Penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan tetes telinga Colme dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

   

PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DAN LIDOKAIN

HIDROKLORIDA DALAM SEDIAAN TETES TELINGA COLME

  ®

DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

FASE TERBALIK

  

 

 

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh:

  Efrida Lusia Sari Tambunan NIM: 088114033

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

  PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DAN LIDOKAIN HIDROKLORIDA DALAM SEDIAAN TETES TELINGA COLME ® DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK    

  SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh:

  Efrida Lusia Sari Tambunan NIM: 088114033

  i   ii  

iii  

  

Amsal 3: 12-14

“Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang

ayah kepada anak yang disayangi. Berbahagialah orang yang mendapat hikmat,

orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi

keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas.”

Kupersembahkan karyaku ini untuk: Orang tuaku yang luar biasa Adik-adikku yang tercinta Sahabat dan teman-temanku Almamater yang ku banggakan

  iv   v  

vi  

vii  

  

PRAKATA

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan berkat dan kasih-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Penetapan Kadar Kloramfenikol dan Lidokain Hidroklorida dalam Sediaan Tetes Telinga Colme

  ®

  dengan Metode KCKT Fase Terbalik” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Dalam pelaksanaan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan pengarahan, masukan, kritik dan saran baik selama penelitian maupun penyusunan skripsi ini.

  3. Bapak Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyusunan skripsi.

  4. Ibu Dra. M.M. Yetty Tjandrawati, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyusunan skripsi.

  5. Ibu dr. Fenty, M. Kes., Sp.PK, selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan semangat yang telah diberikan selama ini.

  6. Ibu Rini Dwi Astuti, M.Sc, Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  7. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat demi kemajuan mahasiswa dalam bidang farmasi.

  8. Seluruh staf laboratorium kimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma: Mas Bimo, Mas Parlan, Mas Kunto, Mas Otok, dan Pak Timbul yang telah banyak membantu selama penelitian di laboratorium.

  9. Pak Siswanto selaku manager Research and Development PT. Interbat yang telah membantu penulis dan tim penelitian dalam memperoleh baku kloramfenikol dan lidokain hidroklorida serta sampel obat tetes telinga

  ® Colme .

  10. Keluarga kedua sekaligus sahabat-sahabatku Ade Mauryn, Devi Sinaga, Mariana, Melisa Darmawan, Monika Dika dan Novie Imoliana, Caroline

  E. Daat, Eureka G. Letitia, Wiria S. Paiman, Rotua Silitonga, dan Yoestenia. Terima kasih untuk kebersamaan, canda, tawa, suka, duka yang telah kita lalui bersama.

  11. Theresia Wijayanti dan Winarti H. Wibowo, teman seperjuangan dan tempat berbagi keluh kesah selama penelitian dan penyusunan skripsi. I’ll

  never forget you two, guys.

  12. Tim “Kloramfenikol dan Lidokain Hidroklorida” Felicia Putri Hernat, Regina Clarissa dan Prasilya. Terima kasih untuk diskusi, kebersamaan, canda dan tawa selama penelitian skripsi. viii

   

  13. Anasthasia Mardila, Theresia Wijayanti, Winarti Wibowo, teman praktikum sejak semester pertama, tidak ada yang dapat menggantikan posisi kalian.

  14. Susi, Susan, Nona, Novi Chairio, Citra, Helena, Amel, Ayesa, dan Dina.

  Terima kasih untuk diskusi dan kebersamaannya selama penelitian di laboratorium.

  15. Elya Findawati dan Margareth Henrika Silow sebagai teman bermain yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  16. Kelompok praktikum A2, Sasa, Yessi, Sin Lie, Lele, Tere, Lala, dan Wiwi yang telah memberikan pengalaman yang berharga selama praktikum serta telah memberikan semangat dalam penyusunan dan ujian skripsi.

  17. Teman-teman kelompok praktikum A FST, dan teman-teman FST B atas tawa, canda, kebersamaan dan kekompakan yang begitu indah dan tak terlupakan.

  18. Keluarga besar kost “Sari Ayu I”, Ibu Anti, Devi, Morin, Novi, Marjan, Sasa, Monik, Kak Yanti, Kak Putri, Leza, Rotua, Yoestenia, Iness, Selly, Kak Ade, Dwi, Jolina atas semangat yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan dan ujian skripsi.

