BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini 1. Pengertian kemampuan bahasa anak - BAB II SISKA LARASATI PAUD'12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini

1. Pengertian kemampuan bahasa anak

  Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka (Yusuf, 2007: 118).

  Bromley (dalam Dhieni, 2009: 1.11) mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal.Simbol- simbol visual tersebut dapat dilihat, ditulis, dan dibaca, sedangkan simbol- simbol verbal dapat diucapkan dan didengar. Anak dapat memanipulasi simbol-simbol tersebut dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan berpikirnya.

  Menurut Piaget (dalam Syaodih, 2005: 47) bahasa adalah salah satu cara yang utama untuk mengekspresikan pikiran, dan dalam seluruh perkembangan, pikiran selalu mendahului bahasa. Sedangkan menurut Syaodih (2005: 47) bahasa merupakan salah satu elemen yang terpenting dalam perkembangan berpikir.Hampir tidak mungkin manusia berpikir

  6 tanpa menggunakan bahasa, dan melalui bahasa, pikiran manusia dapat ditampilkan, bahasa pula yang dapat membedakan manusia dari makhluk lainnya.

  Bahasa menurut Webster (dalam Sardjono, 2005: 5) adalah komunikasi atau ekspresi fikir dan perasaan, yang berwujud vokal, dan merupakan kombinasi dari beberapa bunyi atau simbol-simbol tertulis yang mengandung arti.Neuman dan Rosko (dalam Seefeldt dan Wasik, 2008: 324) bahasa adalah suatu bangunan sosial. Anak-anak belajar bahasa dari berinteraksi dengan orang lain di sekitar mereka.

  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah kemampuan untuk berkomunikasi baik dalam bentuk lisan atau tulisan, isyarat, lukisan dan mimik muka.

2. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak

  Bulan-bulan pertama kehidupan, anak-anak mulai mencoba-coba dengan bahasa.Bayi berbisik halus, menjerit, dan mengoceh. Pada waktu anak-anak mencapai usia tiga tahun, mereka biasanya memiliki 2000 sampai 4000 kata dalam perbendaharaan kata mereka dan mulai mengerti struktur bahasa. Anak-anak usia empat dan lima tahun mengucapkan kalimat dengan tiga sampai empat kata dan menyatakan keinginan serta kebutuhan mereka lewat bahasa. Agar keterampilan berbahasa dan baca tulis tertanam dalam diri anak-anak, dua pengalaman penting harus dimiliki.Anak-anak harus berbicara dan mendengarkan orang lain, dan mereka perlu membaca dengan orang lain (Seefeldt dan Wasik, 2008: 324). Adapun tahap-tahap perkembangan bahasa anak menurut William Stern dan Clara Stren (dalam Yusuf, 2007: 158) yakni pada usia 6-12 bulan (masa permulaan atau stadium purwoko), masa ini disebut masa meraban yang artinya masa mengeluarkan bermacam-macam suara yang tidak berarti. Pada masa ini anak sering mengulang beberapa suku kata, seperti ba-ba-ba, ma-ma-ma, dan pa-pa-pa.Usia 12-16 bulan (masa pertama atau stadium kalimat suku kata), pada masa ini anak sudah dapat mengucapkan kata, misalnya mama, papa, mamam.

  Lebih lanjut William Stren dan Clara Stern (dalam Yusuf, 2007: 158) mengatakan bahwa tahap perkembangan bahasa usia 16-24 bulan (masa kedua/stadium nama) pada masa ini anak sudah mulai timbul kesadaran bahwa setiap orang atau benda mempunyai nama. Anak sering berbicara sendiri (monolog), baik dengan diri sendiri, maupun dengan benda-benda mainannya.Usia 24-30 bulan (masa ketiga) pada masa ini anak bisa menyusun kalimat tunggal, mampu memahami perbandingan, menanyakan nama dan tempat, serta menggunakan kata-kata yang berawalan dan yang berakhiran. Dan usia 30-72 bulan (masa keempat) pada masa ini anak dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya, anak banyak menanyakan soal waktu-sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan.

  Sedangkan menurut Hartati (2005: 19) tahap perkembangan bahasa anak pada usia 0-2 tahun meliputi anak melaksanakan 2 perintah sekaligus, menggunakan kalimat tanya dan kalimat sangkal ya atau tidak, menyebut nama diri dan jenis kelaminya, dapat menyatakan hak milik, merangkai 2 kata, merangkai kata-kata yang ditujukan kepada dirinya, menceritakan suatu kejadian secara sederhana, dan mulai mengerti larangan.

