Uji efek dan perbandingan daya anti-inflamasi jamu Pegal Linu Sido Muncul dan jamu Prolinu Air Mancur pada mencit jantan dengan metode Langford dkk., yang dimodifikasi - USD Repository

UJI EFEK DAN PERBANDINGAN DAYA ANTI-INFLAMASI

  

®

PRODUK JAMU PEGAL LINU SIDO MUNCUL DAN JAMU

  ®

PROLINU AIR MANCUR PADA MENCIT JANTAN DENGAN

METODE LANGFORD dkk. YANG DIMODIFIKASI

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh:

  Anggara Eka Nugraha NIM : 038114130

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

  

PRAKATA

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Uji Efek dan Perbandingan Daya Anti-Inflamasi Produk Jamu Pegal Linu

  ®

  Sido Muncul dan Jamu Prolinu

  ®

  Air Mancur pada Mencit Jantan dengan Metode Langford dkk. yang Dimodifikasi. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

  2. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing, mengoreksi dan memberi saran mulai dari awal persiapan hingga akhir penyusunan skripsi ini.

  3. Drs. Mulyono, Apt., selaku dosen penguji yang bersedia memberikan saran dan kritik selama penyusunan skripsi.

  4. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang bersedia memberikan saran dan kritik selama penyusunan skripsi.

  5. Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu dan memberikan pengarahan selama kuliah.

  6. Papa dan Mama, atas semua doa, perhatian, sayang, usaha dan jerih payah yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  7. Kakakku Evie Christanti Oktarina, adik-adikku Anggun Amalia Margita, dan Orchida Vidia Nadira, terima kasih selalu memberi semangat dan doa selama penulis menjalani masa perkuliahan.

  8. Seluruh staff karyawan dan pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  9. Paulus Surya Dwi Ariatma dan B. Gallaeh Rama Erga Satria (bersama penulis membentuk tim bernama de’ Boedjang Linoe), yang telah berjuang bersama penulis dalam penyusunan skripsi ini yang merupakan syarat penulis untuk mendapakan gelar Sarjana Farmasi. Pengalaman penuh suka duka, susah senang yang telah kami alami semoga menghasilkan sesuatu yang berarti dan terbaik bagi kami.

  10. Laboran dan karyawan laboratorium lantai dua, Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Kayat, dan Mas Yuwono. Terima kasih atas kerja sama, bantuan, dan waktu yang telah diberikan kepada kami dalam proses pengambilan data yang diperlukan dalam skripsi ini.

  11. Kelas C angkatan 2003 (kami menyebutnya Che_mistry), begitu banyak hal yang telah kita alami bersama selama empat tahun ini, banyak hal juga yang bisa penulis pelajari dari kebersamaan kita. Penulis sangat bersyukur bisa mengenal dan menjadi salah satu dari kalian. Tetap semangat dan

  12. Rini, seseorang yang telah memberikan sayangnya, perhatiannya, dan semangatnya kepada penulis serta dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

  13. Pom-pom Boys kelas C angkatan 2003 (”TotoYanK”) untuk pengalaman dan kegilaan yang pernah kita alami. Untuk Tirza, Rinto, Indah, Fitri, Rini dan Henny, terima kasih atas bantuan dalam mengoreksi skripsi ini.

  14. Teman-teman angkatan 2003 dan rekan-rekan seperjuangan di laboratorium lantai dua Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, yang telah menemani dan membantu kami dan untuk Momon terima kasih atas bantuannya sebagai penyedia mencit sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

  15. Warga kost Sweet Blue Banana 21, yang telah memberi semangat dan untuk Seno Wijanarko terima kasih atas peminjaman printernya selama proses penyusunan skripsi ini.

  16. Serta semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya besar harapan penulis semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu farmasi

  Yogyakarta,..................2007 Penulis,

  

DAFTAR ISI

  6 A. Obat Tradisional/jamu ..........................................................................

  26 H. Keterangan Empiris Yang Diharapkan .................................................

  21 G. Landasan Teori ……………………………………………………….

  17 F. Metode Uji Anti-Inflamasi ...................................................................

  16 E. Bahan-Bahan yang Terkandung Dalam Sampel Jamu .........................

  14 D. Diklofenak ............................................................................................

  8 C. Obat Anti-Inflamasi ..............................................................................

  6 B. Inflamasi ...............................................................................................

  5 BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA ........................................................

  Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv PRAKATA ................................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... viii DAFTAR ISI .............................................................................................. ix DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv

  5 E. Tujuan Penelitian ..................................................................................

  4 D. Keaslian Penelitian ...............................................................................

  4 C. Manfaat Penelitian ................................................................................

  1 B. Permasalahan ........................................................................................

  1 A. Latar Belakang ......................................................................................

  

ABSTRACT ................................................................................................. xvii

BAB I. PENGANTAR ...............................................................................

