2. Konsep Geografi - KAJIAN KESEJAHTERAAN PEKERJA TAMBANG EMAS DI DESA PANINGKABAN KECAMATAN GUMELAR KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Geografi Menurut Moch. Amien (1994:13), geografi adalah ilmu yang

  mempelajari tentang gejala dan sifat-sifat permukaan bumi dan penduduknya disusun menurut letaknya, dan menerangkan tentang gejala-gejala dan sifat secara bersamaan maupun tentang hubungan timbal balik gejala dan sifat tersebut. Menurut lokakarya di Semarang tahun 1988, Geografi adalah ilmu yang mempelajari perbedaan dan persamaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan (Suharyono dan Muh. Amin, 1994:15) 2.

   Konsep Geografi

  Menurut Suharyono dan Muh. Amin (1994:27-34) mengemukakan tentang 10 konsep esensial geografi. Penelitian ini hanya menggunakan 6 konsep geografi yaitu :

  a) Konsep Lokasi Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama sejak awal pertumbuhan geografi dan telah menjadi ciri khusus ilmu atau pengetahuan geogeafi. Lokasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut menunjukan letak yang tetap terhadap sistem grid, koordinat, dan disebut juga sebagai letak astronomis. Lokasi relatif adalah lokasi suatu objek yang nilainya ditentukan berdasarkan objek atau objek-objek dari luar. Konsep lokasi dalam penelitian ini adalah letak lokasi industri pertambangan emas di Desa Paningkaban Kecamatan Gumelar yang dilihat dari letak absolut dan letak alternatif.

  b) Letak Pola Konsep pola terkait dengan susunan bentuk atau persebaran fenomena dalam ruang muka bumi, baik fenomena yang bersifat alami

  (aliran sungai, vegetasi, jenis tanah, dan curah hujan) atau fenomena budaya (permukaan, persebaran penduduk, pendapatan, mata pencaharian, jenis rumah tempat tinggal dan lainnya). Konsep pola digunakan untuk mengetahui fenomena sosial dan alam pada Desa Paningkaban Kecamatan Gumelar.

  c) Konsep Keterjangkauan Konsep keterjangkauan terkait dengan kondisi modern atau ada tidaknya sarana transportasi komunikasi yang dapat digunakan untuk suatu lokasi dengan aksesibilitas yang rendah tentu akan menjadi daerah yang terisolir atau terasingkan. Konsep keterjangkauan dimaksudkan untuk mengetahui keterjangkauan daerah penelitian dengan daerah disekitarnya, dilihat dari sarana komunikasi dan transportasi.

  d) Konsep Jarak Konsep jarak erat dikaitkan dengan lokasi, karena nilai suatu objek dapat ditentukan oleh jarak terhadap letak objek lain. Jarak merupakan pembatas yang bersifat alami. Kegiatan pertambangan berkaitan dengan jarak industri pengusaha pertambangan emas terhadap sumber bahan baku. e) Konsep Nilai Kegunaan Konsep nilai kegunaan merupakan fenomena atau sumber dimuka bumi yang bersifat relatif, tidak sama bagi semua orang atau golongan penduduk tertentu. Adanya kegiatan pertambangan emas mempunyai nilai kegunaan yang cukup besar bagi penduduk sekitar, sebagai peningkat pendapatan bagi penduduk wilayah lain yang berperan sebagai konsumen atau pengunjung.

  f) Konsep Keterkaitan Ruangan Konsep keterkaitan ruangan menunjukan derajat keterkaitan persebaran fenomena dengan fenomena yang lain dari satu tempat atau ruang, baik yang menyangkut fenomena alam, tumbuhan atau kehidupan sosial. Ruang dalam penelitian ini adalah Desa Paningkaban Kecamatan Gumelar, dimana ruang di Desa Paningkaban Kecamatan Gumelar mempunyai keterkaitan antara fenomena yang satu dengan yang lainnya.

  g) Pendekatan Geografi Menurut Bintarto, (1979:12-24) ada tiga pendekatan dalam geogarafi yaitu pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan, dan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan keruangan, karena untuk mengetahui pola persebaran penggunaan lahan yang kaitannya dengan kesejahteraan pekerja tambang emas di Desa Paningkaban Kecamatan Gumelar. h) Prinsip Geografi Menurut Suparmini, (2000:23-24) dalam study geografi digunakan beberapa prinsip yang disebut dengan prinsip-prinsip geografi. Terdapat empat prinsip geografi yaitu prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi, dan prinsip korologi. Penelitian ini menggunakan prinsip deskripsi yaitu gambaran lebih tentang gejala dan fakta yang dipelajari untuk mempermudah penjelasan tentang fenomena geografi, sehingga dapat menggunakan peta , diagram, grafik, tabel dan lain sebagainya.