  Lebih lanjut Hartati (2005: 22) pada usia 4-6 tahun tahapan perkembangan bahasa anak meliputi memperkenalkan diri, nama, alamat, dan keluarganya, menceritakan banyak hal, menggunakan kata seperti bahasa orang dewasa, dapat menyebutkan anggota badan sambil bernyanyi, mengerti makna dan fungsi suatu kata, bercerita dengan gambar yang dibuatnya, mulai berpikir, berbicara, dan bermain dengan berbagai bentuk kata dan bahasa, menyempurnakan kalimat sederhana, menyempurnakan kalimat dengan mengisi titik-titik, menyempurnakan kalimat lisan dengan gambar.

  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa awal tahap perkembangan bahasa anak dimulai dari bayi berbisik halus, menjerit, dan mengoceh.Agar keterampilan berbahasa dan baca tulis tertanam dalam diri anak-anak, dua pengalaman penting harus dimiliki. Anak-anak harus berbicara dan mendengarkan orang lain, dan mereka perlu membaca dengan orang lain.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi bahasa Anak

  Perkembangan bahasa anak usia dini, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Yusuf (2007:121-122) faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain, faktor kesehatan, apabila pada usia dini dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus-menerus, maka anak tersebut cenderung akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasanya. Faktor intelegensi, anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal atau diatas normal.Namun begitu tidak semua anak yang mengalami kelambatan perkembangan bahasanya pada usia awal, dikategorikan sebagai anak yang bodoh.

  Lebih lanjut Yusuf (2007: 121-122) faktor status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Faktor jenis kelamin, pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antar pria dengan wanita. Namun mulai usia dua tahun, anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak pria.Faktor hubungan keluarga, hubungan yang sehat antara orang tua dengan anak (penuh perhatian dan kasih) memfasilitasi perkembangan bahasa anak. Sedangkan hubunganyang tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya.

  Menurut para ahli perilaku (dalam Dhieni, 2009: 2.9) ada beberapa faktor yang penting dalam mempelajari bahasa, antara lain, imitasi yang berarti bahasa dipelajari melalui peniruan dari contoh orang dewasa.Reward, yang berarti hadiah. Mereka akan memberikan reward pada siswa yang memberikan respon yang benar, dan mengacuhkan respon siswa yang tidak sesuai. Reinforcemet, yang berarti penguat dan frekuensi suatu perilaku.

  Sedangkan menurut para ahli interaksionis (dalam Dhieni, 2009:

  2.26) menjelaskan bahwa berbagai faktor seperti sosial, linguistik, kematangan, biologis, dan koqnitif, saling mempengaruhi, berinteraksi, dan memodifikasi satu sama lain sehingga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa individu.

  Para ahli sependapat bahwa pembentukan bahasa pada anak-anak sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor latihan dan motivasi (kemauan) untuk belajar dengan melalui proses conditioning dan reinforcement (Lefrancois, dalam Hartinah, 2010: 111).

  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi bahasa antara lain faktor kesehatan, intelegensi, status sosial ekonomi, jenis kelamin, hubungan keluarga, latihan, motivasi, imitasi, reward,reinforcement, dan frekuensi suatu perilaku.

B. Permainan Tebak Huruf di TK

1. Metode Pembelajaran di TK

  Prinsip belajar pada pendidikan anak Taman Kanak-Kanak (TK) adalah belajar melalui bermain dan bermain seraya belajar.Situasi ini berbeda dengan belajar dijenjang sekolah lainnya seperti Sekolah Dasar (SD).Perbedaan tersebut kelihatan dari mulai penataan sekolah dan halaman, penataan kelas hingga kegiatan belajarnya.Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan, metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan diterapkan.

  Menurut Yus (2005: 145) metode merupakan cara yang berfungsi untuk mencapai tujuan kegiatan. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan guru dalam kegiatan TK.Metode pengajaran yang dimaksud antara lain terdiri dari metode bermain, karyawisata, demonstrasi, proyek, dan bercerita.Sedangkan menurut Moeslichatun (1999: 24) metode-metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia TK adalah bermain, karyawisata, bercakap-cakap, bercerita, demonstrasi, proyek dan pemberian tugas. Suyanto (2005: 39-43) mengatakan bahwa ada beberapa metode yang sering digunakan untuk pembelajaran anak usia dini antara lain: circle time, sistem kalender, show and tell, small project, kelompok besar (big time), kunjungan, permainan, dan bercerita.

