Penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam obat tetes telinga Colme dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri - USD Repository

  

PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DAN LIDOKAIN

HIDROKLORIDA DALAM OBAT TETES TELINGA COLME ®

  DENGAN

METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DENSITOMETRI

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  Prasilya NIM : 088114032

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

Persetujuan Pembimbing

PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DAN LIDOKAIN

HIDROKLORIDA DALAM OBAT TETES TELINGA COLME

  ® DENGAN

METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DENSITOMETRI

  Skripsi yang diajukan oleh: Prasilya

  NIM : 088114032 telah disetujui oleh:

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan karya ini untuk : Papa, Mama, kakak, dan adik-adik ku tersayang, Sahabat-sahabat dan almamaterku

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  Yogyakarta, 5 September 2011 Penulis

  Prasilya

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Sanata Dharma: Nama : Prasilya Nomor mahasiswa : 088114032 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

  Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

“PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DAN LIDOKAIN

®

  

HIDROKLORIDA DALAM OBAT TETES TELINGA COLME DENGAN

METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DENSITOMETRI

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada), dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikiann pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 5 September 2011 Yang menyatakan

  

PRAKATA

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Penetapan

  ®

  Kadar Kloramfenikol dan Lidokain Hidroklorida Dalam Obat Tetes Telinga Colme Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis Densitometri”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Dalam pelaksanaan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Ipang Djunarko, M.Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma

  2. Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis, memberi masukan, semangat, dan motivasi selama perkuliahan, penelitian maupun penyusunan skripsi.

  3. Christine Patramurti, M.Si.,Apt. yang ikut mengarahkan penulis, memberi masukan, dan memberi dukungan selama penyusunan skripsi.

  4. Dra. M.M. Yetty Tjandrawati M.Si. selaku dosen penguji yang memberikan arahan, masukan dan saran untuk skripsi ini.

  5. dr. Fenty M. Kes., SpPK selaku dosen pembimbing akademik yang selalu

  6. Siswanto Tanuadmojo dan PT. Interbat yang telah memberikan baku dan sampel untuk penelitian ini.

  7. Rini Dwiastuti, M.Sc.,Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  9. Seluruh staf laboratorium di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terutama Mas Otok, Mas Bimo, Pak Farlan dan Mas Kunto yang telah membantu dan mendukung berlangsungnya skripsi ini.

  10. Aphing, Edi, Ayus, Devi, Awang, dan Dea yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dan doa.

  11. Felicia dan Sasa selaku rekan kerja penulis yang selalu member dukungan dan semangat selama penelitian dan penyusunan skripsi, melewati suka dan duka bersama.

  12. Wiwi, Tere, Sari, Susi, Susan, Nona, Novi, Citra, Cure, Amel, Ayesa, Dina sebagai teman seperjuangan di Laboratorium Kimia Analisis Instrumental atas semangat dan kebersamaannya.

  13. Bravo, Rika, Elia, Lala, Siska, Yessi, Metri, atas dukungan, semangat dan doa yang diberikan.

  14. Teman-teman FST 2008 atas kebersamaan yang dilewati selama ini, dukungan,

  15. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

  Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .......................................... vi PRAKATA ......................................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ x DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

  INTISARI .......................................................................................................... xix

  ABSTRACT ......................................................................................................... xx

  BAB I PENGANTAR .......................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

  1. Permasalahan............................................................................................ 3

  2. Keaslian penelitian ................................................................................... 4

  3. Manfaat penelitian .................................................................................... 4

  A. Kloramfenikol ................................................................................................ 6

  B. Lidokain Hidroklorida .................................................................................... 7

  C. Obat Tetes Telinga ......................................................................................... 8

  D. Larutan ........................................................................................................... 9

  E. Kromatografi Lapis Tipis ............................................................................. 10

  1. Definisi dan instrumentasi ..................................................................... 10

  2. Pemisahan dan resolusi .......................................................................... 13

  3. Sistem KLT ............................................................................................ 15

  4. Analisis kualitatif dan kuantitatif ........................................................... 18

  F. Densitometri ................................................................................................. 19

  G. Landasan Teori ............................................................................................. 20

  H. Hipotesis ....................................................................................................... 22

  BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 23 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................... 23 B. Variabel Penelitian ....................................................................................... 23

