BAB VII ASPEK KELEMBAGAAN - DOCRPIJM 1504143830BAB VII

BAB VII ASPEK KELEMBAGAAN Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya,

  untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

7.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

  Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan Kota Magelang.

1. Undang-Undang Nomor

  32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

  Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas- luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

  Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

  Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

  

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan

  PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

  PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi

  “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum

  ”.

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

  

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang

Organisasi Daerah

  Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing- masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

  Walikota DPRD Sekretaris Daerah

  Lembaga / Dinas

  Badan Sumber: PP 41/2007

Gambar 7.1 Keorganisasian Pemerintah Kota Magelang

  

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN

2010-2014

  Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

  Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan

  e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan

  pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

  

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun

2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010- 2025\

  Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah.

  Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).

  Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu: a. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi

  K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi; b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang- undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

  c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugasdan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat; d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

  e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi; f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem

  Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP); g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

  h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota. i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

  Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar 7.2 berikut ini.

Gambar 7.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

6. Instruksi Presiden No.

  9 Tahun 2000 tentang

Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

  Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarus-utamaan gender terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas fungsi, serta kewenangan masing- masing.

  Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang Cipta Karya.

  

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum

  Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke-PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.

  Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

  

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007

tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

  Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

  

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman

Standar Pelayanan Perkotaan

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

  

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman

Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja

Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

  Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

7.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini

  Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah Kota Magelang yang menangani bidang Cipta Karya.

7.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.

  Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang cipta karya, informasi yang perlu disajikan antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur Organisasi Pemerintah Kota Magelang.

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  2. Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kota Magelang saat ini.

  3. Gambaran struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang Cipta Karya saat ini.

  4. Penjelasan tentang tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya dalam Struktur Organisasi Pemerintah Kota Magelang.

7.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Sebagaimana ditetapkan dalam Program Reformasi Birokrasi, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

  Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

  Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan. Dengan mengacu pada tabel berikut, dapat dicantumkan

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 penjabaran peran masing- masing instansi dalam pembangunan bidang Cipta Karya.

Tabel 7.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya Unit / Bagian

  Peran Instansi dalam yang Menangani No. Instansi Pembangunan Bidang CK Pembangunan Bidang CK

  1. Bappeda SKPD perencanaan Fispra pembangunan yang terdiri dari bidang perencanaan ekonomi, bidang perencanaan social,budaya dan bidang perencanaan fisik,sarana dan prasarana.

  2. Dinas PU Dinas yang pengampu bidang keciptakaryaan, bidang bina marga dan bidang pengairan, drainase dan ESDM

  3. Dinas SKPD teknis pengelola Kebersihan persampahan, pertamanan ,Pertamanan dan dan limbah Tata Kota

  4. Dinas Pertanian, SKPD teknis yag mengampu peternakan dan pengawasan dan pengendalian perkebunan alih fungsi lahan pertanian.

  5. PDAM SKPD teknis berbentuk Perusahan Daerah yang mengelola kebutuhan Air Minum di wilayah Kota Magelang dan sekitarnya

  6. KLH SKPD teknis pengawasan dan antisipasi perubahan kondisi lingkungan

  Lembaga-lembaga Non pemerintah yang terlibat adalah lembaga swadaya masyarakat yang konsentrasi dibidang keciptakaryaan, serta lembaga swasta lainnya yang membidangi hal yang sama.

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  

7.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta

Karya

  Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya;

  Untuk peningkatan kapasitas daerah, pemerintah kota Magelang telah berupaya mengatur kelembagaan daerah dalam rangka mencapai efisiensi dan efektivitas pembangunan.

  Kelembagaan tersebut disusun dengan mengacu berbagai peraturan perundang-undangan nasional yang memisahkan antara institusi perencanaan, pelaksana, pengawasan dan admninstratif lainnya. Pembentukan kelambagaan telah mempertimbangakan kebutuhan daerah, kemampuan daerah dan ketersediaan sumberdaya lainnya.

  Dalam rangka penyelenggaraan pembangunan, tidak cukup hanya dilakukan oleh lembaga eksekutif pemerintah daerah otonom, namun perlu dukungan dari legislatif, yudikatif dan peran serta dari NGO dan pihak-pihak swasta pemilik modal, serta masyarakat luas. Untuk menghindari adanya daerah-daerah tertinggal di wilayah perbatasan, koordinasi dan kerjasama antar wilayah juga perlu mendapat perhatian. Perhatian peningkatan pembangunan hanya pada wilayah tertentu sudah waktunya untuk digeser bahwa percepatan pembangunan tanpa mengenal batas wilayah, sehingga keterbukaan untuk berkoordinasi dan sinkronisasi merupakan hal penting yang tidak dapat diabaikan.

