PEMAHAMAN PAMONG KECAMATAN, DESA DAN JAJARANNYA TERHADAP INTISARI UU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DESA (PP 43/2016 dan PP 60/2016) dan (PP 47/2015 dan PP 22/2015) - Repository IPDN

PEMAHAMAN PAMONG KECAMATAN, DESA DAN JAJARANNYA

  TERHADAP

  INTISARI UU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DESA (PP 43/2016 dan PP 60/2016) dan (PP 47/2015 dan PP 22/2015) Oleh : Fernandes Simangunsong

  IPDN-KEMDAGRI 2016

  

SELAMAT DATANG

PESERTA

BIMBINGAN TEKNIS

PAMONG KECAMATAN, DESA DAN JAJARANNYA

SE-KABUPATEN ACEH PIDIE

  

PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

DALAM MEMAHAMI UNDANG-UNDANG NOMOR 6

TAHUN 2016 TENT ANG DESA DAN PERATURAN

TEKNIS DESA LAINNYA

  

Kesepakatan

Bersama

  Selamat… Pagi! Semangat… Pagi! PESERTA BIMTEK Luar…..Biasa Salam Kita Biodata Narasumber : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP,

  • Nama M.Si
  • Lahir : Jambi, 4 Maret 1977
  • NIP : 19770304 1995 11 1 001
  • Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)
  • Pangkat : Pembina Tk. I (IV/b)
  • Instansi : Kampus IPDN Jatinangor • Alamat : Komp. Singgasana Pradana Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut- BANDUNG - 08122445916
  • Email/HP

  • Ada empat hal yang mempengaruhi

  

penyusunan sebuah undang-undang yakni :

1) Falsafah bangsa dan negara;

2) Konstitusi negara; 3) Basis teoretis; 4) Suasana kebatinan para penyusun undang-undang, baik

  

yang ada di pihak pemerintah maupun di

pihak DPR RI.

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

  

K E B I J A K A N P E N G AT U RA N T T G D E S A I N D O N E S I A

K E B I J A K A N P E N G AT U RA N T T G D E S A I N D O N E S I A

UU 22 / 1999 Organisasi pemerintah semu UU 22 / 1999 Organisasi pemerintah semu

  UU 32 /’04  Desa ditempatkan sebagai organisasi pemerintah semu UU 32 /’04  Desa ditempatkan sebagai organisasi pemerintah semu

  UU 5 / 1974 Organisasi Pemerintah semu UU 5 / 1974 Organisasi Pemerintah semu

  UU 19 / 1965 dibentuk Desapraja sbg DT III UU 19 / 1965 dibentuk Desapraja sbg DT III

  Penpres 6 / 1959 tidak mengatur tentang desa Penpres 6 / 1959 tidak mengatur tentang desa

  UU 1 / 1957 Desa dijadikan daerah otonom tingkat III UU 1 / 1957 Desa dijadikan daerah otonom tingkat III

  

UU 22 / 1948 Desa dijadikan daerah otonom tingkat III

UU 22 / 1948 Desa dijadikan daerah otonom tingkat III

  UU 1 / 1945 tidak mengatur tentang desa UU 1 / 1945 tidak mengatur tentang desa

  REVISI UU No. 32 / 2004 REVISI UU No. 32 / 2004

  RUU Desa Desa sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat RUU Desa Desa sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat

  • Pandangan yang dianut di dalam UUD 1945 hasil amandemen

  

setidak-tidaknya didukung oleh tiga aliran pemikiran besar yang

sedang melanda dunia yakni :

1) Adanya paradigma minimalis state sebagaimana digagas oleh

Anthony Giddens, yang intinya agar pemerintah hanya mengurus kepentingan

yang strategis saja, selebihnya diserahkan kepada masyarakat

dan atau dunia usaha. 2) Aliran The New Public Management dalam Public Administration, yang

salah satu wujudnya adalah melakukan “de-layering”, susunan

pemerintahan sehingga menjadi lebih pendek dan lebih efisien.