  B. Kajian Geografi Ekonomi

  Sumaatmaja Nursid (1981:54) Geografi ekonomi adalah cabang dari geografi manusia yang mempelajari bidang studi tentang struktur keruangan aktifitas ekonomi manusia termasuk didalamnya terdapat bidang pertanian, industri perdagangan, transportasi, komunikasi dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka disiplin ilmu ekonomi berkembang menjadi beberapa bagian yaitu Geografi Pertanian, Geografi Industri, Geografi Perdagangan, Geografi Trasnportasi, dan Geografi Komunikasi.

  C. Kajian Industri 1. Definisi Industri

  UU no.5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian, Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

2. Klasifikasi Industri

  Menurut UU No.5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian, jenis industri adalah bagian suatu cabang industri yang mempunyai ciri khusus yang sama dan atau hasilnya bersifat akhir dalam proses poduksi.

  Klasifikasi Industri menurut Badan Pusat Statistik, industri digolongkan menjadi empat menurut banyaknya tenaga kerja, yaitu : 1) Industri rumah tangga Industri yang menggunakan tenaga kerja antara 1-4 orang.

  Industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. 2) Industri kecil

  Industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, industri ini memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. 3) Industri sedang

  Industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang, ciri industri sedang adalah miliki modal yang cukup besar, tenaga kerja harus memiliki ketrampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan manajerial tertentu.

  4) Industri besar Industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang, industri besar memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk kepemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki ketrampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan.

  Berdasarkan penggolongan industri menurut BPS maka kegiatan pertambangan di Desa Paningkaban termasuk ke dalam golongan industri sedang.

D. Kajian Kesejahteraan 1. Pengertian Kesejahteraan

  Anonim (2013), Kesejahteraan merupakan salah satu tujuan kemerdekaan negara dan tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang dapat dinilai dari pendapatan yang diperoleh yaitu mencukupi kebutuhan hidup yang mendasar atau jika dinilai dengan rupiah setara dengan Rp271.626 per kapita per bulan.

  Kesejahteraan adalah suatu sistem yang terorganisasi dalam layanan- layanan sosial dan lembaga-lembaga yang bermaksud untuk mencapai standar-standar kehidupan dan kesejahteraan yang memuaskan, serta hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga maupun masyarakat.

  Tujuan kesejahteraan adalah untuk menjamin kebutuhan ekonomi manusia, standar kesehatan dan kondisi hidup yang layak, mendapatkan kesempatan yang sama dengan warga lainnya, peningkatan derajat harga diri setinggi mungkin, kebebasan berfikir melakukan kegiatan tanpa gangguan sesuai dengan hak asasi manusia (Walter A. Friedlander dalam Muhajir Efendi, 2007: 188-119)

  Menurut Undang-Undang No 11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan Masyarakat, kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

  Mosher (1987), hal terpenting dari Kesejahteraan adalah pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan. Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang berpendapatan rendah. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka persentase pendapatan untuk pangan akan semakin berkurang. Dengan kata lain apabila terjadi peningkatan tersebut tidak merubah pola konsumsi maka rumah tangga dapat merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut tidak sejahtera.

  Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kesejahteraan merupakan usaha untuk memperjuangkan harkat kemanusiaan, memenuhi syarat hidup yang layak yaitu tercukupi kebutuhan pokoknya, dan kesejahteraan mencakup tiga konsepsi, yaitu : a) Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yaitu tempenuhinya kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial. b) Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

  c) Aktivitas, yaitu suatu kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai sejahtera.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan

  Beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan adalah sebagai berikut :

  a) Faktor intern dalam keluarga

  1. Jumlah anggota keluarga Seiring dengan perkembangan zaman, tuntutan kebutuhan keluarga semakin meningkat. Tidak hanya cukup dengan kebutuhan primer seperti: sandang, pangan, papan, pendidikan, dan sarana pendidikan, tetapi juga dengan kebutuhan lainnya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, sarana transportasi dan lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih memungkinkan untuk terpengaruhi jika jumlah anggota keluarga berjumlah kecil.