  1. Variabel bebas ........................................................................................ 23

  2. Variabel tergantung ................................................................................ 23

  3. Variabel pengacau terkendali ................................................................. 23

  C. Definisi Operasional..................................................................................... 24

  D. Bahan Penelitian........................................................................................... 24

  1. Pemilihan dan pengambilan sampel ....................................................... 25

  2. Pembuatan fase gerak ............................................................................. 25

  3. Penetapan panjang gelombang pengamatan........................................... 26

  4. Pembuatan larutan baku klormfenikol ................................................... 26

  5. Pembuatan larutan baku lidokain HCl ................................................... 27

  6. Pembuatan kurva baku kloramfenikol dan lidokain hidroklorida .......... 27

  7. Preparasi sampel..................................................................................... 28

  8. Penetapan kadar ..................................................................................... 28

  G. Analisis Hasil ............................................................................................... 29

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 30 A. Pemilihan Sampel ........................................................................................ 30 B. Fase Gerak .................................................................................................... 32 C. Larutan Baku ................................................................................................ 33 D. Penetapan Panjang Gelombang Pengamatan ............................................... 34 E. Analisis Kualitatif ........................................................................................ 37 F. Kurva Baku Kloramfenikol dan Lidokain HCl ............................................ 43 G. Penetapan Kadar Kloramfenikol dan Lidokain HCl Dalam Sampel ........... 46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 49 A. Kesimpulan .................................................................................................. 49 B. Saran ............................................................................................................. 49

  BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 78

  DAFTAR TABEL

  Tabel I. Persyaratan uji keseragaman volume ............................................... 10 Tabel II. Nilai indeks polaritas pelarut ............................................................ 17

  ®

  Tabel III. Keseragaman volume sampel Colme ............................................. 31 Tabel IV. Data nilai R f baku kloramfenikol, baku lidokain HCl, dan sampel .. 42 Tabel V. Data persamaan kurva baku kloramfenikol ...................................... 44 Tabel VI. Data persamaan kurva baku lidokain HCl ........................................ 44 Tabel VII. Hasil penetapan kadar campuran kloramfenikol dan lidokain HCl

  ®

  dalam sampel Colme ...................................................................... 47

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Struktur kimia kloramfenikol ........................................................ 6 Gambar 2. Struktur kimia lidokain HCl .......................................................... 7 Gambar 3. Obat tetes telinga Colme

  

®

  ............................................................. 9 Gambar 4. Ilustrasi perhitungan nilai R f ........................................................ 14 Gambar 5. Ilustrasi resolusi pada KLT .......................................................... 15 Gambar 6. Struktur silika gel ........................................................................ 16 Gambar 7. Scanner KLT ................................................................................ 19 Gambar 8. Gugus kromofor dan gugus auksokrom kloramfenikol ............... 34 Gambar 9. Gugus kromofor dan gugus auksokrom lidokain HCl ................. 35 Gambar 10. Spektra kloramfenikol 300 ng dan lidokain HCl 3000 ng ........... 35 Gambar 11. Spektra kloramfenikol 600 ng dan lidokain HCl 6000 ng ........... 36 Gambar 12. Spektra kloramfenikol 900 ng dan lidokain HCl 9000 ng ........... 36 Gambar 13. Interaksi kloramfenikol dengan fase diam ................................... 38 Gambar 14. Interaksi lidokain dengan fase diam ............................................. 39 Gambar 15. Interaksi kloramfenikol dengan fase gerak heksana:toluena:dietilamin:metanol (15:79:6:20) ........................ 40 Gambar 16. Interaksi lidokain dengan fase gerak heksana:toluena:dietilamin:metanol (15:79:6:20) ........................ 40

  Gambar 19. Kurva baku lidokain HCl ............................................................. 45

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Sertifikat analisis kloramfenikol ............................................... 54 Lampiran 2. Sertifikat analisis lidokain HCl ................................................. 55 Lampiran 3. Sistem KLT densitometri yang digunakan ................................ 56 Lampiran 4. Data penimbangan baku kloramfenikol dan lidokain HCl ........ 57 Lampiran 5. Spektra panjang gelombang pengamatan .................................. 58 Lampiran 6. Kromatogram blanko plat kosong dan fase gerak ..................... 59 Lampiran 7. Kromatogram baku kloramfenikol replikasi 2 .......................... 60 Lampiran 8. Kromatogram baku lidokain HCl replikasi 2 ............................ 62 Lampiran 9. Contoh perhitungan jumlah analit teoritis ................................. 64 Lampiran 10. Data persamaan kurva baku kloramfenikol dan lidokain HCl .. 65 Lampiran 11. Data pengukuran berat jenis sampel ......................................... 66 Lampiran 12. Data hasil uji keseragaman volume........................................... 67 Lampiran 13. Kromatogram campuran kloramfenikol dan lidokain HCl

  ®

  dalam sampel Colme ............................................................... 68 Lampiran 14. Data kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sampel

  ®

  Colme ...................................................................................... 75 Lampiran 15. Contoh perhitungan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl

  ®

  dalam sampel Colme ............................................................... 76

  Lampiran 17. Perhitungan rentang kloramfenikol dan lidokain HCl .............. 77

  

INTISARI

  Otitis Media Supratif Kronik merupakan salah satu penyakit yang memiliki

  ®

  prevalensi cukup tinggi di Indonesia. Colme merupakan salah satu obat tetes telinga

  ®

  yang dapat digunakan untuk mengobati Otitis Media Supratif Kronik. Colme mengandung kloramfenikol dan lidokain HCl. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dengan yang tertera

  ®

  pada etiket obat tetes telinga Colme dalam rangka penjaminan mutu suatu produk obat.

