Uji efek antihiperlipidemia ekstrak etanol buah parijoto : medinilla speciosa blume terhadap kolesterol total, trigliserida, dan vldl pada tikus putih jantan

(1)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK ANTIHIPERLIPIDEMIA EKSTRAK

ETANOL BUAH PARIJOTO (

Medinilla speciosa

Blume)

TERHADAP KOLESTEROL TOTAL, TRIGLISERIDA,

DAN VLDL PADA TIKUS PUTIH JANTAN

SKRIPSI

ANI KURNIAWATI

NIM. 1111102000127

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA MEI 2015


(2)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK ANTIHIPERLIPIDEMIA EKSTRAK

ETANOL BUAH PARIJOTO (

Medinilla speciosa

Blume)

TERHADAP KOLESTEROL TOTAL, TRIGLISERIDA,

DAN VLDL PADA TIKUS PUTIH JANTAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

ANI KURNIAWATI

NIM. 1111102000127

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA MEI 2015


(3)

i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Ani Kurniawati

NIM : 1111102000127

Tanda Tangan :


(4)

(5)

(6)

iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Ani Kurniawati Program Studi : Farmasi

Judul :Uji Efek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol Buah Parijoto (Medinilla Speciosa Blume) Terhadap Kolesterol Total, Trigliserida, Dan VLDL Pada Tikus Putih Jantan.

Buah Parijoto memiliki senyawa flavonoid, tanin, dan saponin yang telah diketahui pada penelitian sebelumnya memiliki efek antihiperlipidemia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol 70% buah parijoto sebagai antihiperlipidemia dengan melihat kadar kolesterol total, trigliserida, dan VLDL pada pada tikus jantan. Tikus diberi induksi kolesterol dan lemak dengan komposisi kuning telur 80%, larutan sukrosa 65% sebesar 15%, dan lemak hewan 5%. Sebanyak 30 ekor tikus galur Sparague dawley berusia ± 2 bulan dibagi dalam enam kelompok yang terdiri dari kontrol normal (Na CMC 0,5%), kontrol induksi kolesterol dan lemak, kontrol pembanding (Simvastatin), kelompok dosis I (5 mg/Kgbb), Dosis II (50 mg/Kgbb), dan Dosis III (500 mg/Kgbb). Setelah 42 hari dilakukan pengujian kadar kolesterol total, trigliserida, dan VLDL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga dosis memiliki efek penurunan terhadap kadar kolesterol total, trigliserida, dan VLDL tetapi dosis 500 mg/Kgbb memiliki efek penurunan yang paling signifikan karena memberikan hasil yang yang berbeda bermakna (p < 0,05) dibandingkan dengan kontrol induksi kolesterol dan lemak.

Kata Kunci : Medinilla speciosa Blume, efek antihiperlipidemia, Kolesterol total, trigliserida, VLDL, kandungan Flavonoid total, kandungan tanin total.


(7)

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Ani Kurniawati

Program Study : Pharmacy

Judul : Test of Antihyperlipidemia Effects of Ethanol Extract of Parijoto fruit (Medinilla speciosa Blume) Toward Cholesterol total,Triglyceride, and VLDL in White Male.

Parijoto fruit contain flavonoid, tannin, and saponin which known before in few researchs had antihyperlipidemia efffect. The aim of the present study to observed the effect of antihyperlipidemia from 70% Ethanol Extract of Parijoto fruit (Medinilla speciosa Blume) seen from total Cholesterol,Triglyceride, and VLDL in male white rats. Rats given induction of cholesterol and fat by composition of 80% yolk, 65% sucrose solution 15%, and 5% animal fat. Thirty white male rats Sparague dawley strain with age ± 2 months were devide into 6 groups are normal control (Na CMC 0,5%), Induction of cholesterol and fat control, comparator control (simvastatin), and Dose I (5 mg/Kg body weight), Dose II (50 mg/Kg body weight), dan Dose III (500 mg/Kg body weight). After 42 days, examination carried out on total Cholesterol,Triglyceride, and VLDL. These finding showed that every doses can reduce total Cholesterol,Triglyceride, and VLDL but dose 500 mg/Kg body weight has significant effect because it gives results that significantly different (p < 0,05) compared with Induction of cholesterol and fat control.

Key Word : Medinilla speciosa Blume, Antihyperlipidemia Effects, total Cholesterol,Triglyceride, and VLDL.


(8)

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan jalan dan bantuan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam untuk baginda Rasulullah SAW yang telah diutus Allah untuk membawa peengetahuan yang luar biasa dan semoga kita mendapatkan syafaatnya nanti.

Skripsi yang berjudul “Uji Efek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol Buah Parijoto (Medinilla Speciosa Blume) Terhadap Kolesterol Total, Trigliserida, Dan VLDL Pada Tikus Putih Jantan” disusun sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penulisan skripsi tidak dipungkiri ada banyak hambatan yang terkadang membuat saya berada ditik terlemah, adanya dukungan, doa, dan restu dari orang tua membuat saya tetap semnagat dalam melanjutkan penulisan skripsi ini. Untuk saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka, Bapak Suko dan Ibu Sudarni. Serta adik saya tercinta Tika dwi apri yanti yang selalu menyemangati saya untuk menjadi panutan yang baik Selanjutnya dengan segala kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Yardi Ph.D., M.Si., Apt selaku pembimbing I dan Dr. Dra. Delina Hasan, M.Kes., Apt selaku pembimbing II, yang memiliki andil besar dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi saya ini, semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mendapat imbalan yang lebih baik dari-Nya 2. Kementrian Agama selaku pemberi beasiswa, sehingga saya bisa menempuh

pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Dr. Arif Sumantri, M.KM selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(9)

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku ketua Program Studi Farmasi Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Seluruh Bapak/ Ibu staf pengajar, laboran, dan karyawan yang telah mencurahkan waktu dan membekali ilmu kepada saya selama di bangku perkuliahan.

6. Bapak Herry dan keluarga yang telah membantu mengumpulkan sampel buah parijoto (Medinilla speciosa Blume) dari Gunung Muria Kudus.

7. Teman-taman sejawat CSS MoRA UIN Jakarta 2011 (Community Santri Scholar of Ministry of Religious Affair) dan Farmasi BD 2011 (Beng-beng) Khususnya Rifda, Indri, Norma, Iis, Sukma, Azmi, Eca, Aska yang selalu memberikan dukungan dan semnagat dalam masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan pengetahuan yang lebih luas khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 28 Mei 2015


(10)

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ani Kurniawati

NIM : 1111102000127

Program studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi karya ilmiah saya dengan judul

UJI EFEK ANTIHIPERLIPIDEMIA EKSTRAK ETANOL BUAH

PARIJOTO (Medinilla speciosa Blume) TERHADAP KOLESTEROL

TOTAL, TRIGLISERIDA, DAN VLDL PADA TIKUS PUTIH JANTAN Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat : Ciputat

Pada tanggal : 28 Mei 2015

Yang menyatakan,


(11)

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... Оши ! З . HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... Оши ! З . ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan khusus ... 3

1.4. Manfaat Hasil Penelitian ... 4

1.4.1. Secara teoritis ... 4

1.4.2. Secara metodologi ... 4

1.4.3. Secara aplikatif ... 4

1.3. Ruang Lingkup ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...5

2.1. Medinilla speciosa Blume ... 5

2.1.1 Taksonomi ... 5

2.1.2Pertelaan ... 6

2.1.3Ekologi dan Penyebaran ... 6

2.1.4Kandungan Kimia ... 7

2.1.5Khasiat ... 8

2.2. Lipid ...9

2.2.1 Lipoprotein ... 10

2.2.2 Kolesterol ... 13

2.2.3 Trigliserida ... 14

2.3. Hiperlipidemia ... 14

2.3.1 Definisi ...14

2.3.2 Terapi Farmakologi hiperlipidemia ... 16

2.3.3 Obat-obat yang digunakan dalam hiperlpidemia ... 17

2.3.4 Induksi Hiperlipidemia ... 20

2.4. Senyawa Flavonoid, Saponin, dan Tannin ... 21

2.5.1 Senyawa Flavonoid ... 21

2.5.2 Senyawa Saponin ... 23

2.5.3 Senyawa Tannin ... 25


(12)

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6. Penapisan Fitokimia ... 28

BAB 3 METODE PENELITIAN ...33

3.1. Jenis Penelitian dan Metode ... 33

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2.Alat... ... 33

3.3. Bahan ... 33

3.3.1. Bahan Uji... 33

3.3.2. Hewan Uji ... 34

3.3.3. Bahan Kimia ... 34

3.4. Cara Kerja ... 34

3.4.1. Persiapan Hewan Uji ... 34

3.4.2. Penentuan Dosis Bahan Uji ... 34

3.4.3. Penentuan Dosis Simvastatin ... 35

3.4.4. Penyiapan Bahan Uji ... 35

3.4.5. Penapisan Fitokimia Kualitatif ... 37

3.4.6. Standarisasi Ekstrak Etanol 70% Buah Parijoto ... 38

7.4.7. Pelaksanaan Percobaan ... 42

3.4.8. Analisa Data ... 48

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...49

4.1 Hasil Penelitian ... 49

4.1.1 Hasil Ekstraksi Buah Parijoto ... 49

4.1.2 Hasil Uji Penapisan Fitokimia... 49

4.1.3 Hasil Pengamatan Organoleptis ... 50

4.1.3 Hasil Uji Susut Pengeringan ... 50

4.1.4 Hasil Uji Kadar Abu ... 50

4.1.5 Hasil Kandungan Flavonoid Total ... 51

4.1.6 Hasil Kandungan Tanin Total ... 53

4.1.7 Hasil Pengamatan Berat Badan Hewan Uji... 54

4.1.8 Hasil Pengukuran Kadar Plasma Darah ... 54

4.2 Pembahasan ... 58

4.2.1 Hasil ekstraksi ... 58

4.2.2 Pembuatan Makanan Induksi Kolesterol dan Lemak ... 60

4.2.3 Pelaksanaan percobaan Antihiperlipidemia ... 62

4.2.4 Pengukuran Kadar Plasma Darah ... 64

4.2.5 Aktivitas Farmakologi Kandungan Kimia Ekstrak Parijoto ... 66

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...71

5.1. Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 67


(13)

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kandungan Buah parijoto ... 7

