupun sistematika RPIJM
sebagai ancar-ancar dan penjelasan/petunjuk spesifik dan setiap
tahapan hal-hal yang perlu dibahas oleh masing-masing aspek atau
komponen program mencakup:
3
•
Rencana pembangunan perkotaan,
•
Sinkronisasi dan prioritas program (kesepakatan program
/anggaran sebagai ringkasan memorandum program),
•
Program investasi infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya dalam
penyediaan perumahan dan permukiman; perbaikan perumahan
dan
permukiman;
penyehatan
lingkungan
permukiman
(pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, penanganan
drainase), penyediaan dan pengelolaan air minum; penataan
bangunan; dan pembangunan jalan dan jembatan serta
pengendalian banjir.
•
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
•
Analisis
•
Pembangunan, Rencana Peningkatan Pendapatan Daerah,
•
Rencana Pengembangan Kelembagaan Daerah,
•
Lampiran penunjang.
Keuangan
Daerah
dan
Pembiayaan
Program
Cakupan komponen program investasi RPIJM tersebut pada hakekatnya
harus dipertimbangkan selain untuk mencapai sasaran RPJM 2004-2009,
juga harus ditinjau
pembangunan
secara kontekstual
masing-masing
sesuai dengan tantangan
Kabupaten/Kota.
Dalam
hal
inicakupan
komponen program untuk Kabupaten/Kota yang satu dengan yang lainnya
dapat saja berbeda sesuai dengan kebutuhan. Bisa saja terjadi program
investasi suatu Kabupaten/Kota hanya mencakup beberapa komponen
program saja (tidak perlu harus lengkap) tergantung urgensi kebutuhan dan
prioritas penanganannya.
1.4 Pendekatan
Pendekatan penyusunan RPIJM pada hakekatnya perlu
mempertimbangkan beberapa hal antara lain:
•
Proses Perencanaan yang Partisipatif: Pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas dan pembangunan Kabupaten/Kota
yang dinamis
membutuhkan penyediaan fasilitas infrastruktur, dan yang layak,
4
memadai, terjangkau, adil, serta bagi masyarakat luas. Untuk itu
diperlukan perencanaan program investasi yang partisipatif;
•
Membangun Transparansi dan Persepsi Bersama: Permasalahan yang
dihadapi Kabupaten/Kota baik persoalan ekonomi, sosial, budaya,
lingkungan maupun persoalan kapasitas institusi agar menjadi
persepsi bersama;
•
Keterpaduan dan Keberlanjutan: Perencanaan Program Investasi
Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya mengacu pada prinsip
pengembangan wilayah, UTRW/K, RPJMN, RPJMD, dan Renstra
PU/Cipta
Karya,
Dinas
Terkait,
Masterplan
Sektor,
Strategi
Pembangunan Kabupaten/Kota, maupun Peraturan Perundangan yang
berlaku;
•
Kelayakan Teknis, Sosial, Ekonomi dan Lingkungan: Penentuan
prioritas program dan kegiatan perlu mengacu pada hasil Studi
Kelayakan
(FS/DED),
kelayakan
ekonomi
dan
sosial
serta
lingkungan;
•
Credit
Worthiness
dan
Akuntabilitas;
Perhitungan
kemampuan
penyediaan dana perlu didasarkan pada hasil analisis keuangan.
Demikian pula kemampuan pelaksanaan perlu diperhitungkan dari
hasil analisis kelembagaannya serta perlu mempertimbangkan
keberlanjutan pembangunan.
Bertolak dari pentingnya Rencana Program Investasi Jangka Menengah
(RPIJM)
dalam
mendukung
pembangunan
infrastruktur
bidang
PU/CiptaKarya, pemerintah daerah perlu diberdayakan untuk menyusun
RPIJM masing-masing.
Dalam
upaya
melaksanakan
hal
tersebut,
diperlukan adanya panduan penyusunan yang dapat memberikan kerangka
bagaimana menyusun RPIJM bidang PU/Cipta Karya secara profesional.
Pada akhirnya diharapkan pemerintah daerah
akan mampu menyusun
RPIJM secara mandiri yang pada akhirnya mampu meningkatkan efektifitas
dan efisiensi manajemen pembangunan bidang PU/Cipta Karya.
5
2. Landasan Hukum
Penyusunan RPIJM pada dasarnya harus bertitik tolak (mengacu) kepada
peraturan perundangan maupun kebijakan yang berlaku pada saat RPIJM
disusun. Peraturan dan perundangan maupun kebijakan yang perlu diacu
tersebut diantaranya adalah sebagaimana berikut:
1.