  19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam mewujudkan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis ix

    harapkan. Semoga skripsi ini membantu dan bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.

  Penulis x

   

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………. ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………. iii HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………….. iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………….. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………….. vi PRAKATA………………………………………………………….. vii DAFTAR ISI………………………………………………………... xi DAFTAR TABEL…………………………………………………... xv DAFTAR GAMBAR……………………………………………….. xvi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………... xviii

  INTISARI…………………………………………………………… xix

  

ABSTRACT………………………………………………………….. xx

  BAB I. PENGANTAR………………………………………………

  1 A. Latar Belakang…………………………………………………...

  1 1. Permasalahan………………………………………………...

  3 2. Keaslian penelitian…………………………………………..

  3 3. Manfaat penelitian…………………………………………...

  4 B. Tujuan Penelitian………………………………………………...

  4 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA……………………………….

  5 A. Kloramfenikol……………………………………………………

  5 xi  

  xii  

  17

  D. Bahan penelitian………………………………………………… E. Alat penelitian…………………………………………………...

  F. Tata cara penelitian……………………………………………… 1. Pemilihan sampel…………………………………………...

  2. Pembuatan fase gerak……………………………………….

  3. Pembuatan larutan baku kloramfenikol……………………..

  4. Pembuatan larutan baku lidokain hidroklorida……………...

  5. Penetapan panjang gelombang pengamatan kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dengan spektrofotometer UV…

  17

  17

  B. Variabel penelitian……………………………………………….

  18

  18

  19

  19

  19

  19

  20

  20

  C. Definisi operasional……………………………………………...

  A. Jenis dan rancangan penelitian…………………………………..

  B. Lidokain hidroklorida…………………………………………… C. Obat tetes telinga………………………………………………...

  H. Hipotesis…………………………………………………………

  D. Obat tetes telinga Colme

  ® ……………………………………….

  E. Spektrofotometri ultraviolet……………………………………..

  F. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi……………………………….

  1. Definisi dan instrumentasi…………………………………...

  2. Kromatografi partisi fase terbalik……………………………

  3. Analisis kualitatif dan kuantitatif…………………………… G. Landasan teori…………………………………………………...

  6

  16 BAB III. METODE PENELITIAN………………………………….

  7

  8

  9

  11

  11

  11

  14

  15

  21

  xiii  

  G. Penetapan Kadar Kloramfenikol dan Lidokain Hidroklorida dalam Sediaan Tetes Telinga Colme

  44 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..

  44

  44

  A. Kesimpulan……………………………………………………… B. Saran …………………………………………………………….

  41 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….

  38

  32

  28

  27

  26

  24

  24

  ® dengan Metode KCKT….

  F. Pembuatan Kurva Baku Kloramfenikol dan Lidokain Hidroklorida……………………………………………………..

  6. Pembuatan kurva baku kloramfenikol dan lidokain hidroklorida…………………………………………………

  ) Kloramfenikol dan Lidokain Hidroklorida………………………

  R

  E. Analisis Kualitatif Berdasarkan Waktu Retensi (t

  D. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan Kloramfenikol dan Lidokain Hidroklorida dengan Spektrofotometer UV………….

  C. Pembuatan Larutan Baku Kloramfenikol dan Lidokain Hidroklorida……………………………………………………..

  B. Pembuatan Fase Gerak…………………………………………..

  23 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………… A. Pemilihan Sampel………………………………………………..

  22

  22

  21

  G. Analisis Hasil……………………………………………………

  8. Penetapan kadar campuran kloramfenikol dan lidokain hidroklorida………………………………………………….

  7. Preparasi sampel…………………………………………….

  45 LAMPIRAN………………………………………………………… 48 BIOGRAFI PENULIS……………………………………………….

  73 xiv

   

  xv  

  

DAFTAR TABEL

Tabel I. Persyaratan keseragaman volume…………………......

  8 Tabel II. Indeks polaritas beberapa pelarut…………………......

  13 Tabel III. Keseragaman volume obat tetes telinga Colme

  ®

  ……... 25 Tabel IV. Data kurva baku kloramfenikol……………………….

  38 Tabel V. Data kurva baku lidokain hidroklorida……………......

  39 Tabel VI. Data kurva baku kloramfenikol modifikasi…………...

  39 Tabel VII. Data kurva baku lidokain hidroklorida modifikasi……

  39 Tabel VIII. Hasil penetapan kadar campuran kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam Colme

  ® ………………...