3) Konsep Civil Society yang mendorong agar masyarakat lebih mandiri dalam mengurus kepentingan dan kebutuhannya sendiri, sehingga ketergantungannya pada pemerintah dapat dikurangi.

PERKEMBANGAN KEDUDUKAN DAN PERAN DESA

  Sebelum kemerdeka an Sesudah kemerdeka an

  Pada masa UU Nomor 6/2016 Proyeksi masa mendatang

  Sebagai self- governing community dan alat penjajah untuk kepentinga n penjajahan

  Lebih ditekankan sebagai (quasi) self-local governmen t dengan mengabaik an adanya self- governing Perpaduan antara self governing community dengan (quasi) self-local governmen t

  Kembali sebagai self- governing community , karena adanya pergeseran peran negara dan penggunaa

  

Strategi Uniformitas Kesatuan Masyarakat Hukum

Adat (KMHA)

di Indonesia

  UU Nomor 5 Tahun 1979 Dibentuk dari atas untuk Dibentuk dari mencapai tujuan bawah untuk nasional memenuhi 75% waktu kepentingan kepala desa masyarakat digunakan untuk setempat melayani kepentingan supra desa Batas perubahan mendasar KMHA

  

BAGAN PARADIGMA PERGESERAN

PERAN NEGARA

  KONSEP NEGARA PENJAGA MALAM (NIGHTWAT CH STATE KONSEP NEGARA KUAT (STRONG STATE) FUKUYAMA KONSEP NEGARA MINIMALIS (MINIMALI S STATE A.GIDDENS KONSEP NEGARA KESEJAH- TERAAN (WELFARE STATE

  Peran negara terbatas sebagai penjaga serangan musuh dari luar Peran negara sangat luas, mencakup seluruh kehidupan bangsa

  Peran negara terbatas yg bersifat strategis saja, selebihnya ditangani

  Peran negara terbatas tetapi terutama yang menyangkut hajat hidup orang banyak

  High Low Low High Network management capabilities

FIGURE 1.1. MODELS OF GOVERNMENT (Source : Goldsmith & Eggers, 2004 : 20)

  • p ri v a te co lla b o ra ti o n

  P u b lic

  Outsourc ed governm ent Hierarchi cal governm ent Joined- up governm ent Network ed governm ent

MODEL PERGESERAN PUSAT KEGIATAN MASYARAKAT DESA

  KEPALA MASYARAKAT DESA

KEPALA

DESA SEBAGAI

  

DESA, BPD,

PRIMUS LPMD

  INTERPARE S PEMERINTAH DESA MENGADMINISTRASIK AN DAN MEMFASILITASI

  berbunyi : “Negara MENGAKUI dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur dalam UU”.

  

PERBANDINGAN PENGATURAN TTG DESA PADA UUD

1945 (ASLI) DAN HASIL AMANDEMEN KEDUA

PERBANDINGAN PENGATURAN TTG DESA PADA UUD

1945 (ASLI) DAN HASIL AMANDEMEN KEDUA

  • Pada Pasal 18 disebutkan bahwa : “ Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyaawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal- usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.
  • Pada Pasal 18 disebutkan bahwa : “ Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyaawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal- usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.
  • Pasal 18B ayat (2) yang
  • Pasal 18B ayat (2) yang

  berbunyi : “Negara MENGAKUI dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur dalam UU”. Lanjutan - - - Lanjutan - - - Pada Penjelasan Pasal 18 butir II Pada Penjelasan Pasal 18 butir II disebutkan bahwa : “Dalam territoir disebutkan bahwa : “Dalam territoir Negara Indonesia terdapat lebih Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 zelfbesturende kurang 250 zelfbesturende landschappen dan landschappen dan volksgemeenschappen seperti desa volksgemeenschappen seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di di Jawa dan Bali, negeri di Minangkabau, dusun dan marga di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagainya. Daerah- Palembang dan sebagainya. Daerah- daerah itu mempunyai susunan asli, daerah itu mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat dianggap dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai DAERAH yang bersifat sebagai DAERAH yang bersifat istimewa. Negara Republik istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang dan segala peraturan negara yang mengenai daerah -daerah itu akan mengenai daerah -daerah itu akan mengingati hak-hak asal-usul mengingati hak-hak asal-usul daerah tersebut. daerah tersebut.