  2. Keadaan sosial keluarga Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan harmonis jika ada hubungan yang baik dan benar didasari dengan ketulusan hari dan rasa kekeluargaan.

  3. Tempat tinggal Keadaan tempat tinggal berpengaruh dalam kesejahteraan, keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera penghuninya akan lebih menimbulkan suasana yang tenang dan nyaman. Sebaliknya tempat tinggal yang kurang nyaman akan menimbulkan rasa jenuh dan bosan untuk menempati.

  4. Keadaan ekonomi dalam keluarga Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber yang dapat meningkatkan taraf kehidupan anggota keluarga (BKKBN, 1994 :

  18-21), sehingga semakin banyak sumber keuangan atau pendapatan yang diterima maka akan meningkatkan taraf kehidupan keluarga.

  b) Faktor ekstern keluarga Kesejahteraan keluarga sangat perlu untuk dijaga, terjadinya ketidak harmonisan dan ketenangan jiwa antara anggota keluarga perlu dihindari, dikarenakan hal tersebut dapat mengganggu ketenangan dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan di dalam keluarga.

  1. Faktor manusia, adanya sifat iri hati dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.

  2. Faktor alam, adanya bahaya alam, kerusuhan dan beragai macam virus penyakit.

  3. Faktor ekonomi negara, pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah.

F. Tahapan Kesejahteraan

  Keluarga sejahtera terbentuk berdasarkan keselarasan dan keseimbangan antar anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009). Kesejahteraan keluarga dikelompokan menjadi 5 (lima) tahapan, yaitu : 1) Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS), yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari 6 (enam) indikator keluarga sejahtera I (KS I) atau indikator

  “kebutuhan dasar keluarga” . 2) Tahapan Keluarga Sejahtera, yaitu keluarga yang mempu memenuhi 6

  (enam) indikator tahapan KS I, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 8 (delapan) indikator keluarga sejahtera II atau indikator “kebutuhan psikologis” keluarga.

  3) Tahapan Keluarga Sejahtera II (KS II), yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator KS I dan 8 (delapan) indikator KS II, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5 (lima) indikator keluarga sejahtera III (KS III), atau indikator “kebutuhan pembangunan” dari keluarga.

  4) Tahapan Keluarga Sejahtera III (KS III), yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8 (delapan) indikator KS II, dan 5 (lima) indikator KS III, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 2 (dua) indikator keluarga sejahtera III plus (KS III plus) atau indikator “aktualisasi diri” keluarga. 5) Tahapan Keluarga Sejahtera III plus (KS III +), yaitu keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8 (delapan) indikator KS II, 5 (lima) indikator KS III, serta 2 (dua) indikator tahapan KS III plus.

  G. Teori Pendapatan

  Soediono (1984), mengungkapkan bahwa tolak ukur yang paling banyak di pakai dan menjadi pusat perhatian ekonomi makro adalah pendapatan nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga sebagai seluruh penerimaan yang di dapat setiap rumah tangga atau balas jasa faktor ekonomi. Ada keterkaitan antara pendapatan, faktor produksi dan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga.

  Soekartawi (1987), menjelaskan perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang akan dikonsumsi, pada tingkat pendapatan rumah tangga yang rendah, maka pengeluaran rumah tangganya lebih besar dari pendapatannya dan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan dalam kehidupan rumah tangga.

  H. Pekerja 1. Pengertian Pekerja

  Undang-Undang No. 13 tahun 2013, pekerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

  Hamzah (1990), pekerja adalah produk yang sudah atau sedang bekerja, atau sedang mencari pekerjaan, serta yang sedang melaksanakan pekerjaan.

  Undang-Undang Pokok Ketenagakerjaan No. 14 tahun 1969, pekerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup, dalam hubungan ini maka pembinaan pekerja merupakan peningkatan kemampuan efektivitas tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan.

  2. Jenis Perlindungan Kerja

  a) Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha kemasyarakatan, yang tujuannya untuk memungkinkan pekerja/buruh mengenyam dan mengembangkan kehidupannya sebagaimana manusia pada umumnya, dan khususnya sebagai keluarga.