Tabel 2.2. Klasifikasi kolesterol ... 15

Tabel 2.3. Klasifikasi hiperlipoprtoteinemia Fredickson-Levy-Lees ... 15

Tabel 2.4. Efek-efek terapi obat pada lipid dan lipoprotein ... 16

Tabel 3.1. Pengelompokan Hewan uji dan perlakuan. ... 43

Tabel 3.2. Pengukuran kadar kolesterol total ... 45

Tabel 3.3. Pengukuran kadar trigliserida ... 47

Tabel 4.1. Hasil Uji penapisan fitokimia ekstrak kering ... 49

Tabel 4.1. Hasil Uji Kadar Air ... 50

Tabel 4.3. Hasil Uji kadar abu total... 50

Tabel 4.4. Hasil Uji kadar abu yang tidak larut asam ... 51

Tabel 4.5. Nilai Absorbansi Standar Rutin. ... 51

Tabel 4.6. Kandungan flavonoid total dari ekstrak parijoto ... 52

Tabel 4.7. Nilai Absorbansi Standar Asam Galat ... 53

Tabel 4.8. Kandungan tanin total dari ekstrak parijoto ... 54

Tabel 4.9. Kadar rata-rata kolesterol & % penurunann total, trigliserida, dan VLDL ... 55


(14)

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Parijoto (Medinilla speciosa Blume) ... 5

Gambar 2.2. Komponen Lipid Plasma ... 9

Gambar 2.3. Mekanisme kerja Niasin,Resin,Ezetimibe,dan HMG CoA reduktase inhibitor ... 19

Gambar 2.4. Struktur Rutin ... 22

Gambar 2.5 . Struktur soysaponin dan azukasaponin ... 24

Gambar 2.6 . epikatekin (a) katekin (b) ... 25

Gambar 2.7. Reaksi Uji Mayer ... 29

Gambar 2.8. Reaksi Uji Dragendorff ... 29

Gambar 2.9. Mekanisme reaksi pembentukan garam flavilium ... 30

Gambar 2.10. Reaksi hidrolisis saponin dalam air ... 31

Gambar 2.11. perkiraan uji keller kiliani ... 32

Gambar 4.1. Kurva Standar Rutin ... 52

Gambar 4.2. Kurva Standar Asam Galat ... 53

Gambar 4.3. Grafik peningkatan berat badan hewan uji pada setiap kelompok ... 54

Gambar 4.4. Diagram batang kadar kolesterol total rata-rata ... 57

Gambar 4.5. Diagram batang kadar trigliserida rata-rata ... 57


(15)

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kerangka Penelitian ... 80

Lampiran 2. Konversi dosis ekstrak dan pembuatan larutan Uji ... 81

Lampiran 3. Perhitungan dosis dan pembuatan suspensi simvastatin ... 82

Lampiran 4. Pembuatan diit tinggi kolesterol dan lemak ... 83

Lampiran 5. Perhitungan Kadar Total Flavonoid ... 84

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Total Tanin ... 85

Lampiran 7. Tabel kadar kolesterol total, trigliserida, dan VLDL ... 86

Lampiran 8. Uji statistik kadar kolesterol total hewan uji (SPSS 16.0) ... 87

Lampiran 9. Uji statistik kadar trigliserida hewan uji (SPSS 16.0) ... 92

Lampiran 10. Uji statistik kadar VLDL hewan uji (SPSS 16.0) ... 96

Lampiran 11. Alat dan Bahan ... 100

Lampiran 12. Ekstrak Buah parijoto dan Skrining Fitokimia ... 101

Lampiran 13. Gambar Kandungan Flavonoid Total ... 103

Lampiran 14. Gambar Kandungan Tanin Total ... 104

Lampiran 15. Hasil Determinasi Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) ... 105

Lampiran 16. Surat Keterngan Kesehatan Hewan Uji ... 106

Lampiran 17. Certificate of Analysis Asam Galat ... 107

Lampiran 18. Certificate of Analysis Folin Ciocalteu ... 108


(16)

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Perubahan gaya hidup meliputi perubahan aktivitas dan konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol seperti makanan cepat saji yang jumlah pengkonsumsinya semakin meningkat serta kebiasaan merokok pada masyarakat, tentunya menyebabkan peningkatan resiko terjadinya berbagai penyakit. Adapun salah satu penyakit yang terjadi akibat perubahan gaya hidup adalah hiperkolesterolemia (Polychronopoulus et al.,2005).

Hiperlipidemia merupakan penyakit gangguan metabolisme kolesterol yang disebabkan kadar kolesterol dalam darah yang melebihi batas normal (Murray, Granner dan Rodwell., 2009). Hiperlipidemia ditandai dengan meningkatnya total kolesterol dan trigliserida, penurunan HDL, peningkatan apolipoprotein B, peningkatan VLDL dan peningkatan LDL (Dipiro, 2005 dan Khera and Aruna.,2012).

Ketidaknormalan kadar lipid di dalam darah merupakan salah satu faktor resiko timbulnya penyakit kardiovaskular dan metabolik, misalnya aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, berdasarkan diagnosa dan gejala menunjukkan prevalensi penderita penyakit jantung sebesar 7,2%. Sedangkan menurut data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi penderita penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan stroke yang pernah didiagnosa dokter masing-masing sebesar 0,5% , 0,13% , dan 7% dan berdasarkan diagnosa dokter serta gejala masing-masing sebesar 1,5%, 0,3%, dan 12,1%. Dalam data Riskesdas tahun 2013 juga dicantumkan bahwa penduduk >15 tahun didapatkan kolesterol total abnormal 35,9%, HDL rendah 22,9%, LDL tidak optimal dengan kategori gabungan near optimal-borderline tinggi 60,3% dan kategori tinggi-sangat tinggi 15,9%, trigliserida abnormal dengan kategori borderline tinggi 13,0% dan kategori tinggi-sangat tinggi 11,9%.


(17)

2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari data Riskesdas 2013 diketahui jika abnormalitas kadar lipid dalam darah merupakan salah satu faktor resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler dan metabolik, misalnya aterosklerosis, penyakit jantung koroner, stroke, sindrom metabolik dan sebagainya. Oleh karena itu penting untuk mengontrol kadar lipid plasma agar resiko terjadinya penyakit tersebut dapat diturunkan. Dengan menurunkan kolesterol total dan LDL dapat menurunkan kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner dan kematian total (Dipiro, 2005). Peningkatan kadar trigliserida diketahui sebagi salah satu faktor resiko independen penyakit jantung koroner dan paling sering dijumpai pada penderita sindrom metabolik, yang menjadi target penatalaksanaan gangguan profil lipid (Riskesdas, 2013). Kenaikan trigliserida juga berimplikasi terhadap kenaikan VLDL dan menyebabkan meningkatnya kadar LDL (Gilman, 2012).

Dari sekian banyak orang yang menderita hiperlipidemia kebanyakan menggunakan obat-obat sintetik seperti golongan klofibrat, statin yang terbukti efektif dalam menurunkan kadar kolesterol. Akan tetapi obat-obat ini memiliki efek samping seperti gangguan pencernaan, miopati, dan kemerahan pada kulit (Gilman, 2012). Oleh sebab itu, banyak dilakukan penelitian-penelitian tanaman yang memiliki efek yang sama dengan obat sintetik namun memiliki efek samping yang lebih ringan seperti tanaman seledri, buah oyong atau gambas, dan buah belustru yang biasa digunakan masyarakat (Juheini, 2002 ; Purwanti, 2012 ; Pimple, 2011).

Parijoto (Medinilla speciosa Blume) diketahui selain sebagai tanaman hias juga tanaman obat, masyarakat kudus dan sekitarnya biasanya mengkonsumsi parijoto untuk mengobati sariwan, diare, dan menurunkan kolesterol. Masyarakat kudus dan sekitarnya meyakini dengan mengkonsumsi parijoto saat hamil akan membuat anak menjadi cantik atau ganteng (Anonim, 2014)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wachidah (2013) dan Niswah (2014), Parijoto (Medinilla speciosa L.) merupakan tanaman yang telah diketahui mengandung tanin, Flavonoid, Saponin dan glikosida dalam buahnya, serta memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan antibakteri.


(18)

3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tanaman-tanaman lain yang mengandung tanin, flavonoid, dan saponin seperti Woodfordia fruticosa, Cucumis melo, Saussurae lappa, Luffa acutangula, dan Bacoppa moniera masing-masing telah diuji dan memiliki efek antihiperlipidemia (Khera and Aruna., 2012 ; Luhure et al., 2013 ; Anbu et al.,2011 ; Purwanti, 2012 ; Kamesh and Thangarajan,2012). Dengan demikian buah parijoto diprediksi mempunyai efek antihiperlipidemia karena memiliki kandungan yang sama seperti tanin, flavonoid, dan saponin.

1.2.Rumusan masalah

Buah parijoto secara empiris sering digunakan masyarakat kudus dan sekitarnya sebagai obat untuk sariawan, diare, dan menurunkan kolesterol. Penelitian yang telah dilakukan pada buah ini adalah efek antibakteri dan antioksidan (Wachidah, 2013 dan Niswah, 2014). Sementara aktivitas terhadap efek antihiperlipidemia belum pernah dilakukan sehingga peneliti tertarik untuk menguji efek antihiperlipidemia.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efek antihiperlipidemia ekstrak etanol 70% buah parijoto (Medinilla speciosa Blume) pada tikus putih jantan yang diberi induksi kolesterol dan lemak.

1.3.2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui efek terhadap pengendalian kadar kolesterol total.

b. Untuk mengetahui efek terhadap pengendalian kadar trigliserida.


(19)

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4.Manfaat Hasil Penelitian 1.4.1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang tanaman herbal yang memiliki efek antihiperlipidemia.

1.4.2. Secara metodologi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan peneliti lain dalam melakukan penelitian tentang efek antihiperlipidemia secara in vivo.

1.4.3. Secara aplikatif

Hasil peneltian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pengaruh buah parijoto terhadap penurunan kadar kolesterol dan lemak. juga dapat digunakan sebagai informasi kepada Badan POM dalam membuat daftar obat tradisional yang memiliki khasiat antihiperlipidemia.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini mencakup fitokimia dan farmakologi. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2014 hingga April 2015 di Fakultas kedokteran dan Ilmu Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jumlah sampel yang digunakan adalah 30 ekor tikus putih jantan galur Sparague Dawley yang diberi induksi kolesterol dan lemak. Bahan intervensi yang diberikan adalah ekstrak etanol 70% buah parijoto.