  INTISARI ................................................................................................... xvi

  27

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................

  28 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……………………………………..

  28 B. Metode Uji Daya Anti – Inflamasi ......................................................

  28 C. Variabel Penelitian …………………………………………………..

  28 D. Definisi Operasional …………………………………………………

  29

  1. Jamu Pegal Linu …………………………………………………

  29 2. Uji Daya Anti-Inflamasi ................................................................

  30 E. Subyek dan Bahan Penelitian ………………………………………..

  30

  1. Subyek Uji …………………………………………………….…

  30 2. Bahan Penelitian ............................................................................

  31 F. Alat Penelitian .....................................................................................

  31 G. Tata Cara Penelitian ……………………………………………….....

  32

  1. Penyiapan Bahan Uji …………………………………………..…

  32

  2. Orientasi dan Penetapan Dosis ………………………….……..…

  33 3. Perlakuan pada Hewan Uji ……………………………………….

  36 4. Perhitungan Respon Daya Anti-Inflamasi ……………………….

  38

  5. Perhitungan Potensi Relatif Daya Anti-Inflamasi …………..……

  38 H. Tata Cara Analisis Hasil ……………………………………………

  38 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………….

  39 A. Hasil Pemilihan Produk Jamu Pegal Linu ...…………………………

  39 B. Hasil Orientasi Percobaan …………………………………………..

  40 1. Orientasi selang waktu pemotongan kaki ……………………….

  40

  3. Orientasi selang waktu pemberiam natrium diklofenak ………….

  44 C. Perlakuan Pada Hewan Uji …………………………………………..

  47 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………

  57 A. Kesimpulan …………………………………………………………..

  57 B. Saran ……………………………………………………………….…

  57 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………

  58 LAMPIRAN ………………………………………………………………

  61 BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………

  77

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I. Perbandingan komponen bahan-bahan penyusun produk jamu

  ® ®

  Pegal Linu Sido Muncul dan produk jamu Prolinu Air Mancur .....................................................................................

  21 Tabel II. Rangkuman rata-rata bobot udema kaki mencit pada orientasi selang waktu pemotongan kaki dan hasil uji Scheffe ..............

  41 Tabel III. Rangkuman rata-rata bobot udema kaki mencit pada orientasi dosis efektif natrium diklofenak ..............................................

  43 Tabel IV. Rangkuman rata-rata bobot udema kaki mencit pada orientasi selang waktu pemberian natrium diklofenak dosis 11,95 mg/kgBB dan uji Scheffe .........................................................

  46 Tabel V. Rangkuman rata-rata persen (%) daya anti-inflamasi setelah

  ®

  perlakuan produk jamu Pegal Linu Sido Muncul dan jamu

  ®

  Prolinu Air Mancur dalam 3 peringkat dosis beserta kontrolnya dan hasil uji Scheffe ………………………….....

  51 Tabel VI. Hasil orientasi selang waktu pemotongan kaki ……………..

  64 Tabel VII. Hasil orientasi dosis efektif natrium diklofenak …………….

  64 Tabel VIII. Hasil orientasi selang waktu pemberian natrium diklofenak ..

  65

  

DAFTAR GAMBAR

  ®

  Air Mancur ………………………

  ®

  61 Gambar 10. Kemasan jamu Prolinu

  Sido Muncul ………………………

  ®

  50 Gambar 9. Kemasan Pegal Linu

  Air Mancur dalam 3 peringkat dosis beserta kontrolnya ....……

  dan Jamu Prolinu

  Halaman Gambar 1. Biosintesis Prostaglandin ………………………………….

  ®

  45 Gambar 7. Grafik batang rata-rata persen (%) daya anti-inflamasi Jamu Pegal Linu Sido Muncul

  6. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit setelah pemberian natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu ………………………………………………

  43 Gambar

  40 Gambar 5. Grafik batang rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1 % setelah pemberian natrium diklofenak dalam 3 peringkat dosis ………………………..

  16 Gambar 4. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit setelah injeksi karagenin 1 % pada rentang waktu tertentu ……………….

  13 Gambar 3. Struktur kimia diklofenak ....................................................

  12 Gambar 2. Patogenesis dan gejala suatu peradangan …………………

  61

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1. Produk Jamu Pegal Linu Sido Muncul

  ®

  dan produk Jamu Prolinu

  ® Air Mancur……………………………………….

