BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter - UPAYA MENINGKATAN SIKAP DISIPLIN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V MATERI PESAWAT SEDERHANA MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DI SD NEGERI LEDUG - r

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi dalam

  (Kesuma, 2012:5), sebuah usaha mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikanya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkunganya. Pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran, individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga terwujud insan kamili (Aunillah, 2011:18-19). Menurut T.Ramali dalam (Aunillah, 2011:22) bahwa pendidikan karakter memiliki esensi yang sama dengan pendidikan moral atau akhlak. Dalam penerapan pendidikan karakter, faktor yang harus dijadikan sebagai tujuan adalah terbentuknya kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang baik, dan hal itu sama sekali tidak terikat dengan angka dan nilai. Dengan demikian, dalam kontek pendidikan di Indonesia, pendidikan karakter ialah

  9 pendidikan nilai, yakni penanaman nilai-nilai luhur yang digali dari budaya bangsa Indonesia.

  Berdasarkan pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan pendidikan karakter adalah pendidikan yang berintregasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran yang diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

  Pendidikan karakter dalam seting sekolah memiliki tujuan sebagai berikut : a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggep penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/ kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

  b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan niali-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

  c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. Tujuan pendidikan karakter :

  a. Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu, sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (seteleh lulus dari sekolah). Penguatan dan pengembangan memiliki makna bahwa pendidikan dalam seting sekolah bukanlah sekedar suatu dogmatisai nilai kepada peserta didik, tetapi sebuah proses yang membawa peserta didik untuk memahami dan merefleksi bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam perilaku keseharian manusia, termasuk bagi anak.

  b. Mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Tujuan ini memiliki makana bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku anak yang negative menjadi positif.

  c. Membangun koreksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam menanamkan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersma. Tujuan ini memiliki makna bahwa proses pendidikan karakter di sekolah harus dihubungkan dengan proses pendidikan di keluarga (Kesuma, 2011:9-10) 2.

   Disiplin a. Pengertian Disiplin

  Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple” yakni seseorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seseorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju kehidupan yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak prilaku moral yang disetujui kelompok (Hurlock, 1990:82). Sedangkan menurut lemhanas (Disiplin Nasional,

  1998: 11), istilah disiplin dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Belanda, yang kemudian dipengaruhi oleh bahasa Inggris. Istilah disiplin menurut pengertian kedua bahasa tersebut berasal dari bahasa latin “diciplina”. Dalam tulisan ini hanya dikemukaan lima macam arti kata disiplin sebagai pengantar ke pembahasan yang lebih luas. Maka kata disiplin dapat dipahami dalam kaitanya dengan “latihan yang memperkuat”, “koreksi dan sanksi”, “kendali” atau terciptanya “ketertiban dan ketentraman”, dan “system aturan tata laku”. Menurut M.Mustari(2010:42), kata disiplin berkonotasi negative. Ini karena untuk melangsungkan tatanan dilakukan melalui hukuman. Dalam arti lain, disiplin berarti suatu ilmu tertentu yang diberikan kepada murid. Orang dulu menyebutnya vak(disiplin) ilmu. Di perguruan tinggi, disiplin bisa disamakan artinya dengan “fakultas”.

  Menurut (Kelly, 1938:264) dalam Dolet mengartikan bahwa “thus, defined, discipline is as comprehensive as education, since including, as it does, mental, physical, and moral training, it involves the entire development of the individual. Discipline, in this board sense, is also a factor in the development of character since it includes the control, the regulation and the guidance of all the forces that contribute, to the acquisition of character…As such, discipline is not for the few, but is for all, not for the slow or retardted only, but for the bright as well; not only for the untruly alone, but also for the well- behaved”

  Disiplin berkaitan erat dengan sikap mental dan perilaku seseorang, karena itulah secara intrernal faktor pribadi seseorang ikut mempengaruhi terhadap pembinaan disiplin diri. Berkaitan dengan system itu, maka factor keteladana memegang peranan penting dalam rangka peneneman dan pembinaan disiplin di sekolah. Disiplin dan tata tertib merupakan dua hal yang saling terkait, sebab tata tertib serta peraturan pada dasarnya perangkat untuk menegakan disiplin.

b. Perlunya Disiplin

  Hurlock, (1990:83-84)mengungkapkan Disiplin perlu untuk perkembangan anak, karena ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu.