  Perlindungan sosial disebut juga dengan kesejahteraan kerja.

  b) Perlindungan teknis, yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha untuk menjaga agar pekerja atau buruh terhindar dari bahaya kecelakaan yang ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Perlindungan ini lebih sering disebut sebagai keselamatan kerja.

  c) Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha untuk memberikan kepada pekerja atau buruh suatu penghasilan yang cukup guna memenuhi keperluan sehari-hari baginya dan keluarganya, termasuk dalam hal pekerja atau buruh yang tidak mampu bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya. Perlindungan jenis ini biasanya disebut dengan jaminan sosial.

  3. Kriteria Pekerja

  Beberapa kriteria pekerja prodiktif :

  a) Usia, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah angkatan kerja pada tahun 2014 mencapai angka 125,32 juta orang. Dari angka tersebut tercatat ada sekitar 114,02 juta orang yang bekerja, selain itu angka kerja tersebut didominasi pekerja usia 30-34 tahun yaitu sekitar 17%, dilanjutkan dengan usia 25-29 tahun yaitu menduduki angka 14%, dan usia 20-24 tahun mencapai angka 12%.

  b) Kemampuan, menurut pakar manajemen SDM produktivitas karyawan dipengaruhi oleh kemampuan , hal ini dapat dilihat dari kemampuan calon karyawan, kandidat dengan kemampuan kerja paling baik dan produktif akan dipilih dan dapat bergabung untuk bekerja dan megembangkan kemampuannya.

  c) Status, walaupun menikah adalah hak setiap orang, ada beberapa pertimbangan untuk menerima orang yang bekerja dengan status sudah memiliki keluarga.

I. Pertambangan 1. Pengertian Pertambangan

  UU Mineral dan Batu Bara No.4 Tahun 2009 pasal 1, Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

  Salim (2010), Pertambangan adalah proses penggalian atau pengambilan bijih-bijih dan mineral-mineral dalam bumi.

  Ikawati (2006), Pertambangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan logam dan mineral dengan cara menghancurkan gunung, hutan, sungai, laut dan penduduk kampung.

  Menurut peneliti mengacu pada pendapat UU Mineral dan Batubara No.4 Tahun 2009 pasal 1, Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

2. Faktor terjadinya kegiatan pertambangan

  Menurut Hariadi, dkk (2012), faktor-faktor yang mendorong berlangsungnya kegiatan usaha penambangan emas, meliputi : a. Peluang (Opportunites)

  Pelaksanaan kegiatan pertambangan emas sekunder dengan menggunakan alat menjadi contoh oleh masyarakat tradisional. Kondisi ini menjadi peluang usaha oleh pemodal untuk bekerjasama dengan masyarakat lokal untuk melakukan kegiatan penambangan emas.

  b. Kemampuan (Capasity) Penguasaan modal, penguasaan teknologi, dan kemampuan manajemen perusahaan seharusnya mampu mengelaborasi sistem pertambangan yang ramah lingkungan dan sistem kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan dengan masyarakat adat, tetapi kemampuan ini tidak digunakan tetapimalah tetap melakukan penambangan dengan tidak mentaati syarat-syarat teknis yang sudah disahkan oleh pemerintah kabupaten.

  c. Komunikasi (Comunication) Komunikasi personal antara tokoh masyarakat adat dengan pemodal dan pemegang saham telah mempercepat jumlah penambang, dengan menggunakan alat dan mesin masyarakat adat pemilik ulayat memperbesar peluang usaha kegiatan pertambangan emas.

  d. Kamauan (Interest) Belum adanya kamauan (interest) pemerintah untuk segera menetapkan WUP dan WPR secara nasional, sementara tuntutan masyarakat dan dunia usaha sudah mendesak. Begitu juga kemauan untuk mempolakan sistem pertambangan masyarakat melalui kerjasama kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat adat pemangku ulayat. Setelah ada kerusakan lingkungan kemauan institusional dari pemerintah untuk melakukan audit lingkungan, audit legal, serta penindakan hukum, dan penataan perizinan terhadap pemegang kekuasaan dengan melahirkan perda juga belum ada. Pemeritah sudah melakukan upaya hukum, namun sampai saat ini masih belum efektif. Sementara interes ekonomi bergulir sangat kuat pada masyarakat dan perusahaan pertambangan.