  61 Lampiran 2. Sertifikat analisis natrium diklofenak ...................................

  62 Lampiran 3. Skema kerja pada kelompok perlakuan ……………………

  63 Lampiran 4. Data bobot udema kaki mencit pada orientasi selang waktu pemotongan kaki mencit …………………………………...

  64 Lampiran 5. Data bobot udema kaki mencit pada orientasi dosis efektif natrium diklofenak …………………………………………

  64 Lampiran 6. Data bobot udema kaki mencit pada orientasi selang waktu pemberian natrium diklofenak ……………………………..

  65 Lampiran 7. Data persen (%) daya anti-inflamasi kelompok perlakuan ...

  66 Lampiran 8. Contoh perhitungan persen (%) daya anti-inflamasi ………

  66 Lampiran 9. Hasil Anava satu arah dengan taraf kepercayaan 95 % data orientasi selang waktu pemotongan kaki mencit beserta uji Scheffe ……………………………………………………..

  67 Lampiran 10.Hasil Anava satu arah dengan taraf kepercayaan 95 % data orientasi dosis natrium diklofenak beserta uji Scheffe …….

  69 Lampiran 11. Hasil Anava satu arah dengan taraf kepercayaan 95 % data orientasi selang waktu pemberian natrium diklofenak dosis efektif beserta uji Scheffe .....................................................

  71 Lampiran 12. Hasil Anava satu arah dengan taraf kepercayaan 95 % data persen (%) daya anti-inflamasi uji perlakuan pada hewan uji beserta hasil uji Scheffe ………………………………...

  73

  

INTISARI

  Jamu pegal linu telah dikenal sebagai obat alternatif oleh masyarakat Indonesia untuk menyembuhkan pegal-pegal dan linu seluruh tubuh. Pegal dan

  ®

  linu merupakan salah satu gejala terjadinya inflamasi. Sehingga jamu Pegal Linu

  ®

  Sido Muncul dan jamu Prolinu Air Mancur diharapkan memiliki efek anti- inflamasi.

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Metode yang digunakan adalah metode Langford yang telah dimodifikasi, yaitu induksi udema pada kaki hewan uji dengan karagenin 1 % subplantar dengan hewan uji mencit jantan. Mencit dibagi menjadi 8 kelompok secara acak, dua kelompok yaitu kelompok I (kontrol negatif) hanya diberi aquadest secara per oral, kelompok II (kontrol positif) diberi natrium diklofenak dosis 11,95 mg/kg BB secara per oral. Untuk kelompok

  ® ®

  perlakuan Jamu Pegal Linu Sido Muncul dan Jamu Prolinu Air Mancur masing- masing dibagi dalam 3 peringkat dosis (637; 1274; dan 2548 mg/kg BB). Aktivitas anti-inflamasi pada metode Langford dkk. yang telah dimodifikasi (1972), dievaluasi dengan perubahan bobot kaki mencit yang dinyatakan sebagai persen daya anti-inflamasi. Persen (%) daya anti-inflamasi yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dengan Anova Satu Arah, dilanjutkan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95 %.

  Hasil yang diperoleh adalah persen (%) daya anti-inflamasi (% DA ± SE). Kelompok kontrol negatif 0,661 ± 4,597; kontrol positif 56,25 ± 2,713; Jamu

  ®

  Pegal Linu Sido Muncul dosis 637;1274; 2548 mg/kg BB berturut-turut adalah

  ®

  29,98 ± 7,237; 26,15 ± 6,482; 30,40 ± 6,744; dan Jamu Prolinu Air Mancur dosis 637; 1274; 2548 mg/kg BB berturut-turut adalah 40,43 ± 9,142; 26,15 ±

  ® ®

  9,173; 27,74 ± 5,877. Jamu Pegal Linu Sido Muncul dan jamu Prolinu Air

  ®

  Mancur memiliki efek anti-inflamasi. Kelompok perlakuan jamu Prolinu Air Mancur dosis 637 mg/kg BB memiliki daya anti-inflamasi paling baik. Kata kunci : Jamu pegal linu, daya anti-inflamasi, metode Langford dkk. yang dimodifikasi.

  

ABSTRACT

  Jamu pegal linu has been known as an alternative medicine. People in Indonesia use it to cure ’pegal-pegal and linu’. ’Pegal and linu’ is one of

  ®

  symptoms that happen in inflammation. Jamu Pegal Linu Sido Muncul and jamu

  ® Prolinu are expected have an anti-inflammatory effect.

