BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Realisasi Amnesti Pajak di Kanwil DJP Jateng I - AMNESTI PAJAK DI KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDRAL PAJAK JATENG 1 - Unika Repository

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Realisasi Amnesti Pajak di Kanwil DJP Jateng I

  Amnesti Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan. Tujuan dari pelaksanaan Amnesti Pajak adalah sumber pertumbuhan ekonomi melalui repatriasi asset, perluasan basis data perpajakan serta meningkatkan penerimaan pajak untuk jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek yaitupenerimaan dari uang tebusan sedangkan jangka panjang yaitu dengan penerimaan pajak berdasarkan basis data yang lebih lengkap dan akurat khususnya di Kanwil DJP Jateng I. berikut ini adalah realisasi Amnesti Pajak di Kanwil DJP Jateng I di setiap periodenya:

  Tabel 4.1 Realisasi Amnesti Pajak Kanwil DJP Jateng I (Miliyar Rp)

  jenis Periode I Periode II Periode III Total Tebusan Badan Non UMKM 218.40 38.88 235.45 492.73 tebusan badan UMKM

  4.13 5.60 14.080

  23.81 Tebusan OP Non UMKM 7,312.63 134.08 135.83 7,582.54 Tebusan OP UMKM

  88.61 73.48 113.04 275.13

Total Tebusan 7,623.77 252.04 498.40 8,374.21

Deklarasi Harta Bersih Repatriasi 1,333.19 17,612.76 6,257.00 25,202.95

Deklarasi harta Bersih Luar Negeri 6,275.86 46,087.92 4,010.88 56,374.66

Deklarasi Harta Bersih Dalam Negeri 52,007.35 206,193.35 32,154.54 290,355.24

Total Harta 59,616.40 269,894.03 42,422.42 371,932.85

  sumber: Kanwil DJP Jateng I, 2017 Dapat dilihat dari tabel 4.1 realisasi Amnesti Pajak Kanwil DJP Jateng I pada periode pertama, periode kedua dan periode ketiga total uang tebusan yang dicapai adalah

  Rp 8.374.210.000.000, dengan total deklarasi harta baik repatriasi, harta di dalan negeri maupun luar negeri sebesar Rp 371.932.850.000.000.

  Target penerimaan Amnesti Pajak Kanwil DJP Jateng I adalah sebesar 11.55 Triliun dan realisasinya sebesar 8.374 Triliun sehingga penerimaan Amnesti Pajak di Kanwil DJP Jateng I masih belum mencapai target yang seharusnya (Realisasi Amnesti Pajak Kanwil DJP Jateng I, 2016).

4.2 Permasalahan dan Kendala Pelaksanaan Amnesti Pajak di kanwil DJP Jateng I

  Permasalahan dan Kendala dalam Amnesti Pajak yang dihadapi Kanwil DJP Jateng I adalah: 1.

  Banyak wajib pajakyang melakukan Amnesti Pajak di KPP terdaftar di masing-masing wilayahnya, karena terbatasnya insfrastruktur baik loket maupun fasilitas pelaporan Amnesti Pajak, membuat para wajib pajak melakukan pelaporan Amnesti Pajaknya di Kanwil DJP Jateng I. hal tersebut membuat Kanwil DJP Jateng I mengalami antrean yang panjangdampaknya Kanwil DJP Jateng I membuka lagi lokettambahan untuk pelaporan Amnesti Pajak.

  2. Adanya perubahan formulir SPH di KPP terdaftar tanpa sepengetahuan Wajib Pajak, sementara di Kanwil DJP Jateng I walaupun masih menggunakan formulir SPH lama namun tetap diterima bahkan difasilitasi untuk perbaikannya sehingga kondisi tersebut menyebabkan antrian yang panjang dan lama.