  Dengan demikian disiplin memeperbesar kebahagiaan dan penyesuaiaan pribadi dan social anak.Meskipun semua anak membutuhkan disiplin, kebutuhan mereka bervariasi. Terdapat beberapa kondisi yang mempengaruhi kondisi anak akan disiplin, enam diantaranya dianggap sangat penting, yaitu:

  a) Karena terdapat fariasi dalam laju perkembangan berbagai anak, tidak semua anak dengan usia yang sama dapat diharapkan mempunyai kebutuhan akan disiplin yang sama, ataupun jenis disiplin yang sama. Disiplin yang cocok untuk anak yang satu belum tentu cocok untuk anak yang lain dengan usia yang sama. Misalnya, beberapa kata yang lemmah lembut mungkin membuat satu orang anak mengerti bahwa dia tidak boleh bermain dengan korek api, sedangkan anak lain dengan usia yang sama mungkin tidak mengerti kata yang digunakan dalam larangan itu dan sentilan pada jarinya diperlukan untuk membuatnya mengerti larangan tersebut.

  b) Kebutuhan akan disiplin bervariasi menurut waktu dalam sehari c) Kegiatan yang dilakukan anak mempengaruhi kebutuhan akan disiplin. Disiplin paling besar kemungkinannya dibutuhkan untuk kegiatan sehari-hariyang rutin, misalnya makan, tidur, atau membuat pekerjaan rumah dan paling sedikit diperlukan bila anak bebas bermain sekehendak hatinya.sebagai contoh, bila anak menolak tidur atau makan, lebih diperlukan disiplin dari pada waktu mereka membaca atau bermain dengan mainannya.

  d) Kebutuhan akan disiplin berrvariasi dengan hari dalam seminggu.hari senin dan akhir minggu merupakan saat disiplin paling dibutuhkan.

  e) Disiplin lebih sering diperlukan dalam keluarga besar dari pada keluarga kecil. Semakin banyak anak dalam satu keluarga, semakin kurang perhatian dan pengawasan yang didapat dari orang tua, dan semakin besar kemungkinana ada kecemburuan antar saudara dan rasa permusuhan, diikuti pertengkaran dan bentuk perilakuyang mengganggu lain.

  f) Kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan usia. Anak yang lebih besar kurang mendapatkan disiplin dibandingkan anak kecil.

  Dengan bertambahnya umur, mereka dapat berkomunikasi lebih baik dan dengan demikian mengerti apa yang diharapkan dari mereka.anak yang lebih bear juga membutuhkan disiplin yang berbeda jenisnya dari anak yang lebih kecil. Anak yang lebih besar perlu diberi penjelasan mengapa bentuk perilaku tertentu dapat diterima dan yang lain tidak. Member larangan saja, tidak cukup. Penjelasan membantu memperluas konsep moral mereka dan member motivasi untuk melakukan apa yang diharapkan.

c. Cara-Cara Menanamkan Disiplin

  Hurlock,(990:93-94) Suatu deskripsi singkat dari ketiga cara menanamkan disiplin akan menunjukan cirri-ciri masing-masing dan akan menyorot cirri-ciri baik dan buruknya.

  a) Cara Mendisiplin Otoriter Peraturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan menandai semua jenis disiplin yang otoriter. Tekniknya mencangkup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan memenuhi standard an sedikit, atau sama sekali tidak ada persetujuan, pujian atau tanda-tanda penghargaan lainya bila anak memenuhi standar yang diharapkan. Disiplin otoriter bisa berkisar antara pengendalian perilaku anak yang wajar hingga yang kaku yang tidak member kebebasan bertindak, kecuali yang sesuai dengan standar yang ditentukan.disiplin otoriter berarti selalu mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman, terutama hukuman badan.Bahkan setelah anak bertambah besar, orang tua yang menggunkan pengendalian otoriter yang kaku jarang menngendurkan pengendalian merekaatau menghilangkan hukuman badan. Tambah pula, mereka tidak mendorong anak untuk dengan mnadiri mengambil keputusan-keputusan yang berhubungan dengan tindakan mereka .sebaliknya mereka hanya mengatakan apa yang harus dilakukan dan tidak menjelaskan mengapa hal itu harus dilakukan. Jadi anak-anak kehilangan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku mereka sendiri.dalam keluarga dengan cara mendisiplin otoriter yang lebih wajar, anak tetap dibatasi dalam tindakan mereka,dan keputusan-keputusan di ambil oleh orang tua. Namun keinginan mereka tidak seluruhnya diabaikan, dan pembatasan yang kurang beralasan, misalnya larangan melakukan apa yang dilakukan teman sebaya, berkurang.

  b) Cara Mendisiplin Yang Permasif Disiplin permasif sebetulnya berati sedikit disiplin atau tidak berdisiplin.Biasanya disiplin permasif tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara social dan tidak menggunakan hukuman. Beberapa orang tua dan guru, yang menganggap kebebasan(permissiveness) sama dengan laissez-faire, membiarkan anak-anak meraba-raba dalam situasi yang terlalu sulit untuk ditanggualangi oleh mereka sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian.