  The study was pure experimental research, arranged in complete randomized-design. Modificated Langford et al.method which induction animal leg-edema by carragheenin 1 % subplantar is used in this study. Male mices divided become 8 groups at randomized. Two of them are control groups that consist of negative control by aquadest and positive control by diclofenac

  ®

  sodium 11,95 mg/kg BW. The others are treatment group for jamu Pegal Linu

  ®

  Sido Muncul and jamu Prolinu Air Mancur, each divided 3 level doses (637; 1274; and 2548 mg/kg BW). Anti-inflammatory activity on modificated Langford et. al., method (1972), evaluated by leg-weight change data shown as percentage anti-inflammatory potency. Percentage anti-inflammatory potency afterward was analyzed by One Way Variant Statistics at 95 % confidence and followed by Scheffe-test.

  The study result showed that percentage anti-inflammatory potency (% DA ± SE). Negative control group 0,661 ± 4,597; positive control 56,25 ±

  ®

  2,713; jamu Pegal Linu Sido Muncul dose 637; 1274; 2548 mg/kg BW

  ®

  continuously are 29,98 ± 7,237; 26,15 ± 6,482; 30,40 ± 6,744; and jamu Prolinu Air Mancur dose 637; 1274; 2548 mg/kg BW continuously are 40,43 ± 9,142;

  ® ®

  26,15 ± 9,173; 27,74 ± 5,877. Jamu Pegal Linu Sido Muncul and jamu Prolinu

  ®

  Air Mancur have an anti-inflammatory effect. Jamu Prolinu Air Mancur dose 637 mg/kg BW has the best anti-inflammatory potency. Keyword : Jamu pegal linu, anti-inflammatory potency, modificated Langford et al method.

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh

  masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan atau preventif meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit. Dengan semakin berkembangnya obat tradisional, ditambah dengan gema kembali ke alam, telah meningkatkan popularitas obat tradisional. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

  Jamu adalah salah satu obat tradisional. Jamu merupakan sebutan masyarakat Jawa untuk obat yang terbuat dari bahan-bahan alam yang berasal dari alam yang tidak menggunakan bahan kimia. Jamu sudah dikenal lama sejak jaman nenek moyang sebelum farmakologi modern masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, banyak resep racikan jamu sudah berumur ratusan tahun dan digunakan secara turun temurun sampai saat ini. Sampai saat ini kedudukan jamu sebagai salah satu alternatif pengobatan yang cukup diminati. Ada beberapa bentuk formula jamu yang siap pakai. Bentuk bubuk merupakan bentuk yang paling umum. Namun adanya perkembangan teknologi membuat bentuk jamu tidak terkesan tradisonal lagi. Banyak produsen jamu yang sudah mencetaknya dalam bentuk, pil, kapsul,

  Semakin bertambah banyaknya perusahaan jamu yang memproduksi jamu yang sama tentu tidak terlepas dari persaingan untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat, disamping untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan yang bersangkutan. Hal ini dapat juga menjadi suatu keuntungan sekaligus suatu kerugian bagi masyarakat. Semakin banyaknya produk yang sejenis dalam berbagai merk yang beredar di pasaran, masyarakat mempunyai banyak pilihan. Akan tetapi produk-produk tersebut belum tentu memberikan efektivitas terapi yang sama.

  Salah satu produk jamu yang paling banyak diminati di pasaran adalah jamu pegal linu. Jamu pegal linu diproduksi dari tumbuh-tumbuhan tertentu yang berkhasiat antara lain sebagai obat pegal linu, nyeri otot dan tulang, memperlancar peredaran darah, memperkuat daya tahan tubuh, dan menghilangkan sakit seluruh badan.

  Inflamasi merupakan respon bila sel-sel atau jaringan tubuh mengalami cedera atau mati. Inflamasi biasanya disertai gejala-gejala yang menimbulkan rasa tidak nyaman yaitu kemerahan (rubor), panas meningkat (calor), pembengkakan (tumor), nyeri (dolor), dan gangguan fungsi (functio laesa) (Price dan Wilson, 1992).

  Senyawa-senyawa yang dapat berkhasiat sebagai obat anti-inflamasi antara lain : senyawa golongan flavonoid, senyawa golongan alkaloid, senyawa golongan minyak atsiri, senyawa golongan asam fenol, dan tanin (Duweijua dan Zetlin, 1993). Komponen penyusun dari pegal linu mengandung beberapa dari senyawa diatas seperti minyak atsiri dan flavonoid. Sehingga diharapkan jamu pegal linu dapat memberikan efek anti-inflamasi Metode Langford dkk (1972) yang telah dimodifikasi merupakan metode skrining awal untuk uji efek anti-inflamasi. Alasan menggunakan metode ini adalah metode ini memiliki kevalidan yang cukup baik, sederhana dalam proses perlakuan, pengamatan, pengukuran, instrumen yang digunakan, hingga pengolahan datanya.