  3. Program SPH dalam bentuk file excel yang sudah di isi benar oleh wajib pajak, kemudian dilaporkan ke Kanwil DJP Jateng Itidak dapat langsung masuk ke sistem DJP karena berbeda format. Misalnya seharusnya dalam format “text” tetapi “general”, sehingga butuh waktu yang cukup lama bagi petugas penerima amnesti pajak untuk melakukan penyesuaian program tersebut. Ditambah lagi formulir program dalam bentuk excel tersebut berubah-ubah, seperti perubahan bentuk formulir, struktur lampiran dalam SPH dan surat tidak mengalihkan harta tambahan yang berada di dalam negeri, sehingga membingungkan Wajib Pajak. Wajib Pajak yang sudah terlanjur mengisi formulir dengan format lama maka tentu saja akan ditolak. Padahal tidak ada sosialisasi yang diberikan kepada wajib pajak sehingga wajib pajak tidak mengetahuinya.

  4. Nilai harta yang diungkapkan oleh wajib pajak dalam amnesti pajak banyak yang tidak wajar karena nilai harta tersebut seharusnya seperti yang disosialisasikan oleh Kanwil DJP Jateng I yaitu sebesar nilai wajar. Akan tetapi pada kenyataannya, nilai harta yang diungkapkan oleh wajib pajak bukanlah nilai wajar yang semestinya, melainkan nilai yang cukup rendah karena wajib pajak ingin membayar uang tebusan yang tidak terlalu tinggi, contoh : mobil Honda jazz tahun 2015 yang seharusnya nilai wajarnya mencapai 150 juta tetapi dilapokan dengan nilai dibawah 100 juta. Hal ini menjadi kendala karena nilai harta yang sudah dilaporkan oleh wajib pajak dalam Amnesti Pajak tidak dapat di koreksi oleh DJP. Dan hal tersebut berdampak pada target penerimaan amnesty pajak di Kanwil DJP Jateng I.

4.3 Deskripsi SPH (Surat Pernyataan Harta) di Kanwil Jateng I

  Surat Pernyataan Harta (SPH) adalah surat pernyataan berisi identitas Wajib Pajak, Harta, Utang, Harta Bersih, serta Penghitungan uang tebusan. Surat pernyataan dapat disampaikan paling banyak tiga kali, dengan syarat telah memiliki NPWP, membayar uang tebusan serta telah melaporkan SPT Tahunan PPh terakhir.

  Kanwil DJP Jateng 1 memiliki wilayah kerja di 16 KPP Pratama dan satu KPP Madya. Berikut ini adalah deskripsi SPH (Surat Pernyataan Harta) diwilayah kerja Kanwil DJP Jateng I :

  Tabel 4.2 Deskripsi Surat Pernyataan Harta (SPH)

  (dalam Milyar Rupiah) Sumber: Kanwil DJP Jateng I, 2017 Keterangan tabel : a.

  Tebusan confirm Surat Pernyataan Harta (cfm SPH) merupakan besar tagihan didalam formulir Surat Pernyataan Harta.atau nilai sebenarnya yang harus disetor dalam Surat Pernyataan Harta. b.

  Tebusan Surat Setoran Pajak /Pemindahbukuan Rekonsiliasi(Tebusan SSP/Pbk Rekon) adalah besar setoran Amnesti Pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak. tebusan SSP lebih besar dibanding tebusan cfm SPH dikarenakan adanya pembulatan total pembayaran Amnesti Pajak yang dilakukan wajib pajak.

  c.

  Repatriasi adalah total harta yang dilaporkan dalam Amnesti Pajak oleh wajib pajak yang memiliki harta di luar negeri dan diinvestasikan di Indonesia serta tidak boleh diambil dalam kurun waktu minimal 3 tahun.

  d.

  Deklarasi LN(Luar Negeri) adalah total harta yang dilaporkan dalam Amnesti Pajak oleh wajib pajak yang memiliki harta di luar negeri dan tidak di investasikan di indonesia.

  e. adalah total harta yang dilaporkan dalam Amnesti Deklarasi DN(Dalam Negeri) Pajak oleh wajib pajak yang memiliki harta di luar negeri.

  f.

  Surat Peryataan adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk mengungkapkan Harta, Utang, nilai Harta bersih, serta penghitungan dan pembayaran Uang Tebusan.

  g.