  Penelitian ini bersifat non-eksperimental diskriptif karena tidak dilakukan manipulasi dan perlakuan terhadap subjek uji. Penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri. Fase gerak yang digunakan adalah heksana:toluena:dietilamin:metanol (15:79:6:20) dan fase diam yang digunakan adalah lempeng silika gel 60 F . Kelebihan metode

  254

  kromatografi lapis tipis-densitometri adalah dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif campuran dalam waktu yang besamaan.

  Kadar kloramfenikol adalah 9,94-10,79% (b/v) dan kadar lidokain HCl adalah 3,68-3,84% (b/v). Kadar kloramfenikol sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket, dan kadar lidokain HCl tidak sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket.

  Kata kunci: kloramfenikol, lidokain HCl, obat tetes telinga, KLT, densitometri, penetapan kadar

  ABSTRACT

  Chronic otitis media suprative is one of the disease that has highly prevalence

  ®

  in Indonesia. Colme is one of the ear drops that can be used to treat chronic otitis

  ®

  media suprative. Colme contained chloramphenicol and lidocaine HCl. The purpose of this study was to determine the suitability levels of chloramphenicol and lidocaine

  

®

  HCl obtained as stated on the label Colme ear drops in order to guarantee the quality of a medicinal product.

  This study is non experimental descriptive because it does not have any manipulation and treatment of the test subjects. Assay of chloramphenicol and lidocaine HCl performed by thin layer chromatography densitometry method. The mobile phase used is hexan:toluene:diethylamine:methanol (15:79:6:20) and stationary phase used is silica gel 60 F . Advantage method thin-layer

  254

  chromatography densitometry is can be used as qualitative and quantitative analysis of the mixture in concequtive time.

  Level of chloramphenicol is 9.94 to 10.79% (w/v) and the level of lidocaine HCl is 3.68 to 3.84% (w/v). Level of chloramphenicol is suitable with level indicated on the label, and the level of lidocaine HCl is not suitable with level indicated on the label.

  Key words: chloramphenicol, lidocaine HCl, ear drops, TLC, densitometry, the assay

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Penyakit infeksi Otitis Media Supratif Kronik (OMSK) memiliki prevalensi

  c ®

  yang cukup tinggi di Indonesia yaitu mencapai 3% (Anonim , 2010). Colme merupakan salah satu obat tetes telinga yang dapat digunakan untuk mengobati Otitis

  ®

  Media Supratif Kronik. Colme mengandung kloramfenikol 10% dan lidokain HCl 4% dengan cairan pembawa propilenglikol. Menurut Farmakope Indonesia IV (1995), obat tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, dibuat dengan menggunakan pembawa bukan air.

  Dalam rangka penjaminan mutu dan kualitas suatu produk obat maka perlu dilakukan penetapan kadar zat aktif dalam suatu produk obat. Pada penelitian ini akan dilakukan penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl untuk membuktikan

  ® kesesuaian kadar dengan yang tertera pada etiket obat tetes telinga Colme .

  Penjaminan mutu dan kualitas suatu obat berkaitan dengan keamanan obat tersebut saat digunakan konsumen. Kloramfenikol dalam tetes telinga mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0% C

  11 H

  12 Cl

  2 N

  2 O 5 dari jumlah yang

  tertera pada etiket Larutan oral-topikal lidokain hidroklorida mengandung lidokain . hidroklorida, C

  14 H

  22 N

  2 O.HCl tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%

  dari jumlah yang tertera pada etiket (Direktorat Jendral Badan Pengawasan Obat dan

  Kloramfenikol sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, propilenglikol, aseton, dan etil asetat (Direktorat Jendral Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Kloramfenikol berbentuk jarum, serbuk kristal, atau memanjang, berwarna putih, abu-abu atau kekuningan. Titik leleh kloramfenikol adalah 150,5°C- 151,5°C, dan bobot molekul 323,13g/mol. Kloramfenikol memiliki koefisien partisi 12; pH 4-7,5. Dalam air, kloramfenikol memiliki panjang gelombang maksimum pada 278 nm ( =298) (Clarke,1986).

