Efektivitas perencanaan pengajaran dengan model kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan agama katolik di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta - USD Repository

  

EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN

DENGAN MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

DI SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:

  Yohanes Baptis Sutarno NIM: 031124023

  PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 ii

iii

iv

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku yang kucintai, kakak, adik, sahabat, para donatur, mudika Kotabaru dan para guru Agama Katolik di Sekolah Menengah Atas, Yogyakarta. v

  

MOTTO

  “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh

  Kristus” (Flp 3:8) vi

  ABSTRAK

  Judul skripsi EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN

  

DENGAN MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA

KATOLIK DI SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA dipilih berdasarkan

  fakta, bahwa perencanaan pengajaran dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu PAK. Adapun bentuk perencanaan pengajaran yang ada di Indonesia, disusun dalam kurikulum pendidikan.

  Istilah efektivitas yang digunakan dalam rumusan judul skripsi ini mengandung arti sejauh mana hasil suatu proses pengajaran dapat lebih maksimal dengan sumber daya yang minimal. Persoalan mendasar yang dibahas dalam skripsi ini adalah profesionalitas guru agama dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di sekolah. Profesionalitas guru dalam situasi bangsa Indonesia dewasa ini mengalami penurunan kualitas. Salah satu bentuk penurunan itu adalah bahwa para guru memiliki kecenderungan untuk tidak membuat perencanaan pengajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku secara maksimal.

  Penulis menyadari betapa pentingnya pendidikan, hendaknya tidak hanya berorientasi pada bidang ekonomi dan politik saja, tetapi pendidikan agama begitu penting dan berpengaruh besar terhadap perubahan. Terutama perubahan perilaku manusia yang utuh dan berwibawa. Maka dari itu hendaknya kurikulum pendidikan agama memberi nuansa yang khas dan sungguh melihat realita yang terjadi di masyarakat. Peserta didik yang cenderung dipengaruhi oleh berbagai macam tuntutan hidup yang akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam lembah kegelapan. Pemberlakukan KTSP oleh pemerintah, pihak sekolah sebagai satuan pendidikan memiliki kesempatan untuk mengekspresikan ide dan gagasannya masing-masing dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.

  Persoalan yang sangat mendasar dalam skripsi ini adalah bahwa seseorang tidak selalu sukses dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya tanpa mengkombinasikan ilmu tersebut dengan hati dan tindakan (Afektif dan Psikomotorik). Kedua hal ini penting bagi guru dan peserta didik, maka sangat tepat jika PAK ditempatkan dalam perspektif perencanaan pengajaran dan pendidikan iman yang baik, sehingga siswa dapat melihat permasalahan dengan kesadaran dan tindakan reflektif, dengan demikian efektivitas perencanaan pengajaran PAK di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta hendaknya diarahkan dalam rangka membantu siswa mencapai kematang pribadi dan kedewasaan iman.

  Maka dari itu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang saat ini diberlakukan tidak lagi berorientasi pada materi, melainkan segala segi yang ada kaitanya dengan kehidupan siswa yang termuat didalamnya. Dengan demikian efektivitas perencanaan pengajaran dengan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mampu meningkatkan mutu pendidikan agama Katolik di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang indikasinya membawa siswa menjadi pribadi yang utuh dan bertanggungjawab. vii

  

ABSTRACT

  This thesis entitled THE EFFECTIVENESS OF LESSON-PLAN BY

  

USING KTSP MODEL TO INCREASE THE QUALITY OF CATHOLIC

EDUCATION AT PANGUDI LUHUR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA

  was chosen based on the fact that lesson-plan is done in order to increase the quality of Catholic Education. The term effectiveness is related to the efforts to obtain maximal outcomes in teaching-learning process with minimal resources. This research aims at describing the religion teacher’s professionalism in implementing their duties as educators at school. At present, the decreasing of teacher’s professionalism is caused by the fact that many teachers do not make an appropriate lesson-plan in accordance with the curriculum.

  The researcher realizes the importance of education which is not oriented on economic and politic aspects but also on religious education. It is important here to make change, especially in behaviour. Religion education gives different atmosphere for real transformation. The students, who are affected by various cases, tend to have bad behaviour. By applying the KTSP as emphasized by government, the school as a unity of educators will have a chance to apply their ideas in increasing the quality of the school.

  The basic concern on this study is the fact that people would succeed not only from their knowledge but also from their affective and psychomotor aspects. Both of them are important for learners, in order to have effective learning and teaching. Catholic education concerns in religious education as well as teaching plan. It may help the students to face the problem in a deep awareness and thus they will be able to reflect and do correctly. The application of KTSP is not only oriented on materials but also on real transformation. Thus, the effectiveness of teaching-learning process may increase the quality of Catholic education in building a holistic transformation and responsibility. viii ix

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Allah Bapa karena kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul EFEKTIVITAS PERENCANAAN

PENGAJARAN DENGAN MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN

  

PENDIDIKAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA PANGUDI LUHUR

YOGYAKARTA. Selama proses penulisan skripsi ini, banyak perasaan yang

  dirasakan yaitu; gembira, sedih dan putus asa. Semua bercampur aduk menjadi satu karena berbagai hambatan dan kesulitan selalu datang dalam menyusun penulisan skripsi ini. Dengan rasa syukur berkat dukungan dan dorongan berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan harapan.

  Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih dan penghormatan kepada:

  1. Dra. Yulia Supriyati, M.Pd. selaku dosen pembimbing utama yang telah membimbing penulis dengan kesabaran dan memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi.

  2. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan dan kritikan- kritikan sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. x

  3. Dra. J. Sri Murtini, M.Si. selaku Dosen penguji yang selalu memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

  4. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

  5. Br. Herman Yoseph., FIC., yang mendukung dan memberikan semangat dan dukungan doa selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

  6. Drs. B. Sumarno, yang telah memberi waktu untuk wawancara, pengambilan gambar dan mengadakan penelitian.

  7. Br. Priyarso., S.J., yang mendukung, mendoakan, mencintai, menemani dan membimbing khususnya dalam mencarikan beasiswa dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.

  8. Br. M. Hadi Prayitno., S.J., yang mendukung, memarahi, memberikan cinta, dan memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.

  9. Ignatius Heri Nugraha Kusuma, Paulus Sukiyo, Antonius Sunarto, Karunia Idaharvina Damayanti, R.S. Sunar Hupadi, Veronika Yuniarita, Sara Lea, Anrianus, Br. Eduardus Slamet Susanto, Andre Pepe, Anggoro Budi Waluyo, Fr. Herwanto., SJ, Che Regi, Sulasmi dan Fusca Atomitta yang mendukung doa-doa, cinta untuk penulisan skripsi ini hingga selesai. xi xii

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv MOTTO ........................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvi BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................

  1 A. Latar Belakang Penulisan .................................................................. 1 B.

  Rumusan Permasalahan ..................................................................... 8 C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 8 D.

  Metode Penulisan ............................................................................... 9 E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 9

  BAB II. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU MODEL PERENCANAAN PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SEKOLAH MENENGAH ATAS ................................................................................................. 12 A. Perencanaan Pengajaran pada Umumnya .......................................... 12 1. Pengertian Perencanaan Pengajaran ............................................. 12 2. Tujuan Perencanaan Pengajaran .................................................. 14 B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan .............................................. 18 1. Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 18 2. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ..................... 24 a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan ..................... 24 b. Struktur dan Muatan Kurikulum ............................................ 25 1)

  Mata Pelajaran .................................................................. 25 xiii

  2) Muatan Lokal ................................................................... 25

  3) Pengembangan Diri .......................................................... 26

  4) Beban Belajar ................................................................... 27

  5) Ketuntasan Belajar ........................................................... 28

  6) Kenaikan Kelas dan Kelulusan ........................................ 29

  7) Pendidikan Kecakapan Hidup .......................................... 29

  8) Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global ....... 30 C.

  Pendidikan Agama Katolik (PAK) ..................................................... 30 1.

  Pengertian Pendidikan Agama Katolik ........................................ 30 2. Ciri Khas Pendidikan Agama Katolik .......................................... 36 3. Kedudukan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ..................... 38

  BAB III. SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SEKOLAH MENENGAH ATAS BERDASARKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN ............................................. 39 A. Pengembangan Silabus Pendidikan Agama Katolik .......................... 40 1. Pengertian Silabus ........................................................................ 40 2. Pengembangan Silabus ................................................................ 41 3. Petunjuk Pelaksanaan Silabus ...................................................... 42 B. Silabus Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................... 43 1. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................ 43 2. Komponen Silabus Model KTSP ................................................ 44 a. Komponen Identifikasi ........................................................... 44 b. Komponen Standar Kompetensi ............................................ 45 c. Kompetensi Dasar .................................................................. 45 d. Komponen Materi Pokok ....................................................... 45 e. Komponen Pengalaman Belajar ............................................. 46 f. Komponen Indikator .............................................................. 47 g. Komponen Jenis Penilaian ..................................................... 48 h. Komponen Alokasi Waktu ..................................................... 49 i. Komponen Sumber Belajar .................................................... 50 J. Contoh RPP Model KTSP di SMA Pangudi Luhur................ 51 xiv

  xv

  BAB IV. EFEKTIVITAS PERENCANAAN PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK MODEL KTSP DI SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA ............................................ 53 A. Gambaran Umum SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ......................... 53 1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya SMA Pangudi Luhur ..... 54 2. Visi Misi Sekolah Katolik SMA Pangudi Luhur ......................... 56 a. Visi SMA Pangudi Luhur ...................................................... 56 b. Misi SMA Pangudi Luhur ...................................................... 56 B. Penelitian Efektivitas Perencanaan Pengajaran PAK dengan Model KTSP Di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ....................................... 57 1. Manfaat Penulisan ...................................................................... 57 2. Metodologi Penelitian ................................................................ 58 a. Survei ..................................................................................... 58 b. Observasi dan Pengamatan .................................................... 58 3. Pemilihan Tempat dan Waktu .................................................... 58 4. Populasi dan Sampel .................................................................. 58 5. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 60 a. Wawancara ............................................................................. 60 b. Kuesioner ............................................................................... 60 6. Variabel Penelitian ..................................................................... 60 C. Hasil Penelitian .................................................................................. 61 1. Laporan Penelitian ....................................................................... 62 2. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 65 BAB V. USULAN PROGRAM PERENCANAAN PENGAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS PANGUDI LUHUR DENGAN MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN ...... 68 A. Program Pendidikan Agama Katolik SMA PL Kelas XI ................... 68 1. Arti Program ................................................................................. 69 2. Tujuan Program ............................................................................ 69 3. Latar Belakang Pembuatan Program ............................................ 70

  xvi 4. Usulan Program Semester SMA PL Untuk Kelas XI ................... 71 5.