  Bagi banyak orang tua displin permasif merupakan protes terhadap disiplin yang kaku dank eras masa kanak-kanak mereka sendiri. Dalam hal seperti itu, anak sering tidak diberi batas-batas atau kendala yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan. Mereka diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak mereka sendiri.

  c) Cara Mendisiplin Demokratis Metode demokratis menggunakan penjelasan demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu dihadapkan.Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin dari pada aspek hukumannya.

  Bila anak masih kecil, merekadiberi penjelasan mengenai peraturan yang harus dipatuhi dalam kata-kata yang dapat dimengerti. Misalnya, bila ada peraturan bahwa mereka boleh menyentuh kompor di dapur, mereka diberi tahu bahwa perbuatan itu akan menyakiti mereka, atau diperlihatkan dengan mendekatkan tangan mereka pada kompor, arti kata “sakit” dan mengapa mereka tidak boleh menyentuh kompor. Dengan bertambahnya usia mereka tidak hanya diberi penjelasan tentang peraturan, melainkan juga diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat mereka tentang peraturan. Contohnya, bila peraturan itu berbeda dari peraturan teman mereka, orang tua memberi kesempatan untuk mengemukakan mengapa mereka merasa mereka tidak perlu mematuhi peraturan yang tidak berlaku bagi teman mereka. Bila alas an mereka masuk akal, orang tua yang menggunakan disiplin demokrassi biasanya mau ngubah peraturan mereka.

d. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Cara Mendisiplin

  a) Kesamaan denagn disiplin yang digunakan orang tua Bila orang tua dan guru merasa bahwa orang tua mereka berhasil mendidik mereka dengan baik, mereka menggunakan tehnik yang serupa dalam mendidik anak asuhan mereka. Bila mereka merasa teknik yang digunakan orang tua mereka salah, biasanya mereka beralih ke teknik yang berlawanan

  b) Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok Semua orang tua dan guru, tetapi terutama mereka yang muda dan tidak berpengalaman , lebih dipengaruhi oleh apa yang oleh anggota kelompok merekadianggap cara sebagai “terbaik” dari pada oleh pendirian mereka sendiri mengenai apa yang terbaik.

  c) Usia orang tua atau guru Orang tua dan guru yang muda cenderung lebih demokratis dan permisif dibandingkan dengan mereka yang lebih tua.Mereka cenderung mengurangi kendali tatkala anak menjelang masa remaja.

  d) Pendidikan untuk menjadi orang tua atau guru Orang tua yang telah mendapat kursus dalam mengasuh anak dan lebih mengerti anak dan kebutuhannya lebih menggunakan teknikdemokratis dibandingkan orang tua yang tidak mendapat pelatihan demikian. e) Jenis kelamin Wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan kebutuhannyadibandingkan pria, dan mereka cenderung kurang otoriter.Hal ini berlaku untuk orang tua dan guru maupun untuk para pengasuh lainnya.

  f) Status sosial ekonomi Orang tua dan guru kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras, memaksa, dan kurang toleran dibandingkan mereka yang dari kelas atas, tetapi mereka lebih konsisten.Semakin berpendidikan, semakin mereka menyukai disiplin demokratis.

  g) Konsep mengenai peranan orang tua dewasa Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua, cenderung lebih otoriter dibandingkan orang tua yang telah menganut konsep yang lebih modern. Guru yang yakin bahwa harus ada tata cara yang kaku dalam kelas lebih banyak menggunakan disiplin otoriter dibandingkan guru yang mempunyai konsep mengajar yang demokratis.

  h) Jenis kelamin anak Orang tua pada umumnya lebih keras terhadap anak perempuan dari pada terhadap anak laki-lakinya.Begitu pula para guru cenderung lebih keras terhadap anak perempuan. i) Usai anak Disiplin otoriter jauh lebih umum digunakan untuk anak kecil dari pada untuk mereka yang lebih besar.Apa pun teknik yang disukai, kebanyakan orang tua dan guru merasa bahwa anak kecil tidak dapat mengerti penjelasan, sehingga mereka memusatkan perhatian mereka pada pengendalian otoriter. j) Situasi

  Ketakutan dan kecemasan biasanya tidak dignajar hukuman, sedangkan sikap menantang, negativism, dan agresi kemungkinan lebih mendorong pengendalian yang otoriter.

e. Kriteria Disiplin

  Kriteria disiplin yang bermanfaat.Kriteria pertama ialah pengaruh disiplin pada pelaku. Keriteria kedua yang harus digunakan dalam mengevaluasi disiplin ialah pengaruh pada sikap anak terhadap mereka yang berwenang dan terhadap disiplin yang diterima. Keriteria ketiga dalam mengevaluasi disiplin ialah pengaruh disiplin pada kepribadian anak.