  Lidokain HCl sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam kloroform dan tidak larut dalam eter. Lidokain HCl berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, dan rasa sedikit pahit (Direktorat Jendral Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Bobot molekul lidokain adalah 234,34g/mol dengan titik leleh 66°C

  • 69°C. Dalam larutan asam, lidokain HCl memiliki serapan maksimum 263 nm ( = 19) (Clarke,1986).

  Penelitian ini merupakan suatu rangkaian penelitian yang diawali dengan tahap optimasi yang telah dilakukan oleh Felicia dan validasi metode yang telah dilakukan oleh Regina. Pada penelitian ini, peneliti mengambil bagian penetapan kadar. Fase gerak yang diperoleh dari hasil optimasi adalah heksana:toluena:dietilamin:metanol (15:79:6:20) dengan fase diam silika gel 60 F 254. Hasil validasi menunjukkan bahwa validitas yang baik untuk kloramfenikol dan lidokain HCl adalah pada seri tengah yaitu 600 ng untuk kloramfenikol dan 6000 ng

  Penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri. Metode KLT densitometri dipilih karena dengan metode ini dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif untuk campuran obat. KLT biasanya merupakan metode pilihan pertama dalam memisahkan suatu campuran. Hal ini disebabkan karena KLT merupakan metode yang sederhana dan cepat (Dean,1995). Kloramfenikol dan lidokain HCl dapat dipisahkan dengan KLT karena kedua senyawa tersebut memiliki sifat kepolaran yang berbeda. Dari hasil pemisahan dengan KLT dapat dilanjutkan analisis kuantitatif dengan densitometri karena kloramfenikol dan lidokain HCl memiliki gugus kromofor dan gugus auksokrom. Densitometri merupakan suatu analisis kuantitatif yang berdasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak KLT. Densitometri lebih banyak digunakan untuk megukur analit dengan kadar kecil yang mana perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu dengan kromatografi lapis tipis (Rohman, 2009).

1. Permasalahan

  a. Berapakah kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam obat tetes telinga

  ®

  Colme yang ditetapkan dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri?

  b. Apakah kadar kloramfenikol dan lidokain HCl yang ditetapkan dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket

  ®

  obat tetes telinga Colme ?

  2. Keaslian penelitian

  Penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl secara tunggal menggunakan metode kromatografi lapis tipis sudah pernah dilakukan. Penelitian mengenai penetapan kadar lidokain HCl dilakukan oleh Kiszka dan Madro (2011). Fase gerak optimum yang digunakan adalah heksana:toluena:dietilamin (60:20:5), dengan nilai R f 0,48. Penelitian mengenai penetapan kadar kloramfenikol juga sudah pernah dilakukan oleh Vovk dan Simonovska (2005). Fase gerak yang digunakan pada penelitian tersebut adalah heksana:etil asetat (35:65), dan fase diam yang digunakan adalah silika gel F 254 dengan reflektansi absorbansi pada panjang gelombang 280 nm. Pada penelitian ini akan dilakukan penetapan kadar campuran

  ®

  kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sampel obat tetes telinga Colme dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri dimana penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya.

  3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat metodologis. Dapat memberikan sumbangan ilmiah mengenai metode kromatografi lapis tipis densitometri yang digunakan untuk pemisahan dan penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl.

  b. Manfaat praktis. Dapat memberikan informasi mengenai kadar

  ®

  kloramfenikol dan lidokain HCl pada obat tetes telinga Colme yang ditetapkan dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri.

B. Tujuan Penelitian

  1. Mengetahui kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam obat tetes telinga

  ® Colme dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri.

  2. Mengetahui kesesuaian kadar kloramfenikol dan lidokain HCl yang ditetapkan dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri dengan kadar yang tertera

  ® pada etiket obat tetes telinga Colme .

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Kloramfenikol Kloramfenikol dalam tetes telinga mengandung tidak kurang dari 90,0% dan

  tidak lebih dari 130,0% C H Cl N O dari jumlah yang tertera pada etiket

  11

  12

  2

  2

  

5

.

  Kloramfenikol berbentuk serbuk hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, berwarna putih hingga putih kelabu, atau putih kekuningan.

  Kloramfenikol stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam (Direktorat Jendral Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Kloramfenikol memiliki berat molekul 323,1g/mol; memiliki titik lebur 150°C-153°C; kelarutan dalam air 1:400; kelarutan dalam etanol 1:2,5; agak larut dalam eter; dan kloroform (Clarke, 1969). Kloramfenikol memiliki koefisien partisi 12; pH 4-7,5. Kloramfenikol memiliki panjang gelombang maksimum pada 278 nm ( =298) dalam pelarut air (Clarke, 1986).