  

NAMA-NAMA GENERIK

DESA, atau dengan nama lain yang sejenis.

  • PEMERINTAH DESA, atau dengan nama lain yang sejenis.

  • KEPALA DESA, atau dengan nama lain yang sejenis.
  • BADAN PERMUSYAWARATAN DESA, atau dengan nama lain yang sejenis.
  • PERATURAN DESA, atau dengan nama lain yang sejenis.
  • DESA, mencakup :

   1) desa sebagai kesatuan masyarakat hukum; 2) desa adat sebagai kesatuan masyarakat hukum adat. Dengan konstruksi menggabungkan fungsi

  self- governing community dengan local self-government.

  Self Governing Community :

  Komunitas yang mampu mengurus kepentingan dan kebutuhannya sendiri.

  DESA

  Local Self –Government :

  

Komunitas yang diberi tugas

menjalankan urusan-urussan

pemerintahan dari supradesa, tetapi bukan merupakan satuan pemerintahan (Quasi government organization).

MODEL DUA JENIS DESA MODEL DUA JENIS DESA

  URUSAN PEMERIN -TAHAN URUSAN PEMERIN -TAHAN URU S AN ADAT

  URU S AN ADAT

  URU SAN PEM. URU SAN PEM. URUSAN ADAT

URUSAN ADAT

  DESA (ADMINISTRATIF) DESA ADAT

  • DARI JUMLAH DESA SEBANYAK

  

72.944, DAPAT DIKATEGORIKAN

MENJADI TIGA KELOMPOK : A. DESA ADMINISTRATIF +/- 31.000

   B. DESA ADAT +/- 24.000

  

C. DESA TRANSISI DARI ADAT KE

ADMINISTRATIF SEBANYAK

  • +/- 17.000

  ASAS PENGATURAN DESA (Pasal 3)

  a.Rekognisi (pengakuan)

  b. subsidiaritas;

  c. keberagaman;

  d. kebersamaan;

  e. kegotongroyongan;

  f. kekeluargaan;

  g. musyawarah;

  h. demokrasi; i. kemandirian; j. partisipasi; k. kesetaraan; l. pemberdayaan; dan m. keberlanjutan.

  

Tujuan Pengaturan Desa (Psl 4)

  a. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya NKRI;

  

b. Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum

atas Desa dalam sistem ketatanegaraan RI demi

mewujdukan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

  c. Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;

  d. Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama.

  e. Membentuk pemerintahan desa yang profesional, efisien, dan efektif, terbuka, serta tanggung jawab.

  f. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;

  g. Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;

  h. Memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan i. Memperkuat masyarakat Desa sebagai subyek pembangunan.

  Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/ Kota (Psl 5). Desa dapat dihapus karena bencana alam dan/atau kepentingan program nasional yang strategis. (Psl 10). Desa dapat berubah status menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa dan BPD melalui Musyawarah Desa dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat. (Psl 11

  

PERUBAHAN PARADIGMA

MENYEJAHTERAKAN MASYARAKAT, MEMPERKUAT

NEGARA

PARADIGMA LAMA

PARADIGMA BARU NEGARA

  NEGARA DAERAH DAERAH PROVINSI

  PROVINSI DAERAH DAERAH KABUPATEN/

  KABUPATEN/ KOTA KOTA DESA DESA

  Can you

find

the

dog?

  

NAWA CITA – JOKO WIDODO (PRESIDEN RI KE-

7)

  

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi bangsa dan

memberikan rasa aman pada seluruh warga negara melalui pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan asional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

  

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata

kelola pemerintahan yang bersih, efektif,demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui

reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

  

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan

penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

  5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program Indonesia Pintar, serta peningkatan

kesejahteraan masyarakat dengan program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera,

dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas sembilan juta

hektar, program kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan

sosial untuk rakyat di tahun 2019.

  6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama-sama bangsa-bangsa Asia lainnya.