3. Hakikat prestasi belajar a. Belajar

a) Pengertian Belajar

  Dalam pengertian secara umum, belajar seringkali diartikan sebagai aktivitas untuk memperoleh pengetahuan.

  Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa dan sebagainya. Menurut Sagala(2011:12) belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Menurut Slameto (2010:2) pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan- perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Hamalik (2010:154- 161), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan di mana saja, baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tak ditentukan sebelumnya. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya, yang menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif),

keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Sadiman, dkk. 2011: 2).

  Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses aktivitas kompleks yang dilakukan oleh seseorang dari lahir sampai akhir hayat berdasarkan latihan atau pengalaman yang dipengaruhi lingkungan, meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan perilaku tersebut bersifat relatif menetap dan dilakukan secara sadar sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan.

b) Tipe Belajar

  Belajar sebagai proses yang kompleks tentu saja memiliki tipe.MenurutRobert M Gagne (dalam Sagala,2011:20) mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu hierarki yang paling sederhana sampai paling kompleks, yaitu:

  1) Signal learning atau kegiatan belajar mengenal tanda. Tipe kegiatan belajar ini menekankan belajar sebagai usaha merespons tanda-tanda yang dimanipulasi dalam situasi pembelajaran.

  2) Stimulus-response learning atau kegiatan belajar tindak balas.

  Tipe ini berhubungan dengan perilaku peserta didik yang secara sadar melakukan respons tepat terhadap stimulus yang dimanipulasi dalam situasi pembelajaran.

  3) Chaining learning atau kegiatan belajar melalui rangkaian.

  Tipe ini berkaitan dengan kegiatan peserta didik menyusun hubungan antara dua stimulus atau lebih dengan berbagai respons yang berkaitan dengan stimulus tersebut. 4) Verbal association atau kegiatan belajar melalui asosiasi lisan. Tipe ini berkaitan dengan upaya peserta didik menghubungkan respons dengan stimulus yang disampaikan secara lisan.

  5) Multiple discrimination learning atau kegiatan belajar dengan perbedaan berganda. Tipe ini berhubungan dengan kegiatan peserta didik membuat berbagai perbedaan respons yang digunakan terhadap stimulus yang beragam, namun berbagai respons dan stimulus itu saling berhubungan dengan yang lainnya.

  6) Concept learning atau kegiatan belajar konsep. Tipe ini berkaitan dengan berbagai respons dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah stimulus berupa konsep-konsep yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

  7) Principle learning atau kegiatan prinsip-prinsip. Tipe ini digunakan peserta didik menghubungkan beberapa prinsip yang digunakan dalam merespons stimulus. 8) Problem solving learning atau kegiatan belajar pemecahan masalah. Tipe ini berhubungan dengan kegiatan peserta didik menghadapi persoalan dan memecahkannya sehingga pada akhirnya peserta didik memiliki kecakapan dan keterampilan baru dalam pemecahan masalah.

  Tipe-tipe belajar diatas dipandang sebagai suatu rangkaian sehingga setiap akan menuju pada tingkatan yang lebih tinggi maka harus melalui tingkatan yang paling rendah terlebih dahulu. Ketika tingkat terendah sudah terlampaui maka dilanjutkan ke tingkat selanjutnya yang lebih tinggi.Begitulah seterusnya sampai mencapai posisi tingkat tertinggi.

c) Ciri Umum Kegiatan Belajar

  Menurut Wragg (dalam Anurrahman, 2009: 35-37) mengemukakan beberapa ciri kegiatan belajar sebagai berikut: 1) Belajar menunjukan suatu aktifitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Oleh sebab itu pemahaman kita pertama yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pelajar sendiri dalam bentuk suatu aktifitas tertentu. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan semakin baik, bilamana intensitas keaktifan jasmaniah maupun mental seseorang semakin tinggi. Sebaliknya meskipun seseorang dikatakan belajar, namun bilamana keaktifan jasmaniah dan mental rendah berarti kegiatan tersebut tidak dilakukan secatra intensif. Dari aspek ini kita memahami begitu banyak aktivitas seseorang yang merupakan cerminan dari kegiatan belajar , walaupun diri individu tersebut tidak secara nyata memahami bahwa dirinya melakukan kegiatan belajar. 2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkunaganya.