  42

  xvi  

  30 Gambar 9. Spektra tumpang tindih kloramfenikol 19,5 ppm dan lidokain hidroklorida 450 ppm………………………..

  35 Gambar 16 Bagian polar dan non polar lidokain hidroklorida……

  33 Gambar 15 Bagian polar dan non polar kloramfenikol……………

  33 Gambar 14 Kromatogram sampel adisi baku lidokain hidroklorida …………………………………………...

  33 Gambar 13 Kromatogram sampel………………………………….

  32 Gambar 12 Kromatogram baku lidokain hidroklorida (500 ppm)...

  31 Gambar 11. Kromatogram baku kloramfenikol (500 ppm)………...

  30 Gambar 10. Spektra tumpang tindih kloramfenikol 26 ppm dan lidokain hidroklorida 600 ppm ………………….........

  29 Gambar 8. Spektra tumpang tindih kloramfenikol 13 ppm dan lidokain hidroklorida 300 ppm ………………….........

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rumus struktur kloramfenikol………………………...

  29 Gambar 7. Gugus kromofor dan auksokrom lidokain hidroklorida……………………………………………

  11 Gambar 6. Gugus kromofor dan auksokrom kloramfenikol………

  10 Gambar 5. Peralatan KCKT……………………………………….

  …………………………….. 8 Gambar 4. Diagram tingkat energi elektronik……………………

  ®

  6 Gambar 3. Obat tetes telinga Colme

  5 Gambar 2. Rumus struktur lidokain hidroklorida…………………

  35

  xvii  

  Gambar 17. Interaksi kloramfenikol dengan fase diam C

  18

  (Oktadesilsilan) melalui interaksi Van Der Waals……

  36 Gambar 18. Interaksi lidokain hidroklorida dengan fase diam C

  18

  (Oktadesilsilan) melalui interaksi Van Der Waals dan interaksi ion-dipol……………………………………..

  36 Gambar 19. Interaksi kloramfenikol dengan fase gerak metanol:aquabides (95:5)……………………...............

  37 Gambar 20. Interaksi lidokain dengan fase gerak metanol:aquabides (95:5)……………………………...

  37 Gambar 21. Kurva hubungan antara jumlah kloramfenikol vs AUC………………………………………………..

  40 Gambar 22. Kurva hubungan antara jumlah lidokain hidroklorida vs AUC………………………………………………..

  40

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Sertifikat analisis kloramfenikol…………………...

  49 Lampiran 2 Sertifikat analisis lidokain hidroklorida……………

  50 Lampiran 3 Perhitungan bobot jenis sampel…………………….

  51 Lampiran 4 Perhitungan keseragaman volume sampel………….

  52 Lampiran 5 Penimbangan baku dan contoh perhitungan kadar

  53 baku……………………………………………….... Lampiran 6 Kromatogram baku…………………………………

  54 Lampiran 7 Kromatogram sampel……………………………….

  60 Lampiran 8 Kromatogram baku lidokain hidroklorida

  65 300 ppm……………………………………………. Lampiran 9 Data kadar kloramfenikol dan lidokain

  70 hidroklorida………………………………………… Lampiran 10 Contoh perhitungan kadar kloramfenikol dan

  70 lidokain hidroklorida………………………………. Lampiran 11 Perhitungan CV kloramfenikol dan lidokain

  71 hidroklorida dalam sampel………………………… xviii

   

  

INTISARI

  Kloramfenikol dan lidokain hidroklorida merupakan kombinasi zat aktif

  ®

  yang terdapat dalam sediaan tetes telinga Colme . Kombinasi zat aktif ditujukan untuk meningkatkan efek terapi bagi pasien sebagai pengguna obat. Penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida perlu dilakukan sebagai pengawasan mutu dari jumlah obat karena berkaitan dengan dosis obat dalam

  ® sediaan tetes telinga Colme .

  Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik yang digunakan adalah kondisi sistem yang optimal dan memenuhi parameter validasi. Sistem KCKT fase terbalik yang optimal menggunakan fase diam oktadesilsilan (C ), fase gerak

  18

  metanol:aquabides (95:5, v/v), kecepatan alir 1,0 ml/menit dengan detektor UV pada panjang gelombang 242 nm.

  Kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan yang diteliti yaitu 11,01-12,21% untuk kloramfenikol dan 3,62-4,09% untuk lidokain hidroklorida. Kadar kloramfenikol yang diperoleh sesuai dengan yang tertera pada label kemasan, namun untuk kadar lidokain tidak sesuai dengan yang tertera pada

  ® label kemasan obat tetes telinga Colme .

  

Kata kunci: kloramfenikol, lidokain hidroklorida, KCKT fase terbalik, penetapan

®

  kadar, sediaan tetes telinga Colme

                     

  xix  

  

ABSTRACT

 

  Chloramphenicol and lidocaine hydrochloride is a combination of active

  ®

  substances contained in Colme ear drops. The combination of active substances intended to improve the theraupetic effects for patiens. The determination of chloramphenicol and lidocaine hydrochloride is needed to quality control of the

  ® drugs because it is associated with amount of the drug in Colme ear drops.

  This study is a non experimental descriptive. Reversed phase High Performance Liquid Chromatography (HPLC) is used optimum conditions and fulfill the validation parameters. The optimal conditions of HPLC system is used stationary phase octadecylsylane (C

  18 ), mobile phase methanol:aquabides (95:5,

  v/v), flow rate 1,0 mL/min with UV detector at wavelength 242 nm.   The amount of chloramphenicol and lidocaine hydrochloride in the whole sample is 11,01%-12,21% for chloramphenicol and 3,62%-4,09% for lidocaine hydrochloride. The amount of cholramphenicol obtained is appropriate on the packaging label but the amount of lidocaine hydrochloride is inappropriate

  ®

  on the packaging label of Colme ear drops.  

  

Key words: chloramphenicol, lidocaine hydrochloride, reversed phase HPLC,

®

  determination, Colme ear drops  

   

  xx  

   

  kombinasi zat aktif yang terdapat di dalam sediaan obat tetes telinga. Kombinasi zat aktif dalam suatu sediaan bertujuan untuk meningkatkan daya kerja terapeutis dari sediaan. Sediaan obat tetes telinga yang mengandung zat aktif kloramfenikol

  ®

  dan lidokain hidroklorida adalah obat tetes telinga Colme . Obat tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan cairan obat ke dalam telinga (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979).

  Kloramfenikol merupakan antibiotik bakteriostatik berspektrum luas yang aktif terhadap organisme-organisme aerob dan anaerob gram positif maupun gram negatif (Katzung, 2004). Lidokain hidroklorida yang ditambahkan ke dalam obat tetes telinga diindikasikan sebagai zat pemati rasa lokal pada kulit yang mampu menghalangi rasa nyeri yang sering menyertai infeksi pada telinga (Tan dan Rahardja, 2010). Menurut Farmakope Indonesia IV sediaan obat tetes telinga mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 130% kloramfenikol dan untuk lidokain hidroklorida tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105% dari jumlah yang tertera pada etiket (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

  ®

  Makanan RI, 1995). Pada sediaan obat tetes telinga Colme tertera jumlah kloramfenikol sebesar 10% dan lidokain hidroklorida sebesar 4%. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida sebagai pengawasan mutu dari kandungan dalam sediaan obat tetes telinga tersebut.

  Pengawasan mutu dari jumlah obat adalah sangat penting karena berkaitan dengan dosis obat. Apabila dosisnya lebih rendah dari yang tertera pada etiket tidak akan menghasilkan efek terapi yang diinginkan sedangkan dosis yang berlebih akan menyebabkan terjadinya toksisitas pada tubuh pasien sehingga hal ini dapat merugikan pasien sebagai pengguna obat .

  Untuk menetapkan kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan tersebut diperlukan pemilihan metode analisis yang tepat karena metode analisis tersebut yang selanjutnya akan digunakan sebagai alat untuk pengawasan mutu dari jumlah obat apakah sesuai dengan yang tertera pada etiket. Penetapan kadar kloramfenikol dan benzokain dalam sediaan topikal dengan metode KCKT fase terbalik pernah dilakukan oleh Sadana dan Ghogare (1990). Kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dapat ditetapkan kadarnya dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik karena kloramfenikol dan lidokain hidroklorida memiliki kepolaran yang berbeda, sehingga dapat dipisahkan karena adanya perbedaan interaksi antara kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dengan fase diam yang bersifat non polar dan fase gerak yang bersifat polar.