  [ a Gambar 1. Struktur kimia kloramfenikol (Anonim , 2010)

  Kloramfenikol merupakan antibiotik yang semula berasal dari sejenis

  

Streptomyces, namun kemudian dibuat secara sintesis. Kloramfenikol dapat berkhasiat sebagai bakteriostatis dan bakterisid. Mekanisme kerjanya dengan

  a menghambat sintesis protein pada bakteri (Tjay dan Rahardja, 2010).

  Secara luas kloramfenikol di distribusikan ke jaringan tubuh dan diekskresikan melalui empedu dan urin. Proporsi terbesar disekresikan melalui urin selama 6 jam pertama setelah setelah dicerna, kurang lebih 10% disekresikan dalam bentuk utuh dan 80% sebagai konjugat metabolit tidak aktif (Clarke, 1969).

B. Lidokain Hidroklorida

  Larutan oral-topikal lidokain hidroklorida mengandung lidokain hidroklorida, C H N O.HCl tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah

  14

  22

  2

  yang tertera pada etiket. Lidokain HCl berbentuk serbuk hablur putih, tidak berbau, dan rasa sedikit pahit (Direktorat Jendral Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Lidokain HCl memiliki titik leleh 76°C-79°C; kelarutan dalam air 1:0,7; dalam etanol 1:1,5; dan dalam kloroform 1:40; tidak larut dalam eter; memiliki berat molekul 288,8g/mol. Lidokain HCl memiliki serapan maksimum 263 nm ( = 19) dalam larutan asam (Clarke, 1986).

  a Gambar 2. Struktur kimia lidokain HCl (Anonim , 2011) Lidokain (otopain) adalah zat pemati rasa lokal yang pada kulit dan selaput lendir mampu menghalangi rasa nyeri, perasaan terbakar, dan gatal. Terdapat dalam tetes telinga 0,5%, tetapi tidak digunakan pada perforasi selaput gendang dan pada radang telinga atau congek. Berhubung tidak mengakibatkan hipersensitasi, lidokain

  b banyak digunakan dalam banyak sediaan topikal (Tjay dan Rahardja, 2010).

C. Obat Tetes Telinga

  Menurut Farmakope Indonesia IV (1995), obat tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan ke dalam telinga. Guttae, obat tetes telinga adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan dalam Farmakope Indonesia (Direktorat Jendral Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 1979). Kecuali dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air. Obat tetes telinga biasanya mengandung antibiotik seperti kloramfenikol, gentamisin, atau ofloxacin dengan tambahan zat pemati rasa lokal

  b seperti lidokain dan benzokain (Anonim , 2011).

  Cairan pembawa yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang cocok agar obat mudah menempel pada dinding telinga, umumnya digunakan gliserol dan propilenglikol. Dapat juga digunakan etanol, heksilenglikol, dan minyak lemak

  Tetesan (guttae) adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat atau sediaan obat atau bahan obat dan sediaan obat terlarut, teremulsi, atau tersuspensi, ditakar berdasar jumlah tetesan, digunakan untuk diminum dan diisikan ke dalam wadah bertakaran ganda. Untuk tetesan tertentu yang digunakan di telinga, dinamakan tetes telinga (otoguttae) (Voigt, 1994).

  b Gambar 3. Obat tetes telinga Colme (Anonim , 2010) ®

  Colme merupakan salah satu obat tetes telinga yang mengandung kloramfenikol 10% dan lidokain HCl 4% dengan propilenglikol sebagai pembawa.

  Colme tetes telinga memiliki indikasi pengobatan infeksi superficial pada telinga luar oleh bakteri Gram-negatif dan bakteri Gram-positif yang peka terhadap

  ® o

  kloramfenikol. Colme disimpan dalam kondisi tertutup, di bawah 25

  C, jangan disimpan dalam lemari pembeku, terlindung dari cahaya matahari, hindari terjadinya

  b kontaminasi, dan jauhkan dari jangkauan anak-anak (Anonim , 2010).

D. Larutan

  Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur.