  Lingkunganya dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Adanya interaksi individu dengan lingkungan ini mendorong seseorang untuk lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniyahmaupun mentalnya guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian. Sebagai contoh, ketika sesorang anak memperhatikan bagaimana seseorang pemanjat tebing melakukan aktivitasnya. Semakin kuat interaksi individu tersebut dengan objek (berupa kegiatan tersebut), maka akan semakin besr pula perhatian dan dorongan individu itu untuk memahami aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pemanjat tebing tersebut. Oleh sebab itu, di dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi interaksi yang semakin kokoh dan pada giliranya memungkinkan siswa semakin terdorong untuk memahami atau mengetahui lebih mendalam sesuatu yang dipelajari. Sebaliknya ketika interaksi individu dengan lingkunganya semakin lemah, maka dorongan mental untuk mendalami sesuatu yang menjadi sumber belajar juga akan semakin melamah. Dalam keadaan ini akan semakin sulit bagi individu untuk mendapatkan dorongan guna memperoleh pengalaman atau pengetahuan yang diharapkan. 3) Hasi belajar ditandai dengan berubahnya tingkah laku.

  Wlaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubhan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan tingkah laku yang dapat diamati (observable). Akan tetapi juga tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksud sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati. Perubahan-perubahan yang dapat diamati kebanyakaan berkenaan denagn perubahan aspek- aspek motorik. Sebagi contoh setelah seorang siswa mengikuti dengan cermat pembahasan tentang cara-cara memasang peralan elektronik pasda sebuah prabot, untuk selanjutnya tanpa bimbingan dn arahan, siswa tersebut mampu melakukan dengan benar. Melalui penayangan sebuah acara di televise tentang cara-cara mengatur porsi resep salah atu masakan, seseorang gadis remaja dapat mempraktekkan resep tersebut secara benar. Perubahan- perubahan tebut berkenaan denagan dimensi psikomotorik yang lebih mudah diamati.

  b. Prestasi Belajar

  a) Pengertian Prestasi Belajar

  Kaplan (2005:317) dalam buku “Psychological Testing” menyatakan,

  “Achievement test attempt to acsess what a person has learned following a specific course of instruction”.

  Maknanya adalah prestasi didapat seseorang apabila mengikuti perintah pembelajaran. Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dalam kurun waktu tertentu oleh seorang peserta didik dalam proses belajar mengajar dan dapat diketahui setelah evaluasi.

  Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi- informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Hamdani (2011:138). Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar, sedangkanmenurut Winkel (dalam Hamdani,2011:138) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian prestasi dapat disimpulkan bahwa hasil maksimum yang dicapai peserta didik dalam proses belajar mengajar setelah melakukan usaha-usaha belajar

  1) Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Hamdani (2011:139) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:

  (a) Faktor Internal Faktor internal adalan faktor yang berasal dari siswa.

  Faktor ini antara lain sebagai berikut :

  a) Kecerdasan, adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk meyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya inteligensi yag normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Tingkat inteligensi sangat menentukan tingakat keberhasilan belajar siswa, semakin tinggi inteligensi siswa, semakin tinggi peluang untuk meraih prestasi yang tinggi pula. Oleh karena itu, jelas bahwa faktor inteligensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.

  b) Faktor jasmaniah atau faktor biologis, kondisi jasmani pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.

  c) Sikap, yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan.

  d) Minat, menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan, terutama perasaan senang. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya.

  e) Bakat, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa pada bidang studi tertentu. f) Motivasi, yaitu segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan belajar.

  (b) Faktor Eksternal Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu lingkungan social dan lingkungan non social.Yang termasuk lingkungan social adalah guru, kepala sekolah, staf administrasi, teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, dan lain-lain.Adapun yang termasuk dalam lingkungan non social adalah gedung sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar.

  Menurut Slameto (2010:54) faktor ekstern meliputi: (1) Keadaan Keluarga

  Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga. Hal yang disebutkan di atas memang sangat memberikan pengaruh terhadap belajar anak, misalnya orang tua yang acuh tak acuh dalam mendidik anak untuk membiasakan belajar akan membuat anak kurang berhasil dalam belajarnya. (2) Keadaan Sekolah

  Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang penting dalam menentukan keberhasilan siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan kurikulum. (3) Lingkungan Masyarakat

  Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa.Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat.Misalnya teman bergaul, agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.