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  27 orang Gol IV: 4 orang Pria :103 orang Wanita : 12 orang < SMA : 63 orang

  < SMA : 3 orang SMA : 16 orang D3 : 3 orang D4 : 2 orang S1 : 25 orang S2 : 3 orang S3 : 0 orang Jafung TBP:

  38 orang Gol IV: 7 orang Pria : 22 orang Wanita : 30 orang

  III:

  Gol II : 7 orang Gol

  Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Gol I : 0 orang

  Jafung TBP: ... orang Jafung TPL: ..

  SMA : 17 orang D3 : 6 orang D4 : 2 orang S1 : 23 orang S2 : 3 orang S3 : 0 orang

  Pria : 34 orang Wanita : 19 orang < SMA : 2 orang

  Gol II : 7 orang Gol III : 40 orang Gol IV: 5 orang

  Dinas Pertanian ,peternakan dan perkebunan Gol I : 1 orang

  Jafung TBP: ... orang Jafung TPL: ..

  SMA : 29 orang D3 : 2 orang D4 : 1 orang S1 : 16 orang S2 : 4 orang S3 : 0 orang

  III:

Tabel 7.2 Komposisi Pegawai Unit Kerja Bidang Cipta Karya

  Gol I : 52 orang Gol II: 32 orang Gol

  Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota

  Jafung TBP: ... orang Jafung TPL: .

  < SMA : 2 orang SMA : 2 orang D3 : 3 orang S1 : 14 orang S2 : 11 orang S3 : 0 orang

  21 orang Gol IV: 4 orang Pria : 18 orang Wanita : 14 orang

  III:

  Gol

  Jafung TBP: ... orang Jafung TPL: .. Bappeda Gol I : 1 orang Gol II: 6 orang

  < SMA : 14. orang SMA : 23 orang D3 : 4 orang S1 : 18 orang S2 : 3 orang S3 : 0 orang

  IV: 1 orang Pria : 55 orang Wanita : 7 orang

  Latar Belakang Pendidikan Jabatan Fungsional Dinas PU Gol I : 8 orang Gol II : 20 orang Gol III :33 orang Gol

  Unit Kerja Golongan

Jenis

Kelamin

  ... orang Jafung TPL: ..

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang Pendidikan Jabatan Fungsional

  < SMA : 2 orang SMA : 4 orang D3 : 3 orang D4 : 0 orang S1 : 6 orang S2 : 4 orang S3 : 0 orang Jafung TBP:

  2. Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi?

  1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku?

  Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:

  7.3.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah Kota Magelang yang menangani bidang Cipta Karya.

  7.3 Analisis Kelembagaan

  ... orang Jafung TPL: ..

  13 orang Gol IV: 1 orang Pria : 11 orang Wanita : 8 orang

  PDAM ( Perusahaan

  III:

  Gol II : 5 orang Gol

  KLH ( Kantor Lingkungan Hidup ) Gol I : 0 orang

  ... orang Jafung TPL: ..

  SMA : ... orang D3 : ... orang S1 : ... orang S2 : ... orang S3 : ... orang Jafung TBP:

  IV: ,,, orang Pria : ... orang Wanita : ... orang < SMA : ... orang

  Gol I : ... orang Gol II: ... orang Gol III: ... orang Gol

  Daerah Air Minum )

  3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi?

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam keorganisasian perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

  Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah dengan melakukan diskusi antar anggota Tim RPIJM.

7.3.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut:

  1. Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Kota Magelang telah menguraikan tupoksi dari masing-masing dinas/unit kerja yang ada?

  2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait bidang cipta karya yang terjadi selama ini?

  3. Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 41 tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua sektor bidang cipta karya yaitu bidang air minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan penataan bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk?

  4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

  5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

  

7.3.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta

Karya

  Analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya.

  Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai berikut :

  1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya?

  2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

  3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

7.3.4 Upaya Peningkatan Kapasitas

  Pelaksanaan desentralisasi membutuhkan upaya-upaya koordinasi yang mampu menjamin agar tujuan pelaksanaan desentralisasi sebagaimana diamanahkan dalam Undang-undang nomor 22 tahun 1999 Jo. Undang-undnag nomor 32 tahun 2004 dapat terwujud.