  Farmakope menyatakan sediaan yang mungkin ada dalam bentuk larutan antara lain obat tetes, sediaan injeksi dan infus, minyak-minyak obat, tetes mata, pembilas mata, spiritus obat, ekstrak, tingtur, sirup, dan dispersi udara (Voigt, 1994). Keseragaman volume, volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Kelebihan volume yang dianjurkan tertera dalam tabel di bawah ini:

  ( Tabel I. Persyaratan uji keseragaman volume Direktorat Jendral Pengawasan Obat

dan Makanan RI, 1979)

  Volume tertera dalam penandaan Kelebihan volume yang dianjurkan Untuk cairan encer Untuk cairan kental 0,5 ml 0,10 ml 0,12 ml 1,0 ml 0,10 ml 0,15 ml 2,0 ml 0,15 ml 0,25 ml 5,0 ml 0,30 ml 0,50 ml

  10,0 ml 0,50 ml 0,70 ml 20,0 ml 0,60 ml 0,90 ml 30,0 ml 0,80 ml 1,20 ml

50,0 ml atau lebih 2% 3%

E. Kromatografi Lapis Tipis 1. Definisi dan instrumentasi

  Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul, atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing- masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Direktorat Jendral Badan Pengawasn Obat dan Makanan, 1995).

  Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pada pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi kromatografi adsorbsi, kromatografi partisi, kromatografi pasangan ion, kromatografi penukar ion, kromatografi eksklusi ukuran, dan kromatografi afinitas (Gandjar dan Rohman, 2007).

  Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi diantara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya, yang terelusi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melalui media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat berfungsi sebagai penjerap, seperti halnya penjerap alumina yang diaktifkan, silika gel, resin penukar ion, atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut, sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak ((Direktorat Jendral Badan Pengawasn Obat dan Makanan, 1995).

  Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan. merupakan kromatografi planar yang digunakan secara luas untuk analisis kualitatif dan dapat juga digunakan untuk analisis kuatitatif (Christian, 2004). KLT biasanya merupakan metode pilihan pertama dalam memisahkan suatu campuran. Pada kromatografi lapis tipis, fase diam berada pada pelat gelas, plastik atau logam dan sampel akan ditotolkan di atas pelat fase diam. Sampel melewati pelat fase diam bersama dengan fase gerak dengan daya kapilaritas. Volume sampel yang dapat digunakan pada kromatografi lapis tipis adalah 1 sampai 5 µL (Dean, 1995).

  Fase diam, fase gerak dan material lain yang dibutuhkan dalam persiapan lapis tipis harus memenuhi persyaratan spesifik yang ditentukan mengenai kemurnian, ukuran partikel dan sifat-sifat yang menentukan untuk adsorpsi, distribusi cair-cair, dan proses lainnya. Keuntungan besar dari KLT adalah kecepatan analisis sampel karena jarak elusi yang pendek (sekitar 10 sampai 15 cm) dan waktu elusi yang singkat (Dean, 1995).

  Bejana kromatografi harus tertutup rapat dan sedapat mungkin volume fase gerak sedikit mungkin (akan tetapi harus mampu mengelusi lempeng sampai ketinggian lempeng yang telah ditentukan). Untuk melakukan penjenuhan fase gerak, biasanya bejana dilapisi dengan kertas saring. Jika fase gerak telah mencapai ujung atas kertas saring, maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh. Selama proses elusi, bejana kromatografi harus ditutup rapat, misalkan dengan lembar alumunium dan sebagainya (Gandjar dan Rohman, 2007).

2. Pemisahan dan resolusi

  Koefisien R f merupakan kuantitas dasar yang digunakan untuk menunjukkan posisi dari solut pada pengembangan kromatogram. Retardation factor (R f ) merupakan perbandingan antara jarak yang ditempuh solut dengan jarak yang ditempuh fase gerak (Dean, 1995). Pemisahan kromatografi planar (kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas) pada umumnya dihentikan sebelum semua fase gerak melewati seluruh permukaan fase diam (Rohman, 2009).

  R f = (1) (Dean, 1995).

  Nilai R antara 0 (solut berada pada batas awal pengembangan) dan 0,999

  f

  (solut bermigrasi ke atas bersama dengan fase gerak). Perhitungan nilai R f dapat dilakukan dengan simbol yang ditunjukkan pada gambar 4.

  R =

  (2)

  f

  dengan : z = jarak yang ditempuh analit l = jarak yang ditempuh fase gerak (Kowalska, 1996).

  Gambar 4. Ilustrasi perhitungan nilai R (Kowalska, 1996) f Tujuan utama dari kromatografi adalah dapat memisahkan campuran solut.

  Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa dua spot akan saling berdampingan dan bertumpang tindih baik pada derajat kecil maupun derajat besar.

  Maka dari itu diperlukan suatu pengukuran pada pemisahan tersebut. Pemisahan pengukuran tersebut dapat dihitung sebagai R s , disebut resolusi. Pemisahan didefinisikan sebagai perbedaan antara waktu retensi 2 puncak yang saling

  2 -z 1 ) dibagi dengan rata-rata lebar puncak (w1+w2)/2 sebagaimana

  berdekatan (Δz = z diilustrasikan pada gambar berikut:

  R s = (3)

  

Gambar 5. Ilustrasi resolusi pada KLT: (a) kromatogram; (b) profil kromatografi masing-

masing bercak (Kowalska, 1996)

  Jika R=1 maka pemisahan yang terjadi adalah 98%. Untuk pemisahan yang baik, nilai R≥1,5 hal ini berarti pemisahan ≥99,7% (Sastrohamidjojo, 2002).