4. Ilmu Pengetahuan Alam a. Pengertian IPA

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar ( KTSP 2006)

  IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

b. Tujuan

  Dalam KTSP 2006 Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

  1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

  2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

  IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi danmasyarakat.

  4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alamsekitar,memecahkan masalah dan membuat keputusan.

  5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

  6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

  7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

c. Kompetensi Dasar Pesawat Sederhana

  Dalam penelitian ini peneliti mengambil materi pesawat sederhana pada kelas V semester II. Adapun standar kompetansi dan kompetensi dasar yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut:

  Standar kompetensi : memahami hubungan antara gaya gerak, dan energi serta sifatnya.

  Kompetensi dasar : menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan cepat.

  Semua jenis alat yang digunakan untuk memudahan pekerjaan manusia disebut pesawat.Pesawat ada yang rumit dan ada yang sederhana. Tujuan mengguanakan pesawat sederhana adalah untuk melipatgandakan gaya atau kemmpuan kita, mengubah arah gaya yang kita lakukan, menempuh jarak yang lebih jauh atau membesarkan kecepatan (Sulistiyanto 2008:109). Jadi pesawat sederhana diperlukan bukan untuk menciptakan gaya atau menyimpan gaya. Pesawat sederhana digunakan untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan, walaupun membutuhkan waktu yang lebih lama (lintasan yang lebih jauh).

  Jenis-jenis pesawat sederhanamenurut Sulistiyanto (2008:110-119)

  a) Tuas/ pengungkit Batang besi atau bagian lain yang digunakan untuk mengungkit merupakan tuas yang paling sederhana.Batang tersebut bertumpu pada suatu tempat yang disebut titik tumpu.Gaya yang bekerja pada tuas disebut kuasa.Tempat kuasa dilakukan disebut titik kuasa.Berat benda disebut beban.

  Tuas digolongkan menjadi tiga golongan.Penggolongan itu didasarkan pada tiga macam posisi dan kuasa, beban dan titik tumpu. 1) Golongan pertama

  Pada tuas golongan pertama, posisi titik tumpu berada di antara beban dan kuasa. Contohnya jungkat-jungkit, gunting, palu untuk mencabut paku,dan linggis

  2) Golongan kedua Pada tuas golongan pertama posisi beban berada di antara posisi kuasa dan titik tumpu. Contohnya saat kita mendorong grobag pasir dan pada lat pemecah buah atau biji

  3) Golongan ketiga Pada tuas golongan ketiga, posisi kedua berada diantara titik tumpu dan beban.Contohnya pada saat kita menggunakan skop untuk mengambil tanah.

  b) Bidang miring Permukaan datar dengan salah satu ujungnya lebih tinggi dari pada ujung yang lain disebut bidang miring.Jalan berkelok- kelok di pegunungan dan papan luncur yang merupakan tempat anak bermain merupakan contoh bidang miring.Bidang miringbukan untuk menciptakan usaha, tetapi untuk mempermudah kita dalam memindahkan suatu benda. bidang miring berguna untuk membantu memindahkan benda-benda yang terlalu berat. Keuntungan menggunakan bidang miring ialah gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan suatu benda lebih kecil. Namun demikian, bidang miring memiliki kelemahan, yakni untuk melaluinya harus menempuh perjalan yang jauh. Bidang miring tidak mengurangi pekerjaan, melainkan mengurangi gaya yang diperlukan

  Prinsip bidang miring dimanfaatkan orang untuk membuat baji. Jadi, baji sesungguhnya merupakan bidang miring. Beberapa alat yang menggunakan prinsip baji yaitu kapak, pisau, limggis, obeng, paku ulir, sekrup.Baji dan bidang miring memiliki perbedaan.Pada bidng miring yang bergerak adalah bendanya, sedangkan bidang miringnya tetap.Pada baji yang bergerak adalah bidang miringnya sedangkan bendanya tetap.

  c) Katrol Katrol adalah suatu roda yang perputar pada porosnya.Katrol biasanya digunakan bersama-sama dengan rantai atau tali.Benda-benda yang berat dapat diangkat dengan mengguanakan katrol.Katrol dapat mengubah arah gerak yang digunakan untuk menarik atau mengangkat benda.Pada prinsipnya katrol merupakan pengungkit karena mempunyai titik tumpu, kuasa dan beban.