(20)

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Medinilla speciosa Blume 2.1.1 Taksonomi

Adapun taksonomi dari tanaman parijoto adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spertaphyta (menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)

Kelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

Famili : Melastomaceae Genus : Medinilla

Species : Medinilla speciosa Blume (www.plantamor.com)

[Koleksi pribadi]


(21)

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2 Pertelaan

Parijoto merupakan tanaman obat dengan bentuk perdu, tegak dengan tinggi 1-2 m. memiliki batang bulat, jika tua kulit batangnya berlapis gabus, bergerigi, kasar, dan berwarna putih kecoklatan. Morfologi daun tunggal, bersilang berhadapan, memiliki tangkai pendek, bulat, lunak, berwarna ungu kemerahan, helaian daun berbentuk lonjong sedangkan pangkal dan ujung daun runcing, bertepi rata, panjang 10-20 cm, lebar 5-15 cm, pertulangan melengkung, permukaan alas licin, berwarna hijau, permukaan bawah kasar danberwarna hijau kelabu. Bunga majemuk, di ketiak daun, sempurna, berkelamin ganda, kelopak 5 helai, ujung runcing, pangkal berlekatan, panjang 3-8 mm, warna ungu tua, benang sari 2 kali lipat jumlah mahkota, kepala sari berupa kuncup membengkok, warna merah keunguan, kepala putik duduk di atas bakal buah, kepala putik bulat, ungu, mahkota lepas, 5 helai, bentuk kuku, panjang 5-8 mm, warna merah muda. Buah buni, bulat, bagian ujung berbenjol bekas pelekatan kelopak, diameter 5-8 mm, warna merah keunguan. Biji bulat, berjumlah banyak, kecil, putih. Akar serabut, putih kotor (Anonim, 2014 dan Wachidah, 2013).

2.1.3 Ekologi dan Penyebaran

Parijoto merupakan tumbuhan liar yang tumbuh di lereng – lereng gunung atau di hutan-hutan dan terkadang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Tumbuh baik pada tanah yang berhumus tinggi dan lembab, pada ketinggian 800 m sampai 2.300 m di atas permukaan laut. Tanaman ini berbunga pada bulan November-Januari dan waktu panen yang tepat bulan Maret-Mei (Anonim,2014 dan wachidah, 2013).

Prijoto juga ditemukan di daerah Kinabalu-Borneo dan juga di daerah Bali dengan sebutan “Trijata”. Di Bali Trijata biasa disebut sebagai tanaman surga dan digunakan dalam upacara adat (Sumantera, 2014). Tidak hanya di Indonesia Medinilla speciosa Blume juga ditemukan di Malaisya dan India. Di india, tanaman parijoto ini


(22)

7 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

termasuk spesies baru dalam bidang ilmu pengetahuan (Annual Report, 2010-2011). Di Malaisya, Medinilla speciosa Blume tumbuh di Gunung Kajang dengan tinggi 3 meter pada ketinggian 500-1200 m dan endemik di daerah Penang, Perak, Pahang, dan Selangor (Latif, A.,1999).

Di daerah gunung Kinabalu, Borneo di hutan tropis terdapat delapan spesies Medinilla, yaitu: M.amplectens, M.Beamanii, M.clemensiana, M.crassifolia, M.homoeandra, M.speciosa, M.stephanostegia, dan M. Suberosa yang telah diteliti aktivitas masa optimal berbunga (Flowering) dan berbuahnya (fruiting) (Kazuya et al, 2009). Spesies lain dari Medinilla juga ditemukan di Romania yaitu Medinilla magnifica yang dikenal sebagai tanaman indoor yang eksotis dan menarik dengan harga tinggi (Maria, Buta, and Hort, 2012).

2.1.4 Kandungan Kimia

Parijoto (Medinilla speciosa L.) merupakan tanaman yang telah diketahui mengandung tanin, flavonoid, dan saponin dalam buah dan daunnya (Anonim, 2014). Dari hasil penelitian Wachidah (2013) dan Niswah (2014) buah parijoto dilaporkan mengandung tanin, saponin, flavonoid dan glikosida. Data yang dihasilkan dari penelitian tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2.1: Kandungan Buah parijoto dari hasil penapisan fitokimia ekstrak kasar, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi metanol (Wachidah, 2013)

No. Metabolit

sekunder

Ekstrak kasar

Fraksi

n-heksan

fraksi etil asetat

Fraksi metanol

1 Alkaloid - - - -

2 Saponin ++ - + +

3 Glikosida + - + ++

4 Flavonoid ++ - ++ ++

5 Tannin +++ - +++ +++


(23)

8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Spesies lain dari Medinilla, yaitu Medinilla Magnifica telah diteliti oleh Casteele (1981) mengandung Fenol 19%, flavonoid 5%, dan Tanin terhidrolisis 69%, tanin terkondensasi 7%. Senyawa fenol dan asam fenolat sederhana yang diidentifikasi adalah floroglusinol, asam p-hidroksibenzoat, asam vanilat, asam protokatekin, asam galat, asam syringat, asam trans p-kumarik, asam trans-ferulat dan asam trans-kafeat. Ekstrak metanol Medinilla speciosa Blume mengandung Fenolat total 388 mg GAE/g ekstrak dan Flavonoid total 164 mg RE/g ekstrak (Wachidah,2013).

2.1.5 Khasiat

Menurut Anggana (2011) parijoto merupakan jenis tumbuhan obat yang menjadi primadona bagi masyarakat Jawa khususnya masyarakat lereng Gunung Merapi karena dipercaya dapat meningkatkan kesuburan janin dan kesehatan ibu. Sedangkan menurut Wibowo, Wasino dan Dewi(2012) masyarakat Colo punya keyakinan kalau makan buah Parijoto saat hamil jika lahir anak laki-laki akan terlihat cakap, sedangkan jika perempuan akan terlihat cantik secara budi pekerti. Dan biasanya parijoto ini digunakan secara tradisional sebagai antiradang, sariawan, dan antibakteri (Anonim, 2014).

Parijoto juga dikabarkan mempunyai khasiat untuk mengobati sariawan, diare, dan dapat menurunkan kolesterol Daun dan buah parijoto merupakan bagian yang sering dimanfaatkan baik segar maupun kering (Anonim, 2014)

.

Menurut wachidah (2013) ekstrak parijoto aktif sebagai antioksidan dengan IC50 pada fraksi etil asetat 20,34 µg/mL, fraksi metanol 46,65 µg/mL, dan ekstrak kasar 48,24 µg/mL. Niswah (2014) menyatakan jika parijoto juga memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri uji Escherichia coli dan Staphylococcus aureus pada ekstrak metanol dan n-heksan. Medinilla Luchuenesis telah diteliti oleh Xia Jin Yao et al (2009) memiliki efek sebagai antbakteri.

Spesies lain dari Medinilla seperti Medinilla crassinorvia Blume yang berasal dari Papua New geniu diteliti sebagai terapi


(24)

9 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kanker nasal (Maffei,2003). Spesies lain seperti Medinilla arbaricola F.C How (X.Zeng et al.,2013) yang ada di Cina merupakan tanaman yang digunakan secara tradisional sebagai obat luka luar. Tanaman lain dari famili yang sama yaitu melastomaceae seperti Melastoma malabathricum Linn telah diteliti aktif sebagai antihiperlipidemia pada dosis 150-300 mg/KgBB pada tikus putih jantan yang diinduksi diabetes (Balamurugan et al.,2014).

2.2 Lipid

Lipid adalah sekelompok senyawa heterogen yang terdiri dari lemak, minyak, steroid, malam (wax), dan senyawa terkait, yang berkaitan lebih karena sifat fisiknya dari pada sifat kimianya. Lipid secara relatif tidak larut dalam air dan dapat larut dalam pelarut nonpolar (eter dan kloroform). Lipid dibagi menjadi lipid sederhana (lemak dan wax), lipid kompleks (Fosfolipid, glikolipid, dan lipid kompleks lain), dan prekusor serta turunan lipid (asam lemak, gliserol, steroid, alkohol lain, aldehida, lemak, badan keton, hidrokarbon, vitamin larut lemak, dan hormon (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).

Lemak (fat) yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis di hati dan jaringan adiposa harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ untuk digunakan dan disimpan. Karena lipid tidak larut dalam air, maka untuk mengangkut lipid dalam plasma darah diperlukan penggabungan lipid nonpolar (trigliserida dan ester kolesterol) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein untuk menghasilkan lipoprotein yang dapat bercampur dengan air (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).

[ S u m b e r : M u r r a y , G r a n n e r , d a n R o d w e l l , 2 0 0 9 ] G a m b a r 2 . 2 : K o m p o n e n l i p i d p l a s m a


(25)

10 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lipid diangkut di dalam plasma sebagai lipoprotein. Lipid plasma terdiri dari trigliserida (16%), fosfolipid (30%), kolesterol (14%), dan ester kolesterol (36%), serta sedikit asam lemak rantai panjang tak terseterifikasi (asam lemak bebas, FFA) (4%) merupakan lemak plasma yang paling aktif secara metabolik (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).

2.2.1 Lipoprotein

Lipoprotein merupakan kompleks antara lipid dengan protein. Lipoprotein mengangkut lipid dari usus sebagai kilomikron dan dari hati sebagai lipoprotein berdensitas sangat rendah atau VLDL (Very Low Density Lipoprotein) ke sebagian jaringan untuk dioksidasi dan ke jaringan adiposa untuk disimpan. Kelainan metabolisme lipoprotein dapat menyebabkan hipo/hiperlipoproteinemia. Lipoprotein terdiri dari inti nonpolar (trigliserida dan ester kolesterol) serta dikelilingi oleh satu lapisan permukaan molekul kolesterol dan fosfolipid amfipatik. Terdapat empat kelompok utama lipoprotein plasma yang telah diketahui dan penting secara fisiologis dan penting dalam diagnosa klinis, meliputi: kilomikron, VLDL (Very Low Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein), dan HDL (High Density Lipoprotein) (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).

a. Kilomikron

Kilomikron ditemukan dalam kilus yang hanya dibentuk oleh sistem limfa yang mengaliri usus. Kilomikron bertanggung jawab mengangkut semua lipid dari makanan ke dalam sirkulasi. Pembersihan kilomikron dari darah berlangsung cepat, dengan waktu paruh kurang dari satu jam pada manusia. Asam-asam lemak dari triasilgliserol klilomikron terutama disalurkan 80% ke jaringan adiposa, jantung, dan otot dan 20% ke hati. (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009). Pada individu normal, kilomikron terdapat di dalam plasma setelah 3-6 jam mengkonsumsi daging berlemak, namun setelah 10-12 jam kilomikron tidak terdapat lagi di dalam plasma (Gilman, 2012).


(26)

11 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Lipoprotein Densitas Sangat Rendah (VLDL)

VLDL (Very Low Density Lipoprotein) atau pra -lipoprotein yang berasal dari hati untuk ekspor trigliserida ke jaringan ekstrahepatik. Reseptor VLDL berperan penting dalam penyaluran asam lemak dari trigliserida VLDL ke adiposit dengan mengikat VLDL dan membawanya berkontak dengan lipoprotein lipase (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).

VLDL Memiliki diameter 400-1000 A dan cukup besar untuk menimbulkan kekeruhan plasma, tetapi tidak seperti kilomikron, pertikel VLDL tidak mengapung spontan ke permukaan tubular plasma yang didiamkan tanpa diganggu selama 12 jam (Gilman, 2012). Kilomikron dan VLDL dimetabolisme melalui hidrolisis triasilgliserolnya, dan sisa lipoprotein tetap berada di dalam sirkulasi. Sisa lipoprotein ini diserap oleh hati, tetapi sebagian sisa (IDL) yang berasal dari VLDL membentuk LDL yang diserap oleh hati jaringan lain melalui reseptor LDL (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).