  Metode pembelajaran untuk anak usia dini hendaknya menantang dan menyenangkan, melibatkan unsur bermain, bergerak, bernyanyi, dan belajar (Suyanto, 2005: 39).

  Guru mengembangkan kemampuan bahasa anak dengan menggunakan metode yang dapat meningkatkan perkembangan kemampuan berbicara, mendengar, membaca, dan menulis. Guru memberi kesempatan anak memperoleh pengalaman yang luas dalam mendengarkan dan berbicara.

  Peneliti menggunakan metode bermain untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak usia dini. Karena dunia anak adalah dunia bermain, dengan bermain anak bisa belajar.

  Belajar pada anak usia dini adalah bermain. Melalui bermain dapat memberi kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan.Bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat disenangi anak.Pada berbagai situasi dan tempat selalu saja anak menyempatkan untuk menggunakannya sebagai arena bermain dan permainan (Yus, 2005: 146).

  Menurut Hurlock (dalam Musfiroh, 2008: 1) bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar.

  Sedangkan menurut Sully (dalam Suyadi, 2010: 284) bermain adalah aktivitas yang sangat menyenangkan dengan ditandai gelak tawa oleh anak yang melakukannya.Oleh karena itu, suasana hati dalam diri anak yang sedang melakukan aktivitas menjadi penentu apakah anak tersebut sedang bermain atau tidak.

  NAEYC(National Association for the Education of Young

  Children )dan ACEI (Associatio for Childhood Education International)

  menegaskan bahwa bermain memungkinkan anak mengeksplorasi dunianya, mengembangkan pemahaman sosial dan kultural, membantu anak-anak mengekspresikan apa yang mereka rasakan dan mereka pikirkan, memberi kesempatan bagi anak untuk menemukan dan menyelesaikan masalah, serta mengembangkan bahasa dan keterampilan serta konsep beraksara (Isenberg & Jalongo dalam Musfiroh, 2005: 13).

  Menurut Vygotsky (dalam Musfiroh,2005: 14) bermain mempengaruhi perkembangan anak melalui tiga cara. Pertama, bermain menciptakan zone of proximal development (ZPD) pada anak, yakni wilayah yang menghubungkan antara kemampuan aktual anak dan kemampuan potensial anak.Kedua, bermain memfasilitasi separasi (pemisahan) pikiran dari objek dan aksi. Di dalam bermain, anak lebih menuruti apa yang ada dalam pikirannya dari pada apa yang ada dalam realita. Ketiga, bermain mengembangkan penguasaan diri.Di dalam bermain anak tidak dapat bertindak sembarangan.Anak harus bertindak sesuai skenario.

  Bermain adalah dunia sekaligus sarana belajar anak.Memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain berarti memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar.Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dengan cara-cara yang dapat dikategorikan sebagai bermain berarti telah berusaha membuat pengalaman belajar itu dirasakan dan dipersepsikan secara alami oleh anak yang bersangkutan sehingga menjadi bermakna baginya (Solehuddin, dalam Musfiroh, 2005: 36).

  Mallory dan New (dalam Musfiroh, 2005: 36) mengatakan bahwa melalui bermain itulah sesungguhnya anak belajar. Melalui bernain anak memiliki kesempatan untuk membangun dirinya, berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan sosial, mengekspresikan dan mengontrol emosinya, serta mengembangkan kecakapan simboliknya. Melalui bermain pula, anak-anak memperoleh kesempatan untuk mempraktikan kecakapan sosialnya untuk menerima pesan sosial yang baru, dan mencoba tugas baru yang menantang, serta menyelesaikan masalah-masalah baru yang tidak dapat diselesaikan dengan cara lain.

  Menurut Musfiroh (2005: 35) bermain sambil belajar adalah satu istilah yang digunakan untuk menandai bahwa anak belajar melalui bermain, anak belajar didalam bermain.

  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah sesuatu yang perlu bagi perkembangan anak dan dapat digunakan sebagai suatu cara untuk memacu perkembangan anak. Penggunaan metode yang tepat dalam pengajaran pada anak akan sangat menentukan keberhasilan pengajaran bahasa dalam mengenal huruf.