  Petunjuk Pelaksanaan Program Semester SMA PL ..................... 83 B. Perencanaan Satuan Pembelajaran ..................................................... 83 1.

  Arti Perencanaan .......................................................................... 83 2. Tujuan Perencanaan ..................................................................... 84 3. Persiapan Mengajar ...................................................................... 84 4. Usulan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama

  Katolik Untuk SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ........................ 89

  BAB VI. PENUTUP ......................................................................................... 92 A. Kesimpulan ........................................................................................ 92 B. Saran ................................................................................................... 95 1. Untuk SMA Pangudi Luhur ......................................................... 95 2. Untuk Kampus IPPAK-USD ....................................................... 95 3. Untuk Guru-guru .......................................................................... 96 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 97 LAMPIRAN ..................................................................................................... 99 Lampiran 1: Surat Permohonan Penelitian ................................................. (1) Lampiran 2: Daftar Wawancara dengan Guru Agama Katolik .................... (2) Lampiran 3 Rangkuman Hasil Wawancara dengan Guru Agama Katolik: .. (3) Lampiran 4: Daftar Pertanyaan untuk Penelitian Siswa ............................... (4) Lampiran 5: Rangkuman Hasil Pertanyaan untuk Penelitian Siswa ............ (8) Lampiran 6: VCD Film Tentang SMA Pangudi Luhur dan Proses PBM .... (10) Lampiran 7: CD Rekaman Hasil Wawancara dengan Guru ........................ (11) Lampiran 8: Gambar Denah Sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta...... (12) Lampiran 9: Keterangan Sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ........... (13) Lampiran 10: Foto-foto Proses Belajar Mengajar ....................................... (14)

DAFTAR SINGKATAN A.

   Singkatan Kitab Suci

  Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

  

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat . (Dipersembahkan

  kepada Umat Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, h. 8.

  B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

  AA : Apostolicam Actuositatem , Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.

  GE : Gravissimun Educationis , Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, 18 November 1965.

  C. Singkatan Lain

  APP : Aksi Puasa Pembangunan Art : Artikel BK : Bimbingan Konseling BNSP : Badan Standar Nasional Pendidikan CBSA : Cara Belajar Siswa Aktif FIC : Fraterum Immaculatum Conceptionnis HAM : Hak Azasi Manusia

  IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik xvii xviii JPL : Jam Pelajaran KBK : Kurikulum Berbasis Kompetensi KBS : Kurikulum Berbasis Sekolah KD : Kompetensi Dasar KIR : Karya Ilmiah Remaja KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KWI : Konferensi Waligereja Indonesia MA : Madrasah Aliyah MAK : Madrasah Aliyah Kejuruan MP : Mata Pelajaran OSIS : Organisasi Siswa Intra Sekolah PAK : Pendidikan Agama Katolik PBB : Persatuan Bangsa-Bangsa PBM : Proses Belajar Mengajar PKG : Kelompok Kerja Guru PPD : Penilaian Pengembangan Diri PT : Penugasan Terstruktur PTT : Penugasan Tidak Terstruktur RI : Republik Indonesia RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SCP : Shared Christian Praxis

SD : Sekolah Dasar SDM : Sumber Daya Manusia SGAK : Sekolah Guru Agama Katolik SK : Standar Kompetensi SKL : Standar Kelulusan SKS : Sistem Kredit Semester SMA : Sekolah Menengah Atas.

  SMALB : Sekolah Menengah Atas Luar biasa SMK : Sekolah Menengah Kejuruan SMP : Sekolah Menengah Pertama SMPLB : Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa SPG : Sekolah Pendidikan Guru TIK : Tujuan Intruksional Khusus xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Proyek pembangunan manusia Indonesia sedang mengalami penurunan

  konsentrasi. Proyek, yang seharusnya mampu memberikan andil besar bagi pembangunan negara, menjadi sumber masalah yang semakin hari semakin kompleks.

  Proyek pembangunan manusia Indonesia, yang dipelopori dan dikembangkan oleh para ahli pendidikan, kurang mendapat dukungan yang optimal dari berbagai pihak yang terkait. Pembangunan manusia berjalan sendiri-sendiri dan berusaha menonjolkan diri dengan cara yang kurang sehat. Tiga sektor utama pembangunan yang ada di negara Indonesia meliputi bidang: ekonomi, politik dan pendidikan. Ketiga sektor saat ini sangat memberikan pengaruh besar bagi perkembangan bangsa Indonesia.