  Selain itu KCKT memiliki kelebihan yaitu cepat, sensitif, dan memiliki daya pisah yang baik (Jhonson and Stevenson, 1978).

  Penelitian ini merupakan tahap akhir dari rangkaian penelitian “Penetapan Kadar Kloramfenikol dan Lidokain Hidroklorida dalam Sediaan Tetes

  ®

  Telinga Colme dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik” yang meliputi tahap optimasi, validasi, dan aplikasi. Dari hasil optimasi didapatkan sistem KCKT yang optimum menggunakan fase gerak campuran metanol:aquabides dengan komposisi 95:5 (v/v), fase diam oktadesilsilan (C

  18 )

  dengan kecepatan alir 1 mL/menit (Wibowo, 2011). Sistem ini juga memenuhi syarat parameter validitas yang baik, meliputi selektivitas, linearitas, akurasi, dan presisi (Wijayanti, 2011).

  a. Berapakah kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan obat

  ®

  tetes telinga Colme ?

  b. Apakah kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan obat

  ®

  tetes telinga Colme sesuai dengan yang tertera pada label kemasan? 2.

Keaslian Penelitian

  Penetapan kadar dari kloramfenikol dan benzokain secara simultan dalam sediaan topikal dengan metode KCKT fase terbalik pernah dilakukan oleh Sadana dan Ghogare (1990). Penetapan kadar kloramfenikol dalam sirup kloramfenikol dengan menggunakan metode KCKT fase terbalik dengan menggunakan kolom oktadesilsilan panjang 15 cm pernah dilakukan oleh Bernadete Eko R. (2004). Penetapan kadar kloramfenikol dalam suspensi kloramfenikol yang telah diisolasi menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet dilakukan oleh Fany Octavia (2005). Penerapan metode KCKT pada penetapan kadar kloramfenikol dalam sediaan kapsul dengan nama dagang dan generik dilakukan oleh Pasri (2010). Penetapan kadar lidokain HCl dalam sediaan injeksi secara spektrofotometri serapan atom tidak langsung dilakukan oleh Octaviana Manuhutu (2009). Penetapan kadar campuran hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam sediaan krim topikal menggunakan metode KCKT fase terbalik dilakukan oleh Octavianus Tri Harjanto (2009). Namun untuk penetapan

  ®

  kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan tetes telinga Colme dengan metode KCKT fase terbalik belum pernah dilakukan.

  3. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat Metodologis. Penelitian ini dapat menghasilkan prosedur penggunaan metode KCKT fase terbalik untuk menetapkan kadar kloramfenikol

  ® dan lidokain hidroklorida dalam sediaan tetes telinga Colme .

  b. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi apakah kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan

  ® tetes telinga Colme sesuai dengan yang tertera pada label kemasan.

  B.

  

Tujuan Penelitian

  1. Mengetahui kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida yang terkandung

  ®

  dalam sediaan obat tetes telinga Colme menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik.

  2. Mengetahui kesesuaian kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida yang

  ditetapkan kadarnya dengan jumlah yang tertera pada label kemasan sediaan

  ® obat tetes telinga Colme .

   

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Kloramfenikol Kloramfenikol merupakan antibiotik dengan spektrum luas yang bersifat

  bakteriostatik, mekanisme kerjanya menghambat sintesis protein bakteri dengan cara berikatan pada ribosom 50s sehingga menghambat pembentukan rantai peptida (Sukandar et al, 2008).

  Kloramfenikol berbentuk serbuk hablur halus yang berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan, dan stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Kloramfenikol memiliki berat molekul 323 gram/mol; pKa 5,5; kelarutan dalam air 1:400; kelarutan dalam etanol 1:2,5; 1 % E 176) (Clarke, 1986). λmaks kloramfenikol dalam air yaitu 278 nm ( 1cm Kloramfenikol termasuk senyawa antibiotik yang paling stabil. Larutan dalam air pada pH 6 menunjukkan kecenderungan terurai yang paling rendah (Schunack et

  al, 1990).

  

H OH

OH H NHCOCHCl 2 O N 2

   

Gambar 1. Rumus struktur kloramfenikol (Hutt dan Graddy, 1996) Tetes telinga kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0% kloramfenikol dari jumlah yang tertera pada etiket (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

  Lidokain hidroklorida adalah zat pemati rasa lokal yang pada kulit dan selaput lendir mampu menghalangi rasa nyeri, perasaan terbakar atau gatal (Tan dan Rahardja, 2010).