2. Pengertian Permainan Tebak Huruf

  Gallahue (dalam Hartati, 2005: 85) menjelaskan bahwa bermain adalah suatu aktivitas yang langsung dan spontan yang dilakukan seorang anak bersama orang lain atau dengan menggunakan benda-benda disekitarnya dengan senang, sukarela, dan imajinatif, serta dengan menggunakan perasaannya, tangannya atau seluruh tubuhnya.

  Malone (dalam Musfiroh, 2005: 40) menandai tiga karakteristik kritis dari permainan.Kriteria yang pertama adalah tantangan.Dengan adanya tantangan, permainan menjadi lebih efektif.Aturan permainan harus jelas bagi anak dan hasil permainan itu tidak dipastikan.

  Lebih lanjut Malone (dalam Musfiroh, 2005: 40) kriteria yang kedua untuk motivasi anak terlibat dalam permainan adalah fantasi.

  Fantasi menyediakan bingkai referensi anak dengan cara menyediakan konteks untuk bermain mental dengan kaidah dan strategi. Dan kriteria yang ketiga adalah keingintahuan.Keingintahuan ini mendorong keinginan anak untuk terus bereksplorasi, bereksperimen dengan cahaya, suara, dan gerakan, untuk melihata pola-pola apakah yang dibentuk oleh tindakan mereka.

  Menurut Seefeldt & Wasik (2008: 23) permainan adalah jalan bagi anak-anak mengembangkan kemampuan menggunakan lambang dan memahami lingkungan mereka.Ketika anak-anak bermain dengan benda dan barang dilingkungan mereka, mereka memperoleh pengetahuan tentang kekayaan alam dunia tempat mereka hidup.Dengan melakukan percobaan pada berbagai barang dan alat-alat, mereka belajar dan tahu bahwa ada barang berat, barang ringan, ada yang kasar atau halus, tajam atau bundar.Inilah konsep yang tidak bisa diajarkan lewat pelajaran langsung, tetapi bisa dipelajari lewat tangan pertama saja, pengalaman langsung dan permainan.

  Alat permainan edukatif menurut Sugianto (dalam Eliyawati, 2005: 62) adalah alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan.Menurut bina keluarga dan Balita (dalam Aqib, 2009: 46) yang dimaksud dengan alat permainan edukatif adalah alat bermain yang dapat melakukan kegiatan rangsangan dan dorongan memperlancar perkembangan kemampuan anak.

  Sedangkan menurut Suyadi (2010: 289) alat permainan edukatif adalah segala bentuk permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek tertentu pada anak sehingga anak menjadi tumbuh cerdas dengan bermain.

  Permainan tebak huruf adalah suatu permainan edukatif, dimana guru memberikan teka teki kepada anak selanjutnya anak menebak. Setelah anak menebak teka teki yang diberikan oleh guru, anak menyebutkan huruf depan dari benda yang telah ditebak itu apa kemudian anak mengambil huruf depan tersebut dan menempelnya dikertas.

  Peneliti menggunakan permainan tebak huruf karena permainan ini sesuai dengan karakteristik anak usia dini untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak dalam mengenal huruf.

3. Tujuan dan Fungsi Permainan Tebak Huruf

  Menurut Moeslichatoen (1999: 55) kemampuan berbahasa yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain bertujuanuntuk menguasai bahasa reseptif yakni mendengar dan memahami apa yang didengar (Gordon & Browne) yang meliputi memahami perintah, menjawab pertanyaan dan mengikuti urutan peristiwa.

  Lebih lanjut Moeslichatoen (1999: 55) tujuannya untuk menguasai bahasa ekspresif yang meliputi menguasai kata-kata baru dan menggunakan pola bicara orang dewasa, untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain meliputi berbicara sendiri atau berbicara kepada orang lain, untuk keasyikan menggunakan bahasa. Meningkatkan keasyikan anak berbahasa dapat dilaksanakan melalui kegiatan berdiskusi, mengajukan pertanyaan, mendengarkan cerita dan puisi.

  Permainan tebak huruf diharapkan bisa merangsang kemampuan bahasa anak melalui kegiatan menebak huruf, terutama anak mampu mengetahui nama huruf, lambang huruf serta bunyi huruf.

  Menurut Bredekamp dan Coplle (dalam Musfiroh, 2005: 19) bermain membantu anak meningkatkan kemampuan berkomunikasi yakni bermain menyediakan ruang dan waktu bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain. Mereka saling berbicara, mengeluarkan pendapat, bernegosiasi, dan menemukan jalan tengah bagi setiap persoalan yang muncul.