3. Sistem KLT

  a. Fase diam. Fase diam yang paling umum digunakan adalah silika gel, alumina, dan serbuk selulosa, tetapi material lain seperti Sephadex dan resin penukar ion telah digunakan untuk tujuan khusus. Silika gel mengandung partikel-partikel kecil dengan ukuran yang sangat seragam (6-10 µm) dengan permukaan yang halus dan homogen (Dean, 1995). Silika gel bersifat asam, memiliki kapasitas yang tinggi dan dapat digunakan untuk kromatografi adsorpsi maupun kromatografi partisi (Pescok, 1976).

  Gambar 6. Struktur Silika gel (Hauck and Mack, 1996)

  Partikel-partikel silika gel terdiri dari gugus-gugus hidroksil pada permukaan, gugus hidroksil tersebut akan berinteraksi hidrogen dengan molekul yang bersifat polar. Kandungan air dalam silika gel dapat mecegah molekul polar lainnya untuk mencapai permukaan dan berinteraksi hidrogen dengan gugus hidroksil, sehingga gel harus diaktifkan dengan pemanasan untuk menghilangkan kandungan air. Pemanasan dilakukan dengan meletakkan lempeng silika gel pada oven dengan suhu 110°C selama beberapa jam (Christian, 2004).

  Adsorpsi solut oleh fase diam atau oleh adsorben sangat tergantung pada struktur kimia solut atau adanya gugus aktif tertentu yang berinteraksi dengan adsorben, ukuran partikel adsorben, kelarutan solut dalam fase gerak. Semakin kecil ukuran partikel adsorben, maka luas permukaannya semakin luas sehingga interaksinya dengan solut juga semakin luas. Solut yang makin mudah larut dalam fase gerak akan semakin mudah lepas dari fase diam (Gandjar dan Rohman, 2007).

  b. Fase gerak. Pelarut yang digunakan harus memiliki kemurnian yang tinggi. Adanya sejumlah kecil air atau campuran lain yang tidak murni dapat pelarut yang digunakan untuk senyawa yang akan dianalisis dengan metode KLT, harus dapat melarutkan analit dengan sempurna, mudah menguap, viskositas rendah, serta dapat membasahi lapisan penyerap (Sherma, 1996).

  Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase gerak bergerak di dalam fase diam yaitu lapisan berpori karena ada gaya kapiler. Apabila diperlukan sistem pelarut multi komponen, maka harus berupa suatu campuran sederhana yang mungkin terdiri dari tiga komponen (Stahl, 1985).

  Berikut ini merupakan tabel beberapa nilai indeks polaritas dari beberapa pelarut yang sering digunakan:

  Tabel II. Nilai indeks polaritas pelarut (Snyder and Kirkland, 1997) Solvent Indeks Polaritas Nilai Eluotropik UV Cut off (nm)

Alumina C

18 Silika

  

Heksan 0,1 0,01 - 0,00 195

Sikloheksan 0,2 0,04 - - 200

  Toluen 2,4 0,29 - 0,22 284

  Tetrahidrofuran 4,0 0,45 3,7 0,53 212

  Etil asetat 4,4 0,58 - 0,48 256

  

Aseton 5,1 0,56 8,8 0,53 330

Metanol 5,1 0,95 1,0 0,7 205

Asetonitril 5,8 0,65 3,1 0,52 190

Dimetilformamida 6,4 - 7,6 - 268

  Dimetilsulfoksida 7,2 0,62 - - 268 Air 10,2 - - - 190

  Semakin besar nilai indeks polaritas yang dimiliki oleh pelarut maka semakin bersifat polar pelarut yang digunakan (Snyder and Kirkland, 1997). Untuk memilih fase gerak pada kromatografi lapis tipis adsorpsi berlaku aturan antara lain semua bahan atau senyawa yang akan dipisahkan harus memiliki kelarutan yang cukup terlalu kuat pada permukaan fase diam senyawa akan tetap di tempat (tidak terelusi). Disisi lain, jika terikat lemah pada permukaan fase diam tidak akan terjadi pemisahan dan semua campuran senyawa akan melewati fase diam bersama dengan fase gerak.

  Fase diam dan fase gerak tidak boleh bereaksi satu sama lain. Misalnya asam organik tidak digunakan sebagai fase gerak bila karbonat sebagai fase diam (Stahl, 1985).