Peraturan Perundangan
a. UU No. 17/2007 tentang Rencana
Jangka Panjang Nasional;
Pembangunan
b. UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang;
c. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;
d. UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah;
e. UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;
f. UU No. 7/2004 tentang Sumberdaya Air;
g. UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan pembangunan
Nasional;
h. UU No. 38/2004 tentang Jalan;
i. UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara;
j. UU No. 4/1992 tentang Perumahan dan Permukiman;
k. UU No. 16/1985 tentang Rumah Susun;
l. Peraturan dan Perundangan lainnya yang terkait.
2.
Kebijakan dan Strategi
a. Permen PU 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi
Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman,
bahwa
pembangunan
perkotaan
perlu
ditingkatkan
dan
diselenggarakansecara berencana dan terpadu;
b. Permen PU 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan (KSNP) Sistem Penyediaan Air Minum;
c. Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan (KSNP-SPP) Sistem Pengelolaan Persampahan;
d. Keputusan Presiden No. 7/2004 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2004-2009.
Disamping itu, yang perlu juga dijadikan sebagai acuan atas dasar
6
pendekatan dalam penyusunan RPIJM adalah kebijakan ataupun arahan
dari pimpinan Departemen PU/Cipta Karya serta kebijakan pimpinan
instansi terkait.
3. Tujuan dan Pentingnya RPIJM
3.1. Pentingnya RPIJM
Kedudukan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya yaitu berada di
bawah kebijakan spasial dan kebijakan sektoral yang ada di setiap daerah
sebagai Rencana Pembangunan Infrastruktur (Infrastructure Development
Plan) di masing-masing daerah baik pada skala Propinsi maupun
Kabupaten/Kota. RPIJM pada hakekatnya merupakan operasionalisasi dari
RPJMN dan RPJMD. Kebijakan spasial dalam RPIJM mengacu pada RTRW
Nasional, Propinsi, Kabupaten/Kota sedangkan kebijakan sektoral/program
dalam RPIJM mengacu pada RPJMN dan RPJMD
lanjutannya serta
Masterplan
sektor
yang
ada.
2004-2009 atau
Bilamana
suatu
daerah belum mempunyai Rencana Tata Ruang maupun Masterplan Sektor
(RIS) masih dapat dilakukan assessment berdasarkan kebijakan
tata
ruang maupun kebijakan sektoral yang ada.
RPIJM dimaksudkan bukan untuk menggantikan fungsi RPJMD
sebagai dokumen politik sebagaimana Repelitada pada masa yang lalu, akan
tetapi RPIJM merupakan dokumen teknis kelayakan program (Feasibility
Study) untuk rencana pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya.
Sebagai dokumen teknis, RPIJM perlu dikerjakan secara profesional
(oleh ahlinya), namun
tetap
menekankan
proses
partisipasi
melalui
dialog kebijakan dengan pihak-pihak terkait, masyarakat, profesional dan
lain-lain pada tahap penyusunan rencana pembangunan Kabupaten /Kota
dan melalui dialog investasi dengan masyarakat dan dunia usaha maupun
pihak-pihak yang terkait pada tahap penyusunan prioritas program/kelayakan
program investasi. Dengan demikian, RPIJM yang bersifat sektoral dan
terpadu merupakan Consolidated FS yang dapat diterima semua pihak
sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah.
Lebih jauh, yang perlu ditekankan di dalam cara berpikir
dalam penyusunan RPIJM bagaimana dapat mengenali permasalahan
dan tantangan pembangunan perkotaan, terutama dalam rangka untuk
7
bisa merencanakan
efektif, sehingga
dan
memprogramkan
diharapkan
RPIJM
kegiatan
yang
investasi
disusun
secara
adalah
dapat
menjawab tantangan pembangunan, namun masih dalam batas-batas
efisiensi kemampuan penyelenggaraan. Untuk itu perlu dilakukan suatu
analisis antara kondisi saat ini dengan kondisi yang ingin dicapai dalam
waktu mendatang (akhir
RPIJM 2009)
sesuai
dengan
tujuan
dan
sasaran
pembangunan serta kebijakan dan strategi penanganannya berdasarkan
skala prioritas yang ditetapkan.