  Atas dasar pernyataan diatas, peneliti tertarik untuk menguji efek dan membandingkan daya anti-inflamasi dari jamu Pegal Linu produksi oleh PT Sido

  ®

  Muncul, Semarang yang selanjutnya disebut jamu Pegal Linu Sido Muncul dan jamu Prolinu produksi PT Air Mancur, Solo yang selanjutnya disebut jamu

  ®

  Prolinu Air Mancur yang beredar di pasaran dengan menggunakan metode Langford dkk yang telah dimodifikasi. Penelitian ini menjadi penting karena penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai efektivitas terapi secara

  ®

  farmakologi dari produk jamu pegal linu jamu Pegal Linu Sido Muncul dan jamu

  ®

  Prolinu Air Mancur berdasarkan hasil pengamatan penulis di 12 toko jamu yang berada di wilayah Kota Madya Yogyakarta. Diharapkan dari penelitian ini menjadi langkah awal agar produk-produk jamu pegal linu tersebut dapat naik kejenjang yang lebih tinggi nantinya yaitu menjadi obat herbal terstandar.

  B.

  

Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, terlihat beberapa permasalahan yang perlu diteliti. Permasalahan tersebut adalah:

  ® ®

  a. Apakah jamu Pegal Linu Sido Muncul dan jamu Prolinu Air Mancur mempunyai efek anti-inflamasi? b. Apakah dosis terapi yang tercantum dalam masing-masing kemasan produk jamu pegal linu merupakan dosis yang terbaik? c. Manakah dari kedua produk jamu pegal linu yang memiliki daya anti- inflamasi paling baik?

  C.

  

Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam kefarmasian, terutama dalam bidang farmakologi.

  2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menyajikan informasi mengenai efek dan

  ®

  perbandingan daya anti-inflamasi dari jamu Pegal Linu Sido Muncul dan jamu

  ®

  Prolinu Air Mancur yang beredar di masyarakat berdasarkan hasil uji praklinis (farmakologi).

  D.

  

Keaslian Penelitian

  Penelitian mengenai daya anti-inflamasi dari bahan tumbuhan dan bahan kimia sudah banyak dilakukan. Tetapi penelitian mengenai uji efek dan perbandingan daya anti-inflamasi dengan menggunakan produk-produk jamu pegal linu sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  E.

  

Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan :

  ® ®

  a. Untuk membuktikan bahwa jamu Pegal Linu Sido Muncul dan jamu Prolinu Air Mancur mempunyai efek anti inflamasi.

  ®

  b. Untuk mengetahui dosis terbaik dari jamu Pegal Linu Sido Muncul dan jamu

  ® Prolinu Air Mancur.

  c. Untuk membandingkan daya anti-inflamasi dari kedua produk jamu pegal linu.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Obat Tradisional/jamu Keberadaan dan manfaat obat tradisional menggunakan jamu telah

  dikukuhkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, melalui Undang- Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan sebagai berikut : bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. (Anonim, 2005)

  Bila dibandingkan obat-obat modern, obat tradisional memiliki beberapa kelebihan, antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit- penyakit metabolik dan degeneratif (Katno dan Pramono, 2007).

  Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional (termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan kesehatan formal). Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain : efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme. Menyadari akan hal dengan pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk obat tradisional yang telah teruji khasiat dan keamanannya, bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah serta memenuhi indikasi medis; yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka Akan tetapi untuk melaju sampai ke produk fitofarmaka, tentu melalui beberapa tahap (uji farmakologi, toksisitas dan uji klinik) hingga bisa menjawab dan mengatasi berbagai kelemahan tersebut (Katno dan Pramono, 2007).

  Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor: HK.00.05.4-2411 Tahun 2004 tentang ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam Indonesia, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, secara berjenjang menjadi: jamu; obat herbal terstandar; dan fitofarmaka. Dimana pengertian jamu adalah obat tradisional Indonesia; obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi dan fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi (Anonim, 2005).

  Jamu adalah obat tradisional yang biasanya dibuat dalam bentuk sediaan serbuk seduhan, pil, kapsul dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan menurut pengalaman. Pada disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5-10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu (Handayani dan Suharmiati, 2002)

  Senyawa-senyawa yang dapat berkhasiat sebagai obat anti-inflamasi antara lain : senyawa golongan flavonoid, senyawa golongan alkaloid, senyawa golongan minyak atsiri, senyawa golongan asam fenol, dan tanin (Duweijua dan Zetlin, 1993).

  Jamu pegal linu adalah salah satu jamu yang cukup dikenal dan sering digunakan dimasyarakat akhir-akhir ini. Biasanya berkhasiat menghilangkan pegal linu, nyeri otot dan tulang, memperlancar peredaran darah, memperkuat daya tahan tubuh, dan menghilangkan sakit seluruh badan (Winarno dan Sundari, 1996).