  e. Proses Potensi emas, kemampuan pembiayaan, pemodal, penguasaan teknologi, dan komunikasi bisnis menduga adanya backing yang telah menyebabkan ketidak adilan dalam eksploitasi sumber daya alam (emas) untuk peningkatan pendapatan asli daerah serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.

  f. Ideologi Filosofi pertambangan dilakukan dengan baik dan benar (good

  mining practice) tidak menjadi ideologi bagi para pelaku pertambangan

  perusahaan maupun oleh masyarakat adat yang didukung oleh para pemodal. Seyogianya ideologi semua pihak adalah pertambangan berbasis “good mining practice”.

3. Tahapan Penambangan

  Salim (2011) , menyatakan bahwa dalam usaha penambangan ada beberapa tahap yang harus dilalui terlebih dahulu sebelum menuai hasil ekonomis dari kegiatan pertambangan, yaitu :

  a) Penyelidikan umum merupakan usaha untuk menyelidiki secara geologi umum atau fisika, di daratan perairan dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau untuk menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya.

  b) Usaha eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan lebih teliti atau seksama adanya sifat letakan bahan galian.

  c) Usaha eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya.

  d) Usaha pengelolaan dan pemurnian adalah pengerjaan untuk mempertinggi mutu bahan galian serta untuk memanfaatkan dan memperoleh unsur-unsur yang terdapat pada bahan galian. e) Usaha pengangkutan adalah segala usaha pemindahan bahan galian dan hasil pengelolaan serta pemurnian bahan galian dari daerah eksplorasi atau tempat pengolahan atau pemurnian.

  f) Usaha penjualan adalah segala sesuatu usaha penjualan bahan galian dan hasil pengelolaan atau pemurnian bahan galian.

4. Karakteristik Tanah Wilayah Penambangan

  Kualitas tanah merupaka karakteristik penting dalam pemilihan wilayah pertambangan. Menurut (Sitanala Arsyad, 1989) kemampuan tanah memberikan fungsi yang baik dalam ekosistem alami maupun buatan, yaitu memperbaiki kualitas air dan udara, dan mendukung kesehatan manusia dan lingkungannya.

  J. Emas 1. Pengertian Emas

  Huheey (1993:106), Emas adalah bentuk alluvial yang terbentuk karena proses pelapukan batuan yang mengandung emas (gold bearing ).

  rocks

  Salim (2010:11-279), Emas adalah salah satu kekayaan alam yang tidak dapat diperbaharui, volume emas di dunia terbatas dan mengakibatkan harga emas cenderung stabil dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

  Halim (2005:4), Emas adalah Unsur kimia dalam sistem periodik unsur yang mempunyai simbol Au (L. aurum) dan nomor atom 79 yang merupakan logam lembut, berkilat, berwarna kuning, padat, mudah ditempa, mudah ditarik, logam peralihan (trivalen dan univalen), dan stabil yang tidak bertindak bereaksi dengan kebanyakan bahan kimia.

  2. Luas Wilayah Penambangan Emas

  Luas wilayah izin pertambangan rakyat yang diberikan kepada masyarakat diatur dalam Pasal 13 dan 17 Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01 P/201/M.PE1986 tentang pedoman pengelolaan pertambangan rakyat bahan galian strategis dan vital (Golongan A dan Golongan B), Dalam pasal 13 diatur tentang luas maksimal wilayah pertambangan rakyat yang diberikan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat dan luas wilayah pertambangan sungai.

  Luas maksimal satu wilayah pertambangan rakyat adalah 15 hektar, sementara itu luas wilayah pertambangan sungai cukup diukur atau ditetapkan menurut panjang dan lebar sungai. Dalam Pasal 17 Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01 P/201/M.PE1986 tentang pedoman pengelolaan pertambangan rakyat bahan galian strategis dan vital (Golongan A dan Golongan B) diatur tentang luas wilayah untuk satuan izin pertambangan rakyat, perorangan, kelompok masyarakat, dan koperasi.

  3. Syarat Lahan Penambangan

  1. Mengidentifikasi jenis galian yang akan di tambang yang informasinya dapat diperoleh dari masyarakat lokal, luas daerahnya memungkinkan untuk jarak angkut.