  Permainan tebak huruf ini berfungsi untuk merangsang kemampuan bahasa anak sejak terutama anak mampu mengenal huruf, kosa kata anak dapat bertambah, anak mampu mendengar, berkomunikasi, melakukan beberapa perintah sederhana, menjawab pertanyaan sederhana dan melatih rasa percaya diri anak.

4. Media Permainan Tebak Huruf

  Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sehingga salah satu komponen sistem pembelajaran tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Association for Educational Comminications and

  

Technology(AECT ) (dalam Mulyasa, 2010: 173) mendefinisikan media

sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi.

  Menurut Hamalik (1986: 23) media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran disekolah. Sedangkan menurut Gagne (dalam Dhieni, 2009: 10.3), media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak didik yang dapat memotivasi anak didik untuk belajar.

  Media pembelajaran anak usia dini pada umumnya merupakan alat- alat permainan edukatif yang berguna untuk memudahkan siswa belajar memahami sesuatu yang mungkin sulit atau menyederhanakan sesuatu yang komplek.

  Media dalam pengembangan bahasa adalah permainan tebak huruf yang tediri dari huruf, kertas, gambar, gelas.

5. Langkah-langkah Permainan Tebak Huruf

  Belajar huruf dapat dilakukan pada anak sejak usia dini, misalnya saja dengan bermain tebak huruf. Adapun cara-cara atau langkah-langkah dalam bermain tebak huruf sebagai berikut:

  a. Pengenalan Guru mengenalkan media yang dipakai dalam permainan tebak huruf yakni kertas kosong untuk menempel hasil dan kertas- kertas kecil yang masing-masing kertas ada hurufnya.

  b. Permainan Guru menjelaskan cara bermain permainannya yaitu guru memberikan teka teki kepada anak kemudian anak mejawab teka teki tersebut dan anak menyebutkan huruf depan dari benda yang telah ditebak itu apa selanjutnya anak mengambil huruf depan yang telah ditebak dan menempelkannya dikertas.

C. Kriteria Penilaian

1. Pedoman penilain

  Menurut Depdiknas (2006: 6-7), cara pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut: a. Catatlah hasil penilaian perkembangan anak pada kolom penilaian di satuan kegiatan harian (SKH) b. Anak yang belum mencapai indikator seperti diharapkan dalam SKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda bulatan kosong ( ○ )

  c. Anak yang sudah melebihi indikator yang tertuang dalam SKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat/cepat/lengkap/benar, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan tanda bulatan penuh ( ● ) d. Jika semua anak menunjukkan kemampuan sesuai dengan indikator yang tertuang dalam SKH, maka pada kolom penilaian dituliskan nama semua anak dengan tanda chek list ( √ )

  Sedangkan menurut Dimyati (2013: 95) penilaiannya sebagai berikut: Tanda (

   ) = berhasil Tanda (

   ) = berhasil dengan bantuan guru Tanda (  )= belum berhasil

  Prosedur penilaian harian menurut pedoman penilaian Kemendiknas Dirjen Mandas dan menengah Direktorat Pembinaan TK (2010: 1-2) catatan hasil penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom pada penilaian di RKH, sebagai berikut:

  Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang(

  ) Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda dua bintang (

  ) Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda tiga bintang (

  ) Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang (

  ) Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman penilaian dari

  Kemendiknas Dirjen Mandas dan Menengah Direktorat Pembinaan TK (2010: 1-2) yaitu:

  Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang ( ).

  Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda dua bintang ( )

  Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda tiga bintang ( )

  Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang (

  )

2. Indikator Hasil Belajar

  Pengembangan metode bermain tebak huruf di Kelompok Bermain bertujuan mengembangkan kemampuan berbahasa anak dalam berbahasa, mengenali dan menyebutkan huruf. Dengan menggunakan metode bermain tebak huruf anak dapat melaksanakan kegiatan yang dapat menambah pengetahuan tentang nama huruf untuk mengembangkan kemampuan berbahasa.

  Bronson (dalam Musfiroh, 2005: 84) berpendapat bahwa anak usia 4 tahun mulai menunjukkan minat aktivitas literasi seperti mengeja huruf dan bunyi, menjiplak huruf, dan aktivitas lain yang berkaitan dengan buku.