4. Analisis kualitatif dan kuantitatif Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk uji identifikasi senyawa baku.

  Parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai R f . Dua senyawa dikatakan identik jika mempunyai nilai R f yang sama jika diukur pada kondisi KLT yang sama. Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil mungkin dan sesempit mungkin. (Gandjar dan Rohman, 2007).

  Ada 2 metode yang digunakan untuk analisis kuantitatif dengan KLT. Pertama, bercak diukur langsung pada lempeng dengan menggunakan ukuran luas atau dengan teknik densitometri. Cara kedua adalah dengan mengerok bercak lalu menetapkan kadar senyawa yang terdapat dalam bercak tersebut dengan metode analisis yang lain, misalkan dengan metode spektrofotometri (Munson, 1991).

  Untuk menjamin kondisi yang digunakan dalam analisis kuantitatif stabil dan reprodusibel, baik pada penyiapan sampel atau proses kromatografi, berikut beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam analisis kuantitatif: b. Baku dengan kemurnian yang tinggi dan telah diketahui harus tersedia

  c. Prosedur kalibrasi yang sudah diketahui harus digunakan Analisis kuantitatif dari suatu senyawa yang telah dipisahkan dengan KLT biasanya dilakukan dengan densitometer langsung pada lempeng KLT (atau secara in

  

situ ). Densitometer dapat bekerja secara serapan atau fluoresensi. Kebanyakan

  densitometer mempunyai sumber cahaya, monokromator untuk memilih panjang gelombang yang cocok, sistem untuk memfokuskan sinar pada lempeng, pengganda foton, dan rekorder. Pada sistem serapan dapat dilakukan dengan model pantulan atau transmisi. Pada cara pantulan, yang diukur adalah sinar yang dipantulkan, yang dapat menggunakan sinar tampak maupun ultraviolet. Sementara itu, cara transmisi dilakukan dengan menyinari bercak dari satu sisi dan mengukur sinar yang diteruskan pada sisi lain. Pada kenyataannya, hanya sinar tampak yang dapat digunakan untuk metode ini (Gandjar dan Rohman, 2007).

  F.

  

Densitometri Densitometri merupakan suatu analisis kuantitatif yang berdasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak KLT.

  Densitometri lebih banyak digunakan untuk megukur analit dengan kadar kecil yang mana perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu dengan KLT (Rohman, 2009).

  Pengukuran secara in situ suatu area dengan scanning densitometer adalah teknik yang digunakan untuk kuantitatif KLT. Jumlah senyawa yang dipisahkan dengan kromatografi lapis tipis dapat ditentukan kadarnya secara langsung pada lempeng kromatografi dengan pengukuran serapan UV/Vis maupun fluoresensi (Sherma, 1996).

  Pada densitometri serapan, bercak pada lempeng kromatografi lapis tipis dideteksi oleh sinar monokromatik dibentuk menjadi gambar celah dengan panjang celah dipilih sesuai dengan diameter dari spot terbesar. Karena respon deteksi dari reflektansi-absorbansi tidak linier dengan konsentrasi, maka standar kalibrasi disertakan dalam setiap sampel. Batas deteksi minimum untuk pengukuran dengan UV atau visible antara 100 pg sampai 100 ng setiap bercak (Dean, 1995).

G. Landasan Teori

  ®

  Colme merupakan obat tetes telinga yang mengandung kloramfenikol 10% dan lidokain HCl 4% dengan cairan pembawa propilenglikol. Dalam rangka penjaminan mutu obat maka perlu dilakukan penetapan kadar untuk mengetahui

Dokumen yang terkait

Penetapan kadar campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam sampel X@ dengan metode kromatografi tipis densitometri.

0 8 82

Validasi metode kromatografi lapis tipis densitometri pada penetapan kadar deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam kaplet.

0 9 107

Penetapan kadar campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam sampel X@ dengan metode kromatografi tipis densitometri

3 16 80

Analisis fenilbutazon pada jamu pegal linu yang beredar di kota surakarta dengan metode kromatografi lapis tipis - densitometri.

0 1 17

Validasi metode identifikasi sildenafil sitrat dan fenilbutazon dalam jamu obat kuat secara kromatografi lapis tipis - densitometri - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

3 10 17

Penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 1 78

Optimasi metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan tetes telinga Colme - USD Repository

0 0 159

Validasi metode kromatografi cair kinerja tinggi terbalik pada penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan tetes telinga Colme - USD Repository

0 0 141

Penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair Obat Herbal Terstandar (OHT) merk Kiranti dengan metode kromatografi lapis tipis-densitometri - USD Repository

0 0 132

Penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan tetes telinga Colme dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 1 94