Faktor-faktor yang meningkatkan sintesis trigliserida dan VLDL oleh hati meliputi, keadaan kenyang, menkonsumsi induksi karbohidrat terutama sukrosa dan fruktosa yang meningkatkan lipogenesis dan esterifikasi asam lemak, tingginya kadar asam lemak bebas dalam darah, konsumsi etanol, dan adanya insulin yang tinggi dan kadar glukagon yang rendah sehingga meningkatkan sintesis dan esterifikasi asam lemak serta manghambat oksidasinya (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009). c. Lipoprotein Densitas Rendah (LDL)

LDL (Low Density Lipoprotein) atau -lipoprotein merupakan lipoprotein berdensitas rendah yang menggambarkan suatu tahap akhir metabolisme VLDL. LDL bertugas menyalurkan kolesterol ke jaringan. Setelah dimetabolisme menjadi IDL, VLDL kemudian dapat diserap oleh hati secara langsung melalui reseptor LDL (apo B-100 E) atau dapat diubah


(27)

12 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menjadi LDL. Hanya terdapat satu molekul apo B-100 di masing-masing partikel lipoprotein dan dipertahankan selama transformasi sehingga setiap partikel LDL berasal dari satu partikel VLDL prekusor. Pada manusia, cukup banyak IDL membentuk LDL dan merupakan penyebab meningkatnya kadar LDL pada manusia dibanding hewan mamlalia (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).

LDL memiliki waktu paruh 1,5-2 hari, hal ini menyebabkan konsentrasi LDL dalam plasma lebih tinggi dibanding VLDL dan IDL. Penanganan hiperkolesterolemia yang paling efektif melalui diet dan farmakologi bekerja dengan meningkatkan ekspresi reseptor LDL di hati (Gilman, 2012).

d. Lipoprotein Densitas Tinggi (HDL)

HDL (High density Lipoprotein) atau α-lipoprotein disintesis di hati dan diekskresikan ke dalam usus. HDL berperan dalam transpor kolesterol bebas keluar jaringan yang dikenal sebagi transport kolesterol balik (reverse cholesterol transport) dan pada metabolisme VLDL dan kilomikron. HDL yang disintesis miskin akan kolesterol dan mengandung Apo A, C, dan E, disebut HDL nascent yang menerima kolesterol bebas. Fungsi utama HDL adalah bertindak sebagai tempat penyimpanan untuk apo C dan E yang dibutuhkan dalam metabolisme kilomikron dan VLDL. Lipoprotein ini disintesis dalam hati dan usus, namun sintesis di usus terjadi lewat rute tak langsung. Kadar HDL bervariasi secara timbal balik dengan kadar Trigliserida plasma dan secara langsung dengan aktivitas lipoprotein lipase yang mungkin disebabkan oleh konstituen permukaan surplus, misanya fosfolipid dan apo A-1 ynag dibebaskan sewaktu hidrolisis kilomikron dan VLDL serta ikut membentuk pra -HDL dan HDL diskoid (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).


(28)

13 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.2 Kolesterol

Kolesterol terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau dalam bentuk simpanan, yang berikatan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester kolesteril. Kolesterol merupakan lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural esensial pada membran dan lapisan luar lipoprotein plasma. Senyawa ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-koA dan sebagai prekusor semua steroid di dalam tubuh. Sebagai produk tipikal metabolisme hewan, kolesterol terdapat dalam makanan hewani seperti kuning telur, daging, hati dan otak. Kolesterol adalah unsur pokok batu empedu dan sebagai faktor utama pembentukan aterosklerosis arteri-arteri vital, yang menimbulkan penyakit pembuluh darah perifer, koroner, dan serebrovaskuler. Peningkatan kadar kolesterol yang terdapat di VLDL dan IDL, atau LDL menyebabkan aterosklerosis, sedangkan HDL dalam kadar tinggi memberikan efek protektif. (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).

Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap. (1) mevalonat, yang meruakan senyawa enam-karbon, disintesis dari asetil KoA. (2) Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat dengan menghilangkan CO2. (3) enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk intermediet, skualen. (4) Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk, yaitu lanosterol. (5) kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melewati beberapa tahap lanjut, termasuk menghilangnya tiga gugus metil. Sintesis kolesterol dikendalikan oleh regulasi HMG KoA reduktase (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).

Setiap hari, sekitar 1 gram kolesterol di keluarkan dari tubuh, separuhnya di dalam tinja setelah mengalami konversi menjadi asam empedu. Sisanya diekskresikan sebagai kolesterol. Koprostanol adalah sterol utama dalam tinja, senyawa ini dibentuk dari kolesterol oleh bakteri di usus di bagian bawah (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).


(29)

14 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.3 Trigliserida

Trigliserida (triasilgliserol) merupakan ester trihidrat alkohol gliserol dengan asam lemak dan merupakan bentuk simpanan utama asam lemak. Mono- dan diasilgliserol, tempat satu atau dua asam lemak teresteriifikasi dengan gliserol, juga ditemukan di jaringan. Simpanan trigliseridadi jaringan adiposa terus menerus mengalami lipolisis (hidrolisi) dan re-esterifikasi. Sintesis trigliserida terjadi di hati dan sejumlah kecil di jaringan adiposa. Tahap biosintesis trigliserida berawal dari molekul asil-KoA yang dibentuk dari pengaktifan asam lemak oleh asil-KoA sintase, berikatan dengan gliserol 3-fosfat untuk membentuk fosfatidat (1,2-diasilgliserol fosfat), yaitu, prekusor dalam biosintesis triasilgliserol. Fosfatidat ini akan diubah oleh fosfatidat fosfohidrolase dan diasilgliserol asiltransferase (DGAT) menjadi 1,2-diasilgliserol dan kemudian menjadi triasilgliserol (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).

2.3. Hiperlipidemia 2.3.1 Definisi

Hiperlipidemia didefinisikan sebagai terjadinya peningkatan satu atau lebih kolesterol, ester kolesterol, fosfolipid, atau trigliserida. Hiperlipidemia juga biasanya dikaitkan dengan meningkatnya total kolesterol dan trigliserida, penurunan HDL, peningkatan apolipoprotein B, dan peningkatan LDL (Dipiro, 2005). Hiperlipidemia ditandai dengan meningkatnya serum kolesterol total (LC), LDL (Low Density Lipoprotein), VLDL (Very Low Density Lipoprotein), dan penurunan HDL (High Density Lipoprotein) (Khera and Aruna., 2012).

Hiperlipidemia (naiknya kadar trigliserida atau kolesterol) dan menurunnya kadar HDL-C disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi konsentrasi berbagai lipoprotein plasma. Faktor-faktornya meliputi gaya hidup atau perilaku (diet atau kerja fisik), genetik (mutasi gen yang mengatur lipoprotein), atau kondisi


(30)

15 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

metabolik (diabetes melitus) yang mempengaruhi metabolisme lipoprotein plasma (Gilman, 2012).

Hipertrigliseridemia dan tingkat HDL rendah berhubungan dengan obesitas (BMI> 26 Kg/m2),merokok, gaya hidup, tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, dan glukosa darah di atas 4,4 mmol/L. Kenaikan trigliserida yang berlebihan dapat meningkatkan resiko kardiovaskuler (Dipiro, 2005). Pada hipertrigliserida yang parah (>1000 mg/dL) diperlukan terapi untuk mencegah pankreatitis (Gilman, 2012).

Tabel 2.2 : Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan Trigliserida menurut NCEP ATP III 2001 mg/dl

Kolesterol Total <200 200-239 ≥β40 Optimal Diinginkan Tinggi Kolesterol LDL <100 100-129 130-159 160-189 ≥190 Optimal Mendekati optimal Diinginkan Tinggi Sangat tinggi Kolesterol HDL <40

≥60 Rendah Tinggi

Trigliserida <150 150-199 200-499 ≥500 Optimal Diinginkan Tinggi Sangat tinggi [Sumber: Dipiro,2005]

Tabel 2.3 : klasifikasi hiperlipoprtoteinemia Fredickson-Levy-Lees

Tipe Peningkatan Lipoprotein

I IIa IIb III IV V Kilomikron LDL LDL+ VLDL IDL (LDL1)

VLDLVLDL + Kilomikron


(31)

16 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.2 Terapi Farmakologi hiperlipidemia

Obat-obat penurun lipid dapat dikelompokkan menjadi agen yang menurunkan sintesis VLDL dan LDL, agen yang meningkatkan klirens VLDL, agen yang meningkatkan katabolisme LDL, agen yang menurunkan absorpsi kolesterol, agen yang meningkatkan HDL, atau beberapa kombinasi yang dapat dilihat dalam tabel 2.

Tabel 2.4 : Efek-efek terapi obat pada lipid dan lipoprotein

Drug Mekanisme kerja Efek pada lipid Efek pada

lipoprotein Keterangan

Kolestiramin, kolestipol, dan kolsevelam ↑Katabolisme LDL,↓Absor psi kolesterol,

↓Kolesterol, ↓LDL,

↑VLDL Bermasalah dengan kepatuhan, mengikat

kebanyakan obat-obat asam yang diberikan sebagai tambahan

Niasin ↓sintesis

LDL dan

VLDL ↓trigliserida dan kolesterol ↓VLDL, ↓LDL, ↑HDL Bermasalah dengan kepatuhan pasien, baik dikombinasikan dengan resin asam empedu.

Probukol ↑Klirens LDL

↓Kolesterol ↓LDL dan HDL ↓HDL Gemfibrozil, klofibrat, fenofibrat ↑Klirens VLDL, ↓Sintesis VLDL ↓Trigliserida dan kolesterol ↓LDL, ↓VLDL dan ↑HDL Klofibrat menyebabkan batu empedu kolesterol Lovastatin, pravastatin, flufastatin, atorvastatin, resuvastatin ↑Katabolisme LDL, menghambat sintesis LDL

↓kolesterol ↓LDL -

Ezetimibe Menghambat absorpsi kolesterol

↓kolesterol ↓LDL Beberapa efek samping, dan efek tambahan pada obat lain.


(32)

17 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Inhibitor reduktase (statin), niasin, atau eztimibe. Dari pilihan-pilihan tersebut statin merupakan pilihan-pilihan utama karena dianggap sebagai agen yang paling poten dalam menurunkan LDL. Statin mengganggu konversi HMG-KoA menjadi mevalonat, dengan menghambat enzim HMG-KoA reduktase. Produk statin yang ada saat ini termasuk lovastatin, pravastatin, simvastatin, fluvastatin, dan atorvastatin (Dipiro,2005).