  2. Membuat legalitas usaha pertambangan, kategori class apakah untuk jenis galian a (emas, intan bouxsit, uranium, batu bara, galena atau timah hitam, tembaga nikel, mangan dan bijih besi), galian b (pasir kwarsa bahan pembuatan semen dan industri keramik), galian c (pasir untuk membuat batako, tanah merah dan tanah uruk).

  3. Sebelum eksploitasi dan eksporasi harus mengajukan ijin untuk melakukan pengecekan lapangan dengan satu ketentuan tidak boleh pengambilan sample atau pengeboran, pemetaan dan pelaporan hasil survey diajukan paling lambat satu minggu setelah kegiatan, apabila tidak mematuhi ijin untuk ekploitasi tidak di terbitkan.

  4. Pembentukan team geologis yang terdiri dari stackholder dan ahli geologis untuk melakukan pengeboran (menentukan luasan kawasan dan potensi yang terkandung di wilayah tersebut).

  5. Adanya analisis mengenai dampak lingkungan terhadap kawasan yang akan dijadikan areal pertambangan.

  6. Adanya sosialisasi terhadap masyarakat.

  7. Mengajukan ijin konsesi pertambangan dan ijin eksplorasi.

  8. Mengajukan ijin penggalian dan pengangkutan perdana.

  9. Melaporkan aktivitas dan hasil penggalian dan pengiriman ke pemerintah dan public secara berkala (target produksi dan tenaga kerja wna dan wni), penutupan dan penanaman kawasan eks galian.

4. Dampak Pertambangan Emas Bagi Kesejahteraan

  Keberadaan pertambangan emas menurut kamus besar bahasa indonesia adalah keberadaan atau kehadiran yang mengandung unsur bertahan sesuai proses yang dinamis, sesuatu menjadi atau mengada sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri. Di Indonesia pertambangan emas sangat banyak, yakni di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Tetapi sebagian besar tambang yang ada di Indonesia diolah perusahaan asing. Hal ini tentu tidak terlepas dari pengetahuan masyarakat yang rendah mengenai cara pengolahan bahan galian yang ada, khususnya emas.

  Keberadaan pertambangan emas membawa dampak bagi kehidupan masyarakat, salah satunya dampak pada kesejahteraan masyarakat sosial dalam berbagai bentuk kegiatannya meliputi semua bentuk intervalsosial, terutama untuk meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan individu, kelompok, maupun masyarakat sebagai keseluruhan. Dapat juga mencakup upaya dan kegiatan yang secara langsung ditujukan untuk pencegahan masalah sosial, misalnya : masalah kemiskinan dan pengembangan sumber- sumber manusia. Sekarang ini kesejahteraan sosial lebih ditujukan guna mencapai produktivitas yang maksimum, setiap masyarakat perlu pengembangan cara meningkatkan kemampuan yang telah dimiliki. Melihat konsepsi kesejahteraan sosial, ternyata masalah sosial mengganggu perkembangan masyarakat, sehingga diperlukan sistem pelayanan sosial yang lebih teratur. Dalam hal ini tanggung jawab pemerintah terhadap kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat perlu ditingkatkan (Graham: 2010).

5. Penelitian yang relevan

  Sebelum peneliti melakukan penelitian, sebelumnya telah diadakan penelitian yang dilakukan dengan topik yang hampir sama, sehingga peneliti dapat menjadikan penelitian terdahulu sebagai panduan dalam melakukan penelitian.

  Rofi Taufik Nugroho (2014) melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pengrajin Industri Bata Merah Di Kecamatan Pataruman Jawa Barat”. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui total pendapatan rumah tangga, mengetahui tingkat kesejahteraan rumah tangga pengrajin industri bata merah, mengetahui pola persebaran industri bata merah. Metode penelitian menggunakan Pengambilan sampel menggunakan teknik dokumentasi angket. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan pendapatan pengrajin industri batu bata terhadap total pendapatan rumah tangga.

  Teguh Santoso (2015) melakukan penelitian yang berjudul “Kajian Tingkat Kesejahteraan Penambang Batu Gamping Dan Tingkat Pendidikan Anak di Desa Darmakradenan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas”.