  7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

  8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan,

yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan seperti pengajaran sejarah

pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta tanah air, semanagat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

  9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinekaan dan menciptakan ruang dialog antarwarga.

PENATAAN DESA

  • Penataan desa meliputi :

   a. pembentukan;

   b. penghapusan;

   c. penggabungan;

   d. perubahan status; e. penetapan Desa. (Psl 7 ayat 4).

  • Pembentukan Desa dilakukan melalui DESA PERSIAPAN. (Psl 8 ayat 5).
  • Pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan/

  atau perubahan status Desa menjadi kelurahan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. (Psl 14).

  • Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengubah status

  

kelurahan menjadi Desa berdasarkan prakarsa masyarakat

dan memenuhi persyaratan yang ditentukan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 12 ayat 1). DESA KELURAHAN

  • Pemerintah dapat memprakarsai pembentukan Desa di

  kawasan yang bersifat khusus dan strategis bagi kepentingan nasional. (Psl 13).

  • Rancangan Perda mengenai pembentukan, penghapusan,

  penggabungan, dan/atau perubahan status Desa atas prakarsa masyarakat dan/atau prakarsa Pemda Kab/Kota memerlukan persetujuan Gubernur selaku wakil pemerintah pusat. (Psl 16).

  

PERUBAHAN STATUS DESA, DESA ADAT, DAN

KELURAHAN

(Pasal 100 ayat 1)

  DESA DESA ADAT KELURAHAN DESA DESA ADAT KELURAHAN

DESA ADAT DESA KELURAHAN

DESA ADAT DESA KELURAHAN

  

SYARAT PEMBENTUKAN DESA (Pasal 8 ayat 3)

  • Pembentukan desa harus memenuhi syarat :

   a. batas usia Desa Induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak pembentukan;

   b. jumlah penduduk yaitu : 1) wilayah Jawa paling sedikit 6.000 jiwa atau 1.200 KK; 2) wilayah Bali paling sedikit 5.000 jiwa atau 1.000 KK; 3) wilayah Sumatera paling sedikit 4.000 jiwa atau 800 KK; 4) wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara paling sedikit 3.000 jiwa atau 600 KK; 5) wilayah NTB paling sedikit 2.500 jiwa atau 500 KK;

6) wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara,

Gorontalo, dan Kalimantan Selatan paling sedikit 2.000 jiwa atau 400 KK;

  Lanjutan syarat …………….

   7) wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara paling sedikit 1.500 jiwa atau 300 KK; 8) Wilayah NTT, Maluku, dan Maluku Utara paling sedikit 1.000 jiwa atau 200 KK;

9) wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500 jiwa atau 100 KK.

  c. Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antarwilayah;

  d. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat Desa;

  

e. Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia,

dan sumber daya ekonomi pendukung;

f. Batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah

ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota; g. Sarana dan prasarana bagi pemerintahan Desa dan pelayanan publik; dan

  

h. Tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya

bagi perangkat pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -undangan.

  

PROSES PEMBENTUKAN DESA

DESA PERSIAPAN DESA DEFINITIF

   1 S/D 3 TAHUN DESA

  INDUK

   DESA PERSIAPAN DESA DEFINITIF

   1 S/D 3 TAHUN

   (Pasal 8 ayat 7 UU 6/2016)

KEWENANGAN DESA

  • Kewenangan Desa meliputi kewenangan :
    • - di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa; - pelaksanaan pembangunan desa; - pembinaan kemasyarakatan desa; - pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa. (Psl 18).

  • Kewenangan desa meliputi :

   a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;

   b. kewenangan lokal berskala desa;

  

c. kewenangan yang DITUGASKAN oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan (Kewenangan

Penugasan bukan TUGAS PEMBANTUAN)

d. KEWENANGAN LAIN yang ditugaskan oleh Pemerintah, , Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Psl 19). (Kewenangan Residu).

PEMERINTAHAN DESA

  • Pemerintah desa adalah Kepala desa atau yang disebut dengan

  

nama lain dan dibantu oleh perangkat Desa atau yang disebut

dengan nama lain. (Psl 25).