  Dalam KNP2K ( Kerangka Nasional Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas) yang dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Bappenas pada tanggal 6 nopember 2002, perlu melakukan

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 reformasi kelembagaan, memperbaiki tata-kerja dan mekanisme koordinasi, peningkatan SDM, ketrampilan dan kualifikasinya, perubahan pada system nilai dan sikap, dan keseluruhan kebutuhan otonomi daerah bagi pendekatan baru untuk melaksanakan good governance, system administrasi dan amekanisme partisipasi dalam pembangunan, sehingga dapat memenuhi tuntutan untuk lebih baik dalam melaksanakan demokrasi. Secara rinci tujuan KNP2K adalah ; (1) mengakselerasi pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (2) penataan secara ptoporsional, tugas, fungsi, system keuangan, mekanisme dan tanggung jawab dalam rangka pelaksanaan peningkatan kapasitas daerah; (3) monilisasi sumber-sumber dana Pemerintah, Daerah dan lainnya serta (4) penggunaan sumber- sumber dana secara efektif dan efisien.

  Peningkatan kapasitas di kota Magelang, diharapkan akan mampu mencapai tujuan keempat tujuan KNP2K tersebut di daerah. Dengan kelembagaan yang baik akan dapat dengan mudah dilaksanakan koordinasi, sinkronisasi, sehingga terhindar adanya program dan kegiatan tumpang tindih dengan harapan akhir terjadi effisiensi dan effektivitas pelaksanaan program- program pembangunan. Dari hal tersebut, alokasi dana untuk kesejahteraan masyarakat benar-benar dapat dimanfaatkan secara opotimal, sehingga akan terjadi percepatan pencapaian kesejahteraan masyarakat dan ketimpangan batas wilayah akan dapat dihindari.

  Dalam peningkatan kapasitas mengacu pada prinsip (1) bersifat multidimensional ; (2) menyangkut multiple stakeholders dan (3) bersifat demand driven; serta (4) mengacu pada kebijakan nasional.

  Dalam rangka peningkatan kapasitas, terdapat tiga level intervensi agar dapat dicapai efektifitas dan keberlanjutan yaitu (1) level system; (2) level kelembagaan dan (3) level individu, Level

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018 Sistem mencakup perumusan kembali kerangka kebijakan pengaturan bagi tercapainya tujuan-tujuan kebijakan tertentu, pada tingkat kelembagaan menyangkut struktur organisasi, prosaes pengambilan keputusan, mekanisme tata kerja, instrument manajemen, tata hubungan dan jejaring organisasi, sedangkan pada level individu terkait dengan peningkatan ketrampilan, kualifikasi, pengetahuan, sikap, etika dan motivasi kerja.

  Agenda pengembangan kapasitas dalam mendukung desentraslisasi mencakup 8 agenda sebagaimana disyaratkan dalam KNP2KDMS yaitu (1)pengembangan peraturan perundang- undnagan yang dibutuhkan untuk mendukung desentralisasi; (2) pengembangan kelembagaan daerah; (3) pengembangan personil daerah; (4) peningkatan kapasitas DPRD, Badan Perwakilan Desa, ORNOP dan Organisasi Kemasyarakatan; (5) Pengembangan Keuangan Daerah; (6) Pengembangan system perencanaan; (7) pengembangan ekonomi daerah dan (8) pengembangan kemampuan mengelola masa transisi.

7.3.5 Analisis Masalah dan Program

  Sebagaimana halnya pelaksanaan pengembangan kelembagaan daerah yang dihadapi daerah lain, permasalahan yang dihadapi pemerintah Kota Magelang : (1) Bagaimana mengoptimalkan tugas, wewenang dan tanggung jawab instansi yang dalam hal ini kurang tercermin dengan jelas dan tajam dalam tugas, pokok dan fungsi organisasi, sehingga menimbulkan persepsi yang tidak sama. Hal ini menyulitkan dalam koordinasi antar instansi. (2) Ketatalaksanaan penyelenggaraan RPIJM di daerah kurang optimal.

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  (3) Keterbatasan sumber daya manusia yang berada pada institusi terkait kurang memiliki kualitas/kapasitas yang dibutuhkan. (4) Kurangnya fasilitas IT dan kurang optimalnya penggunaan IT yang ada, merupakan kendala, sehingga koordinasi dan sinkronisasi membutuhkan ruang dan waktu yang kurang memadai, sehingga menghambat penyelesaian tugas. (5) Adanya kelemahan dalam sistem pengendalian manajemen pemerintahan.

  Manajemen pemerintahan Daerah, meliputi perencanaan pembangunan daerah, implementasi, pelaporan, monitoring, dan evaluasi serta pengawasan dari seluruh kegiatan Pemerintah Kota Magelang belum sepenuhnya berjalan efektif. (6) Rendahnya kinerja sumber daya manusia dan kelembagaan aparatur negara pada saat ini persepsi masyarakat terhadap kinerja aparatur masih rendah. Hal itu tercermin dari masih seringnya terdengar keluhan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh aparatur. Selain itu masih sering dijumpainya permasalahaan in-efisiensi penggunaan sumber daya daerah. (7) Sumber daya manusia yang meliputi rendahnya kualitas, kurangnya kuantitas dan sebagainya.