3.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten/Kota
Mengacu
kepada
RPJMD
pembangunan
daerah,
pada
hakekatnya
pembangunan adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap
tempat berusaha dan tempat tinggal baik dalam segi kualitas maupun
kuantitas dalam lingkungan yang sehat dengan menciptakan lingkungan
perkotaan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi perkotaan yang
mendukung perkembangan wilayah secara efektif dan efisien serta
memperhatikan keseimbangan-keterpaduan hubungan antara perkotaan dan
perdesaan. Hal ini berarti bahwa, segala usaha pembangunan tersebut
haruslah dapat menjamin terciptanya:
• Peningkatan produktifitas Kabupaten/Kota (productivity);
•
Peningkatan efisiensi pelayanan dan kegiatan kota (efficiency),
•
Pembangunan perkotaan yang berkelanjutan melalui pendekatan yang
berwawasan lingkungan (sustainable environment);
•
Pembangunan perkotaan yang berkeadilan sosial (socially just);
• Pembangunan perkotaan yang mendukung kelestarian udaya kota (culturally
vibrant);
• Pembangunan perkotaan yang mendukung terciptanya jati kota (city
sense or image);
• Pembangunan perkotaan yang didukung oleh partisipasi politik
masyarakat kota (politically participatory).
8
3.3. Sasaran Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota
Adapun sasaran pembangunan daerah (perkotaan dan perdesaan) adalah
sebagai berikut:
• Terselenggaranya pengelolaan pembangunan perkotaan yang lebih
efektif dan efisien dalam pemanfaatan sumber daya alamnya yang
mengacu
kepada
rencana
termasuk
pengelolaan
tata
administrasi
ruang
kota
pertanahan
yang
yang
berkualitas
lebih
tertib
dan adil serta ditunjang oleh kelembagaan pemerintah yang makin
siap melaksanakan otonomi daerah;
•
Makin
mantapnya
masyarakat
dan
kemitraan
dunia
usaha
pemerintah
dalam
daerah
pelaksanaan
dengan
pembangunan
perkotaan, baik melalui organisasi kemasyarakatan, lembaga
swadaya maupun pengusaha perorangan;
• Meningkatkan
meningkatnya
kesejahteraan
pendapatan
masyarakat
perkapita
dan
yang
kualitas
ditujukan
hidup
oleh
penduduk
yang semakin merata;
•
Berkurangnya jumlah penduduk miskin;
• Meningkatnya kualitas fisik lingkungan sesuai dengan baku mutu
lingkungan.
4. Mekanisme dan Framework Penyusunan RPIJM
Kedudukan RPIJM yaitu berada di bawah kebijakan spasial dan kebijakan
sektoral yang ada di setiap daerah. Kebijakan spasial yang langsung menjadi
acuan penyusunan RPIJM yaitu RTRW
Kabupaten/Kota dan kebijakan
sektoral/program yang menjadi acuan yaitu RPJM Daerah.
RPIJM nantinya dapat digunakan untuk bahan masukan dalam penyusunan
masterplan/Rencana Induk Sistem (RIS) yang lebih rinci.
9
Gambar 1.2 Kedudukan RPIJM dalam Rencana Pembangunan Nasional
KEBIJAKAN
SEKTORAL/PROGRAM
KEBIJAKAN SPASIAL
Nasional
RTRWN
RPJMN
Propinsi
RTRW PROPINSI
RPJM PROPINSI
Kabupaten/
Kota
RTRW KAB/KOTA
RPJM KAB/KOTA
MASTER PLAN
STRATEGI PEMBANGUNAN
KOTA/KABUPATEN
RENCANA INDUK SISTEM
(RIS)
Strategi Pembangunan Per Kawasan
Strategi Pembangunan Sektoral
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Gambar 1.2 Diagram Penyusunan RPIJM
RTRW Kab/Kot
RPJM Daerah
RPJP Daerah
Susun strategi pembangunan
Kabupaten/Kota
Tingkat
perumusan
rencana
Dialog rencana dengan
Masyarakat & dunia usaha
Skenario pembangunan
Kabupaten/Kota
Master plan kawasan-kawasan
Master plan sektor-sektor
RD Survey kebutuhan prasarana dan sarana
Tingkat
perumusan
program
Analisis permasalahan &
Potensi keuangan
Analisis permasalahan &
Potensi sarana & prasarana
Susun rencana
Peningkatan pendapatan
Susun rencana program
Investasi sarsana dan prasarana
Dialog investasi dengan
Masyarakat & dunia usaha
Tingkat
perumusan
Proyek/
investasi
Penilaian kelayakan
Program investasi (FS/DED)
Analisis permasalahan &
Potensi kelembagaan
Susun rencana perkuatan
Manajemen & kelembagaan