  Lidokain hidroklorida berbentuk serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Lidokain sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam kloroform dan tidak larut dalam eter (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Lidokain hidroklorida memiliki pKa 7,9. Lidokain hidroklorida memiliki berat molekul sebesar 288,8 gram/mol. Lidokain dalam etanol memiliki serapan maksimum pada daerah uv pada panjang gelombang 263 1 % nm ( E 13,5) (Clarke,1986). 1cm CH 3 N H O N CH 3

  . HCl . H O CH CH 3 3

  2      

   

Gambar 2. Rumus struktur lidokain hidroklorida (British Pharmacopeia Comission, 2009)

  Larutan topikal lidokain hidroklorida mengandung lidokain hidroklorida tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

  C.

Obat Tetes Telinga

  Obat tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan ke dalam telinga (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979). Tetesan adalah sediaan cair yang mengadung bahan obat atau sediaan obat atau bahan obat dan sediaan obat terlarut, teremulsi atau tersuspensi, ditakar berdasar jumlah tetesan. Untuk tetesan tertentu yang digunakan di telinga, dinamakan tetes telinga ( Otoguttae) (Voigt, 1995). Menurut Allen (2002) obat tetes telinga yang berwujud cair dapat berupa bentuk larutan dan suspensi. Cairan pembawa yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang cocok agar obat mudah menempel pada dinding telinga; umumnya digunakan gliserol dan propilenglikol (Direktorat Jenderal Pegawasan Obat dan Makanan RI, 1979).

  Pembawa yang kental memungkinkan kontak yang lebih lama antara obat dengan jaringan telinga. Sifat higroskopis dari cairan pembawa juga memungkinkan menarik kelembapan dari jaringan telinga sehingga mengurangi peradangan dan membuang lembab yang tersedia untuk proses kehidupan mikroorganisme yang ada (Ansel, 2008).

  Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi III, untuk sediaan tetes telinga yang merupakan sediaan steril volume isi netto setiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Kelebihan volume yang danjurkan tertera dalam tabel berikut:

  

Tabel I. Persyaratan keseragaman volume

(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979)

Volume pada etiket Volume tambahan yang dianjurkan cairan encer cairan kental

  0,5 ml 0,10 ml 0,12 ml 1,0 ml 0,10 ml 0,15 ml 2,0 ml 0,15 ml 0,25 ml 5,0 ml 0,30 ml 0,50 ml 10,0 ml 0,50 ml 0,70 ml 20,0 ml 0,60 ml 0,90 ml 30,0 ml 0,80 ml 1,20 ml 50,0 ml atau lebih 2% 3%

  D.

  

Obat Tetes Telinga Colme

® Gambar 3. Obat tetes telinga Colme ® (Anonim b , 2011)

  Obat tetes telinga Colme

  ®

  diproduksi oleh PT. Interbat. Colme

  ®

  mengandung kloramfenikol 10%, lidokain HCl 4%, dan propilen glikol. Volume 8 mL untuk tiap kemasan. Obat tetes telinga Colme digunakan untuk indikasi otitis eksterna, media akut dan kronis, neuro dermatitis, eksema pada meatus, auditorius, nyeri telinga (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2010). Kloramfenikol merupakan antimikroba spektrum luas yang aktif terhadap bakteri gram-positif dan bakteri gram-negatif, mekanisme kerjanya adalah menghambat sintesis protein sel mikroba. Obat tetes telinga Colme

  ®

  tidak dapat digunakan untuk penderita yang hipersensitif terhadap kloramfenikol dan lidokain serta perforasi timpani. Efek samping dari Colme

  ®

  yaitu iritasi lokal seperti gatal-gatal, rasa terbakar, urtikaria, dermatitis vesikular, dan dermatitis makulopapular. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan pertumbuhan berlebihan dari mikroorganisme yang tidak peka termasuk fungi, bila terjadi superinfeksi pengobatan dihentikan. Aturan pakai untuk dewasa dan anak-anak yaitu 2-3 tetes, 2-3 kali sehari. Wadah disimpan dalam kondisi tertutup rapat, dihindari terjadinya kontaminasi dan disimpan di bawah 25ºC terlindung dari cahaya matahari

  b (Anonim , 2011).