Kombinasi terapi dengan sequestran asam empedu dan lovastatin dianggap rasional karena jumlah reseptor LDL meningkat, memicu terjadinya degradasi kolesterol LDL, sintesis intraseluler kolesterol dihambat, dan pengolahan kembali enterohepatik asam empedu diganggu. Kombinasi terapi statin dengan ezetimibe juga rasional karena eztimibe menghambat absorpsi kolesterol melewati mukosa usus dan reduksi bertambah 12%-20% ketika dikombinasi dengan statin atau obat lain (Dipiro,2005).

2.3.3 Obat-obat yang digunakan dalam hiperlpidemia 2.3.3.1 Statin

Statin (Simvastatin, lovastatin, atorvastatin, dan Fluvastatin) merupakan senyawa yang paling efektif dan baik toleransinya untuk mengobati dislipidemia. Merupakan inhibitor kompetitif 3-OH-3-metilglutaril koenzim A (HMG-CoA) reduktase yang mengkatalisis tahap awal pembatasan laju pada biosintesis kolesterol. Mekanisme kerja dalam menghambat kerja HMG CoA reduktase dapat dilihat pda gambar 2.3. Statin yang lebih kuat (atorvastatin dan simvastatin) dalam dosis tinggi dapat menurunkan kadar trigliserida yang disebabkan naiknya kadar VLDL. Statin juga mempengaruhi kadar kolesterol darah dengan menghambat pembentukan kolesterol di dalam hati yang menyebabkan peningkatan ekspresi gen reseptor LDL. Kadar trigliserida tinggi > 250 mg/dl dikurangi secara berarti oleh


(33)

18 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

statin dan presentase penurunannya sama dengan presentase penurunan LDL-C. Efek samping yang perlu diperhatikan adalah terjadinya gangguan pencernaan, miopati, dan gangguan hati (Gilman, 2012).

2.3.3.2 Sekuestren asam empedu (Resin)

Kolestiramin dan kolestipol merupakan obat hipolipidemia yang pertama kali, dan paling aman karena tidak di absorpsi dari usus. Kolestiramin dapat menurunkan kolesterol total 13% dan LDL-C 20%, dibandingkan dengan diet, penurunan kolesterol total 5% dan LDL-C 8%. Sekuestren asam empedu sangat bermuatan positif dan mengikat asam-asam empedu bermuatan negatif. Karena ukurannya yang besar, resin tidak diabsorbsi, dan asam empedu yang terikat diekskresi dalamm feses. Karena biasanya lebih dari 95% asam empedu diabsorbsi, gangguan ini akan mendeplesi akumulasi asam empedu dalam hati dan sintesis asam empedu di hati meningkat. Akibatnya kandungan kolesterol di hati berkurang, menstimulasi produksi reseptor LDL. Karena resin diberikan dalam bentuk garam klorida, jarang dilaporkan adanya asidosis hiperkloremia. Penggunan terhadap hipertrigliserida parah dihindari karena resin-resin ini dapat meningkatkan kadar trigliserida (Gilman, 2012).mekanisme kerja resin sebagai antihiperlipidemia dapat dilihat pada gambar 2.3.


(34)

19 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

[Sumber :Basic & clinical pharmacology,2007]

Gambar 2.3 : Mekanisme kerja Resin, Niasin,Ezetimibe, dan Inhibitor HMG-CoA reduktase

2.3.3.3 Asam nikotinat (Niasin)

Niasin cenderung mempengaruhi hampir semua parameter lipid. Niasin menghambat lipolisis trigliserida oleh lipolisis sensitif hormon di jaringan adiposa yang akan mengurangi transpor asam lemak bebas ke hati dan menurunkan sintesis trigliserida di hati. Menurunnya Trigliserida juga berimplikasi kepada penurunan VLDL dan menyebabkan berkurangnya kadar LDL. Niasin juga meningkatkan kadar LPL yang mendorong bersihan kilomikron dan trigliserida VLDL serta meningkatkan HDL-C dengan mengurangi bersihan fraksional apoA-1 dalam HDL dan bukan meningkatkan sintesis HDL. Dua efek samping yang penting untuk diperhatikan adalah terjadinya kulit memerah dan dispepsia yang berakibat terhadap

usus Darah Hepatosit


(35)

20 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ketidakpatuhan pasien (Gilman, 2012). Mekanisme kerja Niasin dapat dilihat pada gambar 2.3.

2.3.3.4 Turunan asam Fibrat

Asam fibrat bekerja dengan mengikat reseptor Peroxisome Proliferator-Activated Receptors (PPARs) yang mengatur transkripsi gen sehingga dapat menurunkan trigliserida, LDL, dan meningkatkan HDL. Pengikatan ini mengakibatkan terjadinya peningkatan oksidasi asam lemak, aktivitas lipoprotein lipase, dan penurunan ekspresi Apo C-III. Pada pasien dengan hipertrigliserida ringan (<400 mg/dl) dapat menurunkan kadar trigliserida hingga 50% dan meningkatkan HDL-c sekitar 15%. Efek samping yang sering terjadi adalah gangguan gastrointestinal sebesar 5%, kemudian ruam kulit, urtikaria, rambut rontok, mialgia, lelah, sakit kepala, impotensi, dan anemia tapi jarang. Dilaporkan terjadi sedikit peningkatan transaminase di hati dan penurunan alkalinfosfatase (Gilman, 2012).

2.3.4 Induksi Hiperlipidemia

Induksi hiperlipidemia dapat dilakukan secara endogen dan eksogen. Induksi eksogen dilakukan dengan memberikan propiltiourasil yang merupakan antitiroid golongan tioamida. Hormon tiroid berperan dalam mengaktifkan hormon sensitif lipase yang bertanggung jawab terhadap proses katabolisme lipid dalam tubuh, sehingga hewan hipertitoid laju katabolisme lipid di dalam tubuh menjadi tinggi. Karena propiltiourasil merupakan antitiroid yang dapat menurunkan kadar hormon tiroid, maka pemberian propiltiourasil pada hewan uji dapat menurunkan hormon tiroid sehingga terjadi penurunan laju katabolisme lipid (Tisnadjaja dkk, 2010). Sedangkan induksi secara eksogen dilakukan dengan pemberian diet tinggi kolesterol dan lemak yang terdiri dari campuran kuning telur, sukrosa dan lemak hewani. Kuning telur dan lemak hewan yang merupakan


(36)

21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sumber lemak dan kolesterol hewani, Sedangkan menkonsumsi diet tinggi karbohidrat terutama sukrosa dan fruktosa yang meningkatkan lipogenesis dan esterifikasi asam lemak dan memicu peningkatan sintesis Trigliserida dan VLDL (Juheini, 2002 dan Dipiro, 2005) atau dapat juga diberikan makanan diet tinggi kolesterol berupa campuran kolesterol dengan asam kolat (Anbu et al.,2011 dan luhure et al.,2013)

2.4. Senyawa Flavonoid, Saponin, dan Tanin

Flavonoid, saponin, alkaloid, glikosida dan tanin yang terkandung dalam Woodfordia fruticosa telah dilaporkan aktif sebagai antioksidan pada hewan coba tikus. Efek hipolipidemia kemungkinan disebabkan oleh aksi individual atau sinergis komponen-komponen ini, dengan mengontrol hidrolisis lipoprotein tertentu dan selective uptake dan metabolisme pada jaringan tertentu. Kemungkinan, komponen-komponen menekan produksi enzzim lipogenik atau dengan menghambat absorpsi kolesterol. Di sampig itu adanya tanin yang memiliki efek diuretik kemungkinan juga ikut berkontribusi efek antihiperkolesterolemia (Khera and Aruna., 2012).

Flavonoid dan kandungan fitosterol lain pada B.monniera dilaporkan dapat menurunkan LDL, VLDL dan meningkatkan HDL dengan mereduksi kolesterol total plasma dan meningkatkan sensitivitas reseptor LDL (kamesh and Tangarajan.,2012). Adanya senyawa fenolik dan bioflavonoid (seperti antosianin dan glikosida) memberikan efek antioksidan dan antihiperlipidemia karena telah diketahui bahwa falvonoid merupakan agen penagkap radikal bebas yang poten serta kemungkinan untuk menurunkan sters oksidatif dengan menginduksi enzim antioksidan (Ochani and Priscilla, 2009).

2.5.1 Senyawa Flavonoid

Senyawa flavonoid tersebar luas di alam, terutama dalam tumbuhan tingkat tinggi dan jaringan muda. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid, flavonoid berperan sebagai pigmen bunga dan berperan dalam menarik serangga untuk membantu penyerbukan. Beberapa kemungkinan fungsi flavonoid yang lain bagi


(37)

22 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tumbuhan adalah sebagai zat pengatur tubuh, pengatur proses fotosintesis, zat antimikroba, antifirus, antiinsektisida, dan antioksidan (Middleton et al., 1998).

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol dan terdistribusi luas dalam kingdom tumbuhan. Flavonoid memiliki tiga struktur cincin dasar yang terdiri dari dua cincin aromatik (cincin A dan B) dan sebuah pusat separuh heterosiklik oksigenasi (cincin C) (Zou et al., 2005). Kerangka dasar flavonoid yaitu 15 atom karbon yang membentuk susunan C6-C3-C6. Flavonoid sendiri diklasifikasikan menjadi flavon, flavonol, flavanon, isoflavon, dan antosianin (Dai and Russel, 2010). Salah satu contoh senyawa flavonoid yang umum adalah rutin.

[Sumber:Unnikrishnan,2014]

Gambar 2.4 : Struktur Rutin

2.5.1.1 Aktivitas Flavonoid dalam Menurunkan kadar lipid plasma Flavonoid telah dikenal sebagai senyawa yang memiliki aktivitas potensial biologi yang aktif mencegah penyakit kronik termasuk penyakit kardiovaskuler. Flavonoid kemungkinan dapat mencegah kerusakan oksidasi dan oksidasi dari LDL. Flavonoid aktif sebagai anti-inflamasi, menurunkan kolesterol, antihipertensi, dan antiplatelet (Gross, 2004). Flavonoid yang terkandung dalam citrus aurantium menurunkan lipid dengan menghambat adipogenesis dan diferensiasi pada sel 3T3-L1 yang menginduksi down-regulation dari akumulasi lipid dan gen yang memetabolisme lipid (Kim et al., 2012).