  • Kepala Desa diisi melalui Pilkades yang dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Kabupaten/Kota. (Psl 31 ayat 1).

  

Dibuat Peraturan Daerah Kabupaten/Kota (Psl 31 ayat 2).

  • Kepala Desa dipilih secara langsung oleh penduduk Desa. (Psl 34

    ayat 1).
  • Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan.
  • Kepala Desa DAPAT menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa

    jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

  (Psl 39 ayat (1) dan ayat (2).

  • Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati/Walikota

  setelah dinyatakan sebagai terdakwa yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan register perkara di pengadilan. (Psl 41).

  Manajemen Pertanggungjawaban Pemerintahan Desa

  • Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya,

  Kepala Desa wajib:

   a. menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota. (Kepala Desa tidak bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota, tetapi hanya

menyampaikan laporan. Prinsip dasarnya, mereka yang dipilih

bertanggung jawab kepada yang memilih. Karena kepala desa

dipilih langsung oleh rakyat desa, maka kepala desa bertanggung jawab kepada rakyat desa bersangkutan);

b. menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa

pada akhir masa jabatannya kepada Bupati/Walikota;

   c. memberikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan

secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran; dan

   d. memberikan dan/atau menyebarluaskan informasi penyelenggaraan

pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap

akhir tahun anggaran. (Pasal 27 huruf a,b,c, dan d).

  • Kepala Desa yang tidak melaksanakan kewajibannya, dikenai

  sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis.

  • Dalam hal sanksi administratif tidak dilaksanakan, dilakukan

  tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian. (Pasal 28 ayat 1 dan 2).

MODEL PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DESA MENURUT UU 06/2016

  BUPATI/WALIKOTA Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPDesa)

  (Pasal 27 huruf a UU 06/2016)

   KEPALA DESA BPD Informasi laporan penyeleng- Laporan garaan pemerintahan Keterangan Penyelenggaraan pemerintahan (LKPP) Psl 27 huruf b.

  • Larangan bagi Kepala Desa diatur di dalam Pasal 29

    huruf a s/d huruf l.
  • Kepala Desa yang melanggar larangan, dikenai

  sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis.

  • Dalam hal sanksi administratif tidak dilaksanakan,

  dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian. (Pasal 30 ayat 1 dan 2).

  • Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati/

  Walikota setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara. (Psl 42).

  • Kepala desa yang diberhentIkan sementara, diberhentikan

  secara tetap oleh Bupati/Walikota setelah dinyatakan sebagai TERPIDANA berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. (Psl 43).

  • Dalam hal Kepala Desa diberhentikan sementara karena

  diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun dan tersangka tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara, maka tugas dan kewajibannya dilaksanakan oleh sekretaris desa sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. (Psl 45).

  • Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang

  diberhentikan tidak lebih dari 1 (satu) tahun, Bupati/ Walikota mengangkat PNS dari Pemerintah Kabupaten/ Kota sebagai penjabat Kepala desa sampai dengan terpilihnya Kepala Desa. (Psl 46 ayat 1).

  • Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang

  diberhentikan lebih dari 1 (satu) tahun, Bupati/Walikota mengangkat PNS dari Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai penjabat Kepala Desa, yang dipilih melalui Musyawarah Desa, dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan sejak Kepala desa diberhentikan. (Psl 47 ayat 2,3,4).

  • Kepala Desa yang dipilih melalui Musyawarah Desa

  melaksanakan tugas sampai habis sisa masa jabatan Kepala desa yang diberhentikan. (Psl 47 ayat 5).

  Raih Impian Anda Dengan Terus Menerus BERLATIH …..

PERANGKAT DESA

  • Perangkat Desa terdiri atas :

   a. sekretariat Desa;

   b. pelaksana kewilayahan; dan c. pelaksana teknis.

  • Perangkat Desa diangkat oleh Kepala Desa setelah

  dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati/ Walikota. (Psl 49 ayat 2).

  • Syarat mengenai perangkat Desa diatur pada Pasal

  50 ayat (1)

  • Pemberhentian perangkat Desa diatur pada Pasal 53

  ayat 1 s/d ayat 4. Perangkat Desa diberhentikan pada usia 60 tahun (Psl 53 ayat 2 huruf a).

  

Perangkat Desa ……..

  • Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal

  48 bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

  • Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat

  (1) diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati/ Walikota.

  • Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,

  perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Kepala Desa.

  • Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48

  diangkat dari warga Desa yang memenuhi persyaratan: » berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang sederajat; » berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun; » terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di Desa paling kurang 1

  (satu) tahun sebelum pendaftaran; dan » syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

  • Ketentuan lebih lanjut mengenai perangkat Desa

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Pasal 49, dan

Pasal 50 ayat (1) diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah.

  (Pasal 50)

  • Ketentuan Pasal 65 PP Nomor 43 Tahun 2016 :

  (1)  Perangkat Desa diangkat dari warga Desa yang memenuhi persyaratan:

  • berpendidikan paling rendah sekolah menengah

  umum atau yang sederajat;

  • berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42

  (empat puluh dua) tahun;

  • terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat

  tinggal di Desa paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran; dan

  • syarat lain yang ditentukan dalam peraturan daerah kabupaten/kota.

  

(2)  Syarat lain pengangkatan perangkat Desa yang ditetapkan

dalam peraturan daerah kabupaten/kota harus memperhatikan hak asal usul dan nilai sosial budaya masyarakat.

Pasal 66 PP 43 Tahun 2016 : Pengangkatan perangkat Desa dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:

  

a. kepala Desa melakukan penjaringan dan penyaringan atau seleksi

calon perangkat Desa;

b. Kepala Desa melakukan konsultasi dengan camat atau sebutan lain mengenai pengangkatan perangkat Desa;

  c. camat atau sebutan lain memberikan rekomendasi tertulis yang memuat mengenai calon perangkat Desa yang telah dikonsultasikan dengan kepala Desa; dan

  

d. rekomendasi tertulis camat atau sebutan lain dijadikan dasar oleh

kepala Desa dalam pengangkatan perangkat Desa dengan keputusan kepala Desa.

  Kembangkan Diri Raih Prestasi

  

PNS yang akan menjadi perangkat desa ……..

  Pasal 67 PP Nomor 43 Tahun 2016 : (1) Pegawai negeri sipil kabupaten/kota setempat yang akan diangkat menjadi perangkat Desa harus mendapatkan izin tertulis dari pejabat pembina kepegawaian. (2)  Dalam hal pegawai negeri sipil kabupaten/kota setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpilih dan diangkat menjadi perangkat Desa, yang bersangkutan dibebaskan sementara dari jabatannya selama menjadi perangkat Desa tanpa kehilangan hak sebagai pegawai negeri sipil.

  Mekanisme pemberhentian perangkat desa ………..

Pasal 68 (1)  Perangkat Desa berhenti karena:

  • meninggal dunia;
  • permintaan sendiri; atau diberhentikan.

  (2)  Perangkat Desa yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena:

  • usia telah genap 60 (enam puluh) tahun;
  • berhalangan tetap;
  • tidak lagi memenuhi syarat sebagai perangkat

  Desa;

  • atau melanggar larangan sebagai perangkat Desa.

  Pemberhentian perangkat Desa dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:

  • kepala Desa melakukan konsultasi dengan camat

  atau sebutan lain mengenai pemberhentian perangkat Desa;

  • camat atau sebutan lain memberikan

  rekomendasi tertulis yang memuat mengenai pemberhentian perangkat Desa yang telah dikonsultasikan dengan kepala Desa; dan

  • rekomendasi tertulis camat atau sebutan lain

  dijadikan dasar oleh kepala Desa dalam pemberhentian perangkat Desa dengan keputusan kepala Desa. (Psl 69).

  • Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan

  dan pemberhentian perangkat Desa diatur dalam Peraturan Menteri. (Psl 70).

  

Ketentuan pengaturan tentang penghasilan

perangkat desa …

Pasal 81 PP Nomor 43 Tahun 2016 :

  

(1) Penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa dianggarkan

dalam APB Desa yang bersumber dari ADD. (2) Pengalokasian ADD untuk penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa menggunakan penghitungan sebagai berikut:

  • ADD yang berjumlah kurang dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

  rupiah) digunakan maksimal 60% (enam puluh perseratus);

  • ADD yang berjumlah Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

  sampai dengan Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) digunakan maksimal 50% (lima puluh perseratus);

  • ADD yang berjumlah lebih dari Rp700.000.000,00
  • (tujuh ratus juta rupiah) sampai dengan Rp900.000.000,00

  (sembilan ratus juta rupiah) digunakan maksimal 40% (empat puluh perseratus); dan

  • d. ADD yang berjumlah lebih dari Rp900.000.000,00 (sembilan ratus

    juta rupiah) digunakan maksimal 30% (tiga puluh perseratus).

  

Lanjutan ………..

  (3)  Pengalokasian batas maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan mempertimbangkan efisiensi, jumlah perangkat, kompleksitas tugas pemerintahan, dan letak geografis. (4)  Bupati/walikota menetapkan besaran penghasilan tetap:

  • kepala Desa;
  • sekretaris Desa paling sedikit 70% (tujuh puluh

  

perseratus) dari penghasilan tetap kepala Desa per

bulan; dan

  • perangkat Desa selain sekretaris Desa paling sedikit

  

50% (lima puluh perseratus) dari penghasilan tetap

kepala Desa per bulan . (5)  Besaran penghasilan tetap kepala Desa dan

perangkat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.

  

Lanjutan penghasilan kepala desa dan

perangkat desa…….

  Pasal 82 PP 43/2016 (1) Selain menerima penghasilan tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81, kepala Desa dan perangkat Desa menerima tunjangan dan penerimaan lain yang sah. (2) Tunjangan dan penerimaan lain yang sah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber

dari APB Desa dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan. (3) Besaran tunjangan dan penerimaan lain yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.

MUSYAWARAH DESA

  • Musyawarah desa merupakan forum permusyawaratan

  yang diikuti oleh BPD, Pemerintah desa, dan unsur masyarakat desa untuk memusyawarahkan hal yang

bersifat strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan

Desa, meliputi : a. penataan Desa;

   b. perencanaan Desa;

   c. kerja sama Desa;

   d. rencana investasi yang masuk ke Desa;

   e. pembentukan BUM Desaa;

   f. penambahan dan pelepasan aset Desa; dan g. kejadian luar biasa. (Psl 54 ayat 1 dan 2).

  • Musyawarah Desa dilaksanakan paling kurang sekali dalam

  

satu tahun, dan dibiayai dari APBDesa. (Psl 54 ayat 3 dan

4).

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

  • Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk Desa

  berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis (melalui pemilihan secara langsung atau melalui musyawarah perwakilan). (Psl 56 ayat 1 dan penjelasannya).

  • Masa keanggotaan BPD selama 6 tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji. (Psl 56 ayat 2).
  • Anggota BPD dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling

  banyak 3 kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut. (Psl 56 ayat 3).

  • Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah gasal,

  paling sedikit 5 orang dan paling banyak 9 orang, dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan keuangan Desa. (Psl 58 ayat 1).

  • Pimpinan BPD terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang wakil ketua, dan 1 orang sekretaris. (Psl 59 ayat 1).

PENGHASILAN PEMERINTAH DESA

  • Kepala Desa dan perangkat Desa memperoleh penghasilan tetap setiap bulan. (Psl 66 ayat 1).
  • Penghasilan tetap Kepala Desa dan perangkat Desa

  bersumber dari dana perimbangan dalam APBN yang diterima oleh Kabupaten/Kota dan ditetapkan dalam APBD Kabupaten/Kota. (Psl 66 ayat 2).

  • Selain penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada

  ayat (1), Kepala Desa dan perangkat Desa menerima tunjangan yang bersumber dari APBDesa. (Psl 66 ayat 3).

  • Selain penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada

  ayat (1), Kepala Desa dan perangkat Desa memperoleh jaminan kesehatan dan dapat memperoleh penerimaan lainnya yang sah. (Psl 66 ayat 4).

  • Ketentuan lebih lanjut diatur dalam PP. (Psl 66 ayat 5).

KEUANGAN DESA

  • Pendapatan Desa bersumber dari :

  

a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya

dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;

  

b. alokasi APBN {besarnya 10% dari dan di luar dana transfer (on top)

diberikan secara bertahap}. {Alokasinya dihitung dengan

memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah,

dan tingkat kesulitan geografis}.

  c. bagian dari hasil pajak daerah dan retibusi daerah {paling sedikit 10% dari pajak dan retribusi daerah}.

  d. alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota. {Besarnya paling sedikit 10% setelah dikurangi DAK}.

   e. Bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota;

   f. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga, dan g. lain-lain pendapatan Desa yang sah. (Psl 72 ayat 1, 2,3, dan 4).

  • Bagi Kabupaten/Kota yang tidak memberikan ADD,

  Pemerintah DAPAT melakukan penundaan dan/atau pemotongan sebesar alokasi dana perimbangan setelah dikurangi DAK yang seharusnya disalurkan ke Desa. (Psl 72 ayat 5).

  

WHAT

DO YOU SEE

SIMULASI DANA APBN ON TOP UTK DESA

  • Dana Perimbangan Tahun 2016 sebesar Rp. 592 trilyun

  • 10% dari dana perimbangan = Rp. 59,2 trilyun
  • Jumlah Desa s/d Des 2013 : 72. 944 desa
  • Dana rata-rata untuk satu desa : Rp. 59,2 trilyun : 72.944 = =/- Rp. 800 juta rupiah.
  • Rumus yang dipakai

   Dana Desa = Fungsi ( Luas wilayah, jumlah penduduk, angka kemiskinan, kesulitan geografis)

  • Besaran dana untuk masing-masing desa tergantung

  pad bobot masing-masing variabel yang ditetapkan oleh masing-masing kabupaten/kota dengan Perda ybs.

  • Dana Desa dari APBN diberikan SECARA BERTAHAP.

Pasal 90 PP Nomor 43 Tahun 2016

  

(1)  Penyelenggaraan kewenangan Desa

berdasarkan hak asal usul dan kewenangan

lokal berskala Desa didanai oleh APB Desa.

(2)  Penyelenggaraan kewenangan lokal

berskala Desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) selain didanai oleh APB Desa, juga

dapat didanai oleh anggaran pendapatan dan

belanja negara dan anggaran pendapatan dan

belanja daerah.

  

(3)  Penyelenggaraan kewenangan Desa yang

ditugaskan oleh Pemerintah didanai oleh

anggaran pendapatan dan belanja negara.

  ( 4)  Dana anggaran pendapatan dan belanja negara

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dialokasikan pada

bagian anggaran kementerian/lembaga dan disalurkan

Dokumen yang terkait

PERGESERAN FUNGSI CAMAT PASCA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

1 24 36

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

0 4 17

Pandangan hukum islam terhadap tata cara poligami bagi PNS dan waraga sipil di Indonesia (PP No. 45 TH 1990, KHI dan UU No. 1 TH 1974)

0 4 81

I. Latar Belakang - PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

0 1 7

PRINSIP PEMERINTAHAN DESA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA PASCA BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

0 0 26

PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DAN FATWA DSN MUI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG HKI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh G

0 0 125

PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DAN FATWA DSN MUI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG HKI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh G

0 0 125

IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG IZIN PERCERAIAN BAGI PNS DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2010 SKRIPSI

0 0 97

PENGANGKATAN PERANGKAT DESA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN UU NO. 6 TENTANG DESA (Study Di Pekon Negeriagung Kec, Talang Padang, Kab, Tanggamus Tahun 2016 ) - Raden Intan Repository

0 0 84

PELAKSANAAN AKAD NIKAH DIRUMAH SETELAH BERLAKUNYA PP NOMOR 48 TAHUN 2014 (STUDI KASUS DI DESA BABAT KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK) - STAIN Kudus Repository

0 2 48