Program Investasi Jangka Menengah
Susun prioritas proyek/
Investasi tahunan
Memorandum proyek/
Expenditure plan
10
Diagram
Alir Proses Perencanaan dan Penyusunan RPIJM
Indentifikasi Kabupaten/Kota
Dialog
Rencana
Kebijakan
Penyusunan Skenario
Pembangunan Infrastruktur
Kabupaten/Kota
Skenario Pembangunan
Infrastruktur
Kabupaten/Kota
Survei Kebutuhan
Prasarana
Analisis
Permasalahan dan
Potensi keuangan
Penyusunan Rencana
Tindakan Peningkatan
Pendapatan Daerah
(RTPPD)
Dialog
Rencana Kebijakan
Analisis
Permasalahan dan
Potensi Prasarana
Peyusunan Rencana
Program Investasi
Prasarana
Analisis
Permasalahan &
Kabupaten/Kota
Penyusunan Rencana
Tindakan
Pengembangan
Kelembagaab Daerah
(RTPKD)
Skenario
Pembangunan
Infrastruktur
Kabupaten/Kota
Penilaian Kelayakan Program
Investasi
Penyusunan Proyek Tahunan
Memorandum Proyek
(Kesepakatan Program Kerja)
11
KEDUDUKAN RPIJM SECARA HISTORIS
Nasional
Era Orde Baru
Dimensi spasial/sektoral
Era Reformasi
GBHN
RTRW Nasional
RPJP Nasional
RPJM Nasional
Repelita Nasional
Pola Dasar
RTRW Propinsi/Daerah
RPJP Daerah
Propinsi/Daerah
Repelittada
Skenario/Strategi Pembangunan
Masterplan/Ris
RPJM Daerah
Feasbility Study
PJM P3KT
Masyarakat/
Desa
Detailed Engineering Design
RPJM Daerah
Corporate Plan
Corporate Plan
Community Plan
Community Plan
12
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Permukiman perkotaan dan perdesaan merupakan suatu kawasan
hunian. Permasalahan
yang
banyak
muncul selama ini berkisar pada
permukiman yang tidak sehat, dimana ditentukan berbagai indikasi yang
mengisyaratkan ketidakmampuan daya dukung kawasan dan perlu segera
ada upaya-upaya baik represif maupun preventif. Penanganan yang tidak
tepat terhadap masalah infrastruktur sehingga akan membawa dampak
negatif pada perkembangan kawasan diperdesaan secara keseluruhan.
Permasalahan permukiman harus dilakukan secara menyeluruh, oleh
sebab itu diperlukan
sehingga
perencanaan
program-program
yang matang
pengembangan
dan
komprehensif
kawasan permukiman
perkotaan dan perdesaan dapat berjalan dengan optimal dan tepat sasaran
sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.
Menanggapi hal tersebut maka pemerintah dalam mengantisipasi
permasalahan tersebut mengimplementasikan melalui program diantaranya
yang mengarah pada upaya pengembangan kawasan yang merupakan
wujud keberpihakan kepada masyarakat berpenghasilan rendah terutama
pada kawasan yang lingkungannya tertinggal dalam bidang pembangunan
infrastruktur pada daerah perkotaan ataupun perdesaan. Maka perencanaan
matang harus diambil untuk menyiapkan kawasan-kawasan permukiman
yang layak huni dipedesaan, pengembangan yang sudah disiapkan segala
infrastruktur
untuk
memudahkan dan memurahkan akses
penghuni tersebut kelokasi tempat berinteraksi
masyarakat
sosial yang merupakan
kawasan hunian diperkotaan dan diperdesaan.
Dalam beberapa dekade ini pemerintah pusat dan pemerintah daerah
mewujudkan
keberpihakan
kepada
masyarakat
berpenghasilan rendah
dengan berbagai program yang ada, sedangkan mendapatkan tugas untuk
membantu
prasarana
dan sarana
guna
mendukung kawasan
yang
diperuntukkan bagi mereka tersebut diatas.
1
1.1.
Maksud dan Tujuan
Pelaksanaan
kegiatan ini dimaksudkan
untuk mencapai target
pemerintah dalam memberikan dukungan bagi pengembangan prasarana
kawasan perkotaan dan diperdesaan yang bertujuan untuk mencipatkan
kemudahan dalam pemograman dan tersedianya input yang komprehensif
untuk mendukung pengembangan
permukiman
diperdesaan
sarana dan prasarana
sehingga
akan
mendukung
kawasan
peningkatan
perekonomian masyarakat.
Penyusunan RIPJM bertujuan antara lain UNTUK :
•
mendukung koordinasi pelaku pembangunan.
•
mendukung integrasi, sinkronisasi, sinergi antara daerah, antar ruang, dan
antar waktu, serta antar fungsi pemerintah.