(38)

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anioksidan merupakan antioksidan poten yang dapat mencegah oksidasi LDL, memblokade ambilan LDL oleh makrofag, mencegah pembentukan sel busa, dan mencegah arterosklerosis pada model hewan. Aktivitas antioksidan flavonoid dapat terjadi melelui beberapa mekanisme yaitu mengeruk oksigen reakstif/nitrogen, logam pengkhelat, dalam menghambat reaksi perkembangan peroksidasi lipid. Beberapa penelitian juga melaporkan efek flavonoid pada sintesis kolesterol dalam model seluler hepatosit dan sel HepG2 menunjukkan menstimulasi penghambatan sintesis kolesterol tergantung pada dosis dan flavonoid yang spesifik (Gross, 2004). Penurunan kolesterol total oleh flavonoid juga dipicu oleh adanya penghamabtan terhadap aktivias HMG CoA reduktase atau mneingkatkan ekskresi asam empedu dan kolesterol (Zou et al., 2005).

2.5.2 Senyawa Saponin

Saponin merupakan steroid atau triterpenoid glikosida, umum terdapat dalam banayak tumbuhan dan produk tumbuhan yang penting bagi manusia dan nutrisi hewan. Beberapa efek biologis dari saponin telah dilaporkan telah yaitu sebagai immunostimulan, meningkatkan permeabilitas membran, hipokolesterolemia, dan antikarsinogen. Triterpenoid saponin terdeteksi pada banyak tumbuhan polong seperti kedelai, kacang, dan polong dan lain-lain. Dan juga dalam bawang, bayam, bunga matahari dan ginseng. Sedangkan steroid saponin terdapat pada gandum, biji tomat, asparagus, ginseng, dan ubi rambat (Francis et al., 2002).

Nama Saponin berasal dari kemampuannya membentuk busa, seperti busa sabun dalam larutan air. Saponin terdiri dari bagian yang selalu mengandung glukosa, galaktosa, asam glukoronat, xilosa, ramnosa, atau metipentosa, dengan glikosida terikat pada aglikon hidrofobik (sapogenin) yang dapat berupa terpenoid atau steroid di alam. Sisi aglikon dapat terdiri dari satu atau lebih ikatan C-C tidak


(39)

24 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

jenuh. Rantai oligosakarida terikat pada posisi C3, tapi kebanyakan saponin memiliki tambahan bagian gula pada C26 atau C28. Kompleksitas dari struktur saponin disebabkan oleh variasi dari struktur aglikon, salah satu contoh saponin adalah dioscin dengan diosgenin sebagai aglikon (Francis et al., 2002).

[Sumber: Hong yu et al.2011]

Gambar 2.5: Struktur Soysaponin dan Azukasaponin

2.5.2.1 Aktivitas Saponin dalam Menurunkan kadar lipid plasma Dalam review yang dilakukan oleh Francis et al., 2002, sejumlah penelitian telah menujukkan jika saponin dari sumber yang berbeda dapat menurunkan level serum kolesterol pada hewan coba termasuk manusia. Sehingga dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan jika saponin memiliki efek hipokolesterolemia. karena saponin terikat pada lumen usus, faktor-faktor seperti jumlah saponin dan kolesterol, dan adanya ligan dari kedua senyawa tersebut kemungkinan memegang peranan penting dalam aksi pengikatan saponin-kolesterol sehingga dapat memiliki efek hipokolesterolemia yang signifikan (Francis et al., 2002).

Pada penelitian kamesh dan tangarajan (2012) saponin bekerja dengan mengendapkan kolesterol dari misel dan ikut campur dengan sirkulasi enterohepatik asam empedu membuat usus tidak mungkin untuk diabsorbsi dan memaksa hati untuk memproduksi asam empedu lebih dari plasma kolesterol dan meningkatkan reduksi level plasma kolesterol.


(40)

25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5.3 Senyawa Tanin

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuanya menyambung silang protein. Secara kimia terdpaat dua jenis tanin utama yaitu tanin terkondensasi yang tersebar luas dalam paku-pakuan, gimnospermae, dan angiospermae dan yang kedua tanin terhidrolisa yang penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harbone, 1987).

Tannin merupakan senyawa yang larut dalam air dan dapat ditemukan pada banyak taumbuhan tingkat tinggi. Tanin dapat bereaksi dengan protein, enzim pencernaan, polisakarida dan molekul lain (Aiura and Maria., 2007). Menurut Hagerman (2002) tanin memiliki efek pada sistem biologi karena kemampuannya sebagai agen pengkhelat ion logam, agen presipitasi protein, dan antioksidan biologi.

(a) (b)

[Sumber:Hagerman, 2002]

Gambar 2.6 : epikatekin (a) katekin (b)

2.5.3.1 Aktivitas Tannin dalam Menurunkan kadar lipid plasma

Selain memilki efek antimikroba dengan menghambat enzim dan membentuk komplek dengan ion logam, tanin juga dapat menurunkan profil lipid dan meningkatkan aktivitas antioksidan yang signifikan (Shallan et al.,2014). Pada penelitian ekstrak etanol Terminalia chebula, tanin


(41)

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menurunkan kadar kolesterol plasma dengan meningkatkan ekskresi dalam asam empedu (Choudary, 2013). Tannin juga memiliki efek diuretik yang dapat berkontribusi sebagai antihiperkolesterolemia (Khera and Aruna., 2012). Tanin terkondensasi dalam tanaman juga dapat menurukan serum kolesterol dengan meningkatkan variasi makanan, pengikatan tanin pada lipid dalam saluran pencernaan (Silanikove et al., 2004).

2.5. Ekstraksi

2.6.1 Pengertian ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengesktraksi senyawwa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua-hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2000). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak meliputi:

a. Faktor biologi

Faktor-faktor biologi yang mempengaruhi mutu ekstrak adalah identitas jenis (spesies), lokasi tumbuhan asal, periode pemanenan hasil tumbuhan, penyimpanan bahan tumbuhan, umur tumbuhan dan bagian yang digunakan.

b. Faktor kimia

Faktor-faktor kimia yang mempengaruhi mutu ekstrak adalah:

1) Faktor internal : jenis senyaa aktif dalam bahan, komposisi kualitatif-kuantitatif seyawa aktif, dan kadar total rata-rata senyawa aktif.

2) Metode eksternal: metode ekstraksi, perbandinngan ukuran alat ekstraksi (diameter dan tinggi alat) ukuran, kekerasan dan


(42)

27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kekeringan bahan,pelarut yang digunakan, kandungan logam berat, dan kandungan pestisida.

2.6.2 Metode Ekstraksi menggunakan pelarut

Ekstraksi menggunakan pelarut dibagi menjadi dua, yaitu ekstraksi dengan cara dingin dan cara panas. Cara dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengesktrakan simplisia dengan menggunakan beberapa pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada teperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya (Depkes RI, 2000).

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan esktrak, terus menerussampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes RI, 2000).

Ekstraksi dengan cara panas dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendinginan balik. Umumnya


(43)

28 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraski sempurna (Depkes RI, 2000).

b. Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraski menggunakan pelarut yang selalu baru umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar) 40-50oC (Depkes RI, 2000).

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus terceluo dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Depkes RI, 2000).

e. Dekok

Dekok adalah infus pada аaktu yang lebih lama (≥γ0oC) dan temperatur sampai titik didih air (Depkes RI, 2000).

2.6.Penapisan Fitokimia

Tujuan utama dai penapisan fitokimia adalah mengetahui informasi awal golongan senyawa sehingga memudahkan proses pengisolasiannya. selain itu juga bertujuan untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan tersebut potensial untuk dimanfaatkan. Pendekatan ini meliputi analisa kualitatif kandungan dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, dan biji) terutama kandungan metabolit sekunder seperti


(44)

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, antrakuinon, dan glikosida (Harborne, 1987).

a. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasaya tidak berwarna, seringkali bersifat optis aktif, dan umumnya berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar, misalnya nikotin (Harborne, 1987).

Alkaloid umumnya berada dalam bentuk garamnya dan larut dalam air. Adanya alkaloid dapat diuji dengan pereaksi Mayer, di mana hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Endapan tersebut diperkirakan terjadi karena terbentuknya kompleks K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II) dan nitrogen pada alkaloid.

Uji alkaloid juga dapat dilihat dengan pereaksi Dragendorff. Hasil positif alkaloid dengan pereaksi ini ditandai dengan terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning. Endapan tersebut adalah kalium-alkaloid.

[sumber : Marliana dkk, 2005]

Gambar2.8 : Reaksi Uji Dragendorff

[sumber : Marliana dkk, 2005]


(45)

30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa yang umumnya terdapat pada tumbuhan berpembuluh, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid. Dalam menganalisa flavonoid, yang diperiksa adalah aglikon dalam ekstrak tumbuhan yang sudah dihidrolisis. Pada ekstraksi senyawa ini dilakukan dengan etanol mendidih untuk menghindari oksidasi enzim (Harbone, 1987). Flavonoid dapat diekstraksi dalam keadaan segar, kering atau beku. Kepolaran sangat penting menentukan ekstraksi flavonoid, flavonoid yang kurang polar (seperti isoflavon, flavanon, flavanon termetilasidan flavonol) diekstraksi dengan kloroform, diklorometan, dietil eter, etil asetat, sementara flavonoid glikosida dan aglikon yang lebih polar dapat diekstraksi dengan alkohol-campuran alkohol (Anderson & Markham, 2006).

Pendeteksian adanyaa flavonoid dapat dilakukan dengan metode wilstater sianidin. Uji wilstater sianidin biasa digunakan untuk mendeteksi senyawa yang mempunyai inti alfa-benzophiron. Warna merah yang terbentuk pada uji wilstater disebabkan karena terbentuknya garam flavilium (Marliana dkk., 2005).

[Sumber : Achmad, 1986 dalam Marliana, dkk., 2005]


(46)

31 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Saponin

Saponin adalah glikosida triterpen yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun yang jika dikocok kuat akan menimbulkan busa. (Harbone, 1987). Identifikasi saponin dapat dilakukan dengan mengocok ekstrak bersama air di dalam tabung reaksi dan akan timbul busa yang dapat bertahan lama (tidak hilang selama 30 detik (Marliana dkk., 2005).

[sumber : Marliana dkk, 2005]

Gambar 2.10: Reaksi hidrolisis saponin dalam air

d. Tanin

Tanin merupakan senyawa umum yang terdapat pada dalam tumbuhan berpembuluh, memiliki gugus fenol, memiliki rasa sepat dan mampu menyamak kulit karena kemampuannya menyambung silang protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air (Harborne, 1987). Tanin pada ekstrak tumbuh-tumbuhan diidentifikasi dengan uji gelatin dengan prinsip pengendapan protein dari gelatin oleh tanin. Dan hasil positif juga diberikan oleh pereaksi ferri klorida (FeCl3), di mana tanin terhidrolisa memberikan warna biru atau biru-hitam, sedangkan kondensasi tanin memberikan warna biru-hijau. Senyawa polifenol juga memberikan reaksi warna spesifik dengan FeCl3, tetapi tidak memberikan endapan dengan gelatin (Tiwari, et al., 2011 dan Marliana dkk., 2005).