  Dalam pencarian solusi atas persoalan yang kompleks dihadapi oleh sektor ekonomi dan politik ternyata telah menyita waktu dan tenaga dari para pembesar negara ini. Ironisnya persoalan pendidikan tidak menjadi prioritas utama. Padahal, dalam kenyataannya, proyek pembangunan manusia Indonesia tidak hanya ditopang oleh sektor ekonomi dan politik saja. Semua sektor pembangunan mestinya mendapat fokus perhatian yang seimbang. Sektor pendidikan semakin dianggap sebagai sektor prioritas, dan dipandang sebagai aset yang baik. Budaya bangsa sangat dipengaruhi oleh budaya instan. Segala sesuatu harus cepat, siap pakai dan tujuan yang hendak dicapai harus segera bisa dinikmati. Dalam situasi peralihan budaya semacam itu, pendidikan menjadi suatu upaya untuk mengintegrasikan kembali peradaban bangsa Indonesia. Dalam proses integrasi, pendidikan dalam proyek pembangunan manusia memerlukan sebuah perencanaan yang sangat matang dan dilakukan secara maksimal demi hasil yang

  Dalam kesempatan ini, penulis hendak mengajak para pembaca untuk melihat sektor yang selama ini kurang mendapat perhatian secara maksimal, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat sendiri, yakni sektor pendidikan. Sebuah fenomena pendidikan telah terjadi di Indonesia, yakni setiap pergantian kabinet pemerintahan mengakibatkan perubahan nama untuk kurikulum pendidikan di Indonesia. Model kurikulum senantiasa mengalami ganti kulit seperti ular dalam musim yang telah terpola. Hal ini menunjukkan bahwa para pejabat pemerintah yang memiliki peran dalam bidang pendidikan adalah orang-orang yang kreatif, inovatif tetapi kurang bijaksana.

  Bermacam-macam kurikulum yang pernah ada di dunia pendidikan Indonesia di antaranya adalah kurikulum CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Pada dasarnya, inti dari masing-masing kurikulum di atas adalah sama. Seperti halnya seekor ular yang berganti kulit, pada dasarnya tetap saja ular juga. Dari fenomena ini, pendidikan di Indonesia telah menjadi proyek yang berorientasi pada egoisme pribadi.

  Hal ini telah menjadi rahasia umum dalam bangsa ini, hanya saja belum ada satu orang pun yang berani tampil untuk menghancurkan tembok-tembok egoisme semacam itu.

  Sekolah yang mestinya menjadi rukun hidup, saat ini kurang bergema. Sekolah menjadi tempat pelarian anak-anak yang bermasalah, kurang mendapat perhatian dari orang tua. Yang paling parah adalah sekolah menjadi tempat bisnis. Banyak sekolah yang saat ini berorientasi bisnis. Indikasinya adalah mahalnya uang sekolah dan buku- buku serta minimnya gaji guru, dalam prakteknya hukum ekonomi bermain di dalamnya. Sekolah berusaha agar pendapatannya semakin tinggi, pengeluaran semakin rendah, konsekuensinya mutu pendidikan menjadi rendah. Dalam sebuah proyek pembangunan manusia, hal ini wajar terjadi, seperti halnya sebuah proyek pembangunan

  Pada kesempatan ini, penulis berusaha menggali permasalahan pendidikan di Indonesia yang kompleks ini. Usaha penulis ini berawal dari sebuah pemikiran yang sederhana bahwa proses pendidikan hendaknya dilakukan secara maksimal dan dengan tujuan yang jelas. Sebuah proses akan berjalan baik jika ada persiapan yang baik juga. Berkaitan dengan hal ini, penulis mengajak para pembaca untuk melihat kembali cara- cara membuat persiapan untuk sebuah pembelajaran. Hal ini menjadi penting untuk dibahas mengingat perencanaan pengajaran akhir-akhir ini terkesan disingkirkan dan dianggap tidak mendesak untuk dipersiapkan karena hanya sebagai pemenuhan syarat administrasi. Kenyataan itu membutakan mata kebanyakan orang, bahwa perencanaan pengajaran tidak ada hubungannya dengan realitas dan kondisi awal siswa. Kita sadar bahwa perencanaan pengajaran dalam jangka panjang maupun jangka pendek sangat mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas karena telah disadari juga bahwa intelektual tidak menjadi jaminan berhasilnya siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Tujuan perencanaan pengajaran yang matang dan dipersiapkan sungguh-sungguh merupakan hal yang sangat penting (Gagne & Briggs, 1983: 31).

  Kemampuan guru dalam proses perencanaan pengajaran akhir-akhir ini banyak mendapat kritik dari pakar dan praktisi pendidikan. Kritik itu menyangkut segi pengolahan bahan-bahan yang termasuk dalam kurikulum yang berlaku, yaitu segi proses belajar mengajar, katakanlah kurikulum yang berlaku sekarang adalah KTSP, harapan dari para ahli pendidikan yang berusaha menyusun kurikulum ini adalah agar siswa menjadi subjek pendidikan. Tetapi, karena kurangnya kebiasaan dari para guru sendiri untuk secara konsisten membuat berbagai perencanaan pembelajaran tertulis, harapan itupun masih jauh dari kenyataannya. Para guru masih melakukan proses pembelajaran yang sifatnya transfer ilmu. Siswa dipandang semacam botol kosong yang kesempatan untuk bersikap kritis terhadap apa yang diterima, karena sikap kritis cenderung dikategorikan sebagai kenakalan yang merepotkan guru. Pokok permasalahan yang terutama bukan hanya materi pengajaran dari buku panduan guru saja, melainkan model transfer pengetahuan yang masih mendominasi pendidikan di sekolah dengan mengandaikan bahwa siswa belum tahu apa-apa dan guru-lah yang maha tahu. Para guru seolah-olah menutup mata terhadap hakekat pendidikan bahwa “Keberhasilan sebuah proses pembelajaran pertama-tama terletak pada guru. Merekalah yang menjadi ujung tombak, dalam tangan merekalah sebenarnya pelaksanaan pendidikan di Indonesia akan berjalan baik atau tidak” (Suparno, 2003: 35).