•
bisa menjamin keterkaitan dan konsistensi, penganggaran, pelaksanaan
dan pengawasan.
•
mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
•
menjamin tercapainya Sumber Daya Manusia yang efesien, efektif dan
berkelanjutan.
1.2. Sasaran
a. Terwujudnya pembangunan kawasan permukiman baik diperkotaan
maupun di perdesaan yang berkelanjutan sejalan dengan kebijakan
program pengembangan perdesaan.
b.Terwujudnya pelaksanaan perencanaan kawasan sesuai
dengan
arahan kebijakan dan strategi pembangunan kawasan perdesaan
dan aspirasi masyarakat pada kawasan perencanaan.
c.Terwujudnya suatu pembangunan
yang terencana
dan
dapat
memberikan manfaat pada kawasannya.
1.3. Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota Sarolangun, pada
hakekatnya mencakup proses, kerangka pembahasan, analisis kelayakan
2
program serta sintesis program dan anggaran dalam rangka mewujudkan
perencanaan program infrastruktur yang berkualitas (RPIJM yang berkualitas),
sehingga mampu meningkatkan kemampuan manajemen pembangunan
daerah dalam Bidang PU/Cipta Karya.
Panduan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya pada dasarnya mencakup
penjelasan yang mencakup hal-hal yang perlu diperhatikan sebagairamburambu dalam penyusunan RPIJM, kebijakan, prioritas program, format dan
muatan substansi yang perlu dikandung di dalam sebuah dokumen RPIJM.
Adapun cakupan/panduan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya, yaitu:
1.
Memberikan
arahan
proses
penyusunan
Rencana
Program
Infrastruktur Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya terutama yang
dibiayai dari APBN maupun APBD (Cost Sharing maupun Joint
Program)
Propinsi
maupun
Kabupaten/Kota
dalam
rangka
mendukung pencapaian sasaran pembangunan lima tahun Bidang
PU/Cipta Karya sebagaimana dimaksud dalam RPJMN 2004-2009 dan
seterusnya maupun MDG 2015 yang akan datang.
2.
Mendorong pembangunan daerah Bidang PU/Cipta Karya terutama di
kota-kota yang mendapatkan prioritas, termasuk kota-kota sedang, dan kota
kecil dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan
pertumbuhan daerah.
3.
Memberikan
penjelasan
umum
mengenai
hal-hal
yang
dipertimbangkan dalam penyusunan RPIJM secara umum meliputi:
4.
•
Rambu-rambu, arahan kebijakan dan Prioritas Pembangunan
Nasional (RPJMN 2004-2009),
•
Isu dan kecenderungan situasi dan kondisi yang perlu
diperhatikan,
•
Pola pikir penyusunan RPIJM bidang PU/Cipta Karya dan
sasaran/keluaran yang perlu dicapai.
Memberikan petunjuk kerangka dasar ataupun sistematika RPIJM
sebagai ancar-ancar dan penjelasan/petunjuk spesifik dan setiap
tahapan hal-hal yang perlu dibahas oleh masing-masing aspek atau
komponen program mencakup:
3
•
Rencana pembangunan perkotaan,
•
Sinkronisasi dan prioritas program (kesepakatan program
/anggaran sebagai ringkasan memorandum program),
•
Program investasi infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya dalam
penyediaan perumahan dan permukiman; perbaikan perumahan
dan
permukiman;
penyehatan
lingkungan
permukiman
(pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, penanganan
drainase), penyediaan dan pengelolaan air minum; penataan
bangunan; dan pembangunan jalan dan jembatan serta
pengendalian banjir.
•
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
•
Analisis
•
Pembangunan, Rencana Peningkatan Pendapatan Daerah,
•
Rencana Pengembangan Kelembagaan Daerah,
•
Lampiran penunjang.
Keuangan
Daerah
dan
Pembiayaan
Program
Cakupan komponen program investasi RPIJM tersebut pada hakekatnya
harus dipertimbangkan selain untuk mencapai sasaran RPJM 2004-2009,
juga harus ditinjau
pembangunan
secara kontekstual
masing-masing
sesuai dengan tantangan
Kabupaten/Kota.
Dalam
hal
inicakupan
komponen program untuk Kabupaten/Kota yang satu dengan yang lainnya
dapat saja berbeda sesuai dengan kebutuhan. Bisa saja terjadi program
investasi suatu Kabupaten/Kota hanya mencakup beberapa komponen
program saja (tidak perlu harus lengkap) tergantung urgensi kebutuhan dan
prioritas penanganannya.