7.3.6 Analisis SWOT Kelembagaan

  Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT.

  Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).

  Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kelembagaan.

Tabel 7.3 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan

  Analisis terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kelembagaan daerah di kota Magelang adalah sebagai berikut :

  Analisis SWOT : Strength Weakness KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)

  1. Wilayah Kecil

  1. Kepadatan penduduk

  2. Pusat hinterland dan tinggi pemerintahan (Bakorwil II)

  2. Kemungkinan  Daerah tujuan STRATEGI pengangguran

  3. PDRB per kapita relative meningkat tinggi

  3. Kesenjangan

  4. Infrastruktur memadai pendapatan relatif tinggi

  4. Biaya pemeliharaan infrastrukur tinggi Kesempatan Strategi (SO) Staregi (WO) Opportunities (O)

  1. Pengembangan

  1. Perlu skala prioritas

  1. Pengembangan sektor

berbagai sector pengembangan ekonomi diprioritaskan

ekonomi sekunder dan 2. pemanfaatan potensi dengan memperhatikan

tersier lebih untuk mengembangkan potensi masyarakat

memungkinkan potensi ekonomi rakyat

  2. Setiap pengembangan 2. masyarakat memiliki

  3. Pengarahan investasi usaha seluas-luasnya peluang usaha lebih pada sektor-sektor diarahkan untuk luas, terutama jasa dan potensial dengan memberikan perdagangan mengutamakan produk kesempatan kerja

3. Potensi investasi tinggi unggulan daerah

  3. Perhatian lebih DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  1. Perhatian lebih serius terhadap kawasan dan permukiman kumuh

   Mengembangkan strategi SO (kuadran I), yaitu strategi agar kekuatan yang dimiliki organisasi mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada

  b. Melakukan perumusan strategi berdasarkan kolaborasi dari faktor-faktor analisis SWOT, yaitu sebagai berikut.

  Sumber : Hasil analisa 2013 Berdasarkan tabel SWOT di atas, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a. Menginventarisasi faktor-faktor dari metode SWOT yaitu kekuatan (internal), kelemahan (internal), peluang (eksternal) dan ancaman (eksternal) kelembagaan organisasi perangkat kerja daerah, khususnya terkait dengan bidang Cipta Karya.

  4. Perlu kelembagaan dan Manajemen infrastruktur yang terpadu

  3. Perlu pembinaan IKM dan UKM auntuk memelihara keberlanjutan usaha

  2. Perlu perhatian dalam pembinaan dan penataan sektor informal

  

1. Penataan kawasan yang

lebih manusiawi dan

berwawasan lingkungan

  4. Potensi pengembangan sektor transportasi tinggi

  4. Potensi kemacetan dan kerawanan kecelakaan tinggi

  3. Kemungkinan meningkatnya kredit macet dari UKM/IKM

  2. Berkembangnya sector informal sebagai daya tawar akan demand yang cenderung tinggi

  1. Munculnya kawasan dan permukiman kumuh

  Ancaman Threats (T) Strategi (ST) Strategi (WT)

  

4. Pengelolaan/manajemen

transportasi yang baik

terhadap penghasilan tenga kerja (UMR).

   Mengembangkan strategi ST (kuadran II), yaitu dengan kekuatan yang dimiliki organisasi, dapat dirumuskan strategi untuk mengurangi dampak dari pengaruh eksternal yang mempengaruhi kinerja organisasi.  Mengembangkan strategi WO (kuadran III), yaitu memperbaiki kelemahan- kelemahan organisasi yang ada dengan memanfaatkan peluang yang ada.  Mengembangkan strategi WT (kuadran IV). Untuk strategi ini maka diperlukan upaya yang sangat besar karena selain memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, juga harus melakukan upaya-upaya untuk meminimalisir ancaman- ancaman yang berpotensi untuk melemahkan kinerja dari organisasi.

7.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan

  Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah Kota Magelang yang menangani bidang Cipta Karya. Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.

7.4.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian

  Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.

  Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya.

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  7.4.2 Rencana Pengembangan Tata Laksana

  Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Kota Magelang, khususnya di bidang Cipta Karya.

  7.4.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

  Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

  Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada Tabel 7.4

Tabel 7.4 Pelatihan Bidang Cipta Karya

  No Jenis Pelatihan

Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah

  1 Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

  2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

  3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan

  4 Bangunan dan Lingkungan Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan- 5 undangan

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  No Jenis Pelatihan

  6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat

  7 Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang

  8 Keprotokolan

Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata

  9 Persuratan

Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan

  10 Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan

Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara

11 dalam Tanggap Darurat Bencana

  

Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang

  12 Milik Negara

  13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

  14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

  15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

  16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

  17 Diklat Jabatan Fungsional DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018