  Dalam proses pengajaran, cara dan wewenang yang dipakai dan dimiliki guru merupakan syarat mutlak agar proses belajar mengajar dapat berhasil. Faktor ekstern datang dari pribadi seorang guru yang bertugas mewartakan iman, menyuburkan dan menggerakkan hati umat beriman agar hidup dan bertindak seturut imannya. Tugas dan tanggung jawab guru tidak dapat mengajar tentang segala sesuatu, melainkan selalu mengajar tentang sesuatu tertentu (segi material) atau dalam rangka mengaktifkan sesuatu daya manusia tertentu (segi formal dan segi material) pengajaran mau memberikan himpunan pengetahuan. Dalam perencanaan pengajaran, mutlak perlu dilakukan agar materi atau bahan yang diberikan, meskipun sedikit dan terbatas, mampu memberikan kontribusi terhadap proyek pembangunan manusia yang penuh dengan berbagai permasalahan yang kompleks. Dalam merencanakan tujuan pengajaran guru, sebagai perancang pengajaran menghadapi kebutuhan untuk menggambarkan tujuan sebagai bagian dari tiap pelajaran. Perencanaan tujuan dapat menggambarkan kecakapan-kecakapan yang diperlukan, misalnya: informasi, kecakapan intelektual dalam salah satu variasinya, strategi kognitif, sikap atau kecakapan motorik. Dalam pembelajaran perencanaan pengajaran menjadi sebuah dasar bagi guru untuk dapat

  Dalam merencanakan tujuan pengajaran, perancangan pengajaran atau team perancang menghadapi kebutuhan untuk menggambarkan tujuan sebagai bagian dari tiap pelajaran. Tujuan perencanaan dipakai untuk menjawab pertanyaan hasil belajar yang bagaimana yang diharapkan oleh tujuan. Tujuan dikategorikan menurut kesanggupan manusia yang akan dipelajari. Tujuan perencanaan menggambarkan kecakapan-kecakapan. Tujuan perencanaan pengajaran yang efektif, sangatlah penting bagi guru untuk menentukan kecakapan yang diharapkan. Deskripsi tujuan adalah gambaran mengenai apa yang harus diamati untuk memeriksa bahwa pelajaran yang diinginkan telah tercapai. Akibatnya pernyataan tujuan mempunyai pengertian secara langsung untuk menilai tingkah laku belajar siswa. Jadi, guru dapat merancang perencanaan pengajaran melalui situasi yang memungkinkan pengamatan terhadap tingkah laku siswa. Hal ini dilakukan untuk memeriksa bahwa kesanggupan khusus yang diinginkan telah terjadi. Pernyataan tujuan dapat menjadi dasar bagi pengembangan tes yang dibuat oleh guru. Tes digunakan untuk menilai perbuatan siswa jika dipandang perlu oleh guru atau dapat digunakan sebagai self test ketika anak belajar sendiri (Gagne & Briggs, 1983: 31).

  Dewasa ini begitu banyak pemahaman tentang arti pendidikan, dalam arti sesungguhnya pendidikan adalah “pembinaan pribadi manusia dalam perspektif tujuan terakhirnya dan demi kesejahteraan kelompok-kelompok masyarakat”. Pendidikan Agama Katolik seharusnya mendapat perhatian serius baik dari sekolah maupun para siswa sendiri. Konsekuensinya PAK perlu dipersiapkan secara maksimal yaitu dengan cara guru agama membuat suatu perencanaan pengajaran tertulis (GE, art. 1).

  Perencanaan pengajaran pendidikan agama Katolik tidak lagi menitik beratkan pada materi. Perencanaan pengajaran, PAK mempunyai arah dan tujuan pembinaan spiritualitas yang mengolah kehidupan rohani dalam merefleksikan imannya dengan mengintegrasikan, menganalisa dan membuat sintesa. Sintesa dipertanggungjawabkan sehingga mampu membangun sikap dasar untuk berperilaku dan berkembang dalam kepribadian, serta dapat hidup menjemaat dan bermasyarakat sesuai ajaran imannya.

  Konsekuensinya, Pendidikan Agama Katolik perlu diorientasikan dalam rangka proses pembinaan spiritualitas. Pembinaan spiritualitas dalam mewartakan Kerajaan Allah merupakan hal yang mutlak demi pengembangan Gereja karena tugas pembinaan spiritualitas merupakan pewartaan Kerajaan Allah. Pembinaan spiritualitas bukanlah semata-mata tanggung jawab imam, guru agama dan biarawan-biarawati saja. Seluruh warga Gereja berkewajiban untuk mewartakan Kerajaan Allah. Dalam melaksanakan tugas pembinaan spiritualitas, diperlukan adanya kesinambungan dalam rangka pembinaan spiritualitas yang berkelanjutan, melalui Pendidikan Agama Katolik (PAK) (AA, art. 2).

  Berdasarkan uraian di atas, perencanaan pengajaran Pendidikan Agama Katolik perlu diarahkan sesuai dengan tujuannya, agar siswa-siswi mampu menggunakan ilmu pengetahuan yang diperoleh secara tepat dan berdaya guna. Ketika mereka terjun di tengah masyarakat, mereka tidak ragu dan sungkan dalam hidup bermasyrakat.