B. Inflamasi

  Inflamasi adalah reaksi vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut, dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis (Price dan Wilson, 1992). Menurut Bellanti (1993), inflamasi dapat dipandang sebagai satu seri peristiwa kompleks yang berkembang bila tubuh mendapat injuri secara mekanik atau agen kimia atau oleh proses penghancuran diri (autoimun).

  Inflamasi secara umum dibagi dalam 3 fase, yakni : inflamasi akut, respon imun, dan inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan; hal tersebut terjadi melalui mekanisme pelepasan mediator kimia dan pada umumnya didahului oleh pembentukan respon imun. Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk merespon organisme asing yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut serta kronis. Akibat dari respon imun bagi hospes mungkin menguntungkan, sebab organisme penyerang difagositosis atau dinetralisir, sebaliknya akibat tersebut juga dapat merusak bila menjurus pada inflamasi kronis tanpa penguraian dari proses cedera yang mendasarinya. Inflamasi kronis melibatkan keluarnya sejumlah mediator yang tidak menonjol dalam respon akut seperti interferon, PDGF (platelet-derived growth factor) serta interleukin-1,2,3. Salah satu kondisi yang paling penting yang melibatkan mediator-mediator ini ialah artritis reumatoid, dimana inflamasi kronis menyebabkan sakit dan kerusakan pada tulang dan tulang rawan yang bisa menjurus kepada ketidakmampuan untuk bergerak dimana terjadi perubahan-perubahan sistemik yang bisa memperpendek umur (Katzung, 2001).

  Gejala reaksi radang yang dapat diamati :

  1. Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol yang menyuplai daerah tersebut. Dengan demikian lebih banyak darah yang mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang penuh dengan darah. Keadaan ini yang dinamakan hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangaan akut (Price dan Wilson, 1992).

  2. Kalor atau panas, terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Sebenarnya, panas merupakan sifat reaksi peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 37

  C, yaitu suhu dalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab darah (pada suhu 37

  C) yang disalurkan tubuh ke permukaan daerah yang terkena lebih banyak daripada yang disalurkan ke daerah normal (Price dan Wilson, 1992).

  3. Dolor atau rasa sakit, dari reaksi peradangan ditimbulkan melalui berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa saki (Price dan Wilson, 1992).

  4. Tumor atau pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstisial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. Sel-sel darah putih, atau leukosit meninggalkan aliran darah, dan tertimbun sebagai bagian ari eksudat (Price dan Wilson, 1992).

  5. Fungsio laesa atau perubahan fungsi adalah reaksi peradangan dimana terdapat nyeri disertai sirkulasi abnormal, dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, berfungsi secara abnormal (Price dan Wilson, 1992).

  Gejala-gejala ini merupakan akibat dari gangguan aliran darah yang terjadi akibat kerusakan jaringan dalam pembuluh pengalir terminal, gangguan keluarnya plasma darah (eksudasi) ke dalam ruang ekstra sel akibat meningkatnya ketelapan kapiler dan perangsangan reseptor nyeri. Reaksi ini dapat disebabkan oleh pembebasan bahan-bahan mediator (histamin, serotonin, prostaglandin, kinin) (Mutschler, 1986).

  Penyebab inflamasi banyak sekali dan beraneka ragam, dan penting sekali untuk diketahui bahwa inflamasi dan infeksi itu tidak sinonim. Yang dimaksud dengan infeksi adalah adanya mikroorganisme hidup dalam jaringan. Infeksi ini hanya merupakan salah satu penyebab dari inflamasi. Inflamasi dapat terjadi dengan mudah pada keadaan steril sempurna, seperti sewaktu sebagian jaringan mati karena hilangnya suplai darah (Price dan Wilson, 1992). Pengaruh yang sifatnya merusak sel sering juga disebut noksi. Noksi dapat berupa noksi kimia (obat-obatan), noksi fisika (panas atau dingin yang berlebihan, radiasi, benturan), serta infeksi dengan mikroorganisme atau parasit (Mutschler, 1986).

  Prostaglandin merupakan mediator yang paling penting dalam proses inflamasi. Prostaglandin tidak disimpan secara intraselute, prostaglandin merupakan hasil pemecahan dari asam arakhidonat oleh enzim fosfolipase sebagai respon terhadap berbagai rangsangan (Wilmana, 1995).