  Surat Keteranganadalah surat yang diterbitkan oleh Menteri sebagai bukti pemberian Pengampunan Pajak.

  Dari tabel 4.2 tentang deskripsi Surat Pernyataan Harta (SPH) dapat diketahui bahwa peringkat pertama pendapatan tebusan SPH serta total harta yang dilaporkan terbesar adalah KPP Pratama Kudus yaitu dengan uang tebusan total berdasarkan SSP yaitu Rp 6.174.210.000.000, sementara total harta sebanyak Rp 262.661.790.000.000.

  Sedangkan yang terendah yaitu Kabupaten Demak dengan total nilai uang tebusan berdasarkan SSP Rp 15.930.000.000 serta total harta yang dideklarasikan sebesar Rp 1.104.530.000.000 . KPP Kudus menyumbangkan uang terbusan terbesar karena banyak Wajib Pajak Badan atau Perusahanan besar di kudus contoh : PT Djarum, Sukun, Polytron dan lain sebagainya. Sedangkan KPP Demak memberikan uang tebusan Amnesti Pajak terendah karena sedikitnya wajib pajak baik orang pribadi maupun badan yang berada diwilayah Demak

  

4.4 Kontribusi Penerimaan Amnesti Pajak Kanwil DJP Jateng I terhadap total penerimaan

Amnesti Pajak Nasional

  Program Amnesti Pajak merupakan bagian dari keseluruhan langkah untuk mereformasi perpajakan mulai dari perbaikan aturan dan perundang-undangan, perbaikan system informasi dan data base. Target tebusan Amnesti Pajak Nasional adalah sebesar 165 Triliun dengan menargetkan deklarasi repatriasi asset sebesar 10.000 Triliun.

  Menurut Direktorat Jendral Pajak program Amnesti Pajak diikuti oleh 956.000 Wajib Pajak Nasional selain itu untuk total uang tebusan yang dibayar oleh Wajib Pajak berdasarkan Surat Pernyataan Harta (SPH) sebesar 114,229 Triliun yang terdiri dari uang tebusan orang pribadi non UMKM sebesar 91,2 Triliun dan orang pribadi UMKM 7,76 Triliun, badan non UMKM 14,6 Triliun serta badan UMKM 669 Milyar. Jadi secara Nasional capaian tebusan yang diterima hanya 69,2%. ( www.m.kumparan.com, 2017).

  Kanwil DJP Jateng I menerima uang tebusan Amnesti Pajak sebesar Rp 8,374 Triliun yang terdiri dari uang tebusan orang pribadi non UMKM sebesar 7582,56 Milyar, orang pribadi UMKM 275,14 Milyar, badan non UMKM 492,72 Milyar serta badan UMKM 23,81 Milyar.

  Sehingga persentasi kontribusi penerimaan Amnesti Pajak Kanwil DJP Jateng I terhadap total penerimaan Amnesti Pajak Nasional adalah sebagai berikut :

  Penerimaan Uang Tebusan Kanwil DJP Jateng I 8,374 Triliun Penerimaan Uang Tebusan Nasional 114,229 Triliun Persentasi Kontribusi Penerimaan 8,374 Triliun X 100% = 7.33% 114,229 Triliun

  DJP Jateng I memberikan kontribusi sebesar 7,33% terhadap penerimaan amnesti pajak nasional. Sedangkan sisanya merupakan dari Kantor Wilayah DJP lain selain DJP Jateng I yaitu adalah 34 Kanwil DJP se- Indonesia. Berikut adalah tabel Peringkat penerimaan Amnesti Pajak Seluruh Kanwil di Indonesia

  Tabel 4.4 Peringkat Kanwil dalam penerimaan Amnesti Pajak

  Sumber: Kanwil DJP Jateng I, 2017 Dalam tabel diatas Kanwil DJP Jateng I mendapat peringkat ke-6 dari seluruh