  Kerangka ilmu yang diperoleh di sekolah menjadi dasar dan bekal untuk dapat hidup dengan lebih baik dan layak. Dalam mengikuti perkembangan pendidikan dengan berbagai macam kurikulum yang senantiasa berubah, Pendidikan Agama Katolik (PAK) perlu melakukan suatu terobosan baru yang signifikan bagi perkembangan Pendidikan Agama Katolik (PAK) itu sendiri Apostolicam Actuositatem (AA, art. 2).

  Peningkatan mutu Pendidikan Agama Katolik (PAK) tidak hanya diukur dari kemampuan kognitif, atau afektif dan psikomotorik belaka. Tetapi ketiganya harus bersinergis sehingga mampu membentuk manusia yang bermoral, adil dan bijaksana sebagaimana layaknya anak-anak Allah. Dalam penulisan skripsi ini, secara khusus penulis memfokuskan diri pada penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di tingkat sekolah menengah atas. Berkaitan dengan hal itu, dalam bab IV skripsi ini penulis akan memaparkan hasil suatu penelitian sederhana guna menggali realitas di lapangan perihal penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan, khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK). Sample yang akan digunakan dalam penelitian itu adalah guru dan siswa-siswi kelas XI IPS 2 dan IPS 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Penulis mengadakan penelitian di sekolah Pangudi Luhur berdasarkan pengalaman langsung dan informasi yang diterima dari para guru agama Pendidikan Agama Katolik (PAK) SMA yang ada di Yogyakarta. Sekolah ini cukup representatif untuk dijadikan lahan studi, baik dari suasana belajarnya yang kondusif, mekanisme pengelolaan sekolah, konsistensinya dalam menerapkan perencanaan pengajaran model kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dalam setiap mata pelajaran. Selain melakukan kajian studi pustaka, penulis juga mengadakan penelitian sederhana yang kiranya menunjang skripsi yang berjudul: EFEKTIVITAS

PERENCANAAN PENGAJARAN DENGAN MODEL KURIKULUM TINGKAT

B. Rumusan Permasalahan 1.

  Macam-macam model perencanaan pengajaran manakah yang pernah diterapkan di Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta? 2. Bagaimana sikap pihak SMA Pangudi Luhur terhadap setiap perubahan kurikulum pendidikan yang ditawarkan oleh pihak pemerintah, baik pusat maupun daerah?

3. Bagaimana proses kurikulum tingkat satuan pendidikan diterapkan di SMA Pangudi

  Luhur Yogyakarta? 4. Apakah konsekuensi logis KTSP, sebagai salah satu model perencanaan pengajaran, mampu meningkatkan mutu PAK di sekolah menengah?

C. Tujuan Penulisan 1.

  Mengetahui macam-macam model perencanaan pengajaran yang pernah diterapkan di Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta.

  2. Mengetahui sikap Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur terhadap setiap perubahan kurikulum pendidikan yang ditawarkan oleh pihak pemerintah, baik pusat maupun daerah.

  3. Mengetahui proses kurikulum tingkat satuan pendidikan diterapkan di Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta.

  4. Mengetahui konsekuensi logis KTSP sebagai salah satu model perencanaan pengajaran dalam meningkatkan mutu PAK di Sekolah Menengah Atas.

  5. Memenuhi syarat kelulusan sarjana strata 1 (S1) di IPPAK-USD.

  D. Metode Penulisan

  Metode penulisan skripsi ini adalah deskriptif (descriptive research). Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti (SMA Pangudi Luhur Yogyakarta). Penelitian deskriptif mempunyai ciri berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat ini, menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan satu persatu, dan variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan (treatment). Penelitian deskriptif pada umumnya menggunakan survei sebagai metode pengumpulan data (Kountur, 2005: 105-106).

  E. Sistematika Penulisan

  Berdasarkan judul skripsi yang dipilih, penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan, yang mengungkapkan beberapa pertimbangan penulisan judul skripsi, yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan metode penulisan. Dalam akhir bab I ini, penulis menampilkan garis besar sistematika penulisan, yang merangkum keseluruhan isi skripsi.

  Bab II memaparkan kenyataan dan pengalaman yang menyangkut kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai salah satu model perencanaan pengajaran PAK SMA Dalam bab ini, penulis membahas tiga bagian besar, yaitu: perencanaan pengajaran, Pendidikan Agama Katolik (PAK) bagi siswa SMA, ciri khas dan kedudukan PAK di sekolah dan kurikulum KTSP.

  Bab III berisi silabus Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Atas berdasarkan KTSP. Bab ini membahas dua bagian besar, yaitu: prinsip-prinsip pengembangan silabus Pendidikan Agama Katolik berkaitan dengan arti silabus, prinsip pengembangan silabus, petunjuk pelaksanaan silabus. Sub Bab kedua membahas silabus rencana pelaksanaan pembelajaran, format rencana pelaksanaan pembelajaran, komponen silabus model kurikulum tingkat satuan pendidikan. Sub bagian kedua contoh persiapan mengajar berkaitan dengan komponen identifikasi, komponen standar kompetensi, kompetensi dasar, komponen materi pokok, komponen pengalaman belajar, komponen indikator, komponen jenis penilaian, komponen alokasi waktu, komponen sumber belajar, contoh rencana pelaksanaan pembelajaran model kurikulum tingkat satuan pendidikan.