  Ada beberapa jenis katrol (a) Katrol tetap

  Katrol yang posisinya tidak berubah disebut katrol tetap.Katrol ini dipasang pada tempat tertentu.Contoh katrol tetap yang mudah kamu temui adalah katrol pada sumur timba. Denhgan menarik ujung tali yang tidak terikat pada beban, maka beban akan terangkat. Kuasa yang dibutuhkan sama dengan berat beban itu sendiri. Hanya saja, menarik beban ke atas dengan katrol lebih mudah dari pada mengangkat benda secara langsung.

  (b) Katrol bebeas Katrol yang posisinya selalu beruabah disebut katrol bebas.Katrol bebas dapat bergerak, tidak dipasang pada tempat tertentu.Katrol ditempatkan di atas tali dengan bebean dikaitkan pada katrol.Salah atu ujung tali diikat pada tempat yang tetap. Ujung yang lain ditarik ke atas. Akibat tarikan itu katrol dan beban akan naik. Kuasa yang diperlukan pada katrolbebas untuk mengangkat beban lebih kecil dari pada kuasa yang diperlukan pada katrol tetap.

  (c) Katrol majemuk Katrol majemuk merupakan perpaduan antara katrol tetap dan katrol bebas yang dihubungkan dengana tali.Beban dikaitkan pada katrol yang bebas.Salah satu ujung tali diikat pada penopang katrol tetap.Ujung tali yang lainkita tarik. Akibat tarikan itu beban dan katrol yang bebas akan terangkat.

  (d) Roda Bentuk roda yang bundar membuatnya mudah bergerak. Penggunaaan roda saat memindahkan benda sangat menguarangi gaya gesekan. Gaya gesekan dapat menahan gerakan benda.Jadi, penggunaan roda sangat berguan untuk memindahkan benda.Roda termasuk katrol tetap.

  Roda digunakan pada grobag, sepeda, dan mobil. Roda juga diguankan pada dasar berbagai benda agar mudah digeser-gesr, misalnya pada kursi kantor atau alas lemari es.

5. Metode Pembelajaran Eksperimen a. Pengertian Eksperimen

  Semakin majunya perkembangan jaman dan kemajuan teknologi tentang ilmu pengetahuan, maka segala sesuatau memerlukan eksperimen, begitu juga dengan cara guru mengajar di kelas digunakan teknik eksperimen. Menurut Rusyan,

  (dalamSagala:220) eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Jadi dapat disimpulakan bahwa metode eksperimen adalah suatu metode mengajar yang dalam proses pembelajaranya dengan mencobakan sesuatu dan mengamatinya untuk menarik kesimpulan dari percobaan tersebut.

b. Kebaikan Metode Eksperimen

  Metode eksperimen mempunyai kebaikan menurut Sagala (2010:220) sebagai berikut : a) Metode ini membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku saja.

  b) Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi tentang sains dan teknologi,suatu sikap dari seseorang ilmuawan: c) Metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain:

  1) Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian 2) Siswa terhindar jauh dari varbelisme 3) Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis 4) Mengembangkan sikap berpikir ilmiah 5) Hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi

  c. Kelemahan Metode Eksperimen

  Selain kebaikan tersebut, metode eksperimen mengandung beberapa kelemahan menurut Sagala (2010: 221) sebagai berikut: a) Pelaksanaan metode ini sering memerlukan beberapa fasilitas peralatan dan bahan yang tidak sellau mudah diperoleh dan murah.

  b) Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkian ada factor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

  c) Sangant menuntuk pengusaaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dahulu mengenal dan menggunakan alat bahan tertentu dari pada guru.

  d. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Eksperimen

  Ada beberapa cara untuk mengatasai kelemahan dari metode manusia dari metode eksperimen menurut Sagala (2010: 221) a) Hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin dicapai sehingga ia mengetahuai pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen.

  b) Hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa tentang langkah yang dianggapbaik untuk memecahkan masalah dalam eksperimen, serta bahan-bahan yang diperlukan, variable yang perlu dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat. c) Bila perlu, guru menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan.

  d) Guru perlu mernagsang agar setelah eksperimen berakhir, ia membanding-bandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikanya biala ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan.

e. Pelaksanaan Metode Eksperimen

  Bila siswa akan melaksanakan suatu eksperimen perlu memperhatikan prosedur menurut Suprianti(2009) sebagai berikut : 1) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah-masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen. 2) Perlu dijelaskan pula kepada siswa tentang alat-alat serta bahan- bahan yang akan digunakan dalam percobaan, agar tidak mengalami kegagalansiswa perlu mengetahui variable yang harus dikontrol ketat, siswa juga perlu memperhatikan urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung. 3) Selama proses eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu member saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalanya eksperimen. 4) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikannya di kelas dan mengevaluasi dengan tes atau sekedar tanya jawab.