  Menurut Standar perkembangan anak lahir s.d 6 tahun (dalam depdiknas, 2007: 20) yang termasuk perkembangan dasar dalam aspek perkembangan bahasa adalah dapat mendengarkan informasi lisan, dapat berkomunikasi/berbicara secara lisan dengan jelas, mulai menunjukkan dorongan untuk membaca (pramembaca), dapat mengenal lambang- lambang sederhana (pramenulis), dapat menghasilkan coretan-coretan (pramenulis).

  Menurut Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (2010: 21-23) yang termasuk tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak usia 4-5 tahun adalah menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya), mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan, memahami cerita yang dibacakan, mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb), mengulang kalimat sederhana, menjawab pertanyaan sederhana, mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb), menyebutkan kata-kata yang dikenal, mengutarakan pendapat kepada orang lain, menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan, menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah didengar,mengenal simbol-simbol, mengenal suara-suara hewan/benda yang ada disekitarnya, membuat coretan yang bermakna, meniru huruf.

  Tabel 2. 1 Indikator Hasil Belajar

  No Indikator Yang Diharapkan

  ( Kemampuan Berbahasa )

  1. Menirukan bunyi huruf

  2. Mengenal simbol-simbol huruf

  3. Mengucapkan simbol-simbol huruf

  4 Membaca gambar sederhana

D. Kerangka berfikir

  Badudu (dalam Dhieni 2009: 1.11) menyatakan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya Dengan menggunakan metode bermain tebak huruf dapat meningkatkan bahasa pada anak karena dengan menggunakan metode ini anak dapat bermain, dunia anak sendiri adalah dunia bermain.

  Menurut Joan dan Utami (dalam Yus, 2005: 147) bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional. Dengan demikian bermain adalah sesuatu yang perlu bagi perkembangan anak dan dapat digunakan sebagai suatu cara untuk memacu perkembangan anak. Bermain merupakan cara yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar TK sekaligus ditetapkan sebagai suatu metode pengajaran.

  Peneliti melakukan penelitian yang dimulai dengan siklus I. Dalam peneltian, peneliti mengggunakan media tebak huruf.Anak terlihat mau mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh peneliti.Pembelajaran yang diawali pada siklus I banyak peningkatan yang terlihat minat meningkat untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan peneliti.Pada siklus pertama ini peningkatan berbahasa anak meningkat tetapi belum maksimal, anak terlihat senang dengan pembelajaran yang diberikan peneliti yaitu menggunakan metode bermain dengan media tebak huruf yang tujuannya untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak.

  Setelah siklus pertama dilakukan 3x pertemuan, karena hasilnya belum maksimal peneliti mengulang kembali penelitian tersebut menggunakan siklus 2 yang dilakukan 3x pertemuan. Guru menggunakan media yang sama. Pada pemakaian media tersebut anak terlihat banyak peningkatan sehingga ketuntasan dan hasil belajar meningkat.Dari pembelajaran tersebut peningkatan bahasa pada anak meningkat maksimal dan optimal sehingga penelitian dinyatakan berhasil.

  Untuk mempermudah pemahaman kegiatan ini, maka dibuat kerangka berfikir sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir

  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif berbentuk penelitian tindakan kelas dan dirancang dalam 2 siklus.Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan

  (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan

  refleksi (refleksion).Subyek penelitian adalah anak Kelompok Bermain Al amanah Gembong. Metode pengumpulan data diperoleh melalui lembar observasi aktivitas anak selama proses pembelajaran dan dokumentasi berupa foto selama pembelajaran.

  Kondisi awal Kemampuan bahasa anak dalam mengenal huruf masih rendah

  Kemampuan bahasa anak dalam mengenal huruf ada peningkatan, tetapi masih rendah

  Kondisi sudah meningkat, ada perbaikan tetapi belum maksimal Siklus II Media tebak huruf

  1. Kegiatan pembelajaran sudah maksimal

  2. Kemampuan bahasa anak dalam mengenal huruf sudah meningkat

  1. Terjadi perbaikan yang optimal dalam kemampuan bahasa dalam mengenal huruf dan penelitian berhasil

  Dilakukan upaya perbaikan dengan PTK

  Siklus 1 Permainan tebak huruf

E. Hipotesis Tindakan

  Hipotesis dalam penelitian ini adalah metode bermain dengan media tebak huruf dapat meningkatkan kemampuan bahasa pada anak Kelompok Bermain Al Amanah Gembong Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga Semester Genap Tahun ajaran 2012-2013.