  E.

Spektrofotometri Ultraviolet (UV)

  Spektrofotometri ultraviolet adalah teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik dekat (190-380 nm) dengan memakai instrument spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995). Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi (Khopkar, 1990). Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan atas interaksi yang terjadi antara radiasi elektromagnetik dengan atom atau molekul. Jika suatu molekul dikenai suatu radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai sehingga energi tersebut ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, maka terjadi peristiwa penyerapan (absorpsi) energi oleh molekul (Gandjar dan Rohman, 2007).

  Akibat adanya absorpsi radiasi elektromagnetik oleh molekul maka akan terjadi eksitasi elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal sebagai elektron “anti bonding”. Terdapat empat jenis transisi elektronik yaitu

  σ→ σ*, π→ π*, n→ σ*, dan n→ π*. Eksitasi elektron σ→ σ* memberikan energi terbesar dan terjadi pada daerah ultraviolet jauh yang diberikan oleh ikatan tunggal, sebagai contoh alkana. Eksitasi π→ π* diberikan oleh ikatan rangkap dua dan tiga

  (alkena dan alkana) juga terjadi pada daerah ultraviolet jauh. Eksitasi n → σ* terjadi pada gugus karbonil (dimetil keton dan asetaldehid) pada daerah ultraviolet jauh (Mulja dan Suharman, 1995).

  

Gambar 4. Diagram tingkat energi elektronik (Mulja dan Suharman, 1995)

  Transisi yang paling cocok untuk analisis adalah transisi n → π* dan π→

  π* karena berada pada panjang gelombang 200-700 nm. Kedua transisi ini membutuhkan adanya kromofor dalam struktur molekulnya, yaitu gugus fungsional tidak jenuh yang menyediakan orbital

  π yang dapat menyerap pada daerah ultraviolet (Skoog, 1985). Pada senyawa organik, selain kromofor dikenal pula gugus auksokrom yaitu gugus fungsionil yang mempunyai elektron bebas seperti -OH, -O, -NH dan -OCH yang memberikan transisi n

  2

  3

  → σ*. Terikatnya gugus auksokrom oleh gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih panjang (batokromik) disertai peningkatan intensitas (efek hiperkromik) (Mulja dan Suharman, 1995).

  F.

  

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

1.

Definisi dan Instrumentasi

  Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan salah satu metode kromatografi cair yang fase geraknya dialirkan secara cepat dengan bantuan tekanan, dan hasilnya dideteksi dengan instrumen (Willard et al, 1988). Pada akhir tahun 1970, perkembangan instrument ini dapat menghasilkan pemisahan yang baik atau menghasilkan penampilan peak yang baik sehingga sistem ini lebih dikenal dengan KCKT (Kromidas, 2000). Pemisahan pada KCKT merupakan hasil dari interaksi yang spesifik antara solut dengan fase diam dan fase gerak (Dean, 1995). Instrumen KCKT dapat dilihat pada Gambar 5.

  a

Gambar 5. Peralatan KCKT (Anonim , 2011)

2.

Kromatografi Partisi Fase Terbalik

  Konsep pengembangan kromatografi cair partisi yaitu perlakuan sampel dalam kondisi cair-cair tergantung pada kelarutannya di dalam kedua cairan yang terlibat. Jika solut ditambahkan ke dalam kondisi yang terdiri atas dua pelarut yang tidak bercampur dan keseluruhan kondisi dibiarkan seimbang, solut akan tersebar antara kedua fase itu menurut persamaan:

  

C

s

  K = (1)

  

C

m

  K adalah koefisien distribusi, Cs adalah konsentrasi solute dalam fase diam dan Cm adalah konsentrasi solut dalam fase gerak (Skoog et al, 1998).

  Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode kromatografi partisi fase terbalik yaitu kolom, fase gerak, dan detektor.

  a. Kolom. Kolom yang digunakan dalam pemilihan metode kromatografi ini adalah kemasan fase terikat. Fase diam yang biasa digunakan pada kromatografi partisi fase terbalik adalah oktadesilsilan (C

  18 ). Selain ODS,

  dikenal pula silika dengan substitusi oktil (C

  8 ) (Munson, 1991). Oktadesilsilan

  (C ) merupakan fase diam, yang paling banyak digunakan karena mampu

  18

  memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi (Gandjar dan Rohman, 2007).

  b. Fase gerak. Fase gerak pada KCKT sangat berpengaruh pada tambatan sampel dan pemisahan komponen dalam campuran. Syarat fase gerak yaitu murni, tidak bereaksi dengan kemasan,sesuai dengan detektor, dan dapat melarutkan cuplikan (Johnson dan Stevenson, 1978). Pada fase terbalik kandungan utama fase geraknya adalah air. Pelarut yang dapat campur dengan air seperti metanol, etanol, asetonitril, dan tetrahidrofuran ditambahkan untuk mengatur kepolaran fase gerak. Kepolaran dinyatakan dalam indeks polaritas (P’) yang dapat dihitung dengan persamaan berikut:

  P’ =

  Φa P’a + Φb P’b (2)

    dan Φa Φb adalah fraksi pelarut a dan b dalam campuran, sedangkan P’a

  dan P’b adalah angka P’ pelarut murni (Gritter et al., 1991). Berikut adalah nilai indeks polaritas (P’) dari beberapa pelarut pada KCKT fase terbalik:

  Tabel II. Indeks polaritas beberapa pelarut (Snyder et al., 1997) Nilai Eluotropik Indeks UV Cut Solvent Silik Polaritas off (nm) Alumina C18 a

  • Heksan 0,1 0,01 0,00 195
  • Sikloheksan 0,2 0,04 - 200 Toluen 2,4 0,29 0,22 284 - tetrahidrofuran 4,0

  0.45 3,7 0,53 212 0.58 0,48 256

  • Etil asetat 4,4 Aseton 5,1 0,56 8,8 0,53 330 Metanol 5,1 0,95 1,0 0,7 205 Asetonitril 5,8 0,65 3,1 0,52 190 Dimetilformamida 6,4 - 7,6 - 268 Dimetilsulfoksida 7,2 0,62 - - 268
  • Air 10,2 190 - -

  c. Detektor. Menurut Johnson dan Stevenson (1978), detektor diperlukan untuk mendeteksi adanya komponen cuplikan yang terdapat dalam kolom serta untuk mengukur jumlah komponen yang ada dalam cuplikan. Detektor yang baik adalah detektor yang memenuhi persyaratan sensitivitas yang

  • 8 -15

  tinggi dengan rentang sensitivitas 10 -10 gram solut per detik, kestabilan dan reprodusibilitas yang sangat baik, respon yang liniear terhadap konsentrasi solut, dapat bekerja dari temperatur kamar sampai 400ºC, tidak dipengaruhi perubahan temperatur dan kecepatan pelarut pengembang, mudah didapat, mudah dipakai operator, selektif terhadap macam-macam linarut dalam pelarut pengembang dan tidak merusak sampel (Mulja dan Suharman, 1995).

  Secara umum detektor dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1) Bulk property detectors.

  Jenis detektor ini mengukur perubahan sifat fisik gerak dan solut. Tipe ini cenderung relatif tidak sensitive dan menghendaki suhu yang terkendali.

  Contoh detektor jenis ini yaitu detektor indeks bias. 2) Solut property detectors. Detektor tipe ini 100 kali lebih sensitive dan mampu mengukur solut sampai satuan nanogram atau lebih kecil lagi. Contoh detektor jenis ini yaitu detektor flurosensi, detektor penyerapan (UV-Vis), dan detektor elektrokimia (Munson, 1991).

Dokumen yang terkait

Optimasi komposisi dan kecepatan alir fase gerak metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik untuk penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat pemutih kulit merk ``X``.

0 10 99

Validasi metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik untuk penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat pemutih kulit merek "X".

1 1 114

Optimasi pemisahan dan penetapan kadar campuran parasetamol dan natrium fenobartial dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 127

Optimasi pemisahan campuran hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam krim merek X menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 146

Penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 1 78

Penetapan kadar aspartam dalam minuman serbuk beraoma merek ``X`` secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 83

Optimasi pemisahan campuran parasetamol dan ibuprofen dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

1 2 119

Validasi metode penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair obat herbal terstandar merk Kiranti secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 118

Optimasi metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan tetes telinga Colme - USD Repository

0 0 159

Validasi metode kromatografi cair kinerja tinggi terbalik pada penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan tetes telinga Colme - USD Repository

0 0 141