  Trauma/luka pada sel Gangguan pada membran sel

  Fosfolipid Dihambat kortikosteroid enzim fosfolipase

  Asam arakhidonat Enzim lipooksigenase enzim siklooksigenase

  Dihambat obat AINS (*serupa aspirin*)

  Hidroperoksid Endoperoksid PGG

  2 /PGH

  Leukotrien PGE

  2 , PGF

2 , PGD

  2 Prostasiklin

  Tromboksan Gambar 1. Biosintesis Prostagalandin (Wilmana, 1995)

  Kejadian peradangan secara garis besar cenderung sama, oleh karena itu reaksi peradangan dapat dipelajari sebagai gejala umum. Mekanisme peradangan antara lain dapat dilihat pada kejadian hiperimia, ukuran arteriol pengatur aliran darah dalam kapiler. Dalam keadaan normal, aliran sedemikian rupa sehingga beberapa kapiler kelihatan kolaps dan lainnya sangat sempit. Pada dilatasi arteriol, pertambahan volume darah yang mengalir ke dalam kapiler meregangkan dan menimbulkan perubahan warna menjadi kemerahan yang menyolok pada jaringan, hal ini merupakan gejala awal dari suatu peradangan (Price dan Wilson, 1992).

  Secara lebih sederhana, proses terjadinya inflamasi dapat digambarkan sebagai berikut : Noksius

  Emigrasi Leukosit

  Kerusakan sel Proliferasi

  Pembebasan bahan mediator Seluler

  Gangguan Perangsangan

  Eksudasi Sirkulasi lokal Reseptor nyeri

  Gangguan Pemerahan Panas Eksudasi

  Nyeri fungsi Gambar 2. Patogenesis dan gejala suatu peradangan (Mutschler, 1986)

  Pada proses peradangan terjadi pembentukan dan atau pengeluaran zat-zat kimia di dalam tubuh yang dinamakan mediator. Mediator ini merupakan aspek penting dalam proses peradangan. Mediator yang dikenal pada proses inflamasi dapat digolongkan ke dalam kelompok amina vasoaktif, substansi yang dihasilkan oleh sistem enzim plasma, metabolit asam arakhidonat, dan berbagai macam produk sel (Price dan Wilson, 1992).

  Amina vasoaktif yang paling penting adalah histamin, yang mampu menghasilkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskuler. Histamin disimpan dalam sel mast, sel basofil, dan trombosit. Histamin yang tersimpan arakidonat merupakan mediator peradangan yang paling penting. Asam arakidonat berasal dari banyak fosfolipid diaktifkan oleh cedera. Asam Arakidonat dapat dimetabolisasikan dalam dua jalur yang berbeda, yakni jalur siklooksigenase dan jalur lipoksigenase yang menghasilkan sejumlah prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. Selain itu, sejumlah substansi yang dihasilkan oleh sel, memiliki sifat- sifat yang juga penting dalam peradangan (Price dan Wilson, 1992).

C. Obat Anti-Inflamasi

  Pengobatan pasien dengan inflamasi mempunyai 2 tujuan utama; pertama, meringankan rasa nyeri, yang seringkali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluhan utama yang terus-menerus dari pasien; dan kedua memperlambat atau (dalam teori) membatasi proses perusakan jaringan.

  Pengurangan inflamasi dengan obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS;

  

nonsteroidal anti-inflamatory drugs = NSAIDs) seringkali berakibat meredanya

rasa nyeri selama periode yang bermakna (Katzung, 2002).

  Glukokortikoid juga memiliki efek anti-inflamasi (Katzung, 2002). Glukokortikoid menginhibisi proses awal inflamasi (edema, dilatasi kapilari, migrasi leukosit, fagositosis). Glukokotikoid menginduksi lipokortin, yang menghambati aktivitas fosfolipase A

  2 dan menekan keluarnya mediator-mediator

  dari sel. Glukokortikoid juga menghambat keluarnya prostaglandin darti sintesis siklooksigenase, membatasi laju enzim dalam metabolit prostaglandin (Anonim, 2007).

  AINS memiliki tiga efek utama yaitu : efek anti-inflamasi yaitu dengan merubah reaksi inflamasi; efek analgesik yaitu dengan menghilangkan rasa nyeri; dan efek antipiretik yaitu dengan menurunkan temperatur tubuh (Rang, Dale, Ritter, dan Moore, 2003).

  Sebagian besar dari AINS dimetabolisme oleh mekanisme fase I dan fase

  II dan lainnya hanya oleh glukuronidasi langsung (fase II). Metabolisme dari sebagian besar AINS berlangsung sebagian melalui enzim P450 kelompok CYP3A dan CYP2C dalam hati. Sekalipun ekskresi ginjal adalah rute yang paling penting untuk eliminasi terakhir, hampir semuanya melalui berbagai tingkat ekskresi empedu dan penyerapan kembali (sirkulasi enterohepatis). Sebagian besar dari AINS berikatan protein tinggi ( ≥ 98%), biasanya dengan albumin (Katzung, 2002).