  Bab IV merupakan penerapan teori dan pandangan gereja tentang efektifitas perencanaan pengajaran Pendidikan Agama Katolik dengan model KTSP di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Bab ini membahas mengenai gambaran umum SMA Pangudi Luhur, penelitian efektifitas perencanaan pengajaran PAK dengan model KTSP dalam rangka meningkatkan mutu PAK, yang meliputi: metodologi penelitian dan pembahasan hasil penelitian di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

  Bab V berisikan usulan program perencanaan pengajaran Pendidikan Agama Katolik sekolah menengah atas dengan model kurikulum tingkat satuan pendidikan. Bab ini membahas mengenai program tahunan Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Atas, arti program tahunan, tujuan program latar belakang pembuatan program, petunjuk pelaksanaan program, program tahunan semester genap untuk kelas

  XI SMA Pangudi Luhur, persiapan mengajar Pendidikan Agama Katolik SMA. Sub bab kedua berisikan: hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum proses pembelajaran, tujuan pembelajaran, indikator, bahan kajian, metode, sarana, waktu, rencana pelaksanaan pembelajaran PAK SMA dan contoh rencana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik SMA Pangudi Luhur.

  Bab VI adalah penutup yang berisikan kesimpulan dan saran. Bab V ini menguraikan kesimpulan penulis tentang efektivitas perencanaan pengajaran PAK dengan model KTSP dalam rangka meningkatkan mutu Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

BAB II KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU MODEL PERENCANAAN PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SEKOLAH MENENGAH ATAS A. Perencanaan Pengajaran pada Umumnya Dalam kerangka proses pendidikan, perencanaan pendidikan (educational planning)

  merupakan suatu “disiplin” baru yang berkembang disekitar tahun 1950-an, yang dewasa ini semakin lama mempunyai peranan penting bagi pembangunan pendidikan.

  Perencanaan pendidikan, dalam arti yang seluas-luasnya, adalah pembangunan analisa yang bersifat rasional dan sistematik terhadap proses pembangunan pendidikan menjadikan lebih efektif dan efisien dalam menanggapi kebutuhan dan tujuan para siswa (Vembriarto, 1972: 43-44).

1. Pengertian Perencanaan Pengajaran

  Setiap kegiatan jika direncanakan dan dipersiapkan secara serius dan maskimal tentu saja akan memberikan hasil yang maksimal pula. Demikian juga dengan kegiatan perencanaan pengajaran yang dilakukan oleh para guru, baik di dalam maupun di luar kelas. Pembuatan perencanaan pengajaran secara tertulis, dalam situasi dan kondisi pendidikan di Indonesia dewasa ini, tidak lagi merupakan kepentingan administrasi sekolah yang sifatnya sering jatuh pada formalitas belaka melainkan menjadi kebutuhan dari para guru sendiri. Dalam membatu proses pengajaran di dalam kelas, pembuatan perencanaan pengajaran secara tertulis juga dapat digunakan sebagai alat ukur baik dan rapi. Selain guru pengajar, pihak sekolah pun sangat terbantu manakala ada proses akreditasi sekolah. Perencanaan ini dapat dijadikan sebagai arsip sekolah yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai salah satu dari sekian banyak dokumen penting sekolah.

  Sebelum membahas lebih jauh mengenai fungsi dan kegunaan perencanaan pengajaran, terlebih dahulu harus dimengerti mengenai pengertian perencanaan pengajaran. Perencanaan pengajaran menurut Robert M. Gagne dan Leslie J. Briggs adalah sebuah pengajaran itu harus direncanakan sedemikian rupa agar tujuan pengajaran dapat dicapai semaksimal mungkin. Dalam proses tujuan pengajaran pada hakekatnya adalah membantu setiap individu untuk menggunakan secara optimal bakat- bakatnya, menikmati hidupnya dan mengadakan integrasi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Tujuan pengajaran bukanlah membentuk manusia-manusia menjadi lebih seragam, sebaliknya perbedaan individual lebih ditonjolkan (Gagne & Briggs, 1983: 1).

  Perencanaan adalah suatu kegiatan persiapan awal, sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Persiapan tersebut meliputi perencanaan program tahunan dan persiapan mengajar. Mengingat pelaksanaan proses pembelajaran untuk mengkoordinasikan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu proses pembelajaran, maka dalam rangka membuat perencanaan juga perlu menyusun, mengatur dan memantapkan komponen-komponen tersebut. Dalam membuat persiapan perlu dipikirkan dan menetapkan ke mana siswa hendak dibawa, apa yang akan diberikan, bagaimana cara menyampaikan materi dan sejauhmana tujuan yang hendak dicapai. Dalam buku KTSP

  

Dasar Pemahaman dan pengembangan dikemukakan bahwa “perencanaan kegiatan dituangkan dalam bentuk persiapan mengajar”. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dipastikan proses pembelajaran PAK di SMA berjalan dengan baik apabila ada ketiga hal tersebut, ditambah dengan adanya perencanaan pengajaran yang baik dan sistematis (Masnur Muslich, 2007: 30-45).

2. Tujuan Perencanaan Pengajaran

  Pembuatan perencanaan pengajaran yang baik dan sistematis untuk sebagian besar guru, mungkin telah menjadi kebiasaan sehingga karena sudah menjadi kebiasaan maka kegiatan ini dianggap sudah berada di luar kepala atau hafal dan tidak perlu ditulis, cukup ada dalam kepala saja. Menurut hemat penulis, sikap semacam ini bukanlah karakter seorang guru yang profesional. Guru yang profesional senantiasa belajar dari setiap tindakannya baik di dalam maupun di luar kelas. Guru yang menganggap sepele hal-hal yang sederhana seperti membuat perencanaan pengajaran secara tertulis dengan baik dan sistematis, tidak pernah belajar dari kekurangan dan kelebihannya sendiri.

  Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa pembuatan perencanaan pengajaran secara tertulis dengan baik dan sistematis selain membantu dirinya sendiri juga membantu pihak sekolah dan terutama siswa sendiri.

  Dalam prosesnya bagi para guru yang menjalankan perencanaan pengajarannya sendiri akan menemukan beberapa hal yang pernah dikemukakan oleh Gagne & Briggs (1983: 1) dan dirumuskan sebagai berikut: a.

  Pengajaran yang dilakukannya di dalam kelas senantiasa akan berorientasi pada manusia secara individual dalam perkembangan dari masa kanak-kanak sampai masa dewasa.

  b.

  Seorang guru akan mampu melihat secara lebih jelas tujuan-tujuan dari proses pengajaran yang dibuatnya sendiri, baik untuk jangka waktu yang pendek maupun jangka waktu yang panjang. c.

  Yang terpenting adalah bahwa dengan perencanaan yang dibuat secara sistematis dapat mempengaruhi perkembangan manusia (siswa) secara individual.

  d.

  Dalam merancang pengajaran seorang guru tidak akan melepaskan diri dari prinsip-prinsip belajar, terutama kondisi-kondisi yang mempengaruhi belajar sehingga dapat diperoleh hasil yang diinginkan. Dari uraian di atas nampak jelas bahwa tujuan perencanaan pengajaran tidak melulu bersifat demi kepentingan pribadi seorang guru dan formalitas akademis, tetapi mengandung tujuan yang jauh lebih mulia yakni demi profesionalitas seorang guru. Dalam situasi tertentu yang akhir-akhir ini kerap dirasakan oleh para guru dan mungkin oleh masyarakat sendiri bahwa pekerjaan sebagi seorang guru bukanlah suatu jenis pekerjaan yang populer, tidak seperti jaman Romo Van Lith, S.J ketika berkarya di tanah misi Hindia Belanda (Indonesia: tanah Jawa) yakni sekitar tahun 1863-1926. Pada waktu itu menjadi seorang guru adalah cita-cita yang paling mulia dan hampir semua orang ingin menyandang tugas ini. Perlu diakui dan disadari bahwa jaman telah berubah seiring dengan hal itu, pola pikir dan orientasi hidup manusia Indonesia lambat laun mengalami evolusi. Guru perlu mengajar sesuai dengan inteligensi siswa, bukan dengan inteligensi dirinya sendiri yang tidak cocok dengan inteligensi siswa (Suparno, 2003: 58).

  Realitas saat ini menunjukkan bahwa menjadi seorang pengusaha, artis atau publik figur yang lainnya telah mampu mengalahkan pamor pekerjaan guru. Guru bukanlah figur yang mampu menarik perhatian kaum muda. Hal ini semakin terasa ketika kita melihat perkembangan guru agama. Dalam prakteknya tidak banyak orang-orang muda yang bercita-cita sebagai guru agama. Karena prospek guru agama dianggap kurang menjanjikan dimasa depan. Hal ini semakin diperparah dengan perhatian dari pihak- pihak lembaga keagamaan yang kurang memberikan perhatian yang cukup mendalam

  Bagi mereka yang terlanjur telah menjadi seorang guru, khususnya guru agama tidak memiliki banyak pilihan kecuali dengan memberikan diri sepenuhnya terhadap penyelenggaraan Ilahi. Sikap semacam ini memang mengandung nilai-nilai yang positif, dalam arti bagi para guru agama yang berusaha memupuk totalitas dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, mereka memiliki iman pada Tuhan yang diyakininya mampu memberikan keselamtan hidup (Kartono, 2003: 68).

  Dalam proses tidak sedikit guru yang masih berada dalam situasi dan kondisi keluarga yang tergolong ekonomi kelas bawah. Bagi mereka, hanya pengabdian pada Tuhanlah yang mampu mengobati ketidaknyamanan dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Sikap apatis ini nampak dalam sistem kerja serta cara mereka dalam menyikapi setiap pekerjaannya sebagai guru. Dalam kenyataannya dilapangan dalam proses membuat persiapan pengajaran guru tidak berusaha meluangkan waktu untuk fokus, apa lagi dalam mendesain proses pengajaran yang kreatif, inovatif, menarik dan mampu memotivasi siswa untuk terus-menerus belajar dengan giat. Dalam proses untuk mencari siapa yang patut disalahkan atau dimintai pertanggungjawaban terhadap situasi guru di Indonesia jaman sekarang (Suparno, 2003: 32).

  Meskipun demikian, masih ada orang-orang yang setelah merasakan situasi yang tidak nyaman ini, langsung berusaha menemukan solusi yang efektif. Profesional sebenarnya langkah-langkah yang perlu diambil untuk menjadi semakin reflektif, yakni dengan membangun sikap serius, konsisten dan beriman pada Tuhan. Sikap-sikap itu akan semakin nyata jika dituangkan dalam bentuk tindakan-tindakan konkret, salah satunya adalah selalu membuat persiapan pengajaran secara baik dan sistematis sebelum dan sesudah proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas (Kartono, 2003: