PEMAHAMAN PAMONG KECAMATAN, DESA DAN JAJARANNYA TERHADAP INTISARI UU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DESA (PP 43/2016 dan PP 60/2016) dan (PP 47/2015 dan PP 22/2015) - Repository IPDN
PEMAHAMAN PAMONG KECAMATAN, DESA DAN JAJARANNYA
TERHADAP
INTISARI UU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DESA (PP 43/2016 dan PP 60/2016) dan (PP 47/2015 dan PP 22/2015) Oleh : Fernandes Simangunsong
IPDN-KEMDAGRI 2016
SELAMAT DATANG
PESERTA
BIMBINGAN TEKNIS
PAMONG KECAMATAN, DESA DAN JAJARANNYA
SE-KABUPATEN ACEH PIDIE
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
DALAM MEMAHAMI UNDANG-UNDANG NOMOR 6
TAHUN 2016 TENT ANG DESA DAN PERATURAN
TEKNIS DESA LAINNYA
Kesepakatan
BersamaSelamat… Pagi! Semangat… Pagi! PESERTA BIMTEK Luar…..Biasa Salam Kita Biodata Narasumber : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP,
- Nama M.Si
- Lahir : Jambi, 4 Maret 1977
- NIP : 19770304 1995 11 1 001
- Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)
- Pangkat : Pembina Tk. I (IV/b)
- Instansi : Kampus IPDN Jatinangor • Alamat : Komp. Singgasana Pradana Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut- BANDUNG - 08122445916
- Email/HP
- Ada empat hal yang mempengaruhi
penyusunan sebuah undang-undang yakni :
1) Falsafah bangsa dan negara;2) Konstitusi negara; 3) Basis teoretis; 4) Suasana kebatinan para penyusun undang-undang, baik
yang ada di pihak pemerintah maupun di
pihak DPR RI.KEMENTERIAN DALAM NEGERI
K E B I J A K A N P E N G AT U RA N T T G D E S A I N D O N E S I A
K E B I J A K A N P E N G AT U RA N T T G D E S A I N D O N E S I A
UU 22 / 1999 Organisasi pemerintah semu UU 22 / 1999 Organisasi pemerintah semuUU 32 /’04 Desa ditempatkan sebagai organisasi pemerintah semu UU 32 /’04 Desa ditempatkan sebagai organisasi pemerintah semu
UU 5 / 1974 Organisasi Pemerintah semu UU 5 / 1974 Organisasi Pemerintah semu
UU 19 / 1965 dibentuk Desapraja sbg DT III UU 19 / 1965 dibentuk Desapraja sbg DT III
Penpres 6 / 1959 tidak mengatur tentang desa Penpres 6 / 1959 tidak mengatur tentang desa
UU 1 / 1957 Desa dijadikan daerah otonom tingkat III UU 1 / 1957 Desa dijadikan daerah otonom tingkat III
UU 22 / 1948 Desa dijadikan daerah otonom tingkat III
UU 22 / 1948 Desa dijadikan daerah otonom tingkat III
UU 1 / 1945 tidak mengatur tentang desa UU 1 / 1945 tidak mengatur tentang desa
REVISI UU No. 32 / 2004 REVISI UU No. 32 / 2004
RUU Desa Desa sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat RUU Desa Desa sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat
- Pandangan yang dianut di dalam UUD 1945 hasil amandemen
setidak-tidaknya didukung oleh tiga aliran pemikiran besar yang
sedang melanda dunia yakni :1) Adanya paradigma minimalis state sebagaimana digagas oleh
Anthony Giddens, yang intinya agar pemerintah hanya mengurus kepentinganyang strategis saja, selebihnya diserahkan kepada masyarakat
dan atau dunia usaha. 2) Aliran The New Public Management dalam Public Administration, yangsalah satu wujudnya adalah melakukan “de-layering”, susunan
pemerintahan sehingga menjadi lebih pendek dan lebih efisien.
3) Konsep Civil Society yang mendorong agar masyarakat lebih mandiri dalam mengurus kepentingan dan kebutuhannya sendiri, sehingga ketergantungannya pada pemerintah dapat dikurangi.
PERKEMBANGAN KEDUDUKAN DAN PERAN DESA
Sebelum kemerdeka an Sesudah kemerdeka an
Pada masa UU Nomor 6/2016 Proyeksi masa mendatang
Sebagai self- governing community dan alat penjajah untuk kepentinga n penjajahan
Lebih ditekankan sebagai (quasi) self-local governmen t dengan mengabaik an adanya self- governing Perpaduan antara self governing community dengan (quasi) self-local governmen t
Kembali sebagai self- governing community , karena adanya pergeseran peran negara dan penggunaa
Strategi Uniformitas Kesatuan Masyarakat Hukum
Adat (KMHA)
di Indonesia
UU Nomor 5 Tahun 1979 Dibentuk dari atas untuk Dibentuk dari mencapai tujuan bawah untuk nasional memenuhi 75% waktu kepentingan kepala desa masyarakat digunakan untuk setempat melayani kepentingan supra desa Batas perubahan mendasar KMHA
BAGAN PARADIGMA PERGESERAN
PERAN NEGARA
KONSEP NEGARA PENJAGA MALAM (NIGHTWAT CH STATE KONSEP NEGARA KUAT (STRONG STATE) FUKUYAMA KONSEP NEGARA MINIMALIS (MINIMALI S STATE A.GIDDENS KONSEP NEGARA KESEJAH- TERAAN (WELFARE STATE
Peran negara terbatas sebagai penjaga serangan musuh dari luar Peran negara sangat luas, mencakup seluruh kehidupan bangsa
Peran negara terbatas yg bersifat strategis saja, selebihnya ditangani
Peran negara terbatas tetapi terutama yang menyangkut hajat hidup orang banyak
High Low Low High Network management capabilities
FIGURE 1.1. MODELS OF GOVERNMENT (Source : Goldsmith & Eggers, 2004 : 20)- p ri v a te co lla b o ra ti o n
P u b lic
Outsourc ed governm ent Hierarchi cal governm ent Joined- up governm ent Network ed governm ent
MODEL PERGESERAN PUSAT KEGIATAN MASYARAKAT DESA
KEPALA MASYARAKAT DESA
KEPALA
DESA SEBAGAI
DESA, BPD,
PRIMUS LPMDINTERPARE S PEMERINTAH DESA MENGADMINISTRASIK AN DAN MEMFASILITASI
berbunyi : “Negara MENGAKUI dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur dalam UU”.
PERBANDINGAN PENGATURAN TTG DESA PADA UUD
1945 (ASLI) DAN HASIL AMANDEMEN KEDUA
PERBANDINGAN PENGATURAN TTG DESA PADA UUD
1945 (ASLI) DAN HASIL AMANDEMEN KEDUA
- Pada Pasal 18 disebutkan bahwa : “ Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyaawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal- usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.
- Pada Pasal 18 disebutkan bahwa : “ Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyaawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal- usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.
- Pasal 18B ayat (2) yang
- Pasal 18B ayat (2) yang
berbunyi : “Negara MENGAKUI dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur dalam UU”. Lanjutan - - - Lanjutan - - - Pada Penjelasan Pasal 18 butir II Pada Penjelasan Pasal 18 butir II disebutkan bahwa : “Dalam territoir disebutkan bahwa : “Dalam territoir Negara Indonesia terdapat lebih Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 zelfbesturende kurang 250 zelfbesturende landschappen dan landschappen dan volksgemeenschappen seperti desa volksgemeenschappen seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di di Jawa dan Bali, negeri di Minangkabau, dusun dan marga di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagainya. Daerah- Palembang dan sebagainya. Daerah- daerah itu mempunyai susunan asli, daerah itu mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat dianggap dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai DAERAH yang bersifat sebagai DAERAH yang bersifat istimewa. Negara Republik istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang dan segala peraturan negara yang mengenai daerah -daerah itu akan mengenai daerah -daerah itu akan mengingati hak-hak asal-usul mengingati hak-hak asal-usul daerah tersebut. daerah tersebut.
NAMA-NAMA GENERIK
• DESA, atau dengan nama lain yang sejenis.• PEMERINTAH DESA, atau dengan nama lain yang sejenis.
- KEPALA DESA, atau dengan nama lain yang sejenis.
- BADAN PERMUSYAWARATAN DESA, atau dengan nama lain yang sejenis.
- PERATURAN DESA, atau dengan nama lain yang sejenis.
- DESA, mencakup :
1) desa sebagai kesatuan masyarakat hukum; 2) desa adat sebagai kesatuan masyarakat hukum adat. Dengan konstruksi menggabungkan fungsi
self- governing community dengan local self-government.
Self Governing Community :
Komunitas yang mampu mengurus kepentingan dan kebutuhannya sendiri.
DESA
Local Self –Government :
Komunitas yang diberi tugas
menjalankan urusan-urussan
pemerintahan dari supradesa, tetapi bukan merupakan satuan pemerintahan (Quasi government organization).MODEL DUA JENIS DESA MODEL DUA JENIS DESA
URUSAN PEMERIN -TAHAN URUSAN PEMERIN -TAHAN URU S AN ADAT
URU S AN ADAT
URU SAN PEM. URU SAN PEM. URUSAN ADAT
URUSAN ADAT
DESA (ADMINISTRATIF) DESA ADAT
- DARI JUMLAH DESA SEBANYAK
72.944, DAPAT DIKATEGORIKAN
MENJADI TIGA KELOMPOK : A. DESA ADMINISTRATIF +/- 31.000B. DESA ADAT +/- 24.000
C. DESA TRANSISI DARI ADAT KE
ADMINISTRATIF SEBANYAK- +/- 17.000
ASAS PENGATURAN DESA (Pasal 3)
a.Rekognisi (pengakuan)
b. subsidiaritas;
c. keberagaman;
d. kebersamaan;
e. kegotongroyongan;
f. kekeluargaan;
g. musyawarah;
h. demokrasi; i. kemandirian; j. partisipasi; k. kesetaraan; l. pemberdayaan; dan m. keberlanjutan.
Tujuan Pengaturan Desa (Psl 4)
a. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya NKRI;
b. Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum
atas Desa dalam sistem ketatanegaraan RI demi
mewujdukan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.c. Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;
d. Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama.
e. Membentuk pemerintahan desa yang profesional, efisien, dan efektif, terbuka, serta tanggung jawab.
f. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;
g. Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;
h. Memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan i. Memperkuat masyarakat Desa sebagai subyek pembangunan.
Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/ Kota (Psl 5). Desa dapat dihapus karena bencana alam dan/atau kepentingan program nasional yang strategis. (Psl 10). Desa dapat berubah status menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa dan BPD melalui Musyawarah Desa dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat. (Psl 11
PERUBAHAN PARADIGMA
MENYEJAHTERAKAN MASYARAKAT, MEMPERKUAT
NEGARA
PARADIGMA LAMAPARADIGMA BARU NEGARA
NEGARA DAERAH DAERAH PROVINSI
PROVINSI DAERAH DAERAH KABUPATEN/
KABUPATEN/ KOTA KOTA DESA DESA
Can you
find
thedog?
NAWA CITA – JOKO WIDODO (PRESIDEN RI KE-
7)
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara melalui pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan asional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif,demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melaluireformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program Indonesia Pintar, serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera,
dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas sembilan jutahektar, program kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan
sosial untuk rakyat di tahun 2019.6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama-sama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan,
yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan seperti pengajaran sejarah
pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta tanah air, semanagat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinekaan dan menciptakan ruang dialog antarwarga.
PENATAAN DESA
- Penataan desa meliputi :
a. pembentukan;
b. penghapusan;
c. penggabungan;
d. perubahan status; e. penetapan Desa. (Psl 7 ayat 4).
- Pembentukan Desa dilakukan melalui DESA PERSIAPAN. (Psl 8 ayat 5).
- Pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan/
atau perubahan status Desa menjadi kelurahan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. (Psl 14).
• Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengubah status
kelurahan menjadi Desa berdasarkan prakarsa masyarakat
dan memenuhi persyaratan yang ditentukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 12 ayat 1). DESA KELURAHAN- Pemerintah dapat memprakarsai pembentukan Desa di
kawasan yang bersifat khusus dan strategis bagi kepentingan nasional. (Psl 13).
- Rancangan Perda mengenai pembentukan, penghapusan,
penggabungan, dan/atau perubahan status Desa atas prakarsa masyarakat dan/atau prakarsa Pemda Kab/Kota memerlukan persetujuan Gubernur selaku wakil pemerintah pusat. (Psl 16).
PERUBAHAN STATUS DESA, DESA ADAT, DAN
KELURAHAN
(Pasal 100 ayat 1)
DESA DESA ADAT KELURAHAN DESA DESA ADAT KELURAHAN
DESA ADAT DESA KELURAHAN
DESA ADAT DESA KELURAHAN
SYARAT PEMBENTUKAN DESA (Pasal 8 ayat 3)
- Pembentukan desa harus memenuhi syarat :
a. batas usia Desa Induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak pembentukan;
b. jumlah penduduk yaitu : 1) wilayah Jawa paling sedikit 6.000 jiwa atau 1.200 KK; 2) wilayah Bali paling sedikit 5.000 jiwa atau 1.000 KK; 3) wilayah Sumatera paling sedikit 4.000 jiwa atau 800 KK; 4) wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara paling sedikit 3.000 jiwa atau 600 KK; 5) wilayah NTB paling sedikit 2.500 jiwa atau 500 KK;
6) wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara,
Gorontalo, dan Kalimantan Selatan paling sedikit 2.000 jiwa atau 400 KK;Lanjutan syarat …………….
7) wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara paling sedikit 1.500 jiwa atau 300 KK; 8) Wilayah NTT, Maluku, dan Maluku Utara paling sedikit 1.000 jiwa atau 200 KK;
9) wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500 jiwa atau 100 KK.
c. Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antarwilayah;
d. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat Desa;
e. Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya ekonomi pendukung;f. Batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah
ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota; g. Sarana dan prasarana bagi pemerintahan Desa dan pelayanan publik; dan
h. Tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya
bagi perangkat pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -undangan.
PROSES PEMBENTUKAN DESA
DESA PERSIAPAN DESA DEFINITIF
1 S/D 3 TAHUN DESA
INDUK
DESA PERSIAPAN DESA DEFINITIF
1 S/D 3 TAHUN
(Pasal 8 ayat 7 UU 6/2016)
KEWENANGAN DESA
- Kewenangan Desa meliputi kewenangan :
- - di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa; - pelaksanaan pembangunan desa; - pembinaan kemasyarakatan desa; - pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa. (Psl 18).
- Kewenangan desa meliputi :
a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;
b. kewenangan lokal berskala desa;
c. kewenangan yang DITUGASKAN oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan (Kewenangan
Penugasan bukan TUGAS PEMBANTUAN)d. KEWENANGAN LAIN yang ditugaskan oleh Pemerintah, , Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Psl 19). (Kewenangan Residu).
PEMERINTAHAN DESA
- Pemerintah desa adalah Kepala desa atau yang disebut dengan
nama lain dan dibantu oleh perangkat Desa atau yang disebut
dengan nama lain. (Psl 25).- Kepala Desa diisi melalui Pilkades yang dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Kabupaten/Kota. (Psl 31 ayat 1).
Dibuat Peraturan Daerah Kabupaten/Kota (Psl 31 ayat 2).
• Kepala Desa dipilih secara langsung oleh penduduk Desa. (Psl 34
ayat 1).- Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan.
- Kepala Desa DAPAT menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa
jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
(Psl 39 ayat (1) dan ayat (2).
- Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati/Walikota
setelah dinyatakan sebagai terdakwa yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan register perkara di pengadilan. (Psl 41).
Manajemen Pertanggungjawaban Pemerintahan Desa
• Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya,
Kepala Desa wajib:
a. menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota. (Kepala Desa tidak bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota, tetapi hanya
menyampaikan laporan. Prinsip dasarnya, mereka yang dipilih
bertanggung jawab kepada yang memilih. Karena kepala desa
dipilih langsung oleh rakyat desa, maka kepala desa bertanggung jawab kepada rakyat desa bersangkutan);b. menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa
pada akhir masa jabatannya kepada Bupati/Walikota;c. memberikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan
secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran; dan
d. memberikan dan/atau menyebarluaskan informasi penyelenggaraan
pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap
akhir tahun anggaran. (Pasal 27 huruf a,b,c, dan d).- Kepala Desa yang tidak melaksanakan kewajibannya, dikenai
sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis.
- Dalam hal sanksi administratif tidak dilaksanakan, dilakukan
tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian. (Pasal 28 ayat 1 dan 2).
MODEL PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DESA MENURUT UU 06/2016
BUPATI/WALIKOTA Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPDesa)
(Pasal 27 huruf a UU 06/2016)
KEPALA DESA BPD Informasi laporan penyeleng- Laporan garaan pemerintahan Keterangan Penyelenggaraan pemerintahan (LKPP) Psl 27 huruf b.
• Larangan bagi Kepala Desa diatur di dalam Pasal 29
huruf a s/d huruf l.- Kepala Desa yang melanggar larangan, dikenai
sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis.
- Dalam hal sanksi administratif tidak dilaksanakan,
dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian. (Pasal 30 ayat 1 dan 2).
- Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati/
Walikota setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara. (Psl 42).
• Kepala desa yang diberhentIkan sementara, diberhentikan
secara tetap oleh Bupati/Walikota setelah dinyatakan sebagai TERPIDANA berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. (Psl 43).
- Dalam hal Kepala Desa diberhentikan sementara karena
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun dan tersangka tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara, maka tugas dan kewajibannya dilaksanakan oleh sekretaris desa sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. (Psl 45).
- Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang
diberhentikan tidak lebih dari 1 (satu) tahun, Bupati/ Walikota mengangkat PNS dari Pemerintah Kabupaten/ Kota sebagai penjabat Kepala desa sampai dengan terpilihnya Kepala Desa. (Psl 46 ayat 1).
- Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang
diberhentikan lebih dari 1 (satu) tahun, Bupati/Walikota mengangkat PNS dari Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai penjabat Kepala Desa, yang dipilih melalui Musyawarah Desa, dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan sejak Kepala desa diberhentikan. (Psl 47 ayat 2,3,4).
- Kepala Desa yang dipilih melalui Musyawarah Desa
melaksanakan tugas sampai habis sisa masa jabatan Kepala desa yang diberhentikan. (Psl 47 ayat 5).
Raih Impian Anda Dengan Terus Menerus BERLATIH …..
PERANGKAT DESA
- Perangkat Desa terdiri atas :
a. sekretariat Desa;
b. pelaksana kewilayahan; dan c. pelaksana teknis.
- Perangkat Desa diangkat oleh Kepala Desa setelah
dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati/ Walikota. (Psl 49 ayat 2).
- Syarat mengenai perangkat Desa diatur pada Pasal
50 ayat (1)
• Pemberhentian perangkat Desa diatur pada Pasal 53
ayat 1 s/d ayat 4. Perangkat Desa diberhentikan pada usia 60 tahun (Psl 53 ayat 2 huruf a).
Perangkat Desa ……..
• Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
48 bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
- Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati/ Walikota.
- Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,
perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
• Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48
diangkat dari warga Desa yang memenuhi persyaratan: » berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang sederajat; » berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun; » terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di Desa paling kurang 1
(satu) tahun sebelum pendaftaran; dan » syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
- Ketentuan lebih lanjut mengenai perangkat Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Pasal 49, dan
Pasal 50 ayat (1) diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah.
(Pasal 50)
- Ketentuan Pasal 65 PP Nomor 43 Tahun 2016 :
(1) Perangkat Desa diangkat dari warga Desa yang memenuhi persyaratan:
- – berpendidikan paling rendah sekolah menengah
umum atau yang sederajat;
- – berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42
(empat puluh dua) tahun;
- – terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat
tinggal di Desa paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran; dan
- – syarat lain yang ditentukan dalam peraturan daerah kabupaten/kota.
(2) Syarat lain pengangkatan perangkat Desa yang ditetapkan
dalam peraturan daerah kabupaten/kota harus memperhatikan hak asal usul dan nilai sosial budaya masyarakat.Pasal 66 PP 43 Tahun 2016 : Pengangkatan perangkat Desa dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. kepala Desa melakukan penjaringan dan penyaringan atau seleksi
calon perangkat Desa;b. Kepala Desa melakukan konsultasi dengan camat atau sebutan lain mengenai pengangkatan perangkat Desa;
c. camat atau sebutan lain memberikan rekomendasi tertulis yang memuat mengenai calon perangkat Desa yang telah dikonsultasikan dengan kepala Desa; dan
d. rekomendasi tertulis camat atau sebutan lain dijadikan dasar oleh
kepala Desa dalam pengangkatan perangkat Desa dengan keputusan kepala Desa.Kembangkan Diri Raih Prestasi
PNS yang akan menjadi perangkat desa ……..
Pasal 67 PP Nomor 43 Tahun 2016 : (1) Pegawai negeri sipil kabupaten/kota setempat yang akan diangkat menjadi perangkat Desa harus mendapatkan izin tertulis dari pejabat pembina kepegawaian. (2) Dalam hal pegawai negeri sipil kabupaten/kota setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpilih dan diangkat menjadi perangkat Desa, yang bersangkutan dibebaskan sementara dari jabatannya selama menjadi perangkat Desa tanpa kehilangan hak sebagai pegawai negeri sipil.
Mekanisme pemberhentian perangkat desa ………..
Pasal 68 (1) Perangkat Desa berhenti karena:
- – meninggal dunia;
- – permintaan sendiri; atau – diberhentikan.
(2) Perangkat Desa yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena:
- – usia telah genap 60 (enam puluh) tahun;
- – berhalangan tetap;
- – tidak lagi memenuhi syarat sebagai perangkat
Desa;
- – atau – melanggar larangan sebagai perangkat Desa.
Pemberhentian perangkat Desa dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:
• kepala Desa melakukan konsultasi dengan camat
atau sebutan lain mengenai pemberhentian perangkat Desa;
- camat atau sebutan lain memberikan
rekomendasi tertulis yang memuat mengenai pemberhentian perangkat Desa yang telah dikonsultasikan dengan kepala Desa; dan
- rekomendasi tertulis camat atau sebutan lain
dijadikan dasar oleh kepala Desa dalam pemberhentian perangkat Desa dengan keputusan kepala Desa. (Psl 69).
- Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan
dan pemberhentian perangkat Desa diatur dalam Peraturan Menteri. (Psl 70).
Ketentuan pengaturan tentang penghasilan
perangkat desa …
Pasal 81 PP Nomor 43 Tahun 2016 :
(1) Penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa dianggarkan
dalam APB Desa yang bersumber dari ADD. (2) Pengalokasian ADD untuk penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa menggunakan penghitungan sebagai berikut:• ADD yang berjumlah kurang dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) digunakan maksimal 60% (enam puluh perseratus);
- ADD yang berjumlah Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) digunakan maksimal 50% (lima puluh perseratus);
- ADD yang berjumlah lebih dari Rp700.000.000,00
- (tujuh ratus juta rupiah) sampai dengan Rp900.000.000,00
(sembilan ratus juta rupiah) digunakan maksimal 40% (empat puluh perseratus); dan
• d. ADD yang berjumlah lebih dari Rp900.000.000,00 (sembilan ratus
juta rupiah) digunakan maksimal 30% (tiga puluh perseratus).
Lanjutan ………..
(3) Pengalokasian batas maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan mempertimbangkan efisiensi, jumlah perangkat, kompleksitas tugas pemerintahan, dan letak geografis. (4) Bupati/walikota menetapkan besaran penghasilan tetap:
- – kepala Desa;
- – sekretaris Desa paling sedikit 70% (tujuh puluh
perseratus) dari penghasilan tetap kepala Desa per
bulan; dan– perangkat Desa selain sekretaris Desa paling sedikit
50% (lima puluh perseratus) dari penghasilan tetap
kepala Desa per bulan . (5) Besaran penghasilan tetap kepala Desa danperangkat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.
Lanjutan penghasilan kepala desa dan
perangkat desa…….
Pasal 82 PP 43/2016 (1) Selain menerima penghasilan tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81, kepala Desa dan perangkat Desa menerima tunjangan dan penerimaan lain yang sah. (2) Tunjangan dan penerimaan lain yang sah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber
dari APB Desa dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan. (3) Besaran tunjangan dan penerimaan lain yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.MUSYAWARAH DESA
- Musyawarah desa merupakan forum permusyawaratan
yang diikuti oleh BPD, Pemerintah desa, dan unsur masyarakat desa untuk memusyawarahkan hal yang
bersifat strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan
Desa, meliputi : a. penataan Desa;b. perencanaan Desa;
c. kerja sama Desa;
d. rencana investasi yang masuk ke Desa;
e. pembentukan BUM Desaa;
f. penambahan dan pelepasan aset Desa; dan g. kejadian luar biasa. (Psl 54 ayat 1 dan 2).
• Musyawarah Desa dilaksanakan paling kurang sekali dalam
satu tahun, dan dibiayai dari APBDesa. (Psl 54 ayat 3 dan
4).BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)
- Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk Desa
berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis (melalui pemilihan secara langsung atau melalui musyawarah perwakilan). (Psl 56 ayat 1 dan penjelasannya).
- Masa keanggotaan BPD selama 6 tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji. (Psl 56 ayat 2).
• Anggota BPD dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling
banyak 3 kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut. (Psl 56 ayat 3).
- Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah gasal,
paling sedikit 5 orang dan paling banyak 9 orang, dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan keuangan Desa. (Psl 58 ayat 1).
- Pimpinan BPD terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang wakil ketua, dan 1 orang sekretaris. (Psl 59 ayat 1).
PENGHASILAN PEMERINTAH DESA
- Kepala Desa dan perangkat Desa memperoleh penghasilan tetap setiap bulan. (Psl 66 ayat 1).
- Penghasilan tetap Kepala Desa dan perangkat Desa
bersumber dari dana perimbangan dalam APBN yang diterima oleh Kabupaten/Kota dan ditetapkan dalam APBD Kabupaten/Kota. (Psl 66 ayat 2).
- Selain penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kepala Desa dan perangkat Desa menerima tunjangan yang bersumber dari APBDesa. (Psl 66 ayat 3).
- Selain penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kepala Desa dan perangkat Desa memperoleh jaminan kesehatan dan dapat memperoleh penerimaan lainnya yang sah. (Psl 66 ayat 4).
- Ketentuan lebih lanjut diatur dalam PP. (Psl 66 ayat 5).
KEUANGAN DESA
- Pendapatan Desa bersumber dari :
a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya
dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;
b. alokasi APBN {besarnya 10% dari dan di luar dana transfer (on top)
diberikan secara bertahap}. {Alokasinya dihitung denganmemperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah,
dan tingkat kesulitan geografis}.c. bagian dari hasil pajak daerah dan retibusi daerah {paling sedikit 10% dari pajak dan retribusi daerah}.
d. alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota. {Besarnya paling sedikit 10% setelah dikurangi DAK}.
e. Bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota;
f. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga, dan g. lain-lain pendapatan Desa yang sah. (Psl 72 ayat 1, 2,3, dan 4).
- Bagi Kabupaten/Kota yang tidak memberikan ADD,
Pemerintah DAPAT melakukan penundaan dan/atau pemotongan sebesar alokasi dana perimbangan setelah dikurangi DAK yang seharusnya disalurkan ke Desa. (Psl 72 ayat 5).
WHAT
DO YOU SEESIMULASI DANA APBN ON TOP UTK DESA
• Dana Perimbangan Tahun 2016 sebesar Rp. 592 trilyun
- 10% dari dana perimbangan = Rp. 59,2 trilyun
- Jumlah Desa s/d Des 2013 : 72. 944 desa
- Dana rata-rata untuk satu desa : Rp. 59,2 trilyun : 72.944 = =/- Rp. 800 juta rupiah.
- Rumus yang dipakai
Dana Desa = Fungsi ( Luas wilayah, jumlah penduduk, angka kemiskinan, kesulitan geografis)
- Besaran dana untuk masing-masing desa tergantung
pad bobot masing-masing variabel yang ditetapkan oleh masing-masing kabupaten/kota dengan Perda ybs.
- Dana Desa dari APBN diberikan SECARA BERTAHAP.
Pasal 90 PP Nomor 43 Tahun 2016
(1) Penyelenggaraan kewenangan Desa
berdasarkan hak asal usul dan kewenangan
lokal berskala Desa didanai oleh APB Desa.(2) Penyelenggaraan kewenangan lokal
berskala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) selain didanai oleh APB Desa, juga
dapat didanai oleh anggaran pendapatan dan
belanja negara dan anggaran pendapatan dan
belanja daerah.
(3) Penyelenggaraan kewenangan Desa yang
ditugaskan oleh Pemerintah didanai oleh
anggaran pendapatan dan belanja negara.( 4) Dana anggaran pendapatan dan belanja negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dialokasikan pada
bagian anggaran kementerian/lembaga dan disalurkan