  Tujuan Penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat kesejahteraan penambang batu gamping dan mengetahui tingkat pendidikan anak penambang di Desa Darmakradenan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Metode penelitian menggunakan pengambilan sampel menggunakan teknik angket dan dokumentasi. Analisis data menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang. Hasil penelitian menunjukan adanya tingkat kesejahteraan penambang batu gamping di Desa Darmakradenan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas berada dalam taraf sejahtera.

  Lilis Dianingsih (2017) melakukan penelitian yang berjudul “Kajian Kesejahteraan Pekerja Tambang Emas di Desa Paningkaban Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas”. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui dampak pertambangan emas terhadap kondisi kesejahteraan sosial masyarakat Desa Paningkaban Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas.

  Metode penelitian menggunakan sampel menggunakan teknik dokumentasi angket. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh dampak pertambangan emas di Desa Paningkaban Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas pada kesejahteraan sosial masyarakat.

Tabel 2.1 Penelitian yang relevan Nama dan Tahun

  Rofi Taufik Nugroho (2014)

  Teguh Santoso (2015)

  Lilis Dianingsih

  (2017)

  Judul Tingkat Kesejahteraan

  Rumah Tangga Pengrajin Industri Bata Merah Di Kecamatan Pataruman Jawa Barat.

  Kajian Tingkat Kesejahteraan Penambang Batu Gamping Dan Tingkat Pendidikan Anak di Desa Darmakradenan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas.

  Kajian Kesejahteraan Pekerja Tambang Emas di Desa Paningkaban Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas.

  Tujuan Untuk mengetahui

  total pendapatan rumah tangga, mengetahui tingkat kesejahteraan rumah tangga pengrajin industri bata merah, mengetahui pola persebaran industri bata merah.

  Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan penambang batu gamping dan mengetahui tingkat pendidikan anak penambang di Desa Darmakradenan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas.

  Untuk mengetahui dampak pertambangan emas terhadap kondisi kesejahteraan sosial masyarakat Desa Paningkaban Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas.

  Metode Pengambilan sampel Pengambilan sampel Metode menggunakan teknik menggunakan teknik penelitian

  Penelitian

  dokumentasi angket. angket dan menggunakan Analisis data dokumentasi. sampel menggunakan Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. menggunakan tabel teknik frekuensi dan dokumentasi tabulasi silang. angket.

  Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif.

  Hasil Penelitian Menunjukan Menunjukan adanya Menunjukan

  pendapatan pengrajin tingkat kesejahteraan adanya industri batu bata penambang batu pengaruh terhadap total gamping di Desa dampak pendapatan rumah Darmakradenan pertambangan tangga. Kecamatan emas di Desa

  Ajibarang Paningkaban Kabupaten Kecamatan Banyumas berada Gumelar dalam taraf Kabupaten sejahtera. Banyumas pada kesejahteraan sosial masyarakat.

6. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

  Pekerja Tambang Emas Pendapatan

  Kesejahteraan Sosial

Dokumen yang terkait

PERAN DESA WISATA TERHADAP KESEJAHTERAAN PEKERJA PARIWISATA DI DESA WISATA BEJIHARJO KECAMATAN KARANGMOJO KABUPATEN GUNUNGKIDUL

0 1 10

KAJIAN INDUSTRI TAPIOKA DI KECAMATAN GUMELAR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013 (Dari Sudut Pandang Geografi)

0 0 21

2.1 Pengertian Parkir - PERENCANAAN POLA PARKIR DI PASAR LARANGAN KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

1 1 34

PERAN KELOMPOK WANITA TANI “SARI MAKMUR” DALAM PEMBERDAYAAN WANITA DI DESA ALASMALANG KECAMATAN KEMRANJEN KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 3 19

ANALISIS PERILAKU PETANI TERHADAP RISIKO USAHATANI JAGUNG DI DESA KARANGGINTUNG KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 2 19

HUBUNGAN SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KUNJUNGAN LANSIA DI POSYANDU DESA TLAGA KECAMATAN GUMELAR - repository perpustakaan

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DI DESA PANUSUPAN KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH - repository perpustakaan

0 0 18

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN MASYARAKAT TERHADAP PENDERITA GANGGUAN JIWA DI DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku 1. Definisi Perilaku - STUDI FENOMENOLOGI PEMANFAATAN SUNGAI SEBAGAI MEDIA MCK DI DESA SOKARAJA KULON KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 25

STRATEGI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN PENGRAJIN TAHU DI DESA KALISARI KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 14