1.4 Pendekatan
Pendekatan penyusunan RPIJM pada hakekatnya perlu
mempertimbangkan beberapa hal antara lain:
•
Proses Perencanaan yang Partisipatif: Pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas dan pembangunan Kabupaten/Kota
yang dinamis
membutuhkan penyediaan fasilitas infrastruktur, dan yang layak,
4
memadai, terjangkau, adil, serta bagi masyarakat luas. Untuk itu
diperlukan perencanaan program investasi yang partisipatif;
•
Membangun Transparansi dan Persepsi Bersama: Permasalahan yang
dihadapi Kabupaten/Kota baik persoalan ekonomi, sosial, budaya,
lingkungan maupun persoalan kapasitas institusi agar menjadi
persepsi bersama;
•
Keterpaduan dan Keberlanjutan: Perencanaan Program Investasi
Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya mengacu pada prinsip
pengembangan wilayah, UTRW/K, RPJMN, RPJMD, dan Renstra
PU/Cipta
Karya,
Dinas
Terkait,
Masterplan
Sektor,
Strategi
Pembangunan Kabupaten/Kota, maupun Peraturan Perundangan yang
berlaku;
•
Kelayakan Teknis, Sosial, Ekonomi dan Lingkungan: Penentuan
prioritas program dan kegiatan perlu mengacu pada hasil Studi
Kelayakan
(FS/DED),
kelayakan
ekonomi
dan
sosial
serta
lingkungan;
•
Credit
Worthiness
dan
Akuntabilitas;
Perhitungan
kemampuan
penyediaan dana perlu didasarkan pada hasil analisis keuangan.
Demikian pula kemampuan pelaksanaan perlu diperhitungkan dari
hasil analisis kelembagaannya serta perlu mempertimbangkan
keberlanjutan pembangunan.
Bertolak dari pentingnya Rencana Program Investasi Jangka Menengah
(RPIJM)
dalam
mendukung
pembangunan
infrastruktur
bidang
PU/CiptaKarya, pemerintah daerah perlu diberdayakan untuk menyusun
RPIJM masing-masing.
Dalam
upaya
melaksanakan
hal
tersebut,
diperlukan adanya panduan penyusunan yang dapat memberikan kerangka
bagaimana menyusun RPIJM bidang PU/Cipta Karya secara profesional.
Pada akhirnya diharapkan pemerintah daerah
akan mampu menyusun
RPIJM secara mandiri yang pada akhirnya mampu meningkatkan efektifitas
dan efisiensi manajemen pembangunan bidang PU/Cipta Karya.
5
2. Landasan Hukum
Penyusunan RPIJM pada dasarnya harus bertitik tolak (mengacu) kepada
peraturan perundangan maupun kebijakan yang berlaku pada saat RPIJM
disusun. Peraturan dan perundangan maupun kebijakan yang perlu diacu
tersebut diantaranya adalah sebagaimana berikut:
1.
Peraturan Perundangan
a. UU No. 17/2007 tentang Rencana
Jangka Panjang Nasional;
Pembangunan
b. UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang;
c. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;
d. UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah;
e. UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;
f. UU No. 7/2004 tentang Sumberdaya Air;
g. UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan pembangunan
Nasional;
h. UU No. 38/2004 tentang Jalan;
i. UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara;
j. UU No. 4/1992 tentang Perumahan dan Permukiman;
k. UU No. 16/1985 tentang Rumah Susun;
l. Peraturan dan Perundangan lainnya yang terkait.
2.
Kebijakan dan Strategi
a. Permen PU 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi
Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman,
bahwa
pembangunan
perkotaan
perlu
ditingkatkan
dan
diselenggarakansecara berencana dan terpadu;
b. Permen PU 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan (KSNP) Sistem Penyediaan Air Minum;
c. Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan (KSNP-SPP) Sistem Pengelolaan Persampahan;
d. Keputusan Presiden No. 7/2004 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2004-2009.
Disamping itu, yang perlu juga dijadikan sebagai acuan atas dasar
6
pendekatan dalam penyusunan RPIJM adalah kebijakan ataupun arahan
dari pimpinan Departemen PU/Cipta Karya serta kebijakan pimpinan
instansi terkait.
3. Tujuan dan Pentingnya RPIJM
3.1. Pentingnya RPIJM
Kedudukan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya yaitu berada di
bawah kebijakan spasial dan kebijakan sektoral yang ada di setiap daerah
sebagai Rencana Pembangunan Infrastruktur (Infrastructure Development
Plan) di masing-masing daerah baik pada skala Propinsi maupun
Kabupaten/Kota. RPIJM pada hakekatnya merupakan operasionalisasi dari
RPJMN dan RPJMD. Kebijakan spasial dalam RPIJM mengacu pada RTRW
Nasional, Propinsi, Kabupaten/Kota sedangkan kebijakan sektoral/program
dalam RPIJM mengacu pada RPJMN dan RPJMD
lanjutannya serta
Masterplan
sektor
yang
ada.