(47)

32 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Antrakuinon

Antrakuinon mungkin dijumpai baik dalam bentuk glikosida dengan ikatan O- atau C-glikosida maupun aglikonnya. Biasanya digunakan sebagai zat warna dan katartiks (Purgatives). Identifikasinya dilakukan dengan cara uji Borntrager’s. Antrakuinon memberikan аarna spesifik dengan basa seperti merah, violet, dan hijau (Marliana dkk., 2005).

f. Glikosida

Glikosida merupakan senyawa yang bila dihirolisis akan terurai menjadi gula (glikon) dan senyawa lain (aglikon atau genin), contohnya adalah amigdalin dan biasnya memiliki aktivitas sebagai antidiare (Tiwari et al., 2011).

uji Keller Kiliani juga dapat digunakan untuk identifikasi kandungan glikosida. Uji keller kiliani positif menunjukkan adanya deoksi gula untuk glikosida. Warna merah yang terbentuk kemungkinan disebabkan terbentuknya kompleks. Atom oksigen yang mempunyai pasangan elektron bebas pada gugus gula bisa mendonorkan elektronnya pada Fe3+ membentuk kompleks. Perkiraan reaksi yang terjadi pada uji Keller Killiani adalah sebagai berikut:

[sumber : Marliana dkk, 2005]


(48)

33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian dan Metode

Jenis penelitian yang dikerjakan termasuk ke dalam jenis penelitian eksperimental. Metode penelitian menggunakan ekstrak etanol 70% buah parijoto yang diekstraksi dengan cara dingin, yaitu maserasi, selanjutnya dilakukan standarisasi pada ekstrak. Ekstrak yang diperoleh diberikan ke hewan uji yang diberi induksi kolesterol dan lemak untuk melihat efek antihiperlipidemia, yang dievaluasi pada hari ke-43 melalui pengukuran kolesterol total, trigliserida dan VLDL.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium penelitian I, Penelitian II, Laboratorium Fitokimia, Laboratorium PMC, Laboratorium Biokimia, dan Laboratorium Animal House, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, selama empat bulan, selama bulan November hingga April 2015.

3.2.Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer UV-Vis single beam, spektrofotometer UV-Vis double beam, kuvet, sentrifugator, mikrotube, mikropipet, spuit, sonde lambung, timbangan analitik, timbangan hewan, tanur, rotatory evaporator, alkoholmeter, desikator, waterbath, Tabung ependorf, tabung EDTA, serta alat-alat gelas.

3.3.Bahan

3.3.1. Bahan Uji

Buah Medinilla speciosa Blume dengan spesifikasi warna merah muda keunguan dan rasa asam sepat.


(49)

34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.2. Hewan Uji

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus galur Sparague Dawley sebanyak 30 ekor, berumur 2 bulan, berjenis kelamin jantan dengan berat 150-250 gram.

3.3.3.Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah reagen kit kolesterol total, reagen kit trigliserida, Na CMC, Simvastatin (Kimia Farma), akuabides, etanol 70%, akuades, pereaksi dragendorff, pereaksi Mayer, HCl 2N, asam sulfat pekat, H2SO4 1 M, FeCl3, NaCl 10%, FeCl3 0,1%, NaOH, Kloroform, AlCl3, Na2CO3, NaNO2, Rutin Hidrat (Sigma), Asam Galat (Sigma), Reagen Folin ciocalteu (Merck), dan metanol.

3.4.Cara Kerja

3.4.1. Persiapan Hewan Uji

Hewan uji diaklimatisasi selama ±14 hari dengan tujuan untuk mengadaptasikan hewan uji dengan lingkungannya yang baru dan mengurangi stres pada tikus yang dapat mempengaruhi metabolisme dan mengganggu penelitian. Setiap tikus diberi makan dan minum. Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap keadaan umum hewan uji meliputi berat badan dan keadaan fisiknya. Tikus yang diikutsertakan dalam percobaan ini adalah tikus yang sehat dengan ciri-ciri mata jernih, bulu tidak berdiri, warna putih bersih, aktif, tingkah laku normal, dan mengalami peningkatan berat badan (Purwanti, 2012).

3.4.2. Penentuan Dosis Bahan Uji

Dikarenakan pengujian efek antihiperlipidemia pada ekstrak metanol buah parijoto (Medinilla speciosa Blume) baru pertama kali dilakukan sehingga belum ada acuan dosis penggunaan ekstrak ini


(50)

35 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

secara langsung sebagai antihiperlipidemia. Maka dari itu penelitian ini digunakan dosis skrining yaitu Dosis I (5 mg/KgBB/hari), Dosis II (50 mg/KgBB/hari), dan Dosis III (500 mg/KgBB/hari). Setelah dikonversi ke dosis hewan dengan dikali 0,018 dan di kali 10 sebagai faktor farmakokinetik konversi dosis pada 200 g bb tikus yaitu : Dosis I (0,9 mg/200 bb/hari), Dosis II (9 mg/200 bb/hari), dan Dosis III (90 mg/200 bb/hari).

3.4.3. Penentuan Dosis Simvastatin

Dosis lazim simvastatin pada manusia adalah 10-20mg/hari (Dipiro, 2005). Dosis simvastatin yang digunakan pada percobaan adalah 10 mg/hari. Dosis tikus didapatkan dari perkalian dengan faktor konversi dari manusia ke tikus yaitu 0,018 dan faktor farmakokinetik yaitu 10. Dosis untuk tikus adalah 10 mg x 0,018 x 10 = 1,8 mg/200 g bb per hari.

3.4.4. Penyiapan Bahan Uji

3.4.4.1. Pembuatan Ekstrak etanol 70% Buah parijoto

Buah Medinilla speciosa Blume yang digunakan pada penelitian ini setelah dikumpulkan. Selanjutnya dilakukan sortasi basah untuk dipisahkan dari kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing sehingga dapat mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan uji kemudian dicuci dengan air. Kemudian dihaluskan dengan diblender dan dimaserasi dengan etanol 70% selama 2-3 hari. Maserat yang nanti terbentuk selanjutnya diuapkan menggunakan rotatory evaporator dengan suhu ± 45o C. Selanjutnya filtrat diuapkan menggunakan cawan penguap didalam waterbath suhu ± 45oC hingga diperoleh ekstrak kental kemudian ekstrak kental yang diperoleh ditimbang. 38,972 g dan dikeringkan dengan cara freeze dried.


(51)

36 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.4.2. Pembuatan Suspensi Ekstrak etanol 70% Buah Parijoto

Ekstrak etanol 70% bauh parijoto sesuai dengan dosis yang telah ditentukan disuspensikan dengan Na CMC 0,5%. Pembuatan suspensi ini dimulai dengan dosis tertinggi yaitu 90 mg ekstrak /200 g bb (dosis III). Dosis I dan dosis II diperoleh dengan cara mengencerkan dosis III. Suspensi yang sudah dibuat nantinya kan diberikan peroral ke hewan uji dengan volume yang disesuaikan dengan berat badan Lampiran 2.

3.4.4.3. Pembuatan suspensi Simvastatin

Simvastatin disuspensikan dalam larutan CMC 0,5%. Tiap 3 ml suspensi simvastatin, mengandung 1,8 mg simvastatin (Lampiran 3).

3.4.4.4. Pembuatan Larutan Na CMC 0,5%

Larutan Na CMC yang dibuat dengan cara menimbang Na CMC sejumlah 0,5 g dan dikembangkan dalam akuades dengan dipanaskan pada suhu 60oC sebanyak 10 ml (20 kali berat Na CMC) selama 30 menit lalu dihomogenkan. Volume larutan dicukupkan hingga 100 ml kemudian dihomogenkan kembali (Lampiran 3).

3.4.4.5. Pembuatan Makanan Induksi Kolesterol dan Lemak

Makanan induksi kolesterol dan lemak yang diberikan ke hewan uji dibuat dengan komposisi kuning telur sebesar 80%, sukrosa 65% sebesar 15%, dan lemak hewan sebesar 5%. Dibuat dalam bentuk emulsi, semua bahan dicampurkan, kemudian dikocok dengan kecepatan tinggi hingga homogen dan dibuat baru setiap hari dan diberi peroral ke hewan uji dengan volume yang sesuai dengan berat badan (Lampiran 4).


(52)

37 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.5. Penapisan Fitokimia Kualitatif Ekstrak Etanol 70% Buah Parijoto

Penapisan fitokimia dilakukan pada ekstrak kental dan ekstrak kering. Penapisan ini dilakukan untuk melihat adanya senyawa metabolit sekunder secara kualitatif, flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, Glikosida, dan terpenoid. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi senyawa alkaloid

Ekstrak ditimbang 10 mg dilarutkan dalam asam klorida encer disaring, filtrat diguanakan untuk identifikasi senyawa alkaloid. Filtrat yang diperoleh dibagi menjadi 2 bagian, masing-masing bagian berturut-turut direaksikan dengan pereaksi Dragendorff, dan perekaksi Mayer. Terbentuknya endapan berwarna kuning yang ditetesi dengan pereaksi Mayer dan endapan berwarna merah pada ekstrak yang ditetesi dengan pereaksi dragendorf menunjukkan hasil positif adanya alkaloid (Tiwari et al, 2011 dan Niswah, 2014).

b. Identifikasi senyawa flavonoid

Ekstrak parijoto ditetesi dengan larutan NaOH. Adanya perubaha menjadi warna kuning dan ketika ditambahkan larutan asam warna menjadi pudar menunjukkan hasil positif adanya flavonoid (Tiwari et al, 2011).

c. Identifikasi senyawa Saponin Uji Forth

Ekstrak ditimbang 10 mg, lalu ditambahkan 10 ml air panas. Selanjutnya dikocok kuat selama 10 detik, akan terbentuk buih yang mantap setinggi 1-10 cm selama 10 menit. Kemudian ditambahkan 1 tetes HCl 2N dan diamati (Guevera, 1985 dalam Wachidah,2013).


(53)

38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Identifikasi senyawa tanin

Ekstrak ditimbang 0,5 g ekstrak direbus dalam 10 mL air dalam tabung reaksi dan disaring. Kemudian ditambahkan beberapa tetes FeCl3 0,1% dan diamati warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman (Ayoola et al, 2008).

e. Identifikasi Senyawa Glikosida Metode Keller-Killiani

Ekstrak sebanyak 10 mg lalu ditambahkan 3 ml pereaksi FeCl3 kemudian diadukdan dipindahkan campuran ke dalam tabung reaksi. Diteteskan 1 ml larutan asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi. Biarkan campuran beberapa lama sehingga terbentuk warna dari merah kecoklatan, yang mungkin berubah menjadi biru atau lembayung. Perubahan tersebut menunjukkan reaksi positif terhadap 2-deoksi-gula (Guevera, 1985 dalam Wachidah,2013).

f. Identifikasi Terpenoid

Sebanyak 0,5 g ekstrak ditimbang kemudian ditambahakan 2 ml klorofom. Sebanyak 3 ml H2SO4 ditambahkan dengan hati-hati untuk membentuk lapisan. Perubahan warna menjadi coklat kemerahan pada antar lapisan mengindikasikan adanya terpenoid (Ayoola et al, 2008).