  Dalam menggunakan metode eksperimen, agar memperoleh hasil yang diharapkan, terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu:

  1) Persiapan Eksperimen Persiapan yang matang mutlak diperlukan, agar memperoleh hasil yang diharapkan, terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu :

  a) Menerapkan tujuan eksperimen b) Mempersiapkan berbagai alat atau bahan yang diperlukan.

  c) Mempersiapkan tempat eksperimen.

  d) Mempertimbangkan jumlah siswa dengan alat bahan yang ada serta daya tamping eksperimen.

  e) Mempertimbangkan apakah dilaksanakan sekaligus(serentak seluruh siswa atau bergiliran) f) Perhatikan masalah kemampuandan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari resiko yang merugikan dan berbahaya.

  g) Berikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapan-tahapan yang harus dilakukan siswa, yang termasuk dilarang atau membahayakan. 2) Pelaksanaan Eksperimen

  Setelah semua persiapan kegiatan selanjutnya adalah siswa memulai percobaan, pada saat siswa melakukan percobaan, guru mendekati untuk mengamati proses percobaan dan memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga eksperimen tersebut dapat diselesaikan dan berhasil. Selama eksperimen berlangsung, guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan sehingga apabila terjadi hal-hal yang menghambat dapat segera terselesaikan.

  3) Tindak Lanjut Eksperimen Setelah eksperimen dilakukan, kegiatan-kegiatan selanjutnya adalah sebagai berikut: a) Siswa mengumpulkan laporan eksperimen untuk diperiksa guru b) Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen, memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan peralatan yang digunakan.

  B. Penelitian Yang Relevan

  Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh An Nuril Maulida Fauziah dan Tutut Nurita (2010) yang berjudul

  “Pembelajaran Fisika Melalui Metode Eksperimen Untuk Melatihkan Perilaku Berkarakter Pada Siswa MAN Tlogo Blitar

  ” Menyebutkan bahwa metode eksperimen mampu meningkatkan perilaku berkarakter siswa pada mata pelajaran fisika.

  C. Kerangka Berpikir

  Berdasarkan Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian yang relevan dapat diuraikan kerangka berpikr sebagai berikut:

  Dari temuan di lapangan, berdasarkan observasi tempat dan wawancara dengan guru kelas V SD N Ledug mengenai kelemahan atau permasalahan pada pembelajaran IPA dapat diperbaiki dengan cara mengubah system pembelajaran yang bias dilakukan secara tradisional. Salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen. Alasan penggunaaan metode ini adalah agar peserta didik memahami materi pesawat sederhana dengan mengaitkannya di dunia nyata kehidupan peserta didik, sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, tanggung jawab muncul, prestasi belajar meningkat, dunia pikiran peserta didik menjadi kongkrit, dan suasana menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan, serta pengetahuan yang didapat bertahan lama dalam ingatan peserta didik.Penelitian ini diharapkan mampu menumbuhkan sikap tanggung jawab peserta didik dan menjadikan prestasi belajar siswa meningkat.

D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan analisis teori dan kerangka berpikir diatas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : ”Melalui Model Pembelajaran eksperimen dapat meningkatkan sikap disiplin dan prestasi belajar IPA di Kelas V SD Negeri Ledug”.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V A SD NEGERI 10 METRO TIMUR

6 61 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KEBAGUSAN GEDONGTATAAN PESAWARAN

0 6 54

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GEDUNG AGUNG KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN

0 5 44

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Media Pembelajaran - BAB II KAJIAN PUSTAKA

1 28 23

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN MIND MAP PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 BATURAGUNG KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 20142015

0 1 111

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran - BAB II RANI

0 3 21

BAB II Pendidikan Karakter Berwawasan Gender perspektif K.H Ahmad Basyir A. Deskripsi Pustaka 1. Pengertian Pendidikan Karakter - PENDIDIKAN KARAKTER BERWAWASAN GENDER (PESPEKTIF K.H. AHMAD BASYIR JEKULO KUDUS) - STAIN Kudus Repository

0 0 29

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Pustaka 1. Sistem Pengendalian Internal a. Pengertian pengendalian Internal - 5. BAB II.compressed

0 1 29

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan - 222014117 BAB II SAMPAI BAB TERAKHIR

0 2 64

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Stroke a. Pengertian - Kssmiatun BAB II

0 4 17