2004-2009 atau
Bilamana
suatu
daerah belum mempunyai Rencana Tata Ruang maupun Masterplan Sektor
(RIS) masih dapat dilakukan assessment berdasarkan kebijakan
tata
ruang maupun kebijakan sektoral yang ada.
RPIJM dimaksudkan bukan untuk menggantikan fungsi RPJMD
sebagai dokumen politik sebagaimana Repelitada pada masa yang lalu, akan
tetapi RPIJM merupakan dokumen teknis kelayakan program (Feasibility
Study) untuk rencana pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya.
Sebagai dokumen teknis, RPIJM perlu dikerjakan secara profesional
(oleh ahlinya), namun
tetap
menekankan
proses
partisipasi
melalui
dialog kebijakan dengan pihak-pihak terkait, masyarakat, profesional dan
lain-lain pada tahap penyusunan rencana pembangunan Kabupaten /Kota
dan melalui dialog investasi dengan masyarakat dan dunia usaha maupun
pihak-pihak yang terkait pada tahap penyusunan prioritas program/kelayakan
program investasi. Dengan demikian, RPIJM yang bersifat sektoral dan
terpadu merupakan Consolidated FS yang dapat diterima semua pihak
sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah.
Lebih jauh, yang perlu ditekankan di dalam cara berpikir
dalam penyusunan RPIJM bagaimana dapat mengenali permasalahan
dan tantangan pembangunan perkotaan, terutama dalam rangka untuk
7
bisa merencanakan
efektif, sehingga
dan
memprogramkan
diharapkan
RPIJM
kegiatan
yang
investasi
disusun
secara
adalah
dapat
menjawab tantangan pembangunan, namun masih dalam batas-batas
efisiensi kemampuan penyelenggaraan. Untuk itu perlu dilakukan suatu
analisis antara kondisi saat ini dengan kondisi yang ingin dicapai dalam
waktu mendatang (akhir
RPIJM 2009)
sesuai
dengan
tujuan
dan
sasaran
pembangunan serta kebijakan dan strategi penanganannya berdasarkan
skala prioritas yang ditetapkan.
3.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten/Kota
Mengacu
kepada
RPJMD
pembangunan
daerah,
pada
hakekatnya
pembangunan adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap
tempat berusaha dan tempat tinggal baik dalam segi kualitas maupun
kuantitas dalam lingkungan yang sehat dengan menciptakan lingkungan
perkotaan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi perkotaan yang
mendukung perkembangan wilayah secara efektif dan efisien serta
memperhatikan keseimbangan-keterpaduan hubungan antara perkotaan dan
perdesaan. Hal ini berarti bahwa, segala usaha pembangunan tersebut
haruslah dapat menjamin terciptanya:
• Peningkatan produktifitas Kabupaten/Kota (productivity);
•
Peningkatan efisiensi pelayanan dan kegiatan kota (efficiency),
•
Pembangunan perkotaan yang berkelanjutan melalui pendekatan yang
berwawasan lingkungan (sustainable environment);
•
Pembangunan perkotaan yang berkeadilan sosial (socially just);
• Pembangunan perkotaan yang mendukung kelestarian udaya kota (culturally
vibrant);
• Pembangunan perkotaan yang mendukung terciptanya jati kota (city
sense or image);
• Pembangunan perkotaan yang didukung oleh partisipasi politik
masyarakat kota (politically participatory).
8
3.3. Sasaran Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota
Adapun sasaran pembangunan daerah (perkotaan dan perdesaan) adalah
sebagai berikut:
• Terselenggaranya pengelolaan pembangunan perkotaan yang lebih
efektif dan efisien dalam pemanfaatan sumber daya alamnya yang
mengacu
kepada
rencana
termasuk
pengelolaan
tata
administrasi
ruang
kota
pertanahan
yang
yang
berkualitas
lebih
tertib
dan adil serta ditunjang oleh kelembagaan pemerintah yang makin
siap melaksanakan otonomi daerah;
•
Makin
mantapnya
masyarakat
dan
kemitraan
dunia
usaha
pemerintah
dalam
daerah
pelaksanaan
dengan
pembangunan
perkotaan, baik melalui organisasi kemasyarakatan, lembaga
swadaya maupun pengusaha perorangan;
• Meningkatkan
meningkatnya
kesejahteraan
pendapatan
masyarakat
perkapita
dan
yang
kualitas
ditujukan
hidup
oleh
penduduk
yang semakin merata;
•
Berkurangnya jumlah penduduk miskin;
• Meningkatnya kualitas fisik lingkungan sesuai dengan baku mutu
lingkungan.