  Aktivitas anti-inflamasi dari AINS terutama diperantarai melalui hambatan biosintesis prostaglandin. Berbagai AINS mungkin memiliki mekanisme kerja tambahan, termasuk hambatan kemotaksis, regulasi rendah (down-regulation) produksi interleukin-1, penurunan produksi radikal bebas dan superoksida (Katzung, 2002). Spesies oksigen relatif yang diproduksi neutrofil dan makrofag terlibat dalam kerusakan jaringan pada beberapa kondisi, dan AINS yang mempunyai efek peredaman radikal oksigen yang kuat sama baiknya seperti aktivitas inhibisi COX dapat mengurangi kerusakan jaringan (Rang dkk, 2003).

  Selama terapi dengan obat-obat ini, inflamasi dikurangi oleh penurunan rilis mediator-mediator granulosit, basofil, dan sel-sel mast. AINS mengurangi produksi lymphokine dari limfosit T, dan membalikkan vasodilatasi. Dalam tingkat yang berbeda-beda semua AINS yng lebih baru adalah analgesik, anti- inflamasi, dan antipiretik, dan semua (kecuali agen-agen selektif COX-2) menghambat agregasi platelet (Katzung, 2002).

  Pada tumbuhan senyawa-senyawa yang dapat berkhasiat sebagai obat anti- inflamasi antara lain : senyawa golongan flavonoid, senyawa golongan alkaloid, senyawa golongan minyak atsiri, senyawa golongan asam fenol, dan tanin (Duweijua dan Zetlin, 1993).

D. Diklofenak

  COOH Cl

H

N

  Cl

  Gambar 3. Struktur kimia natrium diklofenak (Budavari, 2001) Diklofenak adalah derivat sederhana dari asam fenilasetat yang menyerupai flurbiprofen dn meclofenamate. Obat ini juga adalah penghambat

  

cyclooxygenase yang relatif nonselektif dan kuat, juga mengurangi bioavailabilitas

  asam arakhidonat. Obat ini memiliki sifat-sifat anti-inflamasi, analgesik, dan antipiretik yang biasa. Obat-obat ini cepat diserap sesudah pemberian secara oral, tetapi bioavailabilitas sistemiknya hanya antra 30-70% karena metabolisme lintas pertama. Obat ini mempunyai waktu paruh 1-2 jam. Seperti flurbiprofen ia menumpuk di dalam cairan sinovial, dengan waktu paruh 2-6 jam dalam kompartemen ini (Katzung, 2002).

  Efek-efek yang tidak diinginkan bisa terjadi pada kira-kira 20% dari pasien dan meliputi distress gastrointestinal, pendarahan gastrointestinal yang terselubung dan timbulnya ulserasi lambung, sekalipun timbulnya ulkus lebih jarang terjadi daripada dengan beberapa AINS lainnya. Kombinasi antara diklofenak dengan mesoprostol mengurangi ulkus pada gastrointestinal bagian atas tetapi bisa mengakibatkan diare (Katzung, 2002).

E. Bahan-Bahan Yang Terkandung Dalam Sampel Jamu

  Jamu Pegal Linu

  ®

  Sido Muncul sesuai dengan yang tertera pada kemasan mengandung bahan-bahan sebagai berikut : a. Retrofracti Fructus

  Retrofracti Fructus atau buah cabai Jawa adalah buah majemuk Piper retrofractum Vahl. yang telah tua tetapi belum masak,

  Isi simplisia : minyak atsiri 99 %, piperin 4-6 %, damar piperidin (Anonim, 1977).

  Penggunaan : stimulans (Anonim, 1977), piperin mempunyai daya antipiretik, analgesik, anti-inflamasi, dan menekan susunan saraf pusat (Dalimartha, 1999).

  b. Melaleuceae Fructus

  Melaleuceae Fructus atau buah kayu putih adalah buah Melaleuca leucadendron L., berikut dasar bunganya. Kadar minyak atsiri tidak kurang

  Isi simplisia : minyak atsiri (Anonim, 1979). Penggunaan : karminatif (Anonim, 1979).

  c. Zingeberis aromaticae Rhizoma

  Zingeberis aromaticae Rhizoma atau rimpang lempuyang wangi adalah

  rimpang dari Zingiber aromaticum Val. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 0,4 %.

  Isi simplisia : minyak atsiri 0,5 %-1,0 % mengandung zerunbon, humulen, limonen (Anonim, 1978), saponin, flavonoida dan tanin (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Penggunaan : karminatif, stomakikum (Anonim, 1978), obat radang dan obat encok (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

  d. Languatis Rhizoma