3.4.6. Standarisasi Ekstrak Etanol 70% Buah Parijoto

3.4.6.1. Pengamatan Organoleptis

Organoleptis ekstrak dinyatakan melalui pengamatan dengan panca indera, mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa ekstrak (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).


(54)

39 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.6.2. Penetapan kadar air (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000)

Eksrak ditimbang 1-2 g lalu dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol, hingga membentuk lapisan setebal kurang lebih 5-10 mm. Kemudian dimasukkan ke dalam oven, tutup botol dibuka, dikeringkan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, botol timbang dalam posis tertutup dan dibiaran mendingin terlebih dahulu dalam desikator hingga suhhu kamar. Jika ekstrak sulit dikeringkan dan sulit mencair pada pemanasan, dapat ditambahkan 1 g silika pengering yang telah ditimbang seksama, setelah dikeringkan dan disimpan dalam desikator pada suhu kamar. Silika tersebut dicampurkan secara rata dengan ekstrak pada saat panas, kemudian dikeringkan kembali pada suhu penetapan hingga bobot tetap.

3.4.6.3. Penetapan kadar abu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000)

a. Penetapan Kadar Abu Total

Kurang lebih 1-2 g ekstrak yang telah digerus dan ditimbang dengan seksama, dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, ekstrak diratakan. Kemudian, krus silikat dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan, dan ditimbang. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring melalui kertas saring dalam krus yang dipijarkan. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap kemudian ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang dikeringkan.


(55)

40 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Penetapan Kadar Abu yang tidak larut dalam Asam Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu dididihkan dengan 25 ml asam sulfat encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulka, disaring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, dipijarkan hingga bobot tetap kemudian ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

3.4.6.4. Penetapan Kadar Flavonoid Total 1. Pembuatan Larutan Uji

Ekstrak kering ditimbang sebanyak 15 mg kemudian dilarutkan dalam 10 mL metanol (Konsentrasi larutan 1.500 µg/mL).

2. Pembuatan Larutan Standar

Ditimbang 20 mg rutin kemudian dilarutkan dengan metanol hingga 20 mL (Konsentrasi larutan 1.000 µg/mL). Dipipet 1.250, 1.750, 2.250, 2.750, dan 3.250 µL ke dalam labu ukur dan ditambah metanol hingga 5 µL dan didapatkan konsentrasi sampel 250, 350, 450, 550, dan 650 µg/mL.

3. Pembuatan Larutan NaNO2 5%

Ditimbang sebanyak 1,25 gram NaNO2, kemudian dilarutkan dengan aquadest hingga 25 mL.

4. Pembuatan Larutan AlCl3 10%

Ditimbang sebanyak sebanyak 2,5 gram AlCl3, kemudian dilarutkan dengan aquadest hingga 25 mL.

5. Pembuatan Larutan NaOH 1 M

Ditimbang sebanyak sebanyak 1 gram NaOH, kemudian dilarutkan dengan aquadest hingga 25 mL.


(56)

41 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Penentuan Kandungan Flavonoid Total

1 mL sampel dimasukkan ke dalam vial yang sebelumnya sudah ditambahkan 4 ml aquades, dan ditambahkan 0,3 ml larutan NaNO2 5% dibiarkan 5 menit. Ditambah 0,3 mL AlCl3 10% dan dibiarkan selama 6 menit, setelah itu ditambahkan 2 mL NaOH I M, segera ditambahkan aquades 2,4 mL, dikocok. Kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm. Percobaan dilakukan 3 kali pengulangan (Zou et al. 2004 dan Wachidah,2013).

3.4.6.5. Penetapan Kadar Tanin Total 1. Pembuatan Larutan Uji

Ekstrak kering ditimbang sebanyak 5 mg kemudian dilarutkan dalam 5 mL aquades (Konsentrasi larutan 1.000 µg/mL).

2. Pembuatan larutan asam galat sebagai standar

Ditimbang 5 mg asam galat kemudian dilarutkan dengan aquades hingga 5 mL (Konsentrasi larutan 1.000 µg/mL). Dipipet 1.000, 1.500, 2.000, 2.500, dan 3.000 µL ke dalam labu ukur dan ditambah metanol hingga 5 µL dan didapatkan konsentrasi sampel 200, 300, 400, 500, dan 600 µg/mL.

3. Pembuatan Larutan Na2CO3 35%

Ditimbang sebanyak sebanyak 17,5 gram Na2CO3, kemudian dilarutkan dengan aquadest hingga 50 mL. 4. Penentuan Kandungan Tanin Total

Sebanyak 0,1 mL sampel dicampur dengan 7,5 ml aquades, kemudian ditambahkan reagen Folin Ciocalteu 0,5 ml, ditambahkan Na2CO3 35% sebanyak 1 ml, segera ditambahkan air sebanyak 0,9 mL, campuran dikocok dan didiamkan selama 30 menit. Absorbansinya diukur pada


(57)

42 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

panjang gelombang 725 nm. Percobaan ini dilakukan 3 kali pengulangan(Tambe and Rajendra, 2014).

7.4.7. Pelaksanaan Percobaan

7.4.7.1. Pengelompokan Hewan Uji dan Perlakuan

Hewan uji dibagi menjadi 6 (enam) kelompok, pengelompokan hewan uji dilakukan secara acak lengkap dengan jumlah minimal per kelompok mengikuti rumus Federer tahun 1963 (Syam et al., 2011) yaitu:

(n-1)(t-1) ≥ 15

Keterangan : t adalah jumlah perlakuan

n adalah jumlah pengulangan untuk tiap perlakuan

maka : (n-1)(6-1) ≥ 15 (n-1)(5) ≥ 15 5n-5 ≥ 15 5n ≥ β0 n ≥ 4

Sehingga jumlah minimum hewan uji yang digunakan ialah 4 ekor tiap kelompok. Pada percobaan ini digunakan 30 ekor tikus yang dibagi ke dalam 6 kelompok, masing-masing terdiri dari 5 ekor. Kelompok tersebut terdiri dari kelompok normal, Induksi kolesterol-lemak, simvastatin, dan kelompok dosis. Kelompok kontrol normal bertujuan untuk mengetahui kadar lipid plasma tikus yang tidak mengalami hiperlipidemia, sedangkan kelompok kontrol simvastatin digunakan sebagi kelompok pembanding untuk melihat perbandingan pengaruh bahan uji dengan obat, yang telah diketahui efektif dalam menurunkan kadar lipid plasma. Kelompok dosis dibuat dalam 3 variasi dosis untuk mengetahui dosis yang secara signifikan dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan VLDL. Setiap


(58)

43 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kelompok akan diberi perlakuan selama 42 hari dengan rancangan perlakuan yang tercantum pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Rancangan perlakuan hewan uji selama 42 hari

No. Kelompok

Jumlah tikus (ekor)

Perlakuan Hari ke 1-42

1. Kontrol normal 5 Diberi larutan Na CMC 0,5%

2.

Kontrol Induksi kolesterol dan

lemak

5 Diberi induksi kolesterol dan lemak 2,5 g/200 g bb/hari

3. Kontrol

simvastatin 5

Diberi induksi kolesterol dan lemak 2,5 g/200 g bb/hari,

suspensi simvastatin 1,8 mg/200 g bb

4. Dosis I

(5 mg/Kgbb) 5

Diberi induksi kolesterol dan lemak 2,5 g/200 g bb/hari, suspensi ekstrak uji dosis I

5. Dosis II

(50 mg/Kgbb) 5

Diberi induksi kolesterol dan lemak 2,5 g/200 g bb/hari, suspensi ekstrak uji dosis II

6. Dosis III

(500 mg/Kgbb) 5

Diberi induksi kolesterol dan lemak 2,5 g/200 g bb/hari, suspensi ekstrak uji dosis III

Keterangan : selama 42 hari kelompok kontrol normal

diberikan Na CMC 0,5%, sedangkan kelompok kontrol induksi kolesterol dan lemak, simvastatin, dosis I, II, III diberikan induksi kolesterol dan lemak sebanyak 2,5 g/200 g bb pada pukul 07.00 WIB kemudian pada pukul 16.00 WIB diberikan larutan Na CMC 0,5% untuk kelompok kontrol normal dan induksi kolesterol-lemak. Pada hari ke 43 dilakukan pengambilan darah dan pengukuran plasma.


(1)

104 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 14. Gambar Kandungan Tanin Total

Gambar 3. Kandungan senyawa tanin dalam asam galat


(2)

105 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 15. Hasil Determinasi Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume)


(3)

106 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 16. Surat Keterngan Kesehatan Hewan Uji


(4)

107 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 17. Certificate of Analysis Asam Galat


(5)

108 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 18. Certificate of Analysis Folin Ciocalteu


(6)

109 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 19. Certificate of Analysis Rutin Hydrate


Dokumen yang terkait

Efek Antidiare Ekstrak Etanol Daun Ranti (Solanum Americanum Mill.) Terhadap Tikus Putih Jantan

2 75 78

Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kulit Buah Rotan (Daemonorops draco (Willd.) Blume) terhadap Tikus yang Diinduksi Karagenan

7 79 92

Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Buah Inggir-inggir (Solanum Sanitwongsei Craib) pada Tikus Putih Jantan

9 76 82

Studi in vitro ; Efek Antikolesterol dari Ekstrak Metanol Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Terhadap Kolesterol Total

15 119 83

UjiEfek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol 70% Buah Parijoto (Medinilla Speciosa Blume)Terhadap Jaringan Hati Tikus Putih Jantan

3 28 88

:Uji Efek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol Buah Parijoto (Medinilla Speciosa Blume) Terhadap Kolesterol Total, Trigliserida, Dan VLDL Pada Tikus Putih Jantan

4 30 124

PENDAHULUAN Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Kulit Buah Asam Jawa ( Tamarindus Indica L. ) Terhadap Kadar Kolesterol Total Dan Trigliserida Serum Darah Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus) Galur Wistar.

0 1 5

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% KULIT BUAH ASAM JAWA Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Kulit Buah Asam Jawa ( Tamarindus Indica L. ) Terhadap Kadar Kolesterol Total Dan Trigliserida Serum Darah Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus) Galur Wistar.

0 2 19

EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN EKOR NAGA (Epipremnopsis media (Z&M) Engl.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN TRIGLISERIDA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN.

2 3 7

Efek Ekstrak Etanol Buah Terung Ungu (Solanum Melongena L.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Dan Trigliserida Pada Tikus Putih Jantan Hiperlipidemia.

0 1 42