4. Mekanisme dan Framework Penyusunan RPIJM
Kedudukan RPIJM yaitu berada di bawah kebijakan spasial dan kebijakan
sektoral yang ada di setiap daerah. Kebijakan spasial yang langsung menjadi
acuan penyusunan RPIJM yaitu RTRW
Kabupaten/Kota dan kebijakan
sektoral/program yang menjadi acuan yaitu RPJM Daerah.
RPIJM nantinya dapat digunakan untuk bahan masukan dalam penyusunan
masterplan/Rencana Induk Sistem (RIS) yang lebih rinci.
9
Gambar 1.2 Kedudukan RPIJM dalam Rencana Pembangunan Nasional
KEBIJAKAN
SEKTORAL/PROGRAM
KEBIJAKAN SPASIAL
Nasional
RTRWN
RPJMN
Propinsi
RTRW PROPINSI
RPJM PROPINSI
Kabupaten/
Kota
RTRW KAB/KOTA
RPJM KAB/KOTA
MASTER PLAN
STRATEGI PEMBANGUNAN
KOTA/KABUPATEN
RENCANA INDUK SISTEM
(RIS)
Strategi Pembangunan Per Kawasan
Strategi Pembangunan Sektoral
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Gambar 1.2 Diagram Penyusunan RPIJM
RTRW Kab/Kot
RPJM Daerah
RPJP Daerah
Susun strategi pembangunan
Kabupaten/Kota
Tingkat
perumusan
rencana
Dialog rencana dengan
Masyarakat & dunia usaha
Skenario pembangunan
Kabupaten/Kota
Master plan kawasan-kawasan
Master plan sektor-sektor
RD Survey kebutuhan prasarana dan sarana
Tingkat
perumusan
program
Analisis permasalahan &
Potensi keuangan
Analisis permasalahan &
Potensi sarana & prasarana
Susun rencana
Peningkatan pendapatan
Susun rencana program
Investasi sarsana dan prasarana
Dialog investasi dengan
Masyarakat & dunia usaha
Tingkat
perumusan
Proyek/
investasi
Penilaian kelayakan
Program investasi (FS/DED)
Analisis permasalahan &
Potensi kelembagaan
Susun rencana perkuatan
Manajemen & kelembagaan
Program Investasi Jangka Menengah
Susun prioritas proyek/
Investasi tahunan
Memorandum proyek/
Expenditure plan
10
Diagram
Alir Proses Perencanaan dan Penyusunan RPIJM
Indentifikasi Kabupaten/Kota
Dialog
Rencana
Kebijakan
Penyusunan Skenario
Pembangunan Infrastruktur
Kabupaten/Kota
Skenario Pembangunan
Infrastruktur
Kabupaten/Kota
Survei Kebutuhan
Prasarana
Analisis
Permasalahan dan
Potensi keuangan
Penyusunan Rencana
Tindakan Peningkatan
Pendapatan Daerah
(RTPPD)
Dialog
Rencana Kebijakan
Analisis
Permasalahan dan
Potensi Prasarana
Peyusunan Rencana
Program Investasi
Prasarana
Analisis
Permasalahan &
Kabupaten/Kota
Penyusunan Rencana
Tindakan
Pengembangan
Kelembagaab Daerah
(RTPKD)
Skenario
Pembangunan
Infrastruktur
Kabupaten/Kota
Penilaian Kelayakan Program
Investasi
Penyusunan Proyek Tahunan
Memorandum Proyek
(Kesepakatan Program Kerja)
11
KEDUDUKAN RPIJM SECARA HISTORIS
Nasional
Era Orde Baru
Dimensi spasial/sektoral
Era Reformasi
GBHN
RTRW Nasional
RPJP Nasional
RPJM Nasional
Repelita Nasional
Pola Dasar
RTRW Propinsi/Daerah
RPJP Daerah
Propinsi/Daerah
Repelittada
Skenario/Strategi Pembangunan
Masterplan/Ris
RPJM Daerah
Feasbility Study
PJM P3KT
Masyarakat/
Desa
Detailed Engineering Design
RPJM Daerah
Corporate Plan
Corporate Plan
Community Plan
Community Plan
12