  Kanwil yang ada di Indonesia. Prestasi ini tercapai karena kondisi ekonomi didaerah administrasi Jawa Tengah I yang cukup baik. NO NAMA KANWIL PENERIMAAN AMNESTI PAJAK 1 WAJIB PAJAK BESAR 18.761 2 JAKARTA BARAT 12.234 3 JAWA TIMUR I 11.986 4 JAKARTA UTARA 9.147 5 JAKARTA PUSAT 8.963 6 JAWA TENGAH I 8.374 7 JAKARTA SELATAN II 7.832 8 JAWA BARAT I 6.909 9 SUMATERA UTARA I 6.286 10 JAKARTA SELATAN I 4.676 11 BANTEN 2.290 12 JAKARTA TIMUR 2.201 13 JAWA TIMUR III 2.101 14 RIAU DAN KEPULAUAN RIAU 2.020 15 JAWA TIMUR II 1.897 16 JAWA TENGAH II 1.723 17 JAWA BARAT III 1.702 18 KALIMANTAN TIMUR DAN UTARA 1.682 19 SULSEL, SULBAR DAN SULTRA 1.434 20 SUMSEL DAN KEP.BABEL 1.006 21 BALI 1.005 22 JAWA BARAT II 0,996 23 KALSEL DAN KALTENG 0,923 24 JAKARTA KHUSUS 0,876 25 SUMATERA BARAT DAN JAMBI 0,786 26 PAPUA DAN MALUKU 0,678 27 KALIMANTAN BARAT 0,665 28 BENGKULU DAN LAMPUNG 0,608 29 SULUT,SULTENG, GOR, DAN MALUT 0,598 30 SUMATERA UTARA II 0,570 31 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 0,554 32 NUSA TENGGARA 0,322 33 NANGGROE ACEH DARUSSALAM 0,109 34 NAS PER KANWIL JUMLAH 114.229

Dokumen yang terkait

PERENCANAAN GEDUNG DIREKTORAT JENDRAL PAJAK WILAYAH XII JAWA BAGIAN TIMUR II DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK BATU – MALANG DENGAN KONSTRUKSI BAJA KOMPOSIT

0 22 2

ANALISIS KEPUASAN WAJIB PAJAK ATAS LAYANAN KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAWA TIMUR I | Adisasmito | Tax & Accounting Review 3082 5784 1 SM

0 3 15

PENGARUH KEBIJAKAN INSENTIF PAJAK TERHADAP PRODUKTIVITAS INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI WILAYAH KERJA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SUMATERA UTARA I TESIS

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - PENGARUH KEPATUHAN WAJIB PAJAK PKP, PEMERIKSAAN PAJAK DAN PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP KANTOR WILAYAH JAKARTA SELATAN - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 8

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Jumlah Hotel Di Kabupaten Semarang Pada Tahun 2013-2015 - ANALISIS PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN ANGGARAN 2013-2015 - Unika Repository

0 0 16

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum CV. PKM - EVALUASI PEMOTONGAN DAN/ATAU PEMUNGUTAN PAJAK ATAS JASA KONSTUKSI STUDI KASUS PADA CV. PKM - Unika Repository

0 0 20

BAB IV HASIL PEMBAHASAN 4.1 Keikutsertaan pada program Tax Amnesty - KEIKUTSERTAAN TAX AMNESTY DAN KONSEKUENSINYA PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI - Unika Repository

0 0 13

BAB IV PEMBAHASAN - PENGENAAN PAJAK DAERAH PADA OWL CAFE SEMARANG - Unika Repository

0 0 18

KEBIJAKAN SANKSI ADMINISTRATIF BAGI WAJIB PAJAK YANG TERLAMBAT MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI WILAYAH KERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK KABUPATEN SEMARANG (STUDI KASUS KANTOR DPPKAD KABUPATEN SEMARANG) - Unika Repository

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - KEBIJAKAN SANKSI ADMINISTRATIF BAGI WAJIB PAJAK YANG TERLAMBAT MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI WILAYAH KERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK KABUPATEN SEMARANG (STUDI KASUS KANTOR DPPKAD KABUPATEN SEMARANG) - Unika Reposit

0 0 22